You are on page 1of 10

1.

Mengidentifikasi prakiraan dampak pada wilayah kepulauan seribu dengan fokus 3 pulau, yaitu pulau rambut, pulau pantara, dan pulau laki Lingkup prakiraan dampak dari segi biologi dari wilayah kepulauan seribu diantaranya adalah : - Berkurangnya populasi flora dan fauna pada ketiga pulau tersebut - Terganggunya siklus ekosistem alami yang biasanya terjadi pada ketiga pulau tersebut a. Identifikasi prakiraan dampak pada pada rambut Pulau Rambut merupakan salah satu pulau yang berada dalam gugusan Kepulauan Seribu. Secara administratif termasuk dalam wilayan kabupaten Kepulauan Seribu provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Pulau Rambut terkenal juga dengan nama Pulau Kerajaan Burung yang luasnya mencapai 90 hektar yang 45 hektarnya merupakan daerah daratan. Di Pulau Rambut terdapat tiga formasi vegetasi hutan, yaitu hutan pantai, hutan mangrove dan hutan sekunder campuran. Hutan pantai terletak di bagian Selatan dan Timur dengan ketebalan kurang lebih 20 meter dan luas 1,82 Ha. Daerah ini terdiri dari vegetasi yang kebanyakan semak dan tumbuhan bawah yang kurang rapat memiliki ketinggian 5 hingga 10 meter. Pada tahun 1984 di daerah hutan pantai diintroduksi jenis Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Akasia (Acacia auriculiformis) untuk mengatasi abrasi yang disebabkan oleh hempasan angin dan gelombang. Di hutan pantai yang berpasir dapat ditemukan tumbuhan semak dan perdu serta rumput-rumputan. Daerah ini didominasi oleh komunitas Thespesia populnea dan Acacia auriculiformis. Jenis lain yang mudah dikenal adalah daun Barah (Ipomoea pescaprae), rumput Lari-lari (Spinifex littoreus), Gelang laut (Sesuvium portulacastrum), Seruni (Wedelia biflora), Babakoan (Scaevola frutescens, sundel malam Clerodendron inerme, rumput Tembagan (Ischaemum muticum, pohon ketapang Terminalia catappa serta pandan Pandanus tectorius. Di atas daerah pasang surut dapat dijumpai waru laut

Thespesia populnea, waru Hibiscus tilliaceus, cemara laut Casuarina equisetifolia, centigi Pemphis acidula, bidara Ximenia americana, entong-entongan Opuntia vulgaris dan tanjang Lumnitzera racemosa. Hutan mangrove dengan luas 13,26 ha terletak pada bagian Timur melingkari pulau hingga Timur Laut, Utara dan bagian Barat Laut. Bagian Timur merupakan hutan mangrove satu strata dengan ketinggian antara 8-10 m. Di bagian Timur laut terdapat hutan mangrove yang rusak dengan luas 7,70 ha. Pada bagian Utara dekat pantai ditumbuhi Rhizophora mucronata, makin ke bagian dalam bercampur dengan Ceriops tagal. Di bagian dalam terdapat asosiasi Ceriops tagal Xylocarpus granatum Scyphiphora hydrophyllacea. Pada bagian Barat terdapat komunitas tumbuhan yang didominasi oleh Ceriops tagal Rhizophora mucronata. Pada tahun 2002 terjadi kerusakan hutan mangrove pada bagian Barat dengan luas kurang lebih 0,5 ha tanpa penyebab yang pasti. Kerusakan ini ditandai dengan mengeringnya pohon-pohon bakau yang ada. Bagian tengah pulau yang tanahnya agak tinggi ditumbuhi hutan sekunder campuran dengan luas 19,73 ha. Daerah ini dikuasai oleh komunitas Sterculia foetida Dyxoxylum caulostachyum. Ketinggian vegetasi antara 20-30 m, terdiri dari 3 strata penting yaitu pohon emergen yang didominasi oleh jenis kepuh Sterculia foetida dengan ketinggian 25-30 m. Pada strata tajuk atas dengan ketinggian vegetasi 20-25 m didominasi oleh pohon kresek Ficus timorensis dan kedoya Dyxoxylum caulostachyum dan pada strata semak didominasi oleh kingkit Triphasia trifolia. Di hutan campuran juga dapat dijumpai kesambi Schleichera oleosa, pohon ketapang Terminalia catappa, bintaro Cerbera manghas, kiribut Diospyros maritima, permot Passiflora foetida, mengkudu Morinda citrifolia, soka hutan Ixora timorensis, melinjo Gnetum gnemon, mindi Melia azedirach, saga hutan Adenanthera pavonina, mangkokan Acalypha indica, koreak Guettarda speciosa, nyamplung Calophyllum inophyllum, lada Piper betle, asam jawa Tamarindus indica, sawo kecik Manilkara kauki, bunga kupu-kupu Bauhinia sp. dan pepaya Carica papaya. Vegetasi merambat yang dapat

ditemukan di daerah ini adalah gambir laut Clerodendron inerme, oyot ubi Dioscorea bulbifera dan sundel malam Ipomoea longiflora. (Fact Sheet Suaka Margasatwa Pulau Rambut, http://jgm.or.id/v1/2009/06/fact-sheetsuaka-margasatwa-pulau-rambut/comment-page-1/ , diakses tanggal 21 Desember 2010)

Pada keadaan biasa, diperkirakan sekitar 20.000 burung hidup di pulau ini. Di bulan Maret sampai September, jumlah itu meningkat menjadi hingga 50.000 burung. Di pulau ini diperkirakan terdapat 61 jenis burung, yaitu sebanyak 22 jenis burung merandai (burung air) dan 39 jenis burung darat. Sebagian besar burung air atau burung laut adalah burung penetap yang menghuni Pulau Rambut sepanjang tahun. Jenis burung laut yang hidup di Pulau Rambut antara lain cangak merah (Ardea purpurea), cangak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul karang (Egretta sacra), bluwok (Mycteria cinerea), roko-roko (Plegadis falcinellus) , pecuk ular (Anhinga melanogaster) , kuntul sedang (Egretta intermedia), dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis). Karena banyaknya burung yang berada di pulau ini, maka pulau ini dijadikan sebagai cagar alam burung oleh pemerintah. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang berada dibawah pengawasan Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (BTNLKpS) yang sering disebut dengan nama surga burung Burung-burung air banyak bertebaran di sekitar pantai teluk Jakarta. Ada yang menyebar hingga Tangerang yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pulau Rambut. Ada juga yang terbang dan mencari makan di sekitar hutan bakau di pesisir utara Jakarta. Tapi ada juga burung yang terbang hingga Marunda dan Muara Gembong di Bekasi. Yang menarik, burung-burung ini memiliki perilaku migrasi ke Pulau Jawa atau pulau lain di Kepulauan Seribu untuk mencari makan pada pagi hari dan kembali ke Pulau Rambut pada sore hari untuk beristirahat.

Pulau Rambut juga dihuni oleh keluarga reptil sperti Biawak Varanus salvator, Tokek Gecko gecko, Ular Sanca Phyton reticulatus, Ular Cincin Emas Boiga dendrophylla, Kadal Mabouya multifasciata. Satu-satunya jenis mamalia yang menghuni kawasan ini ialah Kalong Pteropus vampyrus. Di daerah pantai berpasir di sebelah Timur dan Selatang terkadang dijumpai adanya Penyu Hijau Chelonia mydas yang mendarat untuk bertelur, namun adanya predator seperti Biawak seringkali mengakibatkan telur yang telah diletakkan habis dimangsa. Selain jenis-jenis satwa liar yang disebutkan di atas di Pulau Rambut juga terdapat berbagai jenis kupu-kupu dan serangga yang hingga saat ini belum dilakukan pengidentifikasian. (Pulau Rambut, http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Rambut, diakses tanggal 21 Desember 2010) (Pulau Rambut, http://ceritagunung.blogspot.com/2007/10/pulau-rambut.html, diakses tanggal 21 Desember 2010)

(http://magnetadventure.com/plg2/pulau%20untung%20jawa.htm) Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa dampak biologi yang mungkin muncul adalah : Kerusakan lingkungan akibat adanya banyak fasilitas-fasilitas yang menghasilkan limbah. Ini bisa terjadi jika pengelolaan limbah setempat tidak tepat. Sebagai contoh, limbah hotel yang lama kelamaan bisa meracuni ikan dan akhirnya jumlah ikan disini berkurang. Berkurangnya jumlah populasi burung-burung yang ada di pulau rambut ini, baik dilihat dari jumlah keseluruhan populasinya, maupun dilihat dari jumlah spesies burung yang ada di kawasan ini. Karena pulau rambut ini merupakan kawasan cagar alam burung, oleh karena itu sebisa mungkin jumlah populasi burung di kawasan ini tidak berkurang. Dampak yang mungkin muncul dari berkurangnya jumlah burung pada pulau rambut ini adalah a) Kawasan pulau rambut ini mungkin saja tidak akan menjadi kawasan cagar alam lagi b) Berkurangnya keindahan dan ciri khas pulau rambut c) Kawasan pulau rambut ini sudah barang tentu kurang menjadi perhatian untuk menjadi kawasan wisata d) Berkurangnya jumlah pendapatan masyarakat setempat e) Status kesehatan masyarakat setempat berkurang Berkurangnya jumlah populai fauna-fauna lain yang ada di pulau rambut ini, misalnya ikan, serangga, ular dan reptile lainnya, serta mamalia yang berada di kawasan pulau ini. Berkurangnya jumlah populasi ini dapat dilihat baik dari segi jumlah keseluruhan populasinya maupun dilihat dari berkurangnya jumlah spesies fauna dalam kawasan pulau ini. Dampak yang mungkin muncul dari berkurangnya jumlah populasi fauna pada kawasan pulau rambut adalah a) Terganggunya siklus-siklus alami yang ada di kawasan pulau rambut tersebut. Misalnya terganggunya siklus burung-burung tersebut dalam mencari makan. b) Berkurangnya keindahan dan ke ciri khas dari pulau rambut ini. c) Kurang menjadi perhatian untuk menjadi kawasan wisata

d) Berkurangnya jumlah pendapatan masyarakat setempat. Di pulau ini banyak masyarakat yang pekerjaan utamanya menangkap ikan, sudah barang tentu pendapatan akan berkurang jika jumlah ikan di kawasan pulau rambut ini berkurang. e) Status kesehatan masyarakat setempat berkurang Berkurangnya jumlah populasi vegetasi flora yang ada di pulau rambut ini, misalnya begetasi hutan bakau, vegetasi hutan sekunder campuran, dan vegetasi hutan pantai. Berkurangnya jumlah populasi ini pun dapat dilihat baik dari segi jumlah keseluruhan populasi flora yang ada, dilihat dari berkurangnya luas wilayah hutan yang ada, maupun berkurangnya jumlah jenis flora yang tadinya ada menjadi tidak ada. Dampak yang mungkin muncul dari berkurangnya jumlah populasi vegetasi flora di pulau rambut adalah a) Terjadinya di pulau rambut tersebut, yaitu pengikisan secara perlahan oleh tenaga air laut yang sifatnya merusak. Ini dapat ditandai dengan berkurangnya jumlah hutan bakau yang fungsinya sebagai penahan abrasi air laut b) Terganggunya siklus-siklus alamiah yang terjadi di kawasan pulau rambut. Misalnya burung perlu mencari tempat baru yang aman untuk membuat sarang. c) Siklus rantai makanan terganggu, yaitu proses memakan dan dimakan. Ini dapat terganggu karena flora merupakan produsen ini yang perannya sangat penting dalam rantai makanan. d) Berkurangnya keindahan dan ke ciri khas dari pulau rambut ini. e) Kurang menjadi perhatian untuk menjadi kawasan wisata f) Berkurangnya jumlah pendapatan masyarakat setempat. g) Status kesehatan masyarakat setempat berkurang

b. Identifikasi prakiraan dampak pada pulau pantara Pantai yang landai dengan air yang jernih, menjadi salah satu kekuatan bagi Pulau Pantara dalam membetot perhatian wisatawan. Di Pulau Pantara ini, sejumlah resort dengan fasilitas hotel berbintang lima bertebaran memanjakan para wisatawan. Para wisatawan tidak hanya tertegun dengan keindahan panoramanya. Keragaman aneka

hayati yang bersemayam di pulau tersebut juga menjadi ruh bagaimana Pulau Pantara begitu diminati wisatawan dari negeri matahari terbit. Patut diakui, dulunya Pulau Pantara dikelola management JAL (Japan Air Lines) sehingga sudah begitu familiar di negeri samurai tersebut. Airnya yang jernih dan dijadikannya pulau ini pusat konservasi membuat biota laut tumbuh subur dan semarak Ikan hias dengan aneka warna dipadu terumbu karang yang mempesona menjadikan kegiatan diving atau snorkeling begitu berkesan. Pulau Pantara sendiri terbagi menjadi dua kawasan yakni Pantara Timur dan Pantara Barat. Meski terpisah, kedua pulau ini memiliki fasilitas yang sama hanya jumlah resortnya saja yang membedakannya. Dari data diatas dapat kita lihat runtutan kemungkinan dampak dari segi biologi yang akan terjadi adalah Kerusakan lingkungan akibat adanya banyak wisatawan jika limbah dari wisatawan ini tidak diolah secara baik dan benar. Kerusakan lingkungan akibat adanya banyak fasilitas-fasilitas yang menghasilkan limbah. Ini bisa terjadi jika pengelolaan limbah setempat tidak tepat. Sebagai contoh, limbah hotel yang lama kelamaan bisa meracuni ikan dan akhirnya jumlah ikan disini berkurang. Berkurangnya jumlah flora dan fauna yang ada di kawasan pulau pantara. Ini bisa terjadi jika pengelolaan lingkungan setempat tidak dilakukan secara tepat. Terganggunya siklus alamiah di kawasan pulau pantara. Berkurangnya nilai keindahan di kawasan pulau pantara. Berkurangnya jumlah wisatawan yang mendatangi pulau pantara. Berkurangnya pendapatan masyarakat setempat. Menurunnya status kesehatan masyarakat setempat (Objek desember 2010) Wisata : Paduan Dua Budaya di Resort Pulau Pantara :

http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.php?storyid=298, diakses tanggal 22

c. Identifikasi prakiraan dampak pada pulau laki Pulau Laki merupakan kawasan wisata laut yang dibuka pada tahun 1988 dan segera ramai dikunjungi. Di dekatnya terletak Pulau Laki besar dan Pulau Laki Kecil. Luas Pulau Laki sekitar 30 hektar. Untuk menuju ke Pulau Laki, lebih praktis apabila naik kapal motor dari Pantai Mauk, Sepatan, Tangerang. Bila dengan speed boat, dari Mauk dibutuhkan waktu sekitar 25 menit. Di Pulau Laki Besar dan Laki Kecil tersedia tempat perkemahan. (kepulauan seribu : http://pulauseribujakarta.com/berita/kepulauan-seribu/ , diakses tanggal 22 desember 2010)

Menurut kelompok kami, runtutan kemungkinan dampak dari segi biologi yang akan terjadi adalah Kerusakan lingkungan akibat adanya banyak wisatawan jika limbah dari wisatawan ini tidak diolah secara baik dan benar.

Kerusakan lingkungan akibat adanya banyak fasilitas-fasilitas yang menghasilkan limbah. Ini bisa terjadi jika pengelolaan limbah setempat tidak tepat. Sebagai contoh, limbah hotel yang lama kelamaan bisa meracuni ikan dan akhirnya jumlah ikan disini berkurang.

Berkurangnya jumlah flora dan fauna yang ada di kawasan pulau pantara. Ini bisa terjadi jika pengelolaan lingkungan setempat tidak dilakukan secara tepat. Terganggunya siklus alamiah misalnya rantai makanan di kawasan pulau laki. Berkurangnya nilai keindahan di kawasan pulau laki. Berkurangnya jumlah wisatawan yang mendatangi pulau laki. Berkurangnya pendapatan masyarakat setempat. Menurunnya status kesehatan masyarakat setempat.

You might also like