You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN


Karena penyembuhan luka normal membutuhkan metabolisme seluler, jaringan
yang menyembuh harus mendapatkan perIusi yang adekuat. Perubahan besar
dalam perIusi jaringan mungkin disebabkan oleh syok (hipovolemia,
vasokontriksi, dan keadaan aliran berkurang).berkurangnya perIusi yang lebih
samar-samar pada jaringan yang menyembuh, mungkin disebabkan oleh
pengeringan jaringan yang terpapar, yang dapat mematikan sel-sel permukaan dan
mengganggu aliran darah normal dalam pembuluh darah kecil.
Dalam beberapa keadaan, kontraksi luka normal dapat menimbulkan akibat yang
tidak diinginkan. Gangguan Iungsi dapat menyertai Kontraksi luka yang besar
diarea gerakan tubuh normal seperti tangan dan leher. Metode paling eIektiI untuk
mencegah kontraksi adalah penutupan dini dengan plaps` atau Iull-thickness
skin graIt`. Pembentukan kembali luka merupakan proses normal dimana besar
dan warna luka berubah. Proses pembentukan kembali dapat berlanjut hingga
berbulan-bulan bahka setahun setelah cidera.






BAB II
KONSEP MATERI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
aktor yang mempengaruhi pada penyembuhan luka dapat dibagi menjadi dua
Iaktor yaitu, sistemik dan Iaktor lokal.
A. AKTOR SISTEMIK
1. USIA
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang tua.
Pada usia lanjut proses penyembuhan luka lebih lama dibandingkan
dengan usia muda, aktor ini karena kemungkinan adanya proses
degenerasi, tidak adekuatnya pemasukan makanan, menurunnya sirkulasi.
Dan Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stress seperti
trauma jaringan atau inIeksi.
2. NUTRISI
aktor nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Kita
ketahui bahwa status nutrisi pada seseorang adalah Iaktor utama yang
mempengaruhi proses pertumbuhan dan mempertahankan jarigan tubuh
agar tetap sehat.
Seseorang yang mengalami infury atau luka, berarti terjadi gangguan
kontuinitas dan struktur pada jaringan tubuh. Seseorang yang menderita
malnutrisi akan memperlihatkan penyembuhan luka yang buruk, walaupun
mekanisme untuk hal ini tetap tidak jelas.
Pada pasien yang mengalami penurunan tingkat diantaranya serum
albumin, total limIosit dan transIerin adalah merupakan resiko
terhambatnya proses penyembuhan luka. Selain protein, vitamin A,E dan
C juga mempengaruhi dalam proses penyembuhan luka. Kekurangan

vitamin A menyebabkan berkurangnya produksi macrophag yang


konsekuensinya rentan terhdap inIeksi, retardasi epitelialisasi, dan sintesis
kolagen (reiman.et.al 1970). DeIisiensi vitamin E mempengaruhi pada
produksi kolagen (Pollack.SV,1979 dan Brown RG,1969). Sedangkan
deIisiensi itamin menyebabkan kegagalan 1ibrilast untuk memproduksi
kolagen, mudahnya terjadi ruptur pada kapiler dan rentan terjadi inIeksi
(Pollack,SV. 1984).
Dengan demikian diperlukan perbaikan untuk menjaga agar struktur dan
Iungsi jaringan tubuh yang mengalami gangguan dapat kembali seimbang
atau tudak mengalami komplikasi lain. Pada proses perbaikan jaringan
akibat luka akan mengalami beberapa proses yaitu, inIlamasi, 1ibroblast
dan maturasi atau remodeling. Pada proses ini sangat dibutuhkan nutrisi
yang adekuat. Pada bahasan berikut dibahas mengenai kebutuhan nutrisi
pada luka.


a. Protein
Kekurangan protein akan memperlambat penyembuhan luka pada
percobaan binatang, tetapi eIek ini tampaknya tidak berkaitan dengan
sintesis kolagen.
Adapun dari Hasil penelitian membuktikan bahwa gangguan
proliIerasi 1ibroblast, neoangiogenesis, sintesis kolagen dan
remodeling pada luka dikarenakan adanya kekurangan protein. Selain
itu juga mempengaruhi mekanisme kekebalan, Iungsi lekosit seperti
Iagositosis.
b. Karbohidrat
Karbohidrat dibutuhkan untuk suplai energi seluler.
c. Vitamin A
Vitamin A secara tidak langsung memperlambat penyembuhan luka,
tetapi mekanismenya juga tidak jelas. Penelitian eksperimental telah
memperlihatkan bahwa suplementasi vitamin A dapat mencegah

kerusakan akibat radiasi pada penyembuhan luka. Danb Vitamin A


juga diperlukan untuk sinstesis kolagen dan epitelialisasi pada proses
penyembuhan luka.
d. Vitamin C
Vitamin C mempunyai eIek nyata dan berguna untuk sintesis kolagen
dan meningkatkan resistensi terhadap inIeksi, terutama bila diperlukan
sintesis yang cepat.
e. Vitamin K
Vitamin K untuk sintesis protombine dan beberapa Iaktor pembekuan
darah yang diperlukan untuk mencegah perdarahan yang berlebihan
pada luka.
I. Zat besi
Zat besi berguna dalam sintesis kolagen, sintesis hemoglobin dan
mencegah istemik pada jaringan.
g. B-kompleks
BerIungsi dalam produksi energi dan imunitas seluler serta sintesis sel-
sel darah merah.
h. Zinc
Zinc merupakan koIaktor dalam banyak enzim metabolik, dan
deIisiensi zinc memperlambat epitelialisasi dan kekuatannya. Namun
Pada jaringan membantu sintesis protein dan luka berperan dalam
sintesis kolagen.

3. INSUISIENSI '$&#
InsuIisiensi ;ascular juga merupakan Iaktor penghambat pada proses
penyembuhan luka. Seringkali pada kasus luka ekstremitas bawah pada
luka diabetik, dan pembuluh arteri dan atau vena kemudian decubitus
karena Iaktor tekanan yang semuanya akan berdampak pada penurunan
atau gangguan sirkulasi darah.

4. OBAT-OBATAN
Terutama sekali pada pasien yang menggunakan terapi steroid, kemoterapi
dan imunosupresi.

5. PENANGANAN JARINGAN
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat
penyembuhan.

6. HEMORAGI
Akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati yang harus
disingkirkan. Area menjadi pertumbuhan untuk inIeksi.
7. HIPOVOLEMIA
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan
penurunan oksigen dan nutrient yang tersedia utuk penyembuhan luka.
8. AKTOR LOKAL EDEMA
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan
interstisial pada pembuluh.
9. DEISIT NUTRISI
Sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah
meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
10.PERSONAL HYGIENE
Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal
ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman.

11.DEISIT OKSIGEN
a) InsuIisien oksigenasi jaringan : Oksigen yang tidak memadai
dapat diakibatkan tidak adekuatnya Iungsi paru dan
kardiovaskular juga vasokonstriksi setempat.
b) Penumpukan drainase : Sekresi yang menumpuk menggangu
proses penyembuhan.
12.MEDIKASI
a) Steroid : Dapat menyamarkan adanya inIeksi dengan menggangu
respon inIlamasi normal.
b) Antikoagulan :Dapat menyebabkan hemoragi.
c) Antibiotik spektrum luas / spesiIik : EIektiI bila diberikan segera
sebelum pembedahan untuk patolagi spesiIik atau kontaminasi
bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak eIektiI karena
koagulasi intrvaskular.
13. OVERAKTIVITAS
Menghambat perapatan tepi luka. Mengganggu penyembuhan yang
diinginkan.
(Smelzer, 2002 : 493).

B. AKTOR LOKAL
a. Suplai darah
b. InIeksi
InIeksi sistemik atau lokal dapat menghambat penyembuhan luka.
c. Nekrosis
Lika dengan jaringan yang mengalami nekrosis atau eskar akan dapat
menjadi Iaktor penghambat untuk perbaikan luka.
d. Adanya benda asing pada luka.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


AKUT DAN KRONIS SECARA UMUM:
A. Faktor Intrinsika.

1. Usia, semakin tua akan semakin lama dalam proses penyembuhan
luka.Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan elastin dalam kulit dan
perbedaan penggantian kolagen mempengaruhi penyembuhan luka.b.
Status penyakit dan pengobatan, penderita yang mengalami penyakit
seperti DM, karena terjadi mikroangiopai, neuropati dan masalah khusus
yang terjadi pada penderita akan mempersulit penyembuhan.

2. Status nutrisi, zat makanan yang masuk kedalam tubuh seperti protein
sangat dibutuhkan dalam proses neo-vaskularisasi, proliIerasi Iibroblast,
sintesa kolagen dan remodiling luka. Asam amino adalah komponen
struktural protein dan merupakan bagian penting dari deoxyribonucleic
acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA). Ini memberikan pola untuk
mitosis sel dan enzym yang dibutuhkan dalam pembentukan jaringan.

3. Oksigenasi dan perIusi jaringan, jaringan yang buruk jelas terbukti
memperlambat penyembuhan luka. Luka-luka yang terjadi disertai dengan
penyakit vaskular periIer dan luka-luka didaerah vaskularisasi yang buruk,
menyembuh lebih lambat. awal anjuri menyebabkan hipoksia dan
merangsang pelepasan Iaktor pertumbuhan yang mendukung awal
persemaian kapiler. Oksigen berpengaruh dalam angiogenesis, Iungsi
Iibroblast, epithelisasi dan resistensi terhadap inIeksi. PerIusi jaringan
saling terkait dengan oksigenasi jaringan. PerIusi jaringan yang
memuaskan merupakan hal yang essensial untuk oksigenasi. Volume
darah beredar yang adekuat membawa hemoglobin yang kaya O2 ke
jaringan. Masalah yang berkaitan dengan perIusi jaringan dan oksigenasi
dapat diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler, paru dan hipovolemia.


4. Merokok, merokok juga mengurangi perIusi dan oksigenasi jaringan dan
menimbulkan eIek merugikan pada proses penyembuhan luka.


B. Faktor Ekstrinsika.

1. Teknik pembedahan buruk
jika jaringan di tangani secara kasar selama pembedahan, maka jaringan
mengalami kerusakan yang luas, mengakibatkan hematom. Hal ini dapat
meningkatkan resiko inIeksi akibat hematom yang pecah. Ruang mati
(dead space) mungkin juga terjadi jika jaringan tidak diperbaiki secara
tepat selama pembedahan dan memberi peluang untuk berkembangnya
inIeksi luka.

2. Drug treatment
obat juga mempengaruhi penyembuhan luka adalah steroid, obat anti
inIlamasi, obat antimitotic dan terapi radiasi. Steroid menghambat seluruh
Iase penyembuhan luka, menghambat Iagositosis, sintesa kolagen dan
angiogenesis.

3. Manajemen luka yang tidak tepat
penggunaan teknik pembalutan yang tidak tepat, pemilihan dan
penggunaan bahan balutan yang kurang tepat atau penggunaan antiseptik
solution yang semestinya tidak diperlukan dapat menghambat proses
penyembuhan luka.

4. Psikososial yang merugikan
berbagai jenis Iaktor psikososial dapat memberikan eIek merugikan pada
penyembuhan luka. Seperti : buruknya pemahaman dan penerimaan
terhadap program pengobatan atau kecemasan yang berkaitan dengan

perubahan pada pekerjaan, penghasilan, hubungan pribadi dan body image


(Morison, 1992)e. InIeksi, dari semua Iaktor yang memperlambat
penyembuhan luka, inIeksi adalah yang paling penting. InIeksi dapat
terjadi jika selamaa persiapan pembedahan, selama pembedahan dan
setelah pembedahan tidak dilakukan dengan prinsip aseptic dan antiseptic
yang baik. Jenis luka dan lokasi pembedahan juga mempengaruhi resiko
inIeksi pada luka insisi.

5. Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa
mendapatkan perlindungan dan dukungan serta nasihat nasihat
khususnya orang tua dalam merawat kebersihan pasca persalinan.

6. Tradisi
Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca
persalinan masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat
modern. Misalnya untuk perawatan kebersihan genital, masyarakat
tradisional menggunakan daun sirih yang direbus dengan air kemudian
dipakai untuk cebok.

7. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat menentukan
lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu kurang
telebih masalah kebersihan maka penyembuhan lukapun akan berlangsung
lama

8. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyebuhan
perineum adalah keadaan Iisik dan mental ibu dalam melakukan aktiIitas
sehari-hari pasca persalinan. Jika ibu memiliki tingkat sosial ekonomi

yang rendah, bisa jadi penyembuhan luka perineum berlangsung lama


karena timbulnya rasa malas dalam merawat diri.

9. Penanganan petugas
Pada saat persalinan, pembersihannya harus dilakukan dengan tepat oleh
penangan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu penyebab yang
dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.

10.Kondisi ibu
Kondisi kesehatan ibu baik secara Iisik maupun mental, dapat
menyebabkan lama penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka ibu dapat
merawat diri dengan baik.

11.Gizi
Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam
keadaan sehat dan segar. Dan akan mempercepat masa penyembuhan luka
perineum (Smeltzer, 2002 : 493).











Sjamsuhidajat (1997) mendeIinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendeIinisikan luka sebagai keadaan
hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Dari deIinisi diatas dapat disimpulkan
bahwa luka adalah rusak/terputusnya kontinuitas jaringan. Yang akan dibicarakan
dalam penelitian ini adalah luka laserasi jalan lahir terutama perinium baik luka
yang spontan karena persalinan maupun karena tindakan episiotomi.
aktor-Iaktor yang mempengaruhi penyembuhan luka:
1. Koagulasi;
Adanya kelainan pembekuan darah (koagulasi) akan menghambat
penyembuhan luka sebab hemostasis merupakan tolak dan dasar Iase
inIlamasi.
2. Gangguan sistem Imun (infeksi,virus);
Gangguan sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi tubuh
terhadap luka, kematian jaringan dan kontaminasi. Bila sistem daya tahan
tubuh, baik seluler maupun humoral terganggu, maka pembersihan
kontaminasi dan jaringan mati serta penahanan inIeksi tidak berjalan baik.
3. Gizi (kelaparan, malabsorbsi), Gizi kurang juga:
mempengaruhi sistem imun.

4. Penyakit Kronis;
Penyakit kronis seperti TBC, Diabetes, juga mempengaruhi sistem imun.
5. Keganasan;
Keganasan tahap lanjut dapat menyebabkan gangguan sistem imun yang
akan mengganggu penyembuhan luka.

6. Obat-obatan;
Pemberian sitostatika, obat penekan reaksi imun, kortikosteroid dan
sitotoksik mempengaruhi penyembuhan luka dengan menekan pembelahan
Iibroblast dan sintesis kolagen.

7. Teknik Penjahitan;
Tehnik penjahitan luka yang tidak dilakukan lapisan demi lapisan akan
mengganggu penyembuhan luka.
8. Kebersihan diri/Personal Hygiene;
Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka,
karena kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila kebersihan diri
kurang.

9. 'askularisasi baik proses penyembuhan berlangsung;
cepat, sementara daerah yang memiliki vaskularisasi kurang baik proses
penyembuhan membutuhkan waktu lama.

10.Pergerakan, daerah yang relatif sering bergerak;
penyembuhan terjadi lebih lama.
11.Ketegangan tepi luka,
pada daerah yang tight (tegang) penyembuhan lebih lama dibandingkan
dengan daerah yang loose.

BAB III
PENUTUP

aktor yang mempengaruhi pada penyembuhan luka dapat dibagi menjadi
dua Iaktor yaitu, sistemik dan Iaktor lokal.
aktor sistemik dilihat dari Iaktor usia, insuIisiensi vascular, obat-obatan,
penanganan jaringan, hemoragi, hipovilemia, Iaktor lokal edema, deIisit nutrisi,
personal hygiene, deIisit oksigen, medikasi dan overaktiIitas.
Sedangkan Iaktor lokal dilihat dari Suplai darah, InIeksi sistemik atau lokal dapat
menghambat penyembuhan luka. Nekrosis Luka dengan jaringan yang mengalami
nekrosis atau eskar akan dapat menjadi Iaktor penghambat untuk perbaikan luka,
Adanya benda asing pada luka.

You might also like