Professional Documents
Culture Documents
SEMESTA dan
CERITA TENTANG NABI ADAM AS.
Semoga gambar dan penjelasan berikut ini diperhatikan secara seksama dan
direnungi, karena ianya merupakan penjelasan ayat dengan pendekatan
filsafat, dan semoga bermanfaat bagi semua orang yang membaca atau
mendengarkan ceritanya. Jangan lupa mendoakan penulis dan yang
membantu mewujudkan makalah kecil ini.
Wassalam.
Hasan Abu Ammar
Gambar 1 : Simbol Gambaran Tuhan yang tidak terbatas
TUHAN
TUHAN
AKAL SATU
AKAL DUA
AKAL DUA
Akal Satu
TUHAN Akal Dua
Akal Tiga
AKAL EMPAT
Gambar 6 : Penciptaan akal-akal berikutnya sampai dengan akal terakhir
Akal Satu
TUHAN
Akal Dua
Akal Tiga
Akal Empat
dst
AKAL
TERAKHIR
Akal Tiga
Akal Empat
dst
Akal Terakhir
Alam Barzakh
Barzakh adalah kumpulan makhluk Tuhan yang berhakikat non materi secara zatnya, yakni tidak
bervolume/berbeban/berberat jenis, tapi memiliki sifat-sifat materi, seperti rasa, warna, dst.
Barzakh juga disebut malaikat-malaikat pengatur semesta, ide, qada dan qadar.
Gambar 8. Penciptaan Alam materi
Akal Dua
Akal Tiga
Akal Empat
dst
Akal Terakhir
Alam Barzakh
Alam Materi
Gambar 9. Penciptaan Planet-planet dan isinya di alam materi, salah satunya Bumi
Akal Dua
Akal Tiga
Akal Empat
dst
Akal Terakhir
Alam Barzakh
Bumi
Alam Materi
Gambar 10. Surga dan neraka terdapat di alam Barzakh
Akal Dua
Akal Tiga
Akal Empat
Surga
Bumi
Neraka
Bumi
Alam Materi
Alam Barzakh
Gambar 11. Peniupan Ruh manusia dari akal terakhir ke alam materi melewati barzakh.
Akal Dua
Akal Tiga
Akal Empat
Neraka
Alam Barzakh
Keterangan Tambahan:
KETERANGAN TAMBAHAN
- Gambar dan jarak tidak menunjukkan kematerian, melainkan hanya
menggambarkan posisi maknawi atau hakikat yang tidak bersifat material.
- Semua akibat (lingkaran yang lebih kecil) selalu terjadi di dalam diri/zat sebabnya
(lingkaran yang lebih besar). Dengan demikian, alam atau makhluk materi terjadi di
dalam zat makhluk Barzakh, dan Barzakh terjadi di dalam diri Akal-terakhir, dan
keduanya terjadi di dalam diri Akal berikutnya, dan begitu seterusnya sampai pada
Diri Tuhan yang Maha Tidak Terbatas.
- Kata ”dalam” pada kalimat di atas (”dalam diri/zat sebabnya”), bukan menunjukkan
ruang dan tempat materi. Tapi menunjukkan maqom dan posisinya secara hakikat
non materi. Oleh karenanya hal itu tidak bisa dibayangkan secara gambaran
materi, dan menggambarkan secara materi bisa menyebabkan kemusyrikan bila
mana non materi yang dibayangkan secara materi itu adalah Zat Tuhan Yang
Maha Tidak Terbatas dan Maha Ghaib.
- Sewaktu ruh nabi Adam as dihembuskan oleh Akal-terakhir ke dalam tubuh
materinya yang ada di bumi, maka ruh tersebut melewati dan membentangi surga,
neraka dan materi, dan kala itulah Tuhan memperkenankan nabi Adam as. untuk
melihat dan menikmatinya sebagai bekal dan pelajaran manakala ia nanti turun ke
bumi secara sempurna. Oleh karena itu semua kejadian yang dialami nabi Adam
as. sebelum turun ke bumi, terjadi pada waktu ruh nabi Adam as sudah
dihembuskan ke badannya dimana dengan itu ia mulai bernafas, tapi masih belum
bangun dari tidurnya yang pertama itu. Jadi semuanya terjadi dalam mimpi suci
nabi Adam as yang biasa disebut juga sebagai wahyu.
- Dalam pengkasyafan itu (baca: melihat dan menikmati surga), Tuhan juga
bermaksud untuk menunjukkan segala kenikmatan akhirat, malaikat dan termasuk
musuh masa depannya, yakni Iblis.
- Dalam pengajaran pertama itulah terjadi semua kejadian yang kita kenal dengan
peristiwa nabi Adam as sebelum turun ke bumi. Dimulai dari pengajaran Tuhan
kepada nabi Adam as tentang nama-nama, kemudian perintah Tuhan kepada para
malaikat untuk sujud kepada nabi Adam as., lalu semua bersujud kecuali Iblis, lalu
Iblis dikeluarkan dari surga, lalu Iblis merayu nabi Adam as. untuk makan buah
terlarang, lalu nabi Adam as tergoda, lalu auratnya terbuka, lalu ia bertaubat dan
taubatnya diterima Tuhan, sampai pada akhirnya nabi Adam as. dikeluarkan dari
surga.
- Karena ruh manusia (nabi Adam as.) membentang antara makhluk Akal, barzakh
dan materi, maka ia memiliki tiga tingkaran tersebut. Yakni tingkatan akal (akal ini
terbagi dua bagian: hakiki, dimana hanya dimiliki oleh orang yang sudah fana dari
materi dan surga; dan belum hakiki dimana dimiliki oleh kebanyakan manusia),
kemudian tingkatan surga-neraka (baca: keinginan suci/baik dan buruk, halmana
diisyarahi oleh Tuhan dengan firmanNya: fa alhamaha fujuraha wa taqwaha); dan
kemudian yang paling akhir adalah tingkatan badaniah dimana bertugas mengatur
semua aktifitas badaniahnya.
- Ketika Iblis diusir dari surga maka ia masih bisa menggoda nabi Adam as, melalui
pintu hawa nafsunya alias keinginan buruk yang ada pada setiap manusia itu.
- Keluarnya nabi Adam dari surga berarti bangunnya ia dari mimpinya yang pertama,
bukan diusir secara hina dan dari suatu tempat (surga) ke tempat lain (bumi). Tapi
dari tempat pengajaran di alam ruh, ke kesadarannya dari tidur pertamanya yang
berisikan pengajaran itu.
- Jadi menurunkannya ke bumi, sama dengan, menyadarkan dari tidurnya yang
pertama setelah ia dihidupkan dengan peniupan ruh kedalam badannya. Dengan
kata lain turun ke bumi itu adalah memasuki tahap akhir penciptaannya dimana
permulaannya adalah pembuatan badannya dari tanah di bumi (bukan di surga),
lalu setelah sempurna, peniupan ruh ke dalam badannya tersebut, lalu kemudian
pengajarannya untuk membekalinya dengan bekal pertama, lalu penyadarannya
dari tudurnya tersebut.
- Dengan penjelasan di atas maka dapat dimengerti bahwa Iblis setelah dikeluarkan
dari surga tidak masuk lagi ke dalamnya untuk menggoda nabi Adam as. karena
Tuhan sudah mengeluarkannya dan Ia Maha Kuasa untuk mencegah Iblis apabila
ia ingin masuk kembali ke surga. Jadi Iblis menggoda nabi Adam as. dari luar
surga alias tajalli neraka yang berupa hawa nafsu yang ada pada setiap manusia,
karena di situlah Iblis bisa menjumpai nabi Adam as, karena maqom Iblis dan
manusia di hawa nafsu ini adalah sama dan satu derajat.
- Dan karena tergodanya nabi Adam as. dalam mimpi atau kasyaf atau wakyu, maka
tidak termasuk dosa. Jadi taubatnya nabi Adam as itu bukan dari dosa, karena
semuanya, baik salah dan taubatnya , terjadi dalam mimpinya tersebut. Dan ketika
bangunpun, istighfarnya nabi Adam as. bukan dari dosa, karena alasan di atas,
tapi dari perasaan bersalah lantaran telah mendengar bisikan Iblis dalam mimpi
wahyunya itu, dan taubatnya ini sebagai adab dan akhlak di hadapan Tuhannya,
mirip dengan orang yang kaget lalu mengucap astaghfirullah.