Professional Documents
Culture Documents
Links:
[Rezeki dan silatuRahmi]
http://orido.wordpress.com/2005/12/07/hotd-rezeki-dan-silaturahmi/
[silatuRahmi & kasih sayang Allah]
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=7&id=198388&kat
_id=105&kat_id1=232&kat_id2=234
[Rahasia silatuRahmi]
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=7&id=177797&kat
_id=105&kat_id1=232&kat_id2=234
[manfaat silatuRahmi]
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Islam&id=122822
[silatuRahmi]
http://hizbut-tahrir.or.id/main.php?page=alwaie&id=120
[tiga syaRat pRibadi unggul]
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/08/manajemen_qolbu.htm
-perbanyakamalmenujusurga-
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=7&id=198388&kat
_id=105&kat_id1=232&kat_id2=234
Penjelasan:
Hadis qudsi yang agung ini diriwayatkan oleh Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, At-
Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan Baihaqi yang bersumber dari Ibnu 'Auf.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Khairithi dan Al-Khatib yang bersumber dari
Abu Hurairah. Hadis ini mengandung pesan betapa pentingnya menghubungkan
tali silaturahmi. Karena itu, cinta dan keridhaan Allah sangat dipengaruhi oleh
sikap kita terhadap silaturahmi. Ada dua sikap manusia terhadap silaturahmi
ini. Pertama, washlul-rahiim, yaitu menghubungkan silaturahmi dengan cara
berbuat baik (membantu, menolong, membahagiakan, menyantuni) kaum
kerabat dan orang-orang di sekitar kita.
Kata "rahim" diambil dari nama Allah sendiri, diciptakan-Nya dengan kekuasaan-
Nya sendiri, dan kedudukannya ditempatkan pada kedudukan tertinggi. Kata
rahim adalah kutipan asma' Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahiim, yang berasal dari
kata rahmah yang bermakna kasih sayang. Dari sini terlihat bahwa rahim
hakikatnya adalah "pecahan" dari sifat Rahman dan Rahim-Nya Allah SWT yang
terdapat dalam Asma'ul Husna.
Dalam sebuah hadis qudsi yang bersumber dari Ibnu Abbas diungkapkan,
"Engkau telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku sendiri, telah Aku petikkan
bagimu nama dari nama-Ku sendiri, dan telah Aku dekatkan kedudukanmu
kepada-Ku. Dan demi Kemuliaan dan Keagungan-Ku, sesungguhnya Aku pasti
akan menghubungi orang yang telah menghubungkan engkau, dan akan
memutuskan (rahmat-Ku) pada orang yang telah memutuskan engkau dan aku
tidak ridha sebelum engkau ridha" (HQR Al-Hakim).
Yang kedua adalah silaturahmi dalam arti hubungan dengan saudara seiman.
Bentuknya dapat dijalin melalui kasih sayang, saling menasihati dalam takwa
dan kesabaran, tolong menolong di atas jalan ketakwaan (QS. Al-Ashr: 1-3).
Atau, bisa pula melalui doa, saling mengunjungi, bahkan memberi bantuan
militer bila saudara seiman berada dalam kondisi terancam.
Bila dilihat dalam sudut skala prioritas, menjalin silaturahmi dengan keluarga
atau kerabat terdekat harus didahulukan daripada yang lainnya. Sebab,
keharmonisan yang lebih besar tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali
dari keharmonisan dalam skala kecil. Misal mendahulukan akur dan harmonis
dengan keluarga dan tetangga dekat, sebelum dengan saudara sekota atau
senegara. Wallahu a'lam bish-shawab (Ems)
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=7&id=177797&kat
_id=105&kat_id1=232&kat_id2=234
Senin, 08 Nopember 2004
Rahasia Silaturahmi
Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa
silaturahmi tidak hanya merekayasa gerak-gerik tubuh, namun harus
melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi bahasa tubuh dan bahasa hati,
kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat lebih baik dan lebih
bermutu daripada yang dilakukan orang lain pada kita.
Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak
memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun, bila ada orang yang tidak
pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya,
maka inilah yang disebut silaturahmi. Apalagi kalau kita bersilaturahmi
kepada orang yang membenci kita atau seseorang yang sangat menghindari
pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu
dengannya. Inilah silaturahmi yang sebenarnya.
Dalam sebuah hadis diungkapkan, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang
lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul pada para
sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, "Engkau
damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus,
mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani
berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di
antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang
ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia
menyambungkan tali silaturahmi" (HR Bukhari Muslim).
Tapi sebaliknya, rahmat dan kasih sayang Allah akan menjauh bila tali
silaturahmi sudah terputus di antara kita. Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu kaum yang di
dalamya ada orang yang memutuskan tali persaudaraan".
Seorang sahabat yang bernama Abu Awfa pernah bekisah. Ketika itu, kata Abu
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Islam&id=122822
Awfa, kami berkumpul dengan Rasulullah SAW. Tiba-tiba beliau bersabda,
"Jangan duduk bersamaku hari ini orang yang memutuskan tali silaturahmi".
Jumat, itu
Setelah 11 Agustus 2006 berdiri dan meninggalkan majelis Rasul. Rupanya
seorang pemuda
Manfaat
sudah lamaSilaturahmi
ia memendam permusuhan dengan bibinya. Ia segera meminta
Oleh kepada
maaf : Uti Konsen.U.M.
bibinya tersebut, dan bibinya pun memaafkannya. Ia pun
kembali ke majelis Rasulullah SAW dengan hati yang lapang.
BERSILATURRAHMI itu termasuk amalan mulia yang berpahala besar. Ruang
lingkupnya
Sahabat, tidak hanya
bagaimana terbatas
mungkin pada
hidup sesama
kita manusia,
akan tenang tetapi
kalau juga pada
di dalam hati dunia
fauna tersimpan
masih dan flora serta mahluk
kebencian jin.
dan Hanya
rasa dengan syaitan
permusuhan. kita tidak
Perhatikan bolehkita,
keluarga
bersililaturrahmi.
kaum yang paling kecilBahkan terhadap orang-orang
di masyarakat. muslim ada
Bila di dalamnya yangbeberapa
sudah wafatorangpun,
Rasulullah
saja SAW tetap
yang sudah tidak menyuruh
saling tegur kita untuk
sapa, terus
saling menjalinapalagi
menjauhi, silaturrahmi,
kalau di yaitu
dengan menziarahi
belakang sudah saling kuburannya,
menohok dan mendoakannya
memfitnah, dan maka atau berbuat
rahmat Allahbaik kepada
akan di
teman-teman
jauhkan dekat tersebut.
dari rumah mereka yangDalammasih
skalahidup.
yang "Ziarah
lebih luas, kubur adalah
dalam Sunnah
lingkup
Rasulullah
sebuah SAW. Bila
negara. Ziarah juga adalah
di dalamnya caraada
sudah kitakelompok
untuk mendoakan
yang saling orang-orang
jegal, saling
yang telah
fitnah, ataumendahului kita," demikian
saling menjatuhkan, maka antara lain tulisbangsa
dikhawatirkan K.H.Dr. Jalaluddin
tersebut akan
Rakhmatjauh
semakin dalam bukunya
dari rahmat"Memaknai Kematian".
dan pertolongan AllahAl Quran mencontohkan
SWT.
diantara doa untuk mereka : "Tuhanku ampunilah orang-orang yang telah
mendahului
Dari sini bisakami dalam keimanan"
kita pahami kenapa Rasul (QS.Al Hasyr
tidak : 10).
menoleransi sekecil apapun
perbuatan yang bisa menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Dalam
Allah SWT
sebuah hadisberfirman : "Dan sesungguhnya
yang diriwayatkan Abu Hurairah,padaRasulullah
kehidupanSAW hewan itu benar-
bersabda,
benar terdapat pelajaran bagi kamu". (QS.An-Nahl (16)
"Berhati-hatilah kalian terhadap prasangka, sebab prasangka itu sedusta- : 66). Dalam hal
bersilaturrahmi
dustanya cerita. misalnya
Jangan pulakitamenyelidiki,
bisa mencontoh semut dan lebah.
mematai-matai, dan Semut binatang
kecil pemakan gula tapi tidak pernah sakit
menjerumuskan orang lain. Dan janganlah saling menghasud, gula (diabetes). Resepnya,
saling pertama
karena semut
membenci, dansenang
saling bersilaturrahmi.
membelakangi. JadilahTengoklah setiap
kalian berpapasan
sebagai hamba antara
Allah
sesama semut sejenis mereka
yang bersaudara" (HR Bukhari Muslim). saling "bersalaman" yang terlihat dari kedua
kepalanya saling ketemu. Kedua, bila seekor semut menemukan rezeki, mereka
tidak mau makan
Silaturahmi adalahsendiri tapi memberi
kunci terbukanya tahu semut-semut
rahmat dan pertolongan lainnya.
Allah Setelah
SWT.
berkumpul,
Dengan baru makanan
terhubungnya itu mereka
silaturahmi, makabawa kesatuIslamiyah
ukhuwah tempat dan akandinikmati
terjalin
bersama.
dengan Demikian
baik. jugapenting.
Ini sangat lebah. "Lebah
Sebab,sangat disiplin
bagaimana pundan mengenal
besarnya umat pembagian
Islam
kerja yang
secara sangat baik.
kuantitatif, samaSarangnya
sekali tidak dibangun berbentuk
ada artinya, laksana segi enam,
buih yang telah
di lautan yang
terbuktidiombang-ambing
mudah sangat ekonomis gelombang,
dan kuat dibandingkan
bila di dalamnyabila segi empat
tidak atau lima".
ada persatuan
Antara
dan kerjatulis Ir. Permadi
sama untuk taatAlibasyah
kepadadalam
Allah. bukunya
Wallahu "Bahan Renungan Kalbu".
a'lam bish-shawab.
Menurut penyelidikan setiap sarang lebah dihuni oleh kurang lebih 90.000 ekor
(lebah. KarenaGymnastiar
KH Abdullah masing-masing ) mentaati aturan mereka bisa hidup rukun dan
tidak pernah terjadi perkelahian.
Di Australia juga pernah dibuktikan, bahwa seekor sapi yang diperah susunya
dengan menggunakan tangan si peternak (diperah secara manual) ternyata
lebih banyak mengeluarkan air susu dibanding dengan sapi yang diperah dengan
menggunakan mesin pemerah susu.
Peristiwa ini terjadi dalam tahun 1983 ketika bulan Ramadhan di salah satu
kota di Kalimantan Timur. Seorang pengusaha mengadakan acara berbuka puasa
bersama. Yang diundang para pejabat setempat, tokoh-tokoh masyarakat -
agama - para pengusaha serta beberapa tetangganya. Menjelang waktu berbuka
para undangan mulai berdatangan. Diantara tamu yang hadir itu ada seseorang
yang pakaiannya apa adanya, sehingga membedakan ia dengan tamu-tamu
lainnya yang berpakaian parlente. Si Tuan rumah merasa kurang enak dengan
kehadiran tamu yang satu ini. Setelah dicek, ternyata memang ia tidak
termasuk dalam daftar undangan. Lalu si Tuan rumah menyuruh keluarganya
untuk membujuk si Pulan itu agar bersedia keluar. Karena ia orang yang lugu,
bujukan itu ia turuti saja. Tapi bersamaan dengan kepergiannya, ibu-ibu yang
mengurusi menu untuk dihidangkan itu, menjadi sangat terkejut karena semua
masakannya berbau basi dan berlendir. Untunglah dalam suasana kritis yang
nyaris memalukan si Tuan rumah itu, ada seorang ulama yang membisikkan
kepadanya, agar mencari orang yang disuruh pergi tadi. Singkat cerita,
ternyata orang tadi berhasil ditemukan dan bersedia pula untuk hadir kembali.
Aneh tapi nyata. Begitu lelaki itu masuk ke dalam rumah, ibu-ibu di dapur
bersuka ria, karena makanan yang tadinya berbau basi, kini sudah kembali
seperti semula dengan aroma yang merangsang selera.
Kenapa peristiwa menakjubkan itu terjadi? Dari segi logika memang sulit
dicerna. Dia hanya bisa dijawab melalui agama. Bukankah Rasulullah SAW.
pernah bersabda : "Bila seorang tamu masuk ke dalam rumah seorang mukmin
maka bersama dia masuklah seribu barakah dan seribu rahmat". Tidak mustahil,
pada lelaki lugu itulah berlaku janji Rasulullah SAW tersebut. Lelaki itu seorang
miskin yang tinggal tidak jauh dari rumah yang punya hajat. Dia mencium
aroma masakan yang merangsang selera. Apalagi di bulan puasa menjelang
berbuka puasa. Mungkin karena saking kepinginnya ia pun memberanikan diri
hadir. "Tokh tetangga saya juga. Mungkin dia hanya lupa saja mengundang
saya", kira-kira begitulah bisik hatinya. Kasihan juga ya?. Lalu bagaimana para
undangan lainnya ?. Ya bisa saja rasa ikhlas kehadirannya tidak semurni seperti
lelaki yang satu itu. Boleh jadi kehadiran mereka karena banyak factor
pertimbangan yang bersifat duniawi. Maklumlah si Pengundang itu adalah
seorang pengusaha cukup handal. Wallahualam.
Ujar Sun Yat Sen : "Banyak orang menyukai kekerasan padahal manusia hanya
bisa ditundukkan oleh kelembutan".
Wallahualam.
http://hizbut-tahrir.or.id/main.php?page=alwaie&id=120
Silaturahmi
Selasa, 1 Nopember 2005
SILATURAHMI
Makna Bahasa
Silaturahmi (shilah ar-rahim dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata
shilah berasal dari washala-yashilu-wasl[an] wa shilat[an], artinya adalah
hubungan. Adapun ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau
kerabat. Asalnya dari ar-rahmah (kasih sayang); ia digunakan untuk menyebut
rahim atau kerabat karena orang-orang saling berkasih saying, karena hubungan
rahim atau kekerabatan itu. Di dalam al-Quran, kata al-arhâm terdapat dalam
tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat.
Pengertian Syar‘i
Banyak nash syariat yang memuat kata atau yang berkaitan dengan shilah ar-
rahim. Maknanya bersesuaian dengan makna bahasanya, yaitu hubungan
kekerabatan. Syariat memerintahkan agar kita senantiasa menyambung dan
menjaga hubungan kerabat (shilah ar-rahim). Sebaliknya, syariat melarang
untuk memutuskan silaturahim. Abu Ayub al-Anshari menuturkan, “Pernah ada
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, beritahukan
kepadaku perbuatan yang akan memasukkan aku ke dalam surga.” Lalu
Rasulullah saw. menjawab:
«َصلُ الرّحِم
ِ َش ْيئًا َوتُ ِقيْمُ الصّلَةَ َوتُ َؤتِيْ ال ّزكَاةَ َوت ْ ُ» َت ْعبُدُ الَ لَ ت
َ ِش ِركُ بِه
Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kekerabatan (ar-
rahim). (HR al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, Qadhi Iyadh menyimpulkan, "Tidak ada perbedaan pendapat
bahwa shilah ar-rahim dalam keseluruhannya adalah wajib dan memutuskannya
merupakan kemaksiatan yang besar.
Untuk memenuhi ketentuan hukum tersebut, kita harus mengetahui batasan
mengenai siapa saja kerabat yang hubungan dengannya wajib dijalin, dan
aktivitas apa yang harus dilakukan untuk menjalin silaturahmi itu?
Dengan menganalisis makna ar-rahim atau al-arham yang terdapat dalam nash,
dan pendapat para ulama tentangnya, bisa ditentukan batasan kerabat
tersebut. Kata ar-rahim dan al-arhâm yang terdapat di dalam nash-nash yang
ada bersifat umum, mencakup setiap orang yang termasuk arhâm (kerabat).
Ketika menjelaskan makna al-arhâm pada ayat pertama surat an-Nisa’, Imam
al-Qurthubi berkata, "Ar-rahim adalah isim (sebutan) untuk seluruh kerabat dan
tidak ada perbedaan antara mahram dan selain mahram."
Allah Swt. memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kerabat (QS an-Nisa’
[4]: 36); memberi kepada kerabat (QS an-Nahl [16]: 90); memberikan hak
kepada kerabat (QS ar-Rum [30]: 38); meski dalam hal itu sebagian mereka
lebih diutamakan dari sebagian yang lain (QS al-Anfal [8]: 75 dan al-Ahzab [33]:
6). Rasul saw. pernah bersabda:
Tangan yang memberi itu di atas (lebih utama) dan mulailah dari orang
yang menjadi tanggungan (keluarga)-mu, ibumu, bapakmu, saudara
perempuanmu, saudara laki-lakimu, orang yang lebih dekat denganmu,
orang yang lebih dekat denganmu (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan Ibn
Hibban).
Semua itu adalah bagian dari aktivitas silaturahmi. Dari gambaran seperti itu,
para ulama manarik pengertian silaturahmi. Menurut Al-Manawi, silaturahmi
adalah menyertakan kerabat dalam kebaikan. Imam an-Nawawi mengartikan
silaturahmi sebagai berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi orang
yang menyambung dan yang disambung; bisa dengan harta, kadang dengan
bantuan, kadang dengan berkunjung, mengucap salam, dan sebagainya.
Ibn Abi Hamzah berkata, "Silaturahmi bisa dilakukan dengan harta, menolong
untuk memenuhi keperluan, menghilangkan kemadaratan, muka berseri-seri,
dan doa."
Tentang siapa yang termasuk orang yang menyambung silaturahmi, Rasul saw.
pernah bersabda:
«حمُهُ وَصََلهَا
ِ َطعَتْ ر ِ »َليْسَ الْوَاصِلُ بِا ْل ُمكَافِىءِ َوَلكِنّ الْوَا
ِ ُصلَ اّلذِيْ ِإذَا ق
Kesimpulan
Dari paparan di atas, maka silaturahmi adalah hubungan kerabat; berupa
hubungan kasih-sayang, tolong-menolong, berbuat baik, menyampaikan hak dan
kebaikan, serta menolak keburukan dari kerabat yaitu ahli waris dan ûlu al-
arhâm.
Hubungan dengan selain mereka tidak bisa disebut silaturahmi, karena tidak
terpenuhi adanya ikatan kekerabatan (ar-rahim). Ikatan dengan sesama Muslim
selain mereka adalah ikatan persaudaraan karena iman yaitu ikatan ukhuwah
(silah al-ukhuwah), bukan silaturahmi. Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. [YA]
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/08/manajemen_qolbu.htm
MANAJEMEN QOLBU
Tiga Syarat Pribadi
Unggul
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
KATA-kata ”unggul” sering didengungkan dari dulu hingga kini sebagai kata yang
memiliki makna prestatif. Kita dulu mengenal istilah bibit unggul, kini ada
sekolah unggul, siswa dan mahasiswa unggul, pesantren unggul, dan banyak lagi
unggul lain. Masalahnya, keunggulan hanya akan jadi wacana dan buah bibir
jika kita sebenarnya tidak bisa memaknai kata unggul tersebut dengan aktivitas
dan perilaku yang benar-benar menunjukkan keunggulan.
Lalu, mengapa predikat unggul masih terasa jauh bagi sebagian besar umat
Islam? Tidaklah sulit mencari jawaban hal ini mengingat sebagian besar dari
kita memang kurang ataupun belum benar-benar menjadikan teladan seorang
sosok pribadi unggul. Sosok itu adalah Nabi Muhammad saw. sebagai orang yang
selalu menjaga kualitas perbuatannya. Bahkan, hal ini sudah ditegaskan oleh
Allah SWT. dengan menunjuk pribadi Rasulullah sebagai uswatun hasanah bagi
kita semua.
Tidak ada yang meragukan Nabi Muhammad saw. sebagai pribadi unggul. Karena
itu, tiada ragu pula seorang Michael H. Hart, penulis buku Seratus Tokoh yang
Paling Berpengaruh dalam Sejarah, menempatkan Nabi Muhammad saw. ini
sebagai manusia paling prestatif dan paling berpengaruh pada dunia. Hart
memiliki alasan dengan mengacu pada kontribusi yang diberikan oleh Nabi
Muhammad saw. Nabi Muhammad saw. unggul sebagai pemimpin religius,
pemimpin politik, panglima perang, dan kepala negara (yang kemudian disebut
oleh Hart sebagai pemimpin duniawi).
Nabi Muhammad saw. berhasil meletakkan fondasi dasar sistem Islam sehingga
ada dan tiadanya beliau, sistem itu terus berjalan hingga kini. Hal ini terbukti
dengan meluasnya pengaruh Islam walaupun beliau sudah wafat. Apa yang
ditinggalkan beliau berwujud menjadi suatu kemapanan. Namun, kemapanan
ini belumlah berwujud menjadi keunggulan besar kaum Muslim karena ukuran-
ukuran kualitas yang ditunjukkan Nabi Muhammad saw. beserta para
sahabatnya belumlah benar-benar dilaksanakan sebagian besar kaum Muslim.
Namun, kita bisa lihat terkadang justru kaum non-Muslim yang memiliki ukuran-
ukuran kualitas dan etos kerja sesuai dengan nilai-nilai Islam seperti yang
ditunjukkan oleh Rasulullah saw. Karena itu, tidak heran jika kaum non-Muslim
bisa melesat menjadi pribadi-pribadi yang unggul dalam berbagai bidang, baik
ilmu penge-tahuan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Sahabat sekalian, rahasia menjadi pribadi unggul ada pada diri kita sendiri dan
contohnya ada pada diri Rasulullah saw. Mengapa rahasianya ada pada diri kita
sendiri? Karena kitalah yang memahami potensi-potensi diri untuk
dikembangkan. Kitalah yang tahu sampai di mana kekuatan pikir kita, kekuatan
ikhtiar kita, dan kekuatan zikir kita kepada Allah.
Kedua, kita harus berada pada lingkungan dan sistem yang kondusif untuk
terlecutnya potensi dan prestasi diri. Hal ini karena faktor lingkungan sangat
berpengaruh pada pribadi seseorang. Sebagai ilustrasi seperti pepatah berikut:
”Barangsiapa yang bergaul dengan pandai besi, niscaya dia akan terimbas bau
bakaran atau bahkan akan pernah merasakan salah satu anggota tubuhnya
terbakar. Sebaliknya, barangsiapa bergaul dengan penjual minyak wangi, maka
tidak bisa tidak, tubuh atau bajunya akan menjadi ikut terimbas wewangian”.
Karena itu, perhatikan selalu lingkungan dan sistem yang melingkupi kita. Jika
tidak kondusif, segeralah tinggalkan. Ketiga, yang tidak kalah penting adalah
keseringan bersilaturahmi. Di dalam ajaran Islam bersilaturahmi itu sangat
besar manfaatnya, antara lain dapat mempercepat datangnya kebaikan,
memperpanjang umur, dan memperbanyak rezeki. Ada dua hadis yang
menjelaskan keutamaan (fadhilah) bersilaturahmi, yakni,
"Sesuatu yang paling cepat dapat mendatangkan kebaikan adalah balasan
(pahala) orang yang berbuat kebajikan dan menghu-bungkan tali silaturahmi,
sedangkan yang paling cepat mendatangkan kejahatan ialah balasan (siksaan)
orang yang berbuat jahat dan memutuskan hubungan kekeluargaan." (HR Ibnu
Hibban). Sebuah dialog terjadi antara Rasulullah saw. dan para sahabatnya,
"Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat
dan saum?" tanya Rasulullah kepada para sahabat."Tentu saja," jawab
mereka.Rasulullah pun menjelaskan, "Engkau damaikan orang yang bertengkar,
menyambung persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-
saudara yang terpisah, dan menjembatani berbagai kelompok dalam Islam serta
mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, adalah amal saleh yang besar
pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan
rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan (silatu-rahmi)." (HR
Bukhari dan Muslim)
Karena itu, siapa pun yang hendak mengejar prestasi sebagai pribadi unggul
jangan segan untuk bersilaturahmi kepada orang-orang dari berbagai kalangan
maupun bidang keahlian. Dari silaturahmi ini akan timbul hikmah yang bisa
membangkitkan inspirasi kita untuk menggapai sukses dan mampu
mengapresiasi berbagai sisi kehidupan yang tentunya akan memperkaya
wawasan kita.
Silaturahmi akan menjadi cermin diri bagaimana kita bisa mengembangkan diri
dan menilai minat kita pada suatu bi-dang. Ingatlah, selagi muda bisa mengatur
langkah dan mengetahui minat, kita bisa memprogram diri untuk menimba ilmu
dan wawasan di bidang yang kita minati. Jangan sampai, ketika kita sudah
berumur 30 tahunan, kita masih bingung mencari-cari apa yang kita minati dan
apa sebenarnya potensi kita. Sahabat sekalian, banyak orang yang seperti ini,
di usia menjelang dewasa, bahkan setengah baya masih mencari-cari bidang
untuk berprestasi. Akhirnya, waktu terbuang sia-sia.
Ingatlah lagi bahwa kini kita sedang menghadapi persaingan yang ketat. Begitu
banyak orang yang ingin bekerja dan berkiprah dalam suatu bidang. Hanya
orang-orang yang unggullah yang dapat memenangi persaingan. Karena itu,
sebagai pribadi unggul, kita pun harus memiliki visi pengembangan diri.
Rencanakanlah apakah kita akan menjadi seorang karyawan, yang bekerja
sendiri seperti konsultan atau yang ingin berwirausaha. Dari sekarang kita bisa
membuat target yang ingin dicapai dan bekal yang harus disiapkan, baik itu
bekal ilmu, wawasan, maupun bekal akhlak yang tak kalah pentingnya.
Wallahua'lam.***