You are on page 1of 18

PENGUJIAN SUBTANSIF PADA PIUTANG USAHA

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi Diploma Tiga (DIII)

DISUSUN OLEH:

Jurusan Komputerisasi Akuntansi Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana Informatika Cengkareng 2011

DAFTAR ISI Halaman Lembar Judul Makalah. Kata Pengantar.... Daftar Isi..... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Metode Analisa... 1.4. Sistematika Penulisan BAB II BAB III PEMBAHASAN KESIMPULAN 39 1 2 3 4 i ii iii

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur Allah SWT atas terselesaikannya Tugas Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi dengan judul : Pemeriksaan Subtansif Pada Piutang Usaha. Tujuan penulisan makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi Jurusan Komputerisasi Akuntansi Bina Sarana Informatika. Selama menyelesaikan Makalah ini, Kami dari kelompok dua telah banyak mendapat informasi dari web dan buku-buku refrensi yang mendukung. Kami menyadari bahwa tanpa adanya kerjasama antara anggota kelompok dua maka penulisan makalah ini tidak terlaksana dengan baik. Akhirnya kami anggota kelompok dua berharap semoga Makalah ini

bermanfaat bagi semua pihak, meskipun dalam Makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tetap kita harapkan.

Jakarta, Mei 2011

Kelompok Tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk meningkatkan usahanya terutama menarik konsumen dengan memberikan pelayanan dan pengelolaan secara efektif dan efisien. Salah satu usaha menghadapi permasalahan tersebut dengan adanya kerja sama antara pihak satu dengan pihak lainnya, khususnya dalam segi keuangannya. Untuk mengetahui kondisi keuangan maka perusahaan perlu menyusun laporan keuangannya. Laporan keuangan perusahaan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan rugi laba tercermin pada laporan perubahan modal. Kondisi keuangan perusahaan merupakan faktor utama yang menentukan layak tidaknya suatu perusahaan untuk tetap beroperasi. Hal ini menjadi kunci utama karena apabila suatu perusahaan mempunyai kondisi finansial yang cukup sehat maka para pihak eksternal perusahaan akan semakin menanam kepercayaan pada perusahaan tersebut. Dalam menghadapi kondisi persaingan yang semakin kuat perusahaan memberikan kemudahan dalam persyaratan penjualan. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah syarat pembayarannya. Perusahaan dapat menjual barang-barangnya yang semula dengan cara tunai kemudian bisa dilakukan secara kredit. Dengan demikian maka akan timbul piutang. Piutang merupakan penjualan kredit yang sudah biasa dilakukan perusahaan saat sekarang pada zaman modern ini untuk menarik dan merangsang minat konsumen. Semakin longgar persyaratan yang diberikan tentunya dengan asumsi langganan tidak merubah kebiasaan membayarnya maka akan semakin besar jumlah piutang. Penjualan secara kredit tidak segera

menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian hari saat jatuh temponya piutang akan terjadi aliran kas masuk (cash inflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus. Menurut Indriyo dan Basri (1995:83) piutang dapat diartikan pula "sebagai aktiva atau kekayaan yang timbul sebagai akibat penjualan secara kredit. Dari uraian di atas maka suatu perusahaan berharap supaya periode pengumpulan piutang sesuai dengan jangka waktu kredit, bahkan dapat dipercepat. Untuk melakukan hal ini, maka diperlukan suatu strategi yang harus dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atas penjualan kredit, sehingga dapat mencapai pengumpulan piutang yang efisien dan efektif. Menurut Suad Husnan (1995:38) bahwa faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dalam kebijaksanaan penjualan kredit adalah : 1. Standar kredit atau kualitas langganan yang akan diperkenankan memperoleh kredit. 2. Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli secara kredit harus sudah membayar utangnya. 3. Potongan (discount) yang diberikan kepada para langganan. Ketiga faktor tersebut akan menentukan berapa jumlah piutang yang akan dimiliki, berapa lama piutang tersebut diharapkan akan terkumpul dan berapa besar piutang yang akan tidak terbayar. Piutang dimaksudkan untuk memperbesar volume penjualan dengan sistem penjualan kredit. Akan tetapi dengan penjualan secara kredit mempunyai risiko yang berat, yaitu tidak tertagihnya piutang sebagian atau bahkan seluruh dari piutang yang terjadi, karena tidak semua piutang dibayar sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan

adanya manajemen piutang menyangkut masalah kebijaksanaan kredit, penetapan jangka waktu kredit, kebijaksanaan pengumpulan piutang. Hal ini sangat penting untuk mengetahui rentabilitas perusahaan ditinjau dari rasio rentabilitas dan

profitabilitas. Berdasarkan latar belakang di atas penulis mendasarkan untuk menyelesaikan tugasnya dengan judul Pengujian Subtansif pada Piutang Usaha. 1.2. Maksud dan tujuan Adapun maksud dari penulisan makalah ini antara lain : 1. Menjabarkan pengertian piutang dan tujuan pengujian piutang tersebut dilakukan serta prosedur yang diterapkan. 2. Memberikan refrensi untuk mata kuliah pemeriksaaan akuntansi khususnya pada bab pengujian piutang kepada rekan-rekan mahasiswa. Adapun tujuan dari penulisan pengujian piutang ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi.

1.3. Metode Analaisa Di dalam usaha mengumpulkan data yang diperlukan penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut : Studi Pustaka Dengan metode ini penulis memperoleh data yang memuat informasi dan menunjang penulis dalam membuat makalah ini, baik melalui buku-buku maupun literatur yang relevan sebagai bahan referensi pendukung (misal : searching melalui website).

1.4. Sistematika Penulisan Secara keseluruhan penulisan makalah ini dibagi menjadi beberapa bab yang akan dijelaskan secara detail sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis. Adapun sistematika penulisan tugas ini dibagi dalam tiga bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan mengenai pengertian umum atau latar belakang pengujian piutang. BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai pengertian piutang, prinsip akuntansi pada piutang usaha, tujuan pengujian piutang, prosedur yang diterapkan pada pengujian piutang tersebut hingga contoh study kasusnya. BAB III PENUTUP

Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari hasil pembahasan dan memberikan saran yang mungkin dapat menjadi bahan masukan.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DESKRIPSI PIUTANG Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang , barang , atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu setahun, atau dalam siklus kegitan perusahaan. Piutang pada umumnya di sajikan dineraca dalam dua kelompok : 1 Piutang Usaha 2.Piutang non Usaha Dari siklus pendapatan transaksi yang mempengaruhi piutang usaha ialah 1.Pencadangan piutang tak tertagih 2. Penjualan Kredit 3. Retur penjualan 4. Penerimaan Kas dari debitur 5. Penghapusan piutang

2.2 PRINSIP AKUNTANSI YANG LAZIM DALAM PENYAJIAN PIUTANG DI NERACA Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian piutang di neraca berikut ini : 1. Piutang dagang harus disajikan di dalam neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang dagang disajikan di dalam neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian

tidak tertagihnya piutang. 2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang dagang, harus dicantumkan penjelasannya di dalam neraca bahwa saldo piutang dagang tersebut adalah jumlah bersih (neto). 3. Jika piutang dagang bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di dalam neraca. 4. Piutang dagang yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar). 5. Jika jumlahnya material, piutang nondagang harus disajikan terpisah dari piutang dagang.

2.3 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang

1.Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas, dengan ciri-ciri sebagai berikut : a.Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan b.Formulir yang digunakan bernomor urut tercetak (prenumbered) c.Digunakan price list (daftar harga jual) d.Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (account receivable subledger card)

e.Setiap akhir bulan : dibuat aging schedule piutang (analisa umur piutang), saldo piutang setiap pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan saldo piutang menurut buku besar dan setiap pelanggan dikirim monthly statement of account f.Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya (intact) g.Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan harus diotorisasi oleh pejabat berwenang h.Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang 2.Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan auhenticity (ke ontetikan) piutang Validity apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang mempunyai utang) Authenticity apakah piutang itu didukung oleh bukti yang otentik yang ditandatangi pelanggan 3.Untuk memeriksa collectibility dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts Collectibility kemungkinan tertagihnya piutang (dalam neraca) Allowance for bad debts jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih, harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup, jika sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan

Allowance terlalu besar piutang disajikan terlalu kecil (understated), biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated), laba rugi understated Allowance terlalu kecil piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang understated, laba rugi overstated 4.Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable) Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh tempo, harus diungkapkan sebagai contingent liability pada tanggal neraca 5.Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebagai berikut : Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan.

2.4 PENGUJIAN SUBSTANTIF DI GOLONGKAN KE DALAM LIMA


KELOMPOK : 1. Prosedur audit awal. 2. Prosedur Analitik 3. Pengujian terhadap transaksi rinci 4. Pengujian terhadap Saldo akun rinci 5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverivikasi lima asersi manajemen yang terkandung dalam akun piutang usaha dan akun penilaiannya adalah sbb : 1. Keberadaan atau keterjadian 2. Kelengkapan 3. Penilaian 4. Hak Kepemilikan 5. Penyajian dan pengungkapan

2.4.1 PROSEDUR AUDIT AWAL

Proses yang dilakukan untuk prosedur awal adalah 1. Usut saldo Piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. 2. Hitung kembali saldo akun Piutang Usaha di dalam buku besar. 3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun cadangan Kerugian piutang usaha.

4. Usut Saldo awal Piutang Usaha Kedalam jurnal yang bersangkutan 5. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembatu piutang usaha.

2.4.2 PROSEDUR ANALITIK

Tujuannya untuk membantu Auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menentuakan bidang yang memerlukan audit yang lebih intnsif, untuk itu auditor melakukan perhitungan berbagai ratio sbb: 1.Ratio Formula 2.Tingkat perputaran piutang usaha Penjualan Brsh / rata2 piutang 3.Ratio Piutang Usaha Saldo Piutang Usaha/ akv lcr Dengan Aktiva Lcr 4. Rate Of return on Net sales Laba Bersih / laba Penj Brsh 5. Ratio Kerugian piutang usaha Kerugian Piutang Usaha/Dgn penjualan brsh penjualan 6. Ratio Piutang Usaha Kerugian Piutang Usaha/Dgn piutang usaha Yang sesungguhnya Tidak tertagih

2.4.3 PROSEDUR AUDIT TERHADAP TRANSAKSI RINCI

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini yang didebet dan dikeditkan ke dalam piutang usaha: 1. Transaksi penjualan Kredit 2. Transaksi Retur penjualan

3. Transaksi penghapusan piutang usaha 4. Transaksi penerimaan kas Kemudian proses yang dilakukan dalam prosedur ini adalah 1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut. 2. Peiksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung : Faktur Penjualan, laporan pengiriman barang , dan order penjualan 3. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung : Bukti kas masuk, memo kedit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang 4. Lakukan Verifikasi Pisah batas ( CUTOFF ) transaksi penjualan dan retur penjualan.

2.4.4 PENGUJIAN TERHADAP SALDO AKUN RINCI

Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan difokuskan ke saldo piutang usaha dan akun penilainya ( Akun cadangan Kerugian Piuatang Usaha ). Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha renci adalah memverifikasi : 1. Keberadaan atau keterjadian Dalam verifikasi ini hal yang dilakukan adalah a. Melakukan konfirmasi piutang usaha yang diantaranya Permintaan penegasan tentang piutang usaha Dibuat oleh klien atas permintaan dari auditor, & jawaban langsung dikirim kepada auditor. Konfirmasi ini mempunyai dua sifat yaitu positif dan negatif.

3. Penilaian Dalam verifikasi pengujian penilaian hal yang dilakukan adalah a. Melakukan evaluasi kecukupan cadangan kerugian piutang (CKP) yang telah dibuat klien b. Analisa umur piutang c. Membandingkan CKP tahun yang diaudit dengan CKP tahun sebelumnya d. Memeriksa piutang yang kadaluwarsa (dari daftar umur piutang) 4. Hak Kepemilikan Dalam verifikasi hak kepemilikan ini hal yang harus dilakukan adalah a. Memeriksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang. b. Memeriksa jawaban konfirmasi bank, tentang adanya piutang usaha yang dijadikan jaminan hutang ke bank yang perlu diungkap. c. Meminta surat representatif dari klien yang merupakan pernyataan bahwa klien bertanggung jawab atas kewajiban konfirmasi yang disajikan dalam laporan kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan berada ditangan klien, bukan pada auditor. Isi dari surat respresentatif tersebut adalah Kalim yang sah atas piutang usaha Piutang usaha tidak dijadikan jaminan hutang Barang yang konsinyasi telah dipisahkan dari piutang Piutang yang tidak dapat ditagih telah dihapus CKP cukup untuk menutup kerugian piutang tidak tertagih yag diperkirakan

2.4.5 PENGUJIAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN Hal yang harus dilakukan dalam prosedur ini adalah 1. Membandingkan penyajian piutang usaha dengan PABU 2. Memeriksa klasifikasi piutang usaha 3. Pengungkapan tentang piutang usaha Dalam pengungkapan piutang usaha tersebut yang diperhatikan adalah a. Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa b. Piutang yang di gadaikan c. Piutang yang dianjakan

2.5 STUDY KASUS

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

You might also like