You are on page 1of 40

1 SEKOLAH MODERN BERBASISKAN LIMBAH DAN ALAM: STUDI KASUS SMP TERBUKA MANDIRI AL-FAJRI CISARUA, BOGOR JAWA

BARAT 1 Oleh: Muslihudin Sharbinie, SS, M.Si 2 http://groups.yahoo.com/search?query=foto+ A. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan: biaya yang masih tetap tinggi, pembelajaran yang konvensional, jajanan makanan yang tidak sehat, sampai pada ketidakmampuan pendidikan (sekolah) dalam mendorong penyelamatan keanekaragaman hayati (biological diversity). Permasalahan tersebut perlu direspon secara sistematis melalui berbagai pendekatan baik melalui pengeluaran kebijakan atau pemikiran-pemikiran baru. Keterlambatan dalam memberikan respon akan berdampak negatif terhadap pendidikan Indonesia seperti penurunan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) peserta didik, peningkatan angka anak tidak atau putus sekolah, sampai pada permasalahan sumber daya manusia. Salah satu alternatif pemecahan masalah di atas adalah melalui konsep sekolah modern berbasis limbah dan alam seperti yang dilakukan oleh SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri, induk SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bogor. Terdapat perbedaan antara konsep sekolah alam seperti yang digagas oleh Lendo Novo dengan konsep sekolah modern berbasis limbah dan alam. Sekolah alam yang pada awalnya hanya merupakan suatu gagasan pendidikan, tetapi kemudian diwujudkan sebagai sebuah model sekolah. Menurut Sekolah Alam Jakarta (2008), konsep sekolah alam

menekankan bahwa sekolah yang dibuat harus memiliki dimensi alam sebagai sumber ilmu dan bisa dikelola oleh peserta didik. Sekolah modern berbasis limbah dan alam memandang bahwa limbah dan alam adalah sumber daya yang diperlukan dalam pengelolaan pendidikan. Implikasi paradigma di atas mendorong pemanfaatan alam dan limbah sebagai media, sarana dan sumber pembelajaran. Lebih jauh paradigma di atas memiliki dua sisi yang satu sama lain saling mendukung. Pada satu sisi, melalui pengelolaan limbah dan alam sekolah akan mampu mendukung kegiatan pembelajaran dengan anggaran biaya yang rendah, melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati, mendorong terciptanya budaya hidup sehat, dan menjadikan sekolah sebagai sumber peningkatan ekonomi (economic generic) bagi peserta didik
1 2

Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pendidikan Penelitian, Jakarta 11-14 Agustus 2008 Muslihudin Sharbinie, SS, M.Si, bagaian kurikulum SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri, induk SMPN 1 Cisarua, Bogor. Telp. (0251) 256 727 E-mail:SMPT_ALFAJRi@yahoo.com

2 dan sekolah. Pada sisi lain, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara optimal akan mendorong pembelajaran yang lebih menarik, bermakna dan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang cakap, trampil dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Pemikiran kreatif ini didasarkan pada satu pemikiran bahwa limbah dan alam merupakan sumber daya pendidikan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Implementasi pemikiran di atas diaktualisasikan oleh SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri, induk SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bogor. Proses pembelajaran baru berlangsung selama satu tahun (dua semester) dan telah memberikan temuan yang patut dipertimbangkan dan dijadikan alternatif pemecahan masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia. Penulisan makalah dimulai dengan paparan fakta permasalahan pendidikan di Indonesia, kajian temuan dan teori yang relevan, gambaran umum SMP terbuka mandiri Al-Fajri, dan pemecahan masalah. Penutup merupakan bagian akhir makalah yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi.

B. Fakta Dunia Pendidikan Indonesia Dunia pendidikan Indonesia masih dihadapkan pada beberapa permasalahan mulai dari biaya yang masih terbilang mahal, lingkungan sekolah yang belum mendukung pembelajaran, pembelajaran yang belum maksimal sampai pada masalah lingkungan. Permasalahan di atas merupakan potret buram dan memerlukan perhatian dari stakeholder pendidikan, pemerintah, masyarakat, dan siapa pun yang peduli dengan pendidikan. Pada bagian ini penulis akan memaparkan permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia.

1. Biaya Pendidikan Mahal Tidak ada biaya ini adalah kata yang paling sering muncul dari masyarakat khususnya di pedesaan ketika mereka ditanya mengapa anak-anak mereka tidak sekolah. Kondisi di atas terlebih lagi di pedesaan dengan kesadaran terhadap pendidikan rendah sehingga anak tidak sekolah atau putus sekolah cenderung tinggi. Meskipun pemerintah telah memberikan bantuan kepada sekolah baik negeri dan swasta seperti bantuan Biaya Operasional Sekolah (BOS), Bantuan

3 Kesejahteraan Murid (BKM), Bantuan Kesejahteraan Guru (BKG) namun bantuan tersebut belum memberikan dampak signifikan terhadap penurunan biaya pendidikan. Menurut Mendiknas dalam SMERU (2006), pada tahun 2005 dana BOS dan BKM yang telah disalurkan pemerintah masing-masing sebesar Rp. 5,14 triliun dan Rp. 1,06 triliun. Sedangkan untuk tahun 2006 pemerintah menganggarkan Rp. 11,12 triliun untuk PKPS-BBM Bidang Pendidikan yang terdiri atas BOS sebesar Rp. 10,32 triliun, BKM sebesar Rp. 544 miliar dan Dana Pengawasan sebesar Rp. 258 miliar. Selanjutnya menurut SMERU (2006), program BOS belum menunjukan dampak yang signifikan terhadap pengurangan angka putus sekolah dan terbukanya akses pendidikan yang murah bagi semua warga negara, terutama masyarakat miskin. Ketidakmampuan sekolah dalam memenuhi biaya pendidikan pada gilirannya masih dibebankan kepada siswa. Menurut Center fo the Betterment of Education (2006) seperti dikutip dalam SMERU (2006), fakta di lapangan menunjukan bahwa disejumlah sekolah SD dan SMP di wilayah Jakarta, Depok, dan Tangerang pihak sekolah masih memungut biaya kepada siswa seperti SPP, uang bangunan dan lain-lain. Kondisi di lapangan menunjukan setelah program BOS dan BKM berjalan berbagai jenis pungutan kepada siswa masih tetap terjadi. Biaya yang harus ditanggung oleh siswa meliputi biaya pendaftaran yang berkisar antara Rp.10.000-Rp. 20.000 per siswa, Dana Sumbangan Pendidikan (DSP) yang berkisar antara Rp. 200.000-Rp. 600.000, biaya seragam antara Rp. 50.000Rp.125.000, buku paket pelajaran antara Rp.80.000-Rp.184.000. Biaya di atas tidak termasuk untuk membeli alat tulis seperti buku, pensil atau pulpen, uang saku dan biaya transportasi lainnya. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri (2008) terhadap siswa di beberapa sekolah SMP di Kecamatan Cisarua menunjukan bahwa setiap bulan siswa memerlukan dua buku catatan, dua ballpoin, 1 pensil, uang saku Rp. 2.000/hari. Jika di bulatkan biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp. 46.000/siswa. Biaya tersebut akan leabih besar lagi jika keluarga memiliki lebih dari satu anak usia sekolah padahal orang tua mereka sebagian besar adalah buruh lepas, petani, penjaga villa, tukang ojek dan dalam beberapa kasus merupakan penganggur. Pertanyaan lain yang kemudiaan muncul adalah apakah dengan biaya yang telah dikeluarkan di atas, siswa memperoleh pendidikan yang baik, mendapatkan

4 praktikum dan kegiatan ekstra kurikuler yang tepat? Apakah pemerintah akan mampu melaksanakan program sekolah gratis? Apakah pemerintah akan mampu melaksanakana amanat Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 11 yang berbunyi Pemerintah menjamin

terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya? Dari fakta temuan di lapangan menunjukan bahwa harapan untuk mewujudkan pendidikan gratis masih jauh dari kenyataan. Menurut Balitbang Departemen Pendidikan Nasional (2004) sebagaimana di kutip dalam SMERU (2006), untuk menyelenggarakan sekolah gratis secara penuh bagi siswa setingkat SD dan SMP diperlukan dana sekitar Rp. 50 triliun per tahun. Saat ini pemerintah baru mampu menyediakan dana sebesar Rp. 235.000/sisw/tahun untuk siswa setingkat SD dan Rp. 324.500/siswa/tahun untuk siswa setingkat SMP. Unit biaya ini merupakan rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk biaya operasional nonpersonal seperti uang pendaftaran, alat tulis kantor, langganan daya dan jasa, membayar guru/pegawai honorarium, kegiatan kesiswaan, dan sebagainya. Biaya pendidikan yang masih terbilang tinggi di atas pada gilirannya akan signifikan pada Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) siswa. Menurut SMERU (2006), pada tahun 2001 jumlah anak Indonesia usia 7-15 tahun yang belum pernah sekolah masih sekitar 693.700 orang, sedangkan jumlah yang tidak bersekolah lagi karena putus sekolah atau karena tidak melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs dan dari SMP/MTs ke jenjang pendidikan menengah sekitar 2,7 juta orang atau 6,7 % dari total penduduk usia 715 tahun. Pada tahun 2004 APK jenjang SMP/MTs sekitar 81,08%. Sedangkan jika dirunut menurut kelompok kemampuan ekonomi, APK tingkat SMP/MTs untuk kelompok 20% masyarakat terkaya telah mencapai 99,51% sedangkan APK 20% kelompok termiskin baru mencapai 61,13. Ini menunjukan bahwa ada perbedaan kesempatan dalam memperoleh akses pendidikan antara kaya dan miskin.

2. Limbah dan Teknologi Pengelolaan Limbah 1. Pengertian Limbah Masalah ke-dua yang masih dihadapi oleh sekolah adalah limbah. Volume sampah yang dihasilkan oleh sekolah cenderung meningkat sejalan dengan

5 peningkatan jumlah siswa, kegiatan yang dilakukan di sekolah, dan pengelolaan limbah. Beberapa fakta tentang limbah yang dapat dijadikan rujukan adalah Ecolink (1996), Yadi Rochyadi (2007), Muslihudin Sharbinie (2008), dan New York State Department of Environmental Conservation (2008). Limbah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan di lingkungan sekolah. Menurut Ecolink (1996), pada dasarnya limbah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Secara umum limbah dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu: 1. Limbah organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, rumah tangga, industri dan lain-lain. Limbah organik secara alami mudah diuraikan oleh mikroorganisma. 2. Limbah an-organik, berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau hasil samping proses industri. Limbah anorganik tidak mudah hancur atau lapuk. Sebagian zat an-organik secara keseluruhan bahkan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedangkan sebagian lagi hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. 3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), merupakan sisa suatu usaha yang yang mengandung bahan berbahaya atau beracun, baik secara langsung atau tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Beberapa sumber penghasil limbah adalah rumah, kantor, toko, sekolah, jalan, pasar, kantor, dan industri. Volume limbah yang dihasilkan oleh sumber penghasil limbah di atas bervariasi. Menurut Yadi Rochyadi (2007), setiap siswa diperkirakan menghasilkan 0,10 liter-0,15 liter limbah. Data lengkap volume limbah yang dihasilkan oleh beberapa sumber limbah dapat di lihat pada tabel 1 di bawah.

Tabel 1. Volume Limbah yang dihasilkan oleh Beberapa Sumber No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber Limbah Rumah Permanen Rumah Semi Permanen Rumah Non Permanen Jalan Protokol Jalan Kolektor Jalan Penghubung Pasar Kantor Toko Sekolah Volume 2,25-2,50 l/orang/hari 2,00-2,25 l/orang/hari 1,75-0,75 l/orang/hari 0,10-0,15 l/orang/hari 0,10-1,15 l/orang/hari 0,05-0,10 l/orang/hari 0,20-0,60 m2//hari 0,50-0,75 l/orang/hari 2,50-3,00 l/pegawai/hari 0,10-0,15 l/orang/hari

Sumber: Yadi Rochyadi, 2007 (setelah diolah)

2. Karakteristik limbah Karakteristik limbah yang dihasilkan oleh sekolah secara umum relatif sama. Data karakteristik limbah dari dua sumber yang berbeda dapat dilihat pada tabel 2 di bawah.

Tabel 2. Karakteristik Limbah Sekolah Sumber Data dan Persentase No Muslihudin Sharbinie (Indonesia) State Department of Environmental Conservation (USA) 1 2 3 4 5 6 7 Total Kertas : 36 % Plastik : 14 % Organik : 40% Kaca : 2 % Logam : 3 % Bahan B3 : 0,1 % Lain-lain : 4,9 % 100 % Kertas : 41 % Makanan :12 % Rerumputan : 9 % Plastik : 9 % Logam : 6 % kaca : 5 % Lain-lain : 18 % 100 %

7 Data pada tabel di atas merupakan limbah yang dihasilkan oleh dua sumber yang memiliki perbedaan budaya, mobilitas, kesadaran lingkungan, gaya hidup, dan daya beli yang berbeda secara signifikan. Dari kedua tabel di atas dapat dilihat bahwa limbah kertas adalah jenis limbah yang paling banyak dihasilkan yaitu sebesar 36 % (Indonesia), dan 41 % (USA). Limbah terbesar yang dihasilkan oleh sekolah di Indonesia adalah bahanbahan organik yaitu sebesar 40 % yang terdiri dari daun-daun kering, potongan ranting, potongan kayu, bambu dan kayu bekas tusukan jajanan, potongan pigura kayu, potongan rumput, dan sisa-sisa makanan dan minuman. Limbah terbesar kedua adalah plastik yaitu sebesar 14% sedangkan di USA plastik hanya sebesar 9 %. Dari pengamatan yang dilakukan volume limbah plastik di sekolah Indonesia ditunjang oleh kecenderungan pemakaian plastik untuk kemasan jajanan. Pemakaian plastik banyak menggantikan pemakaian kemasan jajanan kertas, daun dan bambu. Limbah plastik terdiri dari pembungkus jajanan, botol dan gelas air mineral, kantong plastik, pot bunga, ember, bekas alat-alat tulis, tas, sandal, sepatu, sabuk, aksesoris, alat-alat rumah tangga, ikat rambut, gelang, dan barangbarang sejenisnya. Seiring dengan perkembangan teknologi kebutuhan akan plastik terus meningkat. Menurut BPS (1999), volume perdagangan plastik impor Indonesia terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton. Data tersebut menunjukan bahwa selama kurun waktu 4 (empat) tahun terjadi peningkatan impor plastik sebesar 46.400,9 ton. Limbah logam yang ditemukan terdiri dari potongan besi, potongan kawat, potongan baja, tembaga, alumunium, seng, kepala sabuk, gelang, aksesoris lain dan barang sejenisnya dan alat-alat rumah tangga. Bahan B3 masih dalam jumlah yang relatif kecil yaitu 0,1 % terdiri dari cat bekas, thiner, dan obat pembasmi serangga dan nyamuk, dan pupuk buatan. Limbah kaca terdiri dari pecahan gelas, pecahan kaca jendela, pecahan gelas dan piring, pecahan alat-alat perhiasan, dan pecahan cermin. Limbah yang tergolong limbah lainnya adalah pecahan genteng, pecahan pot tanah, karet gelang, penghapus karet, ban motor dan barang sejenis lainnya.

8 3. Pengelolaan Limbah Hasil survey membuktikan bahwa limbah yang dihasilkan belum dikelola secara baik. Cara umum yang dilakukan dalam menangani limbah adalah dengan membakar pada tempat terpisah, pada umumnya di belakang gedung sekolah. Pembakaran dilakukan di sore hari atau pada saat tidak ada kegiatan sekolah. Pengelolaan limbah seperti di atas dipandang sederhana dan mudah untuk dilakukan tanpa memperhitungkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pembakaran limbah plastik

misalnya, selain dapat menimbulkan polusi udara yang membahayakan kesehatan manusia juga akan meninggalkan residu yang merugikan lingkungan dan mikroorganisma lainnya. Residu hasil pembakaran pada umumnya dibuang ke kebun atau ke tempat lain yang tidak dipakai. Permasalahan di atas dapat diatasi jika pengelolaan limbah yang ada disekolah dilakukan dengan teknologi yang baik dan ramah lingkungan. Respon yang diperoleh dari sekolah ketika diajukan pertanyaan tentang pembakaran limbah karena mereka dengan pembakaran terbilang praktis dan mereka tidak memiliki pengetahuan dalam mengelola limbah. Terdapat keinginan untuk mengelola limbah secara baik dan ramah lingkungan. Diperlukan sosialisasi dan pembinaan sehingga limbah yang dihasilkan dapat dikelola secara baik dan dmeningkatkan manfaat limbah.

3. Jajanan Tidak Sehat Permasalahan lain yang dihadapi sekolah adalah berkenaan dengan jajanan makanan termasuk di dalamnya minuman dan makanan. Hasil studi yang dilakukan oleh BPOM Jawa Barat (2003), Dinas Kesehatan (Diknas) Kota Depok (2008) menunjukan bahwa jajanan yang umum dikonsumsi anak-anak di sekolah belum dapat dipertanggung jawabkan secara medis. Jajanan di atas banyak yang mengandung bahan tambahan kimia yang tidak digunakan sebagaimana mestinya. Menurut BPOM Jawa barat (2003), jajanan sekolah di beberapa wilayah di Jawa Barat menunjukan bahwa sebanyak 80% mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehetana seperti formalin, boraks, natrium siklamat, rhodamin, dan sakarin. Selanjutnya hasil survey yang dilakukan oleh BPOM (2003) terhadap makanan anak-anak diseluruh Indonesia menunjukan bahwa lebih dari 60%

9 jajanan anak-anak tidak memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan yang baik. Jenis-jenis makanan yang disurvey meliputi berbagai macam permen, makanan ringan dan berbagai jenis sirup. Jenis makanan yang umum dikonsumsi anak-anak disekolah memiliki resiko tidak baik terahdap kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Diknas) Kota Depok terhadap jajanan makanan bakso, siomay, nugget, tahu, mie, es sirup, es doger, cimol, dan pempek mengandung pengawet makanan yang berbahaya seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil seperti Rhodamin atau metanil yellow. Menurut Dinas Kesehatan (Diknas) Kota Depok (2008), jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan formalin dapat menyebabkan gangguan jantung, kanker, dan kerusakan hati dan syaraf. Sedangkan boraks dapat mengakibatkan pencernaan menjadi tidak baik. Bahan bahaya yang sering ditambahkan ke dalam makanan antara lain, pewarna merah terang rhodamin B, boraks, atau asam borat (borat acid) dan senyawanya serta formalin. Rhiodamin B adalah pewarna merah terang yang diproduksi untuk industri tekstil. Rhodamin B bersifat racun dan bisa menyebabkan kanker. Data lain menunjukan bahwa jajanan yang dijual di 35 SD yang diteliti banyak menggunakan bahan pengawet berbahaya. Survey dilakukan di Kecamatan Sukmajaya (13 SD), Kecamatan Cimanggis (14 SD), Kecamatan Limo (dua SD), Kecamatan Beji (delapan SD), Kecamatan Sawangan (10 SD), dan Kecamatan Pancoran Mas (13 SD). Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah perangkat hukum yang kita miliki tidak cukup sehingga perilaku penambahan bahan-bahan berbahaya di atas tetap berlangsung. Menurut pasal I (4) UU No. 71/1996 bahwa Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang dilakukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Peraturan lain adalah PP No. 28/2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/1928 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan. Fakta membuktikan bahwa kita tidak kekurangan perangkat hukum yang mengatur pemakaian bahan-bahan yang ditambahkan pada makanan.

Implementasi perangkat hukum di lapangan belum mampu memberikan hasil optimal, masih jauh dari harapan. Praktek penambahana bahan makanan dan zat

10 pewarna tetap saja berlangsung. Anak-anak sekolah tetap mengkonsusmsi makanan dan minuman yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan. Tanpa suatu pendekatan yang komprehensip pencegahan terhadap pemakaian bahanbahan di atas mustahil dapat dilakukan. Diperlukan suatu upaya yang dapat menyentuh pokok permasalahan sehingga kesadaran akan bahaya bahan-bahan di atas dapat ditingkatkan.

4. Pembelajaran Konvensional Fenomena guru mengajar hanya berdasarkan buku teks masih banyak ditemukan di sekolah-sekolah terutama sekolah yang tidak memiliki sumber daya manusia yang memadai. Upaya peningkatan mutu dan efesiensi pembelajaran dan pengembangan praktik-praktik yang baik (best practice) belum merata dilakukan. Konsep pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya serta mendorong pengembangan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari hanya sebatas tumpukan dokumen. Akibatnya pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) jauh dari harapan. Permasalahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan peserta didik di atas, pada gilirannya akan bermuara pada pembelajaran yang monoton, sarat dengan materi yang membuat peserta didik dan pendidik kehilangan makna pembelajaran. Teknologi Informasi dan Komunikasi belum dimanfaatkan secara maksimal. Sekolah yang belum memiliki teknologi internet masih terbilang tinggi. Bahkan bagi sekolah yang telah memiliki internet pemanfaatan teknologi di atas belum dilakukan secara optimal sehingga kebermanfaatan bagi pembelajaran belum dirasakan oleh peserta didik.

C. Kajian Teori Bagian ini akan membahas tentang teori-teori dikotomi pendidikan yaitu pendidikan tradisional dan modern. Dari kajian teori di atas penulis mencoba membangun fondasi bagaimana konsep sekolah modern berbasiskan limbah dan alam sperti yang dilakukan oleh SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri mampu mengatasi persoalan yang menjadi potret buram dunia pendidikan di Indonesia.

11 1. Sekolah Tradisional Pustaka yang relevan dengan konsep sekolah tradisional diantaranya adalah apa yang dipaparkan oleh Dimyati Machmud (1973), Vernon Smith (2006), dan Anjar S. Saputro (2007). Menurut Dimyati Machmud (1973) dalam Hujair A.H. Sanaky, pendidikan tradisional telah menjadi sistem yang dominan di tingkat pendidikan dasar dan menengah sejak paruh kedua abad ke-19, dan mewakili pencarian elektik atas satu sistem terbaik. Pendidikan tradisional memberikan penekanan pada penguasaan bahan pelajaran. Menurut konsep ini rasio ingatan memegang peranan penting dalam proses belajar di sekolah. Selanjutnya Vernon Smith dalam Hujair A.H. Sanaky (2008) mengatakan, bahwa ciri pendidikan utama pendidikan tradisional adalah: a. Anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam wilayah geografis distrik tertentu b. Anak-anak biasanya dimasukan ke kelas yang berbeda berdasarkan usia c. Anak-anak naik kelas setiap habis satu tahun ajaran d. Sekolah menganut sistem otoritarian, anak-anak diharapkan menyesuaikan diri dengan tolok ukur prilaku yang telah ada e. Guru memikul tanggung jawab pengajaran, berpegang pada kurikulum yang telah ditetapkan f. Sebagian besar pelajaran diarahkan oleh guru dan berorientasi pada teks g. Promosi tergantung pada penalaran guru h. Kurikulum berpusat pada subyek pendidikan i. Bahan ajar yang paling umum tertera pada kurikulum adalah buku-buku teks Lebih jauh Vernon Smith dalam dalam Hujair AH. Sanaky (2008) mengatakan bahwa pendidikan tradisional didasarkan pada beberapa asumsi yang umumnya diterima orang meskipun tidak disertai bukti keandalan atau kesahihan. Asumsi yang dimaksud adalah: a. Ada suatu kumpulan pengetahuan dan keterampilan penting tertentu yang harus diketahui anak b. Tempat terbaik bagi sebagian besar anak untuk mempelajari unsur-unsur adalah sekolah formal c. Cara terbaik supaya anak bisa belajar adalah mengelompokan mereka ke dalam kelas-kelas yang ditetapkan berdasarkan usia mereka

12 Ciri yang disebutkan oleh Vernon di atas masih banyak ditemukan pada sekolah-sekolah yang terdapat di Indonesia terutama sekolah yang belum memiliki sumber daya pendidik yang profesional. Pembelajaran yang ditetapkan pemerintah masih merupakan paket yang harus diselesaikan. Akibatnya, kurikulum yang diterapkan tanpa atau sedikit sekali memperhatikan konteks atau relevansi dengan konsisi sosial masyarakat bahkan sedikit sekali yang mengantisipasi perubahan zaman, sistem pembelajaran sepenuhnya berorientasi pada guru. Terdapat pendapat yang membuat dikotomi pendidikan tradisional dan modern berdasarkan ada atau tidaknya kurikulum. Menurut Anjar S. Saputro (2007), pada konsep pendidikan tradisional tidak dikenal istilah kurikulum baik pada pendidikan sosial, pendidikan agama atau pendidikan keterampilan. Pendidikan tradisional tidak memerlukan kurikulum, tidak memerlukan perencanaan karena tujuan pendidikan tradisional adalah mewariskan nilai dan tradisi. Materi pendidikan relatif tetap dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Sedangkan pada konsep pendidikan modern keberadaan kurikulum diperlukan karena tujuan pendidikan sekolah lebih luas dan lebih kompleks karena sesuai dengan tuntutan perubahan. Kurikulum harus selalu diperbaharui sejalan dengan perubahan yang terjadi. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, kurikulum harus disusun secara strategis dan dirumuskan menjadi programprogram tertentu. Penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti perkembangan anak, perkembangan ilmu pengetahuan,

perkembangan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja dan sebagainya. Salah satu kelemahan konsep sekolah tradisional adalah ketiadaan kurikulum yang berfungsi sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran. Melalui kurikulum tersebut institusi pendidikan menentukan arah dan tujuan. Beberapa definisi kurikulum yang relevan dengan pokok bahasan adalah: 1. Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 butuir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 2. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.

13 Perencanaan di atas di susun secara tersetruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran. Materi di dalam kurikulum harus di organisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. 3. Menurut Harsono (2205), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Dalam bahasa lain, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi meliputi seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.

2. Sekolah Modern Konsep modern dapat dilacak berdasarkan beberapa pendapat, diantarnya menurut (1996). Menurut Wilkipedia (2008), modern adalah ... something that is upto-date, new, or from the present time. The term was invented in the early 16th century to describe recent trends. Istilah zaman modern (Modern Time) mengacu pada pembedaan antara zaman-zaman tertentu di Eropa: 1. The Early Modern Times lasted from the end of the 15th century to the end of the 18th century, circa 1450/92 to 1750/92. 2. Modern Times are the period from Enlightenment and the 18th century until today; the term Late Modern is not being used in English, albeit in other languages. The history of this time is the Modern history. 3. Modernity, based on Modernism, explores the changes of society due to the industrial age. 4. Postmodernity, Postindustrialism are theories to apply the art movement term of postmodernism (below) to social and cultural history, or to refer to the change of the industrial society during the past fifty years when the industry was no longer the most predominant basis of economy and society; the prefix post- implies a reaction to modernity and in that sense does not cover all contemporary history. Wilkipedia (2008), Dimyati Machmud (1979), dan Azyumari Azra

14 Dari definisi-definisi yang muncul di Wikipedia, jelaslah bahwa awalnya istilah modern mengacu pada pembedaan antara satu zaman dengan zaman lain di Eropa. Artinya, istilah ini merupakan istilah yang khas Eropa. Sedangkan dalam konteks pendidikan menurut Wilkipedia (2008), sekolah modern adalah model sekolah yang pada umumnya ada di Inggris pada tahun 1944 sampai awal tahun 1970-an di bawah Tripartite System, dan ditujukan bagi anak-anak yang tidak mencapai skor 25% padamasuk sekolah. Anak-anak tersebut selanjutnya dimasukan ke satu sistem pendidikan komprehensif yang ada sampai saat ini terutama di Irlandia Utara. Selanjutnya dengan dikeluarkannya kebijakan Buttler Education telah memunculkan satu sistem pendidikan bagi anak-anak yang akan sekolah pada tingkat lanjutan pertama pada usia 11 tahun. Pendidikan yang diberikan merupakan pelatihan yang bersifat praktis seperti teknik mesin, pertukangan, memasak, disamping mata pelajaran umum seperti matematika, Menurut Dimyati Achmad (1979), sekolah modern adalah suatu sistem pendidikan yang menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik. Pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah, pendidikan didasarkan pada kemampuan dan minat peserta didik, tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar. Sedangkan Shipman (1972) yang dikutip dalam Azyumari Azra (1996) mengatakan bahwa fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat modern yang tengah membangun terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Sosialisasi (socialization), artinya sekolah sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan. 2. Pembelajaran (schooling), artinya pembelajaran bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik untuk mencapai dan memiliki posisi sosial ekonomi tertentu. Oleh karena itu, pembelajaran harus mampu memberikan kualifikasi pekerjaan dan profesi tertentu sehingga peserta didik akan mampu memainkan peran sosial-ekonomi di masyarakat.

15 3. Pendidikan (education), pendidikan merupakan education untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan bagi kelanjutan program pembangunan.

3. Sekolah Modern di Masa Depan Yang menjadi pertanyaan adalah dalam kondisi saat ini model sekolah mana yang harus di adopsi oleh Indonesia sekolah tradisional atau sekolah modern. Konsep sekolah mana yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini dan tantangan dimasa depan. Dari penjelasan kedua konsep di atas jelas bahwa masing-masing konsep memiliki kekurangan dan kelebihan. Konsep sekolah tradisional yang dijelaskan oleh Anjar S. Saputro (2007) jelas memiliki kelebihan yaitu berperan dalam mewariskan nilai dan tradisi leluhur. Fakta membuktikan bahwa banyak peserta didik yang tidak mengetahui tradisi yang pernah dimiliki oleh leluhur karena pengaruh kebudayaan luar yang sangat pesat. Padahal praktik yang baik (best practice), tradisi, budaya, dan kebiasaan leluhur tersebut memiliki nilai edukatif. Melalui konsep pendidikan tradisional maka nilai, tradisi dan pengetahuan lokal (best practice) yang dimiliki oleh generasi sebelumnya tetap terpelihara. Salah satu kelemahan konsep sekolah tradisional adalah ketidaan kurikulum yang berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajaran, monitirong dan evaluasi pembelajaran, serta tolok ukur keberhasilan

pembelajaran. Demikian juga halnya dengan beberapa konsep pendidikan modern, terlihat ada kecenderungan untuk mengadopsi segala sesuatu yang datang dari luar (western style) terutama yang erat kaitannya dengan pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Namun demikian, sekolah modern didasarkan pada minat, bakat, dan latar belakang siswa serta tantangan di masa depan. Pendidikan merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang menyentuh seluruh aspek kehidupan peserta didik dan diarahkan sebagai suatu proses dan kegiatan belajar sepanjang hayat. Dari kedua konsep di atas, maka diperlukan seuatu konsep pendidikan yang bukan saja dapat mewariskan nilai, budaya, tradisi, praktik yang baik dari leluhur atau suatu konsep pendidikan yang memiliki kurikulum, dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan peserta didik, mampu mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang cakap, tanggap terhadap berbagai perubahan. Konsep pendidikan yang diadopsi harus mampu mendorong pemanfaatan limbah dan

16 sumber daya yang tersedia dalam suatu cara yang berkesinambungan, mampu memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa melupakan kebutuhan generasi yang akan datang dan berjalan dalam jalur yang selaras dengan prinsip ramah lingkungan.

D. Pemecahan Masalah Bagian ini akan menjelaskan bagaimana konsep sekolah modern berbasiskan limbah dan alam menjadi bagian pemecahan masalah di atas. Pembahasan diawali dengan gambaran singkat SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri, induk SMPN 1 Cisarua, kajian teori-teori yang relevan dengan makalah. Pada beberapa bagian argumen didasarkan pada temuan selama proses pembelajaran dilakukan. Selanjutnya penulis menganalisis keberadaan SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri dengan permasalahan yang dihadapi berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas. Analisis yang dilakukan didukung oleh temuan-temuan selama pembelajaran yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun kebelakang. Selanjutnya temuan tersebut akan dihubungkan dengan kondisi beberapa tahun ke depan.

1. Gambaran Umum SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri merupakan salah satu SMP Terbuka Mandiri yang ada di Indonesia di bawah binaanYayasan Sekolah Rakyat Indonesia. Menurut Yayasan Sekolah Rakyat Indonesia (2006), pada tahun 2006 Yayasan Sekolah Rakyat memiliki 475 TKBM (Tempat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang tersebar di 17 provinsi dengan jumlah siswa 17.100 dan 2185 guru. Di Kabupaten Bogor pada saat makalah ditulis tercatat sebanyak 13 SMP Terbuka Mandiri dengan jumlah siswa tidak kurang dari 1000. Jumlah tersebut diperkirakan masyarakat. a. Visi, Misi dan Tujuan Visi: tranformasi masyarakat tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri, kreatif, kompetetif dan peduli lingkungan Misi: Memberikan pelayanan pendidikan gratis dan bermutu bagi masyarakat tidak mampu akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepercayaan

17 Mengupayakan pendidikan gratis, bermutu, transparan dan akuntabel Menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik Menumbuhkembangkan budaya meneliti Menjaga, melestarikan, mengembangkan dan menyebarluaskan tradisi, nilai, budaya, dan praktik-praktik yang baik leluhur kepada generasi sekarang dan generasi mendatang Tujuan: Mendorong peningkatan akses pendidikan bagi masyarakat tidak mampu Mendorong peningkatan APM dan APK SMP

b. Sasaran SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri Sasaran peserta didik SMP Terbuka Mandiri Al- Fajri adalah anak usia sekolah SMP/MTs yang terdapat dilingkungan sekitar yang belum terakomodasi oleh sekolah regular karena berbagai hambatan seperti ekonomi, geograpi dan kultur. c. Tenaga Pendidik Tenaga pendidik adalah guru pria dan wanita yang relatif muda berusia antara 25-40 tahun dengan latar belakang pendidikan D2, D3, S1 dan S2. d. Kurikulum 1. Terintegrasi. Pembelajaran dilakukan berdasarkan kurikulum terintegrasi antara kurikulum nasional (KTSP 2006) dengan kurikulum muatan lokal. Pemilihan kurikulum muatan lokal disesuaikan dengan minat, bakat, latar belakang siswa, keunggulan dan ketersedian sumber daya yang dimiliki, tantangan dan kebutuhan di masa sekarang dan masa yang akan datang. 2. Berbasiskan Penelitian dan Teknomlogi Informatika Proses pembelajaran dititikberatkan pada kegiatan penelitian

sederhana. Integrasi kurikulum dengan perbandingan 30:70, 30 persen teori dan 70 persen praktek memungkinkan penelitian dapat dilakukan.

18 Hasil penelitian peserta didik dan guru selanjutnya dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informatika dan multimedia (interaktif). Materi pembelajaran

pendukung dibuat sendiri yang bersumber dari kegiatan dan keseharian peserta didik sehingga pembelajaran lebih berarti. Penyampain materi diharapkan dapat dilakukan dengan memanfaatkan media LCD (Liquid Crystal Device). Mengingat berbagai keterbatasan pembelajaran saat ini belum sepenuhnya dilakukan dengan pendekatan tematik. Diharapkan di masa mendatang pembelajaran sepenuhnya dapat dilakukan melalui pendekatan tematik dengan limbah sebagai sumber belajar. 3. Sumber Belajar Sumber belajar yang dipakai sangat beragam, dari yang telah telah tersedia sampai yang sengaja disediakan. Sumber belajar yang telah tesedia diantaranya sekolah, halaman sekolah, tanah lapang, kebun, sawah, sungai, limbah dan lain-lain. Sedangkan yang sengaja disediakan misalnya perpustakaan, kebun percontohan, kebun sekolah, komputer, internet dan lain-lain. e. Pembelajaran Pembelajaran dilakukan selama 6 (enam hari) dari hari Senin sampai Jumat. Karena sifatnya yang mandiri, maka perbandingan belajar di Al-Ajri dan sekolah induk adalah 6:0 (6 hari di Al-Fajri dan 0 hari di SMP induk. f. Strategi Untuk mencapai visi, misi dan tujuan SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri menerpakan dua pola strategi yaitu stragei ke dalam dan strategi ke luar. Pertama strategi ke dalam, yaitu upaya yang dilakukan dilingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Kedua strategi ke luar, yaitu upaya yang dilakukan sekolah dengan pihak luar baik di dalam negeri atau dengan sekolah yang ada di luar negeri. Bentuk kerjasama yang dijalin dengan sekolah di luar negeri diantaranya adalah penyusunan kurikulum (curriciulum development), kunjungan siswa (student visit), kunjungan guru (teacher visit), pembelajaran bersama

19 kelas jauh (join class distance learning), surat menyurat antara guru dengan guru (teacher to teacher correspondence), dan antara siswa dengan siswa (student to student correspondence).

2. Pengelolaan Limbah Sebagai sekolah berbasiskan limbah dan alam SMP Terbuka Mandiri AlFajri melakukan upaya pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki manfaat lebih. Kegiatan awal yang dilakukan adalah karakaterisasi limbah yaitu kegiatan untuk mengetahui berapa banyak limbah kertas, kaca, organik, plastik dan lain-lain yang dihasilkan oleh setiap sekolah. Setelah karakterisasi limbah dilakukan kegiatan selanjutnya adalah mencari alternatif pemanfaatan limbah. Kegiatan pemanfaatan limbah dilakukan selama pembelajaran dengan melibatkan guru dan peserta didik sehingga pembelajaran lebih menarik, jenis dan bentuk pemanfaatan limbah yang diperoleh lebih beragam. Jenis barang yang dihasilkan diantaranya alat peraga, sarana pendukung pembelajaran, alat tulis, dan lain-lain. Konsep sekolah modern berbasis limbah dan alam memberikan dampak positif, diantaranya: 2.1. Menekan Biaya Ketersediaan anggaran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung berbagai kegiatan sekolah seperti biaya operasional, pembelian buku paket dan buku referensi, pembelian alat peraga, praktek dan kegiatan lain. Pembiayaan kegiatan-kegiatan di atas belum sepenuhnya dapat ditanggung oleh sekolah. Bantuan pemerintah dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Kesejahteraan Murid (BKM), Bantuan Kesejahteraan Guru (BKG), dan bentuk bantuan lain belum dapat menutup anggaran yang diperlukan. Pada akhirnya sekolah mengeluarkan kebijakan menarik biaya dari orang tua sehingga tidak sedikit orang tua yang tidak dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Dengan konsep sekolah berbasiskan limbah dan alam ternyata sekolah bisa menghemat anggaran dan pada gilirannya biaya sekolah yang harus ditanggung oleh siswa akan semakin kecil dan tidak menutup kemungkinan tidak akan ada pemungutan. Dari pengalaman SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri, ditemukan beberapa pos pengeluaran yang dapat dihemat diantaranya: 1. Alat peraga dan sarana pendukung pembelajaran

20 Alat peraga dan sarana pendukung pembelajaran yang telah dibuat diantaranya: Anatomi tubuh manusia, hewan dan tumbuhan Globe dan peta Penggaris, busur, penghapus Papan tulis Pot tanaman dari limbah

Sebagai sekolah yang terletak dipedesaan mendorong pengelola untuk memberikan perhatian yang besar terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kehadrian alat peraga Mata Pelajaran IPA yang dibuat sendiri dengan bahan dasar limbah dirasakan sangat membantu. Sebagai contoh, untuk memiliki alat peraga anatomi tubuh manusia sekolah harus mengeluarkan uang kurang-lebih sebesar Rp. 150.000-Rp. 200.000. Dengan membuat alat peraga sendiri pengeluaran ratusan ribu di atas dapat dihemat. Rencana ke depan alat peraga yang dibuat akan dipasarkan ke sekolah lain sehingga merupakan salah satu sumber pendapatan sekolah. 2. Kertas dan alat tulis Buku tulis dan alat tulis merupakan bagian dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil temuan SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri menunjukan bahwa setiap siswa dalam satu bulan rata-rata memerlukan 2 (dua) buku tulis, 2 (dua) pen, dan 1 (satu) pensil. Harga satu buku tulis ukuran sedang berkisar antara Rp. 1000 Rp. 1500, pen antara Rp. 1000 Rp. 2000, dan pensil antara Rp. 1000 Rp. 1500. Sehingga jika dirata-ratakan biaya yang harus disediakan untuk membeli alat tulis adalah Rp. 4000/siswa/bulan. Dengan asumsi satu keluarga memiliki 3 anak usia sekolah maka pengeluaran untuk alat tulis adalah Rp.12.000/keluarga/bulan. Selain untuk buku penggunaan kertas yang umum dipakai disekolah adalah kertas karton, sampul dan kertas warna. a. Tempat sampah Pemanfaatan limbah dapat dijadikan sarana untuk menunjang kebersihan. Pembuatan tempat sampah dari karton bekas dan potongan kayu selain dapat mendorong terciptanya lingkungan sekolah yang

21 tertata rapi, bersih dan terlihat asri juga dapat menekan biaya untuk pembelian tempat sampah. b. Sumber belajar Pelaksanaan kurikulum yang terintegrasi dengan limbah sebaga sumber belajar yang dirancang dalam pembelajaran tematik terbukti memiliki keuntungan. Melalui pendekatan pembelajaran di atas peserta diajak ke dalam satu situasi nyata sehingga alternatif pemecahan masalah dapat secara langsung dapat diketahui dan diterapkan. Bagi guru pembelajaran tematik terbukti dapat menghemat waktu dan tidak banyak menyita waktu untuk menerangkan. Pada gambar 1 di bawah dapat dilihat model pembelajaran tematik kelas VII semester 2 dengan sumber belajar kotak kardus

Gambar 1. Pemanfaatan kardus bekas sebagai sumber belajar

Agama Islam SK No. 11

PKn SK No. 4

B. Indonesia SK No. 9

Matematika SK No. 6 LIMBAH KOTAK KARDUS

IPA SK No. 5

IPS SK No. 4

Seni Budaya SK No. 9

TIK SK No. 10

B. Inggris SK No. 8

Penjasorkes SK No. 13

Keterangan: Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, SK No. 11 adalah membiasakan prilaku terpuji

22 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), SK No. 4 adalah menampilkan kemerdekaan mengemukakan pendapat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, SK No. 9 adalah memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara Mata Pelajaran Bahasa Inggris, SK No. 8 adalah memahami makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sangat sederhana yang berbentuk descriptive dan procedure untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat Mata Pelajaran Matematika, SK No. 6 adalah memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Mata Pelajaran IPA, SK No. 5 adalah memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan Mata Pelajaran IPS, SK No. 4 adalah memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya Mata Pelajaran Seni Budaya, Seni Rupa SK No. 9 adalah mengapresiasi karya seni rupa Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SK No. 13 adalah menerapkan budaya hidup sehat. Mata Pelajaran Keterampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kerajinan SK No. 10 adalah membuat benda kerajinan Dengan memanfaatkan limbah sebagai sumber belajar selaian pencapaian Kompetensi Dasar (SK) lebih terlihat tercapai peserta didik akan memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan apa yang harus mereka lakukan dengan lingkungan termasuk di dalamnya bagaimana untuk menegolola limbah. Ilustrasi pemetaan pembelajaran tematik di atas merupakan contoh kecil dari sebuah pembelajaran. Pendidik (guru) dan pesesrta didik bisa mengembangkan menjadi sebuah pembelajaran yang lebih menarik dan lebih bermakna.

Tabel 3. Limbah dan Produk yang Dihasilkan No 1 Jenis Limbah Kertas Produk Yang Dibuat Alat peraga, kerta karton, penggaris, dan berbagai produk dari kertas 2 Plastik Alat peraga, papan tulis (white Papan tulis (white Keterangan

23 board), pot tanaman, pigura, dan berbagai produk lain dari plastik 3 Kulit pohon Pot tanaman, tali, sampul buku dan produk sejenis lain 4 Kaca Pigura, box pemelihraan cacing, dan produk sejenis lain 5 Serbuk gergaji Media tanaman, pot tanaman, Papan tulis masih alat peraga, papan tulis, dalam tahap board) masih dalam pengembangan

penghapus, dan produk sejenis pengembangan lain 6 Kaleng Alat peraga, pot tanaman, dan produk sejenis lain 7 Botol kaca Alat musik Masih dalam tahap pengembangan 8 9 10 Injuk aren Alang-alang Tali, atap Atap

Tulang daun kelapa Sapu dan produk sejenis lain dan palem

11 12

Bunga Ubi kayu

Pewarna alami Perekat (lem) kertas, pengganti crayon dan pewarna

13

Limbah organik

Kompos

2.2. Sebagai Sumber Ekonomi Sekolah. a. Pembuatan kompos Dengan mengelola limbah secara baik sekolah akan memiliki sumber penghasilan. Limbah organik yang pada umumnya merupakan jenis limbah yang dihasilkan dalam jumlah besar dapat dijadikan sebagai kompos. Pemanfaatan kompos selain untuk keperluan tanaman di sekolah juga dapat dijual. Pengelolaan limbah organik sebagai sumber ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui pemanfaatan cacing dalam kotak plastik yang dibuat dari limbah botol plastik bekas air mineral, kaca, kayu atau

24 limbah lainnya. Pemeliharaan cacing di atas disamping untuk

menghasilkan pupuk cair, kotak cacing dapat berfungsi sebagai media pembelajaran yang sederhana, menarik, mudah dibuat dan ramah lingkungan.

b. Pemeliharaan ternak Pemeliharaan ternak ruminansia kecil seperti kelinci memiliki fungsi ganda yaitu untuk sayuran memanfaatkan limbah organik seperti sisa potongan

atau potongan rumput dan dapat berfunsi sebagai sumber

penghasilan sekolah. Sumber penghasilan di atas misalnya dari penjualan berbagai makanan olahan daging kelinci, anak kelinci dan pupuk kandang. Selain sebagai sumber ekonomi pemeliharaan kelinci juga berfungsi sebagai media pembelajaran dan sarana praktek langsung berbagai mata pelajaran.

c. Kebun Sekolah, Apotik Sekolah dan Pembibitan. Pemanfaatan limbah organik berupa kompos dan pupuk kandang dapat dipergunakan untuk keperluan kebun sekolah. Kebun sekolah dapat dimanfatkan untuk menanam berbagai tanaman sayuran, tanaman obat pembibitan tanaman buah, tanaman hutan dan lain sebagaianya. Tanaman yang dipelihaara di kebun sekolah selain sebagai media pembelajaran dapat berfungsi sebagai sumber penghasilan sekolah. Teknologi pertanian yang ramah lingkungan (pertanian organik) merupakan cara yang tepat untuk mendorong peserta didik agar memiliki pola hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk di dalamnya pola makan yang sehat perlu didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. 2.3. Mendorong Budaya Hidup Sehat Limbah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menghasilkan limbah. Kondisi di atas terlebih lagi bagi masyarakat atau peserta didik dengan budaya hidup sehat yang relatif rendah, maka jika limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah baru.

25 Penerapan budaya hidup sehat tidak cukup dengan penjabaran teori dan pemberian contoh namun perlu didukung dengan suatu tindakan nyata. Dengan memakai limbah sebagai media dan sumber pembelajaran peserta didik berada dalam sebuah kondisi nyata dan dituntut untuk mampu mencari pemecahan terhadap limbah yang dihasilkan menjadi produk lain yang lebih bermanfaat. Pada gilirannya ke depan metode pembelajaran di atas akan mendorong peserta didik terbiasa dengan budaya hidup sehat. Fakta dilapangan menunjukan bahwa penerapan budaya hidup sehat tidak dapat dilakukan dengan mudah. Tidak sedikit anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk menerapkan budaya hidup sehat kepada masyarakat. Berbagai program penyuluhan, pelatihan dan bentuk lain ternyata belum mampu memberikan hasil maksimal. Dalam konteks di atas, sekolah merupakan tempat yang strategis untuk memberikan pembelajaran kepada masyarakat termasuk di dalamnya peserta didik. Mekanisme pembelajaran dalam kurun waktu selama tiga tahun yaitu selama mereka mengikuti pembelajaran merupakan rentan waktu yang akan membekali peserta didik terbiasa dengan budaya hidup sehat. Upaya penerapan budaya hidup sehat tidak akan tercapai jika dilakukan hanya dalam bentuk penyuluhan atau pelatihan namun harus diberikan secara kontinyu dan berkesinambungan sehingga masyarakat dari yang tidak bisa menjadi bisa dan terbiasa. Pembelajaran dengan memanfaatkan alam ternyata cukup efektf dalam mencegah pemakaian bahan pewarna buatan yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Pemakaian kunyit (Curcuma longa) sebagai pengganti warna kuning buatan telah banyak dipakai peserta didik. Dampak negatif pewarna buatan telah menjadi bagian dari pembicaraan siswa. Dalam salah satu kegiatan kreasi dan pameran karya siswa terbukti siswa telah menggunakan pewarna alami sebagai pengganti pewarna buatan. Pada gilirannya ke depan pemakaian pewarna alami akan dilakukan bukan hanya oleh siswa melainkan oleh pedagang jajanan yang umum ada di lingkungan sekolah. Untuk mencapai tujuan di atas sekolah dipandang perlu untuk melibatkan pedagang dalam upaya pencegahan pemakaian pewarna buatan.

26 Menurut Rizal Syarief, Direktur Center for Alternative Dispute Resolution, Regulation and Policy and Empowerment (CARE), Institut Pertanian Bogor (2008), diperlukan pendekatan dan pembinaan secara persuasif kepada pedagang untuk mengatasi maraknya penggunaan bahan pengawet berbahaya untuk makanan. Lebih jauh Rizal Syarief (2008) mengatakan bahwa perlu untuk memberikan label stiker kepada pedagang yang tidak menggunakan bahan berbahaya dalam pembuatan makanan. Dengan cara persuasif maka para pedagang akan lebih memerhatikan bahan baku dalam membuat makanan. Fakta membuktikan bahwa pencegahan pemakaian bahan tambahan berbahaya melalui perangkat hukum ternyata tidak efektif. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1999 tentang label dan Iklan Pangan yang mewajibkan produsen untuk mencantumkan bahan tambahan yang dipakai, Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Keamanan Pangan, Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 Tahun 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Peraturan Menteri Kesehatan No. 79 Tahun 1978 tentang Label dan Periklanan Makanan, dan Keputusan Badan POM RI No. HK.00.05.5.1.454 tentang Persayaratan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan perangkat hukum lainnya telah jelas memberikan aturan dan sanksi kepada yang melanggar. Fakta membuktikan bahwa ketersediaan perangkat hukum yang mengatur tentang pemakaian Bahan Tambahan Makanan namun belum mampu mencegah praktek pemakaian bahan tambahan dan pewarna buatan. Produsen makanan tidak menyadari akan ancaman hukuman terhadap pelanggaran dan masyarakat tidak menyadari bahaya bahan tambahan dan pewarna buatan bagi kesehatan. Dari dua fakta di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perangkat hukum dan sosialisasi saja tidak efektif. Upaya nyata dan pemberian alternatif pemecahan masalah pemakaian bahan tambahan dan zat pewarna akan mendorong masyarakat untuk meninggalkan bahan tambahan berbahaya dan mengganti dengan bahan alami. Upaya yang dilakukan oleh SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri perlu untuk diikuti

27 oleh sekolah lain sehingga dampak negatif bahan tambahan dan pewarna buatan yang dapat merugikan masyarakat dapat dihindarkan. 2.4. Melestarikan Keanekaragaman Hayati (biological diversity) Konsep sekolah modern berbasiskan limbah dan alam akan mendorong penyelemaatan keanekaragaman hayati (biological diversity) terutama tanaman. Keanekaragaman hayati berfungsi dalam menjaga kesetabilan ekologi. Menurut Shiva (1994), keragaman adalah karakteristik alam dan merupakan kesetabilan ekologi. Keragaman ekosistem menciptakan keragaman bentuk-bentuk kehidupan dan keragaman budaya. Idealnya, keragaman budaya dan keragaman hayati harus berjalan sinergis. Menurut Eko Kuswanto (2002), keragaman hayati paling tinggi terdapat di negara-negara Dunia Ketiga (juga dikenal sebagai negara Selatan) yang paling besar berada di wilayah tropik. Indonesia adalah salah satu pusat keragaman hayati dunia. Kepulauan Indonesia yang terdiri atas 17.000 pulau, merupakan tempat tinggal bagi flora dan fauna dari dua tipe yang berbeda asal usulnya. Bagian Barat merupakan kawasan Indo-Malayan sedangkan bagian Timur termasuk kawasan Pasifik dan Australia. Meskipun daratan Indonesia hanya mencakup 1,3 persen dari seluruh daratan di bumi, Indonesia memiliki kehidupan flora dan fauna yang spektakuler dan unik. Indonesia juga memiliki keragaman hayati yang mengagumkan, yaitu sepuluh persen dari spesies berbunga yang ada di dunia, 12 persen dari spesies mamalia dunia, 16 persen dari seluruh spesies reptile dan amfibi, 17 persen dari seluruh spesies burung, dan 25 persen dari semua spesies ikan yang sudah dikenal manusia. Hutan Indonesia termasuk yang memiliki keragamana hayati yang paling kaya di dunia, memiliki spesies palem yang terkaya (447 spesies, 225 diantaranya tidak terdapat di bagian dunia lain), lebih dari 400 spesies dipterocarpaceae (jenis kayu komersial yang paling berharga di Asia Tenggara), dan diperkirakan mengandung 25.000 spesies tumbuhan berbunga. Hutan berfungsi sebagai sumber energi bumi dan memainkan peranan penting sebagai pengendali cuaca dan pengatur berbagai siklus air. Hutan juga menjadi sumber makanan dan obat-obatan yang diperlukan manusia. Sejak zaman dulu, nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki kearifan dalam mengelola dan

28 memanfaatkan sumber daya di atas. Menurut Eko Kuswanto 2202, sekitar 40 juta penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan secara langsung tergantung pada keragaman hayati. Keberadaan keragaman hayati Indonesia bukan tanpa ancaman. Beberapa fakta yang mendukung diantaranya adalah menurut Eko Kuswanto (2202), IUCN (2004). Ancaman terhadap keselamatan keanekaragaman hayati perlu direspon dengan lebih serius, komprehensif dan berkesinambungan. Sebagai contoh, tanaman ceplukan (Physalis minima) 3 , yang dipakai sebagai campuran jamu-jamu 5 (lima) tahun ke belakang masih mudah ditemukan di sekitar sekolah SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri, tetapi saat ini sulit ditemukan. Jika kondisi di atas terus berlangsung maka tidak menutup kemungkinan pada suatu saat nanti akan banyak generasi yang tidak akan mengenal secara langsung tanaman yang menjadi ciri khas Indonesia Menurut Wilson dalam Eko Kuswanto (2002), pada tahun 1988 diperkirakan bahwa rata-rata kepunahan spesies mencapai 1000 per tahun. Bumi ini diperkirakan dihuni oleh 30 juta spesies hewan dan tumbuhan, seper empatnya diperkirakan telah punah pada tahun 2000. Kepunahan varietas suatu spesies tanaman atau ras hewan lebih sukar diperkirakan. Secara kasat mata indikator kepunahan jenis tanaman tertentu mudah diketahui. Banyak buah-buahan asli Indonesia sudah sukar ditemukan, misalnya buah gandaria (Bouea macrophylla). Beberapa tahun ke belakang pohon gandarai mudah sekali ditemukan, namun sekarang sukar ditemukan. Pada tingkat dunia menurut IUCN (2004), ancaman kepunahan

keanekaragaman hayati Indonesia menduduki urutan keempat. Lebih juah laporan IUCN (2004) memberikan gambaran jelas tentang ancaman kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia. Pada pada tabel 4 dapat dilihat jumlah spesies yang terancam punah dan pada tabel 5 jenis organisme yang terancam punah berdasarkan klasifikasi taxonomi.

Tanaman ceplukan dalam bahasa dikenal dengan nama cecenatan

29 Tabel 4. Jumlah Keanekaragaman Hayati yang Tercancam Punah No 1 2 3 4 5 Ekuador Amerika Serikat Malaysia Indonesia China Nama Negara Jumlah Spesies 2.151 spesies 2.151 spesies 892 spesies 833 spesies 773 spesies

Sumber IUCN, 2004 (setelah diolah)

Tabel 5. Jenis Organisme yang Terancam Punah Berdasarkan Klasifikasi Taxonomi. No 1 2 3 4 5 6 7 8 Mamalia Burung Reptil Amfibi Ikan Moluska Invertebrata lain Tanaman Nama Negara Jumlah Spesies 146 spesies 121 spesies 28 spesies 33 spesies 91 spesies 3 spesies 28 spesies 383 spesies

Sumber: IUCN, 2004 (setelah diolah)

Dari kedua tabel di atas jelas bahwa ancaman terhadap spesies keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia tertinggi ke-empat di dunia yaitu sebesar 833 spesies. Data di atas diambil empat tahun kebelakang yang berarti bahwa tidak menutup kemungkinan spesies yang dimiliki oleh Indonesia saat ini semakin berkurang. Ancaman terhadap keanekaragaman hayati berada pada tingkat yang tertinggi yaitu sebesar 383 spesies. Konsep sekolah modern berbasiskan limbah dan alam akan mendorong penyelematan keanekaragaman hayati secara sistemis. Peserta didik akan memiliki kepekaan bukan hanya pada pemanfaatan sumber daya di atas, namun akan memiliki kepekaan dalam pelestarian dan penyelamatannya. Dengan memanfaatkan pewarna alami misalnya, peserta didik pada satu sisi akan

memiliki pengetahuan tentang manfaat tanaman tertentu dan pada sisi lain akan

30 berupaya untuk melestarikannya. Sebagai ilustrasi, jika peserta didik telah mengetahui manfaat daun pandan wangi ( pandanus amarylllifolius Roxb) untuk menghasilkan warna hijau, maka jika ketersediaan tanaman tersebut terbatas sedangkan kebutuhan besar, maka mereka akan berupaya untuk menanam. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa dengan pertanyaan apa yang akan mereka lakukan jika pada keadaan tertentu mereka menemukan warna tertentu yang dihasilkan oleh tanaman tertentu sedangkan tanaman tersebut sulit ditemukan. Respon yang mereka berikan adalah mereka akan menanam. Dari dua ilustrasi di atas jelas bahwa konsep sekolah modern dengan memanfaatkan tanaman sebagai pengganti warna buatan akan signifikan terhadap penyelamatan keanekaragaman hayati Indonesia. Upaya yang dilakukan oleh peserta didik bukan hanya sebatas pada pengetahuan namun langsung pada praktek dan pemanfaatannya.

2.5. Inovasi Pembelajaran Pembelajaran merupakan bagian penting yang menentukan keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan pembelajaran didukung oleh sinergitas beberapa komponen seperti sumber daya pendidik; media, sarana, alat peraga, sumber belajar dan pendekatan yang dipakai, suasana dan lingkungan belajar dan lainlain. Diperlukan suatu upaya yang mendorong perbaikan sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih menarik dan berarti. Konsep sekolah berbasis limbah dan alam merupakan salah satu alternatif inovasi pembelajaran di dasarkan pada beberapa indikator. 2.5.1. Menumbuhkembangkan Berpikiran Kreatif (creative thinking) Salah satu Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia Indonesia yang kreatif. Dengan sumber daya manusia yang kreatif respon terhadap tantangan dimasa sekarang dan masa depan akan senantiasa diperoleh. Permasalahannya adalah kreatif tidak akan tumbuh dengan sendiri, diperlukan adanya stimulan. Manusia (peserta didik) memerlukan suatu kondisi sehingga sifat kreatif di atas bisa muncul. Menurut Cythia Desrochers (2004), creative thinking involves an intergration of past learning to produce and organize new ideas. Peserta didik akan memiliki motivasi untuk berpikir kreatif ketika mereka memiliki

31 kepuasaan terhadap apa yang telah dibuat sendiri. Kreativitas peserta didik akan muncul ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan secara utuh dan diminta untuk menciptakan suatu ekspresi yang memiliki bentuk dan gaya yang baru. Dalam konteks di atas, pembelajaran dengan memanfaatkan limbah sebagai sumber belajar akan mendorong siswa untuk dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi melalui penciptaan suatu benda baru yang bersumber dari limbah. Untuk menciptakan kondisi di atas diperlukan suatu rancangan pembelajaran yang akan mendorong kreativitas peserta didik. Kondisi yang akan mendorong kretivitas menurut Cythia Desrochers (2004), diantaranya: Pertama, fondasi terhadap disiplin ilmu yang kuat. Kondisi kedua, adalah proyek, tes dan tugas yang bersifat terbuka dan fleksibel. Ketiga, waktu untuk menciptakan. Melalui konsep sekolah berbasiskan limbah dan alam dengan kurikulum yang terintegrasi ketiga kondisi di atas dapat dipenuhi. Dengan memanfaatkan limbah peserta didik memiliki pemahaman tentang pokok permasalahan. Melalui pendekatan di atas, peserta didik akan mampu

mempelajari fakta, konsep dan menuangkannya dalam sebuah karya nyata. Kondisi kedua yang dipelukan adalah kebebasan untuk melakukan percobaan. Metode pembelajaran dengan komposisi praktek 70 persen memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan percobaan. Kondisi di atas sulit dicapai jika sekolah menerapkan pembelajaran berdasarkan buku teks. Peserta didik tidak merasa tertekan untuk beradaptasi dengan suatu pandangan baru tertentu atau merasakan pengawasan yang

berlebihan terhadap bentuk dan jenis kreativitas yang dihasilkan. Dalam kondisi tertentu pendidik (guru) memberikan sebuah model atau memberikan demontrasi pemanfaatan limbah dan alam menjadi barang yang lebih berguna. Pendekatan di atas diarahkan agar peserta didik menghasilkan produk yang diharapkan sebagai pembelajaran lebih lanjut, ketika kreativitas merupakan tujuan, maka demontrasi pemanfaatan limbah atau pemberian contoh produk berbasiskan limbah merupakan stimulant untuk mendorong kreativitas peserta didik baik secara langsung dari demontrasi yang diberikan atau melalui penyempurnaan dari model yang diperlihatkan. Pada saat SMP Terbuka Mandiri mengadaka pekan karya ditemukan berbagai produk berbasiskan limbah dan alam. Produk yang dihasilkan peserta didik

32 merupakan pengembangan dan penyempurnaan model yang diberikan dan produk baru. Kondisi ketiga yang diperlukan adalah ketersediaan waktu untuk mengeksplorasi pendekatan, menerjemahkan dan menganalisis bahan, dan melakukan percobaan dalam rancangan dan susunan yang berbeda. Melalui pembelajaran yang berkesinambungan yaitu berpegang pada konsep limbah sebagai media dan sarana pembelajaran peserta didik memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan alternative pemanfaatan limbah. Dalam konteks di atas pemanfaatan limbah bukan merupakan bagian yang terpisahkan dari pembelajaran atau bagian dari penyelesaikan Standar Kompetensi tertentu namun merupakan bagian yang utuh dari kurikulum.

2.5.2. Menumbuhkembangkan Berpikir Kritis (critical thinking). Menurut Joe Lau (2008), berpikiran kritis adalah kemampuan untuk terlibat dalam sebuah pemikiran yang reflektif dan independent, dan kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional. Berpikiran kritis bukan berarti bersifat argumentative atau kecenderungan memberikan kritik terhadap orang lain. Kemampuan berpikiran kritis selain bermanfaat untuk membaca kesalahan-kesalahan umum (falasis) dan pemberian alasan yang tidak valid, kemampuan di atas juga bermanfaat untuk mendukung pandangan-pandangan orang lain, dan bekerjasama dengan dengan orang lain dalam memecahkan masalah dan meningkatkan pengetahuan. Menurut Joe Lau (2008), berpikiran kreatif (creative thinking) dan berpikiran kritis (critical thinking) merupakan dua hal yang berbeda. Kreatif bukan berarti kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang (ide) baru. Seseorang yang kreatif adalah orang yang dapat menghasilkan ide baru yang bermanfaat dan relevan dengan persoalan yang dihadapi. Sedangkan berpikiran kritis adalah kemampuan untuk mengevaluasi kebermanfaatan ide baru, kemampuan dalam menentukan dan memodifikasi ide tersebut. Signifikansi konsep sekolah berbasiskan limbah dan alam mampu mendorong pemikiran kritis di dasarkan pada beberapa indikator. Pertama, pemanfaatan limbah sebagai sumber belajar berjalan dalam kegiatan yang berkesinambungan dan sarat dengan penilaian. Ketika seorang peserta didik mampu memanfaatkan limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna, peserta

33 didik akan melakukan penilaian terhadap kebermanfaatan dari produk yang dihasilkan. Kondisi di atas terlebih lagi dengan bimbingan guru serta komentar yang umum diberikan oleh peserta didik lain. Indikator kedua adalah menentukan pilihan dan melakukan perbaikan yang dilakukan terhadap produk yang dihasilkan. Pada saat peserta didik dihadapkan pada permasalahan pemanfaatan limbah menjadi alternatif pemecahan masalah (misalnya keterbatasan alat peraga), maka secara langsung atau tidak langsung peserta didik tersebut akan membuat skala prioritas dan selanjutnya menentukan pilihan. Kita setuju bahwa bekerja berdasarkan skala prioritas merupakan bagian yang penting dalam melakukan kegiatan. Kemampuan lain yang akan berkembang adalah kemampuan peserta didik dalam memodifikasi produk yang dihasilkan. Ketika seorang peserta didik yang berhasil membuat suatu produk menerima komentar dari peserta didik lain, menerima saran dari guru maka perbaikan terhadap produk yang dihasilkan akan dilakukan.

2.5.3. Menumbuhkembangkan Budaya Penelitian Sebagai sekolah yang berbasiskan pada pemanfaatan limbah dan alam maka budaya meneliti merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konsep di atas. Budaya meneliti bukan hanya merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran bagi peserta didik namun juga merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik (guru). Proses pembelajaran yang diberikan oleh pendidik harus didukung oleh data dan argumen yang dihasilkan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan. Untuk menunjang pembelajaran, guru akan dihadapkan pada kegiatan yang merupakan bagian dari penelitian, misalnya guru akan mengidentifikasi dan memilah permasalahan; mencari alternatif pemecahan masalah, mencari referensi, melakukan percobaan,

menerjemahkan data, dan mempresentasikan hasil penemuan kepada peserta didik dan pendidik lain. Indikator lain adalah upaya-upaya yang dilakukan peserta didik untuk menemukan pewarna alami sebagai pengganti zat pewarna buatan. Pemahaman dasar tentang bahaya zat pewarna buatan yang terdapat dalam makanan dan minuman seperti dijelaskan pada bagian permasalahan

34 mendorong siswa untuk melestarikan kebiasaan leluhur (best practice) dalam memanfaatkan alam (tanaman), memperbaiki temuan, menghasilkan temuan dan menyebarluaskan temuan. Pada saat sekolah melakukan pekan karya siswa, salah seorang peserta didik mampu memanfatkan limbah jantung pisang sebagai makanan (krupuk) dan mempresentasikan temuannya kepada umum. Meskipun penemuan di atas terbilang sederhana namun mampu mendorong peserta didik lain untuk melakukan hal yang sama. Pada gilirannya ke depan kegiatan penelitian akan menjadi suatu budaya dan merupakan bagian dari pembelajaran. Kegiatan penelitian oleh siswa tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan penelitipeneliti muda.

2.5.4. Mendorong

Terciptanya

Sekolah

yang

Berkesinambungan

(sustainable school development) Kebelangsungan bumi dan isinya merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat. Dalam konteks ini konsep sekolah berbasiskan limbah dan alam merupakan bagian penting dalam menjaga keberlangsungan sumber daya di atas. Menurut Departemen for Education and Skills, UK (2007), sekolah yang berkesinambungan (sustainable school) adalah sekolah yang mampu: Melindungi energi dan air Menghindari pemakaian polutan dan tidak menghasilkan polutan Melakukan langkah untuk mengurangi limbah Meningkatkan dan melindungi flora dan fauna Memenuhi kebutuhan sendiri atas dasar penghormatan terhadap manusia dan lingkungan melalui keterlibatan mereka Dalam konteks yang lebih luas konsep sekolah modern berbasiskan limbah dan alam dapat dikatakan sebagai upaya dalam mendukung program sustainable development, yaitu sebuah upaya agar manusia mampu memenuhi kebutuhan dimasa sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang. Konsep sekolah modern berbasiskan limbah dan alam merupakan upaya menciptakan sekolah yang berkesinambungan didasarkan pada peran

35 dan kegiatan yang dilakukan. Pertama, kegiatan konkrit pengolahan limbah menjadi produk yang lebih berguna merupakan suatu upaya perlindungan dan penghematan energi. Dengan mendaur ulang limbah kertas misalnya, sekolah telah turut berperan menghemat minyak bumi, air, energi listrik, mengurangi polusi, menghemat tempat pembuangan sampah, menghemat pohon dan lainlain. Daur ulang sebagai salah satu kegiatan kontinyu yang dilakukan oleh SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri perlu diadopsi oleh sekolah dan masyarakat karena mampu menghemat berbagai sumber energi. Menurut New York State Departemen of Environmental Conservation (2008), kegiatan daur ulang kertas, baja, alumunium dan kaca mampu menghemat berbagai energi. Energi yang dapat dihemat dalam kegiatan daur ulang di atas dapat dilihat pada table 6 di bawah.

Tabel 6. Energi yang dihemat dalam Kegiatan Daur Ulang No Jenis dan banyak limbah yang di daur ulang 1 1 ton kertas Energi yang dapat dihemat/manfaat Minyak Air Mengurangi polusi udara Tempat pembuangan sampah Energi listrik Pohon Mengurangi karbon dioksida 2 1 ton kaca Energi listrik 100 watt bolam selama 4 jam Bahan bakar 9 galon emisi 463 galon 7000 galon 60 pound 3m3 4100 kilo watt 17 pohon gas 80 pound/tahun Jumlah

Energi yang dipergunakan 25 persen untuk membuat kaca dari bahan mentah

36 3. Pemanfaatan Teknologi Informatika Teknologi Informatika merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Kehadiran teknologi internet mempecepat pertukaran informasi, menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lain tanpa mengenal batas ruang dan waktu. Dengan memanfaatkan teknologi informatika pembelajaran dapat dilakukan dalam satu cara yang lebih efektif dan efisien. Teknologi informasi di harapkan dapat mengubah cara pandang terhadap aspekaspek kehidupan kea rah yang lebih baik. Peserta didik secara berkelanjutan memperoleh pemahaman dan pengalaman agar dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal sehingga mereka dapat menghadapi tantangan dan perkembangan zama dan manyadari implikasinya bagi pribadi dan masyarakat. Maksimalisasi manfaat teknologi di atas perlu diwujudkan melalui pemanfaatan pembelajaran interaktif melalaui jaringan multimedia, internet dan LCD (Liquid Crytal Device). Dengan pendekatan tersebut peserta didik akan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk memahami berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dan memanfaatkannya secara efektif. Disamping itu peserta didik akan memahami dampak negatif, dampak positif, keterbatasan, dan memanfaatkan teknologi di atas dalam proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan teknologi internet saat ini SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri membangun kerjasama dengan beberapa sekolah di luar negeri. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama pengembangan kurikulum,

koresponden antara siswa dengan siswa, dan diharapkan akan dilanjutkan dengan program kunjungan siswa dan guru. Untuk menunjang pembelajaran agar lebih menarik dan bermakna, sumber pembelajaran untuk beberapa mata pelajaran dibuat sendiri dengan memasukan kegiatan dan keseharian peserta didik dalam bentuk foto dan cuplikan video.

E. Peluang dan Hambatan 1. Peluang Implmentasi konsep sekolah modern berbasis limbah dan alam merupakan pilihan yang patut dipertimbangkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada peningkatan kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Implikasi logis dari peningkatan kegiatan manusia adalah peningkatan

37 limbah yang dihasilkan dan merupakan sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sumber penghasil limbah meliputi kegiatan rumah tangga, pasar, industri, took, sekolah dan lain-lain. Fakta menunjukan saat ini limbah yang dihasilkan oleh sekolah belum dikelola secara baik. Padahal jika sekolah mampu mengelola limbah yang dihasilkan akan mendorong penghematan biaya yang harus dikeluarkan sekolah. Ketesediaan sumber daya alam merupakan sumberdaya pendukung lain yang akan menopang kegiatan pembelajaran bisa dilakukan tanpa memerlukan biaya yang besar. Pendekatan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dan alam dipercaya akan menjadikan pembelajaran lebih menarik dan lebih berarti.

2. Hambatan Sekolah modern berbasis limbah dan alam merupakan sebuah pilihan yang dapat dilakukan. Namun demikian, konsep sekolah di atas bukan berarti tanpa hambatan. Hambatan terbesar yang mungkin dihadapi sekolah meliputi ketersediaan sumber daya pendidik profesional. Tenaga pendidik yang diperlukan bukan saja menguasai bidang ilmu yang diajarkan namun harus mengetahui teknologi dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Kemampuan dan kemauan untuk mengolah limbah kertas misalnya, akan mampu menutupi sebagian biaya yang harus dikeluarkan. Hambatan lain adalah keterediaan perangkat teknologi infomartika yang belum merata dimiliki oleh sekolah. Ketersediaan pearngkat teknologi informatika merupakan investasi masa depan yang pada gilirannya ke depan akan memberikan perbaikan yang signifikan tehadap pendidikan di Indonesia.

D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Dunia pendidikan di Indnesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti biaya yang masih tinggi, jajanan yang tidak sehat, limbah yang belum dikelola secara benar, jajanan yang tidak sehat, pembelajaran yang konvensional, sampai pada permasalahan lingkungan lain seperti ancaman terhadap ancaman keanekaragaman hayati (biological biodiversity). Penerapan konsep sekolah berbasis limbah dan alam dengan studi kasus SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi

38 sekolah. Pemecahan masalah diarahkan pada pemanfaatan limbah dan sumber daya alam sehingga tidak memerlukan pengeluaran atau hanya memerlukan biaya yang relatif kecil. Pemacahan masalah-masalah di atas seperti kebutuhan buku, alat tulis, pensil, alat peraga, sarana dan alat penunjang pembelajaran lain dilakukan dengan memanfaatkan limbah dan sumber daya alam yang tersedia. Pengelolaan limbah baik organik dan non-organik merupakan sumber penghasilan ekonomi sekolah yang pada gilirannya dapat menutupi sebagian anggaran sekolah. Pemanfaatan limbah kertas misalnya, dapat dijadikan alat peraga yang bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan sendiri namun bisa dijual ke sekolah-sekolah lain. Limbah organik merupakan sumber penghasilan potensial. Pembuatan kompos dengan bahan dasar limbah organik yang dihasilkan sekolah dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk kebun sekolah atau tanaman lain yang dipelihara di sekolah. Integrasi pemeliharaan ternak dan pembuatan kompos dapat berfungsi sebagai media dan metode pembelajaran yang akan mendukung pembelajaran menajdi lebih menarik, lebih menantang dan lebih berarti. Pemanfaatan sumber daya keanekaragaman hayati khususnya tanaman merupakan pendekatan sistmatis dan berkesinambungan dalam mengatasi permasalahan jajanan yang tidak sehat dan ancaman kepunahan sumber daya itu sendiri. Dengan melibatkan siswa secara langsung pada pemanfaatan tanaman untuk menggantikan zat pewarna buatan mendorong siswa untuk meninggalkan pemakaian zat tersebut dan menggantikannya dengan pewarna alami. Pendektan tersebut memiliki dua fungsi, pertama melestarikan tradisi dan praktik-praktik yang baik merupakan warisan orang tua (nenek moyang) dan kedua sebuah upaya konkrit dalam melestarikan tanaman yang merupakan kekayaan Indonesia. Pelestarian tanaman berarti pelestarian dan perlindungan lingkungan yang bukan saja memiliki dampak bagi lingkungan Indonesia, namun akan berdampak dalam lingkungan global. Sumber belajar yang berasal dari kehidupan sehari-hari dan melibatkan kegiatan-kegiatan yang umum dilakukan oleh peserta didik dapat menumbuhkembangkan berfikir kreatif dan berfikir kritis. Pendekatan pembelajaran berbasiskan limbah dan alam didukung dengan Teknologi Informatika dan Kumunikasi merupakan suatu terobosan sehingga dampak pemanfaatan limbah dan alam bukan hanya bersifat lokal namun global. Kerjasama pengembangan kurikulum; korespondensi antara siswa dengan siswa,

39 antara guru dengan guru dengan sekolah-sekolah yang ada diluar negeri akan memungkinkan penyebaran informasi lebih luas. Berbagai inovasi pembelajaran dengan berbasiskan pada limbah dan alam tidak menutup kemungkinan menjadi model dan alternatif pemecahan masalah pendidikan. Implementasi konsep sekolah modern berbasiskan limbah dan alam bukan berrati tanpa hambatan. Ketersediaan sumber daya pendidik yang kreatif dan berpikiran kritis, peka terhadap lingkungan, dan memiliki kompetensi merupakan prasyarat yang harus dipenuhi. Kompetensi yang diperlukan bukan sebatas pada penguasaan materi pembelajaran namun harus mengetahui teknologi pemanfataan limbah dan alam.

2. Saran Pemecahan masalah pendidikan di Indonesia melalui pendekatan model sekolah modern berbasis limbah dan alam dengan studi kasus SMP Terbuka Mandiri Al-fajri, induk SMPN 1 Cisarua merupakan alternative yang perlu dipetimbangkan. Paparan implementasi model sekolah di atas memuat beberapa rekomendasi meliputi: a. Kurikulum pendidikan harus menyentuh substansi dasar permasalahan yang dihadapi sekolah misalnya masalah limbah dan pengelolaannya b. Kurikulum harus mendorong pembentukan sekolah yang berkesinambungan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia c. Rekrutmen tenaga pendidik atau sertifikasi harus mampu mendorong penguasaan teknologi bagi semua disiplin ilmu d. Pelatihan atau peningkatan mutu pendidik yang diberikan tidak sebatas pada penguasaan perangkat pendidikan namun harus mampu memberikan teknologi pemecahan masalah sekolah e. Perlombaan Karya Ilmiah bagi siswa dan guru harus mampu mendorong pemanfaatan limbah dan sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara maksimal f. Akses pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi harus terdistribusi secara merata g. Penyebarluasan informasi kerjasama antara sekolah Indonesia dengan sekolahsekolah di luar negeri perlu ditingkatkan.

40

DAFTAR PUSTAKA De Foresta, Hubert dan Patrick Levang. 1991. Economic Plants of Indonesia. A Latin, Indonesian, French and English Dictionary of 728 species. Publisher ORSTOM and BITROP. Departmen for Education and Skills. 2007. A Guide to Sustainable School. Operation. UK. Desrochers, Cynthia. 2004. Gave project, tests, or assignment that required original or creative thinking. IDEA Item #19, IDEA Center, California State University, Northridge, USA. Kuswanto, Eko. 2002. Bioimperialisme: ancaman terhadap keragaman hayati Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. New York State Departemen of Environmental Conservation. 2008. A School Waste Reduction, Reuse, Recycling, Composting and Buy Recycled Resource Book. Bureau of Solid Waste Reduction and Recycling, 625 Broadway, Alabama, NY 12233-7253, USA. Purwanto. 2005. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Rochyadi, Yadi. 2007. Materi Workshop Mata Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup tingkat SMP/MTs. Ciawi, Bogor. Saputro, S. Anjar. 2007. Perkembangan Konsep Kurikulum. Universitas Sekolah Alam. 2008. Profile Sekolah Alam Ciganjur. Jl. Anda 7X, Ciganjur. Jakarta Selatan. Smeru. 2006. Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2005. WWW.smeru.or.id. Sharbinie, Muslihudin. 2008. Hasil Wawancara Peserta Didik. SMP Terbuka Mandiri Al-Fajri, induk SMPN 1 Cisarua. Yayasan Sekolah Rakyat Indonesia. 2007. Profil Sekolah Rakyat Indonesia. Yayasan Sekolah Rakyat Indonesia. Jakarta.

You might also like