You are on page 1of 79

BAB I PENDAHULUAN

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. QS Al Alaq :1-5

1. A. Latar Belakang Masalah Setiap bulan September diperingati sebagai Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Melalui peringatan itu diharapkan masyarakat menjadi gemar membaca, khususnya anak-anak sekolah dasar sebab membaca adalah kunci untuk keberhasilan belajar siswa di sekolah. Kemampuan membaca dan minat membaca yang tinggi adalah modal dasar untuk keberhasilan anak dalam berbagai mata pelajaran (Soejanto diakses Sandjaja tanggal 21

http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf, Februari 2010).

Sejak tahun 1995 sampai sekarang, media massa selalu memuat berita mengenai minat membaca masyarakat, terutama minat membaca anak-anak sekolah dasar. Misalnya harian Suara Merdeka menulis tajuk rencana dengan judul Kegemaran Membaca Belum Seperti yang Diharapkan (Suara Merdeka, 1995). Tulisan Wakidi yang berjudul Minat Membaca Anak Sekolah Dasar juga

menyampaikan keprihatinannya dengan minat membaca anak Sekolah Dasar yang rendah (Pikiran Rakyat, 2000). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan minat baca masyarakatnya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil survei yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompeten. Di antaranya survei Internasional Associations for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 menyebutkan kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV Indonesia berada pada urutan ke-29 dari 30 negara di dunia, berada satu tingkat di atas Venezuella. Riset International Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA) tahun 1996 menginformasikan bahwa melek baca siswa usia 9-14 tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara yang disurvei. Data Bank Dunia tahun 1998 menginformasikan pula kebiasaan membaca anak-anak Indonesia berada pada level paling rendah (skor 51,7). Skor ini di bawah Filipina (52,6), Thailand (65,1), dan Singapura (74,0). Dalam tahun 1998-2001 hasil survei IAEEA dari 35 negara, menginformasikan melek baca siswa Indonesia berada pada urutan yang terakhir. IAEEA

mempublikasikan pada tanggal 28 November 2007 tentang minat baca, bahwa dari 41 negara siswa Indonesia selevel dengan negara belahan bagian selatan bersama Selandia Baru dan Afrika Selatan (Hanani, 2009). Perlu diakui bahwa mayoritas masyarakat Indonesia, termasuk anakanak usia sekolah, belum melakukan kegiatan membaca secara intens sebagai suatu kebutuhan hidup. Bahkan di lingkungan sekolah kegiatan membaca yang sudah masuk ke dalam kurikulum, minat membaca siswa pun belum menggembirakan. Berkaitan dengan hal ini, tingkat keterbacaan masyarakat Indonesia masih rendah. Menurut penelitian lembaga dunia terhadap daya

baca di 41 negara, Indonesia berada di peringkat ke-39. Saat ini masyarakat Indonesia belum menganggap membaca buku sebagai kebutuhan primer (Kompas, 17 Mei 2004). Hasil survai yang dilakukan oleh International Association for the Evaluation of Education Achievment (IAEEA) tahun 1994, tentang kemampuan membaca siswa SD dari 27 negara, Indonesia menduduki peringkat ke 26. Peringkat tersebut jauh di bawah Hongkong, Singapura, Thailand, dan Filipina (Kompas, Mei 1997). Beberapa faktor penyebab lemahnya minat dan kegemaran membaca anak didik antara lain disebabkan kurang adanya penggalakan dan penciptaan kondisi yang mampu mendukung tumbuhnya minat baca melalui program sekolah yang terintegrasi dengan pelajaran, penyediaan bahan bacaan melalui perpustakaan sekolah yang kurang menunjang, dan dorongan orang tua yang juga lemah (Silfia Hanani, 2009). Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) daripada membaca koran (23,5%) (www.bps.go.id, diakses tanggal 24 Desember 2007). Ditinjau dari sisi yang lain, jam bermain anak-anak Indonesia masih tinggi, yakni lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton acara TV (Pikiran Rakyat, 8-3-2004). Masalah minat baca sampai saat ini masih menjadi tema yang cukup aktual. Tema ini sering dijadikan topik pertemuan ilmiah dan diskusi oleh para pemerhati dan para pakar yang peduli terhadap perkembangan minat baca di Indonesia. Namun hasil dari pertemuan-pertemuan ilmiah tersebut belum memberikan suatu rekomendasi yang tepat bagi perkembangan yang signifikan 3

terhadap minat baca masyarakat. Permasalahan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sampai saat ini adalah adanya data berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah. Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia antara lain yaitu perpustakaan di sekolah/kampus yang ada kurang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa/mahasiswa, demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar di nusantara ini, bahkan kalau dilihat dari data pengguna buku koleksi sumbangan dari PBB dan Bank Dunia sebagaimana di kelola oleh perpustaakaan nasional, semakin terlihat ketidakbergairahan membaca di negara ini. Dilaporkan dalam rentang tahun 1995 sampai tahun 1999, buku sumbangan tersebut hanya dibaca oleh 536 orang, dengan perincian pertahunnya sebagai berikut; tahun 1995 tercatat 161 pembaca, tahun 1996 tinggal 134 pembaca, tahun berikutnya, 1997, turun lagi menjadi hanya 76 pembaca. Meski tahun 1998 sempat naik jadi 84 pembaca, tetapi tahun 1999 kembali turun menjadi 81 pembaca Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya

membaca (Laporan Kepala Sub-Bidang Kerjasama Perpustakaan Nasional RI, Sauliah, yang dimuat dalam Kompas 1 Februari 2000) . Wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah. Menurut laporan United Nation Development Programe/UNDP pada tahun 2007 dari 177 negara yang dipulikasikan Human Development Index (HDI) Indonesia berada pada urutan ke-107. Indonesia memperoleh indeks 0,728. Di kawasan ASEAN Indonesia menempati urutan ke-7 dari sembilan negara ASEAN (Silfia Hanani, 2009).

Mengapa minat baca masyarakat di Indonesia dikatakan rendah? Ada banyak alasan yang dapat diidentifikasi antara lain ; (1) masih rendahnya kemahiran membaca, (2)sistem pembelajaran, (3)banyaknya jenis hiburan, (4) permainan (game) dan tayangan TV, (5) banyaknya tempat hiburan yang menghabiskan waktu, (6) budaya baca yang belum diwariskan nenek moyang kita, (7) kurangnya sarana untuk memperoleh bacaan, (8) harga buku yang relatif masih mahal, (9) belum adanya lembaga atau institusi yang secara formal khusus menangani minat baca, (10) minimnya koleksi buku di perpustakaan, dan (11) aktifitas ibu-ibu yang disibukkan dengan berbagai kegiatan upacara-

upacara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga (Rumah Cerdas Kreatif, 25-10-2009). Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan sekolah menjadi faktor lain penyebab minat baca siswa rendah. Padahal siswa perlu disediakan bahan bacaan yang cukup untuk memperluas wawasannya. Oleh karena itu, sebenarnya sekolah wajib memiliki perpustakaan, mampu

menyediakan beragam buku, seperti: fiksi, nonfiksi, referensi, atau non buku seperti majalah, koran, kaset serta alat peraga. Akan tetapi, sekolah ternyata tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru 'membunuh' minat membaca. Menurut Prof. Dr. Riris K. Toha Sarumpaet (2007) Guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,, sekolah tidak memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca anak didik. Hal ini karena, tidak terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca. Riris(2007) mengemukakan

bahwa siswa terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus diikuti tiap hari. Belum lagi harus mengerjakan pekerjaan rumah (www.republika.co.id). Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan. Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca. Media elektronik seperti televisi juga ikut menayangkan iklan layanan masyarakat untuk meningkatkan minat membaca. Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca belum optimal. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini. Sejak mereka mulai dapat membaca. Dengan menumbuhkan minat baca sejak anakanak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan. Minat yang dimiliki anak juga cenderung akan dipertahankan

sepanjang hidupnya (Dechand, 1969). Apabila pada masa kanak-kanak, seseorang memiliki minat membaca yang rendah maka ketika dewasa minat membacanya cenderung akan rendah pula. Dalam kenyataannya, anak-anak masa kini merupakan orang dewasa di masa mendatang yang akan menjadi pembangun bangsa ini. Karena itulah, usaha pengembangan minat baca perlu dilakukan dan sebaiknya ditekankan pada anak-anak. Munandar (1986) menemukan ada perbedaan minat anak terhadap isi cerita ditinjau dari perkembangan usia kronologis anak. Pada usia 3 sampai dengan 8 tahun anak menyukai buku cerita yang berisi mengenai binatang dan orangorang di sekitar anak. Pada masa ini anak bersikap egosentrik sehingga mereka menyukai isi cerita yang berpusat pada kehidupan di seputar dirinya. Mereka juga menyukai cerita khayal dan dongeng. Pada usia 8 sampai dengan 12 tahun anak menyukai isi cerita yang lebih realistik. Mulai menyukai buku 6

dengan lebih banyak komposisi tulisan daripada gambar. Pada usia ini kemampuan berpikir abstrak dalam diri anak mulai berkembang sehingga mereka dapat menemukan intisari dari buku bacaan dan mampu menceritakan isinya kepada orang lain. Pada anak usia 8 sampai dengan 9 tahun, terjadi peningkatan kebutuhan dalam aktivitas membaca untuk kepentingan fungsional dan untuk

kepentingan rekreasi (Harris & Sipay, 1980). Selain itu, kemampuan kognitif di masa kanak-kanak akhir juga merangsang mereka untuk mulai mencari validasi eksternal terhadap ide me re ka , sa la h sa tu ca ra a d al a h d e ng a n me mb a ca . Hu rl o ck (1 9 80 ) j ug a menyatakan bahwa pada sebagian besar anak di usia ini, intensitas bermain aktif berkurang dan membaca menjadi salah satu aktivitas yang lebih digemari. Minat membaca merupakan persoalan yang penting bagi anak usia sekolah. Anak-anak SD yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi tinggi di sekolah, sebaliknya anak-anak SD yang memiliki minat membaca rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya (Wigfield dan Guthrie, 1997). Minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak anak masih kecil sebab minat membaca pada anak tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulasi yang diperoleh dari lingkungan anak. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca anak. Orang tua perlu

menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan anak. Akan tetapi hampir setiap tahun orang tua diingatkan untuk menanamkan dan menumbuhkan minat membaca anak melalui media massa, namun keluhan bahwa minat membaca anak tetap rendah masih sering terdengar. Nampaknya

belum ditemukan cara yang efektif untuk melibatkan orang tua dalam meningkatkan minat membaca pada anak. Belum banyak diteliti mengenai faktor-faktor yang menentukan bagaimana cara melibatkan orang tua untuk meningkatkan minat membaca anak. Pemahaman terhadap faktor-faktor tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk

meningkatkan keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan minat membaca anak di keluarga masing-masing.

1. B. Identifikasi Masalah Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sesab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. QS AN NISAA: 9 Saat ini, biaya pendidikan semakin tidak terjangkau (mahal). Hanya kalangan tertentu saja yang dapat menikmati pendidikan formal sampai jenjang perguruan tinggi. Bagi mereka yang belum beruntung dari aspek ekonomi, mestinya tidak berkecil hati. Membaca buku menjadi alternatif untuk bisa menjadi terpelajar layaknya orang yang mengikuti pendidikan formal. Pendidikan informal yang sangat mungkin terjangkau oleh semua kalangan masyarakat adalah pendidikan dalam keluarga. Salah satunya dengan menumbuhkan kebiasaan membaca anak. Orang tua berperan penting dalam menumbuhkan kegemaran membaca buku anak-anaknya. Menjadikan anak memiliki kegemaran membaca, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pepatah Inggris mengatakan we first make our habits, then our habits make us. Sebuah watak 8

pada anak akan muncul, apabila orang tua terlebih dahulu membentuk kebiasaan pada anak. Hal ini berarti, bila orang tua ingin anaknya mempunyai kegemaran membaca buku, maka membaca buku perlu dibiasakan sejak kecil, seperti melalui keteladanan dari orang tua, mengenalkan buku dan aktifitas membaca serta menceritakan buku pada anak. Aktifitas tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan harapan akan terbentuk kepribadian yang kuat dalam diri si anak sampai dewasa, sehingga membaca adalah suatu kebutuhan bukan sekedar hobi.

Di sisi lain, anak-anak yang berusia 8 sampai dengan 9 tahun merupakan individu yang masih sangat tergantung dengan lingkungannya. Lingkungan terdekat anak usia ini adalah lingkungan rumah, atau dengan kata lain keluarganya. Hurlock (1968), menyatakan bahwa keluarga merupakan bagian yang paling penting pada jaringan sosial" anak. Orang tua berperan penting dalam perkembangan seluruh aspek dalam diri anak. Meskipun dalam kenyataannya peran orang tua dapat setara, ibu cenderung memiliki attachment (suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi/anak dan pengasuhnya) yang lebih dekat dengan anak. Hurlock (1980) menyatakan bahwa ikatan yang terjalin antara anak dengan ibunya lebih kuat dibanding dengan ayahnya. Selain karena sifat alamiah, hal ini juga didukung, oleh peran gender, yaitu harapan masyarakat agar wanita (ibu) yang mengurus dan mendidik anak. Menurut Maccoby (dalam Santrock, 1995), pada masa kanak-kanak tengah terjadi proses coregulation (pembuatan aturan secara bersama-sama) antara orang tua dan anak. Meskipun anak-anak sudah mulai diperbolehkan untuk terlibat di dalam pengaturan dirinya sendiri, orang tua terus menjalankan pengawasan umum dan berusaha untuk memegang kendali. Ibu sebagai orang terdekat bagi anak memiliki peran yang 9

lebih besar dalam mengarahkan perilaku anak, termasuk dalam kegiatan dan minat membaca anak. Tanggung jawab dan wewenang ibu inilah yang membuat peneliti memfokuskan penelitian ini pada peran ibu. Peran orang tua dalam minat membaca anak, dalam hal ini ibu, meliputi dua hal, yaitu sikap dan perilaku (Alexander & Filler, dalam Harris & Sipay, 1980). Peran ibu dalam kegiatan membaca anak mencakup peran afeksi berupa dukungan atau sikap positif terhadap perilaku anak, maupun perilaku yang mendorong anak melakukan aktifitas membaca, seperti membelikan buku. Penelitian ini memfokuskan sikap ibu terhadap perilaku membaca anak. Sikap merupakan kondisi internal yang dapat diobservasi dan diukur melalui respon sikap yang ditampilkan individu. Terdapat tiga bentuk respon sikap, yaitu respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif (Eagly & Chaiken,1993). Ibu yang memiliki sikap positif terhadap perilaku membaca anak memiliki kecenderungan untuk memiliki nilai yang positif terhadap perilaku membaca anak. Meskipun demikian, respon yang ditampilkan pada tiap individu dapat beragam bentuknya (Eagly & Chaiken,1993). Oleh karena itu, peneliti ingin melihat respon sikap ibu terhadap perilaku membaca anak yang memiliki hubungan dengan minat membaca. Untuk dapat meneliti hubungan sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan minat membaca anak, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena tingkat minat membaca dan sikap antar individu lebih tepat diukur dengan menggunakan pengukuran kuantitatif agar lebih tinggi kadar presisinya. Selain hal-hal di atas, peneliti mendapati bahwa penelitian mengenai minat membaca masih terbatas, baik dari luar negeri maupun dalam negeri. 10

Literatur-literatur baru mengenai topik ini jarang ditemukan, apalagi yang membahas minat membaca pada anak usia dini. Padahal keadaan pendidikan dasar di Indonesia memerlukan penelitian yang intensif untuk dapat menemukan solusi bagi masalah-masalah yang ada.

1. B.a. Permasalahan Penelitian ini memiliki permasalahan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan minat membaca anak? 1. C. Pembatasan Masalah Tiap bayi dilahirkan dalam kedaan fitrah (Islam). Ayah dan ibunyalah yang kelak menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR Bukhari). Dalam penulisan skripsi ini peneliti membatasi pada anak usia 8-9 tahun atau anak kelas 3 SD dengan pertimbangan masa ini adalah masa akhir dari Pendidikan Anak Usia Dini sehingga anak diharapkan dan dituntut sudah mulai dapat membaca dengan lancar, perilaku dan minat membacanya sudah mulai dapat tumbuh. Terdapat dua bagian utama, yaitu faktor personal & institusional yang mempengaruhi minat membaca. Hal ini membuat usaha pengembangan minat membaca menjadi sulit untuk dilakukan, terutama apabila semua faktor mendapat perhatian yang sama besarnya. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pada dua faktor, yang masing-masing merepresentasikan faktor dari dalam diri anak yaitu minat membaca dan faktor dari luar diri anak yaitu sikap ibu terhadap perilaku. 11

1. D. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai minat membaca pada anak-anak dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya merupakan usaha yang bermanfaat untuk dilakukan. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, minat membaca memiliki peranan penting dalam kehidupan individu. Sebagai pendorong kemampuan membaca, minat membaca dapat berfungsi dalam pemenuhan tugas

perkembangan seorang anak. Selain itu, minat membaca pada anak perlu ditumbuhkan. Hal itu karena minat dimasa kanak-kanak akan cenderung dipertahankan sepanjang hidupnya. Minat yang sudah pernah tumbuh, namun ditinggalkan begitu saja, akan sangat sulit untuk dikembangkan lagi. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai dasar dan pendukung bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam bidang Ilmu Pendidikan dan Keguruan ataupun Psikologi Pendidikan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan pendidikan dan ilmu psikologi di Indonesia. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat membantu para ibu untuk menstimulasi anak supaya memiliki minat dan perilaku membaca yang tinggi. Memberikan masukan pada masyarakat untuk

mengembangkan potensi anak ke arah kegiatan yang lebih positif, dengan menumbuhkan kebiasaan membaca secara menyeluruh (tidak parsial). Selain itu, memberikan gambaran mengenai sisi lain dari potensi anak yang dapat dikembangkan guna menjalani kehidupannya kelak ditengah-tengah masyarakat.

12

1. E. Sistematika Penulisan Bab I adalah bab pendahuluan. Di dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang dilakukannya penelitian ini, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penelitian. Bab II berisi tinjauan pustaka yang melandasi penelitian ini. Pembahasan yang terdapat didalamnya adalah mengenai minat membaca, sikap ibu terhadap perilaku memebaca anak, dan masa kanak-kanak akhir. Pada bab III, dijabarkan metodologi dalam penelitian ini. Peneliti akan menjelaskan mengenai masalah dan hipotesis penelitian, serta karakteristik, jumlah, dan teknik pengambilan sampel dari subjek penelitian. Tipe penelitian, alat penelitian, serta prosedur penelitian juga akan dideskripsikan. Bab IV adalah bab yang membahas hasil penelitian serta analisis hasil penelitian. Peneliti akan membahas hasil penelitian berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap subjek penelitian. Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap hasil penelitian, yaitu melakukan interprestasi terhadap hasil penelitian yang dihitung dengan metode statistik. Bab V berisi kesimpulan, diskusi dan saran. Bagian kesimpulan akan menjawab permasalahan penelitian. Tindak lanjut dari bagian diskusi ini dituangkan sehingga menjadi saran bagi penelitian ini dan berguna untuk penelitian selanjutnya.

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, akan dijabarkan tinjauan pustaka yang menjadi dasar penelitian ini, yang mencakup pembahasan mengenai minat membaca, sikap ibu terhadap perilaku membaca anak, serta masa kanak-kanak akhir.

II. A. Minat Membaca Minat membaca merupakan minat yang dimiliki individu untuk membaca. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai minat membaca peneliti akan membahas masing-masing komponen dari minat membaca, yaitu pengertian mengenai minat dan kegiatan membaca.

II. A. I. Minat II. A.1.a. Definisi Minat Terdapat banyak sekali definisi minat yang dikemukakan beberapa ahli. Dechand (1969), mendefinisikan minat sebagai dorongan aktif yang

mengarahkan perhatian individu pada suatu aktifitas atau objek. Aiken (2002) menyatakan bahwa minat merupakan suatu perasaan atau pilihan mengenai aktifitas seseorang. Definisi Meichanti (dalam Sandjaja, 2006) mengenai minat adalah perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktifitas. Menurut Ormrod (2003), minat individu mengandung afeksi positif terhadap objek minat. Individu yang melakukan suatu tugas yang ia minati mengalami berbagai perasaan seperti senang, suka, dan bahagia (Hidi & Anderson 1992 dalam Ormrod, 2003).

14

Berdasarkan definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan minat sebagai kecenderungan individu terhadap suatu objek atau aktifitas tertentu yang ditandai dengan adanya afeksi positif terhadap objek minat serta memberinya dorongan aktif dan kekuatan lebih terhadap objek atau aktifitas tersebut.

II. A. 1. b. Fungsi Minat Minat merupakan komponen afeksi dalam perilaku (Ormrod, 2003). Minat memiliki fungsinya sendiri. Salah satu fungsi minat yang paling penting adalah sebagai suatu bentuk motivasi intrinsik (Ormrod, 2003). Fungsi minat dinyatakan oleh Hurlock (1974) sebagai sumber dari motivasi yang mendorong individu mengerjakan apa yang ingin dikerjakan. Hurlock (1974) menyatakan bahwa apa yang membuat seseorang tertarik akan berpengaruh banyak pada apa yang ia lakukan. Hal ini karena, minat seseorang mempengaruhi tujuan jangka pendek (immediate goals) dan jangka panjangnya (remote goals). Dengan demikian, minat sangat penting untuk dikembangkan sedini mungkin.

II. A. 2. Membaca II. A. 2.a. Definisi Membaca Penelitian mengenai kegiatan membaca terus mengalami perkembangan, begitu pula dengan definisinya. Berikut adalah beberapa definisi membaca. Reading may be defined as the act of responding with appropriate meaning to printed or written verbal symbols (Harris & Sipay, 1980 : 9). Membaca dapat didefinisikan sebagai kegiatan merespon dengan tepat untuk mengartikan cetakan tulisan atau simbol-simbol yang tertulis.

15

Pumfrey (1997) mendefinisikan membaca sebagai kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan dari benak orang lain melalui teks sebagi media. Definisi yang lebih luas dinyatakan oleh Bond dan Wagner (1960 : 4) : Reading is the process of acquiring an authors meaning and of interprenting, evaluating, and reflecting upon those meaning. Membaca adalah proses untuk memperoleh pemahaman atau kecakapan untuk mendapatkan arti dan pemahaman, evalusi dan refleksi yang berlangsung saat kegiatan tersebut berlangsung. Menurut Dechand (1969), membaca merupakan proses yang kompleks, yang terdiri dari berbagai kemampuan, kebiasaan, dan sikap. Seorang pembaca yang baik harus memiliki kualitas-kualitas tersebut. Peneliti merangkum berdasarkan definisi-definisi membaca di atas sebagai batasan perilaku membaca yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut peneliti, membaca adalah suatu perilaku merespon secara sensoris dan perseptual yang dipelajari terhadap simbol-simbol verbal yang tertulis untuk mendapatkan informasi, mendapatkan pemahaman, ataupun untuk kesenangan.

II. A. 2. b. Karakteristik Perilaku Membaca Menurut Dechand (1996), terdapat delapan karakteristik dari perilaku membaca, yaitu: 1. Membaca merupakan proses sensoris, yaitu melibatkan penggunaan alat-

alat indera, terutama indera penglihatan. Orang yang membaca harus bereaksi secara visual terhadap simbol-simbol yang tertulis. 2. Membaca merupakan respon proses perseptual, yaitu ketika seseorang

16

memperoleh makna dari stimulus yang tertulis. Aktifitas ini merupakan pemahaman suatu makna dan ide yang dipresentasikan dengan kata-kata. Proses ini meliputi suatu kata, mengenalinya, menyadari maknanya, serta menghubungkan kata tersebut dengan konteksnya. 3. Membaca merupakan suatu respon terhadap stimulus tertulis. Hal tersebut

meliputi respons muscular vocal atau subvokal akibat penglihatan suatu kata, pergerakan mata ketika membaca, serta adaptasi fisik saat melakukan aktivitas membaca-seperti perubahan posisi tubuh. 4. Membaca merupakan suatu respon yang dipelajari. Perilaku ini dikontrol

oleh mekanisme motivasi dan reinforcement. 5. Membaca merupakan suatu minat. Minat membaca ini selanjutnya dapat

memotivasi seseorang untuk melakukan aktivitas lain. Banyaknya informasi yang dituangkan dalam bahan-bahan bacaan dapat memotivasi seseorang untuk mengeksplorasi dirinya dan melakukan berbagai kegiatan. 6. Membaca merupakan suatu tugas perkembangan. Terdapat saat anak

sangat tepat untuk memulai pelajaran membacanya serta dalam pengembangan setiap kemampuan dalam membaca. Tingkat kemampuan anak dalam membaca tergantung pada keseluruhan pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Havighurst (dalam Munandar, 1992; Hurlock, 1980), membaca merupakan suatu tugas yang harus dapat dilakukan oleh anak agar dapat memenuhi tuntutantuntutan masyarakat dan agar dapat memiliki persiapan yang lebih baik untuk dapat memenuhi tugas perkembangan lainnya. 7. Membaca merupakan suatu proses belajar dan dapat menjadi salah satu

media utama dalam belajar. Anak dapat menggunakan kegiatan membaca untuk memperoleh pengetahuan dan untuk mengubah sikap, idealisme, serta

17

aspirasinya. 8. Membaca merupakan komunikasi antara penulis dan pembacanya. Proses

aktif ini hanya terjadi ketika pembacanya dapat menarik makna dari tulisan yang di baca.

II. A. 2. c. Jenis-Jenis Membaca Harris dan Sipay (1980) membagi kegiatan membaca menjadi tiga jenis berdasarkan tujuan, yaitu kegiatan membaca untuk perkembangan, membaca fungsional dan membaca reaksional. Dalam kegiatan membaca untuk perkembangan, tujuan utama adalah meningkatkan kemampuan membaca seseorang. Kegiatan ini dilakukan dalam aktifitas belajar membaca. Di sisi lain, aktifitas membaca fungsional meliputi semua aktifitas membaca yang bertujuan untuk mendapatkan informasi. Aktifitas membaca fungsional dinyatakan sebagai aktifitas membaca untuk belajar. Jenis aktivitas membaca yang ketiga adalah membaca reaksional. Kegiatan membaca reaksional adalah kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah mendapatkan kesenangan dan hiburan. Berdasarkan aktifitas mental yang terlibat, Adler (1972) menggolongkan kegiatan membaca jenis ini sebagai kegiatan untuk kesenangan. Pada aktifitas membaca ini, usaha kognitif yang terlibat paling kecil dan aturan dalam membacanya pun sangat sedikit. Setiap orang yang dapat membaca dapat melakukan kegiatan membaca untuk hiburan bila mau. Pada penelitian ini peneliti membatasi pada kegiatan membaca reaksional.

II. A. 2. d. Bahan Bacaan

18

Dalam aktifitas membaca, terdapat bahan bacaan yang menjadi objek bacaan. Bahan bacaan yang dibaca pada aktifitas membaca untuk kesenangan adalah bacaan-bacaan yang menghibur dan biasa dibaca di waktu luang. Hurlock (1978) menyebutkan bahwa terdapat tiga media bacaan yang popular di kalangan anak-anak, yaitu buku, majalah, dan koran. Kesukaan anak untuk membaca koran dan majalah dapat dikaitkan dengan pernyataan Bond dan Wagner (1960) bahwa anak-anak menyukai bahan-bahan bacaan yang faktual. Menurut Sanderson (2001), waktu untuk membaca surat kabar (majalah dan koran) telah menjadi waktu yang menyenangkan dan telah popular bagi banyak sekali orang di dunia. Salah satu alasannya adalah di dalam surat kabar terdapat berbagai materi yang beragam. Beragamnya materi yang terkandung di dalam satu ekslempar surat kabar, memungkinkan adanya hal yang bernilai atau menarik perhatian seorang pembaca. Pembahasan mengenai minat dan membaca merupakan usaha untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai minat membaca.

Selanjutnya, akan dibahas mengenai minat membaca itu sendiri.

II. A. 3. a. Definisi Minat Membaca Aktifitas membaca akan dilakukan oleh anak atau tidak sangat ditentukan oleh minat anak terhadap aktifitas tersebut. Di sini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktifitas. Secara operasional Lilawati (1988) mengartikan minat membaca anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi

19

kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. Berdasar pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.

II. A. 3. b. Fungsi Minat Membaca Minat membaca merupakan pendorong bagi individu untuk melakukan kegiatan membaca (Harris & Sipay, 1980). Dechand (1969) menyatakan bahwa hal yang paling penting dari fungsi minat adalah bahwa minat membaca akan menentukan apakah seseorang akan membaca dan seberapa banyak ia akan membaca. Lebih luas, Bond dan Wagner (1960) menyatakan bahwa minat membaca akan memberikan arah, kekuatan untuk memotivasi, serta dorongan bagi seseorang untuk membaca.

II. A. 3. c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Membaca

20

Menurut Purves dan Beach (dalam Harris & Sipay, 1980), terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat membaca, yaitu faktor personal dan faktor institusional. Kedua faktor ini tidak bekerja secara terpisah. Meskipun demikian, keterkaitan antar keduanya masih belum dapat didefinisikan secara jelas (Harris dan Sipay, 1980). Dari kedua faktor besar tersebut dapat dijabarkan beberapa subfaktor lain yang mempengaruhi minat membaca seseorang, yaitu:

1. Faktor Personal Faktor personal merupakan faktor-faktor dalam diri yang dapat

mempengaruhi minat membaca seseorang. Karena itu, minat membaca bervariasi antar individu. a. Usia Minat baca anak tidak tetap, melainkan berubah seiring dengan bertambahnya usianya (Harris, 1954). b. Jenis Kelamin Jenis kelamin mempengaruhi minat membaca seseorang (Harris dan Sipay, 1980). Hasil penelitian Dechand (1969) menunjukkan bahwa pada umumnya, anak-anak perempuan lebih berminat dalam membaca dibanding anak laki-laki. c. Intelegensi Harris dan Sipay (1980) menyatakan bahwa sebenarnya beluma ada hubungan yang jelas antara intelegensi dengan minat membaca. Meskipun demikian, minat membaca berpengaruh dalam pemahaman bacaan seseorang. Disisi lain, Hurlock (1974) menyatakan bahwa anak-anak yang cerdas memilih aktifitas yang menggunakan kapasitas intelektualnya. Mereka menghabiskan

21

lebih banyak waktu luangnya sendiri dibandingkan dengan bermain bersama temannya. Salah satu aktifitas yang mereka lakukan di waktu luang adalah membaca. d. Kemampuan membaca Bond dan Wagner (1960) juga menyatakan bahwa kemampuan membaca berpengaruh pada minat membaca. Penelitian menunjukkan bahwa minat sangat berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang (Punfrey, 1997). Meskipun demikian, Bond dan Wagner (1960) menegaskan bahwa kemampuan membaca pada anak sangat beragam. Ditemukan kemampuan membaca yang beragam pada para siswa yang berasal dari kelas dan di sekolah yang sama. e. Sikap terhadap membaca Sikap tidak selalu berpengaruh terhadap minat, namun demikian minat melibatkan sikap yang dimiliki individu (Harris & Sipay, 1980). Apabila membaca memenuhi suatu kebutuhan, biasanya sikap positif terhadap membaca akan berkembang. Meskipun demikian, sikap positif terhadap membaca tidak berarti membuat seseorang menjadi aktif membaca. f. Kebutuhan psikologis Minat membaca seseorang akan meningkat ketika kegiatan membaca dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya. Menurut Dechand (1969), ketika kegiatan membaca diasosiasikan dengan pemenuhan kebutuhan seseorang, maka kegiatan membaca menjadi sesuatu yang bermakna. Pengulangan aktivitas ini akan mendorong perkembangan minat membaca yang akan bertahan lama. Pada tahap ini, membaca menjadi motif kebiasaan dan dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktifitas lain yang berhubungan dengan membaca.

22

2. Faktor institusional Faktor institusional merupakan faktor-faktor di luar diri individu yang dapat mempengaruhi minat membaca yang dimiliki. Faktor-faktor institusional minat membaca antara lain: a. Ketersediaan buku Menurut Harris dan Sipay (1980), akses dan ketersediaan buku memiliki pengaruh besar dalam pilihan anak untuk membaca. Jumlah dan jenis bahan bacaan dirumah seorang anak memiliki hubungan yang nyata dengan kebiasaan anak dalam membaca. Anak-anak akan membaca apa pun yang tersedia. Anderson (dalam Bond & Wagner, 1960) meyatakan bahwa seseorang dapat membaca buku atau majalah yang kurang ia minati hanya karena bahan-bahan bacaan itulah yang sudah tersedia, mudah dibaca, atau karena ia tertarik oleh promosi buku dan majalah tersebut. Begitu juga sebaliknya, seseorang dapat tidak membaca buku atau majalah yang memiliki topik yang diminati hanya karena bahan-bahan bacaan tersebut tidak tersedia, tidak dapat diakses atau tidak dapat dibaca. b. Status ekonomi dan latar belakang etnis Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi seseorang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat membaca (Harris & Sipay, 1980). Meskipun demikian, Hurlock (1978) menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga kelompok sosial ekonomi yang lebih baik menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca. Hal ini karena anak-anak ini memiliki lebih banyak bahan bacaan yang tersedia dirumah mereka dan mereka juga menerima lebih banyak dorongan untuk membaca untuk kesenangan.

23

Disisi lain, penelitian tentang pengaruh latar belakang etnis terhadap minat membaca masih menunjukkan keberagaman penemuan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada minat membaca seseorang yang berasal dari etnis yang bebeda pada semua tingkat usia (Harris & Sipay, 1980). c. Pengaruh teman sebaya Witty dan Kopel (dalam Bond & Wagner, 1960) menemukan keterkaitan yang sangat tinggi antara kebiasaan dan selera membaca dengan lingkungan tempat tinggal anak. Salah satunya adalah teman sebaya. d. Orang tua Hurlock (1978) menyatakan bahwa keluarga berkontribusi dalam

memberikan stimulasi agar anak-anak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil disekolah dan kehidupan sosialnya, termasuk dalam kegiatan membaca. Keluarga juga berperan besar dalam mempersiapkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak (Hurlock, 1978). Selain itu, orang tua juga secara tidak langsung menjadi contoh bagi anak dalam melakukan kegiatan membaca, terutama Ibu sebagai orang terdekat bagi anak memiliki peran yang lebih besar dalam mengarahkan perilaku anak, termasuk dalam kegiatan dan minat membaca anak. e. Guru Antusiasme guru juga dapat memberikan pengaruh yang penting dalam pengembangan minat membaca. Sanderson (2001) menyatakan bahwa guru dapat meningkatkan minat anak untuk membaca dengan menyediakan bahanbahan bacaan yang mudah serta beragam (Dechand, 1969). Guru

24

mempengaruhi minat membaca melalui rekomendasi yang diberikan. Pengaruh lain diberikan pada saat pemberian tugas-tugas membaca untuk anak. f. Televisi dan film Pengaruh media lain terhadap minat membaca sangat kompleks (Harris & Sipay, 1980). Televisi seringkali dianggap sebagai penyebab menurunnya aktivitas membaca apabila anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton program yang hanya menghibur, tidak mendidik (Sangkaeo, 1999). Selain televisi dan film, aktivitas lain diwaktu luang dapat menstimulasi sekaligus menghambat minat membaca (Bond & Wagner, 1960). Waktu luang anak diperebutkan oleh kegiatan membaca dan bersaing dengan kegiatan reaksional lainnya serta dengan kegiatan belajar. Harris & Sipay (1980) mengungkapkan bahwa anak-anak yang tidak suka membaca akan menemukan hal lain untuk dilakukan dalam waktu luangnya. Sebaliknya, anak yang memang suka membaca akan menemukan waktu untuk membaca seberapa menarik pun saingan yang ada. Apabila anak menemukan bahwa membaca adalah hal yang mudah, menarik, dan dapat diakses, tidak perlu lagi menyalahkan media lain yang dianggap mengalihkan perhatian anak untuk membaca. Dari berbagai fakor yang mempengaruhi minat baca yang telah disebutkan diatas, penelitian ini akan fokus pada dua faktor untuk melihat lebih jauh terkait dengan hubungannya terhadap minat membaca sebagai faktor personal dan sikap orang tua terhadap perilaku membaca anak sebagai faktor institusional.

II. B. SIKAP IBU TERHADAP PERILAKU MEMBACA ANAK Sebelum secara spesifik membahas mengenai sikap ibu terhadap perilaku

25

membaca anak, terlebih dahulu akan dibahas mengenai sikap itu sendiri. II. B. 1. Definisi Sikap Menurut Gagne dan Briggs (dalam Aiken, 2002), sikap adalah kondisi internal yang mempengaruhi pilihan individu terhadap suatu objek, orang, atau peristiwa. Definisi yang sejalan diungkapkan oleh Eagly dan Chaiken (1993). Attitude is tendencies to evaluate an entity with some degree of favor or disfavor, ordinarily expessed in cognitive, affective, and behavioral responses. (Eagly & Chaiken, 1993 : 155). Sikap adalah kecenderungan untuk mengevaluasi dengan suatu derajat antara menyukai dan tidak menyukai yang biasanya diekspresikan dalam respon kognitif, afektif dan konatif. Definisi yang lebih luas dinyatakan oleh Aiken (2002). Menurutnya, sikap adalah kondisi awal yang menentukan kognitif, afektif, dan konatif yang dipelajari untuk memberikan respon secara positif atau negatif terhadap objek, situasi, intitusi, konsep, atau orang tertentu. Menurut Goodwin dan Klausmeier (dalam Goodwin & Goodwin, 1982), sikap sebagai kondisi awal yang menentukan reaksi yang konsisten. Dari definisi dan pembahasan mengenai sikap tersebut, peneliti mendefinisikan sikap sebagai kondisi internal yang menjadi predisposisi untuk melakukan evaluasi yang konsisten secara positif atau negatif terhadap peristiwa, situasi, orang, atau perilaku yang diekspresikan dalam respon kognitif, afektif, dan konatif.

II. B. 2. Kategori Respon Evaluasi Sikap Seperti yang dijelaskan dalam definisi, sikap diekspresikan dalam respon

26

individu terhadap objek sikap tersebut. Respon evaluasi yang ditampilkan terhadap objek sikap dapat dibedakan berdasarkan arah respon dan intensitas atau ekstrimitas respon sikap (Eagly & Chaiken, 1993). Respon evaluasi dapat berupa respon yang berarah positif dan respon yang berarah negatif terhadap objek sikap. Di sisi lain, arah positif dan negatif ini memiliki intensitas kekuatan tertentu, mulai dari evaluasi yang sangat positif terhadap suatu objek sikap hingga evaluasi yang sangat negatif. Arah dan intensitas respon sikap yang dimiliki seseorang terhadap objek sikap tertentu dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran. Evaluasi sikap yang diekspresikan seseorang harus dibagi menjadi tiga kelas respon, yaitu kognitif, afektif, dan konatif (Eagly & Chaiken, 1993). Penjelasan sebagai berikut: 1. Kategori Kognitif Respon sikap dalam kategori kognitif terdiri dari pemikiran-pemikiran yang dimiliki individu mengenai objek sikap. Pemikiran-pemikiran ini seringkali disebut sebagai belief (nilai). Menurut Fishbein & Ajzen (dalam Eagly & Chaiken,1993), belief adalah asosiasi atau hubungan yang dibuat oleh individu mengenai objek sikap dengan atribut lainnya. Semua belief (nilai) memiliki derajat evaluasi tertentu. Respon evaluasi dalam kategari kognitif ini dapat diekspresikan secara tampak maupun yang tidak tampak. Menurut Aiken (2002), respon kognitif ini meliputi belief, pengetahuan, dan harapan. Seseorang yang memberikan evaluasi positif terhadap suatu objek sikap cenderung akan mengasosiasikan objek sikap tersebut dengan atribut yang positif dan cenderung tidak mengasosiasikannya dengan atribut negatif. Di lain pihak, seseorang yang memberikan evaluasi negatif cenderung akan mengasosiasikan objek sikap

27

dengan atribut yang negatif dan cenderung tidak mengasosiasikannya dengan atribut negatif (Eagly & Chaiken, 1993). 2. Kategori Afektif Kategori afektif dalam respon sikap terdiri dari perasaan-perasaan atau emosi-emosi yang dimiliki individu yang berhubungan dengan objek sikap. Seseorang yang memberikan evaluasi positif terhadap suaru objek sikap cenderung akan mengalami reaksi yang positif ketika berhubungan dengan objek sikap tersebut dan cenderung tidak mengalami reaksi afeksi yang negatif, demikian pula sebaliknya (Eagly & Chaiken,1993). 3. Kategori Konatif Respon evaluasi sikap dalam kategori konatif terdiri dari berbagai kegiatan yang terkait dengan objek sikap. Respon ini dapat berupa perilaku tampak yang dilakukan individu. Akan tetapi juga dapat berupa respon yang tidak tampak (covert), dalam bentuk intensi untuk melakukan suatu tindakan, dan tidak perlu benar-benar nyata dilakukan. Seseorang yang memiliki evaluasi yang positif terhadap objek sikap cenderung terlibat dalam perilaku yang mendukung objek sikap. Sebaliknya, seseorang yang memiliki evaluasi yang negatif terhadap objek sikap cenderung untuk terlibat dalam perialku yang menentang objek sikap atau memiliki intensi untuk tidak mendukung objek sikap (Eagly & Chaiken, 1993). Menurut Campbell & Fiske (dalam Eagly & Chaiken, 1993), ketiga respon evaluasi sikap ini harus memiliki diskriminan. Oleh karena itu, meskipun terdapat korelasi yang positif antara ketiga respon ini, namun masing-masing kategori ini memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh kategori lainnya. Selain itu, Eagly & Chaiken (1993) menyatakan bahwa terdapat kemungkinan terjadinya inkonsistensi respon. Ketiga respon evaluasi sikap ini tidak selalu tampak secara

28

konsisten, dalam intensitas maupun arahnya, dalam semua objek sikap. Peneliti berpendapat penelaahan lebih lanjut terhadap masing-masing respon sikap perlu dilakukan.

II. B. 3. Fungsi Sikap Sikap akan mewarnai persepsi individu dan pemikirannya mengenai suatu isu, objek, atau kelompok yang ia pilih (Baron & Bryne, 2000). Sikap memiliki fungsi pengetahuan yang dapat membantu individu untuk mengatur dan menginterprestasi beragam informasi. Dalam hal ini sikap menyediakan kerangka dalam mengatur informasi mengenai dunia (Aiken, 2002). Sikap sangat mempengaruhi perilaku (Baron & Bryne, 2000). Meskipun sikap bukanlah sesuatu yang menentukan yang sangat akurat terhadap suatu perilaku namun sikap merupakan prediktor yang baik untuk perilaku-perilaku yang umum (Aiken, 2002). Dalam pengukuran sikap, konteks dan situasi sebaiknya diperluas. Sehingga yang diukur hanya objek sikap itu sendiri.

Dengan demikian, hasil pengukuran yang didapatkan adalah respon sikap yang umum ditampilkan seseorang. Hal ini karena dalam situasi tertentu, seseorang dapat menampilkan respon sikap yang bertentangan dengan evaluasi yang ia miliki terhadap objek sikap tersebut. Baron dan Bryne (2000) juga menyatakan bahwa sikap dapat membantu memprediksi perilaku orang dalam konteks yang lebih luas.

II. B. 4. Hubungan sikap Ibu Terhadap Perilaku Membaca anak dengan Minat Membaca Anak

29

Purves dan Beach (dalam Harris & Sipay, 1980) menyatakan bahwa salah satu faktor luar diri anak yang mempengaruhi minat membaca adalah pengaruh orang tua. Menurut Hurlock (1980), keluarga merupakan bagian yang paling penting dalam jaringan sosial anak. Meskipun para orang tua anak-anak usia sekolah meluangkan lebih sedikit waktunya dengan anak-anak mereka, orang tua tetap menjadi pelaku-pelaku sosialisasi yang sangat penting (Santrock, 1995). Dalam kaitannya dengan kegiatan membaca, orang tua memiliki peranan tersendiri. Sebagai Significant others anak, orang tua berperan dalam menyediakan sumber bacaan anak dirumah. Hurlock (1978) menyatakan bahwa keluarga berkontribusi dalam memberikan stimulasi agar anak-anak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil di sekolah dan kehidupan sosialnya, termasuk dalam kegiatan membaca. Selain itu, keluarga juga berperan besar dalam mempersiapkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak (Hurlock, 1978). Meskipun dalam kenyataannya pengaruh ayah dan ibu dapat setara, namun ibu memiliki peran gender tertentu, misalnya harapan masyarakat mengenai keterlibatan ibu yang dominan dalam mengurus dan mendidik anak. Di sisi lain, ibu juga cenderung memiliki attachment yang lebih dekat dengan anak. Attachment (keterikatan) adalah suatu relasi antara figur sosial tertentu dengan satu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik (Santrock, 1995). Bowlby (dalam Santrock, 1995) yakin bahwa bayi dan ibunya secara naluriah membentuk suatu keterikatan. Hurlock (1980) juga menyatakan bahwa anak-anak memiliki keterikatan yang lebih kuat dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya.

30

Sikap positif ibu terhadap perilaku membaca anak merupakan komponen afektif dari pengaruh ibu dalam minat membaca anak. Meskipun demikian, sikap merupakan predisposisi suatu perilaku yang dapat memprediksi perilaku. Dengan demikian, ibu yang memiliki sikap positif terhadap perilaku membaca anak memiliki kecenderungan untuk menampilkan perilaku yang mendukung kegiatan (perilaku) membaca anak. Hal ini didukung oleh pernyataan Alexander dan Filler (dalam Harris & Sipay, 1980) yang mengemukakan bahwa minat terhadap membaca salah satunya dapat dipengaruhi oleh sikap orang tua. Dechand (1969) juga menyatakan hal yang senada, bahwa minat membaca dipengaruhi oleh sikap orang tua. Ibu yang memiliki sikap yang positif terhadap perilaku membaca anak dapat menampilkan evaluasinya dalam tiga kategori, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Ibu yang memiliki sikap positif terhadap perilaku membaca anak cenderung memiliki belief (nilai) yang memiliki atribusi yang positif terhadap perilaku membaca anak, memiliki reaksi emosional yang positif terhadap perilaku membaca anak, atau memiliki intensi untuk mendukung perilaku membaca anak. Masing-masing respon sikap ini dibentuk dari evaluasi ibu terhadap perilaku membaca anak. Meskipun demikian, masing-masing respon evaluasi ini memiliki keunikan tersendiri dan terdapat kecenderungan individu untuk menampilkan sebagian saja dari tiga respon sikap ini.

II. C. Masa Kanak-Kanak Akhir Masa kanak-kanak akhir memiliki rentang usia dari 6 tahun sampai tiba

31

saatnya individu menjadi matang secara seksual, atau kurang lebih 12 tahun (Hurlock, 1980). Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget (Santrock, 1995), diusia ini anak-anak sedang berada dalam tahap konkret-operasioanal. Pada tahap ini aktifitas mental yang dapat anak lakukan adalah menalar secara deduktif. Anak telah dapat menarik kesimpulan yang logis dari fakta-fakta yang diberikan. Kemampuan ini sangat berguna dalam aktifitas membaca yang dilakukan anak. Pada tahap konkret-operasional, anak menghubungkan arti baru dengan konsep lama berdasarkan apa yang dipelajari setelah masuk sekolah. Di samping itu anak mendapatkan arti baru dari media massa, terutama film, radio, dan televisi. Saat anak membaca buku pelajaran di sekolah dan mencari keterangan dari ensiklopedi atau sumber-sumber informasi lain, anak tidak hanya mempelajari arti baru untuk konsep tetapi juga memperbaiki arti yang yang salah yang dihubungkan dengan konsep lama. Pada tahap ini anak mulai mencari validasi eksternal terhadap ide-ide mereka. Hal tersebut dapat mereka lakukan salah satunya dengan membaca sumber-sumber yang menurutnya dapat menjawab pertanyaannya. (Santrock, 1995). Menurut Erikson (Santrock, 1995), selama masa kanak-kanak akhir siklus kehidupan yang dikembangkan adalah tekun versus rendah diri, bila anak-anak didorong dalam upaya mereka untuk berbuat, membangun, serta bekerja rasa tekun mereka akan meningkat. Akan tetapi, orang tua yang melihat upaya anakanak mereka dalam membuat sesuatu sebagai kacau atau berantakan dapat mendorong perkembangan rasa rendah dari pada anak. Hal ini juga terjadi pada kegiatan membaca anak jika orang tua menghargai dan memberikan penguatan yang positif maka rasa tekun anak akan meningkat terhadap kegiatan membaca

32

sebagai pemenuhan rasa ingin tahu anak tersebut. Di sisi lain, masa kanak-kanak disebut oleh psikolog sebagai masa bermain (Hurlock, 1980). Pada masa ini, minat anak untuk bermaian aktif memudar, dan kemudian digantikan dengan minat terhadap amusement. Amusement adalah suatu bentuk bermain pasif, yaitu kesenangan didapatkan oleh anak dengan melakukan aktivitas yang memerlukan usaha yang sangat minim (Hurlock, 1978). Hurlock (1980) menyatakan bahwa meskipun terdapat variasi individual dalam minat pada permainan, ketika anak telah dapat membaca dengan baik dan mudah melakukannya, kegiatan membaca menjadi suatu bentuk bermain pasif yang populer. Seluruh kemampuan tersebut diatas, adalah modal awal dalam kegiatan membaca dan memahami bahan bacaan, sehingga sangatlah tepat jika pada masa kanak-kanak akhir anak telah memasuki tahap terakhir membaca (Adler, 1972). Pada masa ini, anak-anak telah melalui proses belajar mengenali huruf dan kata, serta telah belajar mendapatkan pemahaman dari tulisan. Anak-anak kini belajar membaca untuk tujuan dan area yang berbeda. Selain membaca merupakan sesuatu yang harus dilakukan disekolah, mereka juga belajar bahwa membaca berguna untuk kesenangan dirinya, memuaskan rasa ingin tahunya dan mengembangkan wawasannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

33

Pada bab ini akan diuraikan mengenai masalah dan hipotesis serta metode dalam penelitian ini.

III. A. Masalah Penelitian Dalam penelitian ini, masalah utama yang hendak diteliti adalah: Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan skor minat membaca anak?

Dalam meneliti masalah diatas, juga akan diteliti hubungan masingmasing respon evaluasi sikap ibu terhadap perilaku membaca. Karena itu, terdapat tiga masalah tambahan, yaitu:

1.

Apakah terdapat hubungan

yang signifikan antara skor sikap ibu

terhadap perilaku membaca anak dalam respon kognitif dengan skor minat membaca anak? 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

perilaku membaca anak dalam respon afektif dengan skor minat membaca anak? 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

perilaku membaca anak dalam respon konatif dengan skor minat membaca anak?

III. B. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis alternatif dan hipotesis

34

null. Berikut akan dijabarkan masing-masing.

III. B.1. Hipotesis Alternatif Terdapat hubungan positif yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan skor minat membaca anak.

Sedangkan hipotesis alternatif tambahanya meliputi: 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

perilaku membaca anak dalam respon kognitif dengan skor minat membaca anak. 2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

perilaku membaca anak dalam respon afektif dengan skor minat membaca anak. 3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

perilaku membaca anak dalam respon konatif dengan skor minat membaca anak.

III. B. 2. Hipotesis Null Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan skor minat membaca anak.

Hipotesis null tambahannya meliputi: 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

perilaku membaca anak dalam respon kognitif dengan skor minat membaca anak. 2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

35

perilaku membaca anak dalam respon afektif dengan skor minat membaca anak. 3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara skor sikap ibu terhadap

perilaku membaca anak dalam respon konatif dengan skor minat membaca anak.

III. C. Subjek Penelitian Pembahasan mengenai populasi dan sampel dalam penelitian ini meliputi karakteristik subjek, serta jumlah subjek.

III. C. 1. Karakteristik Subjek Subjek yang menjadi penelitian ini terdiri dari anak dan ibunya. Sampel yang dapat menjadi subjek pada masing-masing kelompok subjek harus memenuhi karakteristik tertentu. Berikut adalah karakteristik subjek penelitian ini.

III. C. 1. a. Karakteristik Subjek Anak Sesuai dengan tujuan penelitian, anak-anak yang dapat menjadi subjek penelitian ini adalah yang memiliki satu karakteristik, yaitu berusia 8-9 tahun. Batasan usia ini diambil karena landasan pemikiran yang digunakan pada penelitian ini adalah bahwa subjek berada dalam masa kanak-kanak akhir. Hal ini mempengaruhi kemampuan kognitif yang ia miliki, yaitu konkret-operasioanal (piaget, dalam Ormrod, 2003). Pada usia ini cakupan bacaan anak sedang mengalami perkembangan dan minat mereka untuk membaca sudah tampak.

III. C. 1. b. Karakteristik Subjek Ibu Ibu yang dapat menjadi subjek penelitian ini harus memenuhi beberapa

36

karakteristik yang telah ditetapkan, yaitu: 1. Merupakan ibu dari subjek anak. Penelitian ini akan menghubungkan dua

variabel yang berasal dari anak dan ibunya. Maka dari itu, ibu yang terlibat dalam penelitian ini merupakan ibu subjek yang bersekolah di sekolah yang telah ditentukan. 2. Berasal dari kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Pembatasan subjek

berdasarkan tingkat ekonomi ini dilakukan karena tingkat ekonomi dapat berpengaruh pada minat membaca yang dimiliki anak. 3. Berpendidikan terakhir minimal setaraf SMA. Latar belakang pendidikan

ini didasari oleh diperlukannya kemampuan subjek untuk memahami pernyataanpernyataan dalam instrumen. Selain itu, subjek juga perlu melakukan self-report berupa pengisian kuesioner berbentuk skala sikap untuk menggambarkan perasaan dan pemikirannya.

III. C. 2. Metode dan Teknik Pengambilan Sampel Sampling atau pengambilan sampel adalah pengambilan sejumlah sampel dari seluruh populasi yang ada sebagai gambaran umum dari seluruh populasi tersebut (Kerlinger & Lee, 2000). Berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, metode pengambilan subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Teknik ini digunakan baik pada saat penentuan sekolah tempat penelitian maupun saat penentuan subjek yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah tiga

37

kelas siswa-siswi kelas III dan satu kelas siswa-siswi kelas IV SD di sekolah yang telah ditentukan. Teknik ini dipilih untuk efisiensi waktu, tenaga biaya penelitian.

III. C. 3. Jumlah Subjek Subjek penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok subjek anak dan kelompok subjek ibu anak tersebut. Dalam penelitian ini, subjek anak merupakan tiga kelas siswa kelas III dan satu kelas dari kelas IV SDIT Nurul Fikri. Jumlah subjek yang berpartisipasi berjumlah 129 orang anak dan 129 orang ibu. Menurut Guilford dan Fruchter (1978), jumlah sampel yang baik dalam melakukan penelitian adalah minimal 30 orang. Dengan demikian, jumlah subjek dalam penelitian ini sudah cukup baik untuk dilakukan perbandingan nilainya.

3.C.4 Definisi Konseptual 3.C.4.a. Definisi Konseptual Minat Secara operasional Lilawati (1988) mengartikan minat membaca anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.

38

3.C.4.b. Definisi Konseptual Sikap Sikap adalah kecenderungan untuk mengevaluasi dengan suatu derajat antara menyukai dan tidak menyukai yang biasanya diekspresikan dalam respon kognitif, afektif dan behavioral. Eagly & Chaiken (1993) juga menambahkan perilaku ke dalam objek sikap. Definisi yang lebih luas dinyatakan oleh Aiken (2002). Menurutnya, sikap adalah predisposisi kognitif, afektif, dan behavioral yang dipelajari untuk memberikan respon secara positif atau negatif terhadap objek, situasi, intitusi, konsep, atau orang tertentu. Menurut Goodwin dan Klausmeier (dalam Goodwin & Goodwin), sikap sebagai presdiposisi merupakan reaksi yang konsisten.

3.C.5. Definisi Operasional 3.C.5.a Definisi Operasional Minat a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Perhatian yang kuat dan mendalam terhadap kegiatan membaca Perasaan senang terhadap kegiatan membaca Mengarahkan anak untuk membaca dengan kemaunnya sendiri Kesadaran akan manfaat membaca Frekuensi membaca buku dan majalah Jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak Jumlah buku bacaan yang ada di sekitar lingkungan anak Rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktifitas membaca Tertarik terhadap buku bacaan Sikap positif dalam diri anak terhadap aktifitas membaca Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk membaca buku dan majalah

39

3.C.5.b. Definisi Operasional Sikap Mengevaluasi objek dalam respon kognitif, afektif dan konatif Mengevaluasi situasi dalam respon kognitif, afektif dan konatif Mengevaluasi institusi dalam respon kognitif, afektif dan konatif Mengevaluasi konsep dalam respon kognitif, afektif dan konatif Mengevaluasi orang tertentu dalam respon kognitif, afektif dan konatif

3.C.5.c. Indikator Pada Instrumen Sikap ibu terhadap perilaku membaca a. b. c. d. e. Mengevaluasi objek dalam respon kognitif Mengevaluasi objek dalam respon afektif Mengevaluasi objek dalam respon behavioral Mengevaluasi situasi dalam respon kognitif Mengevaluasi situasi dalam respon afektif

f.Mengevaluasi situasi dalam respon behavioral g. h. Mengevaluasi perpustakaan dalam respon kognitif Mengevaluasi perpustakaan dalam respon afektif

i.Mengevaluasi perpustakaan dalam respon behavioral j.Mengevaluasi institusi dalam respon kognitif k. Mengevaluasi institusi dalam respon afektif

l.Mengevaluasi institusi dalam respon behavioral m. n. o. p. Mengevaluasi konsep dalam respon kognitif Mengevaluasi konsep dalam respon afektif Mengevaluasi konsep dalam respon behavioral Mengevaluasi orang tua dalam respon kognitif

40

q. r. s.

Mengevaluasi orang tua dalam respon afektif Mengevaluasi orang tua dalam respon behavioral Mengevaluasi teman dalam respon kognitif

t.Mengevaluasi teman dalam respon afektif u. Mengevaluasi teman dalam respon behavioral

III. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu instrumen yang mengukur minat membaca dan instrumen yang mengukur sikap terhadap perilaku membaca anak. Kedua pengukuran ini dilakukan melalui bentuk pelaporan diri individu (self-report).

III. D. 1. Insrumen Minat Membaca Insrtumen yang digunakan untuk meneliti minat membaca siswa ini disusun sendiri oleh peneliti. Instrumen ini terdiri dari 30 item yang mengukur minat membaca anak yang dikonstruksi berdasarkan indikator-indikator perilaku dari pembahasan-pembahasan dalam literatur mengenai minat dan minat membaca. Item-item pada alat ini berbentuk pernyataan yang kemudian disusun dalam bentuk skala Likert. Subjek diminta untuk memberikan penilaian berdasarkan kesesuaian dan ketidaksesuaian pikiran dan perasaannya terhadap pernyataan-pernyataan mengenai kegiatan membaca. Pengukuran yang

digunakan pada instrumen ini adalah dalam interval. Terdapat empat alternatif pilihan jawaban dalam skala pada instrumen ini. Pemberian empat pilihan jawaban berdasarkan kemampuan subjek untuk menempatkan perasaan dan pemikirannya pada pilihan yang tidak terlalu

41

banyak. Peneliti juga sengaja memberikan pilihan jawaban dalam jumlah genap dalam rangka menghindari kemungkinan munculnya mayoritas jawaban netral atau ragu-ragu dari subjek. Pilihan-pilihan yang tersedia adalah: SS S TS STS : Sangat Sesuai : Sesuai : Tidak Sesuai : Sangat Tidak Sesuai

Pengukuran minat membaca subjek dilakukan dengan menghitung total nilai pada jawabannya di semua item. Skor yang tinggi menyatakan nilai minat membaca yang tinggi dan skor yang rendah menyatakan nilai minat membaca yang rendah. Dengan demikian, semakin tinggi skor subjek pada instrumen ini, semakin tinggi minat membaca yang ia miliki, begitu pula sebaliknya. Skoring pada setiap item favorable adalah: STS = 1; TS = 2; S = 3; SS = 4. Untuk item unfavorable, penilaiannya dibalik menjadi: STS = 4; TS = 3; S = 2; SS = 1.

III. D. 2. Instrumen sikap Terhadap Perilaku Membaca Anak Instrumen yang digunakan untuk meneliti sikap ini juga disusun sendiri oleh peneliti. Instrumen ini terdiri dari 35 item yang dikonstruksi dari bentukbentuk respon evaluasi sikap. Item-item pada instrumen ini berbentuk pernyataan yang kemudian disusun menggunakan skala Likert. Pengukuran nilai skala ini dalam interval. Subjek diminta untuk memberikan penilaian berdasarkan setuju dan ketidaksetujuannya terhadap pernyataan mengenai kegiatan

membaca anak dan memilih antara enam pilihan jawaban. Penentuan jumlah enam dalam pilihan jawaban didasari oleh pernyataan Aiken (2002) bahwa skor dalam instrumen dengan kategori respon yang lebih

42

banyak cenderung memiliki variasi yang lebih besar, yang dapat meningkatkan nilai reabilitasnya. Sedangkan pemilihan jumlah genap dalam pilihan jawaban ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan munculnya mayoritas jawaban netral atau ragu-ragu dari subjek. Pilihan-pilihan jawabannya meliputi : SS S AS ATS TS STS : Sangat Sesuai : Sesuai : Agak Sesuai : Agak Tidak Sesuai : Tidak Sesuai : Sangat Tidak sesuai

Sikap terhadap perilaku membaca anak diukur dengan menilai total jawabannya pada semua item. Skor subjek yang tinggi menyatakan sikap yang positif dan skor yang rendah menyatakan sikap yang negatif. Dengan demikian, semakin tinggi skor subjek pada alat ukur ini, semakin positif sikapnya terhadap perilaku membaca anak. Penilaian yang digunakan pada setiap item favorable adalalah: STS = 1; TS = 2; ATS = 3; AS = 4; S = 5; SS = 6. Sedangkan untuk item unfavorable, penilainnya dibalik menjadi: STS = 6; TS = 5; ATS = 4; AS = 3; S = 2; SS = 1.

III. D. 3. Data Partisipan Untuk mengetahui gambaran umum subjek penelitian, disertakan beberapa pertanyaan mengenai data pribadi subjek. Beberapa pernyataan dalam data pribadi ini merupakan hal-hal yang juga dapat mempengaruhi minat membaca anak.

43

III. D. 3. a. Data Partisipan Untuk Anak Pertanyaan pada data partisipan untuk anak terdiri dari: 1.Jenis Kelamin 2.Usia 3.Kelas 4.Lama menonton TV setiap hari 5.Jumlah buku cerita dan majalah yang dimiliki dirumah

III. D. 3. b. Data Partisipan untuk Ibu Untuk ibu, data partisipan yang harus diisi meliputi: 1.Usia 2.Suku 3.Pendidikan terakhir 4.Pekerjaan 5.Jumlah pemasukan keluarga per bulan

III. E. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tahap persiapan instrumen, tahap uji coba instumen dan tahap pelaksanaan penelitian.

III. E. 1. Tahap Persiapan Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu instrumen minat membaca siswa dan instrumen sikap ibu terhadap perilaku membaca anak. Kedua instrumen ini dikonstruksi sendiri oleh peneliti.

44

III.E.1.a. Tahap Persiapan Instrumen Minat Membaca Dalam penyusunan instrumen minat membaca, peneliti berpedoman pada pembahasan dalam literatur mengenai minat dan minat membaca. Meskipun demikian, peneliti menemukan kesulitan dalam menemukan rujukan dalam pembuatan instrumen yang tepat untuk mengukur minat membaca. Oleh karena itu, peneliti kemudian berkonsultasi beberapa kali dengan ahli metodologi penelitian serta pembimbing skripsi mengenai bentuk instrumen yang paling sesuai. Dari hasil konsultasi dan pencarian literatur mengenai minat, peneliti

memutuskan untuk menyusun alat ukur minat membaca dalam bentuk skala Likert dengan empat alternatif jawaban. Peneliti kemudian membuat indikator-indikator minat membaca. Indikator-

indikator ini disusun dengan merangkum teori-teori minat dan minat membaca. Hasilnya, peneliti mendapatkan sebelas hal yang dapat mengindikasikan individu yang memiliki minat membaca yang tinggi. Dari indikator itulah, peneliti kemudian menyusun item-item. Item-item pada instrumen kemudian diuji face validity dan content validity-nya

melalui expert judgement. Content validity merujuk kepada derajat representatif suatu pernyataan didalam di dalam suatu instrumen dengan seluruh domain yang hendak diukur (Aiken, 2002). Penilaian ini dilakukan oleh dosen. Expert judgement alat ini dilakukan oleh 3 orang dosen. Peneliti menanyakan penilaian mereka mengenai item-item yang telah disusun, diantaranya untuk menilai apakah semua indikator minat membaca telah cukup dituangkan dalam item-item instrumen. Para ahli juga kemudian memberi masukan-masukan mengenai kemampuan subjek dalam mengisi instrumen, terutama dalam kemampuan

45

mereka menilai dirinya sendiri dan dalam mempertahankan konsentrasi. Untuk pengujian face validity, peneliti juga melakukan uji keterbacaan pada

3 anak dengan karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana anak dapat memahami setiap item yang diberikan, apakah makna item yang tertangkap oleh anak sama dengan yang dikehendaki oleh peneliti.

III. E. 1. b. Tahap Persiapan Instrumen sikap terhadap Perilaku Membaca Anak Untuk variabel ini, peneliti memutuskan untuk melakukan pengukuran juga

dalam bentuk self-report dalam skala sikap. Skala sikap terdiri dari serangkaian pernyataan yang meresponkan perasaan positif atau negatif mengenai objek sikap (Aiken, 2002). Bentuk skala yang digunakan adalah Method of summated Rating dari Linkert. Peneliti kemudian mengkonstruksikan item-item berdasarkan kategori respon

evaluasi sikap. Item-item yang dibuat mewakili ketiga respon evaluasi sikap yang ditampilkan terhadap perilaku membaca anak. Peneliti kemudian melakukan pengujian face validity dan content validity-nya

melalui expert judgement dan uji keterbacaan. Penilaian alat ini dilakukan oleh 3 orang dosen yang berhubungan dengan karakteristik instrumen. Para dosen menilai item-item yang telah disusun; apakah item-item tersebut sekiranya dapat mengukur respon evaluasi sikap ibu. Peneliti kemudian melakukan revisi terhadap item-item tersebut dan memilih

69 item untuk diuji keterbacaan. Uji keterbacaan dilakukan pada tiga orang ibu yang memiliki karakteristik

46

sama dengan subjek penelitian. Setelah menjawab semua item, peneliti menanyakan pemahaman para ibu terhadap tiap item yang diberikan dan alas an pemilihan jawabannya. Hal itu dilakukan untuk menilai apakah makna item yang tertangkap oleh ibu sama dengan yang dikehendaki dalam penelitian ini. Hasil uji keterbacaan digunakan untuk merevisi item-item dalam instrumen.

III. E. 2. Tahap Uji Coba Instrumen Sebelum mengambil data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji coba pada instrumen yang digunakan. Uji coba ini dilakukan untuk menilai tingkat reliabilitas instrumen serta validitas setiap item yang terdapat dalam instrumen ini. Ujicoba instrumen dilakukan dengan menyebarkan instrumen pada sejumlah anak dan ibu dengan karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Peneliti menyebarkan instrumen ini secara klasikal, yaitu dengan mengambil seluruh siswa kelas dan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk data subjek ibu, peneliti meminta para siswa membawa pulang kuesioner untuk diberikan pada ibu mereka masing-masing untuk kemudian dikembalikan pada peneliti keesokan harinya. Uji coba instrumen minat membaca dilakukan pada tanggal 17 Desember 2009 di Sekolah Dasar Islam Terpadu Taman Ilmu, Depok. Partisipan berasal dari empat kelas, sehingga administrasi dilakukan secara terpisah. Jumlah seluruh instrumen minat membaca dan sikap terhadap perilaku membaca anak yang disebarkan adalah 49 buah, hanya 35 data yang dapat diolah karena 5 lainnya rusak (ada item yang tidak diisi atau jawaban lebih dari satu), dan 9 tidak dikembalikan.

47

III.E.2.a. Instrumen Uji Coba Minat Membaca Anak Tabel 1. Indikator Instrumen Minat Membaca Anak
No Dimensi favorable unfavorable

a. Perhatian

yang

kuat

dan

mendalam 8, 27, 43 kegiatan 24 membaca 7, 32, 33, 37 44 38, 39 2, 15 4, 42

terhadap kegiatan membaca b. Perasaan senang terhadap membaca c. Mengarahkan anak untuk

dengan kemauannya sendiri d. Kesadaran akan manfaat membaca 1, 5, 14, 23, 36 e. Frekuensi mambaca buku dan majalah 3, 6 f. Jumlah buku bacaan yang pernah dibaca 29, 30

oleh anak g. Jumlah buku bacaan yang ada disekitar 10, 11, 12, 18, 13, 25 lingkungan anak 19, 20, 21, 26,

41 h. Rasa keterikatan dalam diri anak terhadap 34 i. j. aktifitas membaca Tertarik terhadap buku bacaan 9, 28, 35, 40 Sikap positif dalam diri anak terhadap 31 22

aktifitas membaca k. Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk 16 membaca buku dan majalah

17

III.E.2.b. Instrumen Uji Coba Sikap Ibu Terhadap Perilaku Membaca Anak dan Minat Membaca Anak Tabel 2. Indikator Instrumen Sikap Ibu Terhadap Perilaku Membaca Anak dan Minat Membaca Anak
No Dimensi favorable unfavorable

a.

Mengevaluasi objek dalam respon kognitif

1, 3, 54

48

b.

Mengevaluasi objek dalam respon afektif

2, 9, 15, 17, 55 5, 6, 7, 16 62, 64 12 10, 14 13 11, 63 20 4, 8, 53

c. Mengevaluasi objek dalam respon behavioral d. e. f. Mengevaluasi situasi dalam respon kognitif Mengevaluasi situasi dalam respon afektif Mengevaluasi situasi dalam respon behavioral perpustakaan perpustakaan perpustakaan dalam dalam dalam

g. Mengevaluasi kognitif h. Mengevaluasi afektif i. Mengevaluasi behavioral j. k.

respon 19, 22 respon 28, 29, 66 respon 21

23

Mengevaluasi intitusi dalam respon kognitif Mengevaluasi intitusi dalam respon afektif

40, 44 37, 38, 45 39, 41, 43 42

l.l Mengevaluasi intitusi dalam respon behavioral m. Mengevaluasi konsep dalam respon kognitif m n. Mengevaluasi konsep dalam respon afektif

31, 57, 58, 67, 34, 59 68 60 56

n o. Mengevaluasi konsep dalam respon behavioral o p. Mengevaluasi orang tua dalam respon kognitif p q. Mengevaluasi orang tua dalam respon afektif q r. Mengevaluasi orang tua dalam 24, 25, 48 35, 49, 65 36 34, 47, 61, 69 51

respon 26, 33, 46 30, 50 27

r behavioral s. Mengevaluasi teman dalam respon kognitif s t.t Mengevaluasi teman dalam respon afektif

49

u. Mengevaluasi teman dalam respon behavioral u III. E. 3. Reliabilitas dan Validitas Instrumen Penelitian Uji coba instrumen penelitian yang dilakukan

52

digunakan

untuk

mendapatkan nilai reliabilitas dan validitas instrumen minat membaca dan instrument sikap terhadap perilaku membaca anak.

III. E. 3. a. Reliabilitas Instrumen Penelitian Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan instrument tersebut konsisten dan terlepas dari error of measurement (Aiken, 2002). Pengukuran reliabilitas yang akurat untuk skala sikap adalah dengan menghitung homogenitas item-itemnya. Hal itu dapat dilakukan dengan menghitung nilai konsistensi internal (internal consistency). Koefisien alpha dapat digunakan sebagai indeks konsistensi internal (Aiken, 2002; Eagly & Chaiken, 1993).

Eagly dan Chaiken (1993) menyatakan bahwa saat ini alpha adalah standar statistik dalam menilai reliabilitas suatu skala yang terdiri dari banyak item. Alpha juga merupakan teknik pengukuran reliabilitas yang paling tepat untuk digunakan pada skala linkert. Karena itu, untuk mengitung reliabilitas kedua instrumen penelitian ini, digunakan teknik reliability analysis scale Cronbach Alpha () dengan perhitungan statistik menggunakan program SPSS 16.0. Dari hasil uji reliabilitas instrumen minat membaca pada subjek try-out, didapatkan nilai relibilitas instrumen sebesar 0,906. dengan item sejumlah 44. 50

Menurut Nunnally (1994), nilai reliabilitas yang baik adalah diatas 0,60. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen minat membaca ini reliable dalam mengukur tingkat minat membaca individu. Di sisi lain, nilai reliabilitas pada instrumen sikap terhadap perilaku membaca anak yang didapatkan dalam uji coba adalah sebesar 0,838. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa instrumen ini reliable dalam mengukur sikap terhadap perilaku membaca anak karena nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0.6.

III. E. 3. b. Validitas Instrumen Penelitian Validitas suatu instrumen kognitif atau psikometri adalah pengukuran mengenai apakah instrumen tersebut mengukur apa yang harus diukur (Aiken, 2002). Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan perhitungan internal consistency melalui inter-item correlation, yaitu perhitungan korelasi antara skor tiap item dengan skor total seluruh item lainnya (nilai r) (anastasi, 1998). Menurut Garrei (1960), nilai validitas item (r) yang lebih besar dari 0.2 dinilai memuaskan. Dari hasil pehitungan validitas instrumen minat membaca didapatkan item valid dan item tidak valid.

1. Hasil Perhitungan Validitas pada Instrumen Minat Membaca Peneliti kemudian melakukan revisi terhadap beberapa item yang tidak valid. Hal itu dilakukan karena penyebaran item pada indikator minat membaca kurang merata. Peneliti lalu menghitung kembali validitas instrumen dengan menggunakan instrumen yang telah direvisi yang terdiri dari 30 item dari sebelumnya sebanyak 44 pernyataan. Data yang digunakan berasal dari subjek penelitian. Hasil validitas terpakai pada instrumen minat membaca ditampilkan

51

pada tabel berikut (perhitungan dapat dilihat di lampiran).

Tabel 3. Hasil Perhitungan Validitas Pada Instrumen Minat Membaca No 1. Item Favorable Item Valid / tidak Valid Valid Keterangan Dipertahankan

Unfavorable 5, 6, 7, 8, 12, 14, 16, 3, 15, 17, 25, 27, 20, 22, 23, 24, 26, 28, 33, 37, 42, 44 29, 30, 31, 32, 34, 35, 40, 41

2.

1, 9, 10, 11, 18, 19, 21, 43

2, 4, 13, 38, 39

Tidak valid

Dibuang

2. Hasil Perhitungan Validitas Pada Instrumen Sikap Terhadap Perilaku Membaca Anak Pada instrumen sikap terhadap perilaku membaca anak, didapatkan item valid dan item tidak valid. Jumlah item pernyataan menyjadi 35 pernyataan dari pernyataan awal saat uji coba sebanyak 69 pernyataan. Tabel 4. Hasil Perhitungan Validitas pada Instrumen Sikap terhadap Perilaku Membaca Anak No Item Favorable Item Unfavorable Valid / tidak Keterangan Dipertahankan

Valid 1. 1, 3, 6, 7, 9, 10, 12, 8, 23, 26, 42, 51, Valid 14, 15, 18, 19, 21, 22, 52, 53, 56, 24, 27, 28, 30, 31, 38, 39, 40, 43, 44, 45, 46, 49, 50, 54, 55, 60, 62, 64, 65, 66, 68

52

2. 2, 5, 17, 25, 29, 33, 4, 11, 13, 20, 32, Tidak valid 35, 37, 41, 48, 57, 58, 34, 36, 47, 59, 61, 67 63, 69 Pertimbangan merevisi item:

Dibuang

1. Hasil Cronbach Alpha maka ada beberapa pernyataan yang dihilangkan, item yang dihilangkan karena nilai dibawah 0,5. 2. Pernyataan yang mewakili salah satu dimensi terlalu banyak maka akan dipilih reliabilitas yang tinggi yaitu mendekati satu 3. Pernyataan positif cukup banyak maka akan dihilangkan pernyataan yang positif dan nilai reliabilitasnya rendah. III. E. 4. Tahap Pelaksaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 13 Januari 2010 di Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul Fikri, Depok. Peneliti menyebarkan 160 buah instrumen minat membaca. Peneliti menjelaskan di setiap kelas maksud penelitian dan menjelaskan dua buah angket yang akan diberikan satu untuk dikerjakan oleh anak dan satu lagi dikerjakan oleh ibu mereka. Peneliti meminta mereka mengembalikan angket yang diberikan pada keesokan harinya dengan pemberian reward bagi yang mengembalikan. Pengolahan data pada penelitian ini akan mengkorelasikan skor pada instrumen anak dan instrumen ibu. Maka dari itu, jumlah data yang ada harus berpasangan, anak dengan ibu. Jumlah instrumen ibu yang kembali lebih sedikit dari instrumen anak. Hal ini menjadikan, jumlah subjek anak disesuaikan dengan subjek ibu. Jumlah total data yang dapat diolah (jumlah total subjek) dari masingmasing kelompok subjek sebanyak 129 buah.

III. F. Metode dan Prosedur Pengolahan Data Penelitian 53

Data penelitian akan diolah dengan metode statistik guna menjawab masalah penelitian. Untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu minat membaca dengan masing-masing respon evaluasi sikap ibu terhadap perilaku membaca anak, akan dihitung korelasi antara skor total dalam pengukuran kedua variabel ini. Perhitungan korelasi dilakukan dengan Pearson Bivariate Correlation. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0.

BAB IV ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI

Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu gambaran umum subjek penelitian dan analisis data penelitian. IV. A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bab terdahulu, telah diutarakan bahwa subjek penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok anak dan kelompok ibu. Jumlah masingmasing kelompok subjek adalah 129 orang. Berikut ini adalah gambaran umum subjek dari kedua kelompok berdasarkan data yang diperoleh.

IV. A. 1. Gambaran Umum Kelompok anak Gambaran subjek anak adalah jenis kelamin anak, lama menonton TV, dan jumlah buku cerita dan majalah yang di miliki dirumah. IV. A. 1. a. Jenis Kelamin Perlu diketahui jenis kelamin subjek yang mengisi data penelitian untuk

54

mengetahui proporsi perempuan dan laki-laki. Tabel 5. Gambaran Subjek Anak Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelam in

80 70 60 50 40 30 20 10 0 p = 71 l = 58

Dari grafik

terlihat bahwa perbandingan jumlah subjek perempuan dan

laki-laki, lebih banyak subjek perempuan, yaitu laki-laki 58 orang dan perempuan 71 orang.

IV. B. 1. b. Lama Menonton TV Data lamanya subjek menonton TV diperlukan karena TV dinyatakan secara teoritis dapat mempengaruhi minat membaca individu. Berikut akan ditampilkan gambaran subjek sesuai dengan waktu yang ia habiskan untuk menonton TV setiap harinya. Tabel 6. Gambaran Subjek Anak Berdasarkan Lama Menonton TV Setiap Hari

55

80 70 60 50 40 30 20 10 0 0-1 jam 1-2 jam 3-4 jam Lebih dari 4jam

Berdasarkan tabel dapat dilihat rentang waktu terbanyak yang dihabiskan oleh anak untuk menonton TV adalah 1-2 jam sebanyak 75 anak. Diikuti dengan 0-1 jam sebanyak 25 anak. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2002) batas waktu menonton TV untuk anak adalah kurang dari 1 jam sehari bagi anak prasekolah dan kurang dari 2 jam sehari anak yang lebih besar. Berarti sebagian besar subjek relatif tidak terlalu lama menghabiskan waktunya untuk menonton TV. Dan masih dalam rentang yang cukup aman.

IV. B. 1. c. Jumlah Buku Cerita dan Majalah yang Dimiliki di Rumah Jumlah buku cerita dan majalah yang dimiliki anak dinyatakan dapat mempengaruhi minat membaca. Berikut akan ditampilkan gambaran subjek dan jumlah buku cerita dan majalah yang ia miliki di rumah. Tabel 7. Gambaran Subjek Anak berdasarkan jumlah Buku Cerita dan Majalah yang Dimiliki di Rumah

56

jumlah buku & majalah yang dimiliki anak


60 50 40 anak 30 20 10 0 110buku 1120buku 21-30 31-40 Lebih dari 40

jumlah buku

Dari tabel

terlihat jumlah subjek terbanyak adalah yang memiliki buku

lebih dari 40 sebanyak 59 orang. Peneliti tidak mendapatkan data khusus mengenai jumlah buku yang dimiliki rata-rata anak-anak Indonesia dirumah mereka, namun menurut data yang dirilis Kompas tanggal 25 Juli 2002, bahwa hanya sekitar satu persen SD Negeri di Tanah Air yang jumlahnya sekitar 260.000, yang memiliki perpustakaan. Hal ini menandakan sebagian besar subjek memiliki ketersediaan buku dan majalah yang cukup dirumah mereka.

IV.A.2. Gambaran Umum Kelompok Ibu Berikut ini akan dipaparkan gambaran umum kelompok ibu. Gambaran subjek ibu yang akan dipaparkan berikut adalah berdasarkan terakhirnya dan jumlah pemasukan keluarga perbulan. pendidikan

IV. A.2. a. Pendidikan Terakhir

57

Salah satu karakteristik subjek ibu dalam penelitian ini adalah memiliki pendidikan terakhir minimal SMA. Berikut akan ditampilkan gambaran subjek berdasarkan pendidikan terakhir mereka. Tabel 8. Gambaran Subjek Ibu Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Ibu
70 60 50 Jumlah ibu 40 30 20 10 0 smu D1 D2 D3 S1 S2 S3

Pendidikan

Dari grafik dapat dilihat bahwa variasi tingkat pendidikan subjek cukup beragam, yaitu antara SMU dan S3. Pendidikan terakhir subjek yang terbanyak adalah S1, yaitu 61 orang, diikuti dengan D3 sebanyak 34 orang. Menurut sumber Badan Pusat Satatistik rata-rata lama sekolah di Indonesia pada tahun 2006 baru mencapai 7,44 tahun (Statistik Pendidikan 2006:57). Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan penduduk Indonesia baru mencapai jenjang pendidikan kelas 1 SMP ( Dyah Ratih Sulistyastuti, 2007).

Membandingkan dengan data tersebut maka sebagian besar subjek ibu memiliki tingkat pendidikan yang cukup memadai.

IV. A.2. b. Jumlah Pemasukan Keluarga Perbulan

58

Data jumlah pemasukan keluarga perbulan diperlukan karena secara teoritis menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga kelompok sosial ekonomi yang lebih baik menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca dan dapat mempengaruhi minat membaca individu. Berikut akan ditampilkan perbulan. Tabel 9. Jumlah Pemasukan Keluarga Perbulan
jumlah pemasukan keluarga
40 35 30 25 jumlah anak 20 15 10 5 0 3-5jt 5-7,5jt 7,5-10jt 10jt

gambaran

subjek

berdasarkan

jumlah

pemasukan

keluarga

pendapatan

Dari grafik

dapat dilihat bahwa variasi tingkat pemasukan keluarga

subjek cukup beragam, yaitu antara 3.000.000 hingga lebih dari 10.000.000. Pemasukan keluarga subjek yang terbanyak adalah 7.500.000-10.000.000 yaitu 40 orang, diikuti dengan lebih dari 10.000.000 sebanyak 39 orang. Jika dibandingkan dengan data dari BPS selama semester pertama tahun ini,

pendapatan rata-rata penduduk Indonesia (income per capita) adalah USD 780,56 atau Rp 1,17 juta per bulan. Dengan angka ini, Indonesia tergolong negara lower middle income atau strata terendah kedua, kepala BPS (Badan Pusat Statistik) Rusman Heriawan mengatakan, jumlah ini secara kumulatif ini dibentuk oleh PDB (produk domestik bruto) semester satu Rp 1.568 triliun, dibagi 59

jumlah penduduk 221,3 juta jiwa. Terlihat jelas bahwa sebagian besar subjek memiliki jumlah pemasukkan dengan tingkat ekonomi yang cukup memadai.

IV. B. Analisis Hasil Penelitian Tabel 10. Hasil Perhitungan Korelasi antara Sikap Ibu dengan Minat Membaca Anak
Total_Anak Total_Anak Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total_Ibu Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tot_Ibu_Kog Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tot_Ibu_Afe Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tot_Ibu_Beh Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 129 .239** .006 129 .108 .224 129 .219* .013 129 .244** .005 129 129 .738** .000 129 .812** .000 129 .932** .000 129 1 Total_Ibu .239** .006 129 1

Dari hasil perhitungan korelasi antara skor sikap ibu dengan skor minat membaca anak, diperoleh nilai signifikasi korelasi sebesar 0.006. Signifikansi nilai korelasi ini lebih kecil dari level of significance, yaitu 0.05. Maka, dapat disimpulkan bahwa skor sikap ibu terhadap perilaku membaca anak berkorelasi secara signifikan dengan skor minat membaca anak. Berarti, sikap ibu terhadap perilaku membaca anak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan minat

60

membaca anak. Berikutnya, dilakukan perhitungan terhadap korelasi masing-masing bentuk respon evaluasi sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan skor minat membaca anak. Seperti telah disebutkan sebelumnya, respon evaluasi sikap ini terbagi dalam bentuk kognitif, afektif dan konatif.

Tabel 11. Hubungan antara skor sikap Ibu terhadap Perilaku Membaca Anak dalam Respon Kognitif, Afektif dan Konatif dengan Skor Minat Membaca
Correlations Tot_Ibu_Af Tot_Ibu_Be Total_Anak Total_Anak Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total_Ibu Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tot_Ibu_Kog Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tot_Ibu_Afe Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tot_Ibu_Beh Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 129 .239** .006 129 .108 .224 129 .219* .013 129 .244** .005 129 129 .738** .000 129 .812** .000 129 .932** .000 129 129 .550** .000 129 .505** .000 129 129 .639** .000 129 129 1 Total_Ibu Tot_Ibu_Kog .239** .006 129 1 .108 .224 129 .738** .000 129 1 e .219* .013 129 .812** .000 129 .550** .000 129 1 h .244** .005 129 .932** .000 129 .505** .000 129 .639** .000 129 1

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

61

Dari hasil perhitungan korelasi didapat bahwa skor ketiga aspek sikap yaitu kognitif, afektif dan konatif saling berkorelasi secara signifikan dengan nilai signifikasi 0.000 pada level of significance 0.05. Nilai korelasi skor respon evaluasi sikap kognitif dengan skor total minat membaca adalah 0.108. Dengan signifikasi korelasi 0.224. Hal ini berarti nilai korelasi ini tidak signifikan pada level of significance 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skor respon evaluasi sikap ibu dalam bentuk kognitif terhadap perilaku membaca anak tidak berkorelasi secara signifikan dengan skor minat membaca anak. Berarti, sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dalam respon kognitif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan minat membaca. Nilai korelasi skor respon evaluasi sikap afektif dengan skor total minat membaca adalah 0.219. Nilai korelasi ini positif, artinya hubungan antar kedua variabel berbanding lurus. Tingginya nilai pada salah satu skor variabel diiringi dengan tingginya nilai pada skor lainnya, begitu pula sebaliknya. Kekuatan hubungan antar dua skor variabel ini sebesar 0.219 dengan signifikansi korelasi 0.013. Hal ini berarti nilai korelasi ini signifikan pada level of significance 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skor respon evaluasi sikap ibu dalam bentuk afektif terhadap perilaku membaca anak berkorelasi signifikan dengan skor minat membaca anak. Berarti, sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dalam respon afektif memiliki hubungan yang signifikan dengan minat membaca anak. Nilai korelasi skor respon evaluasi sikap konatif dengan skor total minat membaca adalah 0.244. Nilai korelasi ini positif, artinya hubungan antar kedua variabel berbanding lurus. Tingginya nilai pada salah satu skor variabel diiringi dengan tingginya nilai pada skor lainnya, dan rendahnya nilai pada salah satu

62

skor juga akan diiringi dengan rendahnya nilai pada skor variabel lain. Kekuatan hubungan antar dua skor variabel ini sebesar 0.244 dengan signifikansi korelasi 0.005. Hal itu berarti nilai korelasi ini signifikan pada level of significance 0.01. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skor respon evaluasi sikap ibu dalam bentuk konatif terhadap perilaku membaca anak berkorelasi secara signifikan dengan skor minat membaca anak. Berarti, sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dalam respon konatif memiliki hubungan yang signifikan dengan minat membaca anak

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini terdiri dari tiga subbab, yaitu sub bab kesimpulan, sub bab diskusi,

63

dan sub bab saran.

V. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, terdapat empat kesimpulan yang dapat menjawab masalah penelitian ini. Kesimpulan dalam penelitian ini meliputi: Terdapat hubungan antara skor sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan minat membaca anak. Dengan demikian, hipotesis alternatif pertama diterima dan hipotesis null-nya ditolak.

Selanjutnya, penelitian ini akan menjawab tiga masalah tambahan penelitian. Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dalam respon kognitif dengan minat membaca anak. Dengan demikian,

hipotesis null-nya diterima dan hipotesis alternatif-nya ditolak. 2. Terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dalam respon afektif dengan minat membaca anak. Dengan demikian, hipotesis alternatif-nya diterima dan hipotesis null-nya ditolak 3. Terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dalam respon konatif dengan minat membaca anak. Dengan demikian, hipotesis alternatif-nya diterima dan hipotesis null-nya ditolak. Hal ini menandakan aspek dari sikap ibu yang berhubungan secara signifikan dengan minat membaca pada anak adalah pada aspek afeksi dan konatif. Artinya, perasaan senang pada aktifitas membaca dan perilaku ibu itu yang berhubungan dengan minat membaca pada anak.

64

V. B. Diskusi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dengan minat membaca anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purves dan Beach serta Alexander dan Filler (dalam Harris & Sipay, 1981) yang menyatakan bahwa sikap orang tua, dalam hal ini ibu, merupakan salah satu faktor luar diri individu yang mempengaruhi minat membacanya. Ibu dapat berperan dalam menyediakan sarana bagi anaknya untuk membaca, memberikan dukungan bagi anaknya untuk terus membaca, menjadi contoh, dan menampakkan perilaku serta afeksi positif lainnya. Melalui perhitungan secara spesifik, ditemukan bahwa tidak seluruh respon sikap ibu terhadap perilaku membaca anak memiliki hubungan dengan minat membaca anak. Seperti dinyatakan oleh Aiken (2002), Eagly dan Chaiken (1993), respon evaluasi sikap dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Respon evaluasi sikap ibu dalam kategori kognitif terdiri dari pemikiran-pemikiran yang dimiliki ibu mengenai perilaku membaca anak, berupa belief(nilai), pengetahuan, dan harapan. Respon evaluasi sikap dalam bentuk afektif terdiri dari perasaan-perasaan, mood, atau emosi-emosi yang dimiliki ibu yang berhubungan dengan perilaku membaca anak. Respon sikap konatif dapat berupa intensi ibu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung perilaku membaca anak. Perbedaan hubungan dalam ketiga respon sikap ini terkait dengan konsistensi respon, suatu isu yang masih diperdebatkan oleh para ahli apakah ketiga bentuk respon evaluasi ini konsisten satu sama lain (Eagly & Chaiken, 1993). Dalam konteks ini, konsistensi berarti orang-orang cenderung

65

memberikan respon dengan tingkat yang hampir sama dengan evaluasinya terhadap objek sikap. Eagly & Chaiken (1993) menyatakan bahwa respon individu dalam ketiga bentuk reaksi bukanlah sesuatu yang universal. Misalnya, individu dapat memiliki belief mengenai suatu objek sikap namun tidak pernah melakukan perilaku yang overt ataupun memiliki reaksi emosional terhadap objek sikap tersebut. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perbedaan signifikasi hubungan antara ketiga respon evaluasi sikap ibu terhadap perilaku membaca anak dalam penelitian ini merupakan sesuatu yang memang wajar terjadi. Meskipun penjelasan mengenai perbedaan ini masih diperdebatkan. Lebih lanjut, Eagly dan Chaiken (1993) menjelaskan bahwa perbedaan dalam respon sikap ini berkaitan dengan objek sikap itu sendiri. Respon yang ditampilkan terhadap beberapa objek sikap cenderung lebih konsisten. Breckler dan Wiggins (dalam Eagly & Chaiken, 1993) menyatakan bahwa konsistensi respon sikap lebih sering terjadi pada objek sikap yang lebih sering dipikirkan, misalnya mengenai aborsi atau senjata nuklir. Pernyataan dan contoh yang dinyatakan oleh Breckler dan Wiggins (dalam Eagly & Chaiken, 1993) tersebut menunjukkan bahwa objek sikap yang lebih konsisten dalam respon kognitif adalah yang lebih ekstrim dan kontradiktif. Dalam penelitian ini, objek sikap yang dituju adalah perilaku membaca anak. Peneliti merasa bahwa objek sikap ini tidak terlalu membutuhkan pemikiran yang banyak, seperti halnya pada objek sikap yang lebih kontradiktif, misalnya pernikahan beda agama atau perjudian. Hal ini dapat menjadi penyebab respon sikap kognitif ibu dalam penelitian ini tidak berhubungan secara signifikan dengan minat membaca, sehingga menunjukkan ketidakkonsistenan ketiga respon evaluasi sikap.

66

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tingkat pendidikan orang tua dan tingkat penghasilan berpengaruh secara positif terhadap minat dan kebiasaan membaca anak hal ini sesuai dengan penelitian Slavin (1998) yang menemukan bahwa keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi, mampu menggunakan tingkat pendidikannya yang tinggi untuk memperoleh informasi mengenai buku-buku yang perlu untuk perkembangan kognitif dan afektif anak. Temuan ini juga sesuai dengan jurnal yang ditulis oleh oleh Soejanto Sandjaja(1995)yang menggingkapkan bahwa orang tua yang didukung oleh penghasilan mereka yang cukup tinggi, maka orang tua dapat menyediakan buku-buku bacaan untuk anak dengan jenis yang beragam, orang tua dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki harapan tinggi terhadap keberhasilan anak di sekolah dan mereka sering memberi penghargaan terhadap pengembangan intelektual anak. Mereka juga mampu menjadi model yang bagus dalam berbicara dan aktivitas membaca. Orang tua sering membaca bersama anak, memberika pujian kepada anak saat anak membaca buku atas inisiatif sendiri, membawa anak ke toko buku dan mengunjungi perpustakaan dan mereka menjadi model bagi anak dengan lebih sering memanfaatkan waktu luang untuk membaca. Orang tua dengan status sosial ekonomi rendah sering memberi contoh negatif dalam berbicara, terutama saat mereka bertengkar karena keterbatasan keuangan keluarga. Mereka juga jarang memuji anak ketika anak membaca, bahkan orang tua memiliki pengharapan rendah terhadap

keberhasilan sekolah anak. Tingkat perkerjaan yang mapan, pendidikan yang baik dan penghasilan yang relatif tinggi berpengaruh positif terhadap minat dan kebiasaan membaca. Sementara untuk masyarakat dari kalangan pendidikan yang relatif rendah dengan tingkat penghasilan yang cukup minat baca mereka

67

relatif rendah. Untuk pembinaan minat dan kebiasaan membaca dengan sasaran masyarakat yang tingkat bacanya rendah perlu mendapat perhatian yang lebih memadahi, tanpa mengurangi arti dan kegiatan pembinaan minat membaca untuk kelompok masyarakat yang tingkat minat bacanya relatif sudah memadahi (tinggi) Temuan penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan tentang minat baca antara laki-laki dan perempuan hal ini bertentangan dengan teori Jenis kelamin mempengaruhi minat membaca seseorang (Harris dan Sipay, 1980). Hasil penelitian Dechand (1969) menunjukkan bahwa pada umumnya, anak-anak perempuan lebih berminat dalam membaca dibanding anak laki-laki, menurut peneliti perbedaaan hasil penelitian dengan teori dapat terjadi karena perkembangan zaman dalam melihat gender tidak lagi kaku. Temuan ini dapat dipakai sebagai pegangan penentu kebijakan untuk memutuskan pengembangan perpustakaan, khususnya untuk pengembangan koleksi dan pendistribusian bahan bacaan ke masyarakat. Dengan mengetahui hal tersebut pengembangan koleksi perpustakaan relatif tidak perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah gender secara kaku, sebab kebiasaan membaca antara laki-laki dan perempuan tidaklah berbeda. Demikian juga dalam strategi pembinaan minat dan kebiasaan membaca dapat mempertimbangkan temuan penelitian ini. Pembinaan minat baca dapat dilakukan pada komunitas-komunitas laki-laki dan perempuan dengan strategi pembinaan yang mungkin tidak jauh berbeda. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, terutama berkaitan dengan subjek penelitian dan administrasi penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah instrumen dalam bentuk skala Likert yang

68

ditujukan untuk subjek anak maupun ibu anak tersebut. Sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, skala merupakan cara pengukuran terbaik untuk kedua variabel dalam penelitian ini. Meskipun demikian, peneliti masih meragukan kemampuan kedua subjek dalam mengisi kuesioner dalam bentuk skala, terutama pada anak. Hal ini karena pengalaman anak masih sedikit dalam mengisi instrumen berbentuk skala. Kesulitan ini terjadi karena subjek harus menuangkan perasaan dan pemikirannya untuk menjawab pertanyaan. Selain itu, administrasi penelitian pada subjek anak dan ibu dilakukan tanpa peneliti. Hal ini karena kebijakan pihak sekolah, sehingga peneliti menitipkan alat ukur sikap ibu dan minat membaca anak kepada anak (siswa kelas III dan IV SDIT Nurul Fikri). Subjek anak dan ibu kemudian mengisi skala tersebut sendiri tanpa bentuan peneliti. Peneliti hanya memberikan instruksi dan contoh pengerjaan pada bagian awal instrumen. Berdasarkan hasil uji coba untuk instrumen anak, peneliti mengarahkan langsung pengisian setiap pernyataan saja ada beberapa anak yang kurang memahami apalagi dengan tidak ada pengarahan. Administrasi yang independen ini juga yang menyebabkan banyaknya instrumen yang tidak kembali ke peneliti. Pengembalian instrumen anak terutama instrumen sikap ibu memerlukan usaha yang maksimal. Peneliti harus meminta kembali instrumen kepada anak dalam waktu dua hari, namun masih banyak instrumen yang tertinggal dirumah atau masih belum diisi. Hal tersebut menyebabkan jumlah subjek tidak terlalu banyak, yaitu hanya 129 dari 160 jumlah yang disebar. Hal ini disayangkan mengingat menurut Kerlinger & Lee (2000), jumlah sampel yang lebih besar akan memberikan perhitungan statistik yang lebih akurat dan memberikan arti atau signifikasi yang lebih besar daripada

69

jumlah sampel yang kecil. Selain beberapa keterbatasan diatas, penelitian ini juga memiliki beberapa kekuatan. Bond dan Wagner (1960) menyatakan bahwa memperkirakan minat dan selera baca anak-anak yang sedang duduk dibangku SD merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti berhasil membuat alat ukur minat membaca yang valid dan realiabel. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan alat ukur sikap ibu terhadap perilaku membaca anak yang juga valid dan reliabel.

V. C. Saran Berdasarkan penelitian ini, terdapat saran-saran yang dapat diajukan, yang terdiri dari saran metodologis dan saran praktis.

V. C. 1. Saran Metodologis Ada beberapa saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini yang diharapkan dapat berguna untuk penelitian serupa di masa yang akan datang. Saran-saran tersebut adalah: 1. Pada penelitian selanjutnya, hendaknya dilakukan kontrol terhadap faktorfaktor lain yang secara teoritis mempengaruhi variabel minat membaca seperti faktor institusional (ketersediaan buku, status ekonomi dan latar belakang etnis, pengaruh teman sebaya, orang tua dan guru, televisi dan film). 2. Pada bagian keterbatasan penelitian, telah disebutkan bahwa beberapa subjek mengalami kesulitan dalam pengisian self-report dalam bentuk skala ini. Maka dari itu, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar administrasi penelitian dilakukan dengan melibatkan peneliti, seperti pengisian angket bersama-sama

70

secara klasikal dalam satu kelas dengan pendampingan dan petujuk langsung dari peneliti. Dengan demikian, subjek dapat bertanya langsung pada peneliti apabila ada hal yang tidak dimengerti, sehingga jawaban yang diberikan lebih tepat menggambarkan dirinya. 3. Penelitian ini menemui beberapa kesulitan dan kelemahan akibat administrasi penelitian pada subjek ibu yang independent. Untuk penelitian selanjutnya, administrasi pada subjek ibu sebaiknya dilakukan oleh peneliti langsung. 4. Data yang diperoleh dari responden ibu beberapa orang tidak mengisi nama dan jumlah penghasilan mereka dengan pertimbangan kerahasian data diri. Untuk penelitian selanjutnya, tidak perlu menuliskan nama responden apabila peneliti sudah cukup mendapatkan data yang yang diperlukan, maka sebaiknya identitas responden dan pertanyaan yang bersifat sangat pribadi sebaiknya dihindari. 5. Pada penelitian ini, subjek orang tua yang diambil hanya ibu. Sikap ibu terhadap perilaku membaca ini diambil dari pengaruh faktor pengaruh orang tua. Maka dari itu, untuk penelitian selanjutnya, peran ayah juga perlu disertakan sebagai subjek orang tua. Dapat juga membandingkan peran antara ibu dan ayah dalam minat membaca anak pada penelitian selanjutnya atau justru mengkombinasikan dengan beberapa faktor. 6. Untuk penelitian berikutnya, dapat diteliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat membaca, terutama yang berasal dari faktor personal lain seperti:usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap terhadap membaca, kebutuhan psikologis.

V. C. 2. Saran Praktis

71

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran dalam upaya peningkatan minat membaca bagi para siswa di Indonesia. Saran-saran tersebut di antaranya: 1. Orang tua, terutama ibu, penting untuk memiliki sikap positif terhadap

perilaku membaca anaknya karena hal ini menurut teori berhubungan dengan minat membaca yang anak miliki. Sikap ini dapat diekspresikan dalam tiga bentuk yaitu kognitif, afektif dan konatif. Pada usia dini untuk menumbuhkan minat membaca anak lebih diutamakan faktor emosi yang menyenangkan pada buku dan keteladanan bukan pada faktor pandangan atau pemikiran positif mengenai kegiatan membaca. Ibu juga perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat

mendukung perilaku membaca anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menjadi role model, menyediakan buku, membelikan buku, berdiskusi dan lain-lain. Bila orang tua kesulitan dalam melakukannya, setidaknya mereka, terutama ibu, memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu agar anak membaca. Hal-hal kecil seperti tidak mengganggu anak ketika ia sedang membaca pun dapat dilakukan. Meskipun tidak diteliti dalam penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa ayah juga memiliki peran sebagai orang tua dalam menumbuhkan minat membaca anaknya. Sikap ibu yang positif ini akan lebih efektif bila didukung oleh sikap ayah yang juga positif terhadap perilaku membaca anaknya. 2. Pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan membaca anak, seperti

sekolah atau Depertemen Pendidikan Nasional, sebaiknya lebih memperhatikan upaya peningkatan minat membaca untuk anak. Dalam penelitian ini, telah

72

ditemukan salah satu faktor yang signifikan hubungannya dengan minat membaca. Orang tua, lebih spesifik lagi ibu, perlu diperhatikan perannya dalam kegiatan membaca anak. Kampanye-kampanye di media massa atau

penyuluhan yang diadakan oleh pihak sekolah untuk para ibu dapat dilakukan agar mereka memiliki sikap positif terhadap perilaku membaca anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. R. (2002). Attitudes and Related Psychological Constructs: Theories, Assessment, and Research. US : Sage Publications.

Agnes, T. H.(2009). Keajaiban Otak Anak-Anak. Available FTP :

73

http://www.republika.com Tanggal download : 14-11-2009.

Baron, R. A. & Bryne, D. (2000). Social Psychology (9th ed.). Massachusetts: Allyn and Bacon.

Dechand, E. V. (1969). Improving The Teaching Of Reading. New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited.

Dyah, R. S. (2007). Pembangunan Pendidikan dan MDGs di Indonesia: Sebuah Refleksi Kritis. Jurnal Kependudukan Indonesia. Yogjakarta

Eagly, A.H. & Chaiken,S. (1993). The Psychology of Attitude. Florida: Harcourt Brace Jovanich College Publishers.

Fitria, .2006. Hubungan Jenis Kelamin dengan Minat Membaca Anak dan Sikap ibu terhadap Perilaku Membaca anak. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Fox, E. & Alexander, P.A. (2004, April). Reading, Interest, and the Model of Learning: A Developmental Model of Interest, Knowledge, and Strategy Use in Text Comprehesion [49 pararaf]. Available FTP:

http://www.education.urnd.edu/EDHD/faculty2/Alexander/ARL/Fox Alexander Area 2004.pdf. Tanggal download : 14-11-2009

74

Gooddwin, W.L & Goodwin, L. D. (1982). Research Methods in Early Childhood Education. Dalam Bernard Spodek (Eds.). Handbook of Research in Early Childhood Education (523-563). New York : The Free Press.

Hari, K. (2009, September). Menumbuhkan Minat Baca Sejak Usia Dini. Available FTP : http://www.minatbaca.com tanggal download : 14-11-2009

Harris, A. J. & Sipay, E. R. (1980). How To Increase Reading Ability : A Guide To Developmental & Remedial Method (7th ed.). New York : Longman

Hurlock, E. B.(1974). Personality Development. New Delhi : McGraw-Hill.

Hurlock, E. B.(1978). Child Development. (6th ed.). Singapore : McGraw-Hill.

Hurlock, E. B. (1980). Developmental Psychology : A Life-Span Approach. New York : McGraw-Hill.

Kerlinger,F. N. & Lee, H. B. (2000). Foundations Of Behavioral Research. ( 4th Edition). US : Harcourt College Publishers. Marat. (1981). Sikap Manusia Perubaahan serta Pengukuran. Fak Psikologi Padjajaran. Bandung : Ghalia

Munandar, S. C. U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah : Penuntun bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta : Penerbit PT Grasindo.

75

Nunnally, J.C. & Bernstein H. (1994). Psychometric Theory. (3th ed.). New York : McGraw-Hill

Ormrod, J. E. (2003). Educational Psychology : Developing Learners.(4th ed.). New Jersey : Merrill Prentice Hall.

Pumfrey, P. D. (1997). Assessment of Affective and Motivational Aspects of Reading. Dalam John R. B. & Chris S. (Eds.), The Psychological Assessment of Reding (pp. 160-176). London : Routledge.

Purnawan, A. S. (2001). Rancangan Program Peningkatan Minat Baca AnakAnak Kampung Jembatan : Sebuah penelitian Participatory formative Evaluation. Jakarta : Pasca sarjana Fak.Psikologi UI.

PQ Anak Indonesia Rendah. (2006). Available FTP: :http://astaga.com/warta/index.php?cat=535&id=107563 Tanggal download : 22-2-2010

Reza, Qorib .(2008). Kebiasaan Menonton TV (SDIT Darul Abidin). Available FTP: http://gumilangs.blogspot.com/2008/02/kebiasaan-menontontv-hasil-karya-reza Tanggal download : 22-2-2010

Sanderson, P. (2001). Using Newspapers in the Classroom. Cambridge : Cambridge University Press

76

Sandjaja, S.(2009). Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat Membaca Anak ditunjau dari Pendekatan Stres Lingkungan. Available FTP : http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf. Tanggal download: 15-11-2009.

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. (edisi5, jilid 1). Chusain,A. & Damanik, J (Alih Bahasa). Sinaga, H. & Sumiharti, Y. (Eds.). Jakarta:Erlangga.

Sarwono, S.W.(2002). Nonton TV yang Aman. Available FTP : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=247971&kat_id=100 Tanggal download 22-2-2010

Silfia hanani (2009). Membangun Minat Baca Murid Melalui Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Berbasis Masyarakat Sebagai Salah Satu Usaha Untuk Meningkatkan Kualita Pendidikan . Makalah STAIN Bukittinggi

Supriani, A. (1990). Hubungan Nilai Achievement dan Minat Membaca Buku Teks dengan Tingkat Aktivitas Membaca Buku Teks:Suatu Penelitian Pada Sekelompok Mahasiswa UI. Depok: Fak. Psikologi UI.

Tain, S. (2005). Bahaya Bangsa Tanpa Minat Baca. Bogor : An-Najah Press

77

Daftar Lampiran

Lampiran1. Instrumen Penelitian Minat Membaca Try out..xiii Lampiran2. Instrumen Penelitian Sikap Terhadap Perilaku Membaca Anak Try Out...xx Lampiran3. Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Item pada Instrumen Minat Membaca Untuk Try-out...............................................xxxii

78

Lampiran4. Hasil Perhitungan Validitas Item dan Reliabilitas Pada Instrumen Sikap terhadap Perilaku Membaca Anak untuk Try-out..........xxxiv Lampiran5. Instrumen Penelitian Minat Membaca Final..xxxvi Lampiran6. Instrumen Penelitian Sikap Terhadap Perilaku Membaca Anak Final.....xlii Lampiran7. Hasil Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Item pada Instrumen Minat Membaca Untuk Final.........................................................l Lampiran8. Hasil Perhitungan Validitas Item dan Reliabilitas Pada Instrumen Sikap terhadap Perilaku Membaca Anak untuk Final..................lii Lampiran9.Daftar Riwayat Hidup..... liv

79

You might also like