You are on page 1of 3

Disaat mentari pagi menjelang kulihat pemandangan yang indah langit yang membentang luas dan pepohonan yang

hijau di atas sekolahku. Pada pagi hari secerah itu, tepatnya Senin tanggal 19 Nopember 2011. Sekolah kami SMP Negeri 1 Tellu LimpoE kedatangan tamu dari Jawa Timur. Kedatangan rombongan ini dalam rangka studi banding yang merupakan salah satu program dari DBE3, Sekitar 125 orang ikut dalam kegiatan ini diantaranya Wakil Kepala Dinas Pendidikan Prop. Jawa Timur, Kepala Dinas Pendidikan Kab/Kota Jawa Timur, Kepala Sekolah, serta beberapa orang guru dari sekolah mitra DBE3 di Jawa Timur. Kegiatan kunjungan dan studi banding ini berlangsung selama sehari. Selama keberadaannya tersebut mereka melakukan berbagai kegiatan studi banding seperti peninjauan lokasi internal dan eksternal sekolah, tanya jawab dengan Kepala Sekolah, dan beberapa guru, observasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas hingga pengamatan terhadap interaksi dan berbagai aktivitas guru dan murid Sekolah di dalam dan di luar kelas. Bermacam pertanyaan seputar pengembangan konsep dan metode yang berlaku di Sekolah ini pun banyak ditanyakan. Salah satunya adalah tentang pelaksanaan Moving Class penuh di sekolah yang mepunyai 21 jumlah Rombongan belajar. Memang dalam dua tahun ini sekolah kami (SMP Negeri 1 Tellu LimpoE) sudah menggunakan Moving Class penuh, dimana Setiap kelas berfungsi sebagai ruang

pembelajaran mapel tertentu. Oleh karena itu siswa belajar secara berpindah (moving class). 21 rombongan belajar (7 rombel masing-masing kelas 7, 8, dan 9) berpindah tempat usai pergantian jam pelajaran (jam ke-3 dan ke-5). Ruang belajar tersebut diserahkan pengelolaannya ke setiap guru mapel. IPA 4 kelas; IPS 4 kelas, Matematika 4 kelas; Bahasa Indonesia 4 kelas; Bahasa Inggris 4 kelas; Agama 2 kelas; PKN 2 kelas; TIK 2 kelas; Seni Budaya 2 kelas; Penjaskes 1 kelas; dan Mulok 1 kelas. Setiap guru mapel menjadi manager kelas. Ia bertanggungjawab memelihara keasrian, karakter, dan kekayaan kelasnya sebagai laboratorium pembelajaran. Rancangan kelas seperti itu, guru merasakan efektivitas pembelajaran, siswa tidak jenuh berada di kelas, dan guru termotivasi untuk berkarya. Disamping juga itu sekolah kami sebagai mitra dari DBE3 telah berhasil menjalankan Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilanketerampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif,

memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang isinya pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Ternyata di Sekolah ini memang benar-benar kreatif yah, desain kelasnya saja dibuat tidak seperti sekolah pada umumnya, ungkap bu Lina salah satu peserta studi banding. Keunikan seperti desain ruang kelas yang berbeda dari kelas pada umumnya memang menjadi ciri khas Sekolah ini, karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari kreatifitas dan kedinamisan. Mereka berharap mudah-mudahan apa yang dia dapatkan dalam kenjungannya ini bisa diterapkan nantinya di sekolahnya.

You might also like