Professional Documents
Culture Documents
Ternyata adalah tidak mudah untuk terbit setiap bulan secara rutin. Ini terutama terjadi ketika penulisnya hanya ada 4 orang dengan kesibukan yang begitu luar biasa. Oh, oke... alasan ini sudah lebay. Presiden yang punya tanggung jawab begitu besar saja sempat menulis lagu koq. Masa kami dengan tanggung jawab yang tak seberapa ini nggak sempat nulis buat Akuntan Muda? Namun demikian, berhubung masih dalam suasana lebaran, kami berharap teman-teman mau memaafkan keterlambatan edisi kali ini beserta penggabungannya (AgustusSeptember). Selain itu, kami berharap teman-teman mau memberi saran dan/atau pertanyaan baik mengenai akuntansi maupun Akuntan Muda itu sendiri. Kami tunggu. :D
arie rahayu
Penasihat Prof. Dr. Zaki Baridwan, MSc.; Prof. Dr. Suwardjono, MSc. Redaksi: Arie Rahayu, Arif Perdana, Hesty Wulandari, Yeni Januarsi Blog: E-mail: http://akuntanmuda.wordpress.com/ akuntanmuda@yahoo.com atau akuntan.muda@gmail.com
Akuntan Muda
Halaman 1
1 Pengantar 2 Daftar Isi 3 Sistem Informasi, Teknologi Informasi, dan Sistem Teknologi Informasi 6 Persediaan (Bagian 1) 10 (Belajar IFRS) Aset Finansial: Investasi pada Sekuritas Utang 17 (Yuk Bikin Paper!) Mencari Literatur bagian 2
Akuntan Muda
Halaman 2
Sejarah beberapa
peradaban teknologi
manusia yang
mencatat sangat
maupun
berkelompok.
Organisasi-
organisasi bisnis dan pemerintahan juga terpengaruh dengan perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi. Teknologi informasi sesungguhnya
berpengaruh bagi perkembangan kehidupan manusia modern antaranya penemuan mesin cetak, mesin tenun, mesin uap, kereta api, mobil, peswat terbang, listrik, televisi, dan yang paling mutakhir adalah penemuan micro-prosesor pertama yang menjadi cikal bakal komputer masa kini dan penopang utama majunya peradaban
hanyalah berupa alat-alat mekanis dan digital yang diciptakan oleh manusia. Komponen perangkat lunak dan perangkat keras merupakan dua penyusun utama dari teknologi informasi. Teknologi informasi tidak akan memiliki manfaat yang maksimal jika hanya diciptakan tetapi tidak
teknologi informasi masa kini. Teknologi informasi berkembang sedemikian pesatnya sejak awal tahun 1980-an, mulai dari komputer personal pertama yang
digunakan. Oleh karena itu diperlukan interaktifitas informasi, manusia dalam teknologi proses
diproduksi secara masa oleh IBM hingga saat ini kita mengenal notebook yang dapat dengan mudah kita bawa kemanapun. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi informasi telah merubah cara manusia modern berperilaku, baik secara personal
tidak
hanya
dalam
pembuatannya tetapi juga dalam proses pemanfaatannya hingga pada pengembangannya secara berkelanjutan. Menjelang tahun 1990-an kebutuhan organisasi akan otomasi proses-proses Halaman 3
Akuntan Muda
bisnis semakin meningkat. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin pesat, kompetisi antar organisasi mengakibatkan masing-masing organisasi berupaya
Sistem informasi tidak dapat berdiri tanpa adanya teknologi informasi, demikian pula, teknologi informasi tidak akan dapat dimanfaatkan secara maksimal tanpa
menyediakan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pelanggannya. Aktivitas manual dalam proses bisnis tentunya menjadi kendala tersendiri dalam
adanya suatu sistem yang mengintegrasikan teknologi informasi dengan penggunanya sehingga sesuai dengan kebutuhan dan proses bisnis yang berjalan. Dengan
persaingan yang semakin meningkat.Oleh karena teknologi itu diperlukan bantuan dari
informasi bisnis
untuk seperti
mengelola akuntansi,
cakupan yang berbeda, sehingga tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian tujuan dari kedua kajian ini sama yaitu untuk kebutuhan organisasi. Konsep ini juga dipaparkan oleh IEEE Computing Curricula 2005 seperti yang digambarkan dalam Gambar 1 berikut. Gambar 1 menunjukkan ada kesamaan tujuan dari sistem informasi dan teknologi informasi, tiga istilah ini dapat saling dipertukarkan, meskipun memiliki lingkup bahasan yang berbeda-beda. Namun
proses-proses
managemen persediaan, penggajian, dsb. Ini semua bertujuan untuk memudahkan organisasi dalam memberikan pelayanan dan pengambilan keputusan bisnis. Dengan demikian teknologi informasi telah menjadi bagian penting dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Dalam kondisi inilah sistem informasi sebagai suatu disiplin ilmu sangat diperlukan untuk
mengelola interaktivitas antara teknologi informasi dengan lingkungan sosial dan individu-individu yang menggunakannya. Dengan kata lain, sistem antara informasi teknologi baik
demikian Sistem Teknologi Informasi (STI) merujuk pada bahasan yang lebih luas dibandingkan dengan Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi (TI).
merupakan informasi
jembatan dengan
lingkungannya,
Akuntan Muda
Halaman 4
Gambar 1 Komponen-Komponen Ilmu Teknik, Komputasi, Teknik Informatika dan Sistem Informasi
Sumber : IEEE Computing Curricula 2005 Keterangan : TL = Teknik Listrik TK = Teknik Komputer IK = Ilmu Komputer SI = Sistem Informasi RPL = Rekayasa Perangkat Lunak TI = Teknologi Informasi
Akuntan Muda
Halaman 5
Tidak semua perusahaan bergerak dibidang jasa. Beberapa perusahaan memilih untuk menjalankan usahanya dibidang perdagangan dan pabrikan. Jika perusahaan jasa memiliki aktivitas utama berupa memperjualbelikan sesuatu yang tidak berbentuk tapi bisa dirasakan, perusahaan pabrikan memproduksi barang, maka perusahaan dagang memiliki alur bisnis membeli barang (yang berbentuk) untuk dijual kembali. Aktivitas bisnis perusahaan dagang dan perusahaan pabrikan ini menimbulkan kepentingan untuk memperhatikan satu aktiva khusus yaitu persediaan. Mengapa persediaan? Karena tanpa adanya persediaan, maka perusahaan dagang tidak bisa melakukan proses jual beli dan perusahaan pabrikan tidak bisa berproduksi.
sesuatu
sengaja dibeli, ditumpuk atau disimpan agar bisa diambil, untuk tertentu. dipergunakan jangka waktu Contoh
sederhana dari persediaan ini bisa dilihat disekitar kita. Di rumah, ibu-ibu biasanya membeli beras untuk sebulan pemakaian. Beras yang dibeli untuk kebutuhan satu bulan itu
Akuntan Muda
Halaman 6
disebut persediaan beras. Jika ibu membeli beras hanya sebanyak keperluan hari itu saja tanpa ada sisa untuk keesokan harinya maka beras yang dibeli tidak termasuk dalam kategori persediaan. Sedangkan dalam istilah akuntansi, persediaan berarti barang-barang yang sengaja dibeli untuk dijual kembali (pada perusahaan dagang) atau untuk diproduksi kembali (pada perusahaan pabrikan). Persediaan pada perusahaan dagang jelas berupa barang dagang yang akan dijual oleh perusahaan itu sendiri; baik itu kebutuhan sehari-hari pada minimarket atau bahkan alat elektronik pada toko elektronik. Sedangkan yang menjadi persediaan pada perusahaan pabrikan bisa berupa 3 komponen; bahan mentah (bahan baku untuk produksi barang) seperti terigu pada pabrik roti, barang dalam proses (yang sudah mengalami tahap pembuatan tapi belum selesai), seperti batu bata yang sudah dicetak tapi belum dibakar dengan sempurna pada pabrik batu bata dan barang jadi.
Apakah Semua Barang yang Sudah Dibeli Bisa Langsung Dianggap Persediaan?
Dalam proses pembelian barang dikenal dua istilah yang merupakan syarat jual beli, yaitu FOB shipping point dan destination point. Kedua istilah ini menggarisbawahi kapan barang yang dibeli bisa diakui sebagai hak milik pembeli. Pada syarat jual beli FOB shipping point, tanggung jawab penjual terhadap barang yang ia jual akan selesai di tempat penjualan berlangsung (biasanya toko atau gudang penjual), sehingga segala urusan dan biaya yang melekat setelahnya menjadi urusan pembeli. Oleh karena itu, setelah proses pembelian selesai di tempat penjual, barang yang dibeli sudah bisa diakui sebagai milik perusahaan dan nilainya sudah bisa dicantumkan dalam neraca. Namun jika dalam proses jual beli barang tersebut menggunakan persyaratan FOB destination point, proses jual beli baru akan selesai setelah barang sampai di gudang atau di tangan pembeli, sehingga segala tanggung jawab atas barang tersebut menjadi tanggung jawab si penjual. Jadi, jika barang ini masih berada dalam perjalanan perusahaan belum bisa mengakuinya sebagai barang milik perusahaan. Beberapa dari kita tentu saja sering belanja di supermarket. Anggaplah dalam kunjungan ke supermarket kali ini kita membeli dua jenis barang; yaitu barang kebutuhan sehari-hari dan
Akuntan Muda
Halaman 7
barang elektronik berupa kulkas. Setelah dibayar dikasir, barang kebutuhan sehari-hari langsung dibawa pulang sedangkan kulkas diantar oleh petugas supermarket ke rumah sebagai bentuk layanan dari mereka. Jika dalam perjalanan pulang kita harus berhenti membeli bensin untuk kendaraan atau membayar orang untuk mengangkat barang atau ada yang rusak pada barang kebutuhan sehari-hari yang kita beli seperti telur yang pecah atau kemasan yang rusak pada barang lain, maka itu akan menjadi urusan pembeli bukan lagi urusan penjual karena barang sudah berpindah kepemilikannya setelah transaksi tadi selesai dikasir. Proses pembelian barang kebutuhan sehari-hari tadi merupakan contoh dari FOB shipping point. Untuk kulkas yang dibeli, segala biaya yang dikeluarkan oleh toko, baik itu gaji sopir, uang bensin hingga penggantian terhadap barang jika terjadi kecelakaan dijalan menjadi tanggung jawab penjual. Proses pembelian kulkas tadi hingga ia sampai di rumah kita merupakan contoh dari FOB destination point. Untuk lebih jelasnya, ilustrasi dari kedua syarat jual beli barang ini bisa dilihat pada tabel berikut
Tabel 1. FOB Shipping Point VS Destination Point Syarat Jual Beli Tempat terjadinya penyerahan barang Yang menanggung biaya (ongkos angkut, asuransi, dll) atas barang yang dibeli Status kepemilikan jika barang Milik pembeli masih dalam perjalanan Milik penjual Pembeli Penjual FOB Shipping Point Di gudang/ toko penjual FOB Destination Point Di gudang atau toko pembeli
Apakah Semua Barang Yang Berada Di Gudang Bisa Diakui Sebagai Persediaan?
Sebagian perusahaan dagang tidak membeli semua barang yang mereka jual. Sebagian pemasok mengijinkan perusahaan untuk menyimpan barang mereka di gudang tanpa harus Akuntan Muda Halaman 8
membelinya dan untuk setiap barang yang terjual perusahaan mendapatkan komisi. Meskipun berada di gudang perusahaan, sebagian pendapat mengatakan bahwa barang-barang tersebut belum bisa diakui sebagai bagian dari persediaan karena secara kepemilikan ia bukan hak milik perusahaan, sedangkan sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa barang-barang tersebut bisa diakui sebagai persediaan sampai barang tersebut terjual kepada pembeli karena pada dasarnya yang terjadi pada barang ini adalah penahanan hak milik dari pemasok ke penjual hingga barang tersebut terjual.
Akuntan Muda
Halaman 9
BELAJAR IFRS
dimilikinya
Tujuan perusahaan menginvestasikan dana pada sekuritas beraneka ragam. Ada yang tujuan investasinya untuk mendapatkan tingkat return yang tinggi, ada juga yang bertujuan untuk mengamankan operasi tertentu, atau untuk mengamankan pengaturan pembiayaan dengan perusahaan lain. Sebagai contoh, Coca cola Company dan Pepsi Co dapat melakukan kontrol terhadap bottler company berdasarkan pengaruh signifikan yang dimilikinya melalui investasi di
Akuntan Muda
Halaman 10
bottler. Pembahasan kita kali ini difokuskan pada investasi dalan sekuritas utang (Kieso et al. 2011). Pengelompokkan investasi pada sekuritas memiliki dasar yang berbeda antara pandangan menurut IASB dan US GAAP. Jika mengacu pada PSAK 50: Akuntansi Investasi Efek Tertentu,1 investasi dalam sekuritas utang perlu dibedakan berdasarkan jenis sekuritasnya dan niat dari perusahaan terkait dengan investasi tersebut. Niat di sini maksudnya adalah apakah investasi diniatkan (dimaksudkan) untuk dimiliki dalam jangka panjang. Apakah hanya untuk dibeli lalu dijual kembali ataukah dibeli tetapi akan dijual kembali dalam waktu yang tidak pasti? Pengkategorian niat ini sangat penting karena niat berinvestasi akan mempengaruhi klasiifikasi dari investasi.
Pengkategorian Investasi dalam Sekuritas Utang berdasar PSAK 50: Investasi Akuntansi Investasi Efek Tertentu
Berdasar PSAK 50: Akuntansi Investasi Efek Tertentu, paragraf 07 menyatakan bahwa perusahaan harus mengklasifikasi investasi pada sekuritas ekuitas ke salah satu kelompok berikut: held-to-maturity, trading, atau available-for-sale securities dan harus mengkaji kembali kelayakan dari klasifikasi tersebut pada setiap tanggal pelaporan. Pertanyaan yang muncul adalah apakah batasan pembeda kategori held-to-maturity (selanjutnya disebut HTM), trading securities (selanjutnya disebut TS), atau dalam available-for-sale securities (selanjutnya disebut AFS). Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, untuk mengklasifikasi apakah suatu transaksi termasuk dalam kategori HTM, TS ataukah AFS maka harus dilihat terlebih dahulu niat perusahaan dalam memiliki investasi tersebut. Jika perusahaan berniat ingin memiliki investasi untuk jangka panjang dan sampai dengan jatuh tempo maka akan dikategori sebagai HTM. Jika perusahaan ingin memiliki investasi tapi dengan tujuan untuk dijual kembali dalam waktu dekat dan telah ditentukan waktunya untuk memperoleh laba dari perbedaan harga, maka akan
Pengelompokkan Iinvestasi pada sekuritas berdasar PSAK 50 sama dengan pengelompokkan berdasar US GAAP.
Akuntan Muda
Halaman 11
diklasifikasi ke dalam TS. Namun, jika tujuannya adalah ingin berinvestasi kemudian berniat akan dijual kembali tapi dalam jangka waktu yang tidak pasti, dan perusahaan tidak mengklasifikasikannya sebagai dimiliki hingga jatuh tempo maka dapat diklasifikasi ke dalam AFS. Karena niat untuk memegang investasi ini sangat menentukan pengkategorian investasi maka niat perusahaan dalam memegang investasi harus ditetapkan terlebih dahulu. Jika sudah mengetahui investasi akan dikategorikan ke dalam kelompok yang mana maka hal selanjutnya yang diperhatikan adalah bagaimana menentukan penilaian untuk setiap kategori sekuritas. Berdasar PSAK 50, penlaian untuk masing-masing kategori adalah menggunakan :
Penilaian (valuation) Biaya perolehan setelah diamortisasi premi atau diskon (selanjutnya disebut amortized cost) Nilai wajar Nilai wajar (selanjutnya disebut fair value)
Seperti dijelaskan sebelumnya, pengklasifikasian investasi pada efek tertentu berbeda antara IASB dengan US GAAP atau standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Akuntan Muda
Halaman 12
sepeti ini, maka penilaian dengan menggunakan dasar kos (merujuk pada amortized cost) akan dapat menyediakan informasi yang lebih relevan untuk memprediksi aliran kas masa depan. Oleh karena itu, pembahasan akuntansi dalam investasi utang akan dibagi dalam dua kelompok: 1. Akuntansi untuk investasi utang amortized cost, dan 2. Akuntansi untuk investasi utang fair value.
Akuntan Muda
Halaman 13
1 Januari 2011
$92.278 $92.278
Setelah diakui maka selanjutnya perusahaan harus mengamortisasi diskon (atau premium) dengan menggunakan metode bunga efektif. Untuk menggambarkan perhitungan dengan menggunakan metode suku bunga efektif maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Date 1/1/11 7/1/11 1/1/12 7/1/12 1/1/13 7/1/13 1/1/14 7/1/14 1/1/15 7/1/15 1/1/16 Cash received $4.000a 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 $40.000 Interest revenue $4614b 4645 4677 4711 4746 4783 4823 4864 4907 4952 $47.722 Bond discount amortization $ 614 645 677 711 746 783 823 864 907 952 $7,722 Carrying amount of bonds $92.278 92.892 93.537 94.214 94.925 95.671 97.277 98.141 99.048 100.000
Keterangan: A = $4000 = $100.000 x 0,08 x 6/12 B= $4614 = $92.278 x 0,10 x 6/12 C = $614 = $4.614 - $4.000 D = $92.892 = $92.278 + $614
Penerimaan bunga tengah tahun pertama akan dicatat oleh Robinson pada tangal 1 Juli 2011 dengan membuat jurnal sebagai berikut: 1 Juli 2011 Cash Debt Investment Interest Revenue $4.000 614 $4.614
Sedangkan accrue interest dan amortisasi diskon pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: 31 Desember 2011 Interest Receivable Debt Investments Interest Revenue $4000 645 $4.645
Akuntan Muda
Halaman 14
Untuk mendapatkan gambaran atas akuntansi untuk investasi utang dengan menggunakan fair value, kita dapat melihat pada contoh yang sama dengan contoh sebelumnya hanya saja investasi tersebut dianggap dibeli dengan menggunakan pendekatan fair value (contoh ini di adopsi dari Kieso et al, IFRS Edition [2011]). Jurnal yang dibuat oleh Robinson akan sama dengan contoh sebelumnya pada kasus amortized cost. Jurnal-jurnal yang dibuat adalah:
1 Januari 2011
$92.278 $92.278
1 Juli 2011
31 Des 2011
Untuk mengaplikasi pendekatan fair value, Robinson menentukan bahwa fair value dari investasi utang sebesar $95.000 pada tanggal 31 Desember 2011. Sehingga jika dibandingkan dengan nilai terbawa (carrying amount) obligasi pada tanggal 31 Desember 2011 yaitu sebesar $93.537 maka unrealized gain (loss) adalah:
Fair value tanggal 31 Desember 2011 Amortized cost tanggal 31 Desember 2011 Unrealized gain (loss)
Akuntan Muda
Halaman 15
Jurnal yang dibuat untuk mencatat penyesuaian dari investasi utang ke fair value pada tanggal 31 Desember 2011 adalah:
Securities Fair Value Adjustment $ 1.463 Unrealized Holding Gain or Loss Income
$1.463
Menurut Kieso et al. (2011), penggunaan rekening securities fair value adjustment daripada debt investment ini memungkinkan entitas untuk mempertahankan catatan pada biaya diamortisasi dalam rekening. Hal ini dimungkinkan karena jika menggunakan akun debt investment maka akun debt investment ini nilainya akan berfluktuasi (bisa naik atau turun).3
REFERENSI 1. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Salemba Empat. Jakarta 2. Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2011. Intermediate Accounting: IFRS Edition, Volume 2. Wiley. New York 3. Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2011. Intermediate Accounting. 14th Edition. Wiley. NewYork
Misalkan dari contoh awal nilai debt investmen adalah $92.278, jika pada saat melakukan adjustment menggunakan akun debt investment makan nilai total debt investment akan menjadi $92.278 +$1.468. jika dimisalkan akun debt invest emn berada disebelah kredit, maka jumlahnya juga akan berbeda. Halini akan menyebabkan akun amortized cost menjadi tidak dapat dipertahankan.
Akuntan Muda
Halaman 16
Kesalahan umum peneliti pemula seperti saya adalah tidak mempelajari model yang digunakan dari paper awal penyusun dan/atau pengembangan modelnya. Umumnya, kita hanya mengacu pada suatu paper riset empiris tertentu dan mengambil modelnya dari paper tersebut. Ini merupakan pendekatan yang keliru karena suatu model yang digunakan dalam suatu penelitian biasanya dibangun berdasar konteks tertentu. Sementara, konteks penelitian lain mungkin akan berbeda dengan konteks penelitian kita. Oleh karenanya, kita harus mempelajari paper penyusun/pengembang model untuk mengetahui konteks awal beserta asumsi, teori, dan argumentasi yang digunakan. Dengan demikian, kita dapat mengetahui apakah suatu model dapat langsung diadopsi ke dalam penelitian kita ataukah ada beberapa hal yang perlu disesuaikan terlebih dahulu. Beberapa contoh paper mengenai model antara lain:
Akuntan Muda
Halaman 17
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Penulis (Penyusun dan/atau Pengembang) Model Jennifer J. Jones Patricia M. Dechow, Richard G. Sloan, Amy P. Sweeney James A. Ohlson S.P. Kothari Sugata Roychowdhury
Model Manipulasi laba/akrual Pengembangan model manipulasi laba/akrual Value relevance Pengembangan model manipulasi laba/akrual Manipulasi aktivitas real
Misalnya, penyusunan Model Ohlson yang banyak digunakan oleh penelitian value relevance itu ditulis oleh James A. Ohlson dalam artikel Earnings, Book Values, and Dividends in Equity Valuation.4 Paper Ohlson (1991, p. 663) memuat asumsi yang mendasari Model Ohlson yaitu:
First, as is standard in neoclassical models of security valuation, the present value of expected dividends (PVED) determines the market value. The underlying probabilistic framework implies an objective beliefs setting. To keep matters simple, risk neutrality applies so that the discount fator equals the risk-free rate. Second, regular owners equity accounting applies: accounting data and dividends satisfy the clean surplus relation, and dividends reduce book value without affecting current earnings. Third, a linear model frames the stochastic time-series behavior of abnormal earnings. As already noted, this variable is defined as current earnings minus the risk-free rate times the beginning of period book value, that is, earnings minus a charge for the use of capital.
Oke, kita ambil contoh kasus di sini. Asumsi kedua, clean surplus relation, merupakan asumsi yang populer dalam penelitian value relevance. Asumsi ini mensyaratkan semua pos selain dividen untuk masuk ke neraca melalui laba rugi atau, dengan kata lain, tidak ada pos selain dividen yang dapat langsung masuk ke neraca. Masalahnya, kebanyakan konteks penelitian tidak memenuhi asumsi ini. Ada beberapa pos yang dapat langsung masuk ke neraca tanpa melalui laba rugi, antara lain: unrealized gains and losses on securities held for sale, foreign currency translation gains and losses gains and losses on derivative assets and liabilities
4
Ohlson, J. A. 1995. Earnings, Book Values, and Dividends in Equity Valuation. Contemporary Accounting Research 11 (2): 661-687.
Akuntan Muda
Halaman 18
Lalu bagaimana? Model Ohlson mengasumsikan clean surplus, namun pada kenyataannya asumsi ini tidak terpenuhi. Dengan demikian, apakah Model Ohlson ini masih dapat kita gunakan? Ya, masih bisa karena menurut penelitian empiris Hand dan Landsman tahun 2000 sebagaimana dimuat dalam penelitian Barth et al. (2001) menyebutkan bahwa dampak pos dirty surplus tidak signifikan sehingga dapat diabaikan. Ketika kita membaca paper penyusun/pengembangan model, cerita penelitian itu sendiri menjadi lengkap dan mudah dimengerti. Ia tidak lagi membingungkan seperti saat kita hanya mencontek model berdasar aplikasinya di penelitian orang lain.
Ada beberapa manfaat membaca paper review literatur, antara lain: 1) Kita bisa memperoleh pengetahuan terstruktur dan komprehensif dengan membaca hanya 1 paper. Paper review literatur bagi suatu topik penelitian memiliki peran yang mirip dengan buku teks bagi suatu kuliah. Berikut adalah penjelasan deskriptif mengenai tipe penelitian value relevance yang dapat kita peroleh bila kita membaca paper Holthausen dan Watts (2001, hal. 5-6):
Untuk memfasilitasi analisis, kami mengklasifikasi studi value-relevance ke dalam 3 kategori.
a) Studi asosiasi relatif membandingkan asosiasi antara harga saham (atau perubahannya)
dan ukuran bottom-line alternatif. Contoh, studi mungkin menguji apakah asosiasi suatu angka laba, dihitung berdasar standar yang diusulkan, memiliki asosiasi lebih tinggi
Akuntan Muda
Halaman 19
dengan harga saham atau perubahannya (dalam jangka panjang) daripada angka laba yang dihitung berdasar GAAP yang berlaku (e.g. Dhaliwal et al. 1999). Studi lain membandingkan asosiasi antara laba GAAP asing dengan GAAP Amerika (e.g. Harris et al. 1994). Studi tipe ini biasanya menguji perbedaan R dengan menggunakan beragam angka akuntansi bottom-line. Angka akuntansi dengan R yang lebih besar dianggap lebih value-relevant.
2 2
2) Kita bisa mengetahui hal-hal yang telah dilakukan oleh penelitian dalam topik terkait beserta kelemahan dan kelebihannya. Misalnya, Holthausen dan Watts (2001) mengkritisi kurangnya teori deskriptif dalam penelitian value relevance secara umum. Padahal, teori Akuntan Muda Halaman 20
deskriptif sangat penting agar penelitian value relevance dapat berguna bagi penyusunan standar. Coba kita lihat penjelasan awal studi Holthausen dan Watts (2001, hal.4) berikut:
Evaluasi kami berkonsentrasi pada akuntansi, penyusunan standar, dan teori penilaian (valuation) yang mendasari inferensi penyusunan standar dari literatur value relevance. Alasannya karena inferensi tersebut dapat bermanfaat bagi penyusunan standar hanya jika teori yang mendasarinya cukup deskriptif (dalam artian mampu menjelaskan dan memprediksi aspek akuntansi, penyusunan standar, dan penilaian). Tanpa teori deskriptif untuk menginterpretasi asosiasi empiris maka asosiasi yang ditemukan dalam literatur value relevance memiliki sedikit sekali implikasi bagi penyusunan standar, asosiasi itu hanya asosiasi, tidak memiliki makna lebih. Sebagai contoh, pikirkan inferensi penyusunan standar berdasar teori yang mengasumsikan penyusun standar menganggap asosiasi yang tinggi dengan nilai saham merupakan atribut angka laba yang disenangi. Inferensi tersebut tidak akan berguna bila bukti menunjukkan bahwa penyusun standar tidak menganggap asosiasi dengan nilai saham sebagai atribut yang penting. Asersi sederhana oleh peneliti bahwa penyusun standar seharusnya menganggap bahwa atribut tersebut diinginkan/diharapkan tidaklah memadai bagi sebuah penelitian ilmiah. Para peneliti tersebut harus menspesifikasi sasaran/objective penyusunan standar dan bagaimana penggunaan kriteria asosiasi empiris terkait dapat membantu penyusun standar mencapai sasarannya. Bila sasaran terkait dan kriteria asosiasinya tidak menjelaskan atau memprediksi tindakan penyusun standar maka merupakan kewajiban peneliti untuk menjelaskan (i) mengapa penyusun standar tidak berusaha mencapai sasaran tersebut dan (ii) mengapa pengusahaan pencapaian sasaran tersebut merupakan hal yang relevan dan layak.
Berdasar penjelasan Holthausen dan Watts (2001) tersebut, dengan asumsi kita menerima argumennya, kita dapat membuat catatan berikut untuk kepentingan penelitian kita: Penelitian value relevance sering tidak memiliki teori yang cukup deskriptif. Apakah penelitian kita sudah memiliki teori yang cukup deskriptif? Bila belum, pikirkan. Bila sudah, jawab pertanyaan berikutnya. Apa standar atau aspeknya yang sedang kita evaluasi melalui penelitian kita? Bagaimana kriteria asosiasi yang kita gunakan akan bermanfaat bagi evaluasi tersebut? dan lainnya. 3) Kita bisa mengetahui penjelasan penggunaan suatu konteks dalam penelitian.
Akuntan Muda
Halaman 21
Kita sering bingung tanpa petunjuk dalam menentukan aspek-aspek penelitian. Katakanlah kita tidak tahu model harga atau model return kah yang harus digunakan dalam konteks penelitian kita. Paper review literatur biasanya dapat membantu kita dalam hal ini. Berikut contoh penjelasan Barth et al. (2001, hal. 95) mengenai penggunaan nilai saham dalam penelitian value relevance.
Kunci perbedaan antara studi value relevance yang menguji tingkat harga dengan yang menguji perubahan harga (return) adalah uji tingkat harga berusaha menjawab isu nilai/angka apa yang terrefleksi dalam nilai perusahaan. Sementara uji return berusaha menjawab isu aspek apa yang terefleksi dalam perubahaan nilai dalam suatu periode tertentu. Jadi, jika pertanyaan penelitian anda bertujuan menentukan apakah penyajian informasi akuntansi itu tepat waktu (timely) maka pengujian return merupakan desain penelitian yang sesuai.
Penjelasan Barth et al. (2001) ini memberi tahu kita untuk menggunakan pengujian return saham bila kita meneliti aspek ketepatwaktuan (timeliness).
penelitian yang baik atau, dengan kata lain, tidak memiliki standar tinggi. Bila anda mengacu pada dan, oleh karenanya, mempelajari artikel jurnal top maka secara anda akan terekspose pada penelitian berkualitas secara terus-menerus. Ini akan membuat anda, secara tidak sadar, memiliki standar penelitian yang relatif baik. Di sisi lain, keunggulan artikel jurnal top akan sangat memudahkan dan membantu anda dalam melakukan penelitian anda sendiri. Beberapa aspek standar penelitian yang berkualitas dijelaskan di poin-poin berikut
a) Bahasanya lugas, tidak berbelit-belit. Hal ini memudahkan kita memahami apa yang
jurnal top selalu menggunakan hasil penelitian yang dapat diandalkan untuk menjadi dasar argumennya. Argumen mereka tidak datang dari langit.
c) Penjelasan yang komprehensif. Artikel jurnal top selalu memiliki penjelasan yang lengkap.
Entah apakah itu latar belakang suatu masalah, perkembangan terkini, sampai dengan mengapa mereka mengubah konstan suatu model tertentu. Kita selalu bisa menemukan penjelasan mengapa dari tiap aspek dalam penelitiannya.
d) Logikanya runut. Hal yang menyenangkan dari artikel jurnal top adalah logikanya runut.
Penjelasannya disampaikan secara berurutan sehingga kita mudah mengerti. Alur logikanya tidak pernah loncat-loncat ataupun maju-mundur.
e) Lengkapnya detail-detail yang diperlukan. Semua detail yang diperlukan dan penting akan
selalu dapat anda temukan dengan mudah. Anda bisa menemukan cara menghitung atau definisi operasional suatu variabel akan anda temukan sampai ke identifikasi terkait dalam suatu database. Misal, aset adalah pos Compustat #XXX Compustat #XXY. (Note: Compustat adalah nama database.)
f)
Oke, semua ini adalah jenis referensi literatur yang kita perlukan untuk meneliti. Selamat melengkapi literatur Anda.
(arie rahayu)
Akuntan Muda
Halaman 23