You are on page 1of 14

REWARD and PUNISHMENT: SEBAGAI ALTERNATIF SOLUSI YANG EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA SMA

MASEHI 2 PSAK SEMARANG


Oleh : Debora Christianawati

I.
A.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Peraturan Pokok tentang Kepegawaian Yayasan PSAK Semarang dan

suplemennya (Bab V/pasal 7,poin 4 dan Bab VII/pasal 9) menekankan profesionalisme pada SDM di seluruh unit kerja yang bernaung di bawah yayasan tersebut, hal ini dipicu oleh perkembangan pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat akhir-akhir ini. Manusia dengan segala masalah dan kesibukannya dituntut untuk mampu beradaptasi dan memecahkan masalah yang dihadapi secara dinamis dan kreatif. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk dapat memecahkan segala persoalan secara bijak, diperlukan kecerdasan, kreatifitas, dan kearifan agar dapat menyelesaikan segala persoalan dengan tidak menimbulkan persoalan lain yang lebih rumit. Berkaitan dengan peningkatan kualitas diri, Drs.Prasetyo, M.Pd, Dosen FKIP UKSW Salatiga, dalam makalahnya yang disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Pengembangan Guru YPSAK Semarang, menyatakan bahwa pengambilan keputusan memilih profesi guru tentu didasarkan pada tujuan untuk memberi pelayanan dan kesaksian di bidang pendidikan yang merupakan tempat dimana proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang di harapkan berlangsung. Lebih lanjut disebutkan bahwa ada empat hal penting sebagai indikator untuk melihat kualitas tersebut, yaitu: 1. memahami bahwa panggilannya sebagai guru adalah anugrah Tuhan, 2. memiliki dan memelihara komitmen yang jelas, 3. senantiasa berupaya menjadi guru yang profesional, 4. bahwa otoritas yang dimiliki bersumber dari Tuhan.
1

Pentingnya peningkatan kualitas diri akan menjadi sirna bila di dalam kehidupan kesehariannya guru mulai kehilangan motivasi dan komitmen untuk menjadi semakin lebih baik. Tabur gagasan, Anda akan memperoleh perbuatan, tabur perbuatan, Anda akan memperoleh kebiasaan, tabur kebiasaan, Anda akan memperoleh karakter (Covey, 1997). Dari pernyataan diatas jelas sekali bahwa manusia dibentuk oleh sebuah kebiasaan, perbedaan kebiasaan inilah yang kemudiaan dapat menciptakan situasi yang terkotak-kotak. Kotak-kotak itu sendiri tercipta karena perbedaan kepentingan individu yang secara umum bisa dikatakan sebagai zona nyaman dari individu-individu yang terlibat di dalamnya. Dalam Buku Panduan Pengembangan Kehidupan Sekolah Kristen Untuk Mencapai Standar Mutu Pelayanan poin C tentang Nilai Kehidupan Kristen Yang Diemban, jelas dituliskan tentang nilai-nilai dasar dan edukasi yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh komponen Yayasan PSAK, sehingga apabila dalam satu unit kerja ada yang tidak melaksanakan nilai-nilai tersebut, maka dapat dipastikan bahwa akan terjadi konflik internal yang berdampak pada suasana kerja yang kurang kondusif, dan hal ini tentu saja sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan masa depan unit kerja yang bersangkutan.

B. Tujuan dan Rumusan Masalah Tujuan utama penelitian ini adalah mengkaji sejauh mana penerapan metode model reward and punishement menunjukkan kemanjurannya. Oleh sebab itu rumusan masalahnya adalah: 1. Apakah penggunaan metode reward and punishement dapat menunjang secara maksimal SDM di SMA Masehi 2 menjadi lebih profesional?. 2. Apakah penggunaan metode reward and punishement dapat dengan maksimal mengisolasi atau menetralisir faktor terkotak-kotaknya guru yang menimbulkan suasana kerja kurang kondusif dan kinerja rendah ?

C. Manfaat Kegiatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa diperolehnya suatu metode bagi pemegang otoritas yaitu kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme SDM sehingga akan meningkatkan mutu pendidikan di unit kerja yang bersangkutan. Lebih lanjut SDM yang profesional akan memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar dimana unit kerja ini berada.

II.

LANDASAN TEORI Reward dan Punishement merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dunia kerja, dalam dunia pendidikanpun kedua metode ini kerap kali digunakan. Namun selalu terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dan punishment ? Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan, atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk meningkatkan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi semakin giat dalam usaha memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi yang diberikan ketika terjadi pelanggaran. Pada dasarnya baik reward ataupun punishment sama-sama dibutuhkan untuk memotivasi seseorang, termasuk memotivasi SDM dalam meningkatkan kualitas kinerjanya. Kedua metode ini merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya , seolah keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, lebih berkualitas dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan serta mengajar seseorang untuk lebih berkomitmen.

Bupati Pamekasan, Kholilurrahman usai memberikan reward kepada 12 guru di SMKN 3 Pamekasan, kepada reporter Harisandi Savari (beritajatim.com) menyatakan bahwa reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, sementara punishment adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak akan menjadi alat motivasi. Lebih lanjut dikatakan sekalipun pemberian punishment memang tidak menyenangkan,namun hal itu dilakukan agar orang tidak lagi melakukan hal yang berdampak negatif terhadap kepentingan organisasi, sehingga hukuman yang diberikanpun harus bersifat pedagogis, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Saat pelaksanaan Ujian Nasional di Kota Medan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan telah mengambil kebijakan untuk mencabut izin sekolah yang melakukan kecurangan dalam Ujian Nasional (UN). Alasannya, jauh-jauh hari Diknas sudah mensosialisasikan aturan-aturan selama mengikuti UN ke sekolahsekolah dan Diknas juga sudah mengingatkan agar sekolah tidak membantu siswanya dalam mengerjakan soal ujian, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Apa yang diancamkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Hasan Basri itu adalah sesuatu yang positif. Namun demikian akan lebih baik jika bukan saja pihak sekolah yang curang yang dihukum, tetapi hukumanpun harus dijatuhkan kepada lembaga pendidikan yang gagal dalam meningkatkan mutu pendidikan di wilayahnya. Jadi, siapapun yang dinilai gagal dalam pelaksanaan UN nantinya harus di beri sanksi, sebaliknya siapapun yang berhasil dalam UN harus diberi penghargaan. Manajemen reward and punishment harus ditegakkan dan dijalankan tanpa pilih kasih, tidak hanya kepada pihak sekolah, tetapi kepada semua lembaga pendidikan yang terkait dalam pelaksanaan UN. (Sumber Harian Berita Sore, Reward And Punishment, Rabu, 25 Juni 2008, Medan) Sosialisasi peraturan-peraturan pokok organisasi kepada anggota organisasi belumlah cukup walaupun dilakukan secara terus menerus jika tidak disertai adanya mekanisme pemberian sanksi (Reward and Punishment) yang jelas dan dilaksanakan sebagaimana mestinya (Subagyo,2006). Suwarto Adi (2008) menyatakan bahwa untuk menghasilkan staf loyalberkualitas, pekerjaan efisien- penuh makna, organisasi teratur- timbulkan dampak positif bukan perkara mudah. Mekanisme yang paling baik adalah
4

merumuskan pekerjaan dan pembagian beban, aturan main dan sanksi ( reward and punishment) secara bersama-sama. Seluruh SDM tanpa terkecuali harus dilibatkan dalam pencapaian visi organisasi secara maksimal. Reward and Punishment juga memberikan motivasi dari luar untuk berkarya. Hal demikian terkenal dengan perumpamaan populer seekor keledai, wortel dan tongkat. Keledai bisa berkarya karena takut akan tongkat pemukul punishment atau mengharapkan wortel reward yang di letakkan di depan hidungnya. Namun demikian manusia bukan keledai dan motivasi ada batasnya. Hanya seorang yang mencintai pekerjaannya dapat bekerja secara maksimal. Mencintai yang tumbuh dari dalam diri bukan dari luar. (Sumber: http://triwidodo.wordpress.com) Sedangkan Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mempunyai makna yaitu, berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang profesional (Longman, 1987). Sebutan profesional didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa: profesional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain. Kompetensi Guru Profesional menurut Kepmen Dinas no. 045/U/2002 kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Profesionalisme mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualias profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional. (Sumber: http://www.pdii.lipi.go.id/profesionalis ...
5

III.

PEMBAHASAN MASALAH Belum adanya standarisasi produk kerja yang dihasilkan, beban kerja yang

tidak sama, keteladanan dan kedisiplinan pimpinan yang dinilai belum maksimal, berdampak pada SDM SMA Masehi 2 PSAK: 1. terkotak-kotak, berkelompok sesuai dengan kebiasaan dan hobi masing-masing, 2. kurang memiliki komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya baik sebagai pendidik atau pekarya, 3. tidak menjalankan tugas dengan disiplin, 4. datang dan pergi tidak sesuai aturan jam kerja, 5. tidak mengikuti briefing yang dilakukan setiap pagi, 6. tidak melaksanakan tugas pada saat kegiatan-kegiatan edukasi seperti test, ujian yang diselenggarakan oleh sekolah dengan maksimal, 7. masuk dan keluar kelas tidak sesuai ketentuan bel, 8. penggunaan fasilitas-fasilitas sekolah tidak sesuai fungsinya, misal: menggunakan ruang perpustakaan sebagai tempat berkumpul, padahal tersedia ruang guru yang cukup nyaman, komputer dan internet yang digunakan tidak hanya sebagai alat pembelajaran IT , 9. kebersihan lingkungan dan kamar kecil yang belum maksimal. Dari hal-hal tersebut diatas menunjukkan adanya kelemahan birokrasi yang menyebabkan semakin rendahnya kualitas kinerja dan kompetensi SDM. Mencermati hal yang demikian beberapa kebijakan dapat dilakukan sebagai solusi pemecahan masalah: A. Menerapkan manajemen mutu 1. Menyusun kembali struktur organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. 2. Setiap jabatan mempunyai Uraian Tugas dan Kriteria Unjuk Kerja yang jelas. 3. Menyusun Indikator Keberhasilan bagi setiap kegiatan. 4. Mengevaluasi kegiatan untuk merancang program peningkatan mutu berikutnya. 5. Setiap pimpinan sekolah, guru, dan staf melakukan Evaluasi Diri secara mandiri. (pengisian standard perilaku guru).
6

6. Menerapkan sistem Reward dan Punishment pada pimpinan sekolah, guru, staf dan siswa. 7. Mendorong guru untuk meningkatkan kualitas diri demi beradaptasi pada perkembangan IT yang luar biasa dengan menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa ke dua, caranya:

Mengundang guru tamu untuk memberikan pelatihan conversation.

Menyampaikan renungan pagi/pengumuman-pengumuman dalam bahasa Inggris.

Setiap guru masuk kelas wajib memberikan 5 kata bahasa Inggris yang berkaitan dengan pelajaran yang diampunya.

Setiap guru menghafal kalimat-kalimat baku yang biasa diucapkan di kelas dalam bahasa Inggris.

Menetapkan English All Day ( 1 hari berbahasa Inggris) untuk guru,staf, dan siswa.

Guru dan staf sebisa mungkin berbahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari.

Guru, staf, siswa mengikuti Regional TOEIC setiap tahun.

B. Menciptakan atmosfir akademik yang nyaman dan kondusif 1. Mengembalikan fungsi perpustakaan sebagai tempat belajar siswa dan bukan tempat berkumpul guru dan karyawan dengan menambah variasi buku yang ada, penataan ulang ruangan sebagai area belajar yang nyaman. Sementara ini perpustakaan SMA Masehi 2 PSAK hanya berisi buku-buku pelajaran yang sebagian besar sudah kedaluarsa dan digunakan sebagai ruang servis komputer. 2. Menggunakan komputer dan internet hanya untuk pembelajaran IT. 3. Guru dan staf melayani kebutuhan siswa tidak dibatasi ruang dan waktu. 4. Guru dan staf bekerja dengan hati takut akan Tuhan. 5. Guru mampu menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. 6. Menggunakan sistem Moving Class.
7

7. Memfasilitasi minat dan bakat siswa. 8. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat dan aman.

C. Mengasah spiritual, motivasi, dan entrepreneurship.


1. Mengaktifkan kembali pesekutuan doa guru dan karyawan sebagai sarana

spiritual building. 2. Mengaktifkan kembali persekutuan doa siswa Exodus.


3. Pembinaan kepada semua guru agar mampu memberikan achievement

motivation. 4. Mendirikan Unit Usaha Sekolah misl: kantin/ warung OSIS dan melibatkan murid dan guru dalam pengelolaannya.

D. Menegakkan kedisiplinan bagi seluruh warga sekolah. 1. Menyusun kesepahaman antara: - orang tua dengan sekolah. - siswa dengan sekolah. - guru dan staf dengan pimpinan sekolah. 2. Tidak ada guru terbang; guru wajib stand by satu hari penuh dari jam 06.55 14.00.
3. Menyediakan buku ijin untuk guru. Setiap guru yang hendak meninggalkan

sekolah untuk satu keperluan mendesak baik dinas maupun pribadi diharuskan untuk mengisi buku tersebut.
4. Setiap pelanggaran dan prestasi diberi bobot score, di upload di komputer

untuk dilihat setiap saat.


8

5. Komputerisasi pencatatan pelanggaran dan prestasi. 6. Menerapkan keteladanan sebagai guru yang baik. 7. Melibatkan OSIS dalam menegakkan kedisiplinan siswa. 8. Melakukan pembinaan khusus bagi personal yang sudah beberapa kali melakukan tindakan indisipliner seperti: selalu terlambat datang, masuk dan keluar kelas tidak sesuai ketentuan bel dan meninggalkan kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, tidak melaksanakan tugas kepanitiaan dalam kegiatan-kegiatan yang di adakan di sekolah dengan baik, misl: kegiatan tes, briefing pagi, promosi PPD, dll. 9. Mengeluarkan SP1, SP2 dan SP3 untuk memberi efek jera apabila usaha pembinaan yang sudah dilakukan tidak mengubah perilaku SDM yang melanggar aturan, dan menyerahkan kepada yayasan untuk diambil tindakan sebagaimana mestinya jika memang usaha kepala sekolah menghadapi jalan buntu.
10. Memberikan reward kepada guru-guru berprestasi, berdedikasi dan memiliki

loyalitas tinggi, misal: berhasil membantu siswa mendapat nilai UN tertinggi, berhasil melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan maksimal seperti: perangkat mengajar lengkap, hasil belajar siswa baik dibuktikan dengan nilainilai ulangan/tes, selalu hadir dan pulang tepat waktu, tugas-tugas kepanitiaan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sudah mengabdi lebih dari satu dasawarsa. Reward yang diberikan bisa berupa:

Pujian/ucapan terima kasih, ketika seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. ( mentally appreciation)

Sertifikat yang di sahkan oleh yayasan. Uang/barang yang nilainya disesuaikan dengan jenis penghargaan yang diberikan dan sudah menjadi kesepakatan bersama.

E. Membentuk tim pengawas independen

Tim ini bertugas untuk melakukan pemantauan, pengawasan, dan evaluasi kinerja yang dilakukan secara bertahap, konsisten, dan berkelanjutan. Anggota tim terdiri dari: 1. Kepala sekolah. 2. Wakil yayasan 3. Guru teladan ( terpilih secara aklamasi). 4. Anggota komite sekolah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam proses penataan organisasi agar lebih efektif dan menyenangkan, hendaklah kepala sekolah dan yayasan dengan tegas memperhatikan dan menata sistem reward dan punishment. Hal ini harus diimplementasikan sampai level bawah. Dengan begitu, diharapkan kualitas organisasi meningkat, begitu pula kinerja SDM semakin bermutu. Reward yang diberikanpun harus adil dan bijak. Sebab jika tidak demikian, hal tersebut malah akan menimbulkan rasa cemburu dan persaingan yang tidak sehat serta memicu rasa sombong bahkan lupa diri bagi personil yang menerimanya. Oleh sebab itu, prinsip keadilan sangat dibutuhkan dalam pemberian reward tersebut. Sebaliknya, jika punishment diberlakukan, maka dalam pelaksanaannya harus dengan cara yang bijak serta mendidik, tidak boleh sewenang-wenang agar tidak menimbulkan kebencian yang dapat merusak hubungan baik antar personal yang ada. Yang tak kalah penting bahwa punishment yang akan di berikan sudah di sosialisasikan terlebih dahulu dan bentuk sanksi sudah disepakati bersama, sehingga setiap personil sadar betul dengan konsekwensi yang akan diterimanya apabila terjadi pelanggaran. Dan hukuman yang diberikan bukan dengan kekerasan, tetapi dengan ketegasan. Disinilah dibutuhkan keahlian dari pimpinan atau si pemberi punishment sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif.
10

DAFTAR PUSTAKA Dewan Pengurus YPSAK, 2010, Peraturan Pokok tentang Kepegawaian, Dewan Pengurus YPSAK, Semarang Dewan Pengurus YPSAK, 2010, Peraturan Pokok tentang Pengelolaan Sekolah, Dewan Pengurus YPSAK, Semarang YPSAK,2009, Pengembangan Kehidupan Sekolah Kristen Untuk Mencapai Standar Mutu Pelayanan, YPSAK, Semarang Tri Widodo,2010, http://triwidodo.wordpress.com

11

Bambang Nugroho, 2006, Reward dan Punishment, Bulletin Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum Edisi No.6/IV/Juni 2006 Harian Berita Sore, Reward And Punishment, Rabu, 25 Juni 2008, Medan Prasetyo, 2008, Wawasan Kependidikan Guru Kristen, YPSAK, Semarang J.T Lobby Loekmono PhD, 2008, Pengenalan Diri Dalam Kepemimpinan Pendidikan, YPSAK, Semarang Hendra Santosa,2010, www.pendidikan-diy.go.id (Covey,1997) dalam Palwo.A,2006, Bagaimana Masa Depan Pendidikan Kristen Di Sekolah Masehi PSAK?, BINA DARMA, Vol XXIV, No 70, Januari 2006

REWARD and PUNISHMENT: SEBAGAI ALTERNATIF SOLUSI YANG EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA SMA MASEHI 2 PSAK SEMARANG

12

Oleh : Debora Christianawati

SMA MASEHI 2 PSAK SEMARANG Jl. Gemah raya no: 8 semarang

13

14

You might also like