You are on page 1of 10

A. DEFINISI Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan pancung.

g. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas, atau dengan kata lain suatu tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh (Burner, 1988; 807 ). Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan system cardiovaskuler. Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis. Digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien.

B. PATOFISIOLOGI

Amputasi merupakan hasil dari atau di akibatkan oleh gangguan aliran darah baik akut ataupun kronik. Pada keadaan akut organ sebagian atau keseluruhan di potong dan jaringan yang mati di angkat. Tercatat anjuran baru pada penyambungan kembali dari jari atau bagian tubuh yang kecil, tetapi tidak bagian otot. Tubuh mungkin merasa sebuah amputasi parsial sebagai ancaman dan sepsis mungkin berkembang pada beberapa kasus bagian tubuh yang dipindahkan digunakan untuk mencegah kemadtian klien. klien yanmg menghadapi situasi ini memerlukan konseling, mereka mungkin tidak akan mau mengobankan sebuah anggota tubuhnya, meskipun tidak berfungsi untuk lebih memastikan hidupnya.

Pada proses penyakit yang kronik sirkulasi terputus, aliran vena sedikit , protein bocor ke dalam ruang interstisium dan edema berkembang, edema meningkatkan resiko injuri dan lebih jauh menurunkan sirkulasi, berkembangnya ulkus yang statis dan menjadi tempat infeksi karena sirkulasi terputus dan penurunan proses imun sehingga bakteri mudah berpoliperasi, adanya proses infeksi yang progesif lebih jauh akan mengakibatkan sirkulasi terhambat dan kemungkinan besar menjadi gangrene yang mana merupakan hal yang mengharuskan amputasi.

C. ETIOLOGI

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

1.

Iskemia Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, seperti klien dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.

2.

Trauma amputasi Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal injury seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases dan kelainan congenital.

3.

Gas ganggren Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan gas dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob, yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.

4.

Osteomielitis Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bias juga terjadi assending infection.

5.

Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

6.

Keganasan Tumor Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

D. PENANGANAN

Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang sehat dan yang keadaan jaringannya baik. Tempat dilakukannya amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor, yaitu peredaran darah pada bagian yang akan diamputasi dan kegunaan fungsional. Dalam melakukan amputasi, di usahakan untuk mempertahankan lutut dan siku pada ekstremitas bila memunginkan. Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa tungkai yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk penggunaan prostesis.

Gambar (A) Amputasi pada ekstremitas atas. Gambar (B) Amputasi pada ekstremitas bawah

Penyembuhan dipercepat dengan penanganan lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.

1. Balutan rigid tertutup. Sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.segera setelah pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.teknik balutan rigid ini digunakan sebagai cara membuat socket untuk pengukuran protesis pascaoperatif segera panjang prosthesis disesuaikan dengan individu pasien.dan gips diganti sekitar 10 sampai 14 hari, bila ada peningkatan suhu tubuh,nyeri berat atau gips yang mulai longgar harus segera diganti.

2. Balutan lunak Dengan ada kompres atau tanpa kompres dapat digunakan bila diperlukaxn inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan.bidai mobilisasi dapat dibalutkan dengan balutan.luka puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.

3. Amputasi bertahap Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi. E. PENCEGAHAN DAN PENDIDIKAN

Peran perawat Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan putung. Perawatan luka, mandi, menggunakan pakaian.hal itu dapat mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh Berikan dukungan moral untuk meningkatkan status mental klien Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima dirinya di amputasi Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup karena itu dapat mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.

Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi. Hal itu dapat membantu klien menggapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.

Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.itu sangat di butuhkan untuk meningkatkan dukungan mental.

F. ASKEP

1.

Pengkajian

a. Identitas Nama , umur , jenis kelamin, agama , pendidikan , status.

b. Riwayat kesehatan Keluhan utama : keluhan saat pertama kali masuk rumah sakit Riwayat kesehatan sekarang : Apakah pasien tersebut di amputasi karena ada riwayat diabetes mellitus/ tidak. Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien pernah dulu menderita diabetes mellitus. Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga pasien yang menderita diabetes melitus sebelumnya.

c. Periode pasca operasi Pengkajian dasar sebelum pembedahan : Status neurovaskuler dan fungsional ekstremitas harus di evaluasi melalui riwayat dan pengajian fisik. (mis. Warna, suhu, denyut nadi, penyebaran rambut, keadaan kulit, respon terhadap pengubahan posisi,

sensasi, nyeri, fungsi)bila pasien mengalami amputasi traumatic, maka fungsi dan kondisi sisa tungkai harus dikaji. Status peredaran darah dan fungsi ekstremitas yang sehat juga harus dikaji. Status nutrisi pasien harus di evaluasi dan bila perlu dibuat rencana perawatan nutrisi. Sering kali, lansia menunjukkan nutrisi buruk, obes,atau sedang menjalani diet khusus karena juga menderita masalah kesehatan lain. Status psikologi pasien dikaji.penentuan reaksi emosional pasien terhadap amputasi sangat penting untuk asuhan keperawatan. Respon berduka terhadap perubahan permanen citra tubuh adalah normal. Meskipun bila amputasi ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi, penyesuaian psikologis mayor masih diperlukan. System pendukung yang memadai dan bantuan propesional dapat membantu pasien menghadapi keadaan akhir setelah pembedahan amputasi. Sistem Kardiovaskuler : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung. Sistem Respirasi : Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas. Sistem Urinaria : Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine.Cairan dan elektrolit : Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan output cairan. Sistem Integumen: Kulit secara umum: Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi. Sistem Muskuloskeletal : Mengkaji kemampuan otot kontralateral

DIAGNOSA

1. Nyeri yang berhubungan dengan amputasi.

2. Perubahan sensori persepsi, nyeri tungkai phantom berhubungan dengan amputasi. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan amputasi. 4. Gangguan rasa percaya diri berhubungan dengan amputasi bagian tubuh. 5. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan amputasi bagian tubuh. 6. Gangguan mobilitas fisik berrhubungan dengan kehilangan ekstremitas.

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan amputasi Tujuan : Nyeri berkurang dalam jangka waktu 24 jam.

a.

Intervensi 1 : Kaji jenis nyeri. Rasional : Nyeri terjadi akibat dari pembedahan jaringan neuromuskular pada ekstremitas. Pengkajian dengan penggambaran lokasi nyeri dan sifatnya dapat dilakukan dengan menggunakan skala nyeri. Evaluasi nyeri diperlukan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri. Hasil yang diharapkan : Pasien dapat mengungkapkan rasa ketidaknyamanan akibat dari nyeri.

b.

Intervensi 2 : Tangani ekstremitas yang sakit dengan perlahan dan ubah posisi pasien. Rasional : Terjadi kerusakan jaringan pada bagian amputasi, penanganan yang baik akan mengurangi rasa nyeri. Lakukan perubahan posisi untuk mengurangi spasme otot. Hasil yang diharapkan : Memperbaiki tingkat kenyamanan pasien.

c.

Intervensi 3 : Terapkan strategi modifikasi nyeri, berikan terapi analgesic bila diperlukan.

Rasional : Persepsi nyeri dapat dikurangi dengan distraksi dan pengalihan perhatian. Arahkan pasien dan keluarga untuk tetap berinteraksi dan saling mendukung. Berikan terapi analgesik yang dapat mengurangi rasa nyeri dan mengurangi ketidaknyamanan akibat spasme otot. Hasil yang diharapkan : Pasien tampak lebih nyaman.

2. Perubahan sensori persepsi, nyeri tungkai phantom berhubungan dengan amputasi. Tujuan : Menghilangkan perubahan persepsi sensori.

a. Intervensi : Berikan penjelasan tentang perasaan nyeri phantom. Rasional : Nyeri phantom biasanya terjadi setelah 2-3 bulan setelah pembedahan. Pasien akan merasakan sensasi bahwa ekstremitasnya masih ada dan merasakan bahwa ekstremitas tersebut kram atau terpuntir dengan posisi abnormal. Perawat perlu membantu dalam menyesuaikan persepsi pasien. Hasil yang diharapkan : Pasien dapat menghilangkan perasaan nyeri phantom.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan amputasi. Tujuan : Mempercepat penyembuhan luka.

a.

Intervensi : Lakukan perawatan luka dengan baik dan benar. Rasional : Perawatan luka yang sesuai dapat membantu dalam proses penyembuhan, serta menghindari terjadinya infeksi. Gunakan balutan yang sesuai. Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit yang baru dapat tumbuh dengan kondisi yang baik dan tidak terjadi infeksi pada luka.

4. Gangguan rasa percaya diri berhubungan dengan amputasi bagian tubuh. Tujuan : Pasien dapat menerima diri dan berinteraksi dengan keadaan sekitar.

a. Intervensi 1 : Kaji status orientasi

Rasional : Evaluasi orientasi pasien, kebingungan yang terjadi akibat stress, atau faktor lain. Data dapat menentukan perubahan kondisi psikologis pasien. Hasil yang diharapkan : Pasien dapat memperlihatkan orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang. Serta pasien mampu berkomunikasi secara efektif.

b. Intervensi 2 : Wawancara keluarga pasien mengenai orientasi pasien sebelum megalami cedera. Rasional : Menyediakan data terbaru untuk evaluasi. Hasil yang diharapkan : Keluarga pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.

c. Intervensi 3 : Kaji defisit pendengaran dan penglihatan pada pasien lansia. Rasional : Seiring p

You might also like