You are on page 1of 5

Potensi kenaikan dan penurunan penerimaan Pajak Penghasilan akibat perubahan Nilai Kurs Valuta Asing

Oleh : L.Y. Hari Sih Advianto Widyaiswara Muda Pusdiklat Pajak.

Valuta Asing Kurs Tengah USD (US Dollar) SGD (Singapore Dollar) HKD (Hongkong Dollar) JPY (Japan Yen) EUR (Eropa Euro) DKK (Krona Denmark) SEK (Krona Swedia) CHF (Swiss Franc) 8575.00

+/- (%) 0.00 0.00%

Kurs Jual Kurs Beli 8700.00 8450.00

6934.55

0.00 0.00%

7049.55

6819.55

Akhir-akhir didapati kenyataan bahwa nilai mata uang rupiah terus menerus menguat dibandingkan dengan mata uang Dollar US. Perubahan terhadap nilai tukar valuta pastilah akan membawa dampak terutama bagi para pelaku bisnis dan pemerintah, serta masyarakat pada umumnya.

1103.30

0.00 0.00%

1120.30

1086.30

106.80 12463.70 1675.95 1383.60

0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00%

108.90

104.70

12658.70 12268.70 1710.15 1410.45 1641.75 1356.75

Dalam isue-isue Internasional, mengenai 0.00 0.00% 9990.60 9670.60 9830.60 stabilisasi nilai tukar, GBP (Inggris 0.00 0.00% 14282.30 13820.30 14051.30 menjadi telah bahan Poundsterling) pembahasan yang serius. AUD Pada bulan November (Australian 0.00 0.00% 9304.65 9003.65 9154.15 Dollar) 2010 dalam konferensi NZD (New negara-negara G-20 di Zealand 0.00 0.00% 6874.90 6625.90 6750.40 Gyeongju Korsel, Dollar) membicarakan mengenai Sumber Berita : klikbca.com mekanisme penjagaan stabilitas nilai tukar internasional yang berharap agar IMF sebagai wadah yang memiliki anggota banyak negara dapat menjembatani permasalahan nilai tukar ini. Penguatan rupiah bagi Pemerintah membawa dampak yang menguntungkan. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kabijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan bahwa Setiap penguatan Rp 100 akan

menghemat pengeluaran Rp 400 miliar di APBN, demikian diungkapkannya dalam jumpa pers tentang perkembangan ekonomi makro terkini dan APBN 2011 di Jakarta, ( Antara News.com Kamis 14 April 2011 ). Hal ini tidak mengherankan karena banyak sekali sisi pengeluaran pemerintah yang harus dilakukan dengan menggunakan mata uang USD, seperti kaitannya dengan impor BBM, pembayaran bunga dan hutang Luar Negeri. Lantas bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi bisnis secara mikro? Hal ini penting untuk diketahui terutama bagi pegawai Direktorat Jenderal Pajak atau para pemerhati masalah perpajakan, karena karena pengaruh kenaikan kurs ini mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap kondisi keuangan perusahaan. Penguatan nilai Rupiah terhadap USD membawa dampak yang berbeda sesuai karakteristik bisnis wajib pajak. Bagi Wajib Pajak yang berorientasi pada pasar ekspor, penguatan rupiah akan terpengaruh dengan berkurangnya jumlah rupiah yang akan diterimanya pada nilai ekspor dalam USD yang sama. Terlebih lagi jika produksi menggunakan sumberdaya dalam negeri yang dibiayai dengan mata uang rupiah. Penggunaan sumberdaya dalam negeri yang dibiayai dengan mata uang rupiah dan penjualan hasil produksi yang menghasilkan valuta USD, ketika dikurs kembali dengan mata uang rupiah, akan mengakibatkan laba produksi menjadi semakin kecil bahkan bisa memnagikatkan kerugian. Jika pengusaha berusaha mempertahankan tingkat laba, maka akan membuat produksi dalam negeri menjadi lebih mahal. Daya saing produk menjadi lebih rendah dibandingkan negara-negara lain yang tidak mengalami penguatan, atau penguatannya dibawah mata uang rupiah. Kerugian juga dialami oleh pengusaha yang mendirikan anak perusahaan di negara lain, menanamkan modal di luar negeri, atau melakukan kegiatan usaha di luar negeri, dan mendapatkan penghasilan dalam bentuk mata uang USD. Ketika penghasilan tersebut dikurs dalam mata uang rupiah, maka poenghasilan yang diterima semakin sedikit. Perusahaan yang mempergunakan bahan-bahan produksinya dengan barangbarang impor akan mendapatkan keuntungan, karena dengan nilai rupiah yang sama, akan dapat membeli barang impor dalam jumlah yang lebih besar. Dengan bahan baku produksi yang lebih murah, maka keuntungan yang didapatkan akan lebih besar. Keuntungan juga didapatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki pinjaman dalam bentuk mata uang US Dolar, atau yang berbasis mata uang USD. Angsuran pinjaman dan beban bunga yang dibayar dengan menggunakan mata uang USD akan lebih ringan ketika mata uang rupiah menguat. Pengaruh yang diakibatkan oleh penguatan nilai rupiah terhadap USD terhadap kinerja wajib pajak, selayaknya mendapat perhatian serius oleh Direktorat Jenderal

Pajak terutama oleh para pegawai yang bertugas memantau perkembangan usaha Wajib Pajak seperti Account Representative (AR). Account Representative yang bertugas pada KPP pratama atau KPP madya yang mengawasi wajib pajak dalam jumlah yang besar, tentunya dapat memulai untuk melakukan mapping wajib pajak yang berada dalam lingkup pengawasannya, dengan mencari wajib pajak yang terkait dengan transaksi mata uang asing. Mapping dapat dilakukan dengan mengelompokkan wajib pajak berdasarkan kegiatan usahanya: Eksportir Memproduksi barang untuk tujuan ekspor Importir Barang Jadi Importir bahan baku industri Menggunakan dana pinjaman luar negeri atau pinjaman yang berbasis USD. Berinvestasi di Luar Negeri atau memperoleh penghasilan dalam bentuk USD.

Dari hasil mapping Wajib Pajak ini AR, dapat menentukan strategi kerjanya dalam rangka menggali potensi perpajakan yang timbul akibat menguatnya kurs rupiah terhadap USD. Potensi peningkatan setoran pajak dapat diperoleh dari wajib pajak yang mendapat keuntungan dari peningkatan nilai rupiah terhadap USD, seperti WP yang menggunakan bahan baku impor, WP yang memperdagangkan barang-barang impor, WP yang mempergunakan modal pinjaman yang berbasis USD. Terhadap Wajib Pajak yang kemungkunan mengalami kenaikan jumlah Pajak Penghasilan dapat dilakukan upaya dinamisasi , dengan menghimbau agar menaikan jumlah setoran PPh Pasal 25, sebanding dengan kemungkinan kenaikan besarnya pajak terutang. Menggali potensi kenaikan penerimaan pajak tentunya memerlukan analisa yang mendalam yang dapat dijadikan dasar membuat himbauan kepada wajib pajak. Misalnya dengan membandingkan berapa persen penurunan rata-rata tahunan. Sebagai contoh dapat diberikan Ilustrasi perhitungan sebagai berikut: Rata-rata kurs 2011per USD Rata-rata kurs 2010 per USD % penurunan = (9.088-8.781)/9.088 = Rp. 8.781,00 Rp. 9.088,00 3,37%

Misalnya harga bahan baku impor dan pengeluaran lain dalam USD tahun sebelumnya senilai dengan Rp. 80.000.000.000,Maka perkiraan tambahan penghasilan adalah = 3,37% X 80.000.000.000 = 2.696.000.000

Perkiraan tambahan Pajak Penghasilan adalah: 25% X 2.696.000.000 = 674.000.000

Misalnya himbauan dilakukan dalam bulan Mei 2011, maka sisa bulan sampai Desember 2011 adalah 7 bulan. Sehingga tambahan PPh Pasal 25 yang di himbau kepada Wajib Pajak adalah sebesar Rp. 96.285.714,- Jumlah ini cukup significan untuk dilakukan himbauan dinamisasi PPh Pasal 25. Namun demikian, sifat penggalian potensi ini tidak mutlak, dan lebih mengedepankan upaya persuasif kepada wajib pajak, dan tidak dapat dengan cara melakukan penetapan pajak dengan suatu produk hukum. Di sisi lain, wajib pajak yang mengalami penurunan penghasilan akibat adanya kenaikan nilai rupiah terhadap USD juga sangat banyak, Bahkan Wajib Pajak kelompok ini yang bereaksi keras agar Pemerintah turun tangan agar menjaga stabilitas Nilai Kurs mata uang. Namun dilihat dari ilustrasi perhitungan di atas, kenaikan rupiah terhadap USD yang hanya berkisar 3.37% tidak berpotensi menurunkan pendapatan wajib pajak sampai dengan 25%. Sehingga pembayaran pajak tidak akan berkurang sampai dengan 75%. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-537/PJ./2000 , Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan PPh Pasal 25 apabila dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang lebih kecil dari 75% dibandingkan dengan Pajak Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan PPh Pasal 25. Jika dilihat dari penurunan karena adanya penguatan selisih rupiah yang hanya sebesar 3,37%., maka penguatan rupiah ini tidak akan secara langsung dapat menurunkan Pajak terutang sampai dengan 75%. Kemungkinan secara tidak langsung memang dapat terjadi. Misalnya jika karena penguatan rupiah mengakibatkan pengusaha menaikan harga jual ekspor dalam USD, untuk mempertahankan tingkat laba yang sebelumnya diperoleh. Hal ini akan membuat daya saing yang melelmah bahkan kemungkinan ditinggalkan oleh konsumennya. Terlebih lagi jika pesaing dari negara lain tidak terkena imbas penurunan nilai USD. Harga-harga dari negara pesaing akan menjadi lebih kompetitif. Namun perlu diingat juga bahwa pengaruh secara tidak langsung ini berjalan tidak sekaligus, dan dalam

jangka waktu yang relatif lama, sehingga tidak serta merta dapat menurunkan besarnya setoran PPh Pasal 25.

Jakarta, 12 Mei 2011 Sumber: Berbagai artikel majalah ekonomi dan website ekonomi Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-537/PJ./2000. SOP Account Representative. Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor . KEP14/PJ/2008 Tentang SOP Direktorat Jenderal Pajak

You might also like