You are on page 1of 4

BAB II PEMBAHASAN

4. Prinsip dalam Bidang Manajemen Apabila asumsi atau hipotesis secara eksperimental telah divalidasi sehubungan dengan bukti empiris, orang dapat menyusun prinsip-prinsip sebagai pedoman untuk bertindak. Proses validasi tersebut biasanya mencakup sebuah siklus yang berulang dalam bentuk: a) Merumuskan asumsi; b) Mencari data; c) Pengujian data; d) Eksplanasi dan penafsiran hasil yang dicapai. Apabila prinsip-prinsip tersebut dikembangkan dengan cara demikian, maka hal tersebut akan dapat diandalkan dan bermanfaat pada disiplin tertentu. Prinsip-prinsip tersebut harus dapat diterapkan secara umum untuk jangka waktu tertentu. Thomas Kuhn menjelaskan apa yang dimaksud dengan paradigma. of what I have since called paradigms. These I take to be universally recognized scientific achievements that for a time provided model problems and solutions to a community of practitioners. (Kuhn, 1962). Paradigma atau sistem tentang prinsip yang dikemukakan oleh Kuhn merupakan generalisasi valid yang dijabarkan dari hubungan fungsional antara kuantitas yang dapat diobservasi secara langsung atau yang dapat diukur. Prinsip-prinsip tersebut biasanya berkembang dari suatu deskripsi tentang aktivitas manajerial atau dari pernyataan normatif tentang fungsi manajemen yang berkaitan dengan perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian, dsb. Sebagai sebuah kerangka dasar umum untuk manajemen, falsafah proses manajemen mengidentifikasi aneka macam aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Dengan demikian, berdasarkan hal itu disajikan prinsip fundamental tertentu sebagai pedoman untuk praktik. Sebagai contoh, dapat kita perhatikan empat belas prinsip Henri Fayol yang dirumuskannya berdasarkan observasi dan pengalamannya dalam praktik manajemen. Empat belas prinsip Henri Fayol (Fayol, 1949) adalah antara lain:

1. Pembagian kerja--spesialisasi menimbulkan efisiensi; 2. Otoritas--hak untuk memberikan perintah; 3. Disiplin--hal penting untuk operasi yang berjalan lancar; 4. Kesatuan perintah (unity of command)perintah harus dating dari satu orang pemimpin; 5. Kesatuan arah(unity of direction)perlu adanya rencana tunggal untuk masingmasing kelompok; 6. Diutamakannya kepentingan umum, dibandingkan kepentingan individual

kepentingan organisasi harus diutamakan; 7. Imbalan(remunerasi)imbalan layak untuk seluruh personil; 8. Sentralisasisebuah konsekuensi esensial dan wajar dari kegiatan pengorganisasian; 9. Rantai otoritas(the scalar chain)urutan jabatan dari puncak hingga dasar; 10. Keteraturan(order)tempat teratur untuk setiap karyawan; 11. Keadilan(equity)harus terdapat adanya suasana keadilan; 12. Stabilitas jabatan bagi personilsetiap karyawan memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan; 13. Inisiatifinisiatif memberikan dinamika dan energy pada pekerjaan; 14. Jiwa korps (esprit de corps)pekerjaan tim dianggap esensial.

15. Persoalan Teori dalam Bidang Manajemen Sekelompok atau suatu sistem prinsip yang berkaitan satu sama lain merupakan sebuah teori. Sebuah teori, atau generalisasi yang telah divalidasi secara ekstensif biasanya dinamakan orang sebuah hukum, sedangkan teori yang masih perlu divalidasi biasanya dinyatakan orang sebagai sebuah hipotesis atau kelompok hipotesis (atau asumsi). Teori-teori berbeda, sesuai dengan generalitas dan antarkaitan mereka dengan pokok persoalan yang mereka tekankan. Teori-teori khusus (singular theories) hanya mencakup data empiris dalam jumlah yang amat terbatas, dan seringkali diisolasi dari generalisasi lain, contoh: a) Teori tentang maksimalisasi laba; b) Teori kuantum tentang sinar; c) Teori tentang keseimbangan. Teori-teori umum (general theories) bersifat lebih luas, dan mereka merupakan generalisasi yang lebih universal yang kerapkali dikonstruksi dengan jalan mengombinasikan

teori-teori yang khusus yang semula dianggap tidak mempunyai kaitan satu sama lain, contoh: a) Teori makroekonomi tentang perusahaan; b) Teori relativitas; c) Teori sistem umum. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ada tiga macam peranan yang diberikan orang pada suatu teori yaitu: a) Eksplanasi; b) Prediksi; c) Pengaruh. Apabila suatu teori dapat melaksanakan ketiga macam peranan, hal tersebut merupakan kondisi yang ideal walaupun seringkali hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan, dan banyak teori dalam berbagai disiplin hanya terbatas peranannya hingga satu macam peranan saja. Teori manajemen paling bermanfaat apabila ia membantu menerangkan perilaku keorganisasian dan memberikan pemahaman tentang problem yang secara tipikal dihadapi para manajer dalam mempraktikan manajemen yang berkaitan dengan persoalan motivasi, produktivitas, dan kepuasan. Seorang praktisi manajemen juga akan menganggap sebuah teori sebagai hal yang bermanfaat apabila teori tersebut membantu dalam memprediksi perilaku masa yang akan dating hingga dapat dijadikan pedoman untuk tindakan masa mendatang. Apabila sebuah teori membantu dalam memengaruhi perilaku, maka jelas penting sekali dalam perkembangan dan pengembanagn falsafah manajerial seorang praktisi manajemen. Ada sejumlah ciri yang melekat pada sebuah teori ilmiah, yaitu: a) Ia memiliki referensi empiris; b) Ia mencakup antarhubungan logical denga teori-teori lain; c) Ia memungkinkan dilakukan penolakan terhadapnya. Keterangan tentang ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: Bagian-bagian tertentu dari teori yang bersangkutan harus dapat diobservasi secara langsung, maksudnya berlandaskan data empiris. Teori yang bersangkutan harus merupakan bagian dari sebuah struktur eksplanatoris logikal. Ia harus mampu menyatakan apa yang akan terjadi, dan apa yang tidak akan terjadi. Dengan demikian, terbuka kemungkinan untuk menolaknya.

Proses manajemen sebagai suatu oenjabaran dari fungsi manajemen umum di dalam sebuah keorganisasian dinyatakan ornag sebagai teori manajemen klasik. Ada empat macam pilar teori manajemen klasik, seperti diperlihatkan pada gambar berikut:

Teori Manajemen Klasik

Pembagian Kerja

Proses-proses Scalar dan Fungsional

Struktur

Lingkup Pengawasan (Span of Control)

Empat Macam Pilar Teori Manajemen Klasik

Keterangan: Keempat macam pilar tercakup dalam empat belas prinsip universal dari Henri Fayol, terutama prinsip nomor 1,2,9, dan 10.

You might also like