You are on page 1of 2

- Hukum pidana adat tidak mengenal perbedaan antara hukum pdana dengan hkm perdata.

Latar belakang hukum pidana adat adlh: aspek yg hidup did lm masyarakat dan memiliki sanksi dimasukkan ked lm hkm nasional. Pngertian hkm pidana adat: -Istilah hkm pidana adat merupakan terjemahan dri bhsa belanda yaitu Adat Delicten Recht/ hkm pelanggaran adat. Istilah dlm masyarakat: kata salah (lampung), sumbang (sumatera, keduanya menyatakan perbuatan yg bertentangan dgn hukum adat. -smua pelanggaran yang terjadi di dalam masyarakat adat akan mendapatkan reaksi adat untuk melindungi masyarakat adat baik berupa ganti rugi maupun lain sbagainya agar terciptanya kedamaian. Dlam hkm adat tdak pernah membedakan antara hkm public maupun hkm privat. -Pengertian hkm adat lebih luas sifat melanggar hukumnya bila dibandingkan dengan onrechmatigedaad dlm perdata (1365 BW). -Ter Haar: yg dimaksud delict/ pelanggaran adat adalah menunjuk adanya perbuatan sepihak yg oleh pihak lain dengan tegas atau secara diam dinyatakan sbgai perbuatan yg mengganggu keseimbangan. Dgn demikian hkm pdana adat adalah hkm yg menunjukkan peristiwa/perbuatan itu telah mengganggu keseimbangan masyarakat. -hkm adat sering mengandung unsur religious mistis dan tdk bisa dipisahkan dri agama. -pngertian hkm pdana adat berbeda dgn hkm pdna barat yg menitik beratkan pda sebab timbulnya perbuatan pdna/pelanggaran. Sdgkan hkm pdana adat lbih menekankan kpda akibat terhdap terganggunya keseimbangan masyarakat sehingga seseorang dan kerabatannya bertanggung jwab terhdap perbuatan yg dilakukan oleh seorang wrga masyaakat adat yg melakukan yg bersangkutan. Contoh: bencana alam: upacara untuk memulihkan agar keadaan kembali normal dan tidak terjadi lagi (memulihkan keseimbangan). Tidak adanya pembalasa dlm hkm pdana adat. -Baik perbuatan itu legal maupun illegal asalkan menyebabkan rusaknya keseimbangan, maka dikatakan pelanggaran pdana adat dan akan mendapatkan reaksi pdana adat. -hkm pdana adat adlh hkm yg hidup (the living law), ini karena hkm pdana adat secara terus menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Shinggan hkm pdana terus berkembang sesuai dengan pola masyarakat dan dpat dikatakan hkm yg hidup. Pngertian ini mengandung 3 hal pkok: a. rangaian peraturan tata tertib yg dibuat ditaati, dan diikuti masyarakat adat yg bersangkutan. b. plnggaran trhdap peraturan tata tertib tsb dpt menimbulkan kegoncangan krn dapat dianggap mengganggu keseimbangan kosmis, melanggar praturan dpt disebut sbgai delik adat c. pelaku yg mlakukan planggaran tsb akan dikenai sanksi oleh masy yg bersangkutan. Kaitan hkm pidana adat dgn sifat bngsa Indonesia: - Prof. Soepomo (Guru bsar hkm adat): hkm pdana adat sbgai slah satu bdang dlam hkm adat tdk bisa dilepaskan dgn corak dan sifat bangsa Indonesia, karena hkm pdana adat itu memberikan bahan dlm pmbentukan KUHP yg bru di ngara kita. Pda segi lain dikatan juga bahwa sifat dan alam pikiran bangsa Indonesia itu bersifat kosmis, yg mengandung arti meliputi segala-galanya sbgai kesatuan/totaliter. -Prof.Imam Sudiyat (Guru Besar Hkm adat UGM): menegaskan bhwa alam pkiran kosmis ini merupakan latar belakang dri hkm planggaran adat. Yg paling utama pentingnya bagi masyarakat adlah adanya harmoni (evenwicht) atau juga keselarasan dan keserasian antara dunia gaib dgn dunia nyata antara gol.manusia sbg suatu keseluruhan dgn org seseorg dan antara persekutuan dgn teman/anggota masyrakat. -Prof. Soetjipto Raharjo (Sosiologi Hkm): kita juga tdk bisa membyangkan bgaimana andaikata Bali diatur dan ditata dripda yg skrg dgn subak, awig, ngaben, nepi, banjar, mreka tentunya tdk akan ,mraakan kbahagiaan sperti skrg ini. -hukum adat tdk mngenal istilah Pree Exitente Regil: suatu perbuatan yg terlebih dahulu ditentukan sbg perbuatan jhat/kjahatan/plnggaran. Suatu perbuatan yg mrusak

keharmonian adat baru dpt ditentukan sbg planggaran dlm hkm adat. -cosmis: segala-galanya merupakan satu kesatuan -totalitas: antara dunia nyata dgn dunia gaib. -tdak ada desa adat yg tdak memiliki warga/ masyarakat adat. -kepongor: sanksi dari alam gaib (muncul dri keyakinan masyarakat) -pkiran kosmis masyarakat hkm adat mnjadi Basic atau dsar terciptanya pdana adat yg erat hbungannya dgn sifat hkm adat. -suku amantoa (Sulawesi): pngrusakan lngkungan sekitar akan dikenakan sanksi dri leluhur. -sanksi gaib (Ambon): laut adalah ibu, tdk boleh dirusak karena mengandung nilai-nilai ekonomi. -sunda: Hajat Tatulak: diyakini sbg reaksi apabila mlanggar ketentuan yg ada (sanksi adat). -Probolinggo: madisari: percaya sanksi gaib. Sanksi tdk nyata timbul dri keyakinan. -Singaraja (Desa Pemuteran): 60% msyarakatya sbg nelayan, mreka menjaga ekosistem laut dengan adanya pecalang laut. Para pnjahat/ prusak ekosistem laut yg ditangkap (diluar desa) dikenakan sanksi adat (membayar 1 kantung bras), sedangkan apabila perusak ekosistem mrupakan wrga desa itu sndiri maka dilakukan 3 advokasi (pndekatan) barupa sanksi adat dan sanksi pengucilan, apabila tdk diikuti maka akan dikeluarkan dri desa tsb. -hukum adat dibali, kebudayaan dibali memandang laut dri sudut ekonomis, ekologis (lingkungan), filosofis (laut dipandang sbg samudra kertih: laut mengandung nilai filosifi karena digunakan sbgi tmpat org melakukan pmbersihan, nganyut, proses pngembalian atma kea lam semesta. Penguasa laut adalah dewa Baruna) -kebudayaan dilihat dari 3 aspek: sitem nilai (value system), sistem sosial (social system), sistem artifak (artifac system) -pkar budaya Indonesia, Prof Koentjaraningrat mnjelaskan: 1. Sistem nilai: abstrak (yg boleh dan tdk boleh dilakukan) sistem nilai melahirkan norma, dan norma melahirkan peraturan). Ex: awig, di Jawa(perturan desa). Norma dibuat agar sistem sosial berjlan dgn tertib, aman, dan adil. 2. Sistem sosial: sistem sosial berkaitan dgn struktur sosial (lembaga Prananta: strukutr yg berkaitan dgn lmbaga). Di bali ada lmbaga yg berjenjang meningkat: 1). Desa adat 2). Br. Adat, 3). Tempek adat. Upaya adat dlm suatu kasus adalah mendamaikan. 3. Sisitem artifak: benda cagar budaya sbg wujud yg paling nyata dari kebudayaan (culture). Ex: monument bersejarah (margarana), patung. Ekspresi budaya: wayang di bali dinamis, di jawa lembut. Di bali (bleganjur), di Jawa Degung. -Hkm adat mrupakan refleksi dri sluruh kebudayaan di Indonesia. -Asas-asas dri hkm adat ditarik mnjadi hkm nasional yaitu asas filosofis, yuridis, sosiologis(diakui, dilakukan, dan dipertahankan oleh masy. Hkm adat. -Br adat tdk jatuh dri langit, ia berkembang dan tumbuh oleh masyarakatnya sndiri untuk mngatur struktur sosialnya (sistem sosial) -reaksi adat mrupakan tndakan mngebalikan keseimbangan magis yg terganggu dan meniadakan atau menetralisir. Sifat hkm pdana adat: 1. Mnyeluruh atau mnyatukan: sifat mnyeluruh mnagndung arti bahwa aspek dri hkm pdana adat itu berkaitan antara satu dgn yg lainnya. Hkm pdana adat tdk membedakan apakah kasusnya pdana maupun perdata. Tdk membedakan apakah itu delik UU ataupun delik hkm (tdk diatur dlm UU). Tdk membedakan apakah itu delik yg dilakukan scara disengaja/kelalaian. Tdk membedakan apakah itu pelaku dri tndak pdana (setiap org yg menggangu keamanan dan ketertiban masyarkatadat dikatan sbgaipelaku dlm hkm pdana adat. 2. Ketentuan yg bersifat terbuka: hkm pdana adat itu bersifat fleksibel, maka ketentuan dlm pidana adat

tdk bersifat pasti (tdk ada istilah kepastian hkm, dlm pnyelesaian kasus akan selalu menerima hal yg bersifat baru sehingga akan tumbuh ketentuan yang bersifat baru). Di bali awig manak salah: apabila seorang ibu melahirkan anak buncing maka anak tersebut akan dibwa ke pinggiran desa selama 1 bulan 7 hari dekat kuburan (skrg sudah dihapuskan) 3. Sifatnya tdk membeda-bedakan permasalahan, yg dilhat bukan hanya pelaku dan perbuatannya tetapi juga yg lebih penting adalah ltar blakang mngapa pelaku tsb mlakukan tndak pdana. 4. Peradilan dgn permintaan, sperti delik aduan terkecuali tertangkap tangan dan desa adat akan lngsung bertindak. 5. Reaksi adat, dalam menyelesaikan peristiwa yang mengganggu keseimbangan masyarakat, petugas hukum tidak saja dapat bertindak terhadap pelakunya, tetapi juga terhadap keluarga, atau kerabat pelaku itu, atau mungkin diperlukan membebankan kewajiban kepada masyarakat bersangkutan atau seluruhnya untuk mengembalikan keseimbangan. Bentuk-bentuk sanksi hukum adat (dahulu) dihimpun dalam Pandecten van het Adatrecht bagian X yang disebut juga : 1. Pengganti kerugian immateriil dalam berbagai bentuk seperti paksaan menikahi gadis yang telah dicemari. 2. Membayar uang adat kepada orang yang tersakiti, dengan pembayaran yang berupa benda yang sakti sebagai pengganti kerugian rohani. 3. Selamatan (korban) untuk membersihkan masyarakat dan segala kotoran gaib. 4. Penutup malu, permintaan maaf 5. Berbagai macam hukuman badan, hingga hukuman mati 6. Pengasingan hingga dikeluarkan dari komunitas adat.

You might also like