You are on page 1of 23

Memahami perbedaan pendapat

Kaum Tua & Kaum Muda


tentang

BID’AH
1
Segala puji hanyalah milik ALLAH, Rabb yang Maha Suci lagi Maha Agung, Maha Pengasih,
Maha Penyayang, penguasa alam semesta. Salam dan selawat senantiasa kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wa sallam beserta istri dan keluarga beliau.
Bid’ah adalah sebuah topik yang tidak pernah berhenti dipermasalahkan dalam Islam. Sejak
berakhirnya generasi salaf dan munculnya perpecahan dalam Islam, dimulai dengan
munculnya Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah dan faham firqah lainnya. Kemudian muncul pula
berbagai ajaran agama yang baru, ada yang kolaborasi (perpaduan faham) dan ada juga
membuat-buat sendiri tata cara beribadah masing-masing.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memperingatkan akan adanya bid’ah ini dan
bahayanya bagi keimanan kita. Namun karena Rasulullah tidak memberi petunjuk apa-apa
saja yang termasuk bid’ah, sehingga di zaman sekarang ini praktik bid’ah semakin banyak
dan sukar dibedakan.
Hal mula yang dianggap masyarakat sebagai orang yang mengajarkan bid’ah justeru dari
Khulafa Ar Rasyid seperti Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Sehingga perbedaan
pendapatpun tidak terelakkan lagi. Orang-orang yang menyukai jalan Rasulullah akan tetap
berpendapat bahwa yang patut diikuti adalah tata cara beribadah dari Rasulullah,
sedangkan orang-orang yang membuat perkara baru berpendapat bahwa mereka bertindak
sebagaimana mengikuti Khulafa Ar Rasyidin itu. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan
yang sangat sulit untuk didamaikan. Contoh kasus ini adalah tentang bilangan rakaat shalat
tarawih, adzan Jum’at, membangun kubah masjid dan lainnya.
Namun perkara ini hanya dipermasalahkan oleh orang-orang awam saja, sedangkan
golongan ulama yang telah mengetahui dalil-dalilnya tidak mempermasalahkan perbedaan
itu. Tetapi untuk mempertahankan pendapat mereka masing-masing, kemudian mereka2
yang membuat fatwa untuk orang-orang yang mendukung pendapat mereka masing-
masing. Inilah kemudian yang kita kenal dalam masyarakat kita dengan nama Kaum Tua
Pengertian BID’AH secara umum adalah menambah atau mengurangi tata cara beribadah
yang sudah diajarkan Rasulullah, atau mengada-adakan sesuatu perkara ibadah yang tidak
pernah diajarkan.
Perkara yang dibuat-buat selain dari tata cara beribadah, maka ia bukanlah bid’ah. Misalnya
membangun rumah dari kayu, ini bukanlah bidah. Membuat kubah masjid juga bukan bid’ah.
Slide berikut kita bagi dua jendela yaitu pendapat dalam Kaum Tua dan Kaum Muda, agar
penjelasan perbedaan pendapat dapat difahami dengan mudah. Sebagaimana kebanyakan
file CR lainnya, kita hanya menjelaskan dengan singkat dan to the point tanpa banyak basa-
basi. Karena tujuan utama kita hanyalah sekedar nasihat. Dan kepada kita ketika menyikapi
perbedaan pendapat ini, maka hendaklah menghormati masing-masing pendapat.
Karena keterbatasan waktu untuk kita menyelidiki perkara-perkara lain yang dianggap
bid’ah, maka pada kesempatan ini kita hanya membahas beberapa saja. Kaum Tua diwakili
oleh suatu pendapat yang dikirimkan kepada Owner CR, dan kemudian kita sesuaikan lagi
dengan keadaan di masyarakat kita khususnya bangsa Melayu, kemudian kita mencoba
untuk menjelaskan mengapa hal itu dianggap bid’ah.

Islam adalah agama yang dikembangkan dengan budi pekerti yang mulia. Karena itu kita
sampaikan nasihat ini kepada sesiapapun yang berkenan untuk menerimanya. Apabila tidak
berkenan di hati dan tidak sesuai keyakinan pembaca, maka silakan acuhkan pendapat
dalam file ini. Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui kebenarannya. Dan hanya ALLAH saja
yang berhak memberikan hidayah kepada kita semua.

Ya ALLAH, ampunilah dosa kami. Sesungguhnya hanya ENGKAU Tuhan Yang Maha
Pengampun.
3
Apakah ada PEMBAGIAN bid’ah?

4
KAUM TUHA 5 KAUM MUDA
Golongan yang tidak langsung menetapkan Tidak ada pembagian Bid’ah, semua yang
dalil hadis sebagai hukum, namun mengaitkan termasuk mengada-ada dianggap sesat.
terlebih dahulu dengan beberapa dalil lainnya,
baik tersurat, maupun tersirat, TIDAK
menyimpulkan bahwa setiap yang BARU
adalah BID'AH yang sesat. Kemudian ulama Dari Abu Najih Al Irbadl bin Sariyah, ia berkata:
golongan ini berpendapat bahwa Bid’ah “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
terbagi kepada 2 (dua) yaitu: memberi suatu nasihat kepada kami dimana
nasihat itu mampu untuk menggetarkan hati
dan mencucurkan air mata, kemudian kami
1. BID'AH SAYYI'AH (Bid'ah JELEK) berkata: “Ya Rasulullah, nasihat itu seakan-
BID'AH yang SESAT adalah perkara baru yang akan suatu nasihat yang disampaikan kepada
BERTENTANGAN dengan Kitabulloh dan Sunah orang yang akan ditinggalkan, kemudian
Rasullulloh SAW. Mengikuti bid’ah ini adalah berilah kami wasiyat.
haram (berdosa). Beliau bersabda: “Saya berwasiat kepada
kamu sekalian agar selalu bertaqwa kpod
ALLAH serta selalu mendengar dan taat
2. BID'AH HASANAH (Bid'ah YANG BAIK) walaupun yang memimpin kamu adalah
Yaitu perkara baru YANG TIDAK seorang budak dari Ethopia. Dan
BERTENTANGAN dengan KITABULLOH dan sesungguhnya siapa saja diantara kamu
SUNAH, bahkan jika ditelusuri justru sekalian yang dipanjangkan umurnya niscaya
bersesuaian dengan jiwa Kitabulloh dan As mereka akan melihat banyak perselisihan.
Sunah. Mengikuti bid’ah ini TIDAK BERDOSA. Oleh karena itu, kamu sekalian harus
berpegang kepada sunnahku dan sunnah
Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk.
Gigitlah kuat-kuat dengan gigi gerahammu,
dan janganlah kamu sekalian mengada-
adakan dalam urusan agama karena
sesungguhnya setiap bid’ah itu adalah
KAUM TUHA 6 KAUM MUDA
Alasan pembagian bid’ah: Inilah perbedaan yang paling mencolok antara
    pengikut SUNNY dengan pengikut SALAF.
(1). QS Al Hasyr ayat 7 kalimat akhirnya: Pengikut salaf tidak akan berani berfatwa
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu dengan memotong-motong Al-Qur’an untuk
maka terimalah dia. Dan apa yang dijadikan hujjah (alasan). Selengkapnya
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; adalah:
dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras [QS: 59. Al Hasyr: 7]. “Apa saja harta
hukuman-Nya.“ rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
  RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari
Dari ayat ini sangat tegas, larangan suatu penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
perbuatan itu jika tegas ada larangannya untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
barulah kita jalani, kalau tidak ada, tidak boleh orang-orang miskin dan orang-orang yang
dihukumi “bid’ah". dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
     beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat keras hukumannya”.

Al-Qur’an surah Al Hasyr ayat 7 ini berbicara


tentang “barang rampasan” dan tidak ada
hubungan apapun dengan bid’ah.

Dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda: “Celakalah orang-
orang yang keterlaluan dan berlebih-
KAUM TUHA 7 KAUM MUDA
(2). Nabi SAW adalah orang pertama Dari Anas ia berkata: Ada satu rombongan
yang membagi bid'ah ini menjadi 2, Bid'ah yang terdiri dari tiga orang datang ke rumah
Hasanah dan Bid'ah Sayyi'ah, atau Bid'ah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimana
Maqbulah dan Bid'ah Marduddah, ini bisa mereka mempertanyakan tentang ibadah Nabi
dilihat dari hadits Muslim: SAW. Setelah mereka diberi tahu, mereka
"Barang siapa menciptakan satu gagasan yang seakan-akan menganggap amalan Nabi
baik dalam Islam, maka dia memperoleh itu masih sedikit, dan mereka berkata:
pahalanya dan juga pahala orang yang “Dimanakah tempat kami dibandingkan
melaksanakan dengan tanpa dikurangi dengan Nabi SAW padahal beliau telah
sedikitpun. Dan barang siapa menciptakan diampuni semua dosanya baik yang telah lalu
satu gagasan yang jelek dalam Islam, maka maupun yang akan datang”.
dia terkena dosanya dan dosa orang-orang Salah seorang di antara mereka berkata:
yang melaksanakannya dengan tanpa “Saya akan selamanya shalat sepanjang
dikurangi sedikitpun“. malam”.
      Yang lain berkata: “Saya selamanya berpuasa
Dari hadits tersebut jelas-jelas Rosululloh sepanjang tahun dan tidak pernah berpuasa”.
mensyari'atkan prakarsa (ide / pendapat) yang Yang lainnya lagi berkata: “Saya akan
baik pada masa apapun dengan tanpa batas. menjauhkan diri dari perempuan dan tidak
akan kawin selamanya.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam datang dan bersabda kepada mereka:
“Kamu sekalian berkata begini dan begitu?
Demi ALLAH sesungguhnya aku adalah orang
yang paling takut dan paling taqwa kepada
ALLAH di antara kamu sekalian, tetapi aku
berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku
tidur di malam hari, serta aku juga kawin
dengan perempuan-perempuan. Barangsiapa
KAUM TUHA 8 KAUM MUDA
(3). Hadits yang berbunyi: Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
Dari Katsir bin Abdulloh dari bapaknya dari wa sallam beliau bersabda: “Tinggalkanlah
datuknya, dia berkata, aku telah mendengar olehmu sekalian apa saja yang telah aku
Rosululloh SAW bersabda: “Barang siapa tinggalkan. Sesungguhnya yang
menghidupkan satu sunah daripada sunahku menyebabkan kebinasaaan umat-umat
yang telah dimatikan sesudahku, maka dia yang terdahullu sebelum kamu adalah
akan memperoleh pahala seperti pahala orang karena banyaknya pertanyaan mereka,
yang mengamalkannya dengan tanpa dan mereka bertindak tidak sesuai
dikurangi sedikitpun. Sedangkan siapa yang dengan apa yang disampaikan oleh Nabi-
menciptakan satu bid'ah yang sesat yang tidak Nabi mereka. Oleh karena itu, apabila
menimbulkan keridloan Alloh dan RosulNYA, aku melarang sesuatu kepada kamu
maka dia akan tertimpa dosa orang yang sekalian maka jauhilah, dan apabila aku
mengamalkannya tanpa dikurangi sedikitpun. memerintahkan sesuatu maka
[Turmudzi & Ibnu Majah] kerjakanlah sekuat tenaga”. [Bukhari dan
    Muslim]
  
(4). Nabi SAW bersabda: "Barang siapa
berijtihad, lalu benar (ijtihadnya), maka dia Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
memperoleh dua pahala. Dan barang siapa shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
berijtihad, lalu keliru (ijtihadnya), maka dia “Semua umatku akan masuk syurga
memperoleh satu pahala“. [Bukhori & Muslim]  kecuali orang-orang yang
membangkang”. Ada salah seorang sahabat
bertanya: “Siapakah yang membangkang
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Barangsiapa yang taat kepadaku maka
ia masuk surga dan barangsiapa yang
durhaka padaku maka ia
membangkang.” [Bukhari]
KAUM TUHA 9 KAUM MUDA
Jadi hampir semua hadis yang berhubungan
dengan perbuatan yang berlebih-lebihan,
mengada-adakan suatu ritual (tata cara
beribadah) yang tidak diajarjan Rasulullah,
menganggap amalan Rasulullah tidak
sempurna, maka para ulama menyatakan
bahwa perkara bid’ah ini termasuk dilarang
dan diancam dengan neraka.

Maka tanyakanlah kepada para Kyai dari Kaum


Tua tentang apa saja yang termasuk BID’AH
SAYYI’AH, niscaya mereka tidak dapat
menjelaskannya.
Karena bid’ah itu memang hanya satu macam
saja.
Apakah LAFAZ NIAT dianggap bid’ah?

10
KAUM TUHA 11 KAUM MUDA
Pengucapan Niat dalam setiap ingin beribadah
Menurut sebagian ulama pengikut salaf yang
memang tidak ada dalam ajaran Rasulullah. keras, “lafaz niat” dianggap bid’ah karena
Pendapat ulama yang mengajarkan kalimat pengucapan niat itu sendiri akan merobah tata
niat itu adalah ijtihad dengan hujjah bahwacara beribadah yang sudah diajarkan oleh
niat yang dilafazkan itu adalah untuk Rasulullah. Misalnya Rasulullah mengatakan
memperkuat niat itu sendiri. Misalnya jika bahwa semua shalat dimulai dengan takbir
berniat untuk shalat Subuh, maka dilafazkandan diakhiri dengan salam, dan beliau tidak
pernah mengajarkan bahwa shalat tertentu
niat shalat Subuh, jika hanya di dalam hati,
dianggap niat itu kurang mantap dan kurang harus dimulai dengan membaca niat untuk
tepat kepada tujuan. shalat yang ditentukan itu. Oleh karena itu
niat tidak boleh diucapkan dengan lisan secara
terang (jahr) maupun berbisik (syirr), dan juga
Oleh karena itu kemudian ulama mengajarkan tidak dibaca di dalam hati karena ALLAH itu
lafaz seperti “ushalli……” atau kalimat pasti mengetahui.
“nawaitu……” sesuai keperluan.

Sedangkan ulama yang lebih ringan


pendapatnya mengatakan bahwa larangan
mengucapkan lafaz (kalimat niat) itu
dikarenakan hal itu pasti akan menyulitkan
umat, karena macam ibadah itu sangat
banyak, ada shalat fardu/sunat, puasa
fardu/sunat, zakat fardu/sunat, inaq, sedekah,
iktikaf, haji, zikir dan lain sebagainya. Maka
apakah harus setiap ibadah itu memiliki
bacaan niat masing-masing???
Jika setiap beribadah kita memulai dengan
bacaan niat yang khusus, maka pastilah
orang-orang awam itu akan kesulitan untuk
KAUM TUHA 12 KAUM MUDA
Cobalah kita lihat buku-buku agama yang
banyak di pasaran itu, pernahkah kita
menemukan adanya “bacaan niat untuk shalat
sunat karena nazar” atau “lafaz niat untuk
puasa Senin – Kamis” atau “lafaz niat
infaq”??? Rasanya tidak pernah ada.
Jika ucapan niat itu dianggap benar, niscaya
banyak orang awam yang akan kesulitan
hanya karena mencari lafaz niat. Dan pada
akhirnya orang awam akan membaca niatnya
dengan bahasa ibu, yang mana semua ulama
manapun sudah jelas melarang beribadah
dengan bahasa selain bahasa Arab, kecuali
ketika berdoa (karena kita bukan orang Arab).
Oleh karena itu ulama pengikut salaf
menganggap pengucapan niat atau lafaz niat
itu adalah bid’ah yang harus ditinggalkan. Niat
sudah cukup di dalam hati, karena ALLAH
Maha Mengetahui. Dan juga Rasulullah tidak
pernah mengajarkan agar niat itu dibaca.
Mengikuti Rasulullah pasti selamat.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya
agama itu mudah. Dan siapa saja yang
mempersulit agama maka ia akan kalah.
Oleh karena itu, sedang-sedang saja lah kamu
sekalian, berdekat-dekatanlah dan bersuka
Apakah ZIKIR BERJAMAAH termasuk
bid’ah?

13
KAUM TUHA 14 KAUM MUDA
Zikir jamaah termasuk bid’ah hasanah yang Pendapat ulama dalam kelompok salaf
tidak berdosa. menyatakan bahwa zikir berjamaah
Pendapat ulama Kaum Tua membolehkan zikir adalah bid’ah. Karena tidak pernah diajarkan
dengan dibaca secara berjamaah. Rasulullah dan para sahabat serta generasi
Sebagaimana kita dianjurkan untuk salaf. Zikir jamaah juga termasuk syiar
mengucapkan “amin” secara bersama-sama di kelompok thariqat, sedangkan semua pengikut
dalam shalat, maka mereka berijtihad bahwa salaf tidak dianjurkan untuk mengikuti tata
begitu pula dengan zikir pujian kepada ALLAH cara beribadahnya orang-orang thariqat.
yang diucapkan bersamaan, ia juga dibolehkan Kelompok thariqat memiliki kekhususan
berdasarkan ijtihad ulama karena memang sendiri-sendiri dalam tata cara beribadah,
tidak ada hadis dari Rasulullah yang terutama zikir. Misalnya: bacaan zikir jamaah
menjelaskan meskipun hadis dhaif (lemah) kelompok thariqat Naqshbandiyah atau
sekalipun. Samanniyah tidak akan sama dengan thariqat
Qadriyah, Tijanniyah, Siddiqiyah, dll.
Zikir adalah ibadah sunat, jika ingin mengikuti Sedangkan ulama salaf menghendaki
jamaah maka boleh saja, dan apabila ingin persatuan Islam yang tidak membeda-bedakan
membaca zikir dengan sendirian, maka itupun antar kelompok.
juga benar. Jika zikir jamaah itu dibenarkan sebagai
ijtihad, niscaya umat Islam ini tidak akan
pernah bersatu, karena apabila ada 1000
orang ulama maka ada kemungkinan sejumlah
1000 fatwa pula yang berbeda. Sehingga umat
semakin jauh dari sunnah yang diajarkan
Rasulullah.
Rasulullah tentu lebih tahu bagaimana cara
bertaqwa kepada ALLAH, sehingga ajaran
beliau adalah yang terbaik untuk diikuti, jika
beliau dan para sahabat tidak berzikir secara
Apakah TAHLILAN, KENDURI ARWAH,
dan HAULAN termasuk bid’ah?

15
KAUM TUHA 16 KAUM MUDA
Firman Alloh: QS Muhammad ayat 19: Bantahan untuk orang yang berpendapat
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak dengan QS Muhammad: 19 dan Al-Hasyr:10.
ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan Kita memang boleh saja mendoakan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi sesiapapun. Namun tetap saja tidak ada
(dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan jaminan doa itu berguna untuk orang yang
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat sudah mati.
kamu berusaha dan tempat tinggalmu”. Tidak ada satu hadispun yang menjelaskan
apakah doa itu sampai atau tidak. Seandainya
“Dan orang-orang yang datang sesudah pahala itu berguna untuk orang mati, niscaya
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka keluarga para penjahat dan koruptor yang
berdo’a: ” Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami kaya raya akan mengadakan kenduri besar-
dan saudara-saudara kami yang telah beriman besaran dengan mengundang ulama-ulama
lebih dahulu dari kami” (QS Al Hasyr: 10) untuk meminta didoakan agar dosa kejahatan
mereka terampuni.
Dalam ayat ini Allah SWT menyanjung orang- Bahkan doa Rasulullah untuk ibundanya pun
orang yang beriman karena mereka tidak diterima oleh ALLAH, apalagi manusia
memohonkan ampun (istighfar) untuk orang- awam ini.
orang beriman sebelum mereka. Ini
menunjukkan bahwa orang yang telah Dari Abu Hurairah ia berkata: Pada suatu
meninggal dapat manfaat dari istighfar orang ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang masih hidup. ziarah ke kubur ibunya (Aminah), kemudian
beliau menangis, maka menangis pula lah
orang sekelilingnya (yang mengikuti beliau).
Kemudian beliau bersabda: “Saya memohon
izin kepada Tuhan untuk memintakan
ampunan bagi ibu saya, tetapi tidak
diperkenankan-NYA. Kemudian kumohonkan
izin untuk menziarahi kuburnya, maka
KAUM TUHA 17 KAUM MUDA
a. Dalam hadits banyak disebutkan do’a Orang mati tidak bisa menerima pahala ibadah
tentang shalat jenazah, do’a setelah mayyit orang yang masih hidup. Kecuali jika si
dikubur dan do’a ziarah kubur. mayit mempunyai utang kepada ALLAH,
yaitu puasa yang ditinggalkan atau belum
Tentang do’a shalat jenazah antara lain, berhaji atau belum bersedekah/zakat dari
warisan si mayit. Namun yang menanggung
Rasulullah SAW bersabda:
bebannya adalah keluarga atau wali, bukan
”Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah orang lain atau masyarakat.
mendengar Rasulullah SAW – setelah selesai
shalat jenazah-bersabda:” Ya Allah ampunilah
dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, Itupun bukan karena pahala orang hidup
sehatkanlah dia, muliakanlah tempat berguna untuk mayat, melainkan karena
tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mayat itu masih berhutang atau belum
mandikanlah dia dengan air es dan air embun, membayar kewajibannya kepada ALLAH
bersihkanlah dari segala kesalahan subhanahu wa ta’ala.
sebagaimana kain putih bersih dari kotoran,
gantikanlah untuknya tempat tinggal yang Ada hadis yang sangat terkenal berbunyi:
lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga ”Apabila seorang manusia meninggal
yang lebih baik dari keluarganya, pasangan maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal:
yang lebih baik dari pasangannya dan [1] Sedekah jariyah, [2] anak yang shalih
peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa yang mendo’akannya atau [3] ilmu yang
neraka” (HR Muslim). bermanfaat sesudahnya”. [Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad]

Jadi yang masih terhubung dengan si mayat


adalah anak yang shaleh, BUKAN
MASYARAKAT yang shaleh. Sehingga acara-
acara seperti Tahlilan, Kenduri arwah atau
KAUM TUHA 18 KAUM MUDA
Tentang do’a setelah mayyit dikuburkan, HADIS TENTANG UTANG KEPADA ALLAH
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Ustman bin ‘Affan ra berkata:” Adalah Dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu
Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayyit ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
beliau beridiri lalu bersabda:” mohonkan yang meninggal dunia dan ia mempunyai
ampun untuk saudaramu dan mintalah tanggungan puasa, maka walinya harus
keteguhan hati untuknya, karena sekarang dia berpuasa untuk membayar
sedang ditanya” (HR Abu Dawud) tanggungannya”. [Bukhari, Muslim, Abu
Dawud dan Ahmad]
Sedangkan tentang do’a ziarah kubur antara
lain diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra bahwa ia Dari Ibnu Abbas, bahwa seorang perempuan
bertanya kepada Nabi SAW: datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
”bagaimana pendapatmu kalau saya wa sallam dan berkata: Sesungguhnya
memohonkan ampun untuk ahli kubur ? Rasul ibuku telah meninggal dunia dan ia
SAW menjawab, “Ucapkan: (salam sejahtera mempunyai tanggungan puasa sebulan.
semoga dilimpahkan kepada ahli kubur baik Beliau bertanya: “Apa pendapatmu jika ibumu
mu’min maupun muslim dan semoga Allah mempunyai utang kepada orang lain, apakah
memberikan rahmat kepada generasi engkau akan membayarnya?” Ia menjawab:
pendahulu dan generasi mendatang dan Ya. Beliau bersabda: “Utang kepada ALLAH
sesungguhnya –insya Allah- kami pasti adalah lebih berhak untuk dibayar”.
menyusul) (HR Muslim). [Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i,
Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darami]
KAUM TUHA 19 KAUM MUDA
b. Dalam Hadits tentang sampainya pahala HADIS TENTANG UTANG KEPADA ALLAH
shadaqah kepada mayyit
Dari Abdullah bin Buraidah, dari bapaknya,
Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin katanya: Ketika aku sedang duduk di dekat
Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak Rasulullah, tiba-tiba datang seorang wanita
ada ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW kemudian dia bertanya: “Aku pernah
unntuk bertanya:” Wahai Rasulullah SAW memberikan seorang hamba sahaya
sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang perempuan kepada ibuku, dan kini ibuku
saya tidak ada di tempat, apakah jika saya telah meninggal, bagaimana ini?
bersedekah untuknya bermanfaat baginya ? Jawab beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
Rasul SAW menjawab: Ya, Saad berkata:” “Engkau tentu mendapat pahala dari
saksikanlah bahwa kebunku yang banyak pemberianmu itu kembali kepadamu
buahnya aku sedekahkan untuknya” (HR sebagai pusaka (warisan)”.
Bukhari). Tanya wanita itu lagi: Ibuku punya hutang
sebulan puasa. Bolehkah aku puasa
untuk membayarnya?
c. Dalil Hadits Tentang Sampainya Pahala Jawab beliau: “Ya, boleh. Puasalah
Puasa untuknya”.
Tanyanya lagi: Ibuku belum pernah haji.
Dari ‘Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW Bolehkah aku yang menghajikannya?
bersabda:” Barang siapa yang meninggal Jawab beliau: “Ya, boleh. Hajikanlah dia!”
dengan mempunyai kewajiban shaum (puasa) [Muslim – Bab Puasa]
maka keluarganya berpuasa untuknya” (HR
Bukhari dan Muslim)
KAUM TUHA 20 KAUM MUDA
d. Dalil Qiyas HADIS TENTANG UTANG KEPADA ALLAH

Pahala itu adalah hak orang yang beramal. Jika Dari Abdullah bin Abbas, bahwa Saad bin
ia menghadiahkan kepada saudaranya yang Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak
muslim, maka hal itu tidak ada halangan ada ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW
sebagaimana tidak dilarang menghadiahkan untuk bertanya: “Wahai Rasulullah,
harta untuk orang lain di waktu hidupnya dan sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang
membebaskan utang setelah wafatnya. Islam saya tidak ada di tempat, apakah jika saya
telah memberikan penjelasan sampainya bersedekah untuknya bermanfaat baginya?”
pahala ibadah badaniyah seperti membaca Rasulullah SAW menjawab: “Ya”.
Alqur’an dan lainnya diqiyaskan dengan Saad berkata: “Saksikanlah bahwa kebunku
sampainya puasa, karena puasa adalah yang banyak buahnya aku sedekahkan
menahan diri dari yang membatalkan disertai untuknya”. [Bukhari]
niat, dan itu pahalanya bisa sampai kepada
mayyit. Jika demikian bagaimana tidak sampai
pahala membaca Alqur’an yang berupa Jadi Haji dan puasa yang ditinggalkan itu
perbuatan dan niat. dianggap sebagai hutang kepada ALLAH yang
harus dibayar. Tidak lah sama antara
membayarkan hutang si mayit dengan
Menurut pendapat ini, maka bila seseorang sekedar mendoakan si mayit.
membaca Al-Fatihah dengan benar, akan
mendatangkan pahala dari Allah. Sebagai
pemilik pahala, dia berhak untuk memberikan
pahala itu kepada siapa pun yang
dikehendakinya termasuk kepada orang yang
sudah mati sekalipun.
Dan nampaknya, dengan dalil-dalil inilah
kebanyakan masyarakat di negeri kita tetap
mempraktekkan baca Al-Fatihah untuk
KAUM TUHA 21 KAUM MUDA
Demikianlah sangat singkat tentang beberapa perbedaan Kaum Tua dan Kaum Muda dalam
hal menafsirkan pengertian bid’ah. Adapun tentang Pengurusan Jenazah insya ALLAH akan
kita sampaikan dalam file tersendiri.
Kita menyadari bahwa masyarakat kita sudah terpecah dalam dua pendapat yang
bercanggahan (bertolak belakang) yang sangat sukar didamaikan. Oleh karena itu didalam
forum milis Cinta-Rasul ini kita menyeru kepada sesiapapun yang membaca file ini, agar tidak
memperbesar perbedaan pendapat. Lakum Diinukum wa liyadiin, untukmu agamamu dan
untukku agamaku. Hendaklah kita berdasar keyakinan masing-masing.

Pastilah akan sangat berat jika kita menerima pendapat Kaum Muda pada saat kita hidup
bertempat tinggal di masyarakat Kaum Tua. Tentu hal ini akan menyebabkan kita dikucilkan
oleh mereka karena tidak mau mengikuti tradisi.
Begitu pula sebaliknya jika pengikut Kaum Tua tinggal bersama masyarakat Kaum Muda,
mungkin akan merasa aneh apabila Kaum Muda hanya mentalqin, memandikan,
menshalatkan kemudian menguburkan tanpa mengadakan tahlilan atau kenduri arwah.

------ HADIS TENTANG PENGERTIAN BID’AH ------

• Dari Abis bin Rabi’ah, ia berkata: Saya melijhat Umar bin Khattab mencium “hajar aswad”
sambil berkata: “Sesungguhnya saya tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak dapat
mendatangkan keuntungan dan tidak pula dapat mendatangkan kerugian. Seandainya
saya tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium engkau niscaya saya
tidak akan mencium engkau”. [Bukhari dan Muslim]

• Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa


yang mengada-ada dalam urusan agama kami ini yang tidak ada dasarnya maka
itu tertolak”. [Bukhari dan Muslim]
KAUM TUHA 22 KAUM MUDA
• Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa
yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari ajaran kami
maka tertolaklah amalan itu”. [Muslim]

• Dari Jabir, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berkhotbah, kedua
mata beliau merah, keras suaranya dan kelihatan sangat marah sehingga seakan-akan
beliau seorang panglima yang kejam, sambil berkata: “Bersiap-siaplah kamu sekalian baik
pada waktu pagi maupun pada waktu sore”.
Dan bersabda pula: “Aku diutus pada saat-saat dekat dengan hari kiamat bagaikan
dekatnya dua jari-jari ini”, beliau menghimpitkan jari telunjuk dengan jari tengah.
Kemudian beliau bersabda: “Adapun sesudah itu maka ketahuilah bahwa sebaik-
baik keterangan adalah Kitab ALLAH, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sejahat-jahat perkara adalah
sesuatu yang diada-adakan, serta setiap bid’ah itu adalah sesat”.
Kemudian beliau bersabda: “Aku adalah pelindung setiap orang yang beriman melebihi
daripada ia melindungi dirinya sendiri. Barangsiapa yang meninggalkan harta kekayaan
maka itu untuk keluarganya, dan barangsiapa yang meninggalkan hutang atau menyia-
nyiakan harta kekayaannya, maka akulah yang harus melindungi dan aku harus ikut
mempertanggungjawabkannya”. [Muslim]
Posted on:

Cinta-Rasul@yahoogroups.com
Cinta_Rasul@yahoogroups.com
Cinta_Rasul@googlegroups.com

Dari Thariq bin Syihab dari Abu Bakar, dari Abu Said Al-Khudri:
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mencegah
(menolak) kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka lakukan dengan
lisannya. Jika tidak sanggup juga, maka dengan hatinya. Dan demikian itu adalah selemah-
lemahnya iman. [Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad]

23

You might also like