You are on page 1of 45

LAPORAN RESMI PERCOBAAN 1 KONSTANTA RESISTANSI

Oleh :

Kelompok 7

Risca Dwi Novianti Redia Irawan Farid Saleh Elvin Nur Afian Galang Pratama Diah Ayu Oktaviani

(101910201036) (101910201037) (101910201049) (101910201053) (101910201066) (101910201078)

LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2011
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada dasarnya yang dimaksud dengan konstanta resistansi adalah suatu nilai yang dimiliki suatu benda yang tergantung dari beberapa unsur, yaitu panjang kawat

penghantar, bahan kawat penghantar, dan besar kecilnya bahan penghantar. Dalam penerapannya konstanta resistansi sangat berpengaruh dan diaplikasikan dalam bidang fisika. Dengan adanya konstanta resistansi kita dapat mengetahui besarnya hambatan pada suatu bahan penghantar yang dialiri arus listrik maupun tegangan dari sumber daya DC. Oleh karena itu, untuk lebih memahami dan mengetahui lebih dalam tentang bagaimana konstanta resistansi tersebut maka kita melakukan praktikum pada percobaan 1.

1.2 Tujuan Praktikum Memahami dasar pengukuran hambatan pada suatu penghantar menggunakan ohm meter. Menghitung nilai konstanta resistansi dari masing-masing penghantar dengan dimensi yang tertentu..

1.3 Landasan Teori Suatu bahan konduktor mempunyai suatu nilai konstanta resistansi yang disimbolkan dengan (rho). Konstanta ini menentukan berapa nilai resistansi suatu bahan jika mempunyai dimensi tertentu.

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan Kit Praktikum Jangka sorong Ohm meter

2.2 Gambar Rangkaian

20

50

Gambar. Rangkaian dengan panjang kawat 20 cm

2.3 Prosedur Kerja Ukur luas penampang konduktor. Ukur panjang dari konduktor. Ukur nilai resistansi dari konduktor dengan panjang yang telah diukur pada langkah 2. Dengan nilai pengukuran yang telah diperoleh nilai konstanta resistansi suatu bahan dapat ditentukan dengan manipulasi persamaan (1.1). Buat tabel untuk masing-masing konduktor yang dijadikan bahan percobaan. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan.

2.4 Metode Analisa Data Rumusan nilai resistansi dengan konstanta resistansi dan dimensi bahan konduktor adalah sebagai berikut :

R = .. (1.1)

dimana : R = Nilai Resistansi = Konstanta Resistansi L = Panjang Konduktor A = Luas Penampang Konduktor

( ) (m) (m) (

BAB III ANALISA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan R() 1,6 (m) 5 x 10-6 6,3 x 10-6 1,855 x 10-6 1,225 x 10-5 5,0576 x 10-5 3,724 x 10-6

NO. 1.

Nama bahan Nikelin pipih lebar

A (m) 6,25 x 10-7 3 x 10-7 0,7 x 10-7 7 x 10-7 22,68 x 10-7 9,3 x 10-7

L(cm) 20

2.

Nikelin pipih

20

4,2

3.

Nikelin

20

5,3

4.

Kuningan

20

3,5

5.

Seng

20

4,46

6.

Tembaga

20

0,8

3.2 Pembahasan Dari percobaan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa konstanta resistansi () tergantung oleh beberapa hal seperti,hambatan kawat penghantar, panjang kawat penghantar dan luas penampang kawat. Hambatan kawat berbanding lurus dengan panajng kawat penghantar. Sedangkan hambatan kawat penghantar berbanding terbalik dengan luas penampang kawat. Hal inilah yang menyebabkan semakin panjang kawat penghantar maka, semakin besar pula hambatannya. Sehingga panjang kawat tidak akan mempengaruhi konstanta resistansi tetapi mempengaruhi resistansinya. Dari penjelasan tersebut dapat diperoleh suatu persamaan:

=
Persamaan diatas diperoleh dengan mengembangkan persamaan rumus dasarnya yaitu :

Keterangan: = Konstanta Resistansi R = Hambatan Kawat penghantar L = Panjang Kawat Penghantar A = Luas Penampang Kawat ( m ) ( ) ( m ) ( m )

Resistansi atau hambatan memiliki pengaruh yang besar terhadap baik atau tidaknya suatu kawat penghantar dalam menghantarkan arus listrik. Apabila hambatan suatu kawat penghantar kecil maka, kawat penghantar tersebut semakin baik dalam menghantarkan arus listrik. Seperti pada praktikum diatas, tembaga memiliki nilai hambatan terkecil yaitu 0,8 sehingga tembaga dapat menghantarkan arus listrik paling baik dibandingkan kawat penghantar yang lain. Begitu juga sebaliknya, apabila hambatan suatu kawat penghantar besar maka, kawat penghantar tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Seperti pada praktikum diatas nikelin memiliki hambatan nilai terbesar yaitu 5,3 maka, nikelin cenderung tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik.
6

Untuk menghitung hambatan kawat penghantar pada percobaan diatas dapat menggunakan avometer yaitu alat untuk mengukur arus dan tegangan. Namun, pada kenyataannya dalam mengukur nilai hambatan angka pada avometer dapat berubah ubah tak menentu. Hal ini dapat disebabkan oleh karat. Dari percobaan diatas dapat diketahui bahwa nikelin memiliki konstanta resistansi terkecil yaitu sebesar 1,885x10-6 m. sedangkan seng memiliki nilai konstanta resistansi terbesar yaitu 5,0576x10-5 m. Sementara itu nikelin pipih memiliki konstanta resistansi sebesar 1,885x10-6 m, dan nikelin pipih lebar memiliki konstanta resistansi sebesar 5x106

m. ketiga jenis nikelin ini tetap memiliki nilai konstanta resistansi yang berbeda.

LAMPIRAN
= 1. Nikelin pipih lebar ( 20cm ) = = 2. = 5 x 10-6

Nikelin pipih ( 20cm ) = = = 6,3 x 10

3.

Nikelin ( 20cm ) = = = 1,885 x 10

4.

Kuningan ( 20cm ) = = = 1,225 x 10-5

5. Seng ( 20cm ) = = 6. Tembaga ( 20cm ) = = = 3,724 x 10-6 =5,0576 x 10

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 1. Konstanta resistansi bersifat tetap atau konstan. 2. Nilai resistansi suatu kawat penghantar dipengaruhi oleh panjang kawat penghantar. 3. Hambatan kawat berbanding lurus dengan panjang kawat penghantar. 4. Hambatan kawat berbanding terbalik dengan luas penampang kawat. 5. Besar hambatn suatu kawat penghantar mempengaruhi baik atau tidaknya suatu kawat. penghantar dalam menghantarkan arus listrik. 6. Tembaga merupakan konduktor yang baik.

LAPORAN RESMI PERCOBAAN 2 PENGARUH PANJANG TERHADAP KONSTANTA RESISTANSI


Oleh :

Kelompok 7

Risca Dwi Novianti Redia Irawan Farid Saleh Elvin Nur Alfian Galang Pratama Putra Diah Ayu Oktaviani

(101910201036) (101910201037) (101910201049) (101910201053) (101910201066) (101910201078)

LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2011
10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada dasarnya konstanta resistansi adalah menentukan suatu nilai hambatan pada suatu bahan. Konstanta resistansi dipengaruhi beberapa unsur, yaitu panjang penghantar, jenis penghantar, dan besar kecilnya penghantar. Penerapannya konstanta resistansi sangat berpengaruh dan diaplikasikan dalam bidang fisika, karena kita dapat mengetahui

besarnya hambatan pada suatu bahan penghantar yang dialiri arus listrik maupun tegangan dari sumber daya DC. Maka dari itu, untuk lebih memahami dan mengetahui tentang bagaimana konstanta resistansi tersebut maka kita melakukan praktikum percobaan ke-2

1.2 Tujuan Praktikum Memahami dasar pengukuran hambatan suatu penghantar menggunakan ohm meter. Menghitung nilai konstanta resistansi dari masing-masing penghantar dengan panjang yang berbeda.

1.3 Landasan Teori Suatu bahan konduktor mempunyai suatu nilai konstanta resistansi yang disimbolkan dengan (rho). Konstanta ini menentukan berapa nilai resistansi suatu bahan jika mempunyai dimensi tertentu.

11

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Alat dan Bahan Kit Praktikum Jangka sorong Ohm meter Mistar

2.2.Gambar Rangkaian

2.3. Prosedur Kerja

Ukur luas penampang konduktor dari dua macam konduktor yang telah ditentukan. Tentukan panjang dari masing-masing konduktor dengan jangkauan sebanyak tujuh langkah dan isikan sesuai table 1.2. Ukur nilai resistansi dari konduktor dengan panjang yang telah diukur pada langkah 2. Dengan nilai pengukuran yang telah diperoleh nilai konstanta resistansi suatu bahan dapat ditentukan dengan manipulasi persamaan (1.1). Buat tabel untuk masing-masing konduktor yang dijadikan bahan percobaan. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan.

12

2.4 Metode Analisa Data Rumusan nilai resistansi dengan konstanta resistansi dan dimensi bahan konduktor adalah sebagai berikut.

dengan: R = Nilai Resistansi

()

= Konstanta Resistansi ( m) L = Panjang konduktor (m) A = Luas Penampang Konduktor ( )

13

BAB III ANALISA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Data Hasil Percobaan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Bahan Nikelin pipih lebar 6,25 x Nikelin 0,7 x Tembaga 9,32 x A (m2) L (M) 0,2 0,3 0,4 0,2 0,3 0,4 0,2 0,3 0,4 0,2 0,3 0,4 0,2 0,3 0,4 0,2 0,3 0,4 R () 1,6 2,3 4,5 2,8 4,0 5,1 2,9 3,2 5,1 2,9 5,0 6,6 3,5 4,6 6,0 1,7 2,0 3,0 (m) 50 47,9 x 70,3 x 9,8 x 9,3 x 8,9 x 135,14 x 99,4 x 118,8 x 43,5 x 50 x 49,5 x 396,9 x 347,8 x 340,2 x 59,5 x 46,7 x 52,5 x

Nikelin pipih

3,0 x

Seng

22,68 x

Kuningan

7x

14

3.2 Pembahasan Dalam praktikum ke dua ini sama seperti pada praktikum yang pertama hanya yang berbeda yaitu pada praktikum kedua ini memiliki tiga panjang yang berbeda pada setiap bahan, maka dapat di tuliskan sebuah persamaan:

=
Bahan yang akan diuji juga sama dengan bahan pada praktikum yang pertama yaitu nikelin pipih lebar, nikelin pipih, nilelin, kuningan, tembaga dan seng. Namun pada praktikum ini setiap bahan akan dilakukan 3 percobaan yaitu dengan menambahkan nilai panjang kawat penghantarnya. Setiap bahan akan diberi panjang kawat penghantar yang berbeda yaitu 0,2m, 0,3m, dan 0,4m.

Perubahan panjang pada suatu penghantar berpengaruh pada perubahan nilai resistansinya. Semakin panjang kawat penghantar maka besar pula resistansinya tapi tidak pada konstanta resistansi semakin panjang penghantar niali konstanta resistansi tidak samakin besar atau kecil Dari praktikum pada bahan Nikelin Pipih Lebar yang mempunyai panjang 0,2m dan memiliki hambatan 1,6 memiliki konstanta rersistansi sebesar 50 x m. Pada panjang 0,3m memiliki resistansi sebesar 2,3 dan memiliki konstanta resistansi sebesar 47,9 x m. Dan pada panjang 0,4m memiliki resistansi sebesar 4,5 serta memiliki m. m. Pada panjang 0,3m m.

konstanta resistansi sebesar 70,3 x

Dari praktikum pada bahan Nikelin yang mempunyai panjang 0,2m dan memiliki hambatan 2,8 memiliki konstanta rersistansi sebesar 9,8 x memiliki resistansi sebesar 4,0 dan memiliki konstanta resistansi sebesar 9,3 x

Dan pada panjang 0,4m memiliki resistansi sebesar 5,1 serta memiliki konstanta resistansi sebesar 8,9 x m. m. Pada panjang

Dari praktikum pada bahan Tembaga yang mempunyai panjang 0,2m dan memiliki hambatan 2,9 memiliki konstanta rersistansi sebesar 135,14x 0,3m memiliki resistansi sebesar 3,2 dan memiliki konstanta resistansi sebesar 99,4 x m. Dan pada panjang 0,4m memiliki resistansi sebesar 5,1 serta memiliki konstanta resistansi sebesar 118,8 x m. m. Pada

Dari praktikum pada bahan Nikelin Pipih yang mempunyai panjang 0,2m dan memiliki hambatan 2,9 memiliki konstanta rersistansi sebesar 43,5 x
15

panjang 0,3m memiliki resistansi sebesar 5,0 dan memiliki konstanta resistansi sebesar

50 x

m. Dan pada panjang 0,4m memiliki resistansi sebesar 6,6 serta memiliki m. m. Pada panjang

konstanta resistansi sebesar 49,5 x

Dari praktikum pada bahan Seng yang mempunyai panjang 0,2m dan memiliki hambatan 3,5 memiliki konstanta rersistansi sebesar 396,9 x 0,3m memiliki resistansi sebesar 4,6 dan memiliki konstanta resistansi sebesar 347,8 x m. Dan pada panjang 0,4m memiliki resistansi sebesar 6,0 serta memiliki konstanta resistansi sebesar 340,2 x m. m. Pada panjang 0,3m

Dari praktikum pada bahan Kuningan yang mempunyai panjang 0,2m dan memiliki hambatan 1,7 memiliki konstanta rersistansi sebesar 59,5 x memiliki resistansi sebesar 2,0 dan memiliki konstanta resistansi sebesar 46,7 x m. Dan pada panjang 0,4m memiliki resistansi sebesar 3,0 serta memiliki konstanta resistansi sebesar 52,5 x m.

Pada praktikum diatas bahan yang memiliki resistansi terkecil adalah Nikelin pipih lebar denagan panjang 0,2m memiliki resistansi sebesar 1,6, sedang kan yang memiliki resistansi terbeasar adalah Nikelin pipih dengan panjang 0,4m yaitu sebesar 6,6. seharusnya yang memiliki hambatan atau resistansi terkecil adalah tembaga, tetapi dikarenakan lapisan pada bahan tembaga yang tedak terkelupas semua dan ada yang berakarat maka dapat berpengaruh pada hasil resistansi dan konstanta resistansi. Besar kecilnya suatu resistansi berpengaruh besar dalam menentukan baik atau buruknya menghantarkan arus listrik, semakin kecil hambatannya maka semakin baik dalam menghantarkan arus listrik.

16

LAMPIRAN
-Nikelin pipih lebar 0,2 m 0,3 m 0,4 m -Nikelin 0,2 m 0,3 m 0,4 m - Tembaga 0,2 m 0,3 m 0,4 m - Nikelin pipih 0,2 m 0,3 m 0,4 m -Seng 0,2 m 0,3 m 0,4 m -Kuningan 0,2 m 0,3 m 0,4 m = = = = = = = = = = = = = = = = = = = 50 x = 47,9 x = 70,3 x = 9,8 x = 9,3 x = 8,9 x = 135,14 x = 99,4 x = 118,8 x = 43,5 x = 50 x = 49,5 x = 396,9 x = 347,8 x = 340,2 x = 59,5 x = 46,7 x = 52,5 x m m m m m m m m m m m m m m m m m m

17

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Konstanta resistansi tidak di pengaruhi oleh panjang kawat penghantar. Besar kecilnya suatu nilai resistansi dipengaruhi oleh panjang kawat penghantar. Nilai konstanta resistansi bernilai konstan. Konstanta resistansi adalah ketetapan yang digunakan untuk mencari hasil resistansi. Kondisi kawat penghantar (berkarat, cacat, dan rusak) dan avometer yang kurang baik dapat mempengaruhi resistansi kawat penghantar.

Yang memiliki resistansi terkecil adalah Nikelin pipih lebar denagan panjang 0,2m memiliki resistansi sebesar 1,6, sedang kan yang memiliki resistansi terbeasar adalah
Nikelin pipih dengan panjang 0,4m yaitu sebesar 6,6.

Nikelin pipih lebar adalah penghantar arus listrik yang baik, sedangkan Nikelin pipih merupakan bahan yang kurang baik dalam menghantarkan arus listrik

18

LAPORAN RESMI PERCOBAAN 3 MENENTUKAN HAMBATAN LISTRIK MENGGUNAKAN HUKUM OHM


Oleh :

Kelompok 7

Risca Dwi Noviyanti Redia Irawan Farid Saleh Elvin Nur Afian Galang Pratama Putra Diah Ayu Oktaviani

(101910201036) (101910201037 ) (101910201049) (101910201053) (101910201066) (101910201078)

LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2011

19

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bila berbicara tentang teknik elektro tentulah tidak akan lepas dengan hal-hal yang berhubungan dengan kelistrikan seperti arus, tegangan,hambatan dan masih banyak lagi yang lainnya. Dalam dunia elektro nantinya akan ditemui beberapa istilah yang erat kaitannya dengan kelistrikan seperti resistansi yang memiliki artiyaitu perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen dengan arus listrik yang melewatinya. Kemudian tegangan yaitu perbedaan antara potensial listrik antara dua titik rangkaian dan arus listrik yaitu muatan yang bergerak melalui titik tertentu persatuan waktu dalam arah tertentu. Ketiga hal tersebut dapat diumpai salah satunyapada saat mempelajari rangkaian listrik dimana didalam rangkaian listrik dikenal dua rangkaian yang memiliki karakteristik yang berbeda yaitu rangkaian paralel dan rangkaian seri. Selain itu dalam sebuah rangkaian listrik untuk mengetahui nilai arus,tegangan dan hambatan dapat

menerapkan hukum ohm seperti pada praktikum kali ini.

1.2 Tujuan Praktikum Dapat menentukan besar hambatan listrik suatu resistor bantuan hukum ohm. Dapat menghitung panas disipasi pada suatu resistor dari rangkaian listrik dengan bantuan hukum ohm.

1.3 Landasan Teori Bila suatu penghantar diberikan potensial yang berbeda antara kedua ujungnya, maka dalam penghantar itu akan timbul arus listrik. Besarnya kuat arus yang melewati penghantar ini tergantung pada besar kuat medan listriknya (E). Sedangkan sifat hantaran bahan dinyatakan dengan hambatan jenis ().

20

Untuk mengukur besar hambatan ini biasa dilakukan dengan bantuan hokum ohm diatas, yaitu dengan menggunakan Voltmeter dan Amperemeter. Akibat aliran arus listrik dalam penghantar itu, yang besarnya sebanding dengan daya listrik yang diberikan setiap detiknya. P=Wt W = I2 R T Dimana : W = Energy kalor yang diubah dari energy listrik (joule) R =Hambatan kawat ( ) t = Lamanya arus listrik melewati penghantar (detik) P = Daya listrik ( W )

21

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan a. Sumber daya AC/DC b. Voltmeter c. Amperemeter d. R= 22, 56, 15 e. Jamper 2 buah f. Pin board / project board

2.2 Gambar rangkaian a.Rangkaian seri

b.Rangkaian Paralel

22

2.3 Prosedur Kerja 1. Susunlah rangkaian listrik seperti gambar. 2. Naikkan tegangan dari tegangan minimum sampai dengan tegangan maksimum secara bertahap pada sumber arus untuk mengatur besar arus yang keluar. 3. Catatlah besar tegangan dan arus pada Voltmeter dan Amperemeter setiap terjadi perubahan, sehingga didapatkan 5 pasang data tegangan dan arusnya. 4. Untuk menduga nilai hambatan tersebut, hitunglah nilai hambatan dengan menggunakan persamaan hukum ohm. Hitunglah besar hambatan rata-ratanya, dan nilai ralatnya. Bandingkan dengan nilai hambatan pada tabel tertera.

2.4 Metode Analisa Data Dalam praktikum ini untuk mencari nilai hambatan menggunkan rumus : R= Dimana: R = Hambatan V = Tegangan I = Kuat arus W = I2.R.t Dimana: W = Energi kalor R = Hambatan I = Kuat arus t = Waktu (j) () (A) (s) () (v) (A)

Dan untuk mencari nilai panas disipasi menggunakan rumus :

23

BAB III ANALISA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan a. Rangkaian seri No 1 2 3 4 Rata-rata No 1 2 3 4 Rata-rata No 1 2 3 4 Rata-rata 10 volt Vsumber 10 volt Vsumber 10 volt Vsumber IR1(A) 100,6.10
-3

VR1(V) 2,29 2,30 2,30 2,31 2,30 VR2(V) 5,93 5,94 5,94 5,93 5,93 VR3(V) 1,59 1,59 1,59 1,58 1,58
-3

R1() 22,8 22,8 22,8 23 22,8 R2() 59 59 59 58,8 58,95 R3() 16 16 15,9 15,8 15,9

100,9.10-3 100,8.10-3 100,1.10-3 100,6.10-3 IR2(A) 100,5.10-3 100,6.10 100,6.10-3 100,9.10-3 100,610-3 IR3(A) 99,6.10-3 99,3.10-3 99,4.10
-3

99,5.10-3 99,4.10-3

24

b. Rangkaian Paralel

No 1 2 3 4

Vsumber

IR1(A) 182,8.10-3 182,7.10


-3

VR1(V) 4,90 4,88 4,88 4,89 4,88 VR2(V) 4,89 4,90 4,89 4,89 4,89

R1() 26,8 26,7 26,7 26,8 26,7 R2() 63,3 63,2 63,7 63,0 63,30

5 volt

182,5.10-3 182,5.10-3 182,6.10-3 IR2(A) 77,3.10-3 77,5.10-3


-3

Rata-rata No 1 2 3 4 Rata-rata 5 volt Vsumber

76,7.10

77,6.10-3 77,2.10-3

No 1 2 3 4

Vsumber

IR3(A) 238,5.10-3 238,5.10-3 239,6..10-3 239,4.10-3


-3

VR3(V) 4,9 4,9 4,9 4,9 4,9

R3() 20,5 20,5 20,4 20,5 20,5

10 volt

Rata-rata

239.10

25

3.2 Pembahasan Arus listrik didalam penghantar disebabkan adanya beda potensial diantara kedua ujung penghantar. Hubungan antara arus ,tegangan dan hambatan seperti yang tercantum dalam hokum ohm yang berbunyi besar arus yang mengalir pada suatu konduktor pada suhu tetap sebanding dengan beda potensial kedua ujungnya sehingga secara matematis dapat dituliskan seperti berikut ini : Dimana: R = Hambatan V = Tegangan I = Kuat arus () (v) (A) R=

Pada praktikum kali ini berhubungan dengan hukum ohm , rangkaian seri dan rangkaian paralel. Dalam praktikum kali ini ada 3 buah resistor yang disusun secara seri kemudian diukur dengan menggunakan amperemeter untuk mencari arus dan voltmeter untuk mencari tegangan . Pada saat resistor dirangkai secara seri sumber tegangan yang digunakan sebesar 10 V ,nilai arus rata-rata pada resistor pertama sebesar 100,6.10-3A dan nilai tegangan nya sebesar 2,30 Vt. Setelah diketahui nilai arus dan tegangannya maka dapat dicari hambatannya. Nilai hambatan pada resistor pertama sebesar 22,8 , kemudian masih dalam keadaan rangkaian seri , nilai arus dan tegangan rata-rata pada resistor kedua sebesar 100,6.10-3A dan 5,93 V ,sementara nilai hambatan rata-ratanya sebesar 58,95 . Pada resistor yang ketiga didapatkan data nilai arus dan tegangan rata-rata sebesar 99,4.103

A dan 1,58V , sementara untuk nilai hambatannya sebesar 15,9 . Berdasarkan data-data tersebut bahwa nilai arus pada rangkaian seri bernilai sama

walaupun pada resistor ketiga terjadi selisih nilai dengan resistor pertama dan resistor kedua. Resistor ketiga pada rangkaian seri memiliki nilai tegangan yang paling kecil karena nilai hambatannya paling kecil dibandingkan dengan resistor lainnya. Nilai hambatan pada resistor ketiga sebesar 15 (jika diukur dengan gelang-gelang resistor) dan 15,9 (jika dengan hukum ohm). Selain itu pada rangkaian seri ,nilai tegangan pada masing-masing resistor jika dijumlahkan akan menghasilkan nilai tegangan yang sama / mendekati nilai tegangan sumber yaitu padaa tegangan sumber sebesar 10V sementara total jumlah tegangan pada ketiga resistor sebesar 9,8 V. Setelah disusun secara seri kemudian ketiga resistor disusun secara pararel untuk mencari nilai arus , hambatan dan tegangan pada rangkaian pararel. Pada saat di rangkai pararel nilai arus dan tegangan rata-rata pada resistor pertama sebesar 182,6.10-3A dan 4,88 V untuk hambatannya sebesar 26,7 . Kemudian untuk resistor yang kedua nilai arusnya
26

sebesar 77,2.10-3A ,teganganya sebesar 4,89 V dan hambatanya sebesar 63,3 . Sementara itu untuk resistor yang ketiga memiliki nilai tegangan yang hampir sama dengan tegangan kesatu dan kedua yaitu sebesara 4,9 V dan untuk arusnya sebesar 239.10-3A serta hambatannya yaitu 20,4 . Dari praktikum rangkaian parallel tersebut dapat diketahui bahwa nilai tegangan pada masing-masing resistor memiliki nilai yang hampir sama yaitu 4,88V , 4,89 V dan 4,9 V. Selain itu dapat pula diketahui bahwa nilai arus terbesar pada rangkaian parallel ada pada resistor ketiga yang nilai hambatannya paling kecil yaitu 15 ohm (jika diukur dengan gelang-gelang resistor) dan 20,5 (jika diukur dengan hukum ohm). Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui hubungan antara arus, tegangan dan hambatan seperti yang ada pada hukum ohm. Pada saat pengukuran ketiga, resistor pertama pada rangkain seri , nilai arusnya sebesar 100,8.10-3A dan tegangan nya sebesar 2,30V dan juga untuk hambatannya sebesar 22,8 . Kemudian pada saat pengukuran yang keempat nilai arusnya sebesar 100,1.10-3A ,tegangannya sebesar 2,31 V dan hambatannya sebesar 22,8 . Hal serupa juga terjadi pada rangkaian parallel pada pengukuran ketiga, resistor yang kedua , diketahui nilai arusnya sebesar 76,7.10-3A dan tegangannya sebesar 4,89 V sementara untuk hambatannya sebesar 63,7 . Kemudian pada saat pengukuran yang keempat diketahui nilai arusnya sebesar 77,6.10-3 A dan tegangannya sebesar 4,89 V dan hambatannya 63 . Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulakn bahwa nilai arus sebanding dengan tegangan namun berbanding terbalik dengan nilai hambatan, semakin besar nilai arus maka semakin kecil hambatannya. Nilai hambatan dapat diketahui dengan menggunakan rumus hukum ohm maupun dengan menggunakan gelang-gelang resistor. Namun pada praktikum yang telah dilakukan terjadi perbedaan nilai hambatan ,dengan menggunakan hukum ohm nilai hambatan masing-masing resistor pada rangkaian seri sebesar 22,8 ,58,95 , dan 15,9 . Sementara itu pada rangkaian parallel nilai hambatan pada masing-masing resistor sebesar 22 ,56 dan 15 . Perbedaan nilai ini dapat terjadi salah satunya karena adanya disipasi panas.

27

Disipasi panas pada resistor dapat terjadi jika suatu arus yang melewati resistor meningkat maka akan dihasilkan panas dan jika resistor tersebut terus meningkat hingga melewati batas maksimum , maka resistor akan mengalami kerusakan. Hal ini dapat dicontohkan pada praktikum rangkaian seri ,resistor yang kedua. Pada 5 detik yang awal , nilai arus sebesara 100,5.10-3A ,kemudian pada 5 detik kedua dan ketiga sebesar 100,6.103

A dan pada 5 detik yang terakhir sebesar 100,9.10-3A. Dari data ini dapat terlihat bahwa

adanya disipasi panas pada sebuah resistor. Semakin lama resistor dialiri arus maka arus yang mengalir makin besar , jika arus yang mengalir makin besar maka nilai hambatannya akan semakin kecil sehingga inilah yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan nilai hambatan yang diukur dengan gelang-gelang resistor dan dengan menggunakan hukum ohm.

28

LAMPIRAN
A. 1. R1 = 2. R1 = 3. R1 = 4. R1 = Rata-rata R1= 1. R2 = 2. R2 = 3. R2 = 4. R2 = Rata-rata R2 = 1. R3 = 2. R3 = 3. R3 = 4. R3 = Rata rata R3 = R3= R2 = R1 =

29

B. 1. R1 = 2. R1 = 3. R1 = 4. R1 = Rata-rata R1 = 1. R2 = 2. R2 = 3. R2 = 4. R2 = Rata rata R2 = 1. R3 = 2. R3 = 3. R3 = 4. R3 = Rata rata R3 = R3= R2=

R1=

30

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 1. Nilai arus yang mengalir pada suatu resistor sebanding dengan besarnya nilai tegangan 2. Nilai arus yang mengalir pada suatu resistor berbanding terbalik dengan besarnya nilai hambatan. 3. Pada rangkaian seri ,arus yang mengalir pada masing-masing resistor bernilai sama namun nilai tegangannya berbeda. 4. Pada rangkaian parallel , nilai tegangan pada masing-masing resistor bernilai sama namun nilai arusnya berbeda. 5. Nilai resistansi dapat diketahui dengan menggunakan hukum ohm maupun dengan melihat gelang-gelang resistor. 6. Disipasi panas terjadi karena adanya arus yang melewati resistor meningkat sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan resistor 7. Disipasi panas dapat meningkatkan arus yang mengalir pada sebuah resistor sehingga dapat memperkecil nilai hambatan resistor tersebut

31

LAPORAN RESMI PERCOBAAN 4 JEMBATAN WHEATSTONE


Oleh :

Kelompok 7

Risca Dwi Noviyanti Redia Irawan Farid Saleh Elvin Nur Afian Galang Pratama Putra Diah Ayu Oktaviani

(101910201036) (101910201037 ) (101910201049) (101910201053) (101910201066) (101910201078)

LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO STRATA 1 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER 2011
32

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rangkaian-rangkaian jembatan dipakai secara luas untuk pengukuran nilai-nilai komponen seperti tahanan, induktansi atau kapasitansi, dan parameter rangkaian lainnya yang diturunkan secara langsung dari nilai-nilai komponen, seperti frekuensi, sudut fasa dan temperatur. Karena rangkaian jembatan hanya membandingkan nilai komponen yang tidak diketahui dengan komponen yang besarnya diketahui secara tepat, ketelitian pengukurannya tentu saja bisa tinggi sekali. Pada percobaan kami kali ini, kami akan membahas salah satu rangkaian jembatan tersebut. Pada rangkaian dasar arus searah, kita menggenal rangkaian jembatan Wheatstone. Jembatan wheatstone adalah sebuah rangkaian untuk menentukan nilai hambatan yang belum diketahui,Hambatan dapat diukur apabila galvanometer

menunjukkan nilai 0 atau kosong.Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk mengukur hambatan listrik dengan teliti.

1.2 Tujuan Praktikum Menentukan nilai hambatan sebuah resistor dengan rangkaian jembatan wheatstone.

1.3 Landasan Teori Jembatan Wheatstone merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan hambatan suatu penghantar dengan teliti. Percobaan ini dilakukan dengan mengacu pada hukum Ohm dan hukum Kirchoff I. HUKUM OHM : KUAT ARUS (I) DALAM SEBATANG KAWAT BERBANDING LURUS DENGAN TEGANGAN (V) DAN BERBANDING

TEBALIK DENGAN HAMBATAN (R).

Persamaan hukum Ohm diatas dapat ditulis : .......................(1) HUKUM KIRCHOFF I : JIKA PADA SUATU TITIK BERTEMU BEBERAPA PENGHANTAR BERARUS, MAKA JUMLAH KUAT ARUS YANG MASUK SAMA DENGAN JUMLAH ARUS YANG KELUAR.
33

Atau I = 0 dimana arus masuk ditandai positif dan arus keluar ditandai negatif. Adapun rangkaian Jembatan Wheatstone dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut :

Dengan mengatur besar dari R4 sedemikian rupa sehingga yang lewat galvanometer menjadi nol (jarum galvanometer menjadi nol), maka dalam keadaan demikian ini dikatakan rangkaian Jembatan Wheatstone dalam keadaan setimbang, jadi pada cabang BC tidak ada arus. Apabila keadaan itu telah tercapai, menurut hukum Ohm beda tegangan antara titik titik B dan C = nol. Selanjutnya dapat dikatakan : Karena i1 = i2 dan i3 = i4 maka : Atau : Andai kata R2 itu adalah tahanan yang diukur maka menurut persamaan di atas Apabila R3 dan R4 diganti kawat lurus dengan panjang L1 dan L2 yang homogen seperti gambar berikut maka :

34

Rp : Rx = l2 : l1 sehingga Keterangan : G l2 dan l1 Rx Rp = Galvanometer. = Panjang kawat besi yang mempunyai penampang pada sepanjang kawat. = Hambatan Standart. = hambatan yang diukur besarnya.

35

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Alat dan Bahan Alat dan dahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Alat 1. Avometer 2. Mistar 3. Jumper Bahan Nikelin

2.2 Gambar Rangkaian

2.3 Prosedur Kerja Langkah langkah yang digunakan saat praktikum adalah : 1. Hubungkan rangkaian seperti tersebut di atas. Sumber daya dalam keadaan off. Beritahu dahulu asisten atau pembimbing yang bertugas sebelum saklar dipindahkan ke posisi on. 2. Geserkan kontak geser sepanjang kawat geser sedemikian rupa, sehingga saklar pada galvanometer menunjukkan angka nol. 3. Catat tempat kedudukan kontak geser tersebut untuk menentukan l1 dan l2. 4. Ulangi percobaan tersebut di atas sebanyak empat kali lagi dengan merubah besar l1 sesuai dengan petunjuk asisten atau pembimbing yang bertugas.

36

2.4 Metode Analisa Data

Keterangan:

Rx = hambatan geser Rs = hambatan yang diketahui nilainya L1 = panjang penghantar 1 L2 = panjang penghantar 2

37

38

BAB III ANALISA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan Rx = 1,5 k l = nikelin dengan A = 0,7 x 10-7m2

Dalam percobaan kami menggunakan

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Vs

l1 (cm) 75 60

l2 (cm) 5 20 30 40 65

Rp praktek (k) 9,19 3,3 2,0 1,21 0,33

Rp teori (k) 22,5 4,5 1,67 1,5 0,346

E% 144 36 25 24 5

10 V

50 40 15

39

3.2 Pembahasan Masih mengenai penentuan besarnya tahanan suatu rangkaian. Kali ini kita jakan menghitung nilai hambatan sebuah resistor yang belum diketahui besarnya nilai dari hambatan resistor tersebut. Untuk percobaan kita kali ini kita menggunakan jembatan wheatstone untuk menentukan besarnya hambatan. Jembatan wheatstone itu sendiri adalah suatu susunan rangkaian listrik yang digunakan untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya (besarnya). Rangkaian jembatan wheatstone yang kami gunakan pada percobaan kamiini adalah sebagai berikut :

Untuk Rp atau dibaca dengan Reistor potensio merupakan tahanan (resistor) yang nilainya dapat diubah-ubah. Dengan

mengatur besarnya potensio maka kita dapat menyetimbangkan wheatstone tersebut. Dengan menggunakan rangkaian ini kami dapat menentukan besarnya hambatan pada resistor potensio. Pada saat rangkaian tersebut mempunyai beda potensial sama dengan nol volt atau bisa dikatakan rangkaian tersebut dalam keadaan setimbang, artinya tidak ada arus yang melalui galvanometer. Kondisi ini terjadi bila tegangan dari titik C ke A sama dengan tegangan dari titik D ke A; atau dengan mendasarkan terminalnya, jika tegangan dari titik C ke B sama dengan tegangan dari titik D ke B. jadi jembatan adalah setimbang jika : I1 Rp = I2 l1.....................(1) Jika arus galvanometer adalah nol, kondisi-kondisi berikut juga dipenuhi :
40

rangkaian

jembatan

I1 = I3 = dan I2 = I4 =

............(2)

..............(3)

Dengan menhubungkan persamaan (1), (2), (3) dan menyederhanakannya, maka diperoleh = atau Rp x l2 = l1 x RX Dalam pengukuran, cara mengetahui kapan arus itu sama dengan nol, kita tidak perlu lagi menggunakan alat yang berlebihan (voltmeter dan amperemeter), cukup dengan satu galvanometer untuk melihat apakah ada arus listrik yang melalui rangkaian. Setelah melihat pengukuran galvanometer barulah kita bisa memasukkan persamaan Rp x l2 = l1 x RX yang kemudian dengan perbandingan tersebut kita dapat menentukan besarnya Rp dengan aljabar sederhana Rp = Perhatikan percobaan kami. Dalam percobaan kami, kami mencoba untuk mengukur kesesuaian antara teori (persamaan di atas) dengan praktek aslinya. Apakah teori dengan praktek itu sesuai atau tadak? Untuk l sendiri kita menggunakan kawat berbahan nikelin yang memiliki luas penampang sebesar 0,7 x 10-7 m2. Saat percobaan, antara l1 dan l2. Kami berikan panjang yang berbeda. Misalnya untuk l1 = 75 cm dan l2 = 5 cm didapatkan Rp sebesar 9,19 k, namun bagaimana dengan hasil Rp teori? Rp teori kita hitung dangamn persamaan di atas. Rx sebesar 1,5 k kita kali dengan l1 sebesar 75 cm kemudian kita bagi dengan l2 yaitu sebesar 5 cm. Dan hasilnya menunjukkan Rp teori sebesar 22,5 k. Untuk mengetahui apakah Rp teori dengan Rp praktek sesuai atau tidak maka kita coba untuk menghitung Error persennya (E%) jika melebihi 30% maka dapat dikatakan bahwa praktikum ini gagal. E% ini dapat kita hitung dengan persamaan : E% = x 100%
Ht= hasil teori ; Hp = hasil praktek

............(4)

41

Untuk percobaan di atas kita hitung dan hasilnya adalah 144% artinya praktek tersebut gagal. Praktek ini menyimpang dengan teori yang sebenarnya.Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab seperti waktu kami menghitung R potensio masih ada arus yang mengalir pada galvanometer, penyebab lainnya adalah Rx yang tidak dapat mengimbangi beban dari R potensio yang menyebabkan hasil Rp praktek berbeda jauh hasil Rp teori. Jika kita kaji lebih dalam lagi kita ketahui bahwa R potensio berbanding lurus dengan Rx dan l1, berbanding terbalik dengan l2. Hal ini membuktikan bahwa kita dapat menyimpulkan kalau semakin panjang l1 semakin besar pula nilai R potensio, begitu juga dengan sebaliknya semakin besar l2 maka semakin kecil Rp. Kita lihat data hasil percobaan kami. l1 yang panjangnya 50 cm dan l2 yang panjangnya 30 cm menunjukkan besarnya Rp teori sebesar 1,67 k dan Rp praktek sebesar 2,0 k. Kita bandingkan dengan l1 yang panjangnya 15 cm dan l2 dengan panjang 65 cm maka Rp teori menunjukkan besarnya nilai Rp = 0,346 k dan Rp praktek sebesar 0,33 . Terlihat dengan jelas bahwa l1 yang paling panjanglah yang menunjukkan R potensio yang paling besar.

42

LAMPIRAN

Perhitungan Resistansi potensio teori dikerjakan dengan rumus :


Rp =

1. Rp = 2. Rp = 3. Rp = 4. Rp = 5. Rp =

= 22,5 k = 4,5 k = 1,67 k = 1,5 k = 0,346 k

Perhitungan Error persen (E%) dikerjakan dengan rumus :


E% = x 100%

1. E% = 2. E% = 3. E% = 4. E% = 5. E% =

x 100% = 144% x 100% = 36% x 100% = 25% x 100% = 24%

x 100% = 5%

43

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dalam praktihum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Jika galvanometer menunjukkan angka nol, maka tidak ada arus yang mengalir melalui galvanometer. 2. Ketika galvanometer menunjukkan angka nol, maka tegangan pada ujung-ujung galvanometer adalah sama. 3. Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi atau mengukur arus listrik pada suatu rangkaian. 4. Besarnya R potensio dipengaruhi oleh l1 , l2, dan Rx. 5. Semakin panjang l1 maka semakin besar pula hambatan R potensio. 6. Semakin panjang l2 maka semakin kecil hambatan R potensio. 7. R potensio adalah suatu tahanan yang dapat diubah-ubah nilainya. 8. Dengan mengatur R potensio kita dapat menyetimbangkan jembatan wheatstone.

44

DAFTAR PUSTAKA
A.J. Dirksen,1982,Pelajaran Elektronika Jilid 1,Erlangga:Jakarta

David William.1994.Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran.Erlangga: Jakarta.

Malvino.1996,Prinsip-prinsip Elektronika,Erlangga:Jakarta.

Sers,F.W. dan Zemanski.2002.Fisika Universitas.Erlangga:Jakarta.

Wikipedia.com.

45

You might also like