Professional Documents
Culture Documents
Salah satu pekerjaan yang pokok bagi seorang geologiwan adalah membuat peta geologi. Peta geologi diartikan sebagai bentuk ungkapan data geologi suatu daerah atau wilayah yang ketelitiannya didasarkan pada skala petanya. Peta geologi tersebut menggambarkan atau memberikan informasi segala hal mengenai keadaan geologi wilayah tersebut antara lain sebaran, jenis, dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, fisiografi, sumberdaya alam dan energi. Ada beberapa cara penggambaran informasi tersebut antara lain dengan warna, simbol dan corak atau gabungan dari ketiganya. Nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada si pemeta, seperti ketelitiannya di lapangan, pengetahuan dasar ilmu geologi, dan tentunya pengalamannya. Peta geologi dapat dipergunakan untuk bermacam keperluan, sehingga pembuatannya harus disesuaikan dengan keperluan tersebut. Walaupun pada dasarnya semua peta geologi adalah sama, tetapi untuk tiap-tiap macam peta mempunyai penekanan-penekanan tertentu sesuai dengan tujuan atau keperluan pembuatan peta tersebut. Pengertian Pemetaan Geologi | Pemakaian Kompas dalam Pemetaan Karena kompleksnya pekerjaan pembuatan peta geologi tersebut maka selain dituntut pengetahuan dasar geologi, diperlukan juga managemen pengumpulan data di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan di lapangan dapat dilakukan seefisien mungkin dengan waktu sesingkat mungkin dan biaya yang sekecil mungkin. Pengertian Pemetaan Geologi Pemetaan adalah suatu kegiatan pengumpulan data lapangan, yang memindahkan keadaan sesuangguhnya dilapangan (fakta) keatas kertas gambar atau kedalam peta dasar yang tersedia, yaitu dengan menggambarkan penyebaran dan merekonstruksi kondisi alamiah tertentu secara meruang, yang dinyatakan dengan titik, garis, symbol dan warna. Pelaksanaan pekerjaan pemetaan dapat dilakukan secara langsung di lapangan dan dengan bantuan interpretasi dan analisa foto udara (citra). Pengertian Pemetaan Geologi | Pemakaian Kompas dalam Pemetaan Skala yang dipilih, tergantung dari ketelitian dan tujuan. Berdasarkan atas ketelitian yang diinginkan harus disesuaikan dengan besar kecilnya skala, makin teliti data yang diinginkan, makin besar skala yang dipakai, sehingga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok peta:
Pemetaan secara langsung di lapangan pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara,yaitu : 1. 2. Cara Pengukuran Lapangan Cara plotting pada peta dasar.
Pemetaan dengan cara Pengukuran Teknik pemetaan ini, didukung oleh peralatan atau pesawat ukur, yang mendeteksi, mengambil dan memindahkan data ukur kedalam daftar tabulasi dan dengan menggambarkan langsung titik, garis, bidang dan ruang dan juga data laing yang sehubungan dengan kebutuhan keatas kertas gambar. Peralatan yang sering dipakai dalam pengukuran, adalah kompas geologi, theodolite, WP, dan Plane Table. Pemakaian Kompas dalam Pengukuran/ Pemetaan, Cara pemetaan dengan memakai kompas, biasanya dilakukan pada daerah yang tidak meemiliki peta dasar, yang dilaksanakan pada pemetaan pendahuluan. Sebagaimana Pemetaan dengan menggunakan peralatan lainnya, maka cara pemetaan dengan menggunakan kompas geologi; adalah dengan membuat lintasan-lintasan, dimana tiap-tiap lintasan dihubungkan satu sama lain secara teratur maupun dengan random. Lintasan dapat dilakukan dengan cara membuat Polygon tertutup maupun dengan Polygon terbuka secara teratur dan tidak beraturan. Lintasan Polygon : Litasan polygon adalah suatu lintasan pengukuran yang dibuat berdasarkan kondisi lapangan : Lintasan terbuka, adalah suatu pengambilan litasan pengukuran yang dimulai dari titik awal yang diikatkan dengan titik pasti dan lintasan pengukuran diakhiri dengan tidak kembali ketitik awal berupa titik akhir yang terikat dengan titik pasti maupun titik lepas. Lintasan Tertutup, adalah suatu pengukuran, dimana titik akhir pengukuran berimpit dengan dengan titik awal pengukuran yang terikat dengan titik pasti. Detail pengukuran dapat dilakukan dengan membuat jarring-jaring pengukuran secara random membentuk garis sarang laba-laba, maupun dengan Grid. Pengukuran/ Pemetaan detail dengan cara Grid Pemetaan/ pengukuran detail lapangan dengan tata cara membuat grid, adalah cara pemetaan yang didahului dengan mengadakan orientasi lapangan, untuk menentukan arah memanjang dan lebar bidang tanah yang akan dipetakan, apabila bentuk bidang tanah telah diketahui melalui gambar peta sketsa, pertama-tama dibuat
Base Line memanjang membagi dua bidang memanjang bidang tanah. Base line ini adalah patokan untuk membuat garis-garis berikutnya yang diperlukan dalam analisis suatu keadaan tertentu, garis-garis berikutnya dibuat sejajar dan melintang base line (disebut, cross line) dengan interval tertentu sesuai dengan akurasi kebutuhan analisis. Pengertian Pemetaan Geologi | Pemakaian Kompas dalam Pemetaan
1. Harap diperhatikan, Posisi pengukur dan objek harus dalam keadaan tetap, tidak bergeser, letakkan kompas sejajar mata pada posisi kompas dimiringkan dengan nivo tabung pada posisi atas dan peep sight didepan mata. 2. Tekuk cermin kompas kira-kira 45 3. Arahkan kompas ke objek melalui lobang intip peep sight dan sighting windows 4. Setel klinometer dengan cara memutar alat penyetel klinometer dibelakang kompas, sehingga bayangan nivo tabung klinometer seimbang yang nampak pada cermin. 5. Tetapkan pembacaan lepaskan tangan pada alat penyetel klinometer, pembacaan nilai kemiringan lereng dapat dibaca dengan terlebih dahulu menurunkan kompas dari sejajar dengan mata ke posisi terletak depan perut agar supaya pembacaan dapat seakurat mungkin. 6. Catat hasil pembacaan angka / nilai pada table tersedia (lihat table dibawah).
mengumpamakan sebagai suatu bidang sesar (assumption) yang mempunyai arah dan kemiringan tertentu (generalization). Hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan tersebut kemudian diolah dan disajikan dalam peta, penampang dan dilengkapi dengan sketsa serta diagramdiagram (diagram frekwensi, roset, stereografi). Gejala struktur geologi umumnya merupakan unsur-unsur yang saling berhubungan didalam proses pembentukannya, misalnya hubungan antara kekar, sesar, lipatan, belahan dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip keterakan (strain) dan tegasan (stress),dilakukan analisa kinematika dan dinamikanya. Integrasi data struktur, litologi, stratigrafi, sedimentologi dan paleontologi akan melengkapi interpretasi pembentukan struktur dan sintesa perkembangan tektonik dari suatu wilayah. Pengamatan Struktur di Lapangan Di dalam pengamatan struktur di lapangan perlu diperhatikan dan dilakukan hal-hal berikut : 1. Pengukuran secara tepat, pengamatan dan pencatatan semua unsur struktur. Di dalam pengambilan data, sebaiknya tidak dilakukan pemilihan untuk data tertentu, karena kemungkinan dsata ini akan berguna untuk membantu interpretasi lebih lanjut. 2. Interpretasi selama pengamatan, misalnya membuat sketsa singkapan, penampang peta dan sebagainya. Hal ini akan sangat membantu untuk memecahkan masalah dan untuk menemukan lokasi kunci untuk penelitian lebih lanjut bila diperlukan. 3. Data sebaiknya selalu diplot pada peta atau penampang pada saat pengsmatan dilapangan .dengan demikian interpretasi dilapangan akan lebih mudah dilakukan. 4. pengumpulan data struktur harus disertai dengan pengamatan lain misalnya litologi,stratigrafi dan lainnya. 5. 6. home Geologi Batuan Sedimen dan Siklus Sedimentasi
dari aktifitas gunungapi yang dinamakan material piroklastik. Material lain penyusun batuan sedimen adalah mineral lempung dan oksida besi hasil dari proses pelapukan yang disebut mineral sekunder. Fragmen batuan, material piroklastik, dan mineral sekunder disebut juga mineral terigen (mineral asal daratan). Karena sumber material tersebut berasal dari luar cekungan pengendapan, maka disebut material ekstrabasinal. Tidak semua material penyusun batuan sedimen berasal dari daratan. Beberapa mineral terbentuk pada cekungan pengendapan oleh proses kimia atau biokimia. Material tersebut disebut material intrabasinal, yang bisa berupa mineral silikat maupun nonsilikat. Batuan sedimen yang terbentuk dihasilkan dari proses presipitasi/kristalisasi larutan di dalam cekungan pengendapan. Proses ini mengahsilkan batuan sedimen nonsiliklastik. Batuan Sedimen Jenis lain dari batuan sedimen adalah batuan sedimen karbonan (carbonaceous). Batuan sedimen ini terbentuk oleh organisme. Batuan ini banyak mengandung material organik. Material organik tersebut berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang mengalami dekomposisi, diendapkan pada lingkungan darat tanpa proses transportasi yang berarti. Batugamping dan serpih yang kaya material organik disebut batuan sapropelitik Kandungan organisme berasal dari rombakan baik tumbuhan maupun binatang yang berasal dari daratan dan lautan. Proses pembentukan batuan sedimen diawali oleh pengangkatan batuan yang sudah ada, termasuk batuan sedimen, ke permukaan bumi. Selanjutnya batuan tersebut mengalami proses pelapukan, erosi dan pengendapan pada cekungan-cekungan di permukaan bumi. Endapan sdimen tersebut kemudian mengalami pembebanan dari endapan yang berikutnya sehingga mengalami diagenesis. Proses diagenesis ini merubah endapan sedimen menjadi batuan sedimen. Apabila batuan sedimen yang terbentuk mengalami pengangkatan kembali maka batuan tersebut akan muncul lagi ke permukaan bumi. Selanjutnya proses pembentukan batuan sedimen berulang kembali. Proses tersebut disebut siklus sedimentasi. Batuan Sedimen Komponen utama penyusun batuan sedimen Tipe butiran Material Terigen
Origin Contoh Proses pelapukan fisikaKuarsa, Felspar, dan kimia batuan beku,Fragmen batuan
metamorf, dan sedimen Aktivitas gunungapi Fragmen batuan vulkanik, pumis, gelas, felspar Oksida besi, mineral
Kristalisasi
Intrabasinal
Presipitasi biokimia
kimia
karbonat, min.
Kristal tunggal Campuran mengandung besi, Presipitasi kimia dan biokimia, rombakan dan evaporit, dan fosforit transportasi Oolit, Pellet, Cangkang fosil, fragmen koral. organismeBatubara, dan organisme sedimen
Sisa-sisa Organik
Dekomposisi
sisa dalam
Siklus Sedimentasi
Siklus sedimentasi atau sering juga disebut siklus pengendapan merupakan bagian dari siklus geologi, dan merupakan awal proses pembentukan batuan sedimen (Gambar 2.1). Siklus ini diawali dari tersingkapnya batuan yang sudah ada di permukaan bumi. Selanjutnya batuan yang tersingkap mengalami proses pelapukan, pengikisan, pengangkutan material hasil pengikisan, dan akhirnya proses pengendapan pada cekungan-cekungan di permukaan bumi. Jadi siklus pengendapan merupakan proses yang kompleks, dan merupakan siklus yang tidak ada hentinya. Proses-proses yang terjadi pada suatu siklus tersebut tidak selalu lengkap. Artinya semua proses tersebut tidak selalu ada pada pembentukan batuan sedimen. Tidak semua batuan sedimen mengalami pendauran di daratan, ada pula semua proses yang membentuk batuan sedimen berada di lautan. Dengan berkembangnya teori tektonik lempeng, tempat dan proses pembentukan batuan sedimen dapat juga diuraikan dengan teori tersebut. Cekungan-cekungan pengendapan akan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri sesuai dengan letaknya pada tatanan tektonik kerak bumi (gambar 2.2). Masing-masing tempat tersebut akan menghasilkan batuan sedimen yang berbeda bentuk dan komponen penyusunnya. Aktivitas tektonik merupakan bagian yang sangat penting pada siklus sedimentasi, karena aktivitas tektonik mengakibatkan batuan mengalami pengangkatan hingga muncul ke permukaan bumi. Selanjutnya batuan yang tersingkap di permukaan bumi mengalami proses pelapukan dan proses lainnya pada siklus sedimentasi .