Penulis mengutip pemaparan Ainurrafiq Dawam dalam bukunya Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren bahwa ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelanggaraan evaluasi pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: 1
1. Prinsip integralitas. Prinsip ini menghendaki bahwa rancangan evaluasi hasil belajar tidak hanya menyangkut teori, pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek kepribadian siswa seperti apresiasi, sikap, minat, pemikiran kritis, proses adapatsi dan lain-lain baik secara personal maupun kelompok. 2. Prinsip kontinuitas. Kontinuitas dalam evaluasi berarti guru secara kontinyu membimbing pertumbuhan dan perkembangan siswa. Dengan demikian program evaluasi pembelajaran merupakan rangkaian dari bimbingan belajar siswa. Penilaian pun pada akhirnya harus dilakukan secara berkesinambungan, tidak hanya sesekali, misalnya UTS dan UAS saja. 3. Prinsip objektivitas. Dengan prinsip ini, hasil evaluasi harus dapat diinterpretasikan dengan jelas dan tegas. Jadi, setelah diadakan evaluasi pembelajaran terhadap siswa, keadaan siswa dapat diketahui secara jelas dibanding sebelum dilaksanakan evaluasi, baik mengenai kondisi belajar, tingkat kemajuan maupun keadaan persiswa di antara siswa lainnya. Ada kesamaan antara prinsip evaluasinya Ainurrafiq Dawam dengan Abuddin Nata, menurut Abuddin Nata menegaskan dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip menurut sebagai dasar pelaksanaan penilaian, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 2
1. Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Evaluasi harus dibedakan antara penskoran berkenaan dengan aspek kuantitatif dan penilaian berkenaan dengan kualitatif 3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan dua macam penilaian, yaitu penilaian yang norm referenced dan orientation referenced. Yang pertama berkenaan dengan hasil belajar, sedangkan yang kedua berkenaan dengan penempatan.
1 Ainur Rafiq Dawam dan Ahmad Tarifin, Manajemen Madrsad Berbasis Pesantren, hlm, 100 2 A. Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Cet ket 2, hlm, 211-212 4. Pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. 5. Penilaian hendaknya bersifat komparabel artinya dapat dibandingkan antara satu tahap penilaian dengan tahap penilaian lainnya. 6. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengajar sendiri, sehingga tidak membingungkan. Penilaian tersebut dapat berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip berikut: 3
1. Prinsip kesinambungan (kontinuitas), penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan. 2. Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek kepribadian. 3. Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin. 4. Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur. Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran agama Islam, karena prinsip-prinsip tersebut dalam ajaran Islam termasuk ke dalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu sesuai dengan apa adanya. Orang yang menilai demikian dalam agama Islam dikenal dengan istilah shiddiq. Al-Quran menjelaskan sebagai berikut: Og^4C -g~-.- W-ONL4`-47 W-O4>- -.- W-O+^O74 E74` --g~gO- ^_ Artinya. Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. 4