You are on page 1of 6

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisme mempunyai berbagai macam jaringan, organ dan sistem organ yang berbeda, tergantung pada tingkat organisme itu. Semakin tinggi tingkatan organisme itu, semakin kompleks struktur tubuhnya. Tubuh organisme tingkat tinggi mula-mula berasal dari satu zigot kemudian membelah secara miosis dan menghasilkan banyak sel, sel-sel ini kemudian mengalami diferensiasi dan spesialisasi membentuk jaringan dan sistem organ. Jaringan epitel merupakan suatu lapisan dari sel-sel yang susunannya rapat, matriks ekstra selnya sedikit dan biasanya membatasi rongga-rongga di dalam tubuh atau menutupi permukaan tubuh. Epitel tersebut biasanya dinamakan epitel penutup. Jaringan epitel terdiri atas tiga lapisan lembaga yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Untuk lebih memahami mengenai bentuk, jenis, macam-macam sel epitel dan segala hal dalam jaringan epitel maka diperlukan pengamatan secara objektif, salah satunya dengan menggunakan mikroskop. Selain itu mahasiswa tidak akan mudah mengerti tentang jaringan epitel hanya dengan membaca diktat atau mendengar penjelasan dari dosen, hal-hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya pengamatan ini.

B. Tujuan Praktikum
1. 2. 3. 4. Untuk mengamati epitel selapis pipih Untuk mengamati eptel selapis kubus Untuk mengamati epitel selapis selindris Untuk mengamati epitel berlapis banyak pipih menanduk dan tidak menanduk

II. TINJAUAN PUSTAKA


Jaringan epitel merupakan suatu lapisan dari sel-sel yang susunannya rapat, matriks ekstra selnya sedikit dan biasanya membatasi rongga-rongga di dalam tubuh atau menutupi permukaan tubuh. Epitel tersebut biasanya dinamakan epitel penutup. Jaringan epitel dapat juga dijumpai pada berbagai kelenjar, oleh sebab itu dinamakan epitel kelenjar (Adnan, 2011). Beberapa karakteristik jaringan epitel, yaitu (i) bentuk sel-selnya teratur, umumnya berbentuk pipih, kubus atau selindris, (ii) sel-selnya tersusun dengan sangat rapat, (iii) semua jaringan epitel terikat erat pada jaringan penyambung yang ada di bawahnya oleh suatu selaput tipis yang disebut lamina basalis, (iv) tidak mengandung pembuluh darah, oleh sebab itu bahan makanan diperoleh melalui difusi dari kapiler-kapiler yang terdapat pada jaringan di bawahnya, dan (v) Sel-sel epitel antara satu dengan yang lain menempel dengan sangat erat melalui daerah perlekatan khusus yang disebut kompleks pertautan sel atau junctinal complex (akan dibahas kemudian) (Pagarra, 2010). Sel-sel epitel pada kulit vertebrata bisanya saling dihubungkan dengan penjuluran-penjuluran sitoplasma atau jembatan-jembatan. Sel epitel tubuh melindungi sel-sel dibawahnya terhadap luka-luka mekanis, bahan-bahan kimia, bakteri dan terhadap kekeringan. Lapisan epitel dalam saluran pencernaan menyerap air dan zat makanan untuk keperuan tubuh. Lapisan ini dan berbagai lapisan epitel lain, menghasilkan dan mengeluarkan sejumlah besar zat-zat. Beberapa di antaranya dipergunakan di bagian lain tubuh dan ada yang merupakan limbah yang harus dibuang. Karena seuruh tubuh di tutupi dengan sel epitel, semua rangsangan indra harus melalui epitel itu untuk sampai pada reseptor yang khas untuk rangsangan tesebut. Dengan demikian fungsi epitel adalah untuk perlindungan, absorpsi, sekresi, dan rangsangan (Villee,1999) . Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi epitel pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain sebagai alat proteksi, baik terhadap pengaruh mekanis, fisik, maupun secara kimiawi misalnya epitel yang terdpat pada kulit, sebagai organ eksteroreseptor yang mampu menerima rangsangan dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada puting pengecap, sebagai alal ekskresi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme, sebagai alat osmoregulasi, membantu proses respirasi khususnya pada hewan akuatik, sebagai alat gerak, misalnya sayap pada kelelawar, sebagai alat nutrisi, sebagai alat absorbsi dan membantu pembentukan vitamin D dari provitamin D melalui bantuan cahaya matahari (Anonim, 2011). Epitel selapis pipih dijumpai membatasi lumen dari pembuluh darah dan pembuluh limfa. Epitel selapis kubus dijumpai membatasi lumen saluran penampang ginjal (tubulus kontortus distal dan

proksimal). Epitel selapis silindris dijumpai membatasi lumen pada kantung empedu dan usus halus. Epitel berlapis banyak palsu dijumpai membatasi lumen pada trakea. Epitel transisional dijumpai membatasi lumen pada vasikula urinaria. Epitel berlapis banyak pipih dijumpai pada epiermis kulit dan esophagus. Epitel berlapis banyak kubus dijumpai membatasi lumen vesikula urinaria (Adnan, 2011).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada : Hari / tanggal : Kamis / 21 April 2011 Waktu : 11.40-13.20 WITA Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III sebelah barat FMIPA UNM B. Alat dan Bahan 1. Alat: a. Mikroskop 2. Bahan: a. Preparat Mammal Kidney b. Preparat Human Skin c. Preparat Duodenum d. Preparat Papilla Filiformis

C. Prosedur Kerja
1. Pengamatan I a. Mengamati secara seksama epitel selapis (endotelium) dari pembuluh darah. Memperhatikan inti sel epitel yang berbentuk pipih memanjang, terdiri dari sel-sel endotelium dan membran basal. b. Mengamati secara seksama lapisan parietal kapsul Bowmans. memperhatikan inti sel epitel yang berbentuk pipih memanjang dan membran basal. 2. Pengamatan II a. Mengamati secara seksama tubulus kontortus proksimal ginjal, terdiri dari lumen, sel epitel kubus dan membran basal. Struktur ini merupakan segmen awal dari nefron dan berkelokkelok dan dibatasi oleh epitel selapis kubus. b. Mengamati secara seksama tubulus kontortus distal ginjal, terdiri dari lumen, sel epitel pipih dan membran basal. Struktur ini sel-sel epitelnya lebih kecil dibanding dengan tubulus proksimal, namun lumennya lebih besar dibanding dengan tubulus proksimal. 3. Pengamatan III a. Mengamati secara seksama sayatan melintang usus haus, terutama pada lapisan epitel pembatas pada lapisan mukosa. b. Menggambar lapisan epitel silindris pada pembesaran 10 x 40. 4. Pengamatan IV a. Mengamati secara seksama epitel berlapis banyak pipih pada daerah epidermis kulit. Perhatikan posisi stratum germinatifum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidium, stratum korneum, dan membran basal. b. Mengamati secara seksama epitel berlapis banyak pipih pada daerah epidermis papilla sirkumvalata lidah. Perhatikan posisi stratum germinatifum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidium, stratum korneum dan membran basal.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Praktikum
Pengamatan I Pembesaran : Epitel selapis pipih pada Mammal Kidney : 10 x 10

Keterangan: 1. Membran basal 2. Lumen 3. Inti sel 4. Epitel pipih 5. Glomelurus 6. Paretal 7. Endotelium

Pengamatan II : Epitel selapis kubus pada Mammal Kidney Pembesaran : 10 x 10 Tubulus Kontortus Proksimal Ginjal

Keterangan:

1. 2. 3. 4.

Inti sel Membran basal Lumen Sel kubus

Tubulus Kontortus Distal Ginjal

Keterangan:

1. 2. 3. 4.

Inti sel Membran basal Lumen Sel epitel pipih

Pengamatan III Pembesaran

: Epitel selapis silindris pada Duodenum : 10 x 10 Keterangan : 1. Lumen 2. Vilis usus 3. Membran basal 4. Sel argentafin 5. Inti sel 6. Sel epitel silindris 7. Sel goblet

Pengamatan IV Pembesaran Human Skin

: Epitel berlapis banyak pipih menanduk dan tidak menanduk pada Human skin dan Papilla filiformis : 10 x 10 Keterangan : 1. Epidermis 2. Dermis 3. Rambut fesikel 4. Makrofag 5. Stratum korneum 6. Stratum lusidium 7. Stratum granulosum 8. Stratum spinosum 9. Stratum germinatifum 10. Membran basal

Papilla filiformis

Keterangan : 1. Stratum korneum 2. Stratum granulosum 3. Stratum spinosum 4. Stratum germinatifum

B. Pembahasan
1. Pengamatan I Pengamatan I menggunakan bahan berupa Mammal Kidney. Pada pengamatan ini kita mengamati epitel selapis pipih (endotelium) yang berada di pembuluh darah pada ginjal. Dari hasil pengamatan tampak sel-sel epitel yang berbentuk pipih memanjang dengan sitoplasma yang jernih, terdiri dari sel-sel epitel yang selapis pipih yang menyerupai sisik, membran basal, inti sel serta lumen. Epitel selapis pipih (endotelium) ini berasal dari lapisan endoderm, biasanya dijumpai pada endotelium pembuluh darah dan endotelium pembuluh limfe. Selain itu, apabila diamati secara seksama kita dapat melihat adanya paretal kapsul Bowmans dengan inti sel yang berbentuk pipih memanjang dan melekat pada membran basal. 2. Pengamatan II Pengamatan II bertujuan untuk mengamati sel epitel selapis kubus dengan menggunakan bahan berupa Mammal Kidney. Pada pengamatan ini kita akan melihat perbedaan antara tubulus kontortus proksimal ginjal dengan tubulus kontortus distal ginjal. Dari hasil pengamtan dapat diketahui bahwa tubulus kontortus proksimal ginjal terdiri dari lumen, sel epitel kubus dan membran basal. Struktur

ini merupakan segmen awal dari nefron dan berkelok-kelok dan dibatasi oleh epitel selapis kubus. Adapun pada tubulus kontortus distal ginjal, kita dapat melihat adanya lumen, sel epitel pipih dan membran basal. Struktur ini sel-sel epitelnya lebih kecil dibanding dengan tubulus proksimal, namun lumennya lebih besar dibanding dengan tubulus proksimal. 3. Pengamatan III Pada pengamatan III kita akan mengamati Duodenum dengan tujuan agar kita dapat melihat epitel selapis silindris. Dari hasil pengamatan kita dapat melihat sel-sel epitel selapis silindris yang tampak seperti pilar-pilar yang berhimpitan tegak lurus dengan inti yang lonjong atau oval yang melekat pada membran basal. Pada pengamatan ini kita juga dapat melihat adanya sel goblet dan sel argentiva yang berada di aintara satu sel epitel silindris dengan sel epitel silindris lainnya. Sesuai dengan bentuk dan posisinya, epitel silindris ini berfungsi untuk proteksi, absorbsi, dan sekresi. 4. Pengamatan IV Pada pengamatan IV kita akan mengamati perbedaan antara epitel berlais banyak pipih menanduk dengan epitel berlais banyak pipih tidak menanduk. epitel berlais banyak pipih menanduk dapat dilihat pada Human Skin sedangkan epitel berlais banyak pipih tidak menanduk dapat dilihat pada Papilla filiformis. Pada epitel berlais banyak pipih menanduk dapat dilihat posisi stratum germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidium, stratum korneum dan membran basal. Selain itu kita juga dapat melihat adanya makrofag dan rambut fesikel pada epitel berlais banyak pipih menanduk ini. Sedangkan pada epitel berlais banyak pipih tidak menanduk kita dapat melihat posisi stratum germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum korneum dan membran basal. Jadi dapat dilihat perbedaan antara epitel berlais banyak pipih menanduk dengan epitel berlais banyak pipih tidak menanduk pada praktikum kali ini adalah pada epitel berlais banyak pipih menanduk terdapat stratum lusidium sedangkan pada epitel berlais banyak pipih tidak menanduk tidak terdapat stratum lusidium.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Epitel elapis pipih adalah epitel yang sel-selnya berbentuk pipih dan menyerupai sisik dan melekat pada membran basal dengan inti pipih yang terletak pada bagian tengah serta mempunyai sitoplasma yang jernih. Epitel selapis kubus adalah epitel berbentuk kubus atau heksagonal dengan inti berbentuk bulat yang terletak ditengah. Epitel ini biasa dijumpai pada tubulus kontortus distal dan proksimal ginjal. Epitel selapis silindris adalah epitel yang mempunyai bentuk sel seperti silindris dan dijumpai membatasi lumen pada kantung empedu dan usus halus. Sesuai dengan bentuk dan posisnya, epitel ini berfungsi untuk proteksi absorbsi, dan sekresi. Epitel berlapis pipih menanduk dan tidak menanduk, dimana epitel berlapis banyak pipih menanduk dijumpai pada kulit terdapat sel-sel superficial mengalami transformasi menjadi lapisan keratin yang kuat dan tidak hidup sedangkan pada epitel berlapis banyak pipih tidak menanduk dijumpai pada permukaan yang basah.

2.

3.

4.

B. Saran
1. Diharapkan agar praktikan lebih teliti dan serius dalam paktikum agar tujuan praktikum dapat tercapai. 2. Diharapkan kepada laboran agar menyiapkan mikroskop yang benar-benar bagus guna melancarkan kegiatan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. & Pagarra, Halifah. 2011. Penuntun Praktikum Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Anonim , 2011. Jaringan Epitel, http://elearning.unm.ac.id. Diakses pada senin 2 Mei 2011. Halifa, Pagarra. & Adnan. 2010. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Villee, Wakker. 1999. Zoologi Umum. Jakarta Erlangga.

You might also like