You are on page 1of 136

TUGAS

JAWABAN WORKBOOK NUTRISI DAN CAIRAN


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa

OLEH: PURWANI OKYANTARI G2B009052 A09

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2010

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
WORK BOOK NUTRISI DAN CAIRAN 9/1/2010 EDITOR : FITRIA HANDAYANI, M.Kep.,Sp.KMB PENYUSUN : FITRIA HANDAYANI, M.Kep.,Sp.KMB
2

Kompetensi 1: Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan cairan pada klien anak, dewasa dan lansia dengan dehidrasi Kompetensi 10: Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan nutrisi pada anak, dewasa, dan lansia Kompetensi 21: Mahasiswa mampu menginterpretasikan pemeriksaan rutin dan kimia darah

Kasus I Tn H datang di IGD dengan penurunan kesadaran. Nafas spontan. Tekanan darah Tn H adalah 80/50 mmHg palpasi. KU tampak lemah. Menurut keluarga Tn H telah satu bulan mengalami diare dan telah mengalami penurunan BB dari 50 Kg menjadi 37 Kg. Jawab : Identifikasi kasus tersebut adalah, diare yang dialami oleh Tuan H termasuk dalam diare kronis. Diare kronis merupakan diare yang terjadi selama lebih dari 3 minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu 2 minggu. Gejala klinis penyakit diare kronis: 1. Diare yang dapat bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih. 2. Rasa sakit diperut 3. Rasa kembung 4. Demam Diare yang dialami Tuan H mengakibatkan dehidrasi berat karena adanya penurunan berat badan sekitar 26 % (lebih dari 10 %). Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi dapat pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal. Penanganan diare kronis: 1. Istirahat mental dan fisik 2. Koreksi cairan dan elektrolit 3. Loperamid 4. Opiad 5. Anti diare

Kasus II An A umur 2 tahun, mengalami diare sejak 12 jam yang lalu. Berat badan An A turun dari 13 Kg menjadi 11 Kg. An A menangis lemah. Jawab : Pada kasus diatas An A mengalami diare akut, karena terjadi sejak 12 jam yang lalu. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diare akut adalah, kehilangan cairan, perubahan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi. An.A diduga juga mengalami dehidrasi ringan karena mengalami penurunan berat badan sebesar 2%. Penanganan yang sesuai untuk kasus diatas antara lain : 1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral ) 2. Cairan hipotonik 3. Rehidrasi oral cepat 3 4 jam 4. Realiminasi cepat dengan makanan normal 5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus 6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan 7. ASI diteruskan 8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan ) 9. Anti diare tidak diperlukan

Kasus III Ny Y umur 65 tahun, mengalami diare sejak 13 jam yang lalu, telah 5 kali buang air besar. Kulit tampak keriput, Ny Y terlihat mengantuk. Jawab : Pada kasus tersebut Ny Y mengalami diare akut karena telah terjadi sejak 13 jam yang lalu. Tanda-tanda pasien diare, mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan

tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Dalam kasus ini Ny Y mengalami kekurangan cairan, hal ini ditandai dengan kulit tampak keriput dan terlihat ngantuk. Penanganan diare ini dengan cara perencanaan pemberian makan a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu : Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya Jam 16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. d. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll. e. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan halhal sebagai berikut :

-gorengan

makanan harus lunak/lembek atau dicincang tetapi sering diberikan f. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan. g. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.

h. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng

Panduan Pembelajaran A. Struktur dan fungsi sistem pencernaan Sistem pencernaan terdiri dari organ dasar dan organ aksesoris. 1. Isilah diagram dari sistem pencernaan dibawah ini:
THE GI SYSTEM
HORMON HORMON

BRAIN

Adapted by:
Ns. Sidik Awaludin

NO. 1. 2.

STRUKTUR SISTEM PENCERNAAN Kelenjar parotis Rongga mulut

FUNGSI Menghasilkan air liur cair Mencernakan makanan secara mekanik dengan bantuan gigi dan kimiawi dengan enzim.

3.

Kelenjar subligualis

Menghasilkan air liur cair dan lendir. Terletak di bawah pangkal lidah

4. 5.

Kelenjar submaksilaris Epiglotis

Menghasilka air liur cair dan lendir. Selama proses menelan makanan, epiglotis

bergerak ke bawah untuk melindungi trakhea 6. Sfingter superior Hiperfaringeal) 7. Sfingter esofagus bawah Secara normal tetap konstriksi dan rileks bila gelombang perilstaltik sampai ke bagian ini yang memungkinkan makanan lewat ke lambung, serta mencegah refluks asam ke dalam esofagus. 8. Lambung (ventrikulus) Tempat pencernaan makanan secara mekanik dan kimiawi 9. Hati (Hepar) Mensintesis karbohidrat,dan dan memetabolisme ; mengubah protein, bentuk esofagus Mencegah makanan atau cairan bergerak ke faring ( posterior dan trakhea

lemak

biologis zat-zat saat melewati organ tersebut dan menghasilkan serta mengekskresikan empedu yang penting dalam pencernaan. Vitamin, mineral, glukosa, dan materi lain disimpan dalam parenkim hepar. 10. 11. Empedu Pankreas Mensekresi getah pencernaan dengan enzimenzim yang perlu untuk mencerna protein, lemak, dan karbohidrat. 12. Usus halus Tempat pencernaan secara kimiawi dan tempat penyerapan zat atau sari-sari makanan 13. Usus besar Tempat pembentukan feses dengan bantuan bakteri pembusuk, tempat penyerapan air, tembak sintesa vitamin K dan B kompleks, alat ekresi logam berat Fe dan Ca. 14. Rektum Menerima feces dari usus besar , Membiarkan seseorang mengetahui ada feces yang harus dikeluarkan , Menahan feces sampai pengeluaran terjadi. 15. Sfingter Anal Sebagai kontrol keluarnya feses.

2. Sebutkan fungsi utama sistem pencernaan Jawab : Fungsi prinsipnya adalah memberikan tubuh cairan, nutrin, dan elektrolit. Aktivitas utama dalam saluran pencernaan :

1. Sekresi elektrolit, hoermon-hormon dan enzim yang digunakan dalam pemecah materi yang akan dimakan. 2. Gerakan terhadap produk yang dimakan. 3. Pencernaan makanan dan cairan. 4. Absorbsi produk alkhir ke dalam aliran darah.

Mekanisme Proses Pencernaan


PROSES PENCERNAAN MEKANIK DAN PERGERAKAN MAKANAN SAMPAI ESOFAGUS
Hard Palate Soft Palate

Pharynx

Epiglottis Upper esophageal sphincter Esophagus

Tongue

Adapted by:
Ns. Sidik Awaludin

Gbr. 1 3. Jelaskan mekanisme pencernaan mekanik dan kimiawi di mulut serta proses pergerakan makanan pada gbr. 1 diatas Jawab: Di mulut terjadi pencernaan mekanik dan kimiawi. -Mekanik: dilakukan oleh gigi dan lidah.

-Kimiawi: enzim ptialin yg merombak amilum(karbohidrat) menjadi maltosa. *Enzim prialin diroduksi di rongga mulut Menelan adalah proses menggerakkan makanan dari rongga mulut menuju lambung yang berlangsung dalam waktu 4-7 det1k. Proses menelan terbagi atas: 1) gerakan sadar, yaitu gerakan lidah yang menekan makanan ke atas dan mendorong makanan ke belakang kemudian masuk ke dalam kerongkongan, 2) gerakan tidak sadar, yaitu gerakan di daerah faring, berupa reflex yang menggerakkan laring ke atas sehingga epiglotis menup glotis. Dengan demikian, makanan tidak masuk ke rongga hidung dan saluran pernapasan. Gerakan di daerah kerongkongan, berupa gerak peristaliik yang mendorong makanan ke arah bawah ,masuk ke dalam lambung.

4. Jelaskan juga kelenjar pencernaan yang membantu dalam proses pencernaan di atas Jawab : Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang menghasilkan cairan ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah: 1) kelenjar parotis, yang terletak di dekat telinga, 2) kelenjar submaksilaris yang terletak di bawah rahang atas, 3) kelenjar submandibularis yang terletak di bawah lidah Di dalam cairan ludah mengandung air sebanyak 90%, dan sisanya terdiri atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur bakteri), dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat menghasilkan lebih kurang 1600 cc air ludah. Pengeluaran air ludah akan bertambah jika ada rangsangan dari luar, seperti mencium aroma makanan, melihat atau membayangkan suatu makanan yang lezat atau karena lapar. Cairan ludah berfungsi untuk: 1) memudahkan dalam menelan makanan karena makanan tercampur dengan lendir

dan air 2) melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa 3) membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilum menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7)

MOTILITAS GASTER
Lower Esophageal sphincter

Esophagus

Duodenum

Pyloric sphincter

Stomach

Kep.Dewasa/sidik doc/2009

Peristaltic wave

Adapted by:

29

Ns. Sidik Awaludin, S.Kep

Gbr.2 4. Jelaskan motilitas gaster dan sebutkan enzim-enzim yang ada di gaster pada gbr. 2 diatas. Jawab : Motilitas gaster yaitu pergerakan pada lmbung. Fungsi lambung yang berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan dan pencampuran makanan serta pengosongan lambung. 1. MEKANIK Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik yang lembut dan berriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam makanan dan mencampurnya dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave terjadi di fundus, yang merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di fundus selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan air liur tetap berlanjut.

10

Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang hebat dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing wave menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan lambung bertanggung jawab pada hampir semua pencampuran yang terjadi di perut. 2. KIMIAWI Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inakatif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inakatif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus dengan getah lambung. Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa. Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu. Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan mencegah terlalu seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum (bagian

11

pertama dari usus halus). Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa. 3. PENGOSONGAN LAMBUNG. Pengosongan lambung terjadi bila adanya faktor berikut ini : Impuls syaraf yang menyebabkan terjadinya distensi lambung

(penggelembungan) Diproduksinya hormon gastrin pada saat makanan berada dalam lambung. Saat makanan berada dalam lambung, setelah mencapai kapasitas maksimum maka akan terjadi distensi lambung oleh impuls saraf (nervus vagus). Disaat bersamaan, kehadiran makanan terutama yang mengandung protein merangsang diproduksinya hormone gastrin. Dengan dikeluarkannya hormone gastrin akan merangsang esophageal sphincter bawah untuk berkontraksi, motilitas lambung meningkat, dan pyloric sphincter berelaksasi. Efek dari serangkaian aktivitas tersebut adalah pengosongan lambung.Lambung mengosongkan semua isinya menuju ke duodenum dalam 2-6 jam setelah makanan tersebut dicerna di dalam lambung. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat menghabiskan waktu yang paling sedikit di dalam lambung atau dengan kata lain lebih cepat dikosongkan menuju duodenum. Makanan yang mengandung protein lebih lambat, dan pengosongan yang paling lambat terjadi setelah kita memakan makanan yang mengandung lemak dalam jumlah besar.

Gb 3. 5. Jelaskan proses pencernaan kimiawi dan enzim yang berperan pada proses pencernaan kimiawi Jawab : Pencernaan makanan secara kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang kompleks dan besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana ini memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel yang membutuhkan. Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu, memerlukan suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula. Suatu enzim tidak dapat bekerja pada

12

substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya. Macam-macam enzim pencernaan yaitu : 1. Enzim ptialin Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa. 2. Enzim amilase Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pankreas. Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa. 3. Enzim maltase Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul maltosa menjadi molekul glukosa. Glukosa merupakan sakarida sederhana (monosakarida). Molekul glukosa berukuran kecil dan lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. 4. Enzim pepsin Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen. Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin. Cara

kerja enzim pepsin yaitu : Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah. 5. Enzim tripsin

13

Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Cara kerja enzim tripsin yaitu : Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding molekul pepton. Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk berbagai kebutuhan sel. 6. Enzim renin Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin untuk mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna. 7. Asam khlorida (HCl) Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering disebut penyakit mag. 8. Cairan empedu Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel darah merah (erithrosit) yang tua atau telah rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi. 9. Enzim lipase

14

Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim lipase yaitu : Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening (limfe). Enzim pencernaan bekerja untuk mempercepat reaksi pada pencernaan makanan, tetapi enzim pencernaan tidak ikut diproses

6. Jelaskan juga proses absobrsi nutrisi dan cairan serta proses defekasi pada gambar 3

Gbr.4

15

Jawab : Usus kecil merupakan tempat penyerapan utama nutrien. Sepanjang daerah ini terdapat penonjolan seperti jari yang di sebut vili, untuk meningkatkan area permukaan yang ada untuk di absorbsi. Nutrien di absorbsi oleh difusi pasif dan osmosis, transpor aktif, dan pinositosis. Isi dalam intestin bergerak dengan kerja peristaltik ke usus besar. Absorbsi air merupakan fungsi utama colon. Kira-kira 1-2 liter air di absorbsi dari cairan ileal setiap hari. Selain air, elektrolit dan mineral juga di absorbsi dan bakteri dalam colon mensintesis vitamin k dan beberapa vitamin B kompleks pada akhirnya, feses di bentuk dalam colon untuk eliminasi. Ketika motilitas intestinal meningkat, seperti pada diare tubuh kehilangan nutrien dan air yang bergerak melalui usus kecil terlalau cepat untuk keseluruhan absorbsi. Defekasi, atau pasase feses, terjadi karena gerakan residu makanan dari colon pelvis ke dalam rektum, yang kemudian menjadi distensi. Distensi ini menyebabkan refleks kontraksi otot rektum yang cenderung mengeluarkan isinya melalui anus. Hal ini bergantung kepada relaksasi sfingter anus eksterna. Defekasi kemudian merupakan kerja refleks yang dapat di hambat secara volunter. Defekasi terlambat, sensasi bahwa rektum sudah penuh akan terlewatkan dan lebih banyak air diabsorbsi dari feses melalui dinding rektum dan konstipasi dapat terjadi.

7. Sebutkan 4 lapisan struktur dasar organ pencernaan pada gambar 4 Jawab : a. Lapisan mukosa (untuk fungsi sekresi) yang terletak paling dalam b. Lapisan jaringan ikat submukosa c. Lapisan otot polos sirkuler dan longitudinal d. Lapisal peritoneum (atau adventisa) lapisan paling luar

8. Sebutkan dan jelaskan sistem saraf dan vaskuler yang bekerja pada sisem pencernaan Jawab : Saluran pencernaan memiliki urat saraf akselerator dan inhibitor, yang mempercepat dan memperlambat gerakan peristaltik berturut-turut. apabila sebuah organ memiliki

16

otot sfinkter, maka serabut saraf yang menyebabkan kontraksi organnya akan menghambat sfinkter, dan sebaliknya. Ini terjadi pada lambung dalam sfinkter pilorik dan usus dalam sfinkter ileokolik.

Organ

Kegiatan

ditambah Kegiatan

diperlambat

atau dirangsang oleh Lambung Vagus (kontraksi) Usus Vagus (kontraksi)

atau dihentikan oleh Simpatis (dikendorkan) Simpatis (dikendorkan)

Sistem vaskuler sangat berfungsi dalam sistem pencernaan. Darah dan saluran limfe adalah alat yang digunakan untuk mengedarkan nutrisi ke semua bagian tubuh makhluk hidup. Darah bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnyadapat dijalankan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lainnya. Plasma darah membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan; menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan

buangan ke berbagai organ ekskreotik untuk dibuang. Saluran limfe berfungsi mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah. Saluran limfe lakteal berfungsi membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Gbr. 5

17

9. Jelaskan fase cephalic, gastric dan intestinal pada gambar 5 Jawab : Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik, gastrik dan intestinal. Fase sefalik sudah dimulai bahkan sebelum makanan masuk lambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikir, atau mengecap makanan. Fase ini diperantarai seluruhnya oleh saraf vagus dan dihilangkan vagotomi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan. Impuls eferen kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam HCI, pepsinogen dan menambah mukus.Fase sefalik menghasilkan sekitar 10 % dari sekresi lambung normal yang berhubungan dengan makanan. Fase gastrik dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi yang terjadi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls tersebut berjalan menuju medula melalui aferen vagus dan kembali ke lambung melalui eferen vagus; impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormon gastrin dan secara langsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastrin dilepas dari antrum dan kemudian dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung, untuk merangsang sekresi. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh PH alkali, garam empedu di antrum, dan terutama oleh protein makanan dan alkohol. Gastrin adalah stimulus utama sekresi asam hidroklorida. Fase sekresi gastrik menghasilkan lebih dari dua pertiga sekresi lambung total setelah makan, sehingga merupakan bagian terbesar dari total sekresi lambung harian yang berjumlah sekitar 2.000 ml. Fase gastrik dapat terpengaruh pada reseksi bedah antrum pilorus, sebab di tempat inilah gastrin diproduksi. Fase intestinal dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Fase sekresi lambung ini diduga sebagian besar bersifat hormonal. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus, suatu hormon yang menyebabkan hormon terus-menerus mensekresikan cairan lambung. Tetapi, peranan usus kecil sebagai penghambat sekresi lambung jauh lebih besar.

18

Fisiologi Cairan Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa sangat penting bagi tubuh dalam pemeliharaan kesehatan. Keseimbangan tersebut di jaga oleh faktor intake, distribusi regulasi dan output. Ketidakseimbangan dari dari faktor tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Gbr.6

1. Jelaskan komposisi kompartemen cairan tubuh pada gambar 6 di atas Jawab : Cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh didalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit adalah unsur atau senyawa yang jika melebur didalam air akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik. Elekrolit ada dua yaitu elektrolit negative dan elektrolit positif. Mineral adalah unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis. Mineral bekerja sebagai katalis dalam respon saraf, kontraksi otot dan metabolisme zat gisi yang ada dalam makanan, juga mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon serta menguatkan strukur tulang. Contohnya zat besi dan zink. Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup contohnya cairan yang berada dalam sel darah merah dan sel darah putih.

19

2. Jelaskan proses perpindahan cairan secara difusi, osmosis, filtrasi dan transpor aktif dalam tubuh! Jawab : Cairan berpindah dari satu kompartement ke kompartement lain untuk memfasilitasi proses proses yang terjadfi didalam tubuh seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit , keseimbangan asam basa , dan respon terhadap terapi obat. Cairan tubuh berpindah melalui difusi, osmosis, dan filtrasi. a. Difusi Difusi adalah perpindahan molekul suatu substansi dari daerah yang berkonsertasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah. b. Osmosis Perpindahan molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke tinggi melalui membran semi permeabel. c. Filtrasi Proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. d. Transportasi Aktif Transpor aktif memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar, selain itu sel juga dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi.

3. Berdasarkan tonicitasnya cairan dibedakan menjadi tiga. Sebutkan, jelaskan dan beri contohnya! Jawab : a. Isotonic yaitu larutan dengan osmolalitas (tekanan osmotic larutan) yang sama dengan plasma. Pemberian larutan isotonic melalui intravena (IV) akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolik dari kompartement intrasel. Contoh : salin normal 0,9 % atau laktat ringer (macam infuse) b. Hipotonic yaitu larutan dengan konsentrasi solut lebih rendah dari pada plasma. Pemberian Hipotonic IV dengan konsentrasi solut lebih rendah akan membuat air berpindah kedalam sel, dan sebaliknya.

20

Contoh : salin 0,45 % , salin 0,33 % , dekstrosa 2,5 % c. Hypertonic yaitu larutan dengan konsentrasi solut lebih tinggi dari plasma. Contoh : dekstosa 5 % didalam salin 0,45 % , dekstrosa 5 % didalam salin normal.

4. Jelaskan proses perpindahan elektrolit dalam tubuh! Jawab : Bila garam larut dalam air (misal ; NaCl) akan terjadi disosiasi (penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana) sehingga terbentuk ion-ion yang bermuatan positif dan negatif. Ion yang mengandung muatan listrik ini dinamakan elektrolit. Cairan tubuh yang mengandung air dan garam dinamakan larutan elektrolit. Perpindahan elektronik terjadi melalui 3 fase : Fase 1 : Plasma darah pindah dari sel tubuh ke dalam sistem sirkulasi, nutrisi, dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractur gastrointestinal. Fase 2 : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel. Fase 3 : Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermeabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode elektron. yang biasa digunakan adalah : difusi, filtrasi, osmosis, transpor

5. Jelaskan intake dan output cairan tubuh dan bagaimana menghitung balance cairan tubuh1 Jawab : Merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output).Tujuannya untuk menentukkan status keseimbangan tubuh klien dan menentukkan tingkat dehidrasi klien. Prosedur :

21

a. tentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh. Ciran yang masuk kedalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan , air hasil oksidasi(metabolism),dan cairan intravena. b. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien.Cairan yang keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss(IWL), feses,dan muntah. c. Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : intake-output. Hal yang perlu diperhatikan dalam keadaan normal : a. Rata-rata intake cairan perhari 1. 2. 3. Air minum Air dari makanan Air hasil metabolisme : 1500-2500 ml : 750 ml : 300 ml

b. Rata-rata output cairan perhari : 1. 2. Urine : 1 - 2 cc/kgBB/jam

Insensible water loss :-dewasa:IWL=10-15cc/kgBB/hari

-Anak-anak:IWL=30-umur(th) cc/kgBB/hari -Bila ada kenaikan suhu :IWL=200 (suhu sekarang-36,80 C) 3. Feses :100-200ml

6. Apakah yang dimaksud dengan Insensible Water Loss (IWL) , apakah yang mempengaruhinya, jelaskankan Jawab : Kehilangan air tak kasat mata (insensible water loss, IWL) terjadi terus menerus dan tidak dapat dirasakan oleh individu. Rata-rata hilangnya air dari kullit orang dewasa sekitar 6 ml/kg/24 jam. Paru-paru juga mengalami kehilangan air yang tidak dapat dirasakan, dengan jumlah rata-rata 400ml setiap hari. Kehilangan air kasat mata (Sensibel water Loss, SWL) terjadi melalui keringat yang berlebihan dan dapat dirasakan oleh individu. Jumlah pengeluaran keringat yang dapat dirasakan, berhubungan dengan banyaknya olahraga, suhu lingkungan dan aktivitas metabolic. SWL dapat mencapai 1000ml atau lebih dalam 24 jam.

22

7. Sebutkan hormon-hormon yang berpengaruh dalam regulasi cairan. Jawab : 1. ADH Fungsinya akan menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorbsi air oleh tubulus ginjal. Ketika periode diare atau

muntah/pendarahan, maka jumlah ADH didalam darah meningkat, dan reabsorbsi air oleh tubulus ginjal meningkat juga dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian, haluaran urine akan berkurang sebagai respon terhadap kerja hormon ADH ini. 2. Aldosteron Diproduksi oleh korteks adrenal. Fungsinya mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium, akibatnya air juga akan diabsorbsi dan dikembalikan ke volume darah. 1. Glukokortikoid Mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit. Sekresi hormon glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namun kelebihan hormon dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menaha natrium dan air.

8. Apakah dampak ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, jelaskan. Jawab : 1. Ketidakseimbangan Natrium a. Hiponatremia Nilai konsentrasi Natrium serum yang kurang dari normal (135-145 mEq/L). Tanda dan gejala : denyut nadi cepat namun lemah, hipotensi, pusing dan lain-lain. b. Hipernatremia Nilai konsentrasi Natrium lebih tinggi dari konsentrasi normal didalam cairan ekstrasel. Tanda dan gejala : demam tingkat rendah, hipotensi postural, lidah dan membran mukosa kering, kulit kering dan kemerahan, dan rasa haus.

23

2. Ketidakseimbangan Kalium (3,5 - 5,5 mEq/l) a. Hipokalemia Jumlah kalium yang bersirkulasi di dalam cairan ekstrasel tidak adekuat. Tanda dan gejala : denyut nadi lemah dan tidak teratur, pernafasan dangkal dan lain-lain. b. Hiperkalemia Lebih besarnya kalium daripada nilai normal kalium dalam darah. Tanda dan gejala : denyut nadi tidak teratur dan lambat, hipotensi, kecemasan / ansietas dan lain-lain. 3. Ketidakseimbangan Kalsium (8,5 11 mEq/l) a. Hipokalsemia Penurunan kadar kalsium dalam serum. Tanda dan gejala : baal dan kesemutan pada daerah jari2 dan reflek hiperaktif dan lain-lain. Contoh : Osteoporosis. b. Hiperkalsemia Mengacu pada kelebihan kalsium dalam plasma. Tanda dan gejala : penurunan tonus otot, mual dan muntah, kelemahan nyeri pada punggung bagian bawah akibat batu ginjal dan lain-lain.

4. Ketidakseimbangan Magnesium a. Hipomagnesemia Konsentrasi Magnesium turun sampai sibawah 1,5 mEq/L. Tanda dan gejala : tremol otot, kebingungan, disorientasi takikardi, dan lain-lain. b. Hipermagnesemia Konsentrasi magnesium meningkat sampai diatas 2,5 mEq/L. Tanda dan gejala : reflek tendon dalam hipoaktif, frekuensi denyut jantung dangkal dan lambat, hipotensi dan lain-lain.

5. Ketidakseimbangan Klorida a. Hipokloremia

24

Kadar klorida serum turun sampai dibawah 100mEq/L. b. Hiperkloremia Kadar klorida serum meningkat sampai diatas 106 mEq/

6. Ketidakseimbangan phospor a. Kekurangan fosfor Bisa terjadi bila menggunakan obat antacid untuk menetralkan asam lambung, seperti aluminium hidroksida untuk jangka lama. Kekurangan fosfor juga bias terjadi pada penderita yang kehilangan banyak cairan melalui urine. Kekurangan juga menyebabakna kekurangan tulang. Gejalanya adalah rasa lelah, kurang nafsu makan dan kerusakan tulang. b. Kelebihan fosfor Bila kadar fosfor darah terrlalu tinggi, ion fosfor akan mengikat kalsium sehingga dapat menyebabkan kejang

9. Jelaskan ketidakseimbangan natrium, bagaimana tanda dan gejalamnya, dan bagaimana tatalaksana pada gangguan tersebut, ! Jawab : Kadar normal Natrium dalam serum sekitar 138 145 mEq/L. a. Defisit Natrium (Hiponatremia) adalah nilai konsentrasi natrium di dalam darah lebih rendah 138 mEq/L, dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau kelebihan total air. Gejala yang timbul antara lain, denyut nadi cepat namun lemah, hipotensi, pusing, ketakutan dan kecemasan, kram abdomen, mual dan muntah, diare, koma dan konvulsi, kulit lembab dan dingin, perubahan kepribadian. b. Kelebihan Natrium (Hipernatremia) adalah nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari konsentrasi normal di dalam cairan ekstrasel, yaitu diatas 145 mEq/L, yang dapat disebabkan oleh kehilangan air yang ekstrim. Gejala yang timbul antara lain demam rendah, postural hipotensi, lidah dan membran mukosa kering, gelisah, rasa haus, kulit kering dan kemerahan, anuria.

25

10.

Jelaskan ketidakseimbanga n kalium bagaimana tanda dan gejalanya, dan

bagaimana tatalaksana gangguan tersebut! Jawab : Kadar normal kalium dalam serum sekitar 3,55,0 mEq/L. Pengaturan konsentrasi kalium dilakukan oleh ginjal, yang dipengaruhi oleh aldosteron. a. Defisit kalium (Hipokalemia) merupakan kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkulasi di dalam cairan ekstra sel tidak adekuat atau dapat dikatakan bila kadar kalium dalam serum kurang dari 3,5 mEq/L. Gejala yang muncul antara lain kelemahan otot, anoreksia, mual, muntah, reflex tendon hilang, bising usus menurun, kelemahan, hipotensi, pernafasan dangkal. b. Kelebihan kalium (Hiperkalemia) adalah kondisi dimana kadar kalium dalam serum lebih dari 5,0 mEq/L. Gejala klinis yang muncul antara lain mual, muntah, diare, berdebar-debar, anuria, kecemasan/ansietas, iritabilitas, denyut nadi tidak teratur dan lambat.

11.

Jelaskan ketidakseimbangan kalsium bagaimana tanda dan gejalanya, dan

bagaimana tatalaksana gangguan tersebut! Jawab : Kadar normal kalsium dalam serum sekitar 4,55,8 mEq/L. Jumlah kalsium dalam tubuh dikendalikan oleh 1,25 dihidroksikolekalsiferol yang merupakan vitamin D yang paling aktif, parathormon, dan kalsitonin. a. Defisit kalsium (hipokalsemia) adalah kondisi dimana kadar kalsium kurang dari 4,5 mEq/L. Gejala klinis yang muncul, osteoporosis, fraktur patologis, kejangkejang, mual, muntah, diare, kedutan diseputar hidung, telinga, jari tangan, dan kaki, tetani, kram otot, tanda Trousseau positif (spasme karpopedal disertai hipoksia). b. Kelebihan kalsium (hiperkalsemia) adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan peningkatan kalsium yang terionosasi, dimana kadar kalsium diatas 5,8 mEq/L. Gejala klinis yang muncul antara lain penurunan kadar tonus, anoreksia, mual dan muntah, kelemahan, letargi, haus, poliuri, reflex tendon menurun, batu ginjal, lemah, penurunan level kesadaran, henti jantung.

26

12.

Jelaskan ketidakseimbangan kalsium bagaimana tanda dan gejalanya, dan

bagaimana tatalaksana gangguan tersebut! Jawab : Kadar normal kalsium dalam serum sekitar 4,55,8 mEq/L. Jumlah kalsium dalam tubuh dikendalikan oleh 1,25 dihidroksikolekalsiferol yang merupakan vitamin D yang paling aktif, parathormon, dan kalsitonin. a. Defisit kalsium (hipokalsemia) adalah kondisi dimana kadar kalsium kurang dari 4,5 mEq/L. Gejala klinis yang muncul, osteoporosis, fraktur patologis, kejangkejang, mual, muntah, diare, kedutan diseputar hidung, telinga, jari tangan, dan kaki, tetani, kram otot, tanda Trousseau positif (spasme karpopedal disertai hipoksia). b. Kelebihan kalsium (hiperkalsemia) adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan peningkatan kalsium yang terionosasi, dimana kadar kalsium diatas 5,8 mEq/L. Gejala klinis yang muncul antara lain penurunan kadar tonus, anoreksia, mual dan muntah, kelemahan, letargi, haus, poliuri, reflex tendon menurun, batu ginjal, lemah, penurunan level kesadaran, henti jantung.

13.

Jelaskan ketidakseimbangan klorida bagaimana tanda dan gejalanya, dan

bagaimana tatalaksana gangguan tersebut! Jawab : Kadar normal klorida dalam serum sekitar 100-106 mEq/L. a. Defisit klorida (hipokloremia) terjadi jika pada klorida serum turun sampai dibawah 100-106 mEq/L. b. Kelebihan klorida (hiperkloremia) terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai diatas 100-106 mEq/L. Hipokloremia dan hiperkleremia jarang terjadi sebagai proses penyakit yang tunggal, tetapi umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa.

14.

Jelaskan ketidakseimbangan phospor bagaimana tanda dan gejalanya, dan

bagaimana tatalaksana gangguan tersebut! Jawab : a. Kekurangan fosfor

27

Bisa terjadi bila menggunakan obat antacid untuk menetralkan asam lambung, seperti aluminium hidroksida untuk jangka lama. Kekurangan fosfor juga bisa terjadi pada penderita yang kehilangan banyak cairan melalui urine. Kekurangan juga menyebabakna kekurangan tulang. Gejalanya adalah rasa lelah, kurang nafsu makan dan kerusakan tulang. b. Kelebihan fosfor Bila kadar fosfor darah terlalu tinggi, ion fosfor akan mengikat kalsium sehingga dapat menyebabkan kejang.

15.

Bagaimana mekanisme terjadinya hipervolemia dalam tubuh, dan bagaimana

tatalaksananya? Jawab : Edema (hipervolemik) adalah penimbuhan cairan berlebihan diantara sel sel tubuh atau didalam berbagai rongga tubuh. Edema disebut juga efusi, asites. Penamaan penimbunan cairan ini bergantung pada lokasi dimana edema ini terjadi. Edema dapat terjadi secara local maupun umum. Edema lokal disebut juga edama piting, sedangkan edema umum disebut edema anasarka. Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan cairan dari intrafaskuler ke interstitial. Perpindahan cairan secara normal, menurut hukum starling, diatur oleh tekanan hidrostastik pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg, sedangakan pada ujung venula sekitar 12-15 mmHg. Tekanan osmotic koloid plasma sebesar 20-25 mmHg. Edema akan terjadi apabila : a. Tekanan hidrostatis tekanan vaskuler meningkat Penyebab meningkatnya tekanan hidrostatik diantaranya adalah kegagalan jantung, penurunan perfusi ginjal, aliran darah yang lambat misalnya karena ada sumbatan, dll. b. Tekanan osmotic koloid plasma menurun Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma disebabkan menurunnya kadar albumin plasma. Penurunan kadar albumin plasma diakibatkan oleh keilangan albumin serum yang berlebihan atau pengurangan sintesis albumin serum. Kondisi ini misalnya dapat ditemukan pada penyakit

28

nefrotik sindrom, penyakit hati dan pancreas serta kekurangan protein yang berat. c. Gangguan aliran limfe Terjadinya obstruksi aliran limfe menyebabkan cairan jaringan akan tertimbun, dinamai limfedema. Penyebab terjadinya obstruksi aliran limfe diantaranya dapat disebabkan oleh tindakan operasi (misalnya mastektomi radikal), tumor ganas yang menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe, dan penyakit filariasis. Ketiga keadaan tersebut merupakan penyebab primer edema yang bukan disebabkan oleh reaksi radang.

16.

Bagaimana mekanisme terjadinya hipovolemia dalam tubuh, dan bagaimana

tatalaksananya? Jawab : Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat kehilangan air abnormal (menurut Ramali dan Pamoentjak 1996). Sedangkan menurut Guyton (1995), dehidrasi adalah hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian dapat disimpulkan dehidrasi, keadaan kehilangan cairan tubuh. Ada dua jenis dehidrasi yaitu : a. Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibanding kekurangan elektrolit (dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ektraseluler, sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstra sel yang menyebabkan terjadi dehidrasi intraseluler. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20% maka sel akan mati. Dehidrasi ini terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan berat. b. Dehidrasi dimana kekurangan elektrolit lebih domina disbanding kekurangan air (dehidrasi hipertonik). Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat hipotonis, sehingga terjadi perpindahan airdari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadi edema intrasel. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang yang mengalami kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air murni tanpa mengandung elektrolit.

29

17.

Bagaimana terjadinya euvolemia?

Jawab : Keadaan volume cairan tubuh normal yaitu ketika volume cairan yang masuk dalam tubuh sama dengan cairan yang keluar.

Konsep Nutrisi

Tubuh memerlukan energi untuk berfungsinya organ, pertumbuhan, dan pergerakan. Energi tersebut diperoleh melalui proses metabolisme.

1. Jelaskan pengertian metabolisme, katabolisme dan anabolisme Jawab : Metabolisme merupakan Sekumpulan proses kimia yang terjadi pada organisme hidup, menyebabkan pertumbuhan, pembangkitan energi, pembuangan zat sisa, dan fungsi lain yang berkaitan dengan distribusi nutrisi di dalam darah setelah pencernaan. a. Anabolisme Merupakan produksi dari substansi kimia yang lebih kompleks dengan sintesis nutrien b. Katabolisme Merupakan pemecahan substansi kimia menjadi substansi yang lebih sederhana.

2. Apakah perbedaan basal metabolisme rate (BMR) dan basal energy expenditure (BEE) Jawab : a. BMR (Basal Metabolic Rat) adalah energy seseorang ketika istirahat yang diperlukan pada tingkat rendah fungsi selular.

30

b. BEE (Basal Energy Expenditure), perkiraan penggunaan energy basal pada dewasa, anak yang berusia lebih dari 6 tahun ketika istirahat. Ex: Wanita: BEE= 655+(9,6Xberat badan dalam kg)+ (1,7x tinggi badan dalam cm)-(4,7x umur dalam tahun). Pria: BBE = 66+ (13,7x Berat badan dalam kg) + (5x tinggi badan dalam cm) (6,8x umur dalam tahun).

3. Jelaskan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Jawab : Karbohidrat Karbohidrat dalam tiap gramnya dapat menghasilkan 4 kkl. Karbohidrat diklasifikasikan a. Monosakarida Merupakan bentuk molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat langsung diserap oleh pembuluh darah. b. Disakarida Dibentuk dari monosakarida dan air. c. Polisakarida Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen dan selulosa. Metbolisme Karbohidrat Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui pencernaan, absorpsi, dan metabolisme. Metabolisme Karbohidrat berbentuk monosakarida dan disakarida diserap melalui mukusa usus. Setelah proses penyerapan (dalam pembuluh darah) semua berbentuk monosakarida. Monosakarida (Fruktosa, Galaktosa, Glukosa) yang masuk bersama-sama darah dibawa ke hati. Di dalam hati Monosakarida diubah menjadi glukosa dan dialirkan melaui pembuluh darah ke otot. Di dalam otot glukosa dibakar membentuk glikogen melalui Proses Glikoneogenesis. Metabolisme karbohodrat terdiri dari 3 proses: a. Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbondioksida dan air (glikogenolisis) b. Anabolisme (glikogenesis). glukosa menjadi glikogen untuk penyimpanan menurut unit sakarida:

31

c. Perubahan asam amino dan gliserol menjadi glikogen untuk energy (glukoneogenesis) Protein Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Asam amino di anabolisasi menjadi jaringan, hormon dan enzim. Asam amino juga dapat dirubah menjadi lemak dan disimpan sebagai jaringan adiposa atau dikatabolisasi (dipecahkan) menjadi energi melalui glikoneogenesis. Metabolisme Protein Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan dikeluarkan enzim protease yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton. Albuminosa dan pepton di dalam usus halus diubah menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari pancreas dan selanjutnya diserap atau berdifusi ke aliran darah yang menuju ke hati.Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh untuk menganti sel-sel yang rusak dan sebagian digunakan untuk membuat protein darah. Karean protein dapat larut dalam air sehingga umumnya dapat dicerna secara sempurna dan hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses. Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke hati kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya sehingga terpecah menjadi dua macam zat yaitu asam organic dan amoniak. Amoniak dibuang melalui ginjal, sedangkan asam organic dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Lemak Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak. Proses selama asam lemak disintesis Metabolisme dari 1 gram hasil lipid lebih dari 2 kali energi yang diberikan oleh karbohidrat atau protein. Metabolisme Lemak Lemak diserap melalui proses secara pasif dalam bentuk gliserol asam lemak karena giserol larut dalam air. Gliserol asam lemak masuk dalam pembuluh darah dan dibawa ke hati. Kemudian didalam hati dengan proses kimiawi Gliserol diubah

32

menjadi Glikogen. Bersama metabolisme Hidarat Arang gliserol akan menghasilkan tenaga. Lemak yang dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut Colesterol.

4. Sebutkan vitamin yang larut dalam air dan lemak serta sumbernya. Jelaskan efek kelebihan dan kekurangan vitamin. Jawab : Vitamin Larut Air Fungsi Vitamin C(asam Askorbat) Produksi kolagen;integritas dinding kapiler; pembentukan sel darah merah; metabolisme asam amino; pengurangan garam zat besi; perlindungan vitamin lain dari oksidasi Vitamin B kompleks B1(tiamin) Kompnen enzim, oksidasi karbohidrat, konversi oksidatif asam piruvirat dan lingkar asam sitrat Beri-beri(jarang), polineuritis, konfusi mental, kelemahan otot, ataksia, gangguan ritme jantung, pembesaran Nadi yang cepat, sakit kepala, lemah iritabilitas, insomnia Daging babi, ikan, telur, unggas, buncis kering, padi-padian, gandum, roti, pasta Penyakit kudis, penyembuhan luka yang buruk, perdarahan, gigi tanggal, memar Batu ginjal, penyakit kudis, infeksi saluran urin Jeruk, kubis, kentang, tomat, brokoli, strawbery, blewah, cabe hijau Akibat Defisiensi Akibat kelebihan Sumber-sumber

33

jantung

Vitamin B2 (ribovlavin) Metabolisme nutrien, pertumbuhan, oksidasi dan reduksi lemak, karbohidrat

Ariboflavinosis:pecah pecah pada ujung mulut, desquamasi sisik kulit sekitar mulut,iritasi mata, glositis(lidah berkilau), fotofobia(sensitif terhadap cahaya

Ulkus, tingkat glukosa darah yang elevasi, peningkatan asam urat dalam darah Susu, padipadian,, sayuran hijau, hati

Vitamin B6 (kompleks Piridoksin, Piridoksal, Piridoksamin) Metabolisme nutrisi; sintesis asam amino nonesensial; konversi triptofan untuk niasin; fungsi darah yang tepat dan sel sistem saraf pusat. Vitamin B12 (Kobalamin) Penghasil enzim yang esensial untuk metabolisme nutrien, asam

Anemia, iritabilitas, luka kulit, pecahpecah pada ujung mulut

Pembengkakan, depresi, kelelahan, sakit kepala, kerusakan saraf, iritabilitas Padi-padian, hati, ikan, unggas, kacang hijau, kacang, daging, kentan

Tidak dilaporkan Anemia pernisius dan gangguan nerologik

Susu, telur, keju, daging, ikan, unggas, makanan dari hewan asli (makanan

34

nukleat, asam folat; fungsi tepat pada sel tulang, saluran gastrointestinal, dan sistem saraf; pembentukan purin demikian juga RNA dan DNA Asam Pantotenat Metabolisme nutrisi; sintesis kolesterol dan hormon steroid; aktivitas korteks adrenal Boitin Sintesis asam lemak; utilisasi glukosa; metabolisme protein; utilisasi vitamin B12 dan asam folat Niasin Utilisasi protein; glikolisis; sintesis lemak; perbaikan jaringan Pellagra; kelemahan, anoreksia, indigesti, pellagra berat; dermatitis, diare, dimensia Ulkus, disfungsi hati, kadar glukosa darah meningkat, Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui Peningkatan kebutuhan tiamin, kadang-kadang diare, retensi air

tumbuhan tidak mengandung vitamin B12)

Daging, padipadian, sereal padi-padian, tumbuhan polong

Hati, ginjal, sayuran berdaun hijau tua, kuningmerah telur, kacang hijau Daging, produk susu, padi-padian, sereal, tuna Hati, sayuran berdaun hijau, daging, ikan,

peningkatan tingkat unggas, padiasam urat darah, diare, mual, flushing padian

35

Folasin, Asam Folat, Folat Metabolisme beberapa asam amino; maturasi sel darah merah; sintesis purin dan pirimidin, yang penting untuk asam ribonukleat (RNA) dan asam deoksiribonukleat (DNA) Anemia makrotik Diare, insomnia, iritabilitas, menutupi defisiensi vitamin B12

Vitamin larut lemak Fungsi Vitamin Akibat Defisiensi A Kebutaan Akibat Kelahan Sumber-sumber

pada Mual, muntah, rasa Susu murni, produk

(Retinol, Retinal, malam hari, kulit nyeri abdominal, dan susu murni, telur, Asam Retinoat) Pertumbuhan pemeliharaan jaringan pemeliharaan kasar, membran kegagalan kering, pertumbuhan anakuntuk anak;kehilangan badan sayuran berdaun

dan mukosa penurunan epitel; resistensi

pada hijau, buah- buahan dan sayuran yang berwarna pada kuning,minyak hati

infeksi, kegagalan berat

akuitas visual pada perkembangan gigi orang dewasa; dosis ikan, hati lampu fungsi khususnya pengenalan antigen suram; dan tulang imun, besar: rambut, pembengkakan pelunakan dan kerontokan

tulang,

nyeri tulang sendi, hepatomegali, splenomegali,sakit

36

kepala Vitamin D Penyerapan penggunaan kalsium Penyakit ricket dan Dosis dan pertumbuhan gigi kehilangan besar Cahaya matahari,

nafsu susu, margarin yang muntah, emperkuat dan

yang tertunda pada makan, dalam anak-anak dan kegagalan

minyak hati ikan.

perkembangan tulang dan gigi.

osteomalasia pada pertumbuhan, dewasa. peningkatan deposit kalsium jaringan dalam lunak,

pembuluh darah dan ginjal Vitamin E (Tokoferol) Perlindungan vitamin A dan C dan asam lemak tidak jenuh majemuk dari oksidasi; sintesisheme. Vitamin K Pembentukan protrombin, pembekuan darah. Penyakit hemoragin pada bayi baru lahir, waktu pembekuan yang lama pada orang dewasa. Hiperbilirubinemia pada bayi, muntah pada orang dewasa. Sayuran berdaun hijau, sintesis hati pada daerah gastrointestinal. Peningkatan emolisisel Gangguan dengan darah penggunaan vitamin Minyak sayur, sayuran berdaun hijau, susu, telur, daging, cereal.

nerah dan anemia A dan K, makromtik pada memperpanjang waktu protrombin, iritabilitas, intestinal, sakit kepala, nyeri otot, pusing.

bayi premature.

5. Deskripsikan kebutuhan nutrisi pada bayi, usia preschool dan usia sekolah Jawab : 1. Bayi Masa pertumbuhan ditandai oleh pertumbuhan yang cepat dan protein tinggi, vitamin, mineral, dan kebutuhan energi. Asupan gizi kira-kira 108 kkal/kg berat

37

badan yang diperlukan pada satu setengah masa pertumbuhan dan 98 kkal/kg pada dua setengah (Food and Nutrition Board, 1989). Waktu penuh bayi baru lahir dapat mencerna dan mengabsorbsi karbohidrat, protein sederhana, dan jumlah sedang dari lemak yang diemulsi. a. Bayi yang minum ASI ASI menyediakan keuntungan nutrisi, antiviral, antibakteri, dan psikososial bagi bayi. Bayi yang minum ASI memerlukan suplemen vitamin D. Suplemen lain yang memungkinkan termasuk vitamin K, zat besi dan florida walaupun penggunaannya kontroversial. b. Bayi yang minum susu botol Formula bayi dirancang untuk mengandung kurang lebih komposisi nutrien dari ASI. Susu sapi yang reguler seharusnya tidak digunakan untuk formula bayi karena menyebabkan perdarahan gastrointestinal dan terlalu pekat bagi ginjal bayi untuk mengelolanya. Madu dan sirup jagung adalah sumber toksin botulisme dan jangan digunakan untuk diet bayi. Toksin dapat menjadi fatal untuk anak-anak berusia di bawah satu tahun (Wardlaw, Insel, dan Seyler, 1994). c. Pengenalan makanan padat Susu ASI atau formula memberikan nutrisi yang cukup untuk empat hingga enam bulan pertama kehidupan. Perkembangan keterampilan motorik pada tangan dan jari-jari yang baik memparalelkan minat anak pada makanan dan makan sendiri. Sereal yang diperkaya zat besi khususnya diperkenalkan makanan pertama yang semi padat. Makanan baru harus diperkenalkan sekali waktu. 2. Preschool Anak usia pra sekolah memerlukan kira-kira 480 gr susu setiap hari, 30-90 gr dari kelompok daging, 4-5 porsi kelompok buah dan sayuran (termasuk sumber vitamin C setiap hari dan porsi sayuran dan buah-buahan berdaun hijau dan kuning tua), 3 porsi seluruh padi-padian atau makanan yang diperkaya gizinya dari kelompok roti dan sereal, dan 3-4 sendok teh margarin atau mentega. 3. Usia sekolah

38

Anak-anak usia sekolah 6-12 tahun berkembang pada rata-rata yang rendah dan terus-menerus, dengan penurunan bertahap dalam kebutuhan energi per unit berat badan. Anak usia sekolah mencapai 3-5 kg dalam berat badan dan 6 cm dalam tinggi badan per tahun hingga pubertas. Nafsu makan anak-anak usia sekolah lebih besar daripada merka yang lebih muda dan asupan makanan lebih bervariasi. Asupan yang direkomendasi termasuk 2 porsi dari kelompok susu, 60-90 gr kelompok makanan daging, 4 porsi atau lebih dari kelompok buah dan sayuran (dengan sumber vitamin C sehari dan sumber vitamin A setiap hari yang lain), 3-4 porsi dari seluruh padi-padian dan roti yang diperkaya gizinya dan sereal, dan 1-2 sendok teh margarin atau mentega.

6. Deskripsikan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa Jawab : Permintaan untuk nutrient yang banyak berkurang ketika akhir masa pertumbuhan. Usia dewasa awal dan dewasa tengah mengikuti rekomendasi yang sama dari kelompok dasar makanan; 2 porsi atau lebih dari tiap-tiap kelompok susu dan daging, 4 porsi atau lebih dari kelompok sayuran-buah (dengan sumber vitamin C setiap hari dan 3-4 porsi mingguan sumber-sumber vitamin A), 4 porsi atau lebih dari kelompok padi-padian atau roti dan sereal yang diperkaya nilai gizinya, dan 1-2 sendok makan margarin atau mentega. a. Dewasa Muda Harus terjadi keseimbangan antara intake makanan dengan jumlah kalori yang keluar, khususnya pada wanita hamil dan menyusui. Wanita hamil dan menyusui membutuhkan : Protein Calsium dan fosfor Magnesium 150 mg/hari Besi Iodine 175 mg/hari Seng 5 mg lebih banyak dari kebutuhan seharinya untuk pembentukan jaringan baru. b. Midle Age Adult (Dewasa Tengah)

39

Intake kalori perlu dikurangi karena penurunan BMR, pertumbuhan sudah lengkap dan aktivitas berkurang. Penurunan intake bertujuan mencegah obesitas. Mereka sebaiknya berhati-hati dalam memilih makanan. Makanan yang dianjurkan makanan rendah lemak, unggas, ikan, kacang, dan telur hanya boleh 3 kali seminggu. Sayur, buah, sereal dan roti kasar dapat memenuhi kebutuhan serat dan protein.

7. Deskripsikan kebutuhan nutrisi pada lansia Jawab : Kecukupan zat gizi pada lansia lebih rendah dari dewasa. Hal ini disesuaikan dengan perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Penambahan usia membuat perubahan perbandingan konsumsi makanan. Zat gizi protein sebaiknya diperoleh melalui ikan, sedikit daging, telur dan susu, dan banyak kacang-kacangan. Karbohidrat sebaiknya bersumber dari bahan-bahan yang tidak murni seperti beras tidak sosoh, beras jagung, tepung terigu dari gandum utuh, singkong, ubi jalar, talas, pisang, dan sebagainya. Lemak diusahakan berasal dari lemak nabati yang cukup mengandung asam oleat, linoleat dan linolenat, yang banyak terdapat dalam jagung, kedelai, alpukat. Namun, konsumsi karbohidrat dan lemak harus secukupnya saja, sehingga tidak menyebabkan kelebihan berat badan. Lansia berusia 65 tahun mengalami penurunan kebutuhan kalori pada saat tingkat metabolis menurun dengan bertambahnya umur. Kebutuhan rata-rata yang diperbolehkan untuk laki-laki adalah 2300 kkal/hari dan untuk wanita 1900 kkal/hari. Adapun persentase kebutuhan zat gizi makro adalah 20%-25% protein, 20% lemak, dan 55%-60% karbohidrat. Asam lemak yang dikonsumsi sebaiknya yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi. Selain itu zat gizi yang banyak defisien pada lansia adalah vitamin B6, B12, folat, vitamin D dan kalsium. Kebutuhan vitamin dan mineral yang diperbolehkan tetap tidak berubah dari tingkat dewasa tengah.

8. Jelaskan proses menua yang dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia Jawab : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia

40

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. b. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit. c. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. e. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi. f. Penyerapan makanan di usus menurun. 2. Masalah gizi pada lansia a. Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kotakota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi. b. Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. c. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat

41

9. Identifikasi nutrient yang diperlukan terkait masalah-masalah yang terjadi pada proses menua Jawab : Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan

kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal. Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: 1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah : a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu, dll. b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya. 2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacang-kacangan dan olahannya. 3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran. Dalam pemilihan makanan, biasanya diet pada lansia cirinya adalah makanan protein dan tinggi padaroti, kue, dan sereal. Daging dihindari karena harganya dan sulit untuk dikunyah. Keju, telur dan selai kacang berguna untuk persediaan protein.

42

Susu,sangat penting untuk wanita lansia yang kekurangan kalsium dalam tulang (osteoporosis).

10.

Menjelaskan peran perawat di komunitas untuk mengatasi masalah nutrisi

pada lansia Jawab : Perawat memiliki peran dalam mengatasi masalah nutrisi pada lansia. Peran tersebut yaitu melakukan pemantauan status nutrisi pada lansia. 1. Penimbangan Berat Badan a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali Waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan. a. Menghitung berat badan ideal pada dewasa : Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm 100) Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm 100 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih. Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang 2. Kekurangan kalori protein Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat. 3.Kekurangan vitamin D

43

Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.

11.

Menjelaskan perubahan sistem perkemihan pada lansia Menjelaskan masalah

gangguan cairan dan elektrolit pada lansia. Jawab : 1. Perubahan sistem perkemihan pada lansia Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria. Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 80 tahun. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa terhadap perubahan metabolisme melambat.

Pembuangan sisa-sisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri. 2. Masalah gangguan cairan dan elektrolit pada lansia Risiko klien lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit mungkin berhubungan dekat dengan penurunan fungsi ginjal dan

ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urin. Klien lansia yang mungkin mengalami penyakit kronik seperti diabetes melitus, gangguan kardiovaskular atau kanker dapat merusak keseimbangan cairan. Selain itu jumlah total air tubuh menurun seiring peningkatan usia (Horne et al, 1991). Ketidakseimbangan umum yang berhubungan dengan proses penuaan meliputi gangguan cairan hiperosmolar dan hipernatremia. a. Ketidakseimbangan hiperosmolar Penyebabnya diabetes insipidus, interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis, ketoasidosis diabetik, pemberian cairan hipertonik, diuresis osmotik. b. Ketidakseimbangan hipernatremia

44

Penyebabnya mengonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenik, sekresi aldosteron yang berlebihan.

12.

Menjelaskan peran perawat di komunitas untuk memenuhi kebutuhan cairan

pada lansia. Jawab : Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain. Perawat juga mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

Tn H datang di IGD dengan penurunan kesadaran. Nafas spontan. Tekanan darah Tn H adalah 80/50 mmHg palpasi. KU tampak lemah. Menurut keluarga Tn H teah satu bulan mengalami diare dan telah mengalami penurunan BB dari 50 Kg menjadi 37 Kg.

Pertanyaan: Interpretasikan hasil Laboratorium dibawah ini!

Hb Ht Eritrosit Leukosit Trombosit MCH MCV

7.1 % 22.0 % 2.64 jt/mm3 3.7 ribu/ mm3 279 ribu/ mm3 26.9 Pq 83.3 Fl

45

MCHC RDW Protein toral Albumin Natrium Kalium Chlorida Calcium Ferritin

32.3 q/dL 15.9 % 4.1 gr/dl 1.6 gr/dl 129 meql/L 3.0 meql/L 96 meql/L 1.6 meql/L 64.57 mg/ml

Jawab : Hasil interpretasi diatas adalah: a. Hb 7,1 % Mengalami penyakit anemia (biasanya ini didefinisikan sebagai konsentrasi haemoglobin dalam darah kurang dari pada 13,5 g/dL pada laki-laki dewasa kurang dari pada 11,5 g/dL pada wanita dewasa, walaupun beberapa orang memakai 14 g/dL dan 12 g/dL sebagai batas terendah normal pada orang dewasa.Jika lebih dari kadar normalnya akan mengalami masalah klinis yaitu dehidrasi,polisitemia. b. Hematokrit (Ht) 22.0 % Terjadi penurunan kadar mengalami gejala anemia( kelelahan, pucat, dan takikardi) Dewasa :pria :40%-65%, 0,40-0,54 (unit SI)

Wanita :36%-46%, 0,36-0,46 (unit SI) Terjadinya peningkatan kadar mengalami dehidrasi, diare berat, polisitemia (suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sum-sum tulang). c. Eritrosit 2.64 jt/mm3 Terjadinya penurunan kadar eritrosit karena normalnya eritrosit laki laki 4,5 5,5 juta/ul. Sehingga kemungkinan mengalami anemia d. Leukosit 3.7 ribu/mm3

46

Mengalami peningkatan kadar leukosit, karena nilai normalnya 4.000-11.000. Sehingga besar kemungkinan mengalami leukimia. e. Trombosit 279 ribu/mm3 Tidak terjadinya penurunan dan peningkatan kadar trombosit karena normalnya 150.000 450.000/mm3 . f. MCH 26.9 pq Terjadi penurunan kadar , normalnya pada orang dewasa 27-31. Terdapat kemungkinan terjadi masalah klinis yaitu mikrositik (anemia hipokromi) g. MCV 83.3 Fl Tidak terjadi penurunan kadar atau peningkatan kadar. Nilai normal MCV 80-90 Fl pada orang dewasa.Jika mengalami penurunan nilai kadar akan mengalami masalah klinis yaitu anemia mikrositik h. MCHC 32.3 g/dl Tidak terjadi penurunan kadar atau peningkatan kadar. Nilai normal MCHC 32 %-36 % pada orang dewasa. i. RDW 15.9 % Mengalami peningkatan kadar RDW (Red Cell Distribution Width), karena normalnya 10,0 15,0. Sehingga terdapat kemungkinan masalah klinis anemia. j. Protein total 4.1 gr/dl Terjadi penurunan kadar, normalnya 6,0 8,0 g/dl. Sehingga terdapat kemungkinan masalah klinis seperti malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek).Sedangkan jika terjadi peningkatan kadar protein total akan mengalami dehidrasi, muntah, diare,dll. k. Albumin 1.6 gr/dl Terjadi penurunan kadar, normalnya 3,5-5,0 g/dl. Sehingga terdapat

kemungkinan masalah klinis sirosis hepar,. Kegagalan akut, luka bakar, malnutrisi berat, preeclampsia, gangguan gangguan ginjal, malignansi tertentu, colitis ulserasi, imbolisasi lama, kehilangan proteinenteropati, malabsorpsi. l. Natrium 129 meql/dl Terjadi penurunan kadar, normalnya 135-145 meql/dl. Sehingga terdapat kemungkinan masalah klinis penyakit gondog dan genetika m. Kalium 3,0 meq/dl

47

Terjadi penurunan kadar, normalnya pada orang dewasa :3,5 -5,0 mEq/L. Sehingga kemungkinan terjadi masalah klinis yaitu diare. n. Chlorida 96 mEq/L Tidak terjadi penurunan kadar atau peningkatan kadar, karena kadar normalnya 95-105 mEq/L.Jika terjadi penurunan kadar akan terjadi masalah klinis seperti diare, muntah. Sedangkan peningkatan kadar klorida akan mengalami masalah klinis seperti dehidrasi, kadar natrium tinggi, fungsi ginjal kurang baik. o. Calcium 1.6 meql/L Terjadi penurunan kadar, karena normalnya 4,5-5,5 mEq/L. Sehingga terjadi masalah klinis yaitu malabsorpsi kalsium dari saluran gastrointestinal. p. Ferritin 64,57 mg/ml Terjadiya penurunan kadar, karena normalnya 80 140 ug/dl. Sehingga terjadi masalah klinis yaitu anemia

Survey umum: pasien tiba di rumah sakit dibawa oleh keluarga menggunakan kendaraan dari RS Pertamina. Tingkat kesadaran (GCS: E2 V2 M4=8). Fungsi motorik kesan hemiparese sinistra; bicara: afasia; ekspresi wajah sakit berat; tampak simetris; membrane mukosa lembab, pingk, kulit lembab, tidak sianosi, pallor +, turgor kulit baik, edema (-), hangat; reflex fisiologis menurun; reflex patologis tidak ditemukan; otonom: terpasang foley catether dari RS Pertamina; BAB teakhir 1 hari yang lalu; riwayat penurunan kesadaran akibat CVD hemorhagi pons (CT brain di RS Pertamina); rencana CT Scan otak bila transforabel. Tanda vital: TD 208/115 mmHg, MAP 112, N 150x/menit, ireguler; pulsasi cepat dan hasul tajam; frekuensi napas 32x/menit, gerakan otot-otot bantu pernapasan,

frekuensi napas pergerakan otot-otot bantu pernapasan, pergerakan cuping hidung; S 38,0C. Head-to-toe Kepala dan wajah: Integritas kulit intac/baik; edema (-); bentuk wajah oval, simetris; nontender; Mata: pupil anisokor 2,5 mm/3 mm, RCL/RCTL +/+ lambat, sclera tiak anemis, Leher: Distensi vena leher; auskultasi nadi karotis bruit (-) Torak dan dada:

48

integritas kulit normal, ekimosis (-), edema(-), simetris. Breathing: ronki, Kecepatan 32x/menit, regulr, dangkal. Gerakan otot bantu napas + . Bunyi jantung; S1, S2, Abdomen : flat

Pertanyaan: Interpretasikan hasil laboratorium di bawah ini! Pemeriksaan Hb Leukosit Hematokrit Basofil Eosinofil Staff Segmen Limfosit Monosit Trombosit GDS Ureum darah Kreatinin darah Natrium darah Kalium darah Clorida PH PO2 PCO2 HCO3 BE SO2% Hasil 11.2 143.000 32 0 0 0 72 19 9 222.000 397 81 2.9 137 4.4 83 7,38 94 51 30 5.4 97 >95 High High High High High Normal Low Low Normal < 140 mg/dL 20-40 mg/dL 0.5-1.5 mg/dL 135-145 4.5-5.5 100-106 7.34-7.35 >80 35-45 22-26 Low 20-40 Low 2.0-3.0 % Level Low High Low Niali Normal 12-14 4.000-11.000 36-46 %

49

Jawab : Hasil Interpretasi kasus diatas adalah: a. Hb 11,2 g/dL Mengalami penurunan kadar hemoglobin karena kadar normalnya 12-14 g/dL, sehingga besar kemungkinan mengalami anemia. b. Leukosit 143 ribu/mm3 Mengalami kenaikan kadar leukosit karena kadar normalnya 4000-11000/mm3, sehingga besar kemungkinan mengalami leukemia. c. Hematokrit 32% Mengalami penurunan karena kadar normalnya 36-46%, sehingga besar kemungkinan mengalami anemia. d. Basofil 0 Mengalami penurunan karena kadar normalnya 0,4-1,0%, sehingga besar kemungkinan mengalami stress, reaksi hipersensitivitas. e. Eosinofil 0 Mengalami penurunan karena kadar normalnya 2,0-3,0% sehingga besar kemungkinan mengalami stress ( luka bakar, syok), hiperfungsi adrenokortikal. f. Staff 0 Tidak mengalami penurunan dan penaikan kadar, karena kadar normal 0 g. Segmen 72 Tidak mengalami penurunan dan penaikan karena tidak ada kadar normalnya h. Limfosit 19 Mengalami penurunan kadar karena kadar normalnya 20 - 40 sehingga besar kemungkinan mengalami leukemia i. Monosit 9 Mengalami penaikan kadar karena kadar normalnya 4 6 sehingga besar kemungkinan mengalami leukemia j. Trombosit 222.000 L Tidak mengalami penurunan dan penaikan karena normalnya 150.000400.000L k. GDS 397mg/dL

50

Mengalami penaikan kadar karena kadar normalnya <140mg/dL sehingga besar kemungkinan mengalami kecenderungan penyakit diabetes bias terjadi udema dan bisa juga terjadi borok. l. Ureum darah 81 Mengalami penaikan kadar karena kadar normalnya 20 40 mg/dL sehingga besar kemungkinan mengalami bias mengalami udema karena pasien mengalami kecenderungan sudah terjadi gagal ginjal kronik. m. Kreatinin darah 2,9 Mengalami kenaikan kadar karena normalnya 0,5 1,5 mg/dl sehingga mengalami kegagalan ginjal akut n. Natrium darah 137 Tidak mengalami penurunan dan kenaikan kadar , karena nilai normalnya pada orang dewasa 135-145 mEq/L. o. Kalium darah 4.4 Mengalami penurunan nilai kadar, karena nilai normalnya adalah 4,5-5,0 mEq/L. Sehingga besar kemungkinan mengalami p. Clorida 83 Mengalami penurunan nilai kadar, karena nilai normalnya adalah 100-106 mEq/L. Sehingga besar kemungkinan mengalami masalah klinis yaitu muntah,diare.Sedangkan jika terdapat peningkatan nilai kadar mengalami masalah klinis yaitu dehidrasi. q. PH 7,38 Tidak mengalami penurunan dan kenaikan nilai kadar, karena batas nilai kadar normalnya 7,34-7,35. r. PO2 9 Tidak mengalami penurunan dan penaikan kadar, karena batas kadar normalnya >80 s. PCO2 51 Mengalami penaikan kadar, karena batas normalnya 35 45. t. HCO3 30 Mengalami penaikan kadar, karena batas normalnya 22-26. u. BE 5.4

51

v. SO2% 97 Tidak mengalami penurunan dan penaikan kadar, karena batas kadar normalnya >95 Jadi dari nilai laboratorium PH 7,38; PO2 9; PCO2 51; HCO3 30; BE 5,4; SO 2% 97; disimpulkan bahwa pasien terdioknosa alkalosis metabolic.

Pertanyaan: Interpretasikan hasil laboratorium di bawah ini! Tn M umur 58 tahun, 3 hari SMRS dilakukan hemodialisa yang kedua, 1 hari sebelum dibawa ke RS, klien merasa sesak dan makin bertambah. Pengkajian jalan nafas didapat sekret, peerdarahan melalui mulut, terdapat snooring dan gurgling. RR:33x/menit, irama cepat dan dalam, terdapat tarikan otot interkostaTD 200/93mmHg GCS E1M1V1erdapat edema di ekstremitas bawah.

Hb GDS Ureum Natrium Kalium Creatinin

9.0 gr 823 mg/dl 188 mg/dl 138 meq/L 1.65 meql/L 11.7 mg/dl

Jawab : Hasil interpretasi kasus di atas adalah a. Hb 9,0 gr Mengalami penurunan kadar, normalnya 13,5 18 g/dL. Masalah klinis yang terjadi adalah anemia. Pada anemia darah merahnya berkurang. b. GDS 823 mg/dl Mengalami penaikan kadar, normalnya 80 110 mg/dl. Masalah klinis yang akan terjadi adalah Diabetes Melitus. c. Ureum 188 mg/dl

52

Mengalami penaikan kadar, normalnya 20 40 mg/dl . Masalh klinis yang akan terjadi adalah gagal ginjal kronik. d. Natrium 138 meq/L Tidak mengalami kadar, normalnya 135 145 mEq/L. e. Kalium 1.65 meql/L Mengalami penurunan kadar, normalnya 3,5 5,0 mEq/L. Masalah klinis yang akan terjadi adalah hiperkalemia. f. Creatinin 11,7 mg/dl Mengalami penurunan kadar, karena normalnya 44 168 umol/L. Masalah klinis yang akan terjadi adalah gaagal ginjal kronik.

Kompetensi 2: Mahasiswa mampu mengidentifikasi klien dengan perubahan asam basa

Kompetensi 3: Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan terapi cairan pada klien dengan perubahan asam basa

Hb Leukosit Hematokrit Basofil Eosinofil Staff Segmen Limfosit Monosit Trombosit GDS Ureum darah Kreatinin darah Natrium darah

11.2 143.000 32 % 0 0% 0 72 19 9 222.000 397 mg/dl 81 mg/dl 2.9 mg/dl 137

53

Kalium darah Clorida

4.4 83

Analisa Gas darah PH PO2 PCO2 HCO3 BE SO2% 7,38 94 51 30 5.4 97

1. Sebutkan variabel keseimbangan asam basa menurut Stewart? Jawab : Variabel keseimbangan menurut Stewart: Perbedaan difference/SID). konsentrasi Kation kation kuat kuat dengan anion kuat kuat (strong ion

contohnya:

natrium,

anion

contohnya

klorida.Konsentrasi dari asam lemah (weak acid), contoh: albumin. Oleh karena itu, apabila kita ingin menganalisis asam basa dengan pendekatan Stewart, kadar elektrolit harus diperiksa bersama pemeriksaan AGD. a. Variabel independen - Tekanan parsial CO2 (pCO2) Dikontrol melalui sistem pernapasan yakni dengan mengatur pengeluaran co2 melalui pernapasan, jadi juga mengatur konsentrasi H2Co3 dalam tubuh. - Strong Ion Difference (SID) Dikontrol oleh ginjal, dimana ginjal dapat mengabsorbsi bikarbonat selama terjadi kelebihan asam, dan mengekskresikannya selama terjadi kekurangan asam. Nilai SID normal = 38 43 mEq/L. - Weak Acid (asam lemah Atot) Konsentrasi proteinDikontrol oleh hati

54

Konsentrasi Asam lemah (weak acid/Atot) yakni Jumlah total konsentrasi asam lemah dalam plasma. Asam lemah yang utama dalam plasma adalah protein (Albumin) dan Fosfat. b. Variabel dependen [H+] dan [HCO3-] merupakan variabel dependen yang konsentrasinya tergantung dari perubahan variabel lain (variable independent). (Darmawan, Iyan, 2008)

Hasil laboratorium dari seorang pasien :

2. Interpretasikan analisa gas darah pada tabel diatas, hanya dengan melihat nilai PH, PCO2, HCO3 dan BE, untuk mengetahui keseimbangan asam basa dalam tubuh! Jawab : - pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45. karena data menunjukan angka 7,38 maka pH darahnya normal. - PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi menggambarkan hiperventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg. Karena kadar PCO2 dalam darah melebihi ambang normal yakni 51 mmHg maka pasien tersebut mengalami hiperventilasi, yakni terlalu banyaknya jumlah

karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Agar keseimbangan asam basa tetap terjaga maka memperlambat pernafasan adalah salah satu caranya. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa

55

meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. - HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal. Kadar HCO3- normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l. karena data menunjukan angka 30 mmol/l maka pasien dengan data tersebut mengalami alkalosis metabolik yakni keasaman darah yang rendah, yang ditandai dengan tingginya kadar bikarbonat dalam darah. - Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C0. BE bernilai positif menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai negatif menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah -2 sampai 2 mmol/l. karena data menunjukan angka 5,4 maka pasien tersebut mengalami alkalosis metabolik yakni suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

Analisa Gas Darah PH PO2 PCO2 HCO3 BE SO2%

Nilai 7,38 94 51 30 5.4 97

Nilai Normal 7,35-7,45 80-100mmHg 35-45 mmHg 22-26 mmol/L -2 - 2 mmol/l 95-98%

Interpretasi Normal Normal High High High Normal

56

3. Interpretasikan kesimbangan asam basa dengan indikator natrium, kalium! Jawab : Berdasarkan indikator natrium dan kalium pada data hasil laboratorium maka : - Indikator natrium dengan nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135-145 mEq/L, jadi dari data tersebut yang menunjukan angka 135 mEq/L maka kandungan natrium pada cairan ekstrasel pasien tersebut dalam keadaan NORMAL. - Indikator kalium dengan nilai laboratorium normal kalium serum adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L, jadi dari data tersebut yang menunjukan angka 4,4 mEq/L maka kandungan kalium pada tubuh pasien tersebut dalam keadaan NORMAL. Analisis Interpretasi data: - Natrium merupakan kation yang paling besar dalam cairan eksrtrasel (darah). Ion natrium terlibat dalam keseimbangan air, mentransmisi impuls saraf dan melakukan kontraksi otot. Air selalu mengikuti natrium dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga keseimbangan tersebut

menghasilkan stabilnya konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh. - Kalium membantu pengaturan keseimbangan asam basa karena ion kalium dapat ditukar dengan ion Hidrogen (H+). Mekanisme pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium ditubulus ginjal, apabila natrium dipertahankan maka kalium akan diekskresikan sehingga keseimbangan asam basa dalam tubuh tercapai.

4. Interpretasikan keseimbangan asam basa dengan indikator chlorida! Jawab : Batas normal chlorida 100-106 mEq/L Hipoklomeria terjadi jika kadar klorida serum turun sampai dibawah 100 mEq/L, muntah atau drainase nasogastrik ataua drainase fistula yang berlebihan dan lama dapat menyebabkan hal ini. Berdasarkan data tersebut yang menunjukkan angka 83 mEq/L, maka pasien dengan data tersebut mengalami hipoklomeria. Ketika kadar klorida menurun , tubuh beradaptasi dengan

meningkatkan rearbsorpsi ion bikarbonat sehingga mempengaruhi keseimbangan asam basa.

57

5. Jelaskan mekanisme euvolemia, hipervolemia dan hipovolemia? Euvolemia : kehadiran jumlah darah yang tepat dalam tubuh. Hipervolemia : kehadiran jumlah darah berlebih dalam tubuh. Hipovolemia : kehadiran jumlah darah yang rendah dalam tubuh. Jawab : a. Euvolemia keadaan volume cairan tubuh normal (volume cairan yang masuk dalam tubuh sama dengan cairan yang keluar). b. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan

ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan adosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut. (Tarwoto & Wartonah, 2003) Faktor-faktor penunjang : kehilangan air dan elektrolit , seperti pada muntahmuntah, diare, fistula, demam, berkeringat sangat banyak, luka bakar, kehilangan darah, penghisapan gastrointestinal, dan perpindahan cairan ruang ketiga : dan penurunan masukan, seperti pada anoreksia, mual, dan ketidakmampuan untuk mendapat akses ke sumber cairan. Diabetes insipidus dan diabetes melitus tidak terkontrol juga menunjang terjadinya penipisan volume cairan ekstraseluler. Tanda atau gejala atau temuan laboratorium : kehilangan berat nadan akut, penurunan turgor kulit, oliguria, urin yang pekat, nadi lemah cepat, waktu pengisian kapiler memanjang, tekanan vena sentra rendah, tekanan darah menurun, pendataran vena leher, pusing, kelemahan, haus dan kelam pikir, nadi naik, keram otot. Laboratorium menunjukkan : hemoglobin dan hematokrit naik, osmolalitas serum dan osmolalitas urin dan berat jenis urin naik, natrium urin turun, BUN dan kreatinin naik. (Bruner & Suddarth, 2001)

58

c. Hipervolemia adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat : - stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air Kelebihan pemberian cairan Perpindahan cairan intestisial ke plasma. Faktor-faktor penunjang : gangguan mekanisme pengaturan, seperti gagal ginjal, gagal jantung kongestif, dan sirosis, dan pemberian berlebihan cairan yang mengandung natrium. Terapi kortikosteroit berkepanjangan, stres hebat dan hiperaldosteronisme menambah kelebihan cairan (Sylvia & Lorraine, 1994). Tanda atau gejala dan temuan laboratorium : penambahan berat badan, edema, distensi vena jugularis, krekles, dan kenaikan tekanan vena sentral, nafas pendek, tekanan darah naik, nadi kuat dan batuk. Laboratorium menunjukkan hemoglobin dan hematokrit turun, osmolalitas serum dan osmolalitas urin turun, natrium dan berat jenis urin turun. ( Barbara engram, 1998)

6. Jelaskan macam-macam sediaan IVFD (misal:NaCL 0.9%, Ringer Lactat) Jawab : NaCL 0,9% : merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan

memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pmbentukan perbedaan potensial (listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf. Sering digunakan dalam infus dengan elektrolit lain.

Ringer Lactat : larutan steril Natriu Klorida, kalium Klorida, Kalsium Klorida dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan seebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh.

Glukosa : digunakan sebagai pengganti cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan juga sebagai

59

sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5 11,5 % (Martindale), pada umumnya digunakan 5%. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya didapat larutan yang isotonis, dimana glukosa disini bersifat hipotonis.

Ca Glukonat / Glukonat :merupakan larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35mg kalsium D-saccharate,dan disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimal yang disarankan 200mg/menit.

Dextran 70 : merupakan larutan makromolekul yang memiliki waktu tinggal yang lebih panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami difusi juga akhirnya terikat secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti plasma adalah berat molekulnya diatas 20.000.

Asam amino : atau arginin mempunyai fungsi meningkatan stimulan hormon pertumbuhan, prolaktin dan glukosa darah. Arginin dapat menambah konsentrasi glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari hati menjadi asam amino yang berkualitas.

Dekstrosa : dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan Nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen an mengurangi atau mencegah ketosis jika di berikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetboisme menjadi Co2 dan air, maka larutan dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Ijeksi dekstrosa dapat juga digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.

Metronidazole Fresenius : for treatment of infections with anaerobic bacteria

D 2.5, NS : sumber cairan dan air untuk hidrasi

Asering 5 : Secara umum, kapasitas individu untuk metabolisme glukosa adalah sekitar 500 mg / kg berat badan / jam.

60

Indikasi

Akut penggantian kehilangan cairan.

7. Jelaskan isi masing-masing sediaan! Jawab : 1). ASERING (RINGER ASETAT/RA) Indikasi: a. Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) b. gastroenteritis akut c. demam berdarah dengue (DHF) d. luka bakar e. syok hemoragik f. dehidrasi berat g. trauma Komposisi: Setiap liter asering mengandung: a. Na 130 mEq b. K 4 mEq c. Cl 109 mEq d. Ca 3 mEq e. Asetat (garam) 28 mEq Keunggulan: a. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati b. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus c. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran d. Mempunyai efek vasodilator

61

e. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral 2). KA-EN 1B Indikasi: a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam) b. < 24 jam pasca operasi c. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam(dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak d. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam 3). KA-EN 3A & KA-EN 3B Indikasi: a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) c. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A d. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B 4). KA-EN MG3 Indikasi : a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) c. Mensuplai kalium 20 mEq/L d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L 5). KA-EN 4A Indikasi : a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

62

b. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik Komposisi (per 1000 ml): a. Na 30 mEq/L b. K 0 mEq/L c. Cl 20 mEq/L d. Laktat 10 mEq/L e. Glukosa 40 gr/L 6). KA-EN 4B Indikasi: a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun b. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik Komposisi: a. Na 30 mEq/L b. K 8 mEq/L c. Cl 28 mEq/L d. Laktat 10 mEq/L e. Glukosa 37,5 gr/L 7). Otsu-D5 NS Indikasi: a. Untuk resusitasi b. Kehilangan Na > Cl, misal diare c. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar) Komposisi : a. b. c. d. 5 % Dektrose : 50 g 0.9 % Sodium : 50 g Sodium kloride : 90 g Sodium : 154 mEq/l
63

e. f.

Klorida : 154 mEq/l Osmolaritas : 560 mOsm/l

8). Otsu-RL Indikasi: a. Resusitasi b. Suplai ion bikarbonat c. Asidosis metabolic 9). MARTOS-10 Indikasi: a. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic b. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein c. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam d. Mengandung 400 kcal/L 10). AMIPAREN Indikasi: a. Stres metabolik berat b. Luka baker c. Infeksi berat d. Kwasiokor e. Pasca operasi f. Total Parenteral Nutrition g. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit Komposisi : Amino Acid : 10 % 11). AM INOVE L- 60 0 Indikasi: a. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI b. Penderita GI yang dipuasakan c. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

64

d. Stres metabolik sedang e. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm) 12). PAN-AMIN G Indikasi: a. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan b. Nitrisi dini pasca operasi c. Tifoid 13). TUTOFUCIN Komposisi : Per liter : Natrium 100 mEq, Kalium 18 mEq, Kalsium 4 mEq, Magnesium 6 mEg, Klorida 90 mEq, Asetat 38 mEq, Sorbitol 50 gram. Indikasi : a. Air & elektrolit yang dibutuhkan pada fase sebelum, selama, & sesudah operasi. b. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit selama masa pra operasi, intra operasi dan pasca operasi c. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit pada keadaan dehidrasi isotonik dan kehilangan cairan intraselular d. Memenuhi kebutuhan karbohidrat secara parsial

Kontraindikasi : a. b. c. d. Insufisiensi ginjal intoleransi Fruktosa & Sorbitol kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate keracunan Metil alkohol.

Hati-hati pada : a. b. c. Penyakit ginjal atau jantung retensi cairan hipernatremia.

Interaksi obat : a. penambahan Fosfat inorganik akan menyebabkan pengendapan.

Kemasan :

65

a.

Infus 500 mL x 1's.

Dosis : a. 30 mL/kg berat badan/hari (setara dengan 1,5 gram Sorbitol/kg berat badan/hari). b. Pasien dengan berat badan 70 kg : 2 liter/hari dengan kecepatan infus maksimal 6 mL/menit (sama dengan 120 tetes/menit). 14). Natrium klorida 0.9 % a. b. c. d. e. NaCl : 4,5 g Na : 154 mEq/l Cl : 154 mEq/l Air untuk injeksi : 500 ml Osmolaritas : 308 mOsm/l

15). Glukosa 5% a. b. c. d. Glukosa : 25 g Air untuk injeksi : 500 ml Osmolaritas : 280 mOsm/l Setara dengan : 800 kJ/l (190 Kkal/l)

16). RL ( Ringer Laktat) a. b. c. d. e. f. g. h. i. Nat Laktat C3H5NaO3 : 1,55 g Klorida NaCl : 3 g KCl : 0,15 g Kalsium klorida CaCl22H20 : 0,1 g Air untuk injeksi : 500 ml Osmolaritas : 274 mOsm/l Na+ : 180 ml K+ : 4 ml Laktat : 27,5 ml

17). Otsu-D40 a. b. 40 % Dektrose MonoHydrate Osmolaritas 2,018 mOsm/ml

18). Glucose 10 % a. Steril : 500 ml


66

b. c. d. e. f.

Glucose : 50 g Air untuk injeksi : 500 ml Osmolaritas : 560 mOsm/l Setara dengan : 1600 kJ/l (380 Kkal/l) Suhu : 25C - 30C. (Bruner & Suddarth, 2001)

8. Cairan apa yang sesuai untuk klien diatas? Jawab : Asering (ringer asetat) dan RL, resusitasi pada kondisi dehidrasi, syok yang disertai asidosis,dan sebagai cairan intraoperatif. Asering memiliki beberapa keunggulan dibandingkan RL pada base defisit acidosis, karena asetat dimetabolisme lebih cepat (3-4 x) daripada laktat6. Di samping itu pada, kondisi asidosis laktat tipe B, dimana ada gangguan uptake laktat oleh hati, Asering lebih sesuai. Sebagai cairan intraoperatif, Asering didapatkan lebih efektif

mempertahankan suhu inti tubuh. NaCl 0.9% (normal saline diindikasikan pada alkalosis hipokloremik, misal pada muntah-muntah. Pasca transfusi darah, NaCl 0.9% biasa diberikan untuk menetralkan alkalosis dari metabolisme sitrat menjadi HCO3. Walaupun masih banyak literatur yang menganjurkan Normal saline sebagai terapi cairan garis utama pada resusitasi pasien dengan DKA(diabetic ketoacidosis) dan stroke acute dan perdarahan, sebaiknya digunakan larutan elektrolit seimbang seperti ringer asetat untuk mencegah asidosis hiperkloremik. (Iyan, 2008)

Kompetensi 4: Mahasiswa mampu memonitor klien dengan CVP (Central Venous Pressure) Kasus: Tn M umur 44 tahun didagnosa Congestive Heart Failure NYHA tahap IV. Tn M di rawat di ICCU dengan riwayat Supraventrikuler takikardi. Central Venous Pressure terpasang untuk memonitor hemodinamik. Peran perawat adalah memonitor nilai CVP untuk mengetahui status hemodinamik Tn M.

67

1. Jelaskan tentang CVP! 2. Jelaskan tentang prosedur CVP! 3. Demonstrasikan pengukuran CVP!

Kompetensi 5: Mahasiswa mampu memonitor cairan dan elektrolit klien pada saat transfusi Tn H datang di IGD dengan penurunan kesadaran. Nafas spontan. Tekanan darah Tn H adalah 80/50 mmHg palpasi. KU tampak lemah. Menurut keluarga Tn H teah satu bulan mengalami diare dan telah mengalami penurunan BB dari 50 Kg menjadi 37 Kg. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, didapat Hb Ht Eritrosit Leukosit Trombosit MCH MCV MCHC RDW Protein toral Albumin Natrium Kalium Chlorida 7.1 % 22.0 % 2.64 jt/mm3 3.7 ribu/ mm3 279 ribu/ mm3 26.9 Pq 83.3 Fl 32.3 q/dL 15.9 % 4.1 gr/dl 1.6 gr/dl 129 meql/L 3.0 meql/L 96 meql/L

68

Calcium Ferritin

1.6 meql/L 64.57 mg/ml

Pertanyaan: 1. Jelaskan sediaan-sediaan darah! Jawab : a. Darah lengkap (whole blood) Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 42C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,90,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap.( Anonim, 2005) b. Sel darah merah

Packed red cell Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran

plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 42C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.( Rustam, M, 1977) Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal

69

jantung. Dosis yang dipergunakan untuk menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus empiris: Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan. Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya auto immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji coombs dari serum resipien terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping pemberian immuno supressive (prednison, imuran) terhadap resipien.( Hassan. R, dkk. 2002)

Red cell suspension Dibuat dengan cara mencampur packed red cell dengan cairan

pelarut dalam jumlah yang sama.

Washed red cell Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3

kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.( Rustam, M, 1977)

Darah merah pekat miskin leukosit Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 42C, berguna untuk

meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.( Anonim, 2005) c. Suspensi granulosit/leukosit pekat Kandungan utama berupa granulosit dengan volume 50-80 ml. Suhu simpan 202C. Lama simpan harus segera ditransfusikan dalam 24 jam.( Anonim, 2005) Transfusi granulosit diberikan bila penderita nutropenia dengan panas tinggi telah gagal diobati dengan antibiotik yang tepat lebih dari 48

70

jam. Transfusi granulosit diberikan kepada para penderita leukemia, penyakit keganasan lainnya serta anemia aplastik yang jumlah leukositnya 2000/mm3 atau kurang dengan suhu 39C atau lebih. Donor dari keluarga terdekat akan memperkecil kemungkinan reaksi transfusi. Bila tidak diperoleh donor yang cocok golongan ABOnya maka dapat dipilih donor golongan O. Komponen suspensi granulosit harus diberikan segera setelah pembuatan dan diberikan secara intravena langsung atau dengan tetesan cepat. Efek pemberian transfusi granulosit ini akan tampak dari penurunan suhu, bukan dari hitung leukosit penderita. Penurunan suhu terjadi sekitar 1-3 hari pasca transfusi.( Hassan. R, dkk. 2002) d. Suspensi trombosit Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (Rustam, M, 1977) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan

perdarahan karena trombositopenia. Indikasi pemberian komponen trombosit ialah setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah. Komponen trombosit

mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari.( Hassan. R, dkk. 2002). Macam sediaan:

Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit) Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan 34C sebaiknya 24 jam.

Platelet Concentrate (trombosit pekat)

71

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 202C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.00010.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.( Anonim, 2005) Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan 48-72 jam. (Rustam, M, 1977) e. Plasma Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin. (Rustam, M, 1977) Plasma diperlukan untuk penderita hiperbilirubinemia.

Komponen albumin di dalam plasma yang diperlukan untuk mengikat bilirubin bebas yang toksis terhadap jaringan otak bayi. Tindakan ini biasanya mendahului suatu tindakan transfusi tukar. Dosis yang diperlukan ialah 35 ml/kgbb. Penggunaan sebagai plasma expander pada renjatan, substitusi protein pada kesulitan masukan oral jarang dilakukan. ( Hassan. R, dkk. 2002) Macam sediaan plasma adalah:

Plasma cair Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.

Plasma kering (lyoplylized plasma) Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).

Fresh Frozen Plasma

72

Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu -60C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis). (Rustam, M, 1977) Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan labil, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan labil bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia. .( Anonim, 2005)

Cryopresipitate Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau anti hemophilic globulin (AHG), faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A. AHG tidak bersifat genetic marker antigen seperti granulosit, trombosit atau eitrosit, tetapi pemberian yang berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat inhibitor terhadap faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis maksimal, tetapi sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis. ( Hassan. R, dkk. 2002) Pembuatannya dengan cara plasma segar dibekukan pada suhu -60C, kemudian dicairkan pada suhu 4-6C. Akibat proses pencairan terjadi endapan yang merupakan cryoprecipitate kemudian dipisahkan segera dari supernatant plasma. (Rustam, M, 1977) Setiap kantong kriopresipitat mengandung 100-150 U faktor VIII. Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. ( Hassan. R, dkk. 2002)

73

Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi.

Heated plasma Plasma dipanaskan pada suhu 60C selama 10 jam. Bahaya hepatitis berkurang. Heated plasma mengandung albumin 88%, globulin 12%, NaCL 0,06%, coprylic acid Na 0,02%, Na acetyl tuphtophen 0,02%, natrium cone 50 mEq/L

Albumin Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa

2. Sebutkan jenis-jenis sel darah (morfologi dan fungsinya)! Jawab : 1. Sel Darah Merah ( Eritrosit ) Fungsinya mengangkut dan melakukan petukaran O2 dan CO2. Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m, pada bagian tengah tebalnya hanya 1 m atau kurang. Karena sel darah merah lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utamanya adalah protein Hemoglobin ( Hb ). Molekul molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida ( globin ) dan 4 gugus hem, masing masing mengandung sebuah atom besi. Fungsi mengangkut O2 dan CO2 serta mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraselular dijalankan oleh protein

74

Hemoglobin. Fungsi pertukaran gas yang sangat sempurna dijalankan oleh konfigurasi molekul molekul Hb. Jumlah sel darah merah kira kira 5 juta permilimeter kubik darah pada rata rata orang dewasa dan berumur 120 hari. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) 2. Sel Darah Putih ( Leukosit ) Fungsinya adalah mengatasi infeksi atau pertahanan tubuh melawan infeksi. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm3. Lima jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah : a. b. c. d. e. Netrofil ( 55 % dari total ) Eosinofil ( 1 % sampai 2 % ) Basofil ( 0,5 % sampai 1 % ) Monosit ( 6 % ) Limfosit ( 36 % ) Netrofil, Eosinofil, dan Basofil juga dinamakan granulosit, artinya sel dengan granula dalam sitoplasmanya. Granulosit ukuran diameternya berkisar dari 10 sampai 14 m. Identifikasi mereka bergantung pada afinitas granula tersebut terhadap zat warna tertentu. Sel yang granulanya memiliki afinitas eosin, yang berwarna merah sampai merah jingga dinamakan eosinosil. Sel yang memiliki afinitas zat warna biru atau zat warna basa dinamakan basofil. Granula netrofil yang juga dinamakan netrofil segmen atau leukosit polimorfonuklear ( PMN ), mempunyai afinitas yang sedikit lebih baik terhadap eosin atau terhadap zat warna basa, berwarna merah jambu samar samar atau biru dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah jambu muda. Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang tidak dipahami secara jelas. Monosit lebih besar dari netrofil dan memiliki satu inti. Intinya terlipat atau berlekuk dan kelihatan berlobus dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma kelihatan jauh lebih besar dibandingkan dengan intinya dan menyerap warna biru keabuan yang tidak terlalu nyata, granulanya

75

tersebar merata. Monosit memiliki fungsi fagosit, membuang sel sel cedera dan mati Limfosit adalah leukosit mononuklear dalam darah perifer. Mereka memiliki inti bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung sedikit granula. Bentuk kromatin inti sarat dengan jala jala yang berhubungan di dalam. Limfosit bervariasi dalam ukuran dari kecil ( 7 sampai 10 m ) sampai besar, seukuran granulosit. Terdapat dua jenis limfosit yaitu : a. Limfosit T : tergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus. Secara khas ditemukan ditemukan pada parakorteks kelenjar limfe dan lembaran limfoid periarteriola dari pulpa putih limfa. Bertanggungjawab atas respon kekebalan selular melalui

pembentukan sel yang reaktif antigen. b. Limfosit B : tidak tergantung timus. Tersebar dalam folikel folikel kelenjar limfe, limpa, dan pita pita medulla kelenjar limfe. Jika dirangsang dengan semestinya, berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang menghasilkan immunoglobulin. Bertanggungjawab atas respon kekebalan humoral. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) 3. Trombosit ( Platelete ) Fungsinya untuk hemostasis. Bukan merupakan sel, melainkan pecahan granula sel, berbentuk piringan dan tidak berinti. Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur selular sumsum tulang dan sangat penting peranannya dalam hemostasis dan pembekuan. Trombosit berdiameter 1 sampai 4 m dan berumur kira kira 10 hari. Kira kira sepertiga berada dalam limpa sebagai sumber cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi, berjumlah antara 150.000 dan 400.000/mm3. Jika digunakan pewarnaan Wright pada sediaan hapus perifer, maka sel sel ini tampak biru muda dengan granula warna ungu kemerahan. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994)

76

3. Bagaimana proses pembentukan sel-sel darah dalam tubuh? Jawab : 1. Sel Darah Merah ( Eritrosit ) Pembentukan sel darah merah dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoetin, yang dianggap berasal dari ginjal.

Pembentukan eritropoetin dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang dipengaruhi oleh faktor faktor seperti perubahan O2 atmosfir, berkurangnya kadar O2 darah arteri, dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin. Eritropoetin merangsang sel induk untuk memulai poliferasi dan pematangan sel sel darah merah. Selanjutnya, pematangan tergantung pada jumlah zat zat makanan yang cukup dan penggunaannya yang cocok, seperti vitamin B12, asam folat, protein protein, enzim enzim, dan mineral seperti besi dan tembaga. Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Retikulosit adalah stadium akhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat serat retikular. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam pematangan, retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang matang. Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan lebih rapu, akhirnya pecah. Hemoglobin difagositosis terutama di limpa, hati, dan sumsum tulang, kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin masuk kembali ke dalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh protein plasma transferin ke sumsum tulang untuk pembentukan sel darh merah baru. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) 2. Sel Darah Putih ( Leukosit ) a. Basofil, Netrofil, Eosinofil Kelihatannya berasal dari sel induk plutipotensial dalam sumsum tulang. Walaupun semua mekanisme regulator diferensiasi dan pematangan sel darah putih dan semua sel turunannya belum

77

sepenuhnya

dimengerti,

tetapi

identifikasi

beberapa

faktor

perangsang koloni ( CSFs, colony-stimulating factors ) atau faktor pertumbuhan hematopoietic telah menjelaskan proses tersebut. CSFs diketahui bersirkulasi sempurna dan melekatkan diri pada reseptor reseptor spesifik dipermukaaan sel dari prekursor hematopoietic bekerja untuk diferensiasi, dalam hal sel darah putih, garis keturunan netrofil dan monosit. Sel sel menjalani suatu fase ploriferasi ( pembelahan ) mitotik, kemudian diikuti oleh fase pematangan. Waktu yang diperlukan bervariasi untuk tiap tiap leukosit yang berbeda dan bervariasi dari 9 hari untuk eosinofil sampai 12 hari untuk netrofil. Semua fase ini akan mengalami pertambahan kecepatan selama terjadi infeksi. Di dalam sumsum tulang, setelah sel menjadi matang, sel tersebut menjadi lebih kecil, intinya berbentuk bulat atau oval dan memiliki dua sampai lima lobus, dikelilingi oleh sitoplasma yang mengandung granula halus yang tersebar merata. Sumsum tulang memilki tempat penyimpanan cadangan yang tetap, kapasitasnya sekitar 10 kali jumlah netrofil yang dihasilkan setiap hari. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) b. Monosit Diferensiasi, pematangan dan pelepasan monosit terjadi lebih dari 24 hari, suatu periode yang lebih lama dari granulosit. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) c. Limfosit Kelihatannya mereka juga berasal dari sel induk

pluripotensial di dalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan limfoid lain termasuk kelenjar limfe, limpa, timus dan permukaan mukosa traktus respiratorius. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) 3. Sel Trombosit ( Platelete ) Trombosit berasal dari sel induk pluripotensial yang tidak terikat, yang bila dibutuhkan dan dengan adanya faktor perangsang trombosit. (

78

Mk CSF : megakaryocyte Colony Stimulating Factor ) berdiferensiasi menjadi kelompok sel induk yang terikat untuk membentuk megakarioblas. Sel ini, melalui serangkaian proses pematangan megakariosit raksasa. Tidak seperti unsur sel lainnya, megakarosit mengalami endomitosis, di mana terjadi pembelahan inti di dalam sel, tetapi sel itu sendiri tidak membelah. Sel dapat membesar karena sintesis DNA meningkat. Sitoplasma sel akhirnya memisahkan diri menjadi trombosit trombosit. (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994)

4. Jelaskan mekanisme proses pembekuan darah! Jawab : Pembekuan diawali oleh cedera vascular dalam keadaan homeostasis. Vasokontriksi adalah respon langsung terhadap cedera, yang diikuti oleh adhesi trombosit pada kolagen dinding pembuluh yang terkena cedera. ADP ( Adenosin Difosfat ) dilepaskan oleh trombosit, yang menyebabkan mereka mengalami agresi. Sejumlah kecil thrombin juga merangsang agresi trombosit, yang berguna untuk mempercepat reaksi. Faktor III trombosit, dari membran trombosit, juga mempercepat pembekuan plasma. Dengan cara ini, terbentuklah sumbat trombosit, yang kemudian segera diperkuat oleh protein filamentosa yang dikenal sebagai fibrin. Produksi fibrin dimulai dengan perubahan faktor X menjadi Xa, sebagai bentuk aktif faktor X. Faktor X dapat diaktifkan melalui dua rangkaian reaksi. Rangkaian yang pertama memerlukan factor jaringan, atau tromboplastin jaringan, yang dilepaskan oleh endotel pembuluh waktu cedera. Karena faktor jaringan tidak terdapat dalam darah, maka ia merupakan faktor ekstrinsik pembekuan, disini dinamakan jalan ektrinsik. Rangkaian lainnya yang mengaktifkan faktor X adalah jalan intrinsic karena ia menggunakan fakto faktor yang terdapat dalam sistem vascular atau plasma. Terdapat reaksi air terjun , pengaktifan salah satu prokoagulan akan mengakibatkan pengaktifan bentuk penerusnya. Diawali oleh keluarnya plasma atau kolagen melalui pembuluh yang rusak dan mengenai kulit. Faktor jaringan tidak diperlukan tapi trombosit yang melekat pada kolagen

79

memainkan peran. Faktor faktor XII, XI, dan IX harus diaktifkan secara berurutan dan faktor XIII harus dilibatkan sebelum faktor X dapat diaktifkan. Zat prikalikrein dan kininogen berat molekul tinggi juga ikut serta, dan diperlukan ion kalsium. Dari titik ini pembekuan berjalan sepanjang jaras bersama. Kedua jalan tresebut berperan dalam Homeostasis. Selanjutnya pembentukan fibrin berlangsung bila faktor Xa dibantu oleh fosfolipid dari trombosit yang sudah diaktifkan memecahkan protombin, membentuk thrombin. Thrombin memecahkan fibrinogen membentuk fibrin. Fibrin ini yang mula mula merupakan jeli yang dapat larut, distabilkan oleh faktor XIIIa dan mengalami polimerasi menjadi jalinan fibrin yang kuat, trombosit, dan menjerat sel sel darah. Untaian fibrin kemudian memendek ( retraksi bekuan ), mendekatkan pinggir pinggir dinding pembuluh yang cedera dan menutup daerah tersebut.

80

Jalan Intrinsik Permukaan yang teraktifasi ( kolagen, kulit )

Jalan Ekstrinsik Jaringan yang rusak mengeluarkan Tromboplastin jaringan

XII

XIIa HWK Prekalikein

XI Ca++ Ca++ IX

XIa

VII

IXa VII Lipoprotein X Trombosit Ca++ Xa X

Protombin Ca++

Trombin

Fibrinogen jalan

Fibrin ( lomggar )

biasa Fibrin Longgar XIIIa Fibrin Kuat

Sistem Fibrinolitik Proaktivator plasminogen (profibrinolisin)

Aktivator plasminogen

Plasminogen

Urokinase Kinase jaringan

Plasmin (fibrinolisin)

Fibrinogen dan fibrin

Hasil Degrasi Fibrin/fibrinogen

81

5. Sebutkan jenis-jenis pemeriksaan untuk mengetahui proses pembekuan darah dalam tubuh manusia! Jawab : Ada beberapa jenis pemeriksaan pembekuan darah : Masa Perdarahan, Hitung Trombosit, Retraksi Bekuan, Masa Pembekuan Lee-White ( koagulasi ), Masa Protombin ( PT ), Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi ( APTT, Activated Partial Thromboplastin Time ), Masa Trombin ( TT, Thrombin Time ) atau masa pembekuan trombin, Tes pembekuan Tromboplastin ( TGT, Thromboplastin Generation Test ), Tes D-Dimer, Tes Agregasi Trombosit.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini Pemeriksaan Masa Perdarahan Tujuan Menilai fungsi trombosit dan vaskular Nilai Normal 2 9 1/2 menit Makna Klinis Memanjang pada trombositopenia , trombositopati, penyakit non Willebrand, makan aspirin, terapi antikoagulasia, dan uremia. Hitung Trombosit Menilai konsentrasi trombosit 150.000 400.000 /mm3 - Menurun pada ITP dan keganasan sumsum tulang. Obat obatan, khususnya agen kemoterapeutik; dapat menyebabkan masa perdarahan yang memenjang. Meningkat pada permulaan gangguan mieloproliferatif. Sesudah splenektomi, dapat merupakan predisposisi terjadinya trombosis di kemudian hari.

82

Retraksi Bekuan

Menilai kemampuan trombosit untuk membentuk bekuan fibrin

Bekuan akan beretraksi sampai menjadi setengah dari ukuran semula dalam 1 jam, bekuan menjadi kuat dalam 24 jam bila tidak diganggu 6 12 menit

Retraksi belum jelek pada trombositopenia dan

polisetimia; bekuan akan lisis pada fibrinolisis

Masa Pembekuan Lee-White (koagulasi)

Menilai mekanisme pembekuan-waktu yang diperlukan

Tes yang relatiftidak peka Memanjang pada defisiensi faktor berat, antikoagulansia pembekuan yang terapi yang

oleh darah untuk memadatkan bekuan kontak gelas Masa Menilai jalan 11 16 detik setelah dengan

berlebihan, dan antibiotika tertentu; memendek pada terapi kortikosteroid.

Memanjang pada defisiensi faktor VII, X dan terapi

Protombin (PT) pembekuan ekstrinsik biasa dan

fibrinogen,

dikumarol yang berlebihan, penyakit hati berat, DIC, dan defisiensi vitamin K jalan 26 42 detik

Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (APTT,

Menilai pembekuan

Memanjang pada defisiensi faktor VII sampai XII dan fibrinogen, pada terapi dalam penyakit

intrinsik dan biasa

antikoagulansi sirkulasi, pada

83

Activated Partial Thromboplastin Time) Masa Trombin (TT, Thrombin Time) atau masa pembekuan trombin Tes pembekuan Menilai Tromboplastin (TGT, kemampuan membentuk Menilai pembentukan fibrin fibrinogen dari 10 13 detik

hati dan DIC, dan defisiensi vitamin K

Memanjang fibrinogen

pada yang

kadar rendah,

DIC dan penyakit hati, terapi antikoagulansia, dan pada disproteinemia

12 detik atau Memanjang kuarang trombositopenia defisiensi sampai antikoagulan sirkulasi faktor XII

pada dan VIII dan dalam

Thromboplastin tromboplastin Generation Test) Tes D-Dimer Menilai produk -

Meningkat

pada

DIC,

pemecahan bekuan fibri plasma

emboli paru, infark, terapi trombolitik, trauma. pembedahan,

Tes Agregasi Trombosit

Menguji trombosit

fungsi Trombosit mengalami agresi

Agresi berkurang atau tidak ada pada trombastenia,

dalam makan aspirin, gangguan

waktu tertentu mieloproliferatif, penyakit bila disentuhkan dengan seperti kolagen, epinefrin (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) zat ADP, hati berat, disproteinemia, penyakit non Willebrand

84

6. Jelaskan proses transportasi makanan dan oksigen dalam darah? Jawab : Transportasi makanan Transportasi oksigen Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem tparu dan sistem kardiovaskular. Proses penghantaran ini bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan disfusi, dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin, dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen. Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin bercampur dengan oksigen untuk membentuk oksihemoglobin. Pembentukan oksihemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bisa masuk ke dalam jaringan. (Potter & Perry, 2005)

7. Jelaskan peran albumin, transferin dan hemoglobin dalam transportasi makanan! Jawab : Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dan membantu mempertahankan tekanan osmotik plasma dan volume darah. Transferin adalah protein dalam plasma yang mengikat dan membawa besi dari usus melalui serum. Hemoglobin terdiri dari materi yang mengandung besi yang disebut hem (heme) dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam satu sel darah merah. Setiap molekul hemoglobin

85

memiliki empat temapat pengikatan untuk oksigen. Oksigen yang terikat dengan hemoglobin disebut oksihemglobin.

8. Interpretasikan hasil pemeriksaan Hb, Ht, eritrosit, trombosit, MCH. MCV, MCHC, RDW! Jawab : Nilai sel darah nornal Pengukuran Hitung Eritrosit, juta sel/mm3 Hemoglobin, g/100ml Hematokrit, vol % MCV, m3/eritrosit MCHC, g/100ml eritrosit MCH, pg/eritrosit Jumlah leukosit total, sel/mm3 Granulosit* PMN, % Eosinofil, % Basofil, % Monosit, % Limfosit, % Trombosit, sel/mm3 Hitung retikulosit, % *% sel darah putih total % sel darah merah total (A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson. 1994) Interpretasi datanya : 1. Hb Hemoglobin normal dalam darah sebesar 13,4 17,6 % sedangkan dari pemeriksaan laboratorium nilai Hb Tuan H. sebesar 7,1 % ini 38 70 15 02 18 15 45 150.000 400.000 12 Pria 4,7 6,1 13,4 17,6 42 53 81 96 30 36 27 31 4000 10.0000 Wanita 4,2 5,2 12,0 15,4 38 46

86

menunjukkan Tuan H mengalami kekurangan Hb, ini dapat diindikasikan pasien mengalami anemia. 2. Ht Hematokrit normal dalam darah sekitar 42 53 % sedangkan dari hasil laboratorium didapat nilai Ht sebesar 22,0 % ini

mangindikasikan pasien kekurang Ht dan mengalami penurunan konsentrasi sel sel darah merah dalam darah. 3. Eritrosit Eritrosit normal dalam darah sekitar 4,7 6,1 jt/mm3 sedangkan dari hasil laboratorium didapat nilai Eritrosit sebesar 2,64 jt/mm3 ini mangindikasikan pasien mengalami kekurangan sel darah merah dan dapat mengindikasikan adanya anemia. 4. Trombosit Trombosit normal dalam darah sekitar 150.000 400.000 ribu/mm3 sedangkan dari hasil laboratorium didapat nilai Trombosit sebesar 279 ribu/mm3 ini mangindikasikan pasien memiliki junlah trombosit yang normal. 5. MCH MCH normal dalam darah sekitar 27 31 Pq sedangkan dari hasil laboratorium didapat nilai MCH sebesar 26,9 Pq ini mangindikasikan pasien sedikit kekurang MCH bisa mengindikasikan terjadinya anemia hipokromik ringan tapi perlu juga dilihat nilai MCHCnya. 6. MCV MCV normal dalam darah sekitar 81 96 Fl sedangkan dari hasil laboratorium didapat nilai MCV sebesar 83,3 Fl ini mangindikasikan pasien memiliki nilai normal pada MCVnya dan tidak mengalami anemia zat besi, talasemia, anemia pernisiosa, atau anemia asam folat. 7. MCHC MCHC normal dalam darah sekitar 30 36 q/dL sedangkan dari hasil laboratorium didapat nilai MCHC sebesar 32,3 q/dL ini

mangindikasikan pasien berada dalam nilai normal pada MCHCnya

87

dan tidak mengalami talasemia sebab nilai MCVnya normal tapi untuk anemia hipokromik bisa terkena bisa tidak sebab nilai MCHnya kurang meskipun cuma 0,1 % dan nilai MCHCnya juga tidak terlalu normal dan hamper memdekati defisiensi sebesar 0,2 %. 8. RDW Mengalami peningkatan kadar RDW (Red Cell Distribution Width), karena normalnya 10,0 15,0. Sehingga terdapat kemungkinan masalah klinis anemia. 9. Protein total 4.1 gr/dl Terjadi penurunan kadar, normalnya 6,0 8,0 g/dl. Sehingga terdapat kemungkinan masalah klinis seperti malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium yang jelek).Sedangkan jika terjadi peningkatan kadar protein total akan mengalami dehidrasi, muntah, diare,dll. 10. Albumin 1.6 gr/dl Terjadi penurunan kadar, normalnya 3,5-5,0 g/dl. Sehingga terdapat kemungkinan masalah klinis sirosis hepar,. Kegagalan akut, luka bakar, malnutrisi berat, preeclampsia, gangguan gangguan ginjal, malignansi tertentu, colitis ulserasi, imbolisasi lama, kehilangan proteinenteropati, malabsorpsi. 11. Natrium 129 meql/dl Terjadi penurunan kadar , normalnya 135-145 meql/dl. Sehingga terdapat kemungkinan masalah klinis penyakit gondog dan genetika. 12. Kalium 3,0 meq/dl Terjadi penurunan kadar, normalnya pada orang dewasa :3,5 -5,0 mEq/L. Sehingga kemungkinan terjadi masalah klinis yaitu diare. 13. Chlorida 96 mEq/L Tidak terjadi penurunan kadar atau peningkatan kadar, karena kadar normalnya 95-105 mEq/L.Jika terjadi penurunan kadar akan terjadi masalah klinis seperti diare, muntah. Sedangkan peningkatan kadar klorida akan mengalami masalah klinis seperti dehidrasi, kadar natrium tinggi, fungsi ginjal kurang baik.

88

14. Calcium 1.6 meql/L Terjadi penurunan kadar, karena normalnya 4,5-5,5 mEq/L. Sehingga terjadi masalah klinis yaitu malabsorpsi kalsium dari saluran gastrointestinal. 15. Ferritin 64,57 mg/ml Terjadiya penurunan kadar, karena normalnya 80 140 ug/dl. Sehingga terjadi masalah klinis yaitu anemia.

9. Sebutkan masalah keperawatan pada kasus diatas! Jawab : Pasien tersebut mengalami anemia. Sesuai definisinya, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Menurut klasifikasinya, termasuk anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV dan MCHC normal atau normal rendah). Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sunsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.( A.Price, Sylvia & Lorraine M. Wilson, 1994)

10. Jelaskan prosedur monitoring tranfusi! Jawab : Memberikan Transfusi Darah 1. Jelaskan prosedur kepada klien. Kaji pernah tidaknya klien menerima transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul, apabila ada. 2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigit, sakit kepala,gatal-gatal, atau dengan segera. 3. 4. 5. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar (#18 atau 19).

89

6.

Gunakan selang infus yang memiliki filiter di dalam selang. Selain juga harus merupakan set pemberian set pemberian tipe-Y (lihat ilustrasi di bawah).

7.

Gantungkan botol larutan salin normal 0,9% untuk diberikan setelah pemberian infus darah selesai.

8.

Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah adari bank darah. Minta darah pada saat anda siap menggunakannya.

9.

Bersama seorang perawat lain yang telah memiliki lisensi, identifikasi produk darah dari klien yang benar : a. Periksa etiket kompatibilitas yang menempel pada kantung darah dan informasi pada kantung tersebut. b. Untuk darah lengkap, periksa golongan darah ABO dan tipe Rh yang terdapat pada catatan klien. c. Periksa kembali kesesuain produk darah yang akan diberikan dengan resep dokter. d. Periksa data kadaluarsa pada kantung darah. e. Inspeksi darah untuk melihat adanya kadaluarsa. f. Tanyakan nama klien dan periksa tanda pengenal yang dipasang dilengan klien.

10. Ukur tanda vital dasar klien. 11. Mulai pemberian transfuse : a. Sebelum infus darah diberikan, berikan dahulu larutan salin normal 0,9 %. b. Mulai berikan transfuse secara berlahan diawali dengan pengisian filter didalam selang. c. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertam dan tetaplah bersama klien. Apabila anda mencurugai timbulnya suatu reaksi, hentikan transfusi, bilas selang dengan salin normal secara berlahan, dan bari tahu bank darah serta dokter. 12. Monitor tanda vital :

90

a. Ukur tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi,selanjutnya ukur setiap jam sesuai dengan kebijakan lembaga. b. Observasi klien untuk melihat adanya kemerahan, gatal-gatal, dispnea, bintik-bintik merah dan ruam. 13. Pertahankan kecepatan infus yang diprogramkan dengan menggunakan pompa infus, jika perlu. 14. Lepas dan buang sarung tangan. Cuci tangan. 15. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan. 16. Catat pemberian darah atau produk darah. Catat transfuse ini sebagai asupan cairan sesuai dengan kebijakan lembaga. Setelah pemberian infuse selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke bank darah.

Kompetensi 6: Mahasiswa mampu mengidentifikasi klien dengan syok hipovolemik Syok hipovolemik adalah terganggunya system sirkulasi akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi karena akibat perdarahan yang massif atau kehilangan plasma darah. Penyebab : 1. Perdarahan, meliputi - Hematom subkapsular hati - Aneorisma aorta pecah - Perdarahan gastrointestinal - Perlukaan berganda 2. Kehilangan plasma - Luka bakar luas - Pancreatitis - Deskuamasi kulit - Sindrom dumping 3. Kehilangan cairan ekstraseluler - Muntah

91

- Dehidrasi - Diare - Terapi diuretic yang sangat agresif - Diabetes insipitus - Insufisiensi adrenal Gejala klinis Ringan (< 20 % volume darah) Sedang (20-40% Berat (> 40 % volume darah) Sama, ditambah : Hemodinamik tak stabil

volume darah) Ekstremitas dingin Waktu meningkat Diaphoresis Vena kolaps Cemas Takipnea Oliguria Hipotensi ortostatik pengisian Sama, ditambah : kapiler Takikardia

Takikardi bergejala Hipotensi Perubahan kesadaran

(Ed Sudoyo, Aru W ; Bambang Setyohadi; Idrus Alwi; Marcellus Simadibrata; Siti Setiati. 2006)

Kompetensi 7: Mahasiswa mampu berkolaborasi dalam menentukan kebutuhan cairan dan elektrolit pada klien dengan syok hipovolemik Tatalaksana Ketika syok hipovolemik diketahui maka tindakan yang harus dilakukan adalah menempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur

pernapasan dan diberikan resusitasi cairan dengan cepat lewat akses intravena atau cara lain yang memungkinkan seperti pemasangan kateter CVP (central Venous Pressure) atau jalur intraarterial. Cairan yang diberikan adalah garam isotonus yang ditetes dengan cepat (hati-hati terhadap asidosis hiperrcloremia ) atau dengan cairan garam seimbang seperti Ringers Lactat (RL) dengan jarum infuse yang terbesar. Pemberiannya 2-4 Liter dalam 20-30 menit. Diharapkan dapat mengembalikan keadaan hemodinamik. Guna mengetahui cairan sudah memenuhi kebutuhan untuk

meningkatkan tekanan pengisian ventrikel dapat dilakukan pemeriksaan tekanan baji paru dengan menggunakan kateter swan-Ganz. Bila hemodinamik tetap

92

tidak stabil, berarti perdarahan atau kehilangan cairan belum teratasi. Kehilagan yang berlanjut dengan kadar hemoglobin <= 10 gr/dL perlu penggantian darah dengan transfuse. Disarankan agar darah yang dugunakan telah menjalani tes cross-match atau uji sialng. Bila darurat maka dapat menggunakan packed red cels tipe darah yang sesuai atau O negative. Pada keadaan hipovolemia yang berkepanjangan dukungan inotropik dengan dopamine, vasopressin atau dobutamin, dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup setelah volume darah dicukupi dahulu. Pemberian nalokson bolus 30 mcg/kg dalam 3-5 menit dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam dalam dekstros 5% dapat membantu meningkatkan MAP. Selain resusitasi cairan, saluran pernapasan harus dijaga. Kebutuhan oksigen pasien harus terpenuhi dan bila dibututkan intubasi dapat dikerjakan. Kerusakan organ akhir jarang terjadi dibandingkan dengan syok septic atau traumatic. Kerusakan organ dapat terjadi pada susunan saraf pusat, hati dan ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang penting pada syok ini. (Ed Sudoyo, Aru W ; Bambang Setyohadi; Idrus Alwi; Marcellus Simadibrata; Siti Setiati. 2006)

Kompetensi 8: Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan cairan pada luka bakar Luka Bakar Merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya, karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati(eskat) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri patogen; mengalami eksudasi dengan perembasan sejumlah air, protein serta elektrolit;dan kerap kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen.

Karakteristik Luka Bakar menurut kedalamannya Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superficial partial-thickness, deep partial-thickness dan full-thickness.

93

Kedalaman dan Penyebab Luka Bakar Derajat - Satu (superficial )\ Tersengat matahari Terkena api dengan intensitas rendah Derajat - Dua (partial-thickness )

Bagian Kulit yang Terkena

Gejala

Penampilan Luka

Perjalanan Kesembuhan

Epidermis

Kesemutan Hiperestesia ( supersensitifitas ) Rasa nyeri mereda jika didinginkan

Memerah; menjadi putih ketika ditekan Minimal atau tanpa Edema

Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu Penglupasan kulit

Epidermis dan bagian Dermis

Nyeri Hiperestesia Sensitif terhadap udara yang dingin

Melepuh; dasar luka berbintikbintik merah; epidermis retak; permukaaan luka basah Edema

Kesembuhan dalam waktu 2 hingga 3 minggu Pembentukan parut dan depigmentasi Infeksi dapat mengubahnya menjadi derajattiga.

Derajat Tiga

Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan

Tidak terasa nyeri Syok Hematuria ( adanya darah dalam urin ) dan kemungkunan pula hemolisis ( dekstrusi sel darah merah ) Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar ( pada luka bakar listrik )

Kering; luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong Kulit retak dengan bagian lemak yang tampak Edema

Pembentukan eskar Diperlukan pengcangkokan Pembentukan parut dan hilangnya kontour serta fungsi kulit Hilangnya jari tangan atau ekstremitas dapat terjadi

94

Dalam

menentukkan

dalamnya

luka

bakar,

kita

harus

mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini : 1. Riwayat terjadinya luka bakar (bagaimana terjadinya) 2. Penyebab luka bakar, sperti nyala api atau cairab yang mendidih 3. Suhu agens yang menyebabkan luka bakar 4. Lamanya kontak dengan agens 5. Tebalnya kulit Luas Permukaan tubuh yang Terbakar o Rumus sembilan (Rule of Nines). Estimasi luas permukaan tubuh yang terdapat disederhanakan dengan menggunakan rumus sembilan. Rumus sembilan merupakan cara yang tepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas. o Metode Lund dsan Browder Metode ini lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar. Metode ini mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik,khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menhadi daerah-daerah ynag sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, Kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba dirumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga pasca luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut. o Metode Telapak Tangan Metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar pada pasien dengan luka bakar yang menyebar. Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1 % luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.

95

Zona pada luka bakar

Rumus Sembilan : presentase luas permukaan tubuh yang diperkirakan pada orang dewasa

Ny T mengalami luka bakar akibat ledakan tabung gas 3 Kg empat jam yang lalu. Ny T terlambat dibawa ke Rumah sakit karena transportasi yang tidak memadai. Ny T mengalami luka di perut dan dada, wajah, kaki kanan dan kiri bagian depan derajat II. Kesadaran somnolen. Pemeriksaan Hb adalah 10 dan hematokrit adalah 46%. Pertanyaan:
96

1. Berapa luas luka bakar Ny T? Jawab : Perut + Dada = 18 % Wajah = 9 % Kaki kanan + kiri bagian depan = 9 + 9 = 18 % Jumlah = 45 %

2. Sebutkan kebutuhan cairan Ny T menurut rumus Baxter! Jawab : Rumus Baxter / Parkland Larutan Ringer Laktat : 4 ml x kg berat badan x luas luka bakar. Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama ; separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya. Hari 2 : Bervariasi, ditambahkan koloid. Misal BB Ny. T 55 kg Larutan Ringer Laktat = 4 ml x 55 x 45 % =

3. Bagaimanakah rumatan terapi cairan pada Ny T? Jawab : Yang utama pada terapi rumatan adalah mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dalam keadaan normal (biasa). Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan aliran vena yang memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau Ringer Laktat isotonis. Terapi awal adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien kombustio 1824 jam sesudah cedera luka bakar. Ny T memiliki kadar Hb 10 sedangkan yang normal adalah 12 16 gr/dL maka cairan pengganti yang terbaik adalah tranfusi darah. Tranfusi darah bisa diberikan setelah resusitasi cairan pada Ny T terpenuhi (setelah 24 jam).

97

4. Identifikasi konsdisi syok hipovolemik pada Ny T! Jawab : Syok hipovolemik terjadi jika terjadi penurunan volume intravaskular sebanyak 15%-25%. Menurut Toni Ashadi, 2006, syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler, salah satunya contohnya yaitu terjadi pada luka bakar. Identifikasi syok hipovolemik pada Ny T: i. ii. iii. iv. gejala klasik syok muncul tekanan darah menurun drastis dan tak stabil walau posisi berbaring takikardia berat oliguria, kencing hanya sedikit (volume urin kurang dari 400mL/24 jam) v. vi. agitasi atau bingung kesadaran somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal vii. pemeriksaan Hb yaitu 10, pertanda anemia

5. Demonstrasikan pemeriksaan fisik pada klien untuk mengidentifikasi syok hipovolemik! Jawab : Untuk mengidentifikasi syok hipovolemik dapat dilakukan dengan mengamati: Tanda-tanda vital: a. Tekanan darah Perubahan awal dari tekanan darah akibat hipovolemia adalah adanya pengurangan selisih antara tekanan sistolik dan diastolik. Ini merupakan akibat adanya peningkatan tekanan diastolik yang disebabkan oleh vasokonstriksi atas rangsangan simpatis. Tekanan sistolik dipertahankan pada batas normal sampai terjadinya kehilangan darah 15-25%. Hipotensi postural dan hipotensi pada

98

keadaan berbaring akan timbul. Perbedaan postural lebih besar dari 15mmHg adalah bermakna, b. Denyut nadi Perubahan postural lebih dari 15 denyutan permenit adalah bermakna. Dapat ditemukan adanya penurunan dari amplitudo denyutan. c. Pernapasan Takipnea adalah karakteristik, dan alkalosis respiratorius sering ditemukan pada tahap awal syok. Tanda: serak, batuk mengi, ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, sekret jalan nafas dalam (ronkhi). Kulit a. Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik-bintik. Secara keseluruhan mudah berubah menjadi pucat. b. Vena-vena ekstremis menunjukkan tekanan yang rendah-ini yang dinamakan vena perifer yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis. Pengkajian lain yang ditemukan pada klien dengan luka bakar (Doenges, 1999): i. Aktifitas/ istirahat Tanda: penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit ii. Sirkulasi Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok), takikardia (syok/nyeri/ansietas), pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar) iii. Eliminasi Tanda: keluaran urin menurun/tak ada selama fase darurat, penurunan bising usu/tak ada iv. Neurisensori

Gejala: kesemutan

99

Kompetensi 9: Mahasiswa mampu mendemonstrasikan monitoring Tinggi Fundus Uteri, involusi uteri, dan lokhea Kompetensi 12 Mahasiswa mampu mendemonstrasikan konseling nutrisi pada ibu hamil dan menyusui dan kolaborasi pemberian Fe pada ibu hamil Kompetensi 16: Mahasiswa mampu memberikan menejemen laktasi pada ibu meyusui dan menejemen inisiasi dini Gunakan pertanyaan dibawah ini sebagai arahan dalam diskusi kelompok!

1. Morning sickness merupakan kondisi fisiologis selama kehamilan trimeseter I. Jelaskan apa yang dimaksud dengan morning sicknes.! Jawab : Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness. Morning sickness atau pregnancy sickness merupakan perasaan mual disertai atau tanpa disertai muntah selama kehamilan. Morning sickness dapat terjadi setiap sepanjang hari terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Jika rasa mual dan muntah menetap atau semakin memburuk, maka kondisi tersebut disebut hyperemesis gravidarum. a. Gejala morning sickness Gejala morning sickness meliputi :

rasa mual kehilangan selera makan muntah efek psikologis : depresi, cemas.

b. Penyebab morning sickness Penyebab pasti morning sickness belum diketahui. Perubahan fisik selama kehamilan dipercaya menyebabkan overstimulasi pada kontrol neurologis mual dan muntah yang berada di batang otak. Perubahan fisik tersebut antara lain peningkatan hormon HCG dan estrogen dalam darah pada trimester pertama, peregangan pada otot uterus, fluktuasi tekanan darah terutama pada saat tekanan darah menurun, relaksasi relatif pada otot saluran pencernaan (yang menyebabkan

100

pencernaan kurang efisien) dan peningkatan asam lambung yang disebabkan lambung kosong atau makan makanan yang salah. Faktor emosi berperan penting pada kejadian morning sickness. Morning sickness jarang dialami oleh wanita hamil dengan latar balakang sosial rendah dimana gaya hidup lebih sederhana, lebih rileks, dan sedikit tuntutan. Pada kehamilan yang tidak diharapkan kejadian morning sickness lebih tinggi dibanding pada kehamilan yang diharapkan. c. Efek morning sickness pada fetus Muntah menyebabkan ketegangan pada otot abdomen dan rasa sakit, namun mekanisme fisik muntah tidak berbahaya pada fetus. Fetus terlindung secara sempurna dalam kantong yang berisi cairan amnion. Namun muntah yang berkepanjangan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan berat badan ibu hamil yang menyebabkan deprivasi nutrisi pada fetus dan meningkatnya resiko berat badan bayi lahir rendah.

2. Kondisi hiperemesis graviadarum dapat mengganggu pertumbuhan janin. Apa yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarum. Jawab : Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998) Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112) a) Etiologi Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan: ( Rustan Mochtar, 1998 ) 1. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari

101

pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin. 2. Faktor Psikologik. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 3. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain. b) Patologi Pada otopsi wanita meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut 1. Hepar pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis. 2. Jantung jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial. 3. Otak terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensepalopati Wirnicke. 4. Ginjal ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti. c) Patofisiologi Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,

hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida urine yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan

102

merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal. d) Manifestasi klinis Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan: Tingkat I Muntah terus-menerus yang mempengarui keadaan umum,

menimbulkan rasa lemah, penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi naik menjadi 100 kali/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah kering, dan mata cekung. Tingkat II Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu menurun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oligouria, konstipasi dan napas bau aseton. Tingkat III Kesadaran menurun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat serta tekanan darah semakin turun.

103

3. Ibu A hamil 20 minggu G1A0 dirawat dirumah sakit dengan kondisi sangat lemah, bila makan selalu muntah kembali. Buatlah pathway pada ibu A! Jawab : Horman gonadotropin korionik Factor psikologis

Kadar esterogen tinggi

Hipertiroidisme

Hiperemesis gravidanum

Penurunan cairan asam lambung

Penurunan Berat badan

Dehidrasi

Penurunan kandungan alkalin

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Hipovolemia

Asidosis metabolik

Penurunan haluaran urin

Hipotensi

Penurunan nutrisi ibu Hipoproteinema hipovitaminosis

Takikardi

Kondisi lemah

104

4. Buatlah perencanaan keperawatan pada ibu A tersebut! Jawab : Perencanaan keperawatan pada ibu A adalah 1. Pencegahan Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara : a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan. b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering. c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. d. Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak. e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin. f. Usahakan defekasi teratur. 2. Terapi obat-obatan Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak berkurang diperlukan pengobatan. a. Tidak memberikan obat yang teratogen. b. Sedetiva yang sering diberikan adalah Phenobarbital. c. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. d. Anthistaminika seperti dramamin, avomin. e. Pada keadaan berat, antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin. 3. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut : a. Isolasi

105

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. b. Terapi psikologik Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. c. Terapi parental Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnyvitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. d. Terminasi kehamilan Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterius, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk

mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi di lain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital

5. Ibu hamil yang mengalami kekurangan nutrisi akan berisiko terhadap janin dan dirinya. Uraikan risiko tersebut! Jawab : Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir prematur, kematian janin, dan kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sedangkan kekurangan energi terjadi pada trimester II dan III dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya. Contoh konkretnya adalah kekurangan zat besi yang terbilang paling sering dialami saat hamil. Gangguan ini membuat ibu mengalami anemia alias

106

kekurangan sel darah merah. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia, selain kelainan bawaan pada bayi dan keguguran. Ibu hamil juga perlu memperoleh tambahan zat besi dan asam folat. Selain dari suplemen, juga dari bahan makanan yang disantapnya. Namun ibu hamil tak dianjurkan mengonsumsi suplemen multivitamin karena kelebihan vitamin A dan D dosis tinggi dalam tubuh justru dapat menimbulkan penumpukan yang berefek negatif. Suplemen dalam bentuk jejamuan juga tidak dianjurkan jika kebersihan dan keamanan bahannya tidak terjamin. Resiko yang mungkin terjadi pada ibu dan janin selama kehamilan apabila kekurangan nutrisi akan dijelaskan lebih terperinci dibawah ini : 1. Terhadap Ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. 2. Terhadap Persalinan Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. 3. Terhadap Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan

107

untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemai gizi. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

6. Ibu K hamil 7 bulan, selama hamil asupan nutrisi biasa saja tidak ada peningkatan porsi makan. Hasil pemeriksaan darah diketahui Hb 9mmHg. Jelaskan metabolisme pada ibu K tersebut Bagaimana bahaya saat hamil, melahirkan dan pada saat nifasnya? Jawab : Pada ibu hamil terutama pada trimester tiga akan terjadi perubahan metabolisme pada tubuh. Metabolisme karbohidrat pada ibu hamil mengalami perubahan sehingga glukosa untuk janin cukup tersedia. Keadaan ini berpotensi menimbulkan diabetes kehamilan. Human Placenta Lactogen (HPL) menyebabkan terjadinya lipolisis dan meningkatan asam lemak bebas di dalam plasma yang berdampak pada penyiapan sumber energy pengganti untuk ibu. HPL menggangu kerja insulin sehingga kebutuhan insulin bertambah. Perubahan ini dapat menyebabkan diabetes kehamilan pada wanita yang tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan akan insulin tersebut. Untuk metabolisme lemak juga mengalami peningkatan. Penimbunan lemak ini berlatar belakang upaya proteksi seandainya pada akhir kehamilan ibu menderita kelaparan atau bekerja terlalu berat. Lemak dalam plasma meningkat pada paruh terakhir kehamilan, menyebabkan nafsu makan menurun. Seandainya keadaan ini

108

berlangsung lama, tubuh akan menggunakan cadangan lemak tersebut sehingga akan terbentuk keton yang dapat menyusup ke dalam urin serta cairan amnion.

Penilaian status gizi Penilaian status gizi wanita hamil meliputi evaluasi terhadap factor

resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Penilaian tentang asupan pangan dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam (24-hour recall) atau metode lainnya. Factor resiko diet dibagi ke dalam dua kelompok yaitu resiko selama hamil dan resiko selama perawatan (antenatal). Kebutuhan gizi untuk ibu hamil juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan penggunaan obat. Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat gizi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilan yang ia jalani. Di samping itu obat tertentu misalnya alcohol yang biasa diresepkan untuk meredakan penyakit kronis ini tidak sedikit yang berinteraksi dengan zat gizi. Pola pertambahan berat badan Normalnya ibu mengalami peningkatan berat badan selama kehamilan berlangsung. Kenaikan berat badan yang optimal akan berdampak baik pada kehamilan maupun output persalinannya kelak. Dengan berat badan yang ideal untuk seorang ibu hamil, pertumbuhan janin pada umumnya akan berlangsung normal. Komplikasi timbulnya gangguan kesehatan dan penyakit lain juga bisa dihindari. Hal ini pun memberikan efek pada pasca persalinan yaitu kesehatan ibu selama laktasi. Menurut National Academy of Science, variasi kenaikan berat badan ibu hamil tergantung pada berat badan ibu sebelum hamil. Khususnya bisa diketahui dengan menilai body mass index (BMI). Berikut rekomendasi yang disarankan untuk kenaikan total berat badan pada ibu hamil berdasarkan berat badan sebelum hamil : NILAI BMI Rendah (<19,8) Normal ( 19,8-26,0) Tinggi (26,1-29,0) Obese ( > 29,0) BERAT BADAN 12,5-18,0 11,5-16,0 7,0-11,5 6,0

109

Pada trimester pertama kisaran pertambahan berat badan sebaiknya 1-2 kg (300-400 g/mg); sementara trimester II & III sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu. Pertambahan berat < 1 kg selama trimester II, apalagi trimester III dapat memperbesar risiko kelahiran berat badab rendah, pemunduran pertumbuhan dalam rahim, serta kematian perinatal. Wanita yang mengalami malnutrisi sepanjang minggu terakhir kehamilan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (< 2500 g), karena jaringan lemak banyak ditimbun selama trimester III.

7. Buatlah pathway pada ibu K! Jawab : Mekanisme yang mungkin berlangsung pada retardasi pertumbuhan plasenta dan janin akibat malnutrisi internal yang dipelajari pada model binatang dan manusia (dari Worthington-Roberts B, Williams SR:Nutrition in pregnancy and lactation, ed 5, St Louis, 1993, Mosby)

PATHWAY

Malnutrisi Maternal

Penurunan Ekspansi Volume Darah

Peningkatan Curah Jantung yang Tidak Adekuat

Penurunan Aliaran Darah Plasenta

Penurunan Ukuran Plasenta

Penurunan Transfer Nutrien

Retardasi Pertumbuhan Janin

110

8. Bagaimanakah perencanaan keperawatan untuk ibu K? Jawab : Intervensi keperawatan : Ibu K akan diberi pendidikan tentang pengobatan dan pencegahan anemia defesiensi besi. Akan disarankan untuk mengkkonsumsi makanan dengan sumber makanan tinggi besi meliputi daging organ (hati sapi, ayam atau anak sapi), daging lain, kacang-kacangan, sayuran hijau, kismis, dan sirup manis. Makan makanan kaya-besi bersama dengan sumber vitamin C akan meningkatkan absorbsi. Antasida tidak boleh dimakan bersama besi karena fosfat akan membentuk komplek dengan besi. Ibu K juga harus menjalankan diet seimbang dengan bimbingan nutrisi. Apabila ibu K mempunyai riwayat ngemil perlu dibimbing bahwa diit semacam itu tidak mengandung cukup besi yang dapat diabsorsi.selain itu ibu K juga disarankan untuk menambah asupan Fe dengan tablet Fe seperti sulfas ferrossus atau glukonas ferrocus dengan anjuran 1 tablet sehari. Jika, selama dipantau keadaan ibu K cenderung menurun bahkan sampai pada anemia berat, pemberian besi dekstran IM dan IV perlu diresepkan. Artinya, apabila besi oral tidak dapat diabsorbsi atau tidak dapat ditoleransi atau apabila dibutuhkan sejumlah besar besi. Lebih disukai rute IV karena injeksi IM mengakibatkan nyeri local dan dapat menimbulkan pewarnaan kulit. Besi dekstran harus diinjeksikan dalam-dalam pada masing-masing pantat menggunakan teknik Ztrack. Sebelum pemberian dosis penuh secara parenteral, perlu diberikan percobaan dengan dosis kecil untuk menghindari resiko anafilaksis, yang lebih sering pada injeksi IM dari pada injeksi IV. Ibu K denagn anemia defisiensi besi didorong untuk melanjutkan terapi sepanjang yang diresepkan, meskipun mungkin mereka tidak mengalami kelemahan. Apabila suplemen besi menimbulkan keluhan lambung, pasien dinasihati untuk menelanya bersama makanan sampai gejala menghilang, kemudian kembali pada jadwal diantara waktu makan agar absorbsinya maksimum. Ibu K harus diberi informasi bahwa garam besi sering merubah warna tinja menjadi hijau gelap atau hitam. Apabila ibu K memilih Fe atau zat besi tambahan yang berbentuk cair informasikan padanya bahwa dapat mewarnai gigi, maka ibu K dinasihati untuk minum obat ini dengan sedotan dan membilas mulut dengan air,

111

serta melaksanakan hygiene mulut yang baik. Karena sulfat ferosus cenderung dideposisi di gigi dan gusi. Ibu K harus dinasihati untuk melakukan upaya hygiene mulut sesering mungkin.

9. Jelaskan fungsi tablet Fe pada ibu hamil! Jawab : Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin), hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi sel darah merah dan membentuk sel darah merah pada janin dan plesenta. Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang tulang rawan dan jaringan penyambung) serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam pertahanan tubuh. Manfaat zat besi bagi ibu hamil: 1. Menghilangkan rasa lemas, mudah lelah, pusing-pusing, mata berkunangkunang, dan muka pucat 2. Badan terasa lebih bertenaga dan bersemangat 3. Dapat memperlancar persalinan 4. Mempercepat ASI keluar setelah melahirka 5. Dapat mencegah perdarahan saat melahirkan, sehingga akan menghemat biaya melahirkan Ibu hamil perlu minum tablet Fe terutama sejak trisemester ketiga atau sejak hamil tujuh bulan sampai melahirkan, bahkan untuk ibu hamil yang pekerjaannya berat, kurang banyak makan sayuran hijau dan makan lauk hewani, tablet Fe perlu diminum lebih awal lagi, sehingga badan tidak mudah lelah, tidak sering pusingpusing, dan lebih bersemangat.

112

Ibu N postpartum hari pertama tampak lemah dan tidak berdaya, terdapat luka dari jalan lahir akibat rupture perineum. Hasil pengkajian TD 100/50 mmHg, Nadi 92 kali/menit, konjungtiva anemis. Hasil pemeriksaan laboratorium kadar Hb 7,8gr/l. Pertanyaan 1. Jelaskan fisiologi ibu postpartum kala IV! Jawab : a. Perubahan sistem reproduksi 1. Uterus berkontraksi dengan kuat setelah kelahiran bayi, ukurannya mengecil lebih dari setengahnya. Uterus akan tetap sama ukurannya sampai sekitar 2 hari, kemudian bekurang (involusi) dan turun sekitar 1 ruas jari/hari. a. Pada 10-14 hari pasca partum, uterus tidak dapat dipalpasi di abdomen. Uterus kembali mendekati ukuran sebelum hamil dalam 4-6 minggu pasca partum. Tempat pelekatan plasenta

membutuhkan 6-7 minggu untuk sembuh, regenerasi endometrium memerlukan waktu 6 minggu. b. Lokia, keluaran dari uterus selama 3 minggu pertama setelah kelahiran terjadi dalam 4 tipe yaitu: Lokia Rubra adalah keluaran berwarna merah gelap terjadi pada 2-3 hari pertama. Lokia ini mengandung sel-sel epitel, eritrosit, leukosit, dan desidua serta memiliki bau karakteristik manusia. Lokia Sanguinolenta: keluaran merah kuning dan lendir terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan Lokia Serosa: keluaran merah muda sampai kecoklatan, terjadi dari 3-10 hari setelah kelahiran. Ini adalah keluaran serosanguineous yang mengandung desidua, erotrosit, leukosit, lendir servik dan mikroorganisme. Lokia serosa memiliki bau yang keras. Lokia Alba: keluaran yang hampir tidak berwarna sampai krem kekuningan, terjadi dari 10 hari sampai 3 minggu setelah kelahiran. Mengandung leukosit, desidua, sel-sel epitel, lemak,

113

lendir servik, kristal kolesterol, dan bakteri. Lokia alba tidak berbau. 2. Servik lebih tebal dan lebih keras, pada akhir minggu pertama pasca partum, servik masih akan berdilatasi sekitar 1 cm. Involusi servik lengkap berlangsung 3-4 bulan. 3. Vagina halus dan membengkak, dengan tonus yang buruk setelah kelahiran. Rugae tampak kembali dalam 3-4 minggu pasca partum. Indeks ekstrogen kembali dalam 6-10 minggu. 4. Perineum, tampak edema dan memar setelah melahirkan, bisa ditemukan episiotomi atau laserasi. 5. Abdomen, tetap lunak dan mengendur selama beberapa waktu setelah melahirkan. Striae tetap, tetapi putih perak. Diatasis rekti (pemisah otototot rektus abdominis) dapat terjadi pada wanita dengan tonus otot yang buruk. 6. Perubahan payudara meliputi hal berikut ini: a. Terjadi penurunan cepat kadar eksterogen dan progesteron, dengan peningkatan sekresi prolaktin setelah melahirkan. b. Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan, ASI diproduksi pada hari ketiga atau keempat pasca partum. c. Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang dalam 1 / 2 hari. d. Di dalam payudara, prolaktin menstimulasi sel-sel alveolar untuk menghasilkan susu. Pengisapan oleh bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan kontraktilitas sel-sel mioepitelial, yang menstimulasi aliran susu, ini dikenal sebagai refleks let-down. Jumlah rata-rata ASI yang dihasilkan dalam 24 jam meningkat sejalam dengan waktu. Minggu pertama sebanyak 6-10 ons 1-4 minggu sebanyak 20 ons Setelah 4 minggu sebanyak 30 ons b. Perubahan sistem endokrin

1. Kadar esterogen dan progesteron menurun dengan cepat setelah melahirkan.

114

2. Ovulasi dan dimulainya kembali menstruasi dipengaruhi oleh apakah klien menyusui ASI atau tidak. 45% para wanita yang menyusui memulai kembali menstruasi dalam 12 minggu, 80% memiliki satu atau lebih siklus anovulatori sebelum ovulasi yang pertama. 40% wanita yang tidak menyusui ASI memulai kembali menstruasi dalam 6 minggu setelah melahirkan, 65% dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu. 50% berovulasi selama siklus yang pertama. 3. Kebutuhan akan istirahat dan tidur meningkat secara signifikan c. Perubahan sistem kardiovaskuler pada ibu hamil 1. Bradikardi-sementara (50-70 kali/menit) terjadi selama 24-48 jam setelah melahirkan dan bisa berlanjut hingga 6-8 hari 2. Volume darah menurun kekadar sebelum hamil pada 4 minggu setelah melahirkan 3. Hematokrit meningkat pada hari ketiga sampai ketujuh pasca partum 4. Leukositosis (20.000-30.000 sel-sel darah putih/mm3) berlanjut untuk beberapa hari setelah melahirkan. 5. Tekanan darah tetap stabil dan nadi frekuensinya kmbali seperti sebelum hamil dalam 3 bulan pasca partum. d. Perubahan sistem imun 1. Sedikit peningkatan suhu tubuh ibu bisa terjadi tanpa penyebab yang nyata setelah kelahiran. Namun demikian suhu ibu seharusnya tetap dalam batas normal. 2. Setiap ibu yang suhunya mencapai 38 derajat C (100,4 derajat F) dalam periode 24 jam 2 kali berturut-turut selama 10 hari pertama pasca partum tidak termasuk 24 jam pertama dianggap demam. e. Perubahan sistem pernafasan Fungsi pulmonar kembali kestatus sebelum hamil dalam 6 bulan setelah melahirkan. f. Perubahan sistem Renal dan Perkemihan 1. Distensi berlebihan pada kandung kemih adalah hal yang umum terjadi karena peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jaringan di sekitar uretra dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meningkat.

115

a. Kandung kemih yang penuh menggeser uterus menyebabkan perdarahan pasca partum, distensi kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin. b. Pengkosongan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5-7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar. 2. Laju filtrasi glomerolus (GFR) tetap meningkat selama kira-kira 7 hari setelah melahirkan. 3. Ureter yang berdilatasi dan pelvis penal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 6-10 minggu setelah melahirkan. 4. Diaforesis puerperalis dan diuresis terjadio dalam 24 pertama setelah melahirkan. g. Perubahan sistem Gastrointestinal 1. Lapar dan haus merupakan hal yang umum terjadi setelah melahirkan 2. Motilitas dan tonus gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah melahirkan. 3. Konstipasi umumnya terjadi selama periode pasca partum awal karena penurunan tonus otot usus, rasa tidak nyaman pada perineum, dan kecemasan. 4. Klien dapat kembali ke berat badannya sebelum hamil dalam 6-8 minggu jika pertambahan berat badannya selama kehamilan dalam kisaran normal. 5. Hemoroid merupakan masalah yang umum dalam periode pasca partum awal karena tekanan pada dasar panggul dan mengejan selama persalinan. h. Perubahan sistem Musculoskeletal 1. Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4-8 jam setelah melahirkan, ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi, dan meningkatkan cara pandang emosional. 2. Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasio pelvik terjadi 6-8 minggu setelah melahirkan. i. Perubahan sistem Integumen 1. Melanin menurun bertahap setelah melahirkan, menyebabkan penurunan hiperpigmentasi. 2. Perubahan vaskular kehamilan yang tampak akan hilang dengan penurunan kadar esterogen.

116

2. Demonstrasikan monitoring involusi uteri! Jawab : INVOLUS I UTERUS

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusi uterus adalah sebagai beriku: 1. Iskemia Miom e trium akibat kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah p engeluaran p lasenta membuat

uterus relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi. 2. Autolysis yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan j aringan otot yang telah sempat mengendur karena penurunan hormon strogen dan progesteron. 3. Efek Oksitosin m e nyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga a kan m e nekan pembuluh darah yang

mengakibatkan b erkurangnya suplai darah k e uterus. TINGGI FUNDUS UTERI

TFU dapat diukur dengan beberapa cara yang berbeda. Terdapat 4 metode pengukuran TFU. Metode I Mengkombinasikan hasil pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu kehamilan dihubungkan dengan simfisis pubis wanita, umbilikus dan ujung dari prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari pemeriksa sebagai alat ukur. Keuntungan : 1. Digunakan jika tidak ada Caliper atau pita pengukur. 2. Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidak sesuaian dan sebab kelainan tersebut. Pengukuran tinggi fundus uteri Kerugian: _ Wanita bervariasi ukuran jarak simfisis pubis, prosesus xifoid dan umbilikus

117

_ Jari pemeriksa bervariasi ukurannya Metode II

Metode ini menggunakan alat ukur Caliper dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu . Keuntungan : Lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom, Mc.Farlin dan Sitller) Kerugian : Jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur Metode III

Menggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan. Keuntungan : _ Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah digunakan _ Cukup akurat Kerugian : _ Kurang akurat dibandingkan caliper Metode IV

Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur.

118

Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut ; _ Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan _ Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah mingu kehamilan Walaupun sedikit petugas yang menggunakan metode ini, tidak ada penelitian yang dilakukan dapat menujukkan kesamaan pada selisih atau simpangan dari metode-metode lain yang menghasilkan sebuah ukuran dalam skala cm yang menunjukkan apakah formula matematika ini sungguhsungguh benar dalam hubungannya dengan jumlah minggu kehamilan Keuntungan : Cukup akurat Kerugian : Rumit, tidak praktis Selain metode diatas, rumus Mc. Donald dapat digunakan oleh beberapa pemeriksa untuk menguatkan ketepatan pengukuran TFU selama trimester kedua dan ketiga. Perhitungannya sebagai berikut : _ TF (cm) x 2/7 (atau + 3,5) = durasi kehamilan dalam bulan _ TF (cm) x 8/7 = durasi kehamilan dalam minggu Dari ke 4 metode pengukuran diatas, semua memiliki ketidak akuratan karena masing-masing cara tergantung pada ; Posisi wanita saat diperiksa (telentang, kepala/badan diangkat, lutut fleksi, kepala/badan diangkat dan lutut fleksi). Alat ukur yang dipakai (jari, pita pengukur, caliper) Metode pengukuran yang digunakan Syarat yang digunakan (kandung kemih kosong, uterus rileks/kontraksi) Pemeriksa

119

3. Demonstrasikan monitoring lokehea pada ilbu postpartum! Jawab : Monitoring lokhea pada ibu postpartum o Pengkajian involusi lokhea Involusi uteri dan lokhea penting dikaji bagi ibu postpartum terkait dengan nutrisi dan cairan, untuk mengetahui perkembangan involusi uteri pada ibu, sehingga jika terjadi ketidaknormalan dapat dilakukan penanganan lebih lanjut, selain itu bila tidak dimonitoring dikhawatirkan akan terjadi perdarahan yang menyebabkan berkurangnya cairan dalam tubuh ibu. Perdarahan yang terjadi bisa mengakibatkan anemia dan kekurangan nutrisi dalam darah.

Pertanyaan : Berdasarkan pemicu tunjukkan pengkajian dan intervensi mandiri.

Ibu N melahirkan anak pertama postpartum hari kedua mengeluh tidak nafsu makan karena kelelahan, Ibu N selalu menuruti nasehat orang tuanya yang melarang untuk memakan makanan hewani dan makanan yang digoreng. ASI belum keluar dan bayi mendapat PASI. Ibu N belum pernah mendapatkan informasi tentang perawatan payudara dan nutrisi ibu menyusui.

Pertanyaan : Berdasarkan pemicu rencanakan manajemen laktasi dan nutrisi ibu menyusui. Jawab : A. Fisiologi laktasi Pada ibu 1. Produksi air susu (prolaktin) Dalam fisiologi laktasi, prolaktin adalah suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria antirior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, bekerjanya hormon ini dihambat oleh hormon placenta. Dengan lepasnya atau keluarnya placenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan

120

progesteron berangsur-angsur turun sampai tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin. Terjadi suatu kenaikan pemasokan darah yang beredar lewat payudara dan dapat diekstrasi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke tubuli laktiver. Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2-3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari, dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari, yang biasanya memang demikian maka metode-metode kontrasepsi yang lebih reliabel harus dipakai apabila ingin menghindari kehamilan. 2. Pengeluaran air susu (oksitosin) Ada dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mammae, yaitu : a. Tekanan dari belakang Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli laktiver dan penghisapan oleh bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak. b. Refleks neurohormonal Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam glandula pituitaria posterior. Akibat langsung refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitaria posterior yang akan menyebabkan sel-sel mioepitel atau sel-sel keranjangdisekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu ke dalam vasa laktifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke dalam ampullae. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum. B. Pemeliharaan laktasi Ada 2 faktor penting untuk pemeliharaan laktasi, yaitu: 1. Rangsangan

121

Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusu, terutama pada hari-hari neonatal awal. Penting bahwa bayi difiksasi pada payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola, sehingga tekanan diberikan kepada empula yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu dengan demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla mamae. Apabila ibu mengeluh rasa sakit, bayi tidak terfiksasi secara benar. Sebagai jawaban terhadap penghisapan, maka prolaktin dikeluarkan dari grandula pituitaria anterior. Dan dengan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusui sejak awal maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau dapat dengan menggunakan pompa payudara. Tetapi penghisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tadi. 2. Fiksasi Fiksasi bayi yaitu aposisi yang benar antara lidah dengan gusi bayi terhadap papilla dan aerola mammae ibu. 3. Penyongsongan payudara yang sempurna Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, amak pada pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua inilah yang diberikan pertama kali. Atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakn pada pemberian air susu ibu berikutnya. Apabila diinginkan agar bayi benar benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu bagian belakang pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara. Adalah penting bahwa bayi minum air susu apabila ia menginginkannya dan selama ia inginminum, maka penyediaannya jangan sampai tidak cukup atau berlebihan. Apabila air susu yang telah diproduksi tidak dikeluarkan maka laktasi akan tertekan (mengalami hambatan) karena akan terjadi pembengkakan alveoli oleh desakan air susu dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi. Air susu ibu tidak dapat dipaksa masuk ke dalam ductus laktifer. Rutinitas dan pola

122

minum air susu ibu akan terbentuk dan minumnya akan lebih jarang apabila laktasi telah berfungsi penuh. Susunan Air susu Ibu Perubahan dari kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung bertahap selama 14 hari pertama kehidupan bayi. Susunan air susu ibu: 1. Protein (1,5%) Jauh lebih mudah dicerna bayi jika dibandingkan dengan protein air susu sapi. Protein dari air susu (curd) disebut kasein. Kadar protein yaitu laktabulmin dan laktoglobulin lebih besar pada air susu ibu dibanding air susu sapi. 2. Lemak (3,5%) Air susu ibu megandung lemak jenuh dan lemak tidak jenuh yang sama kadarnya, yang dapat diarbsosbsi oleh bayi secara lebinh mudah daripada butir butir lemak kasar yang terdapat pada susu sapi. Kadar kolesterol lebih tinggi dibanding air susu sapi. Diduga bahwa karena bayi telah belajar mengelola kolesterol pada stadium awal ini, maka terdapat insidensi penyakit jantung yang lebih rendah pada masa dewasanya. 3. Karbohidrat (7,0%) Karbohidrat mengandung faktor bifidus dan faktor ini tidak terdapat di dalam air susu sapi 4. Garam Mineral (0,2%) Natrium dalam kadar yang ideal untuk bayi manusia. Kalsium, fosfor, magnesium lebih cocok untuk bayi dibanding kadarnya yang lebih tinggi pada air susu sapi. 5. Zat Besi Kadar vitamin A,B,C,D, dan E lebih tinggi dibanding kadarnya dalam air susu sapi, tetapi terdapat lebih sedikit vitamin K dalam air susu ibu. 6. Faktor Pelindung Terdapat di dlam air susu ibu maupun di dalam kolostrum : Imunoglobulin pelindung Laktoferin Lisosom Faktor antitripsin

123

Raktor Bifidus (anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan)

Kompetensi 12: Mahasiswa mampu mengkolaborasikan pemberian diit pada klien dengan Diabetes Mellitus, Sirosis Hepatis, Gagal Ginjal Kronik

Kasus Diabetes Mellitus: Ny M 45 tahun dirawat di RS pada hari kedua. Seminggu sebelum masuk rumah sakit Ny M merasa lemas, selalu lapar, dan selalu merasa ingin buang air kecil serta selalu haus. Ny M didiagnosa Diabetes Mellitus dengan luka grade II di plantar sinistra. Luka tersebut tidak sembuh-sembuh dan terus bertambah luas. Selama di rumah sakit Ny M kadang-kadang mekan cemilan yang dibawa oleh tamu, karena masih terasa lapar apabila hanya makan makanan dari rumah sakit. Hasil pemeriksaan GDS menunjukan 400 mg/dl. Terapi insulin 3 x 10 unit SC.

Pertanyaan: 1. Interpretasikan hasil pemeriksaan GDS! Jawab : Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa (gula darah nuchter) yang besarnya di atas 140 mg/dl (SI : 7,8 mmol/L) atau kadar glukosa darah sewaktu (gula darah random) yang di atas 200 mg/dl (SI : 11,1 mmol/l) pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan kriteria diagnostik penyakit diabetes. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan sebagai patokan diagnosis DM, karena apabila kadar glukosa darah sewaktu 110-199 mg/dl dan glukosa darah puasa 110-125 mg/dl belum tentu pasien tersebut menerita DM walaupun nilai tersebut tidak normal. Namun, untuk kelompok tanpa keluhan khas DM diperlukan sekali lagi pemeriksaan untuk mendapatkan angka abnormal yang pasti untuk diagnosis DM (Sudoyo et.al., 2006).

124

2. Jelaskan perubahan metabolisme glukosa pada Ny M ! Jawab : Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi bahan dasar makanan. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin meme peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Waspadji, dkk, 2002). Normalnya insulin akan terikat dengan aseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat terjadi sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demukian, sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

125

3. Jelaskan intervensi keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan pada Ny M! Jawab : a. Penuhi kebutuhan energi b. Turunkan kadar lemak darah jika kadar lemak darah meningkat. c. Perbaiki perawatan mandiri d. Beri pendidikan dan perawatan diabetes melitus di rumah

4. Bagaimanakah nutrisi yang sesuai untuk DM tipe II yang dialami Ny M? Jawab : Pada sebagian besar penderita diabetes tipe II memerlukan penurunan berat badan. Dalam hal ini, ada beberapa asupan gizi yang harus dipenuhi bagi penderita dibetes tipe II. Asupan gizi tersebut antara lain: Karbohidrat Penderita diebetes tipe II dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal, dan pasta yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul. Meskipun demikian, anjuran untuk menghindari jenis makanan yang mengandung gula sederhana (laktosa dan fruktosa) seperti susu dan buah. Di samping itu penggunaan gula pasir (sukrosa) dengan jumlah yang sedang lebih banyak diterima sepanjang pasien masih dapat mempertahankan kadar glukosa serta lemak yang adekuat dan mampu mengendalikan berat badannya. Selain karbohidrat kompleks, karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah. Lemak Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga kurang dari 300 mg/hari sangat dianjurkan. Hal ini dapat membantu mengurangi faktor resiko seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan diantara para penderita diabetes. Protein

126

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa makanan sumber protein nabati. Misalnya kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh untuk membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh. Serat makanan Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, saangat dianjurkan. Ada 2 jenis serat makanan yaitu Terlarut, serat terlarut terdapat dalam makanan seperti kacang-kacangan dan hafermut. Serat tak larut, ditemukan dalam roti gandum dan sereal. Tipe serat ini berperan penting dalam meningkatkan masa feces dan mencegah konstipasi.

5. Demonstrasikan kolaborasi diit pada Ny M! Jawab : Langkah pertama dalam pengelolaan DM selalu dimulai dengan pendekatan nonfarmakologis, yaitu berupa terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani, dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih atau obese. Bila dengan langkah-langkah tersebut sasarna pengendalian DM belum tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan obat berupa obat anti diabetik (OAD) atau pemberian insulin (Sudoyo et.al., 2006). Pedoman diit pada penderita DM tipe II Harus memenuhi kebutuhan kalori untuk berlangsungnya pertumbuhan yang normal dan aktivitas pada orang dewasa. Asupan kalori yang diberikan sebagai berikut: Protein, 12%-20% (0,8g/kgBB) Karbohidrat, 55%-60% Lemak, kurang dari 30% Jumlah karbohidrat tergantung pada masing-masing individu dan pengaruhnya pada kadar glukosa dan lemak darah serta pola makan masing-masing individu. Tidak lebih dari 10% kalori dari lemak harus berasal dari lemak jenuh dan sisanya lemak tak jenuh. Kolesterol harus dikurangi sampai kurang dari 300mg/hari. Makanan dengan karbohidrat unrefined dan yang berserat harus disertakan dalam diit. Jumlah karbohidrat highly refined dan rendah serat harus dikurangi, diet harus meliputi 25-30 gram makanan yang berserat/1000kkal.

127

Pengendalian berat badan lebih penting pada orang obese yang menderita NIDDM, pola makan yang seimbang dan penentuan waktu yang konsisten akan membantu tercapainya tujuan ini. Asupan natrium harus dibatasi sampai 1000mg/1000kkal dariasupan total, tidak lebih dari 3000mg/hari. Macam-macam pemanis nutritif dan non nutritif harus dianjurkan. Penggunaan alkohol harus dibatasi. Alkohol menghasilkan 7 kkal/jam pada saat dimetabolisme dan harus dimasukkan pada saat perhitungan kalori. Meningkatkan latihan Latihan atau olahraga merupakan modalitas kedua pada pengobatan hiperglikemia pada diabetes melitus. Glukosa dapat masuk ke dalam sel-sel otot yang aktif tanpa bantuan insulin, dan kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air, sehingga olahraga mempunyai aksi hipoglikemik. Olagraga pun menurunkan resistensi insulin dan menurunkan berat badan pada diabetik dengan obese. Pada pasien dengan kadar glukosa darah diatas 300mg/dl, latihan dapat meningkatkan hiperglikemia dan bahkan cenderung menimbulkan ketosis. Latihan yang sangat padat, pada orang dengan gula darah yang terkontrol baik sekalipun, dapat meningkatkan kadar glukosa darah.Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini: Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai Memenuhi kebutuhan energi Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

6. Susunlah pendidikan kesehatan pada Ny M terkait dengan diit! Jawab : Diabetes melitus berawal dari keadaan peningkatan kadar gula darah yang terus-menerus disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah.

128

Peningkatan kadar gula darah itu sendiri dapat menyebabkan dehidrasi. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan retina mata. Gejalanya antara lain banyak kencing, banyak minum, dan banyak makan. Tipe Diabetes Melitus : 1. Insulin-dependent diabetes (IDDM) IDDM adalah diabetes yang bergantung pada insulin, atau diabetes anakanak. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun dewasa. 2. Non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) NIDDM adalah diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Tahap awal ditandai dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah. 3. Gestational diabetes mellitus (GDM) Melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup. Biasanya terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20-50% dari wanita pendeerita GDM bertahan hidup. Diit diabetes melitus bertujuan untuk membantu dalam menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal, menurunkan glukosa darah urine menjadi negatif, menurunkan kolesterol darah, mencapai berat badan normal, melakukan pekerjaan sehari-hari secara biasa. Makanan yang diperbolehkan untuk penderita diabetes melitus : sayuran dan buah-buahan segar dalam jumlah tertentu. Makanan yang tidak dianjurkan : gula batu, gula pasir, gula jawa, madu, sirup, selai, susu kental manis, kue manis, dodol, cake. Buah yang boleh dimakan : pisang ambon, pisang susu, pisang kapok, pepaya, semangka, apel, jambu, salak, bengkuang. Buah yang tidak boleh dimakan : pisang raja, pisang mas, duku, durian, sirsak, nanas, nangka, anggur, rambutan, sawo, mangga, jeruk manis. Menu makanan: Pagi jam 06.30 : Nasi, empal daging, perkedel tempe, sayur sop, wortel. Snack jam 09.30 : pisang rebus. Siang jam 12.30 : nasi, pepes ikan, sayur asem kacang panjang, daun so.

129

Snack jam 15.30 : puding buah. Malam jam 18.30 : orak-arik telur, ca buncis, kol. Snack jam 21.30 : susu skim.

Kasus Sirosis Hepatis Tn W 50 tahun, dirawat di rumah sakit pada hari ke tiga. Lingkar peru adalah 100 cm, terdapat spider navy didaerah perut Tn W. Tekanan darah 90/70 mmHg. Tn W didiagnosa sirosis hepatis. Pertanyaan: 1. Jelaskan perubahan fungsi hati akibat sirosis hepatis! 2. Jelaskan gangguan metabolisme glukosa, protein dan lemak akibat sirosis hepatis! 3. Jelaskan intervensi keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan pada tn W! 4. Bagaimanakah nutrisi yang sesuai untuk Tn W?

Tn M didiagnosa CKD. Dan dilakukan Hemodialisa cito.Tn M dirawat di ICU selama 4 hari. Setelah di hemodialisa dedua kali, Tn M stabil dan dirawat di ruang penyaki dalam. Tn M mengeluh sangat merasa haus karena Tn M tidak diperbolehkan minum sesuai keinginannya. Tn M juga merasa bosan dengan diit yang diberikan oleh rumah sakit. Pertanyaan: 1. Jelaskan perubahan metabolisme protein pada klien dengan gagal ginjal kronik Jawab : Pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik fungsi ginjal menurun, yang menyebabkan produk akhir metabolisme protein yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah. Sehingga terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Gugusan amino dicopot dari asam amino bila asam itu didaur ulang menjadi sebagian dari protein lain atau dirombak dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh ( Bunnerr & Suddarth , 2001 ). Amino transferase (transaminase) yang ada diberbagai jaringan mengkatalis pertukaran gugusan amino antara senyawa-senyawa yang ikut serta dalam reaksi-reaksi sintesis. Di lain pihak, deaminasi oksidatif memisahkan gugusan amino dari

130

molekul aslinya dan gugusan yang dilepaskan itu diubah menjadi amoniak. Amoniak diantar ke hati dan disana ia berubah menjadi ureum melalui reaksireaksi bersambung. Ureum adalah satu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya ia dipekatkan dalam urin dan diekskresi. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan mantap, ekskresi ureum kira-kira 25 gr setiap hari. Calon yang paling mungkin sebagai toksik pada uremia ialah hasil ikatan metabolism protein dan asam amino. Tidak seperti lemak dan karbohidrat, yang akhirnya dimetabolisme menjadi karbondioksida dan air. Hasil metabolisme protein dan asam amino sebagian besar bergantung pada ginjal untuk diekskresi. Urea mewakili kira-kira 80 persen atau lebih dari seluruh nitrogen yang diekskresikan ke dalam urin. Senyawa guanidino adalah hasil akhir nitrogen yang paling banyak dari metabolisme protein dan meliputi substansi seperti guanidine, metilguanidin, dan dimetilguanidin, kreatinin, kreatin dan asam guanidinosuksinat. Seperti pada urea, guanidine merupakan hasil turunan paling tidak pada sebagian dari asam amino siklus urea. Hasil metabolic lainnya dalah toksik uremik yang mungkin mencakup urat dan hasil akhir lain dari metabolisme asam nukleat, amin alifatik, dan keanekaragaman peptida dan akhirnya, beberapa derivative asam amino aromatic triptiofan, tirosin dan fenilalanin (Isselbacher, dkk, 2000). Banyak masalah yang muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan filtrasi glomerulus (GFR) akibat tidak berfungsinya glomeruli, klirens keratinin akan menurun dan kadar kretinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator yang paling sensitive dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC ), dan medikasi seperti steroid. ( Bunnerr & Suddarth , 2001 )

131

2. Jelaskan intervensi keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan pada Tn M! Jawab : Kaji kasus nutrisi a.Perubahan berat badan b. pengukuran antropometrik c. nilai laboratorium ( elektrolit serum, BUN,

kreatinin,protein,transferin, dan kadar besi) Kaji pola diet nutrisi pasien a. Riwayat diet b. Makanan kesukaan c. Hitung kalori Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi a. Anoreksia, mual atau muntah. b. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien c. Depresi

d. Kurang memahami batasan diet e. stomatitis Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi :telur, produk susu, daging. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, diantara waktu makan. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal,dan peningkatan urea dan kadar kreatinin Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan Timbang berat badan harian Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat a. Pembentukan edema

132

b. Penyembuhan yang lambat c. Penurunan kadar albumin serum

3. Bagaimanakah nutrisi yang sesuai untuk Tn M! Jawab : Kalium Sekitar 90% dari kalium dikonsumsi lewat pola makan akan dihapus oleh ginjal. Tetapi pada Tn.M menjadi sulit untuk menghapus kalium dari tubuh karena ginjal kehilangan fungsinya sama sekali. Hindari memakan bahan-bahan ini : Susu, yogurt Buah-buahan seperti alpukat, kiwi, jeruk, pepaya, pisang, melon Sayuran seperti kacang-kacangan, kentang, tomat, bayam dan sayuran berdaun sesama, ubi jalar dan protein hewani Produk berbasis garam Kalium Sodium Tinggi asupan garam menyebabkan tinggi risiko CKD. Hindari makanan kaleng, acar, daging asap, beberapa makanan beku, olahan keju, keripik, junk food dan kerupuk. Kurang dari 5 mg sodium per porsi sudah cukup untuk tetap sehat. Fosfor Untuk pasien dialisis CKD kisaran target 3,5-5,5 mg / dL. Kurangi pemasukan fosfor. Hindari produk susu, kacang-kacangan dan kacang-kacangan (sumber-sumber utama fosfor) dan minuman dan minuman seperti coklat, minuman bir dingin. Cairan Asupan cairan harus diawasi. Lebih dari 48 fl oz (1.4 L) cairan sehari harus dihindari. Jangan terlalu banyak karena dapat meningkatkan tingkat fosfor. Batasi konsumsi beberapa buah-buahan seperti apel, jeruk, anggur dan sayuran seperti selada juga mengandung banyak air.

133

4. Demonstrasikan kolaborasi diit pada Tn M! Jawab : Membatasi cairan Makan makanan rendah protein (ini mungkin dianjurkan) Membatasi garam, kalium, fosfor, dan electrolyteselectrolytes lainnya Diit rendah protein (20-40g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam. Tapi setelah dilakukan hemodialisis pemenuhan kebutuhan protein sangat tinggi oleh kerana itu harus dilakukan diit tinggi protein. Bisa dipenuhi dengan mengkonsumsi ikan, unggas, daging babi, atau telur , makan 8 - 10 ons makanan tinggi protein setiap hari.

Tips untuk menjaga dari rasa haus meliputi: o Hindari makanan asin o Freeze jus di baki es batu dan makan seperti es loli (Anda harus menghitung nya dalam jumlah harian cairan) o Tetap dingin di hari panas

Kompetensi 13: Mahasiswa mampu mengkolaborasikan pemberian diit pada klien kritis Kompetensi 15: Mahasiswa mampu memonitor terapi nutrisi melalui parenteral (parenteral nutrition)

Protein-energy malnutrition is a common problem in hospital patients. Studies have reported 40% of surgical and medical patients to be malnourished on admission to hospital. The majority of patients experienced nutritional depletion during the course of their hospital admission, which was more severe in those patients who were already depleted at the time of their admission (Whirther & Pennington, 1994). The
134

consequences of pre-operative malnutrition were first recognized in the 1930's. Studley observed a direct relationship between preoperative weight loss and operative mortality rate, independent of factors such as age, impaired cardio respiratory function and type of surgery (Standley). The importance of nutritional depletion as a major determinant of the development of postoperative complications has subsequently been confirmed by Giner et al (Giner, et al, 1996). The absence of a standardized definition of nutritional depletion has led to surrogate markers of nutritional status being utilized. Albumin, muscle function tests, immunological status and weight loss are used as these show correlation with postoperative morbidity and mortality.

Pertanyaan: 1. Jelaskan perubahan metabolisme energi pada pasien pre dan post operative 2. Jelaskan kebutuhan energi pada klien post operative! 3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi pada pasien pre dan post operative! 4. Jelaskan perubahan metabolisme energi pada klien kritis! 5. Jelaskan kebutuhan energi pada klien kritis! 6. Tentukan kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak pada klien kritis! 7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Parenteral Nutrition? 8. Jelaskan kondisi-kondisi yang terkait dengan pemberian Parenteral Nutrition! 9. Sebutkan sediaan Parenteral Nutrition!

135

McWhirter JP, Pennington CR: The incidence and recognition of malnutrition in hospital. BMJ 1994 , 308:945-8.

1.

Studley HO: Percentage weight loss, a basic indicator of surgical risk in patients with chronic peptic ulcer. JAMA 1936 , 106:458-460.

Giner M, Laviano A, Meguid MM, Gleason JR: In 995 a correlation between malnutrition and poor outcome in critically ill patients still exists. utrition 1996 , 12:23-9.

136

You might also like