You are on page 1of 18

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah Energi listrik bagi umat manusia saat ini merupakan kebutuhan utama dalam menjalankan semua aspek kegiatan hidupnya, berbagai jenis pembangkit tenaga listrik diciptakan oleh para ahli untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, berbagai sumber energi dimanfaatkan mulai dari tenaga air, tenaga gas bumi, bahan bakar batu bara, bahan bakar minyak sampai sumber energi nuklir. Ternyata berbagai jenis teknologi pembangkit tenaga listrik ini menimbulkan berbagai masalah baru secara global, menumpuknya gas yang menimbulkan efek rumah kaca, pemanasan global dunia, perubahan iklim yang drastis, makin terbatasnya persediaan energi terbarukan, dan semakin parahnya kerusakan lingkungan akibat polusi dari penggunaan energi yang tidak terkendali. Di lain pihak, manusia dihadapkan pada situasi menipisnya cadangan sumber energi fosil dan meningkatnya kerusakan lingkungan akibat penggunaan energi fosil. Melihat kondisi tersebut maka saat ini sangat diperlukan penelitian yang intensif untuk mencari, mengoptimalkan dan menggunakan sumber energi alternatif / terbarukan. Hasil penelitian tersebut diharapkan mampu mengatasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan energi fosil. Fuel cell, mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Dewasa ini seiring dengan makin mahalnya dan terbatasnya minyak bumi (ada yang memperkirakan 40 tahun lagi akan habis), penggunaan alternatif energi sangat didengung-dengungkan, dan salah satunya adalah energi hidrogen. Fuel cell merupakan sel penghasil listrik dg hidrogen sebagai bahan bakarnya. Di masa depan, dengan menggunakan energi alam seperti energi matahari, dan lainnya dan air laut sebagai sumber hidrogen, bukan tidak mungkin hidrogen bisa berkembang sebagai sumber energi yang gratis dari alam. Jika hal itu terjadi, siapapun pasti akan memilih energi hidrogen yang ramah akan lingkungan. Sehingga fuel cell sangat lah diperlukan. Hal ini mendorong para ahli energi untuk membuat terobosan baru dalam penciptaan sumber energi yang bersifat ramah lingkungan, terbarukan, portable, efektif dan efisien, di antaranya adalah fuel-cell yang memanfaatkan gas hidrogen sebagai bahan bakar dan pembuatan reaktor Kogenerasi yang dirancang memiliki tingkat efisiensi pemanfaatan output thermal dari reaktor sebesar 100%[1]. Perlu diketahui bahwa PLTN generasi sebelumnya (Generasi I, II, III dan III+) tingkat efisiensi pemanfaatan output thermal hanya mencapai efisiensi 33,33%, dan tidak didesain
1

untuk memanfaatkan output thermal sisa untuk keperluan lainnya (aplikasi reaktor), melainkan output thermal sisa ini dibuang ke lingkungan. Hal ini jelas akan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dunia[1].

1.2 Batasan masalah 1.2.1 Sejarah dan pengertian fuel cell (Bagaimana Gambaran Umum Fuel Cell?) 1.2.2 Prisip kerja Bahan Bakar Sel (Fuel Cell) 1.2.3 Jenis jenis fuel cell 1.2.4 Aplikasi Fuel Cell pada zaman sekarang 1.2.5 Keuntungan dan Kekurangan Fuel Cell 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui gambaran umum yang dimaksud Sel Pembakaran 1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik dan cara kerja Sel pembakaran 1.3.3 Mengetahui Keuntungan dan Kelemahan dari Sel Pembakaran

BAB 2 Fuel Cell


2.1 Sejarah Fuel Cell Sir William Groove pertamakali menemukan fuel cell pada tahun 1839. Groove mengetahui air dapat dipisahkan menjadi Hidrogen dan Oksigen dengan mengalirkan arus listrik didalamnya (sebuah proses yang disebut elektrolisis). Dia membuat hipotesis bahwa dengan membalik prosedur anda bisa menghasilkan energi listrik dari air tawar. Dia menciptakan Fuel Cell primitif dan menyebutnya suatu gas Voltaic Battrey. 50 tahun kemudian, ahli ilmu pengetahuan Ludwing Mond dan Charles Langer mengubah istilahnya menjadi Fuel Cell sambil berusaha membuat contoh atau model yang nyata untuk menghasilkan daya listrik.[4]

2.2 Pengertian Fuel Cell Fuel cell adalah suatu alat pengubah energi yang bekerja secara elektro-khemikal. Alat ini menghasilkan tenaga listrik dari beragam jumlah bahan bakar dari luar (pada sisi anoda-nya). Reaksi (kimia) ini berlangsung dalam elektrolit. Biasanya reaktan masuk kedalam dan hasil reaksinya mengalir keluar, sementara elektrolitnya tetap berada dalam cell. Fuel cell dapat bekerja secara terus menerus dengan sesungguhnya selama aliran-aliran yang di perlukan tetap di pertahankan. Berbeda dengan baterai yang menyimpan energi listriknya secara kimiawi dalam sistem tertutup, fuel cell harus selalu menambah reaktan yang di komsumsinya.

Gambar 1: Battery (Sistem Tertutup) Sumber: Power Plant Engineering

Lagi pula, sementara elektroda-elektroda dalam sebuah baterai bereaksi dan berubah selagi baterai sedang diisi atau digunakan (change and rechanged), elektroda-elektroda sebuah fuel cell adalah katalik dan secara relatif stabil.

Gambar 2: Sel bahan-bakar sistem terbuka Sumber: Power Plant Engineering Banyak kombinasi-kombinasi bahan bakar dan oksidan yang bisa digunakan untuk fuel cell. Sebuah Hydrogen Cell menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar dan oksigen sebagai oksidannya. Bahan bakar lainnya termasuk hidrokarbon dan alkohol. 2.3 Komponen Komponen Penyusun Sel Pembakaran 2.3.1 Bahan Bakar Bahan bakar merupakan bagan penting dari sel pembakaran yang dapat menyediakan gas hidrogen pada reaksi diatas. Jenis bahan bakar yang digunakan biasanya berupa Gas Alam (CH4) dan bahan bakar minyak. Kedua jenis bahan bakar ini dapat dibakar secara elektrokimia untuk menghasilkan energi listrik melalui dua cara yaitu : Cara I : CH4 (g ) + H2O (g ) => CO (g ) + 3H2 (g ) Cara II : CO (g ) + (H2O (g) => CO2 (g) + H2 (g ) Dari reaksi diatas bahan bakar yang kita gunakan akan menghasilkan gas hydrogen yang nantinya berguna dalam reaksi sel pembakaran. Hidrogen yang tersedia di alam hanya terdapat dalam air dan senyawa organik berbentuk senyawa hidrokarbon(Metana ,Butana, Propana.), seperti gas alam, batubara, dan biomassa. Oleh karena itu hidrogen harus diproduksi melalui penggunaan energi sebelum hidrogen itu sendiri tersedia sebagai sumber energi. Pemotongan ikatan-ikatan kimia di dalam air akan menghasilkan hidrogen yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Hidrogen dapat dihasilkan melalui beberapa proses, di antaranya proses elektrolisa, fotoelektrokimia, sel fotokimia, steam reforming, dan proses fotobiologi.

Hidrogen dapat pula dihasilkan dengan menggandeng sumber-sumber energi terbaru seperti : energi air, energi surya, energi angin, dan energi panas bumi. Dalam kaitannya dengan energi primer dan sekunder, maka dalam hal ini dapat dibedakan antara produksi pembawa energi primer dengan produksi pembawa energi sekunder. Produksi energi primer saat ini berarti produksi hidrogen dari bahan bakar fosil melalui reforming gas alam dan batubara. Dalam penghasilan hydrogen ini , Senyawa penghasil hydrogen tidak perlu dibakar untuk dapat menghasilkan hydrogen cukup dengan reaksi kimia saja. Hal inilah yang membuat salah satu keistimewaan dari sel bahan bakar yang tidak menimbulkan polusi. Sedangkan Produksi pembawa energi sekundernya adalah Hidrogen itu sendiri yang

nantinya akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan energi listrik. 2.3.2 Elektrolit Adalah suatu zat yang dapat menghantarkan listrik. Pada sel pembakaran elektrolit berfungsi membawa electron melalui sel dan ion yang larut didalam setengah reaksi di setiap elektroda. Biasanya dipilih larutan basa sebagai elektrolit sebab larutan asam biasanya menimbulkan masalah korosi Ada 3 jenis, elektrolit yang digunakan dalam sel pembakaran diantaranya : a) Elektrolit Cair Memiliki suhu kerja O sampai 200C Contoh : KOH (Kalium Hidroksida) b) Elektrolit Lumer Memiliki suhu kerja 500C hingga 700C Contoh : Alkali karbonat cair ( K2 CO3, Na2 CO3, Li2 CO3) c) Elektrolit Padat Memiliki suhu kerja diatas 700C Contoh : Zr O2 ditambah CaO atau Y2O3 Perubahan jenis elektrolit juga merekayasa jenis material dan sistem elektrodanya. Beberapa jenis elektrolit yang telah dikembangkan para penemu antara lain cairan alkali (alkali fuel cell/AFC), cairan karbonat (molten carbonate fuel cells/MCFC), asam fosfat (phosphoric acid fuel cells/PAFC), membran pertukaran proton (proton exchange membrane fuel cells/PEMFC), serta oksida padat (solid oxide fuel cells/SOFC). 2.3.3 Elektroda

Elektroda berfungsi menghantarkan hidrogen ke dalam dan keluar dari sel serta mempermudah pertukaran antara gas dan ion dalam lautan elekrolit. Anoda sebagai kutub negative Sel Pembakaran merupakan elektroda yang akan mengalirkan elektron yang lepas dari molekul hydrogen sehingga elektron tersebut dapat digunakan di luar sirkuit. Pada materialnya elektroda dilengkapi saluran-saluran agar gas hydrogen yang dapat menyebar ke seluruh permukaan katalis. Katoda sebagai kutub elektroda positif fuel cell yang juga memiliki saluran yang akan menyebarkan oksigen ke seluruh permukaan katalis. Katoda juga berperan dalam mengalirkan elektron dari luar sirkuit ke dalam sirkuit sehingga Elektron-elektron tersebut dapat bergabung dengan ion hydrogen dan oksigen untuk membentuk air. Elektroda dapat berupa konduktor non reaktif (karbon, platina). Platina adalah logam berat ,berwarna putih keabu-abuan ,tidak korosif, sulit terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar bahan kimia . Massa jenisnya 21,4 gr.cm3, koefisien muai panjangnya 9. 10-6 / C, titik leleh 1775 C dan titik didih 4530 C resistivitasnya 0,1 mm2/m. Karbon dipilih sebagai elektroda karena Tidak lumer, menghantarkan listrik, sifat tidak larut, kemurnian kimianya, tahan terhadap kejutan termalkekuatan mekanisnya tinggi

2.4 Prinsip Kerja Sel Pembakaran Pada prinsipnya sebuah sel pembakaran bekerja dengan prinsip diatas.

Gambar 3 : Prinsip Kerja Fuel Cell Dua buah\ elektrode karbon yang tercelup dalam larutan elektrolit (dalam hal ini asam) dan dipisahkan dengan sebuah pemisah gas. Bahan bakar, dalam hal ini hidrogen, digelembungkan melewati permukaan satu elektrode melewati elektrode lainnya.

Ketika kedua electrode dihubungkan dengan beban luar, beberapa hal akan terjadi terjadi yaitu : a. Hidrogen menempel pada permukaan katalitik elektrode, membentuk ionion hidrogen dan elektron-elektron. b. Ion-ion hidrogen (H+) bermigrasi melewati elektrolit dan pemisah gas ke permukaan katalitik elektrode oksigen. c. Secara simultan, elektron-elektron bergerak melewati lintasan luar (external circuit) pada permukaan katalitik yang sama. d. Oksigen, ion-ion hidrogen, dan elektron bersatu pada permukaan electrode membentuk air(H2O). Bagian terpenting pada fuel cell adalah 2 lapis elektroda dan elektrolit. Elektrolit disini adalah zat yang akan membiarkan ion lewat, namun tidak halnya dengan elektron. Pada anoda, H2 dialirkan, kemudian platina (Pt) yang terkandung pada pada anoda akan bekerja sebagai katalis, yang kemudian akan mengambil elektron dari atom hidrogen. Kemudian, ion H+ yang terbentuk akan melewati elektrolit, sedangkan elektron tetap tertinggal di anoda. Pada katoda, oksigen dialirkan. Kemudian, ion H+ yang melewati elektrolit akan berikatan dengan oksigen menghasilkan air dengan bantuan platina yang terkandung pada katoda sebagai katalis. Reaksi ini akan berlangsung jika ada elektron. Pada anoda, elektron tertinggal, sedangkan pada katoda membutuhkan elektron. Sehingga, jika anoda dan katoda dihubungkan maka elektron akan mengalir. Hal ini lah yang menjadi prinsip dasar dari fuel cell. Tabel 2.4: Mekanisme Reaksi Pada Sel Bahan bakar

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Sel Pembakaran Kelebihan Sel Pembakaran 2.5.1 Kelebihan 2.5.1.1 Tidak Mengeluarkan Emisi Berbahaya (Zero Emission)

Sebuah sistem fuel cell hanya akan mengeluarkan uap air apabila memakai hydrogen murni. Tetapi, ketika memakai hidrogen hasil dari reforming hidrokarbon / fosil (misalnya batu bara dan gas alam), maka harus dilakukan uji emisi untuk menentukan apakah sistem tersebut masih dapat dikategorikan zero emission. 2.5.1.2 Efisiensi yang Tinggi (High Efficiency) Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam konversi energi, maka efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum temperature operasional (tidak dibatasi oleh efisiensi siklus Carnot). Hasilnya, efisiensi konversi energi pada fuel cell melalui reaksi elektrokimia lebih tinggi dibandingkan efisiensi konversi energi pada mesin kalor (konvensional) yang melalui reaksi pembakaran. 2.5.1.3 Cepat Mengikuti Perubahan Pembebanan (Rapid Load Following) Fuel cell memperlihatkan karakteristik yang baik dalam mengikuti perubahan beban. Sistem Fuel cell yang menggunakan hidrogen murni dan digunakan pada sebagian besar peralatan mekanik (misalnya motor listrik) memiliki kemampuan untuk merespon perubahan pembebanan dengan cepat. 2.5.1.4 Temperatur Operasional Rendah Sistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang beroperasi pada temperatur rendah. Keuntungannya adalah fuel cell hanya memerlukan sedikit waktu pemanasan (warmup time), resiko operasional pada temperatur tinggi dikurangi, dan efisiensi

termodinamik dari reaksi elektrokimia lebih baik 2.5.1.5 Reduksi Transformasi Energi Ketika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik, maka fuel cell hanya membutuhkan sedikit transformasi energi, yaitu dari energi kimia menjadi energi listrik. Bandingkan dengan mesin kalor yang harus mengubah energi kimia menjadi energi panas kemudian menjadi energi mekanik yang akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik. Fuel cell yang diaplikasikan untuk menggerakkan motor listrik memiliki jumlah transformasi energi yang sama dengan mesin kalor, tetapi transformasi energi pada fuel cell memiliki efisiensi yang lebih tinggi.
8

2.5.2

Kelemahan Sel Pembakaran 2.5.2.1 Hidrogen yang Sulit Diproduksi Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi hidrogen masih sangat mahal dan membutuhkan input energi yang besar, artinya efisiensi produksi hidrogen masih rendah. Untuk mengatasi kesulitan ini, banyak 20 negara menggunakan teknologi reforming hidrokarbon / fosil untuk memperoleh hidrogen. Tetapi, cara ini hanya digunakan dalam masa transisi untuk menuju produksi hidrogen dari air yang efisien. 2.5.2.2 Sensitif pada Kontaminasi Zat Asing Sel bahan bakar membutuhkan hidrogen murni, bebas dari kontaminasi zat asing. Zat asing yang meliputi sulfur dan campuran senyawa karbon dapat menonaktifkan katalisator dalam sel pembakaran dan secara efektif akan menghancurkannya. Pada mesin kalor, pembakaran dalam (internal combustion engine), masuknya zat asing tersebut tidak menghalangi konversi energi melalui proses pembakaran. 2.5.2.3 Harga Katalisator Platinum yang Mahal Sel pembakaran yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan katalisator yang berupa Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan listrik. Platinum adalah logam yang jarang ditemui dan sangat mahal. Berdasarkan survey geologis ahli USA, total cadangan logam platinum di dunia hanya sekitar 100 juta kg. Dan pada saat ini, diperkirakan teknologi sel bahan bakar berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram platinum sebagai katalisator. Misalkan penerapan teknologi sel bahan bakar berjalan baik (meliputi penghematan pemakaian platinum pada sel bahan bakar, pertumbuhan pasar sel bahan bakar rendah, dan permintaan platinum rendah) maka sebelum tahun 2030 diperkirakan sudah tidak ada lagi logam platinum. Untuk itulah diperlukan penelitian untuk menemukan jenis katalisator alternative yang memiliki kemampuan mirip katalisator dari platinum. 2.5.2.4 Pembekuan

Selama beroperasi, sistem sel bahan bakar menghasilkan panas yang dapat berguna untuk mencegah pembekuan pada temperatur normal lingkungan. Tetapi, jika temperatur lingkungan terlampau sangat dingin (-10 s.d. 20C), maka air 21 murni yang dihasilkan akan

membeku di dalam sel bahan baker dan kondisi ini akan dapat merusak membran sel bahan bakar. Untuk itu harus didesain sebuah sistem yang dapat menjaga sel bahan bakar tetap berada dalam kondisi temperatur operasi normal. 2.5.2.5 Memerlukan Teknologi Tinggi dan Baru Perlu dikembangkan beberapa material alternatif dan metode konstruksi yang baru sehingga dapat mereduksi biaya pembuatan sistem fuel cell. Diharapkan dimasa depan dapat dihasilkan sebuah sistem fuel cell yang lebih kompetitif dibandingkan mesin bakar / otomotif konvensional dan sistem pembangkit listrik konvensional. Teknologi baru tersebut akan mampu menghasilkan reduksi biaya, reduksi berat dan ukuran, sejalan dengan meningkatnya kehandalan dan umur operasi (lifetime) sistem fuel cell. Penggunaan sistem fuel cell dalam industri otomotif minimal harus memiliki umur operasi 4.000 jam (ekivalen 100.000 mil pada kecepatan 25 mil per jam) dan dalam industri pembangkit listrik minimal harus memiliki umur operasi 40.000 jam. 2.5.2.6 Ketiadaan Infrastruktur Infrastruktur produksi hidrogen yang efektif belum tersedia. Tersedianya teknologi manufaktur dan produksi massal yang handal merupakan kunci penting usaha komersialisasi sistem fuel cell. 2.6 EFISIENSI SEL Evaluasi kinerja sel bahan bakar diwakili dalam hal rapat arus pada permukaan elektroda (kisaran 100-400 mA/cm2) pada suhu tertentu dan tekanan parsial reaktan dan tegangan. Biarkan, Vo = Tidak ada tegangan beban sel, Volt, DC Vc = tegangan sel Ic = Arus pada beban, Ampere Cell Pc,= Cell kekuasaan, Watt
10

Vp = Polarisasi tegangan = drop tegangan dalam sel? = Tidak ada tegangan beban Vo Pada tegangan beban V, A = Permukaan daerah pada permukaan elektroda, m Id = Arus densitas sel, = Ic/A. ... A/m ... = Efisiensi

Selama tidak ada arus (tidak ada beban atau sirkuit terbuka), tegangan sel maksimum dan disebut tidak ada tegangan beban (Vo). Kinerja digambarkan oleh kurva aktual Vc vs Id. Peningkatan temperatur operasi dan tekanan parsial, meningkatkan kinerja sel bahan bakar (peningkatan Vc dan Pc). Ada trade-off antara kinerja yang lebih tinggi dan biaya yang lebih tinggi (untuk temperatur tinggi, desain tekanan). Kinerja sebuah sel bahan bakar dievaluasi oleh sel tegangan Vc vs elektroda kurva kerapatan Id. Tegangan Cell Vc menurun bakar. dengan meningkatnya densitas arus karena polarisasi di dalam sel. Oleh karena itu, kurva ini juga disebut kurva polarisasi dari sel bahan

Polarisasi adalah kimia internal, listrik, efek termal dalam sel bahan bakar mengakibatkan inefisiensi. Polarisasi penyebab kehilangan energi internal dan diukur dengan dalam hal polarisasi tegangan Vp. Vp = vo vc VP = Polarisasi tegangan sel = drop tegangan = Tidak ada tegangan beban Vo - Pada tegangan beban V.

11

Gambar 4: Kurva Polarisasi Sumber: Power Plant Engineering Sebagai beban pada sel (Is A = I) meningkat, reaksi elektro-kimia internal mencoba untuk menentang menyebabkan juga meningkat. Peningkatan kerugian internal dan drop tegangan terminal Vc. Kerugian internal dan inefisiensi meningkat dengan saat ini disebut polarisasi. Penurunan tegangan Vp disebut Polarisasi Tegangan VP. Power per Cell Pc, Power = Voltage Current Pc = Vc 4 Kekuatan kenaikan sel dengan peningkatan kerapatan saat ini, dan mencapai titik jenuh di karena efek polarisasi.

Gambar 5: Kurva keraparan arus-daya

12

Sumber: Power Plant Engineering

Input daya - kerugian Polarisasi = Output daya dan, daya Output / daya Input = Efisiensi ()

Dalam hal output energi akhir pilihan ini hanya 40% sampai 60% efisien - pengecualian pada elektrolisis yang bisa sampai 80% efisien. Argumen advokasi sel bahan bakar adalah bahwa siklus ini masih merupakan perbaikan untuk mobil. Efisiensi keseluruhan seperti 40% jika menjalankan bahan bakar bukan dari 20% jika menjalankan mesin pembakaran internal. Metode sederhana menghitung efisiensi () dari sel bahan bakar

V Cell tegangan pada beban c Tidak ada tegangan beban sel V0


tegangan tanpa beban - polaritas tegangan tegangan tanpa beban

Efisiensi sel bahan bakar bervariasi dengan densitas arus pada permukaan elektroda karena Efek Polarisasi. Gambar.6 memberikan karakteristik khas. Daya yang hilang diubah menjadi limbah panas dan dilepaskan ke atmosfer.

Gambar 6: Kurva daya dan efisiensi Sumber: Power Plant Engineering

13

Setelah mencapai tingkat kejenuhan, dan daya per sel mulai menurun. Kerugian meningkat dan akan dikonversi ke limbah panas. 2.7 Jenis-Jenis Fuel Cell Berdasarkan atas perbedaan elektrolit yang digunakan, fuel cell dapat dibagi menjadi 4 tipe. Keempat tipe tersebut, suhu dan skala energi yang dihasilkan pun berbeda. Empat tipe tersebut bisa dipisah menjadi 2, yaitu yang bekerja pada suhu tinggi (dua tipe) dan pada suhu rendah (2 tipe), antara lain : a. Tipe pada suhu tinggi adalah MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell) dan SOFC (Solid Oxide Fuel Cell). Kedua tipe ini berkerja pada suhu 500- 1000C. Pada suhu tinggi, reaksi bisa berlangsung cepat, sehingga tidak diperlukan katalis (Pt). Namun, pada suhu tinggi diperlukan bahan yang mempunyai durabilitas bagus dan tahan terhadap korosi. MCFC bekerja pada suhu 650C, dan elektrolit yang digunakan adalah garam karbonat (Li2CO3, K2CO3) dalam bentuk larutan. Sedangkan SOFC bekerja pada suhu 1000C, dengan keramik padat (misal, ZrO2) sebagai elektrolitnya. MCFC dan SOFC sendiri hingga saat ini masih tahap lab, dan belum dikomersilkan. Diharapkan di masa depan bisa diterapkan dalan skala besar. Dan apabila teknologi dimana suhu kerja bisa diturunkan berkembang, kemungkin kedua fuel cell tipe ini bisa diterapkan dalam skala rumah tangga. b. Sedangkan untuk tipe suhu rendah adalah PAFC (Phosphoric acid Fuel Cell) dan PEFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell). Pada kedua tipe ini, berkerja pada suhu dibawah 200C. Keunggulan pada tipe ini adalah waktu untuk mengaktifkannya cukup cepat dan bisa diterapkan dalam skala kecil. Namun, karena memerlukan Pt, yang harganya cukup mahal, sebagai elektroda, maka biayanya pun menjadi mahal. PAFC bekerja pada suhu 200C, dan asam fosfat (H3PO4) sebagai elektrolitnya. Ditemukan pada tahun 1967, dan sejak tahun 1980-an, khususnya di Jepang dan Amerika, mulai dipergunakan pada hotel, rumah sakit, dan tempat lainnya. Diantara 4 tipe fuel cell, tipe inilah yang paling cepat untuk dikomersialkan. PEFC bekerja pada suhu dibawah 100C, membrane polimer sebagai elektrolitnya. Karena menggunakan lapisan tipis membrane polimer, ukuran secara kesulurahan
14

sangatlah kecil. Dewasa ini, penggunaan fuel cell tipe ini sudah cukup luas digunakan, mulai dari mobil hingga telepon seluler. Jenis fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai elektrolit yang mampu menghantar proton. Pada saat ini ada beberapa jenis fuel cell, yaitu: a) Alkaline Fuel Cell (AFC) b) Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC) c) Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) d) Proton Exchange Membrane, juga disebut dengan Proton Electrolyt Membrane (PEM) e) Direct Methanol Fuel Cells (DMFC) f) Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) g) Biofuel Cell h) Microbial Fuel Cell 2.8 Pemanfaatan Sel Pembakaran Saat Ini dan Masa Datang Secara umum, pemanfaatan sel bahan bakar antara lain : a) Sebagai pembangkit tenaga listrik. b) Dikembangkan sebagai batere pada handphone, laptop, MP3 player, kamera digital dan perangkat portabel lainnya.

Gambar 7: Fuel Cell yang digunakan pada Labtop

15

Gambar 8: Penerapan Fuel Cell pada MP3 player

c) Pemakaian fuel cell pada rumah tangga untuk pembangkit tenaga listrik. 22 Penerapan fuel cell untuk skala rumah tangga sudah mulai diterapkan sejak tahun 2005 yang lalu. Di Jepang sendiri sudah terpasang sekitar 600 fuel cell skala rumah tangga. Dengan adanya pemakaian fuel cell pada rumah tangga, maka sudah tidak diperlukannya lagi kabel pengalir listrik (dari pembangkit listrik ke rumah), sehingga loss dayanya menjadi nol. Selain itu, bila panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan lagi, salah satunya untuk memanaskan air. Dengan koordinasi seperti ini, maka tingkat efisiensi pemanfaatan energi fuel cell bisa mencapai 80%. d) Digunakan sebagai sumber energi listrik pada mobil.

Gambar 9: Mobil menggunakan Fuel Cell e) Digunakan pada alat transportasi massal, seperti pada bis dan kereta api. Jenis fuel cell yang banyak digunakan pada perangkat elektronik mobile adalah DMFC (Direct Methanol Fuel Cell). DMFC merupakan salah
16

satu jenis PMFC, dengan methanol sebagai bahan bakarnya. Keunggulan dari DMFC ini, terletak pada methanol. Berbeda dengan hidrogen, yang sangat sulit untuk dibawa kemana-mana, methanol dapat disimpan dalam botol plastik sehingga dapat dibawa ketika bepergian. Namun, ada sisi negatif dari methanol, yaitu merupakan zat yang berbahaya. Sehingga penggunaan methanol diperlukan kehatihatian tinggi. Mengingat methanol cukup berbahaya bagi manusia, maka saat ini sedang dicari alternatif lainnya seperti ethanol atau NaBH4 (yang dikembangkan oleh Millennium Cell Corp).

17

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan Keuntungan energi hidrogen antara lain bebas polusi (emisi yang dihasilkan hanya air), tidak berisik, beroperasi pada efisiensi yang lebih tinggi daripada mesin pembakaran internal ketika bahan bakar mulai dikonversi menjadi listrik. Sedangkan kerugian energi hidrogen dimana saat ini harganya lebih mahal daripada sumber energi yang lain,

infrastruktur yang ada saat ini belum dibuat untuk mengakomodasi bahan bakar hidrogen, proses ekstraksi hidrogen membutuhkan bahan bakar fosil sehingga menyebabkan polusi, dan hidrogen sulit dalam penyimpanan dan distribusi. Hidrogen sangat potensial sebagai energi bahan bakar yang mendukung penciptaan lingkungan yang bersih dan juga mengurangi ketergantungan mengimport sumber energi. Sebelum energi memainkan peranan yang besar dan menjadi alternatif banyak fasilitas dan sistem yang harus dipersiapkan, seperti fasilitas untuk memproduksi hidrogen, penyimpanan dan pemindahannya. Konsumen akan membutuhkan bahan bakar yang ekonomis, teknologi dan pengetahuan dalam penggunaan bahan bakar inisecara aman. Perlu diperhatikan bahwa fuel cell (hydrogen fuel) ini sendiri sangat ramah lingkungan, namun dalam memproduksi bahan bakar masih harus banyak yang diperhatikan. Secara keseluruhan sangat mungkin terjadi penghematan energi. Walaupun sisi ramah lingkungannya masih hanya di sisi pemanfaatan, bukan pembuatan fuel hydrogen. Dalam dekade mendatang dengan harga minyak yang melangit serta kesadaran efisiensi energi, maka teknologi hidrogen (fuel cell) akan menjadi sangat penting.

18

You might also like