You are on page 1of 23

PROPOSAL

TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR KREDIT DAN POSISI KREDIT INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA PERIODE 2004 : 1 2010:6

Disusun Oleh: DHEVI SISTYA IINDIRA

FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

A.

Latar Belakang Masalah Era reformasi yang diperkenalkan di Indonesia kurang lebih satu dasawarsa silam, dapat disebut sebagai titik tolak perubahan Bangsa Indonesia secara sturktural dan konseptual di segala lini. Sektor ekonomi, dalam hal ini yang merupakan bagian yang terintegrasi pada sistem kenegaraan bersama-sama dengan sektor politik, social, dan budaya, juga membangun perbaikan-perbaikan secara gradual dengan satu tujuan tunggal, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Badai krisis yang menghantam perekonomian Indonesia pun secara tidak langsung telah mendorong peramuan berbagai formulasi kebijakan dalam bidang ekonomi. Diawali dari perubahan kebijakan nilai tukar tetap kepada sistem nilai tukar mengambang pada tahun 1997, kemudian diikuti dengan kebijakan inflation targeting yang mulai diperkenalkan pada tahun 2000,1 sampai upaya untuk mendongkrak pertumbuhan sektor riil yang isunya kini telah marak berkembang dikalangan para praktisi, akademisi, bahkan masyarakat luas sekalipun. Adalah benar jika pada dasarnya pertumbuhan ekonomi sebuah negara lebih didominasi oleh sektor konsumsi sebagai motor penggeraknya, namun tidak lantas investasi menjadi faktor yang dapat diabaikan. Proporsi GDP selama rentang waktu 2004-2010 selalu didominasi oleh konsumsi masyarakat, hal ini dapat dilihat melalui sumbangsihnya pada GDP yang selalu diatas 60% atau dengan rata-rata sebesar 72%,

dengan menggunakan metode quantity-based approach lalu pada pertengahan tahun 2005 menggunakan metode price-based approach

sedangkan dari sisi investasi hanya mampu berkontribusi rata- rata sebesar 20% tiap kuartalnya. Meskipun sumbangan investasi ini dapat dibilang masih relatif kecil, namun investasi tetap memiliki peranan penting di dalam permintaan agregat. Alasan pertama, biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi dan boom. Oleh karena itu para ahli ekonomi sangat tertarik untuk menganalisanya, terutama dalam kaitannya dengan kebijakan stabilisasi untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi (Nopirin: 1993). Kedua, Harapan yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan pemberdayaan pengeluaran investasi nantinya ialah akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai media penyerap tenaga kerja untuk kemudian menjadi pemecah masalah pengangguran yang terus menghantui perekonomian Indonesia. Menyadari hal tersebut BI selaku pemegang otoritas moneter bersama-sama dengan pemerintah mencoba menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengontrol tingkat pertumbuhan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat suku bunga domestik secara simultan untuk membangun pertumbuhan investasi sektor riil di Indonesia. Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa kredit konsumsi masih mendominasi proporsi pengucuran kredit perbankan umum kepada masyarakat. Hal ini wajar, mengingat sifat dari kredit konsumsi yang

rendah resiko. Posisi tertinggi kedua ditempati oleh kredit modal kerja, yang pada dasarnya juga serupa dengan kredit konsumsi, yaitu bersifat jangka pendek dan rendah akan resiko, namun berbeda halnya dengan kredit investasi dimana kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang lebih tinggi dalam hal resiko pengembalian kredit. Sehingga terkesan bahwa perbankan selama ini cenderung untuk bermain aman. Sejalan dengan hal tersebut, BI selaku pemegang otoritas tertinggi dalam bidang moneter telah mengeluarkan empat belas kebijakan2 yang mengarah pada optimalisasi fungsi intermediasi perbankan sebagai langkah kongkrit konstruktif untuk mendorong perkembangan sektor riil. Pemerintah bukan tidak pernah berupaya untuk menumbuhkembangkan sektor riil, namun kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah pada masa lampau masih belum terasa maksimal. Manajemen yang kurang baik dari perbankan ditambah lagi isu korupsi yang sangat sarat pada masa orde baru, akhirnya mampu mementahkan rumusan kebijakan yang dibangun oleh pemerintah pada saat itu. Dengan mengacu pada latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk menyajikan menyajikan skripsi yang berjudul : Transmisi
Kebijakan Moneter Melalui Jalur Kredit dan Posisi Kredit Investasi Domestik di Indonesia Periode 2004:1-2010:6

Kebijakan ini kemudian dikenal dengan terminologi pakto 2006

B.

Rumusan Masalah Sektor riil tidak akan bergerak menuju kearah pertumbuhan yang signifikan sejauh investasi bisnis tidak memperoleh dukungan dari pihak pemberi pinjaman, yang dalam hal ini ialah perbankan. Dan dapat dikatakan bahwa pinjaman yang diberikan oleh perbankan dapat berbentuk kredit investasi. Permasalahan selanjutnya yang mendasar ialah sejauh mana investor bisnis akan merespon pergerakan yang terjadi pada tingkat suku bunga yang berangkat dari pasar uang dan diawali oleh pergerakkan BI rate. Dari pemaparan diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah Sertifikat Bank Indonesia mempengaruhi pergerakan loan

demand dalam jangka panjang?


b. Apakah PGDP mempengaruhi pergerakan loan demand dalam jangka

panjang?
c. Apakah Jumlah Uang Beredar mempengaruhi pergerakan loan demand

dalam jangka panjang?

C.

Tujuan Penelitian Dalam rangka membangun sebuah negara yang besar maka dibutuhkan sikap proaktif dari masyarakat sebagai elemen inti di dalamnya. Berangkat dari hal tersebut, penulis sebagai seorang mahasiswa yang berafiliasi dalam bidang ekonomi akan menghadirkan tulisan ini

sebagai wacana bersama yang sekaligus menjadi suplemen bagi wawasan kita terutama dalam bidang moneter. Tujuan dari tulisan ini nantinya akan melihat:
a. Faktor yang mempengaruhi loan demand dalam jangka panjang. b. Bukti berjalannya transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit

dalam periode 2004:1-2010:6

D.

Kegunaan Penelititan Bagi akademisi dan pemerintah diharapkan mengetahui efektifitas kebijakan moneter melalui jalur kredit dalam usaha untuk membangun kemajuan sektor riil, disamping itu, para praktisi khususnya dari sisi investor usaha kecil menengah dapat melihat bahwa BI berupaya optimal untuk mendorong perbankan umum secara gradual menambah volume kucuran kredit bagi usaha kecil menengah.

E.

Landasan Teori 1. Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti Kepercayaan. Dalam arti yang lebih luas Pengertian kredit adalah: kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

UU RI NO.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 2. Pengertian Bank Umum Menurut UU perbankan nomor 10 tahun 1998, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan yang dimaksud perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya. Bank Umum menurut UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Berdasarkan UU Perbankan nomor 14 tahun 1967, bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek, sedangkan menurut UU Perbankan nomor 7 tahun

1992, bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Pengertian bank yang dipaparkan oleh Frederick Mishkin (2001) : Banks are financial institutions that accept money deposits and make loans. Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman.

3.

Pengeritan Sertifikat Bank Indonesia Sertifikat Bank Indonesia adalah salah satu instrumen moneter yang digunakan oleh Bank Indonesia sebagai acuan tingkat suku bunga pada pasar uang, seperti tingkat suku bunga pinjaman atau kredit dan tingkat suku bunga tabungan (Doni Fajar A: 2006). Tingkat suku bunga pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) nantinya akan digunakan sebagai proksi bagi kebijakan moneter, oleh karenanya perubahan pada tingkat suku bunga SBI diharapkan mampu memberi pengaruh pada tingkat suku bunga kredit. Dalam pada itu suku bunga sbi merupakan opportunity cost bagi perbankan dalam memberikan kredit sehingga hubungan antara penawaran kredit dan tingkat suku bunga SBI ialah negatif.

1. Pengeritan Manajemen Perbankkan Bank dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi antar peminjam dan pemberi dana pinjaman memiliki fungsi yang sangat

penting dalam menentukan apakah sistem keuangan dan ekonomi berjalan dengan baik. Analisis lebih lanjut dari pembahasan manajemen kecukupan modal diatas ialah, bahwasanya modal perbankan berpengaruh terhadap terjadinya penurunan penawaran kredit, dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan bahwa capital crunch dapat berujung pada terjadinya credit crunch (F. Mishkin: 2001).

2. Pengertian Investasi Gerak lajunya sektor riil sering direpresentasikan oleh tingkat investasi dalam sebuah negara. Terkait dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi dan upaya untuk mendorong pertumbuhan sektor riil, maka investasi bisnis adalah sebuah sasaran tembak yang harus menjadi prioritas utama.

3. Pengertian Mekanisme Transmisi Bank Indonesia Mekanisme transmisi kebijkan moneter ialah

menggambarkan proses bagaimana kebijakan moneter bank sentral ditransmisikan melalui lembaga dan pasar keuangan, dan selanjutnya mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi. Salurannya melalui: (1) suku bunga, (2) kredit, (3) uang beredar, (4) nilai tukar, (5) harga aset, dan (6) ekspektasi.

4. Pengertian Transmisi Jalur Kredit Teori kalur kredit ini dicetuskan sebagai counter dari teori aliran konvensional yang beranggapan bahwa suku bunga merupakan satusatunya sasaran antara bagi kebijakan moneter dalam mempengaruhi aktivitas ekonomi riil. Berbeda halnya dengan anggapan tersebut, teori jalur kredit justru mengasumsikan bahwa antara pasar modal dan pasar keuangan tidak tepat bersubstitusi sempurna, artinya tidak semua pengusaha atau investor bisnis akan mampu melakukan ekspansi kegiatan ekonominya melalui transaksi pada pasar modal.3 Sifat dari suku bunga kredit sebagai cost of capital tidak mampu menjelaskan fenomena empiris, dimana masyarakat dan perbankan tidak bersifat elastis dalam menanggapi perubahan pada suku bunga kredit, membuat para ekonom mencari rumusan baru dalam menjelaskan pengaruh kebijakan moneter terhadap sektor riil. Ben Bernanke (1995) menyatakan bahwa suku bunga tidak menjadi faktor tunggal bagi fungsi permintaan kredit, namun ada kontribusi dari external financing premium, yang merupakan selisih antara biaya pendanaan dari luar (melalui saham dan obligasi) dan biaya pendanaan dari dalam (melalui laba yang ditahahan), lebih lanjut F. Mishkin (2001) melihat adanya masalah asymetric information pada pasar kredit sehingga hal ini yang pada gilirannya menentukan tingkat penawaran dan permintaan kredit dalam jangka panjang.
3

Lihat Bernanke dan Gertler (1995).

5.

Pengertian Teori Liquidity of Preferance

Teori permintaan uang yang dikembangkan oleh Keynes pada dasarnya berangkat dari teori Fischer (1911) yang menyatakan bahwa permintaan akan uang ditentukan oleh pendapatan nasional saja. Namun dengan adanya penambahan motif spekulatif dalam memegang uang, hal ini membuat persamaan permintaan uang pada model Keynes memasukkan unsur tingkat suku bunga riil sebagai penentu jumlah uang riil yang diminta.

5. Kerangka Pemikiran
a. Kerangka Transmisi

Dinamika dari variabel-varibel moneter seperti inflasi, tingkat suku bunga, GDP, dan yang lainnya pada kenyataannya telah mendorong pemegang otoritas moneter yang dalam hal ini adalah Bank Indonesiadalam mengeluarkan kebijakan moneter untuk kemudian diterapkan. Namun permasalahannya tidak berhenti sampai disitu. Hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan kebijakan moneter tersebut ialah seberapa akurat kebijakan tersebut terkait dengan masalah waktu dan dampak yang akan terjadi. Untuk itu BI harus memahami mekanisme jalur dari kebijakan moneter terhadap ekonomi. Pada dasarnya ada dua tipe kerangka berpikir untuk memahami fakta di lapangan mengenai dinamika dan fluktuasi dari variable-variabel moneter (Mishkin: 2004):

10

1. Structural Model Evidence Structural model evidence adalah kerangka berpikir dalam memahami fakta pergerakan variabel moneter dalam perekonomian yang diperkenalkan oleh pendukung aliran Keynesian. Dimana titik tekan dari kerangka berpikir ini ialah adanya mekanisme transmisi kebijakan moneter yang terstruktur mulai dari pergerakan variabel independent kemudian diestafetkan melalui variabel mediasi hingga mencapai tujuan akhir yang ingin dicapai. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:

Contoh kasus diatas menerangkan bagaimana jumlah uang beredar diharapkan mampu mempengaruhi tingkat GDP melalui dua variabel perantara yaitu tingkat suku bunga riil dan tingkat investasi sektor riil.

2. Reduced Form Evidence Kaum Monetaris adalah kelompok yang sangat memberi apresiasi pada peranan uang sebagai stimulator dalam aktivitas perekonomian. Terkait dengan hal tersebut, kelompok Monetaris lebih cenderung melihat korelasi antara pergerakan sebuah variabel terhadap variabel lainnya sebagai sebuah kerangka

11

berpikir dalam memahami fenomena dinamika yang terjadi. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut: M

Bagan diatas menerangkan bahwa adanya korelasi antara jumlah uang beredar dan tingkat pertumbuhan ekonomi telah membawa kaum Monetaris pada satu kesimpulan bulat bahwa ada korelasi positif antar dua variabel tersebut tanpa harus melihat mekanisme intermediasi secara terstruktur, karena menurut kaum Monetaris struktur yang dipaparkan oleh kaum Keynesian membuka peluang untuk terjadinya kesalahan analisis.

1.1.1 Jenis Transmisi Kebijakan Moneter

Frederic S. Mishkin (2004) membagi transmisi kebijakan moneter menjadi tiga bagian besar, yaitu: 6. Jalur suku bunga tradisional Secara sketmatis transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga tradisional dapat digambarkan sebagai berikut: M ir I Y

Mekanisme tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan jumlah uang yang meningkat akan membuat tingkat suku bunga riil menjadi turun, dan turunnya tingkat suku bunga riil ini akan direspon oleh tingginya tingkat permintaan uang untuk investasi sektor riil yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara agregat.

12

7. Jalur harga aset Transmisi kebijkan moneter melalui jalur harga aset adalah sebuah perbaikan yang dikeluarkan oleh kaum Monetaris kepada kaum Keynesian dengan penjelasan bahwa suku bunga yang digunakan pada transmisi moneter tidaklah sama sebagaiamana yang tercantum dalam transmisi jalur suku bunga tradisional, transmisi jalur harga aset menaruh perhatian bukan hanya pada tingkat suku bunga obligasi, tetapi juga valas dan saham. Lebih jauh lagi, transmisi jalur harga aset memiliki tiga derivatif jalur lagi, yaitu: Jalur efek nilai tukar pada net ekspor; Jalur teori q Tobin, dan;
Jalur kesejahteraan melalui ekspektasi harga.

8. Jalur kredit Teori transmisi jalur kredit ialah bermula dari ketidakpuasan pada teori konvensional klasik yang menjelaskan bahwa efek dari suku bunga dapat menjelaskan pengaruh kebijakan moneter terhadap aktivitas ekonomi pada sektor riil. Secara garis besar teori jalur kredit dibagi menjadi dua, yaitu: Balance Sheet Channel dan Bank Lending Channel.

METODE PENELITIAN 1. Data

13

Dalam membangun sebuah wacana empiris, penulis didukung oleh data sekunder yang diperoleh dari internet, buku, dan sumber kepustakaan lainnya yang terkait dengan pembahasan. Variabel yang nantinya akan masuk kedalam model adalah sebagai berikut; Loan = Posisi pinjaman atau kredit investasi nominal seluruh bank umum Equity = Permodalan nominal bank umum rL rM = Suku bunga pinjaman bank umum = SBI 1 bulanan

PGDP = Nilai pembentukan modal tetap bruto nominal + nilai konsumsi nominal (private GDP).

2.

Spesifikasi Model Dalam melakukan perumusan secara kuantitatif, penulis membagi menjadi

tiga sesi. Sesi pertama ialah mengadopsi fungsi penawaran dan permintaan kredit, sesi yang kedua ialah melihat kointegrasi dari penawaran dan permintaan kredit, dan sesi yang ketiga ialah melihat signifikansi dari tiap-tiap variabel.

1. Derivasi Loan Demand

Permintaan akan kredit pada dasarnya merupakan analogi dari permintaan uang, dan dalam teori permintaan uang, keynes telah menjelaskan melalui teori liqudity preference bahwa fungsi permintaan akan uang sangat dipengaruhi tidak hanya oleh tingkat pendapatan melainkan tingkat suku bunga, Md = f(r,Y).

14

Dengan mengacu pada teori tersebut maka persamaan permintaan kredit investasi bagi investor ialah sebagai berikut:

Dimana: Lt = posisi permintaan kredit investasi

PGDP = private GDP (konsumsi + pembentukan modal tetap bruto) rL ut = rata-rata tingkat suku bunga bunga kredit investasi domestik = random error.

Dengan memperhatikan siklus bisnis, maka asumsi yang dibangun ialah bahwa nilai pembentukan modal tetap adalah proksi bagi net worth agregat bagi investor.4 Signifikansi variabel private GDP (PGDP) menjadi faktor penentu apakah kebijakan moneter melalui jalur balance sheet berjalan dengan baik pada periode sampel.

3. Uji Statistic a. Uji Stasioneritas Sebuah persamaan yang menggunakan data time series haruslah memenuhi asumsi bahwa data tersebut stasioner. Yang dimaksud dengan stasioner ialah nilai rata-rata, varian, dan kovarian relatif sama pada periode kapanpun. Pengujian stasioneritas dapat menggunakan metode Augmented Dickey-Fuller Test. Dengan demikian;

Ibid.

15

H0 : Data tersebut tidak stasioner H1 : Data tersebut stasioner

Kriteria uji:
Jika P-value ADF > , maka H0 tidak ditolak, artinya data tersebut tidak

stasioner
Jika P-value ADF < , maka H0 ditolak, artinya data tersebut stasioner.

b)

Uji F Statistik. Mirip dengan F test pada model regresi linier dalam logit model digunakan likelihood ratio (LR) statistik. LR statistik mengikuti distribusi X2 dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sama dengan jumlah variabel bebas.

4)

Uji t Statistik Uji t-stat merupakan uji statistik parsial dengan menggunakan pendekatan

signifikansi untuk hasil penghitungan berdasarkan sampel, tujuannya untuk membuktikan benar tidaknya suatu hipotesis null. Uji ini memiliki beberapa ketentuan yaitu:
H0 :

Tidak ada pengaruh parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat

H1 :

Ada pengaruh parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat.

16

Hipotesis null tersebut ditolak atau tidak ditolak, keputusannya berdasarkan perkiraan yang diperoleh dari data empiris atau dari data hasil observasi sampel. Untuk menguji hipotesis secara individu, digunakan nilai probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu.

17

Tabel 1 Kesimpulan Pengujian t-Statistik Tipe hipotesis Satu arah (kanan) Satu arah (kiri) Dua arah Ho 0 0 =0 H1 >0 <0 0 Kriteria t-stat > t-tabel t-stat < t tabel -t-stat < t-tabel < t-stat Keterangan H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima

18

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Juda. et. al. 2001. Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis Fakta, Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia.

Alfaro, Rodrigo. et. al. The Bank Lending Channel in Chile. 2002. BIS papers series no. 22.

Antara News. Capital Inflow Tak Masuk Sektor Riil Akan Cepat Keluar. Sumber:http://www.antara.co.id.

Ashar, syamsul. Pardi Kendy Pelopor Pemangkasan Bunga Kredit Bank. Sumber:http://www.seputarekonomi.blogspot.com/2007/04/.html.

Bernanke, Ben. et. al. Inside The Black Box: The Credit Channel of Monetary Policy Transmission. 1995. NBER working paper series no. 5146.

Black, Lamont K. et. al. 2007. How the Credit Channel Works: Differentiating the Bank Lending Channel and the Balance Sheet Channel. Federal Reserve Bank of Chicago working paper no. 13.

Bohek, Radim dan Hugo Rodrguez Mendizbal. 2004. Credit Markets And The Propagation of Monetary Policy Shocks. Working paper series (issn 12113298).

Budiono, Dr. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Case E. Karl, et al. 2005. Principle of economics, seventh edition.

19

Jakarta: PT Indeks.

Eviews 7 user guide. 2004. Amerika Serikat: Quantitive Micro Software.

Fajar Anugrah, Donni. 2006. The Effect of SBI Rate Through Financial Sistem to Economic Growth in Indonesia. Buletin ekonomi moneter dan perbankan, maret 2006. Bank Indonesia.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics fourth edition, Mc Graw-Hill.

Hlsewig, Oliver. 2003. Bank Behavior, Interest Rate Targeting, and Monetary Policy Transmission. Wrzburg economic papers Nr. 43.

Irawan, Andi. 2006. Analisis Prilaku Instabilita, Pergerakan Harga, Kesempatan Kerja dan Investasi di Sektor Pertanian Indonesia: Pendekatan Vector Error Correction Model. Jurnal agro ekonomi volume 24 no.1.

Julianery/ Gianie. 2003. Masih Selektif, Kucuran Kredit Perbankan ke Sektor Riil. Sumber:http://kompas.com/kompas-cetak/0303/06/Investasi/164807.htm.

Kim, Hyun E. 1999. Was Credit Channel a Key Monetary Transmission Mechanism Following the Recent Financial Crisis in the Republic of Korea. Policy research working paper 3003.

Mankiw, G. 2003. Theory of Makroeconomics 5th ed. Jakarta: Erlangga.

Mishkin, F. 2001. The Economics Money of Banking and Financial Market 6th ed. Edison Wealey. Columbia.

20

Nopirin, Phd. 1993. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Ramayandi, Arief. 2003. Economic Growth And Government Size In Indonesia: Some Lessons For The Local Authorities. Working Paper No. 200302.

Rendi, Joko. 2007. Peran Kredit UKM 2007, Peluang dan Tantangan. Economic Review no.27.

Rokhim, Rofikoh. 2007. Kambing Hitam Sumber:http//www. Bisnisindonesia.com.

itu

Bernama

Hot

Money.

Saatiolu, cem. et. al. 2006. Determination of Turkish Inflation. Discussion Paper 2006/7.

Schaller, Huntley. et. al. 2007. The Credit Channel In A Small, Open Economy. www.ssrn.com/abstract=978103.

Topi, Juka and Jouko Vilmunen. 2001. Transmission of Monetary Policy Shocks in Finland: Evidence from Bank Level on Data Loans. ECB Working Paper no.100.

Tornell, Aaron. et. al. 2003. The Credit Channel in Middle Income Countries. CESifo working paper no. 832.

21

PROPOSAL

TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR KREDIT DAN POSISI KREDIT INVESTASI DOMESTIK DI INDONESIA PERIODE 2004:1-2010:6

Disusun Oleh : DHEVI SISTYA INDIKA NIM. F. 1109009

FAKULTAS EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

You might also like