You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) merupakan istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Sifat dari suatu logam dapat diketahui dengan banyak cara dan salah satu diantaranya adalah dengan mereksikannya bersama dengan beberapa pereaksi tertentu dimana reaksi yang biasa terjadi di dalamnya adalah reaksi reduksioksidasi. Cara yang mudah untuk melihat proses redoks yaitu reduktor (agen reduksi) mentransfer elektronnya ke oksidator (agen oksidasi). Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks. Maka untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut reaksi yang terjadi pada logam, percobaan tentang reaksi logam perlu untuk dilakukan oleh mahasiswa untuk memahami tentang reaksi redoks yang terjadi pada logam. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengetahui dan mempelajari kereaktifannya terhadap air dan pereaksi lain.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat reduksi dan oksidasi bahan kimia serta sifat kereaktifan logam alkali dan alkali tanah.

1.2.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu, 1. Mengetahui sifat reduksi-oksidasi dari logam Al, Fe, Zn, dan Cu dengan iodin. 2. Mengetahui sifat kereaktifan logam alkali (Na), dan alkali tanah (Mg dan Ca) dalam air. 1.3 Prinsip Percobaan Prinsip dari percobaan ini yaitu: 1. Sifat reduksi oksida logam ditentukan dengan mereaksikan serbuk Al, Fe, Zn, dan Cu dengan serbuk iodin dan ditetesi air. 2. Kereaktifan logam alkali dengan mereaksikan logam natrium dengan air yang diberi perlakuan (kertas saring diletakkan pada permukaan air dalam cawan petri). Serta mereaksikan logam magnesium dan kalsium dengan air yang diberi perlakuan dengan cara pemanasan dan ditambah indikator PP.

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, serbuk logam Al, Fe, Zn dan Cu, serbuk iodin, logam Na, Ca dan Mg, indikator PP, tissue roll, sabun, korek api, kertas label, dan kertas saring.

3.2 Alat Percobaan Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, pinset, gelas kimia 250 mL, rak tabung, pipet skala, sendok tanduk, batang pengaduk, bunsen, gegep kayu, dan cawan petri.

3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Percobaan Daya Reduksi Logam atas Iodin Disiapkan cawan petri,lalu dimasukkan serbuk aluminium dan iodin padat dengan perbandingan 1:2. Diaduk dengan batang pengaduk dalam keadaan kering sampai campuran merata. Selanjutnya, ditambahkan aquadest ke dalam campuran tersebut menggunakan pipet tetes. Diamati perubahan yang terjadi. Diulangi percobaan diatas dengan menggunakan serbuk logam Fe, Cu dan Zn.

3.3.2 Percobaan Logam Alkali dan Alkali Tanah Disiapkan 2 tabung reaksi, lalu diisi masing-masing 5 mL aquadest. Selanjutnya dimasukkan sekeping logam Ca pada tabung I dan Mg pada tabung II. Diamati perubahan yang terjadi. Lalu dipanaskan kedua tabung sambil digoyang-

goyangkan agar panas merata. Lalu ditambahkan indikator PP. Kemudian diamati lagi perubahan yang terjadi. Disiapkan cawan petri kemudian diisi aquadest secukupnya, lalu diletakkan potongan kertas saring di atas permukaan aquadest (diusahakan kertas saring mengapung di permukaan). Kemudian ditetesi dengan indikator PP 1-2 tetes. Diambil potongan kecil logam Na (Logam disimpan dalam minyak tanah), dikeringkan dengan tissue atau potongan kertas saring. Dengan pinset diletakkan potongan logam Na diatas kertas saring dalam cawan petri dan diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Dicatat pula perubahan warna dari air dalam cawan petri.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Tabel Pengamatan

4.1.1 Daya Reduksi Logam terhadap Iodin No . 1. 2. 3. 4. Aluminium Besi Seng Tembaga Tidak Bereaksi Tidak Bereaksi Tidak Bereaksi Tidak Bereaksi Logam Setelah dicampurkan Setelah ditambahkan air Bereaksi Bereaksi Bereaksi Bereaksi Reaksi hebat (H), sedang (S), lemah (L) H S S L Warna uap

Ungu Ungu Ungu Ungu

4.1.2 Reaktifitas Logam Alkali Tanah terhadap Air No. Logam Timbul gelembung gas Setelah dipanaskan timbul gas Reaksi hebat (H), sedang (S), lemah (L) S L Warna larutan Ungu pekat Ungu

1. 2.

Kalsium Magnesium

4.1.3 Reaktifitas Logam Alkali terhadap Air No Logam Timbul gelembung gas Timbul api dan ledakan kecil Reaksi hebat (H), sedang (S), lemah (L) H Warna larutan

1.

Natrium

Ungu sangat pekat

4.2 Reaksi I. Al(s) + 2 I2(S) Fe(s) + 2 I2(s) Zn(s) + 2 I2(s) Cu(s) + 2 I2(s) II. 2Na(s) + 2H2O(l) III. Mg(s) Ca(s) + 2H2O(l) + 2H2O(l)

H2O H2O H2O H2O

AlI3(aq) + H2O(l) + I-(g) FeI2(aq) + H2O(l) + 2 I-(g) ZnI2(aq) + H2O(l) + 2 I-(g) CuI2(aq) + H2O(l) + 2 I-(g) 2NaOH(aq) + H2(g)

Mg(OH)2(aq) + H2(g) Ca(OH)2(aq) + H2(g)

4. 3 Pembahasan Reaksi-reaksi logam merupakan reaksi yang melibatkan penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Logam yang mengalami oksidasi akan mengalami peningkatan biloks dan yang mengalami reduksi akan mengalami penurunan biloks. Kereaktifan ion logam ditentukan dengan cepat atau lambatnya bereaksi dengan pereaksinya. Percobaan ini akan dilakukan tiga percobaan yaitu percobaan untuk mengetahui sifat reduksi-oksidasi dari logam, sifat kereaktifan dari logam alkali tanah, dan sifat kereaktifan dari logam alkali. Percobaan pertama dilakukan yaitu mereaksikan antara logam Al, Fe, Zn dan Cu dengan iodin berlebih. Percobaan dengan menggunakan logam Al yang dicampur dengan iodin dalam keadaan kering tidak menimbulkan reaksi hal itu dikarenakan biloks keduanya adalah nol sehingga tidak terjadi reaksi, namun setelah ditambahkan air yang berfungsi sebagai katalis, campuran langsung

bereaksi dengan menghasilkan gas berwarna putih keunguan yang merupakan gas hasil dari iodin sisa yang tidak bereaksi dengan logam Al. Percobaan dengan menggunakan serbuk logam Cu yang dicampur dengan iodin dan air menghasilkan gas berwarna hijau lumut, namun gas yang dikelurkan lebih sedikit dibandingkan dengan logam Al tadi sehingga kurang reaktif dari logam Al. percobaan dengan menggunakan serbuk logam Fe dengan iodin dan air memberikan reaksi yang ditandai dengan timbulnya gas yang berwarna ungu yang disebabkan oleh iodin yang dicampurkan. Logam Fe lebih reakstif dari logam Al dan Cu. Percobaan dengan menggunakan serbuk Zn yang ditambahkan dengan iodin dan air akan menimbulkan reaksi berupa gas yang berwarna ungu dan reaksi ini lebih cepat terjadi dibandingkan dengan logam lainnya. Hasil yang diperoleh dalam percobaan ini adalah logam aluminium bereaksi hebat dengan iodin setelah ditambahkan air, besi dan seng bereaksi sedang dan tembaga lambat bereaksi. Hal ini sesuai dengan teorinya besar potensial elektrodanya berturut-turut adalah aluminium 1,66, seng 0,67, besi 0,44 dan tembaga -0,34 V. Semakin besar potensial elektrodanya maka daya reduksinya semakin besar. Percobaan yang kedua mereaksikan logam Mg dan Na dengan aquadest. Pada saat ditambahkan air, logam Mg tidak memberikan perubahan, hal ini disebabkan karena logam magnesium sukar bereaksi dengan air dingin, tetapi setelah tabung dipanaskan magnesium menghasilkan gelembung gas. Dimana hasil reaksi tersebut setelah ditambahkan dengan beberapa tetes indikator PP menghasilkan warna ungu, warna ini menandakan adanya senyawa basa yang terbentuk yaitu Mg(OH)2 karena indikator PP di sini berfungsi untuk mengidentifikasi adanya senyawa basa dalam suatu campuran. Selanjutnya logam

natrium direaksikan dengan air. Reaksi antara natrium dengan air sangat hebat, hal ini disebabkan karena natrium sangat reaktif dengan air, oleh karena itu logam natrium disimpan di dalam minyak tanah. Reaksi natrium dengan air menghasilkan natrium hidroksida yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu pada larutan ketika ditambahkan dengan indikator PP dan juga timbul gas hidrogen. Berdasarkan percobaan dapat diamati bahwa kereaktifan yaitu

Zn>Fe>Al>Cu, serta logam Na lebih reaktif daripada logam Mg. senyawa basa yang ditimbulkan dari hasil reaksi dapat diamati dengan timbulnya warna ungu ketika campuran atau larutan ditambahkan indikator PP.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini yaitu kereaktifan dari logam-logam yang telah dicampur dengan iodin dan air yaitu Zn>Fe>Al>Cu. Sedangkan pada percobaan mengenai keraktifan logam alkali dan alkali tanah bisa disimpulkan bahwa logam alkali lebih reaktif jika dibandingkan dengan logam alkali tanah. Keraktifan logam tersebut yaitu Na>Ca>Mg. 5.2 Saran 5.2.1 Laboratorium Sebaiknya pihak laboratorium lebih memperhatikan keamanan praktikan dalam melakukan percobaan agar praktikan merasa nyaman dan aman dalam melakukan percobaan. 5.2.2 Percobaan Sebaiknya bahan yang dicobakan dalam percobaan ini lebih banyak lagi agar praktikan dapat mengetahui sifat-sifat logam yang lain dan sebaiknya sifatsifat yang lain juga perlu dicobakan misalnya potensial ionisasi dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, N. F., Ichsan, M., Nur, dan Ziyan, 2008, Logam Alkali, (http://rumahkimia.wordpress.com/2008/11/22/logam-alkali/), tanggal 26 Maret 2010.

(online) diakses

Darmono, 1995, Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, UI-Press, Jakarta. Jeffery, G. H., Bsset, J., Mendham, J., dan Denney, R. C., 1989, Vogels Textbook of Quantitative Chemical Analysis Five Edition, Longman Group UK, New York. Saito, T., 1996, Kimia Anorganik, Iwanami Shoten, Tokyo. Septyaningrum, R., 2010, Proses Oksidasi dan Reduksi yang Melibatkan Iod Titrasi Iodometri, (online) (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/ instrumen_analisis/iodimetri/proses-oksidasi-dan-reduksi-yang-melibatkan -iod-titrasi-iodimetri/), diakses tanggal 27 Maret 2010. Svehla, G., 1979, Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul atau dalam ion yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang ke-

elektronegativannya lebih rendah mempunyai muatan positif. Karena muatan listrik tidak berbeda dalam hal molekul yang terdiri atas atom yang sama, bilangan oksidasi atom adalah kuosien muatan listrik netto dibagi jumlah atom. Dalam kasus ion atau molekul mengandung atom yang berbeda, atom dengan keelektronegatifan lebih besar dapat dianggap anion dan yang lebih kecil dianggap kation (Saito, 1996). Awalnya, oksidasi berarti pembentukan oksida dari unsurnya atau pembentukan senyawa dengan mereaksikannya dengan oksigen, dan reduksi adalah kebalikan oksidasi. Definisi reduksi saat ini adalah reaksi yang menangkap elektron, dan oksidasi adalah reaksi yang membebaskan elektron. Oleh karena itu, suatu pereaksi yang memberikan elektron disebut reduktor dan yang menangkap elektron oksidator. Akibat reaksi redoks, reduktor mengalami oksidasi dan oksidator mengalami reduksi (Saito, 1996). Pada logam alkali yang memiliki satu elektron valensi ia akan lebih mudah membentuk ion positif agar stabil dengan melepas satu elektron tersebut. Li menjadi Li+, Na menjadi Na+, K manjadi K+ dan yang lainnya. Jari-jari ionnya mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan jari-jari atomnya, karena ion logam alkali membentuk ion positif. Ion positif mempunyai jumlah elektron yang lebih sedikit dibandingkan atomnya. Berkurangnya jumlah elektron menyebabkan

daya tarik inti terhadap lintasan elektron yang paling luar menjadi lebih kuat sehingga lintasan elektron lebih tertarik ke arah inti (Abdul, dkk., 2008). Istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi (Svehla, 1979). Zat-zat pereduksi yang kuat (zat-zat dengan potensial yang jauh lebih rendah), seperti timah(II)klorida, asam sulfat, hidrogen sulfida, dan natrium tiosulfat bereaksi lengkap dan cepat dengan iod, bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalent, atau stibium trivalent, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit suasana asam. Pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum, atau daya mereduksinya adalah maksimum (Septyaningrum, 2010). Jika suatu zat pengoksidasi kuat diolah dalam larutan yang netral atau larutan yang asam, dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir bereaksi sebagai zat pereduksi, dan oksidan akan direduksi secara kuantitatif. Dalam halhal demikian, sejumlah iod yang ekuivalen akan dibebaskan, lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi, biasanya natrium tiosulfat (Septyaningrum, 2010). Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik, dan anorganik. Logam mula-mula diambil dari pertambangan di bawah tanah (kerak bumi), yang kemudian dicairkan dan dimurnikan dalam pabrik menjadi logam-logam murni. Kandungan alamiah logam itu akan berubah-ubah tergantung

pada kadar pencemaran oleh ulah manusia atau oleh perubahan alam, seperti erosi. Walaupun begitu, tenyata kandungan logam dalam lingkungan oleh pengaruh pertambangan masih lebih besar daripada akibat erosi alamiah (Darmono, 1995). Aluminium adalah logam yang keras, kuat, dan berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif, ia bagaimanapun juga tahan terhadap korosi karena lapisan oksida yang tebal seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada aluminium, yaitu proses yang disebut anodisasi (Cotton dan Wilkinson, 1989). Bei yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yng kukuh dan liat. Ia melebur 1535 C. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Asam klorida encer atau ekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan garam-garam besi(II) dan gas hidrogen (Svehla, 1979) : Fe + 2 H+ Fe + 2 HCl Fe2+ + H2 Fe2+ + 2 Cl- + H2

Zink adalah logam yang putih kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-150 C. Zink melebur pada 410 C dan mendidih pada 906 C. Logamnya yang muri, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali, adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini mempercepat reaksi (Svehla, 1979). Iod terdapat dalam bentuk ioda dalam air laut dan sebagai iodat dalam garam Chili. Produksi I2 menyangkut baik mengoksidasi I- ataupun mereduksi

iodat menjadi I- diikuti oleh oksidasi. Iod adalah padaan hitam dengan sedikit kilap logam (Cotton dan Wilkinson, 1989). Kalsium dibuat hanya dalam skala kecil melalui reduksi halide dengan Na. Unsur tersebut sangat lunak dan keperakan serta mirip Na dalam kreaktifannya, meskipun kurang reaktif (Cotton dan Wilkinson, 1989). Reduksi adalah pengurangan disertai dengan penambahan elektron, dan oksidasi ditandai hilangnya elektron. Jika inert elektroda, seperti platina, ditempatkan dalam sebuah sistem redoks, misalnya, satu mengandung ion Fe(III) dan ion Fe(II), akan menganggap potensi yang pasti indikatif dari posisi kesetimbangan (Jeffery, dkk., 1989). Secara umum, logam alkali ditemukan dalam bentuk padat. Kecuali Cs (cesium) yang berbentuk cair jika suhu lingkungan pada saat pengukuran melebihi 28oC. Meskipun mereka adalah logam paling kuat, tetapi secara fisik mereka lunak bahkan bisa diiris menggunakan pisau. Hal ini karena mereka hanya memiliki satu elektron valensi pada kulit terluarnya. Sedangkan jumlah kulitnya makin bertambah dari atas ke bawah dalam tabel unsur periodik. Sehingga ikatan antar logamnya lemah (Abdul, dkk., 2008). Salah satu ciri khas dari logam alkali adalah memiliki sprektum emisi. Sprektum ini dihasilkan bila larutan garamnya dipanaskan dalam nyala Bunsen, atau dengan mengalirkan muatan listrik pada uapnya. Ketika atom diberi energi (dipanaskan) elektronnya akan tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika energi itu dihentikan, maka elektronnya akan kembali lagi ke tingkat dasar sehingga memancarkan energi radiasi elektromagnetik (Abdul, dkk., 2008).

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 23 Maret 2010

Asisten

Praktikan

(Kardinopel Kombong)

(Imelda Sunaryo)

You might also like