You are on page 1of 72

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.

), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3). II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. 2.2. Media Tanam Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit. III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Penyemaian Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm. 3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan. Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut : Pupuk Makro > 15-15-6-4 Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr) Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).

> 12-12-17-2

> 12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr)

> POC NASA Mulai minggu ke 1 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali). Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman 3.2.1. Penentuan Pola Tanaman Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. 3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng. 3.2.3. Cara Penanaman Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. 3.3. Pemeliharaan Tanaman 3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari. 3.3.2. Penyiangan Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma. 3.3.3. Pemupukan Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Pupuk Makro 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 2. Bulan ke 48 & 60 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 225 kg/ha 1000 kg/ha 115 kg/ha 750 kg/ha 200 kg/ha 1200 kg/ha 75 kg/ha 600 kg/ha 20 kg/ha 40 kg/ha

Urea

TSP

MOP/KCl

Kieserite

Borax

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April).

POC NASA a. Dosis POC NASA mulai awal tanam : 0-36 bln >36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.) 3.3.4. Pemangkasan Daun Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu: a. Pemangkasan pasir Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.

b. Pemangkasan produksi Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan. c. Pemangkasan pemeliharaan Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai. 3.3.5. Kastrasi Bunga Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan. 3.3.6. Penyerbukan Buatan Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga. a. Penyerbukan oleh manusia Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir. Cara penyerbukan: 1. Bak seludang bunga. 2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer. b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%.

3.4. Hama dan Penyakit 3.4.1. Hama a. Hama Tungau Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR. b. Ulat Setora Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit a. Root Blast Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO. b. Garis Kuning Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal. c. Dry Basal Rot Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki . 3.5. Panen 3.5.1. Umur Panen Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT


PENDAHULUAN Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu meter dalam). Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya. PERLAKSANAAN KERJA Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit. Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos buruh dan jentera, keadaan tanah (curam atau rata), hutan atau kawasan tanam semula. Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat mustahak untuk kejayaan penanaman diladang. Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari yang maksima. Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang). Penutup bumi adalah untuk: Mengawal hakisan Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen Memelihara kelembapan tanah Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah: Centrosema pubescens Pueraria phaseoloides Calopogonium mucunoides/caeruleum Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut: Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan. Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit. Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter. Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:Kekacang Kg/ha Centrocema pubescens 4.0 Pueraria phaseoloides 1.1 Calopogonium caeruleum 0.6 Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar.

Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut: Umur Kekacang Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha) Semasa menanam (sepanjang jalurjalur) 2 bulan 6 bulan 8 bulan 12 bulan 112 112 112 112 112

Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.

Penanaman: Penanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut: Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan. Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang. Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan. Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah. Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam. Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya. Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau. Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah: Jarak Jumlah Pokok Meter (Kaki) 8.5 (28) 8.7 (29) 9.0 (30) Hektar (Ekar) 160 (65) 148 (60) 136 (55)

Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.

Tanaman selingan Tanaman selingan: Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok sawit ditanam. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman selingan ialah: Tanaman itu memberi keuntungan dalam masa tiga tahun. Tanaman itu tidak memberi persaingan yang boleh menjejaskan kesuburan pokok kelapa sawit dari segi zat-zat pemakanan, air dan cahaya matahari. Ada pasaran atau mudah memasarkan hasil tanaman selingan itu.

Ternakan Ternakan : Haiwan ternakan terutamanya kambing biri-biri mempunyai potensi yang baik untuk diternakkan diladang kelapa sawit. Disamping menambahkan hasil dari jualan ternakan, ia dapat juga mengurangkan kos pengawalan rumpai.

Pupuk NPK Niphoska


July 19th, 2011

Pupuk NPK Plus Organik NIPHOSKA merupakan pupuk majemuk yang sangat berguna bagi tanaman. Pupuk NPK Plus Organik NIPHOSKA dapat meningkatkan hasil panen karena mengandung unsur makro primer yaitu N, P dan K yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk NPK Plus Organik NIPHOSKA mengandung unsur makro sekunder yaitu Ca dan Mg yang diperlukan untuk memperkuat jaringan tanaman yang meliputi bunga dan buah. Pupuk NPK Plus Organik NIPHOSKA juga dilengkapi dengan unsur mikro yang bermanfaat untuk menyempurnakan metabolisme dan fisiologis tanaman. Unsur Mn dan Zn diperlukan tanaman untuk proses asimilasi pembentukan daun. Bentuk : granul / butiran Warna : merah bata

Ijin Pupuk : No.320DJ/Ilka/Prinsip/VII/99 G. 581/Binus/IX/99 G. 768/DEPTAN PPI/III/2009 Ukuran Kemasan : 50 kg dan 25 kg SNI : 023775.1905 Harga : Rp. 1.100 / kg

Pupuk SP-36
June 4th, 2011

Pupuk SP Plus 3.6 merupakan salah satu jenis pupuk SP-36 kontemporer. Pupuk SP Plus 3.6 hadir dikarenakan petani semakin sulit untuk memperoleh pupuk SP-36. Pupuk SP Plus 3.6 dapat meningkatkan hasil panen karena mengandung unsur makro primer yaitu unsur Phospate yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk SP Plus 3.6 cocok untuk areal produksi tanaman yang dipergunakan terus-menerus tanpa di ikuti pemupukan seimbang sehingga mengakibatkan penurunan kualitas struktur, tekstur dan kesuburan tanah. Bentuk : Granul / butiran Warna : abu-abu

Ijin Pupuk : No.152/13-25/ilka/II/99 G. 581/Binus/IX/99 G. 824/DEPTAN PPI/VI/2009 Ukuran Kemasan : 50 kg SNI : 023775.1905 Harga : Rp. 950 / kg Fri, 19 Aug 2011 Komoditi Kelapa Sawit

Ketersediaan Lahan Komoditi Kelapa Sawit

No 1 2 3

Nama Daerah Bangka-Belitung Banten Bengkulu

Luas Lahan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 107.023 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 9.192 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 202.863

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Jambi Jambi Jambi Jawa Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kepulauan Riau Lampung Papua Papua Papua Barat Riau Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sumatera Barat

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 483.866 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 400.168 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 493.678 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 10.580 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 499.542 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 489.062 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 243.451 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 290.852 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 184.290 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.114.320 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 409.466 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 8.256 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 152.511 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 41 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 19.818 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 25.467 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.673.250 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 94.319 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 15.944 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 46.655 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 21.033 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 327.647

26 27

Sumatera Selatan Sumatera Utara

Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 690.729 Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 1.017.570

Senin, 17 Maret 2008

PEMUPUKAN
Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk produksi buah. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan.

A. PERANAN UNSUR HARA Nitrogen Penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan menghambat pertumbuhan. Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi. Defisiensi N

Defisiensi N - drainase buruk Defisiensi Cu - ujung daun kering Penyebab defisiensi Nitrogen : Terhambatnya mineralisasi Nitrogen, aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, pemupukan Nitrogen tidak efektif. Upaya : Aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan gulma. Phosphor Penyusun ADP/ATP, memperkuat batang dan merangsang perkembangan akar serta memperbaiki mutu buah Kekurangan P sulit dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing. Indikasi kekurangan P : Daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit tumbuh dengan bintil akar yang sedikit. Penyebab defisiensi P : P tanah rendah ( < 15 ppm ), Top Soil tererosi, kurangnya pupuk P dan kemasaman tanah tinggi. Upaya : Aplikasi P dipinggir piringan/gawangan, kurangi erosi, tingkatkan status P tanah, dan perbaiki kemasaman tanah. Kalium Aktifitas stomata, aktifitas enzim dan sintesa minyak. Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit serta jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan K menyebabkan bercak kuning/transparan, white stripe, daun tua kering dan mati. Kekurangan K berasosiasi dengan munculnya penyakit seperti Ganoderma. Kelebihan K merangsang gejala kekurangan B sehingga rasio minyak terhadap tandan menurun. Penyebab kekurangan K : K didalam tanah rendah, kurangnya pupuk K, kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah. Upaya : Aplikasi K yang cukup, aplikasi tandan kelapa sawit, perbaiki kemampuan tukar kation tanah dan aplikasi pupuk K pada pinggir piringan. Defisiensi K - Bercak oranye (Confluent Orange Spotting) Magnesium ( Mg ) Penyusun klorofil, dan berperanan dalam respirasi tanaman, maupun pengaktifan enzim. Kekurangan Mg menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, kuning kecoklatan lalu kering. Penyebab defisiensi Mg : Rendahnya Mg didalam tanah, kurangnya aplikasi Mg, ketidak seimbangan Mg dengan kation lain, curah hujan tinggi ( > 3.500 mm/tahun ), tekstur pasir dengan top soil tipis. Upaya : Rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5 dan 1,2, aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit jika kemasaman tinggi, pupuk ditabur pada pinggir piringan. Defisiensi Mg - Sisi daun yang terkena sinar matahari menguning. Defisiensi Cu - Ujung anak daun nekrosis Tumbuh kerdil Tembaga ( Cu ) Pembentukan klorofil dan katalisator proses fisiologi tanaman. Kekurangan Cu menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat Yellow. Jaringan klorosis hijau pucat - kekuningan muncul ditengah anak daun muda. Bercak kuning berkembang diantara jaringan klorosis. Daun pendek, kuning pucat kemudian mati. Penyebab defisiensi Cu : Rendahnya Cu didalam tanah gambut atau pasir, tingginya aplikasi Mg, aplikasi N dan P tanpa K yang cukup.

Upaya : Perbaiki rendahnya K tanah, basahi tajuk dengan 200 ppm Cu SO4. Boron Meristimatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein. Kekurangan Boron menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh dan berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata. Penyebab defisiensi Boron : Rendahnya B tanah, tingginya aplikasi N, K dan Ca. Upaya : Aplikasi 0,1 - 0,2 kg/pohon/tahun pada pangkal batang. Pelepah memendek, Malformasi anak daun, Daun mengkerut

B. JENIS DAN SIFAT PUPUK Sumber Hara 1. Tanah 2. Residu tanaman : Pelepah, Tandan Kelapa Sawit, Abu janjang, Limbah cair dan kacangan penutup tanah. 3. Pupuk An-Organik : Tunggal, Campur, Majemuk, Majemuk khusus Pupuk An-Organik 1. Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi. 2. Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan. 3. Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama, harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya aplikasi murah, sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan. 4. Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus, seperti dalam bentuk tablet atau pelet. Harga per satuan hara lebih mahal dibandingkan pupuk lainnya, efektivitas masih perlu diuji. Sifat Pupuk Sifat pupuk sangat beragam sehingga pemilihan pupuk hendaknya mengacu pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang telah ada.

C. Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadual, umur tanaman. Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 40 Cm. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk. Boron ditebarkan diketiak pelepah daun ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang berdekatan. Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm. Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu. Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pada Tanah Gambut : Umur (Bulan)* Dosis Pupuk (gram/pohon) Umur Tan Urea RP MOP (KCl) Dolomit HGF-B CuSO4 Lubang tan 25 3 100 150 200 100 6 150 50 250 100 9 150 200 250 150 25 12 200 00 300 200 25 20 300 300 350 250 Umur Tan Urea 24 350 28 350 32 450 *) Setelah tanam dilapangan RP 300 450 450 MOP (KCl) 350 450 500 Dolomit 300 350 350 HGF-B 50 50 CuSO4 -

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pada Tanah Mineral : Umur (Bulan)* Dosis Pupuk (gram/pohon) Umur Tan Urea TSP MOP (KCl) Kieserite HGF-B RP Lubang tan 500 1 100 3 250 100 150 100 5 250 100 150 100 8 250 200 350 250 20 12 500 200 350 250 ` 16 500 200 500 500 30 ` 20 500 200 500 500 ` 24 500 200 750 500 50 ` 28 750 300 1.000 750 ` 32 750 300 1.000 750 *) Setelah tanam di lapangan

D. Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM) Sasaran pemupukan : 4 T ( Tepat jenis, dosis, waktu dan metode) Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisa daun, jenis tanah, produksi tanaman, hasil percobaan dan kondisi visual tanaman. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan sebaran curah hujan. Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan ( TM ) Pada Tanah Gambut : Kelompok Umur (Tahun) Dosis Pupuk (kg/pohon/thn) Umur Tan Urea RP MOP(KCl) Dolomit Jumlah 38 2,00 1,75 1,50 1,50 6,75 9 13 2,50 2,75 2,25 2,00 9,50 14 20 1,50 2,25 2,00 2,00 8,00 21 25 1,50 1,50 1,25 1,50 5,75

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan (T M ) Pada Tanah Mineral : Kelompok Umur (Tahun) Dosis Pupuk (kg/pohon/thn)

Umur Tan 38 9 13 14 20 21 25

Urea 2,00 2,75 2,50 1,75

SP-36 1,50 2,25 2,00 1,25

MOP(KCl) 1,50 2,25 2,00 1,25

Kieserite 1,00 1,50 1,50 1,00

Jumlah 6,00 8,75 7,75 5,25

E. Unsur Hara Yang Diambil Oleh Tanaman Jumlah Unsur Hara yang diangkut oleh tanaman Kelapa Sawit dari dalam tanah per Ha/tahun. Komponen Jumlah unsur Hara (kg/ha/thn) Komponen Tanaman N P K Mg Ca Pertumbuhan Vegetatif 40,9 3,1 55,7 11,5 13,8 Pelepah Daun yang ditunas 67,2 8,9 86,2 22,4 61,6 Produksi TBS (25 ton/ha) 73,2 11,6 93,4 20,8 19,5 Bungan Jantan 11,2 24 16,1 6,6 4,4 Jumlah 192,5 47,6 251,4 61,3 99,3

Jumlah Pupuk yang diangkut oleh Tanaman Kelapa Sawit per Ha/tahun Komponen Jumlah unsure Hara (kg/ha/thn) Komponen Tanaman Urea SP36 KCl Kieserite Dolomit Pertumbuhan Vegetatif 88,9 19,7 354 70,7 86,8 Pelepah Daun yang ditunas 146,1 56,6 594 127,9 156,9 Bungan Jantan 24,4 52,7 102 40,6 49,8 Jumlah 418,5 302,8 1.599 376,9 462,5

F. Waktu Dan Frekwensi Pemupukan Waktu Pemupukan Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan. Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan. Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP (KCl) dan Urea/Z A. Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A minimal 2 minggu. Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.

Frekwensi Pemupukan Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur - kondisi tanaman. Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan frekwensi yang lebih banyak. Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT


April 5, 2010

KATA PENGANTAR Makalah ini digunakan sebagai materi training SMDP-A5 yang merupakan pelatihan para calon Askep agronomi untuk memberikan bekal pengetahuan tentang pengelolaan pupuk dan pemupukan kelapa sawit. Pengetahuan dasar teknik mengenai pupuk dan pemupukan sudah barang tentu mutlak diperlukan untuk bisa melakukan pengelolaan pemupukan dengan baik. Terkait dengan hal tsb maka dalam makalah ini diberikan penekanan tentang bagamaimana mengelola pemupukan dengan tujuan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas yang maksimal. I. PENTINGNYA PEMUPUKAN

Pemupukan harus dikelola dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya tujuan pemupukan, mengingat biaya pemupukan merupakan salah satu komponen biaya produksi yang besar. Menurut Suwandi, et.al., 1987, bahwa biaya pemupukan sekitar 40 60% dari biaya perawatan atau sekitar 20% dari total biaya produksi. Pada Perkebunan Sinar Mas, biaya pemupukan adalah sebesar US $ 38.74 / ton produk kelapa sawit atau sekitar 21% dari total biaya (Tan, 1998). Oleh karena itu sangat penting selalu diupayakan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan. Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah) dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Jadi peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan. Disamping itu, pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap dari tanah berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) Tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, (2) Tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi tinggi, (3) Penggunaan varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar, (4) Unsur hara yang terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah. Karena itu pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan tanah. Tingginya hara yang terangkut oleh tanaman kelapa sawit, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan adalah K, lalu berturut-turut N, Mg, P. Unsur Hara Dalam Tanaman Kelapa Sawit (Ng and Tamboo, 1967 dalam von Uexkull and Fairhurst, 1991)

Uraian N
- Diangkut saat panen - Immobil dalam jaringan - Dikembalikan ke tanah Total Hara Persen Hara diangkut per Total Total Hara/ Ha (148 pkk/Ha) Hara per Ton TBS Total (Diangkut + Immobil) 0.49 0.27 0.53 1.29 38 191 8.0 0.76

Kg/Pkk/Th P
0.08 0.022 0.076 0.178 45 26 1.1 0.102

P2O5
0.18 0.05 0.17 0.40 45 59 2.5 0.23

K
0.63 0.47 0.69 1.79 35 265 11.0 1.10

K2O
0.76 0.57 0.83 2.16 35 320 13.3 1.33

Mg
0.14 0.07 0.19 0.40 35 59 2.5 0.21

MgO
0.23 0.12 0.32 0.67 35 99 4.1 0.35

Equivalent Pupuk

1.65 Urea

0.5 TSP

2.22 MOP

1.3 KIES.

Produksi 24 Ton/Ha/Th. Jumlah pupuk yang diaplikasikan ke tanah, paling tidak bisa menggantikan jumlah hara yang diangkut dan tidak kembali ke dalam tanah. Kondisi ini minimal dapat mencegah terjadinya penurunan kesuburan tanah, dengan catatan tidak terjadi kehilangan hara dari tanah akibat pencucian, erosi, penguapan dsb. Dan sebaliknya jika ingin meningkatkan kesuburan tanah maka jumlah pupuk yang diaplikasi harus lebih besar dari yang diangkut saat panen. Banyak hasil penelitian yang telah dipublikasikan bahwa aplikasi pupuk akan meningkatkan produksi secara nyata. Hasil penelitian SMARTRI, diantaranya adalah di libo (LBE-14), memberikan gambaran bahwa peningkatan dosis aplikasi TSP dari 70 menjadi 347 gr/Pkk pada tanaman berumur 1 dan 2 tahun dapat meningkatkan rerata jumlah pelepah dari 48.4 menjadi 54.6. Pada saat produksi, dosis pupuk setara dengan 1.5 kg TSP/pkk/th memberikan produksi terbaik. Peningkatan produksi mencapai 2 kali lipat (100%) dibandingkan pada tanaman tanpa pupuk P. II. PENGELOLAAN PEMUPUKAN Pengelolaan pemupukan dimulai sejak pupuk diterima di gudang sampai dengan diaplikasikan di lapangan, yaitu secara garis besar berurutan sbb: Gudang Penyimpanan Pengeluaran dari Gudang Pengangkutan Pengeceran di lapangan Aplikasi di lapangan. Agar dilakukan pengawasan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas pemupukan. Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi pada setiap tahap kegiatan tsb di atas, baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan saat aplikasi pupuk. 2.1. Gudang Di Gudang terjadi 3 kegiatan adalah penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran pupuk. Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis, jumlah, dan kondisi pupuk. Pengambilan sample pupuk dilakukan sesuai dengan SOP dan selanjutnya dikirim ke laboratorium SMARTRI-Libo atau Regional Laboratorium yang telah beroperasi di beberapa PKS untuk menentukan kadar hara pupuk. Yang sangat penting, pada saat pengambilan sample juga dilakukan pengamatan fisik pupuk apakah sesuai dengan spesifikasi pupuk, kondisi kemasan dsb. Penyimpanan di gudang dipastikan bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan tidak terekspos sinar matahari langsung (panas). Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat dilakukan secara first in first out (FIFO) setiap jenis pupuk. Hal ini akan menjamin bahwa penerapan aplikasi pemupukan berimbang dapat dilaksanakan dengan baik. Beberapa permasalahan yang masih dijumpai di lapangan adalah:

Kapasitas gudang kurang. Sebagian pupuk disimpan di luar gudang diberi penutup lembar plastik. Penempatan pupuk yang kurang tepat sehingga tidak mendukung pelaksanaan FIFO dan pemupukan berimbang. Seluruh jenis pupuk ditempatkan pada batch yang sama dengan cara penumpukan. Jenis pupuk yang datang pertama akan berada pada posisi terbawah,

dst. Akibatnya pergantian jenia pupuk dapat dilakukan setelah habis satu jenis, tidak bisa secara bersamaan beberama jenis pupuk. Pengambilan sample pupuk masih kurang sesuai dengan SOP. Hasil analisa Laboratorium yang terlalu lama.

2.2. Pengangkutan dan Pengeceran Pengangkutan dipastikan pupuk aman sampai di blok, tidak terjadi kebocoran di jalan. Pengeceran dilakukan sesuai dengan jumlah pohon setiap baris, serta dosis. Peta titik tanam sangat vital dalam melakukan pengeceran pupuk yang tepat. Pengeceran yang tepat akan sangat menentukan kemudahan pelaksanaan aplikasi dan ketepatan dosis. Pada lokasi tertentu yang masih rawan, diberikan tenaga pengawas khusus terhadap pupuk yang telah diecer di lapangan, karena sangat rawan pencurian. Bahkan jika dipandang perlu, pengangkutan pupuk dari gudang ke Blok diberi tenaga pengawal. Yang sangat direkomendasikan adalah sistim pengeceran dengan until. Pupuk sudah dibut per until di gudang, selanjutnya dilapangan dilakungan pengeceran di CR. Beberapa kebun juga masih menggunakan pengeceran langsung sak pupuk di lapangan. 2.3. Aplikasi Pupuk Aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektifitas pemupukan. Istilah umum adalah 4 tepat, yaitu: Tepat Waktu, Dosis, Jenis, Cara, dan biasanya masih ditambahkan satu tepat lagi, yaitu Tepat pelaporan (data). Sehingga disebut 4 tepat, 5 sempurna.

Waktu

Pengertian waktu di sini adalah frekuensi pemupukan, selang waktu antar aplikasi pupuk sama jenis, selang waktu antar aplikasi pupuk berbeda, kondisi cuaca dan kelembaban tanah. Waktu pemupukan akan sangat menentukan besarnya prosentase hara pupuk yang dapat diserap tanaman dan juga tingkat kehilangan hara pupuk. Pada dasarnya, pemupukan ideal dilakukan pada saat kondisi tanah lembab atau kadar air pada saat kapasitas lapang, yaitu saat awal dan akhir musim hujan. Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali per tahun yaitu semester-1 dan semester2. Frekuensi pemupukan tergantung jenis pupuk dan sifat lahan (tanah & iklim). Misalnya pada tanah pasir umumnya dilakukan pemupukan 3 kali per tahun, sedangkan pada tanah lempung/liat 2 kali per tahun. Pupuk P, umumnya dilakukan pemupukan cukup 1 x per tahun. Waktu aplikasi juga harus memperhatikan jenis pupuk, misalnya antara pupuk ammonium (N) dengan pupuk alkalis; antara pupuk K dan Mg. Selain itu, juga selang waktu antara aplikasi pertama dan kedua untuk jenis pupuk yang sama, serta selang waktu antara jenis pupuk yang berbeda. Faktor yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan kondisi kelembaban tanah saat aplikasi pupuk. Hal ini akan sangat menentikan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman

dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan, pencucian dsb. Stategi berikut diberikan sebagai pedoman pemupukan saat musim kering dan musim hujan.
A. Pemupukan saat musim kering

Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan > 75 mm/bulan. Aplikasi pupuk harus mmpertimbangkan frekuensi dan volume curah hujan dengan ketentuan: Pemupukan dihentikan jika 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan.

Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan dengan dengan curah hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut. Pemupukan dihentikan kembali apabila: untuk Urea, segera bila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut; untuk pupuk MOP, Kieserite, pupuk mikro segera setelah 7 hari berturutturut tidah hujan. (catatan: Pupuk RP, Super Fosfat, dan Dolomite dapat diaplikasi karena tidak terjadi penguapan).

B. Pemupukan saat musim hujan

Secara umum pemupukan diprogramkan pada bulan pada bulan dengan curah hujan < 250 mm/bulan. Pemupukan dilakukan pada saat curah hujan < 60 mm per minggu. Pemupukan dihentikan pada saat curah hujan > 60 mm per minggu.

Kecuali pada kondisi khusus di bawah ini, maka menggunakan pedoman berikut: Pada tanah sangat berpasir, pemupukan diprogramkan pada bulan dengan curah hujan < 200 mm/bulan. Pemupukan dilakukan apabila curah hujan < 40-45 mm per minggu dan pemupukan dihentikan apabila curah hujan > 40-45 mm per minggu. Pada areal dengan curah hujan tinggi seperti Papua, Muara Tawas/Kandis, pemupukan dilakukan pada periode curah hujan terendah. Berdasarkan data curah hujan selama puluhan tahun terakhir dan berpedoman pada startegi d atas, maka tabel di bawah ini memberikan perkiraan periode program aplikasi pemupukan setiap wilayah. Namun demikian, aplikasi pupuk aktual harus memperhatikan curah hujan di setiap kebun. Diprogramkan aplikasi seluruh pupuk setiap semester dapat diselesaikan dalam waktu 2 bulan. Timing recommended for manual fertiliser applications

Region
Sumut Riau Jambi (*) South Sumatra (*) (Palembang) Bangka Belitung Lampung (*) South Kalimantan Central Kalimantan West Kalimantan East Kalimantan Irian Jaya Jan Jan Feb Feb Mar Mar

Semester 1
Mar Apr Mar Apr Apr May Apr May Jul

Semester 2
Aug Sept mid Aug mid Oct Sep Oct Sep Oct

mid-Jul Aug Aug

Feb Mar Feb Mar mid Mar-mid May Apr May Jan Feb Feb Mar Feb Mar Jan Feb

Jul Jul Sept Sept Jun Jul Jul Jun

Aug Sept Aug Sept Oct Nov Oct Nov Jul Aug Aug Sept Aug Sept Jul Aug

mid Feb Mar Dec Jan Jan Dec

Dosis Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan dosis rekomendasi. Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistim pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses perawatan, dsb), sistim pengupahan, dsb. Pengeceran pupuk disesuaikan dengan kemampuan wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya. Alat aplikasi menjamin bahwa alat tsb memiliki keakuratan yang tinggi (variasi rendah) dan mudah digunakan (applicable). Alat dengan luas permukan semakin lebar variasi berat akan semakin besar, misalnya piring akan lebih besar variasi dibanding mangkok, dan mangkok akan lebih besar variasi dibanding tabung. Khusus untuk pupuk HGFB sangat disarankan menggunakan ex. tabung film, pertimbangannya karena memiliki ketepatan yang tinggi ( 25 gr/tab), serta kelipatannya sesuai dengan dosis umum pupuk HGFB yaitu biasanya kelipatan 25 gram. Alat aplikasi juga harus memiliki kelipatan bilangan asli (bukan desimal) dari dosis rekomendasi.

Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas tanah menjerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk. Oleh karena itu pada tanah pasir, dosis aplikasi cenderung lebih kecil tetapi frekuensi lebih tinggi. Peningkatan frekuensi akan menurunkan resiko kehilangan hara pupuk.

Jenis

Jenis pupuk yang diaplikasi harus sesuai dengan yang direkomendasikan. Jika karena sesuatu hal, maka konversi pupuk dapat dilakukan dengan menghubungi ke SMARTRI. Konversi jenis pupuk, selain mempertimbangkan kadar total hara, juga tingkat kelarutan, sifat-sifat hara pupuk dsb.

Cara

Yang dimaksudkan adalah dimana pupuk ditempatkan/diaplikasikan di lapangan dan cara menabur pupuk. Pertimbangannya adalah agar tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan hara pupuk, meminimalkan kompetisi dengan gulma, dsb. Di Perkebunan Sinar Mas dilakukan dengan 3 cara aplikasi yaitu manual, mekanis dengan fertilizer spreader, dan dengan pesawat. Hal ini terkait dengan keseragaman (homogenitas) penyebaran pupuk. Pupuk Urea, MOP dan Kies, disebar merata dalam piringan sampai batas luar, sedangkan pupuk P (RP, TSP dsb) ditabur di gawangan mati di atas pelepah untuk tanaman remaja/tua. Tindakan penyebaran pupuk ini adalah dengan tujuan menurunkan konsentrasi hara per m2. Tingginya konsentrasi hara akan berpotensi meningkatkan kehilangan hara pupuk melalui pencucian (leaching) atau aliran permukaan (run-off). Hal ini berhubungan dengan tingkat kapasitas tanah menjerap unsure hara. Sampai dengan saat ini, aplikasi mekanis (pesawat, fertilizer spreader) menunjukkan hasil yang baik, dari produksi dan kadar hara daun. III. KEHILANGAN HARA PUPUK Kehilangan hara pupuk dapat melalui beberapa cara yaitu: penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off), erosi. Jumlah dan proporsi kehilangan hara sangat dipengaruhi oleh sifa-sifat unsur hara itu sendiri, apakah banyak hilang karena penguapan, pencucian dsb.

Penguapan

Kehilangan N pada pupuk Urea akibat penguapan sangat beragam dan cukup tinggi yaitu 460%. Beberapa faktor yang mempengaruhi penguapan: - Kelembaban tanah: Aplikasi pupuk N pada saat tanah lembab, bukan saat tanah kering atau basah melebihi kapasitas lapang (jenuh air). - Pola curah hujan: Pada saat bulan kering dan curah hujan tinggi maka kehilangan N akan meningkat. - Jenis pupuk: Meskipun harganya paling murah sebagai sumber N, tetapi pupuk Urea terjadi penguapan yang sangat tinggi apalagi jika tidak segera tercampur dengan tanah setelah aplikasi. - Dosis pupuk: Semakin tinggi dosis maka resiko kehilangan hara akan semakin besar (absolut).

Pencucian

Kehilangan hara pupuk akibat pencucian berkisar antara 3-35%. Beberapa faktor yang mempengaruhi pencucian: - Jenis hara: Paling banyak adalah unsur N, dan juga K & Mg - Tekstur: Tanah pasir dengan sifat sangat rendah daya memegang air dan hara akan terjadi pencucian yang tinggi. - Pola curah hujan: Semakin tinggi curah hujan maka potensi terjadi pencucian juga akan meningkat. - Dosis pupuk: Mengingat kapasitas tanah menjerap hara terbatas, maka dosis pupuk tinggi akan berpotensi meningkatkan terjadinya pencucian.

Aliran Permukaan

Kehilangan hara pupuk akibat aliran permukaan dapat mencapai 22% dari N pupuk yang diaplikasi dan 12% K pupuk. Tingkat terjadinya aliran permukaan dipengaruhi oleh penutupan permukan dan kemiringan lereng. Pada tanaman TBM dengan penutupan LCC yang baik maka akan menurunkan proses aliran permukaan. Sedangkan jika terjadi suatu areal sangat terbuka misalnya sebagai akibat pemakaian herbisida yang berlebihan, maka aliran permukaan akan meningkat. Semakin curam lereng maka potensi aliran permukaan juga meningkat.

Erosi

Kehilangan hara pupuk akibat erosi adalah sekitar 11% N yang diaplikasi, tetapi umumnya lebih rendah untuk unsur P, K, dan Mg. Fenomena kehilangan hara akibat erosi hampir sama dengan akibat aliran permukaan. Perbedaannya adalah pada aliran permukaan, kehilangan hara dalam bentuk terlarut dalam air. Sedangkan yang terjadi akibat erosi adalah kehilangan hara dalam bentuk yang terkandung dalam material tanah. Jadi besar hara hilang sama dengan material tanah yang tererosi. Erosi terjadi pada lapisan atas tanah yang subur. IV. PENYERAPAN UNSUR HARA 4.1. Unsur Hara Terdapat 17 unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhannya dibagi menjadi unsur makro dan mikro. Unsur makro: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S ; Unsur Mikro: Fe, Mn, B, Zn, Cu, Mo, Cl, Co. Tidak semua unsur tsb dibutuhkan oleh semua tanaman, tergantung dari jenisnya. Unsur makro berarti dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit. Proporsi banyak sedikitnya unsur hara yang diserap tanaman tergantung jenis tanaman. Unsur C dan O diserap tanaman dari udara sebagai CO2 melalui proses fotosintesis sedangkan H diambil dari air tanah (H2O). Unsur lainnya diserap melalui tanah.

Unsur hara dari pupuk yang umumnya dibutuhkan kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Ca, B, Cu, Zn, Fe. Berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman kelapa sawit, unsur hara yang tergolong unsur makro adalah N, P, K, Mg, sedangkan unsur mikro adalah: B, Cu, Zn, Fe. Berdasarkan mobilitas unsur hara dalam tanaman dibagi menjadi 2, yaitu unsur mobil dan imobil. Unsur mobil adalah unsur hara yang dapat ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada saat jaringan muda tsb terjadi kekurangan hara (defisiensi). Sebaliknya unsur imobil adalah unsur hara yang tidak dapat ditranslokasikan. Imobilitas unsur hara pada tanaman dicirikan dengan munculnya gejala defisiensi dimana defisiensi unsur mobil selalu dimulai dari daun tua (bawah), sedangkan imobil pada daun muda. Unsur mobil: N, K, Mg; unsur imobil: unsure mikro B, Zn, Cu, Fe.

Bentuk unsur hara yang diserap tanaman disajikan pada table di bawah ini.

Unsur Hara
Nitrogen Fosfor Kalium Magnesium Kalsium Boron Tembaga Seng Besi Belerang Klor Mangan Molibdenum

Bentuk Diserap Tanaman


NH4+, NO2-, NO3HPO4-2, H2PO4K+ Mg+2 Ca+2 BO3-3 Cu+, Cu+2 Zn+2 Fe+2, Fe+3 SO3-2, SO4-2 ClMn+2, Mn+4 MoO4-2

4.2. Absorpsi Unsur Hara Unsur hara dalam tanah dapat diserap (absorpsi) oleh tanaman, syaratnya adalah unsur hara tsb harus terdapat pada permukaan akar. Penyerapan unsur hara melalui 3 cara, yaitu: (1) intersepsi akar, (2) aliran masa (mass flow), dan (3) difusi.

Intersepsi Akar

Akar tanaman tumbuh memasuki ruangan-ruangan pori tanah yang ditempati unsur hara, sehingga antara akar dan unsur hara terjadi kontak yang sangat dekat (kontak langsung), yang selanjutnya terjadi proses pertukaran ion. Ion-ion yang terdapat pada permukaan akar bertukaran dengan ion-ion pada permukaan komplek jerapan tanah. Jadi absorpsi unsur hara (ion) langsung dari permukaan padatan partikel tanah. Jumlah unsur hara yang dapat diserap melalui cara intersepsi akar dipengaruhi oleh sistim perakaran dan konsentrasi unsur hara dalam daerah perakaran. Hampir semua unsur hara dapat diserap melalui intersepsi akar, terutama Ca, Mg, Mn, dan Zn.

Aliran Masa

Air mengalir ke arah akar atau melalui akar itu sendiri. Sebagian lagi mengalir dari daerah sekitarnya akibat transpirasi maupun perbedaan potensial air dalam tanah. Gerakan air ini dapat secara horinsontal maupun vertical. Air tanah yang mengalir ini mengandung ion unsur hara. Jadi unsur hara mendekati permukaan akar tanaman karena terbawa oleh gerakan air tsb atau disebut aliran masa, yang selanjutnya diserap tanaman. Penyerapan melalui aliran masaa dipengaruhi oleh: (1) konsentrasi unsur hara dalam larutan tanah, (2) jumlah air yang ditanspirasikan (3) volume air efektif yang mengalir karena perbedaan potensial dan berkontak dengan akar. Aliran masa dapat menjadi kontribusi utama untuk unsur Ca, Mg, Zn, Cu, B, Fe. Unsur K juga dapat diserap melalui aliran masa, meskipun tidak terlalu besar.

Difusi

Proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara tanaman dan tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Faktor yang mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara permukaan akar dengan titik tertentu, kadar air tanah, volume akar tanaman. Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada tanah yang bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi hara di permukaan akar rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi/meningkat. Unsur P dan K diserap tanaman terutama melalui difusi.

V. JENIS, SIFAT, dan CIRI PUPUK Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur hara yang diberikan kepada tanaman karena dibutuhkan oleh tanaman. Dalam arti yang lebih sempit, pupuk adalah bahan organik dan anorganik yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman untuk menambah unsur hara tanaman dan meningkatkan produksi. Jenis dan sifat-sifat pupuk yang umum digunakan di perkebunan kelapa sawit disajikan pada lampiran. Jenis pupuk yang diaplikasikan di perkebunan sinar mas adalah pupuk anorganik (TSP, RP, MOP dsb) dan pupuk organic (JJK, LA, Kompos) yang merupakan limbah PKS (by product).

Penggolongan pupuk dapat didasarkan pada beberapa hal: - Kebutuhan tanaman: pupuk makro dan pupuk mikro.
Pupuk makro adalah pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yaitu Nitogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), dan Magnesium (Mg). Sedangkan pupuk mikro adalah pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, yaitu Boron (B), Copper (Cu), Zinc (Zn), dan Ferrum (Fe).

- Kandungan unsur hara: pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara makro. Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu macam unsur hara makro. - Jenis unsur hara: pupuk nitrogen, pupuk fosfat, pupuk kalium, pupuk magnesium, pupuk NPK, dll. Pupuk nitogen adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen. - Sumbernya: pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang diambil langsung dari alam sebagai bahan tambang tanpa adanya pemrosesan kimiawi. Sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dihasilkan dari proses secara buatan baik khemis maupun fisik. - Reaksi di dalam tanah: pupuk bersifat masam, pupuk bersifat basa, dan pupuk bersifat netral. Ini didasarkan pada pengaruh pupuk terhadap sifat kemasaman tanah. - Senyawa kimia: pupuk organik dan pupuk anorganik - Bentuk: pupuk padat, pupuk cair, dan pupuk gas VI. REKOMENDASI PEMUPUKAN Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah iklim dan unsur hara. Faktor iklim yang terdiri dari curah hujan, temperatur, kelembaban, radiasi, dsb merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan dan dikelola. Sedangkan faktor unsur hara dapat dilakukan pengendalian atau dikelola dengan cara pemupukan dan tindakan kultur teknis. Strategi dalam penyusunan rekomendasi pemupukan adalah memberikan unsur hara (dosis pupuk) yang mencukupi dan seimbang pada tanaman sehingga memungkinkan dicapainya produktifitas yang optimum. Untuk mencapai tujuan tsb, diperlukan rangkaian kerja yang saling berkaitan, yaitu: - Percobaan pemupukan. SMARTRI telah membangun rangkaian percobaan pemupukan yang menyebar hampir di seluruh wilayah perkebunan pada areal dengan kondisi tanah & iklim yang dominan dan dapat mewakili areal sekitarnya.

Pengambilan contoh daun (LSU) Pengamatan defisiensi hara Analisa daun di laboratorium Pengambilan contoh tanah (SSU) Analisa tanah di laboratorium Penyusunan rekomendasi Aplikasi pemupukan yang baik (jenis, dosis, cara, waktu) Data produksi dan pengelolaan kultur teknis

Semua data tsb diolah dan dianalisis untuk menentukan dosis pupuk yang direkomendasikan. Pengaruh pemupukan terhadap produksi memerlukan waktu sekitar 2 3 tahun. Selama waktu tsb, segala hal yang menyebabkan tanaman stress akan berpengaruh terhadap produksi. Misalnya tanaman akan cenderung membentuk bunga jantan jika pada saat determinasi sex terjadi stress air. Gambaran mengenai pengaruh stress ini disajikan pada diagram berikut (von Uexkull, H.R. and Fairhust, T.H. 1991) Faktor iklim merupakan hal yang sangat menarik dan penting mengingat kondisi iklim sangat menentukan tingkat produksi tanaman. Pengaruh curah hujan dengan produksi digambarkan seperti table di bawah ini dan gambar di lampiran yang merupakan hasil studi Caliman, J. P. di SBYE tahun 1997 dan 1999. Kekurangan air akan berpengaruh negatif terhadap produksi sampai dengan 2 tahun ke depan. Penurunan produksi tahun pertama berkisar antara 6-10% produksi normal per 100 mm defisit air dan tahun kedua berkisar antara 2-5% produksi normal per 100 mm defisit air. Besarnya pengaruh defisit air terhadap produksi dipengaruhi banyak faktor yang antara lain: umur tanaman, tingkat produksi saat terjadi kekeringan, fisiologis tanaman dsb. Pengaruh negatif umumnya dimulai 6 bulan setelah terjadi defisit air, misalnya aborsi janjang dsb. Akibat adanya defisit air yang besar, ada kemungkinan akan terjadi perubahan pola produksi. Perkiraan Produksi pada th. 1998 dan 1999 (Ton/Ha)

Water Defisit 1997 ( mm )


Produksi th. 1998 0 100 200 300 400 500 600 Produksi th. 1999 0 100 200

Umur dan Tahun Tanam


5/6 11 th 12 18 th > 18 th

1986 1991/1992
26 23.5 24.0 21.0 22.0 18.5 20.0 16.0 18.0 13.5 16.0 11.0 14.0 26 24.5 25.0 23.5 24.5

1980 1985
28 25.5 26.5 23.0 25.0 20.5 23.5 18.0 20.0 15.5 20.5 13.0 19.0 28 26.5 27.5 25.0 27.0

< 1980
26 24.0 24.5 22.5 23.0 20.5 21.5 19.0 20.0 17.0 18.5 15.0 17.0 26 25.0 24.5

300 400 500 600

22.0 23.5 21.0 23.0 19.5 22.0 18.0 21.0

23.5 26.5 22.0 26.0 20.5 25.5 19.0 25.0

23.5 23.0 22.0 21.0

Contoh: SBYE tahun tanam 1992, water deficit th. 1997 sebesar 600 mm, maka perkiraan produksi pada tahun 1998 = 12.5 1.5 ton/ha dan pada tahun 1999 = 19.5 1.5 ton/ha. Metodologi kegiatan rekomendasi pemupukan secara umum seperti pada diagram di bawah ini. Kondisi geografis sangat menentukan performance tanaman dan kadar hara daun optimum. Sebagai contoh, di areal Bangka, Sumsel kadar K optimum mendekati nilai 1.1%, sedangkan di wilayah Kalsel cukup sekitar 0.95%. Sebagai gambaran umum tabel di bawah ini menyajikan kriteria kadar hara daun. Kriteria Kadar Hara Daun pada Pelepah-17 (von Uexkull, H.R. and Fairhust, T.H. 1991)

Umur
< 6 Th

Unsur
N (%) P (%) K (%) Mg (%) Ca (%) S (%) Cl (%) B (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm)

Defisiensi
< 2.5 < 0.15 < 1.00 < 0.20 < 0.30 < 0.2 < 0.25 <8 <3 < 10 < 2.3 < 0.14 < 0.75 < 0.20

Optimum
2.6 2.9 0.16 0.19 1.1 1.3 0.3 0.45 0.5 0.7 0.25 0.40 0.5 0.7 15 25 58 12 -18 2.4 2.8 0.15 0.18 0.9 1.2 0.25 0.40

Kelebihan
> 3.1 > 0.25 > 1.8 > 0.7 > 0.7 > 0.6 > 1.0 > 40 > 15 > 80 > 3.0 > 0.25 > 1.6 > 0.7

6 Th

N (%) P (%) K (%) Mg (%)

Ca (%) S (%) Cl (%) B (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm)

< 0.25 < 0.20 < 0.25 <8 <3 < 10

0.5 0.75 0.25 0.35 0.5 0.7 15 25 58 12 18

> 1.0 > 0.6 > 1.0 > 40 > 15 > 80

VII. LAMPIRAN

Jenis dan Sifat Pupuk Standard Pupuk: SNI dan Sirim Malaysia

Tabel berikut menyajikan beberapa jenis dan sifat pupuk yang umum dipergunakan.
Jenis Pupuk Rumus Kimia Kadar Reaksi Bentuk Unsur Kemasaman Hara Utama
42 46% N Sedikit masam Kristral dan butir Kristal

Warna

Kelarutan Higroskopisitas dalam air

(NH2)2CO UREA ZA (Zwavelzure Ammoniak)/ Ammonium Sulfat Natrium Nitrat (NN) (NH4)2SO4

Putih

Mudah larut Higroskopis pada kelembaban nisbi 73% Mudah larut Higroskopis pada kelembaban nisbi 80%

20 21% N dan

Masam

Putih kelam sampai putih kekuningan

NaNO3

21 27% S 16 % N dan Netral sampai 26% Na basa Netral

Kristal

Berbagai warna: Mudah larut Higroskopis pada merah, kuning, kelembaban nisbi kelabu, dan ungu 72% Abu-abu Tergantung sumbernya. Abuabu keputihan, merah kecoklatan Dapat larut Tidak higroskopis Kelarutan sangat rendah Tidak higroskopis

TSP (Triple Super Ca(H2PO4)2.H2O 44-52% P2O5 Phosphate) Fosfat Alam (RP= Rock Phosphate) Ca3(PO4)2

Butiran (granul) Tepung (serbuk)

Sangat Netral sampai beragam basa tergantung sumbernya. 25 38% P2O5 52 60% Netral sampai K2O, dan 47 agak masam

Kalium Clorida (MOP=Muriate

KCl

Kristal

Merah, putih kotor Dapat larut

Kurang higroskopis, pada

of Potash) Kalium Sulfat (ZK=Zwavelzure Kali) Kieserit K2SO4

% Cl 49-53% K2O Netral sampai agak masam 27% MgO dan 22% S Kristal

kelembaban nisbi 84% Putih keabu-abuan Dapat larut Kurang higroskopis

MgSO4.H2O

Agak masam Tergantun Putih keabug abuan, atau putih sumberny a: Kristal dan tepung Basa Tepung Putih atau putih keabu-abuan Putih kotor Biru

Tergantung Tidak higroskopis sumbernya: Agak sukar larut sampai dapat larut Sukar larut Tidak higroskopis

Dolomit

CaMg(CO3)2

18-22% MgO, dan 40% CaO 45% B2O5 26% Cu dan 13% S 36% Zn 19% Fe

HGFB Copper Zinc Ferrum 15:15:6:4

Na2B4O7.5H2O CuSO4.5H2O ZnSO4.H2O FeSO4.7H2O

Kristal Masam Masam Masam Kristal Kristal Kristal Butir (granul)

Mudah larut Mudah larut Mudah larut Mudah larut

Higroskopis Higroskopis Higroskopis Higroskopis

15%N, Netral sampai 15%P2O5, agak masam 6% K2O, 4% MgO 12%N, 12%P2O5, 17%K2O, 2%MgO 13%N, 6%P2O5, 27%K2O, 4%MgO, 0.65% B Netral sampai agak masam

Coklat kemerahan Mudah larut Agak higroskopis

12:12:17:2

Butir (granul)

Merah kecoklatan Mudah larut Agak higroskopis

13:6:27:4:0.65B

Butir (granul)

Mudah larut Agak higroskopis

DAFTAR SNI UNTUK KOMODITI PUPUK

No Judul Standar

No. SNI

Parameter Analisis

Persyarat an
Min. 20 % Min. 23 % Maks. 0.1 % Maks. 1 % Min. 46 % Min. 40 % Maks. 4 % Maks. 4 % Min. 45 % Min. 43 % Min. 35 % Maks. 5 % Maks. 5 % Min. 0.2 %

Pupuk Amonium Sulfat (NH4)2SO4

02-176-1990

Pupuk Tripel Super Posfat (TSP/Ca(H2PO4)2

02-0086-1987

Pupuk Tripel Super Fosfat Plus Zn

02-2800-01992

Nitrogen Belerang Asam bebas sebagai H2SO4 Air Unsur hara fosfat : - Yang diserap sebagai P2O5 - Yang larut dalam air sebagai P 2O5 - Air - Yang larut sebagai H3PO4 Unsur hara fosfat sebagai P2O5 : - Total - Yang dapat diserap - Yang terlarut air - Air - Asam bebas sebagai H3PO4 - Zn sebagai ZNO

Pupuk NPK Padat

02-02803-2000

Pupuk Amonium Chlorida (NH4Cl)

02-2581-1992

Pupuk Dolomit (CaMg(CO3)2 02-2804-1992

7 8

Pupuk Kalium Chlorida 02-2805-1992 (Mriate of Potash/MOP/KCl Pupuk Mono Amonium Fosfat (MAP/NH4H2PO4) Urea Amonium Fosfat 02-2810-1992

00-2811-1992

10

Pupuk Diamnium Fosfat DAP/(NH4)2HPO4

02-2858-1992

11

Pupuk Super Fospat (SP-36) 02-3769-1995

- Nitrogen Total Min. 6 % - Fosfat larut asam sitrat 2 % sebagai P2O5 Min. 6 % - Kalium sebagai K2O Min. 6 % - Jumlah kadar N, P2O5 dan K2O Min. 30 % - Kadar Air Maks. 2 % Nitrogen Min. 26 % Air Maks. 1 % Asam sebagai HCl Maks. 0.08 % Magnesium sebagai MnO Min. 18 % Calsium sebagai CaO Min. 30 % Al2O3 + Fe2O3 Maks. 3 % Air Maks. 5 % Silikat sebagai SiO2 Maks. 3 % Bentuk tepung : 100 % - Lolos saringan 40 mesh Maks. 50 % - Lolos saringan 60 mesh Kalium sebagai K2O Min. 60 % Air Maks. 0.5 % Nitrogen Min. 11 % Fosfat sebagai P2O5 Min. 48 % Air Maks. 1 % Nitrogen Min 90 % Fosfat sebagai P2O5 Air Butiran : -Lolos ayakan Tyler 4 mesh dan tidak lolos 16 mesh Nitrogen Min.18 % Fosfat sebagai P2O5 Min. 46 % Air Maks. 1 % Ukuran butiran : Min. 80 % - Lolos 6 Tyler mesh tidak lolos 16 Tyler mesh Unsur hara fosfat sebagai P2O5 Min. 36 % - Total Min. 34 % - Yang dapat diserap Min. 30 % - Yanglarut air Min. 5 % - Belerang sebagai S Maks. 6 % - Asam bebas sebagai H3PO4 Maks. 5 % - Air
Uraian Unsur hara fosfat sebagai P2O5 - Total - Larut dalam asam sitrat 2 % - Larut dalam asam formiat 2 % - Ca dan mg setara CaO - R2O3 (Al2O3 + Fe2O3) - Air - Kehalusan - Lolos 80 mesh Tyler - Lolos 25 mesh Tyler Kualitas A Min. 28 % Min. 10 % Min. 14 % Min. 40 % Maks. 3 % Maks. 3 % Min. 50 % Min. 80 % Kualitas B Min. 24 % Min. 8 % Min. 40 % Maks. 6 % Mas. 3 % Min. 50 % Min. 80 % Kualitas C Min. 18 % Min. 6 % Min. 35 % Maks. 15 % Maks. 3 % Min. 50 % Min. 80 %

12

Pupuk Fosfat Alam untuk Pertanian

02-3776-1995

13 Pupuk Super Fosfat (SP- 02-4873-1998 36) Plus Zn

Unsur hara Posphor sebagai P2O5 - Total - Larut dalam asam sitrat 2 % - Larut air - Belerang sebagai S - Asam bebas sebagai H3PO4 - Zn sebagai ZnO - Air

Mi. 36 % Min. 34 % Min. 30 % Min. 5 % Maks. 6 % 0.2 0.3 % Maks. 5 ppm

14 Pupuk Borate

02-4959-1999

15 Pupuk Cair Sisa Proses Asam Amino (Simpramin)

02-4958-1999

Boron Oksida (B2O3) Natrium Oksida (NaCl) Sulfat (SO4) Kadmium (Cd) Keadaan : - Bentuk - Warna - pH - Bobot jensi pada 25C - Total Nitrogen - Bahan Organik

Min. 45 % Min. 20 % Maks. 0.02 % Maks. 35 ppm Cair Coklat kehitaman 5.5 - 6.5 1.10 4.0 % Min. 8.0 %

Standard SIRIMs Malaysia

No.
1.

Jenis Pupuk
Urea (granular & prilled) CO(NH2)2

Element Analysis
1. Total N 2. Biuret 1. Miosture d. Ash content a. Total N b. Free Acidity as H2SO4 c. Moisture 1. Ammoniacal NH4 2. Chlorida as NaCl 3. Total P as P2O5 d. Moisture 1. Total N b. Moisture

Spesifikasi
45.0 % min. 0.5 % max.(prilled) 1.0 % max granular 1.0 % max. 2.5 % max. 20.5 % min 0.03% max. 1.00 % max.

Reference
MS14 part 1 & 2 UDC661.717.5 631.4 (first revision) MS13 : 1993 UDC661.522. 631.841.1 (first revision) MS1330 : 1993 UDC661.521

2.

Ammonium Sulphate (NH4)2SO4

3.

Ammonium Chlorida NH4Cl

4.

Ammonium Nitrat NH4NO3 di-Ammonium posphat (NH4)2PO4

5.

6.

Triple Superphosphate Single Superphosphate

a. c.

7.

8.

Rock Phospate

a. b

25,0 % min. 2.0 % max. 2.0 % max. 25.0%min. (granular) 35.0%min. (prilled) 1.0%max. 1. a. Ammoniacal NH4 18.0% min. 2. Total P as P2O5 45.0% min. 3. Water soluble P as P2O5 41.0% min. 4. Moisture 2.0% max. Total P as P2O5 45.0 % min. 1. Citric Acid soluble P as P2O5 43,0 % min. 5.0 % max Moisture 1. Water soluble P as P2O5 18.0 % min. 1. Free phosphoric acid as P2O5 4.0 % max. 2. Moisture 5.0 % max. Total P as P2O5 28.0 % min. Citric Acid soluble P as P2O5 7.5 % min. 5.0 % max. 1. Limit of variation 3.0 % max. 2. Fluoride 1.0 % max. 3. Moisture 95 % min. 4. Passed of 500um 1. 2. 3. 1. 2. Total K2O Chloride Moisture Total K2O Sulphate as SO4 60,0 % main. 46,0 % min. 1,00 % max. 50,0 % min. 37,0 % min.

MS53 : 1993 (first revision) MS1329 : 1993 UDC631.859.13

SNI-02-2800-1992

MS51 : 1993 UDC631.855 MS46 : 1993 UDC631.85 (first revision)

9.

Potassium Chloride KCl Potassium Sulphate K2SO4

MS15 : 1993 UDC631.85 MS16 : 1993 UDC631.833.2

10.

11.

Kieserite MgSO4.H20 di-Sodium tetra Borate Pentahydrate Na2B4O7.5H2O Mixture Fertiliser

12.

3. 1. 2. 3. 1. 2.

Moisture Total MgO Sulphate as SO4 Moisture Total B as B2O3 Moisture

1,00 % max. 25,0 % min. 60,0 % min. 1,00 % max. 46,0% min. 1,00 % max.

(first revision) MS54 : 1993 UDC631.883 (first revision) MS1363 : 1993

13.

1. 1. 1. 1. 2. 3.

Total N, P2O5, K2O, MgO Water soluble as P2O5 itric Acid 2% as P2O5 Free Acidity as P2O5 Free Acidity as H2SO4 Moisture

10%max.permissible tolerances of quoted value 10%max.permissible tolerances of quoted value 10%max.permissible tolerances of quoted value 2.0% max. 1.0 % max. 5.0% max. (if contain TSP & SP)

MS644 : 1980 UDC631.8

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT PADA TBM


Jumat, 20 Mei 2011 14:05

: Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.

Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadual, umur tanaman. Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 - 40 Cm. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk.

Boron ditebarkan diketiak pelepah daun ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang berdekatan. Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm.

Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu.

Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT PADA TBM


Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Kelapa Sawit Pada Tanah Gambut : Umur (Bulan)* Lubang tanaman 3 6 9 12 Urea 100 150 150 200 Rock Phosphate 150 150 200 300 Dosos Pupuk (gram/pohon) MOP ( KCl) 200 250 250 300 Dolomit 100 100 150 150 HGF-B 25 CuSO4 25 -

16 20 24 28 32

250 300 350 350 450

300 300 300 450 450

300 350 350 450 500

200 250 300 350 350

25 50 50 -

*) Setelah tanam di lapangan

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Pada Tanah Mineral : Umur (Bulan)* Lubang tanaman 1 3 5 8 12 16 20 24 28 32 Urea 100 250 250 250 500 500 500 500 750 750 TSP 100 100 200 200 200 200 200 300 300 Dosos Pupuk (gram/pohon) MOP ( KCl) 150 150 350 350 500 500 750 1.000 1.000 Kieserite 100 100 250 250 500 500 500 750 750 HGF-B 20 30 50 Rock Phosphate 500 -

*) Setelah tanam di lapangan

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT PADA TM


Jumat, 20 Mei 2011 14:07 Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit

Sasaran pemupukan : 4 T ( Tepat jenis, dosis, waktu dan metode) Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisa daun, jenis tanah,

produksi tanaman, hasil percobaan dan kondisi visual tanaman.

Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan sebaran curah hujan.

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan ( TM ) Pada Tanah Gambut : Kelompok Umur (Tahun) 3-8 9 - 13 14 - 20 21 - 25 Urea 2,00 2,50 1,50 1,50 Rock Phosphate 1,75 2,75 2,25 1,50 Dosis Pupuk (kg/pohon/tahun) MOP (KCl) 1,50 2,25 2,00 1,25

Dolomit 1,50 2,00 2,00 1,50

Jumlah 6,75 9,50 8,00 5,75

Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan (T M ) Pada Tanah Mineral : Kelompok Umur (Tahun) 3-8 9 - 13 14 - 20 21 - 25 Urea 2,00 2,75 2,50 1,75 SP-36 1,50 2,25 2,00 1,25 Dosis Pupuk (gram/pohon) MOP ( KCl) 1,50 2,25 2,00 1,25 Kieserite 1,00 1,50 1,50 1,00 Jumlah 6,00 8,75 7,75 5,25

Teknologi Budidaya Kelapa Sawit


BB Pengkajian 1

PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti plasma). Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton PKO per hektar. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi untuk peningkatan produksi kelapa sawit. Buku ini

2 BB Pengkajian

menginformasikan teknik budidaya dan pasca panen kelapa sawit anjuran, sehingga hasil produksi sawitnya bisa lebih tinggi. SYARAT TUMBUH Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,05,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o. TEKNOLOGI BUDIDAYA Bahan Tanam Penyediaan benih dilakukan oleh balai-balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA). Balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih. Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibedakan menjadi Dura,

Teknologi Budidaya Kelapa Sawit


BB Pengkajian 3

Pisifera dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap dapat memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%. Pengecambahan Benih Tahapan pekerjaan dalam pengecambahan benih sebagai berikut: 1. Buah dikupas untuk memperoleh benih yang terlepas dari sabutnya. Pengupasan buah kelapa sawit dapat menggunakan mesin pengupas. 2. Benih direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru. 3. Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17%. 4. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam peti berukuran 30 cm x 20 cm x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C. 5. Benih diperiksa 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air

(gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang diperlukan yaitu antara 21- 22% untuk benih Dura dan 28-30% untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa kelembabannya. 6. Bila telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada pesemaian perkecambahan. 7. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15-20 hari kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap dipindahkan ke persemaian perkecambahan (prenursery ataupun nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit. Penyemaian Tahapan pekerjaan dalam penyemaian benih meliputi: 1. Benih yang sudah berkecambah disemai dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. 2. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 cm x 23 cm atau 15 cm x 23 cm (lay flat). 3. Polybag diisi dengan 1,5-2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. 4. Kecambah ditanam sedalam 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.

5. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery). 6. Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas

Teknologi Budidaya Kelapa Sawit


DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR . ii DAFTAR ISI .................................................................... iii PENDAHULUAN.............................................................. 1 SYARAT TUMBUH.......................................................... 2 TEKNOLOGI BUDIDAYA................................................. 2

Bahan Tanam....... 2 Pengecambahan Benih... 3 Penyemaian...... 4 Pemeliharaan Pembibitan.. 6 Pemindahan Bibit ke Lapangan. 7 Pemeliharaan Tanaman.. 10 PANEN.... 18 BAHAN BACAAN............................................................. 21

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, seri buku inovasi teknologi pertanian ini dapat diterbitkan. Buku-buku ini dapat menjadi rujukan bagi para praktisi dan pelaku usaha yang bergerak di bidang pertanian, khususnya para penyuluh lapangan dalam upaya menumbuhkan kegiatan usahatani yang lebih baik. Keseluruhan buku yang disusun pada tahun 2008 berjumlah 19 judul yang mencakup teknologi budidaya padi, jagung, kedelai, ketela pohon, cabai merah, pisang, kambing, itik, sapi potong, ayam buras, kelapa sawit, karet, kakao, kopi, jarak pagar, lada, nilam, jahe, dan panili.

Besar harapan kami, semoga buku-buku tersebut bermanfaat dalam rangka mendorong pengembangan agribisnis komoditas pertanian. Ucapan terima kasih kepada tim penyusun dari BPTP Lampung yang telah menginisiasi penerbitan buku ini, penyunting dan redaksi pelaksana, serta pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam penerbitan buku ini. Kritik dan saran penyempurnaan sangat kami harapkan. Bogor, Nopember 2008, Kepala Balai Besar Pengkajian, Dr. Muhrizal Sarwani

Seri buku inovasi: BUN/11/2008

Teknologi Budidaya

KELAPA SAWIT
PENYUSUN Kiswanto Jamhari Hadi Purwanta Bambang Wijayanto PENYUNTING DAN REDAKSI PELAKSANA Slameto Achmad Soim DESAIN DAN SETTING Tri Kusnanto ISBN: 978-979-1415-32-3 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2008

SUMBER DANA: DIPA BPTP LAMPUNG SKPA BADAN LITBANG PERTANIAN KEGIATAN APRESIASI GAPOKTAN PUAP TAHUN 2008 Oplah : 100 eksemplar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No.1a, Rajabasa, Bandar Lampung Telp. (0721)781776, Fax.(0721)705273 e-mail: bptp.lampung@telkom.net

Teknologi Budidaya Kelapa Sawit BB Pengkajian 21 BAHAN BACAAN Adelina Manurung, Masra Chairani dan Sjahrum Lubis. 1991. Perkiraan Perkembangan Areal Kelapa sawit dan Kebutuhan Bahan Tanaman dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap kedua. Buletin Perkebunan Vol.22 No.4. Pusat Penelitian Perkebunan Medan. Anonim. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim. 1990. Laporan Tahuan Komoditi Sawit. Kantor Pemasaran Bersama Perkebunan PN/PTP

Perkebunan I - XXXI. Jakarta. Anonim. 1988. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta. Poeloengan, Z. dan Sjahrum Lubis. 1992. Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri. Makalah untuk Agribusiness Week. P2PA. Jakarta. Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Indonesian Oil Palm & Palm Oil Price


Last updated on: September 11, 2011 Fresh Fruit Bunches Price Harga Tandan Buah Segar-TBS (in Kilogram)

CPO (Crude Palm Oil) = Rp. 6.630,91 PK (Palm Kernel) = Rp. 3.797,88
(source: Dinas Perkebunan Provinsi Riau)

Tender KPB: FOB Dumai none Rp 7.479/kg (inc. PPN) FOB Belawan none Rp 7.479/kg (inc. PPN)
(Closing Date : 12 May 10)

CIF Rotterdam: CIF Rott May 10 USD 820/Ton


(Closing Date : 10 May '10) (source: Gapki)

KELAPA SAWIT

Kelapa sawit

Pengelasan saintifik

Alam: Divisi: Kelas: Order: Famili: Genus: Spesies:

Tumbuhan Magnoliophyta Liliopsida Arecales Arecaceae Elaeis E. guineensis

Spesies berkait Elaeis oleifera

Kelapa sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Kelapa sawit afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala kelapa sawit amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pokok yang matang mempunyai satu batang pokok yang tunggal dan tumbuh sehingga 20 meter tingginya. Daunnya merupakan daun majmuk yang anak-anak daunnya tersusun lurus pada kedua-dua belah tulang daun utama seolah-olah bulu dan mencapai 3 hingga 5 meter panjangnya. Pokok yang muda menghasilkan lebih kurang 30 daun setiap tahun, dengan pokok yang matang yang melebihi 10 tahun menghasilkan lebih kurang 20 daun. Bunganya berbentuk rumpun yang padat. Setiap bunganya kecil sahaja, dengan tiga sepal dan tiga kelopak. Buahnya memakan 5 hingga 6 bulan untuk masak dari masa pendebungaan. Ia terdiri daripada lapisan luar yang berisi dan berminyak (perikarp), dengan biji tunggal (isirung) yang juga kaya dengan minyak. Berbanding dengan saudaranya, kelapa, kelapa sawit tidak menghasilkan tunas susur. Pembiakannya adalah melalui penyemaian biji-biji.

Isi kandungan
[sorokkan]

1 Sejarah kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia o 1.1 Taman Botani Bogor, Indonesia o 1.2 Perladangan kelapa sawit di Malaysia 2 Definisi o 2.1 Pelepah sawit o 2.2 Klasifikasi baka sawit o 2.3 Pembiakan benih sawit 3 Potensi minyak sawit 4 Komoditi pertanian utama 5 Kepentingan kelapa sawit 6 Serangga perosak 7 Teknologi baru o 7.1 Pensterilan berterusan o 7.2 Teknologi dandang baru o 7.3 Pembuangan benda asing o 7.4 Kitar semula o 7.5 Elak tuai, jual buah muda o 7.6 Minyak kelapa sawit sebagai minyak diesel 8 Kegunaan o 8.1 Aiskrim o 8.2 Konfeksi o 8.3 Krimer o 8.4 Serbuk santan o 8.5 Sosej dan burger 9 Persaingan peringkat dunia o 9.1 Saingan o 9.2 Minyak kacang soya, biji sesawi dan bunga matahari o 9.3 Tuduhan Kesatuan Kacang Soya Amerika 10 Cabaran globalisasi o 10.1 Pertambahan penduduk dunia o 10.2 Paten ke atas harta intelek atau produk o 10.3 Produk industri hiliran sawit yang mempunyai nilai tambah o 10.4 Kerjasama dan persefahaman antara negara 11 Pencemaran alam sekitar o 11.1 Tanaman sawit mesra alam sekitar o 11.2 Pencemaran alam sekitar oleh kilang sawit 12 Anugerah yang diterima o 12.1 Anugerah pekebun kelapa sawit terbaik o 12.2 Anugerah kilang sawit terbaik o 12.3 Kilang sawit contoh 13 Kesimpulan 14 Lihat juga 15 Pautan luar dan rujukan

1.Sejarah kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia


Industri sawit Malaysia dan Indonesia bermula apabila empat anak benih dari Afrika ditanam di Taman Botani Bogor, Indonesia pada tahun 1848. Benihnya dari Bogor ini kemudiannya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hiasan di Deli, Sumatera pada dekad 1870-an dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor pada tahun 1911-1912.
o Taman Botani Bogor, Indonesia

Di Taman Botani Bogor terdapat pohon kelapa sawit yang tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika. Taman botani ini yang seluas 87 hektar dibina pada tahun 1817, dan merupakan usaha Prof. Dr. Reinwadt, ahli botani Belanda. Terdapat 20,000 tanaman di sini yang tergolong dalam 6,000 spesies.
o Perladangan kelapa sawit di Malaysia

Industri sawit Malaysia bermula pada tahun 1917 apabila Ladang Tenmaran di Kuala Selangor ditanam dengan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Apabila pewarisan bentuk buah difahami, penanaman komersil beralih daripada bahan dura kepada kacukan dura x pisifera (D x P). Kacukan D x P menghasilkan buah tenera. Penanaman ladang yang menggunakan bahan D x P berlaku secara mendadak pada awal dekad 1960-an apabila Felda membuka tanah rancangan secara besar-besaran.

2.Definisi
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit yang berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropika, pada ketinggian 0 - 500 meter di atas aras laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur dan tempat terbuka, dengan kelembapan tinggi. Kelembapan tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2,000-2,500 mm setahun.
o Pelepah sawit

Bilangan pelepah yang dihasilkan meningkat sehingga 30 hingga 40 ketika berumur tiga hingga empat tahun dan kemudiannya menurun sehingga 18 hingga 25 pelepah. Pelepah sawit meliputi lai daun, dengan setiap satunya mengandungi lamina, racis tengah, petiol dan kelopak pelepah. Setiap pelepah mempunyai lebih kurang 100 pasang lai daun. Lai daun berukuran 55 sentimeter hingga 65 sentimeter dan menguncup, dengan lebarnya antara 2.5 sentimeter

hingga 4 sentimeter. Ada dua jenis bentuk kedudukan lai daun dalam Elaeis oleifera. Pelepah sawit tersusun dalam bentuk pusaran, dengan setiap lapan pelepah membentuk satu pusaran. Stomata atau rongga terbuka untuk menerima cahaya dalam proses fotosintesis wujud pada permukaan lai daun. Pelepah matang mempunyai duri, dan berukuran hingga 7.5 sentimeter, dengan petiol lebih kurang satu perempat daripada panjang pelepah.

Klasifikasi baka sawit

Sawit boleh diklasifikasikan kepada tiga jenis bentuk buah berdasarkan ketebalan tempurung, iaitu dura (tempurung tebal), tenera (tempurung nipis) dan pisifera (tiada tempurung). Buah tenera menghasilkan minyak yang lebih banyak berbanding buah dura kerana perbezaan ketebalan tempurung. Pisifera adalah buah betina mandul, iaitu bunga betina yang sepatutnya berkembang untuk menjadi buah dan tandan akan gugur sebelum matang. Keadaan ini menyebabkan pisifera tidak mengeluarkan tandan, sebaliknya banyak mengeluarkan bunga jantan. Namun, ada juga segelintir pisifera yang subur. Program pembiakan di Malaysia dan Indonesia sejak dekad 1920-an terhadap baka dari Deli untuk tujuan komersil telah menjadikannya seragam dan bermutu tinggi. Bahan ini kemudiannya dikenali sebagai dura Deli.
o Pembiakan benih sawit

Program pembiakan dan pemilihan baka sawit di Malaysia dimulakan oleh :


Jabatan Pertanian Malaysia pada tahun 1912 Institut Penyelidikan dan Pembangunan Pertanian Malaysia (MARDI) mulai tahun 1969 Institut Penyelidikan Minyak Sawit Malaysia (PORIM) pada tahun 1979 Lembaga Minyak Sawit Malaysia (MPOB) sejak tahun 2000.

Program pembiakbakaan sawit adalah berdasarkan kepada objektif-objektif yang berikut:


Meningkatkan hasil minyak Meningkatkan kualiti minyak Mengurangkan kadar ketinggian pokok Tahan kepada perosak dan penyakit

Induk untuk pengeluaran biji benih D x P dipilih berdasarkan hasil tandan dan komponen kualiti tandan dari pokok yang diketahui salasilahnya. Data ukuran vegetatif sering diambil kira ketika pemilihan. Rekod hasil dikumpul bagi tempoh tidak kurang empat tahun berturutturut. Komponen kualiti tandan seperti peratusan perahan minyak dan hasil isirung ditentukan melalui kaedah 'analisis tandan', dengan 3 - 5 tandan dianalisis bagi setiap pokok. Semua data yang dikumpul berdasarkan pokok individu.

Pemilihan Berulang Salingan (RRS) diamalkan untuk memilih induk, dengan dura dan pisifera dipilih secara berasingan, dan kemudian dikacukkan. Ujian progeni dijalankan untuk menilai keupayaan bergabung induk-induk berkenaan. Misalnya, pisifera AVROS bergabung baik dengan dura Deli untuk menghasilkan buah tandan segar (FFB) yang banyak dan perahan minyak yang tinggi . Pengeluaran biji benih D x P berpandukan kepada Piawai Malaysia MS157:1997, iaitu Biji Benih Kelapa Sawit Untuk Penanaman Komersil. Hanya D x P bermutu dikeluarkan dan dipasarkan kepada pengguna. Kawalan mutu yang tinggi dipastikan agar tidak berlaku pencemaran ketika mengumpulkan debunga pisifera dan pendebungaannya terkawal pada induk penanti dura. Pada tahun 2003, dianggarkan 58 juta benih D x P dikeluarkan di Malaysia. Jumlah keluaran pada tahun tersebut meningkat selepas pengurangan permintaan antara tahun-tahun 2000 hingga 2002. Peningkatan ini disebabkan oleh aktiviti penanaman semula.

3.Potensi minyak sawit


Program penyelidikan berjaya meningkatkan hasil minyak sawit berlipat kali ganda, berbanding hasil daripada pokok liar di Afrika. Sungguhpun wujud progeni dan pokok individu dengan hasil minyak melebihi 12 tan sehektar setahun, namun masih wujud ruang yang luas untuk mencapai potensi hasil maksimum sebanyak 18.2 tan sehektar setahun. Hasil tandan dan perahan minyak dura Deli serta kacukan dengan pisifera, terutama dengan baka AVROS, adalah unggul dan digunakan untuk menghasilkan bahan tanaman di seluruh dunia. Sungguhpun hasil buah tandan segar (FFB) daripada bahan D x P tidak meningkat dengan ketara berbanding bahan dura, namun hasil minyak telah dimajukan daripada 3.7 tan sehektar setahun (dura) kepada 6.3 tan sehektar setahun (D x P).

4.Komoditi pertanian utama


Kelapa sawit adalah salah satu komoditi pertanian utama bagi negara Malaysia yang perkembangannya demikian pesat. Selain pengeluaran minyak kelapa sawit yang tinggi, hasil sampingan juga tinggi. Secara umum, hasil dari industri kelapa sawit terdiri daripada tiga jenis, iaitu minyak cair, padat dan gas. Minyak kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (pensterilan), proses pembersihan, dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, minyak industri kelapa sawit mengandungi bahan organik yang tinggi sehingga berpotensi mencemari air tanah, dan sungai serta laut. Minyak likat kelapa sawit dibahagikan kepada dua jenis, iaitu:

Likat yang berasal daripada proses pengolahan: Limbah padat ini berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit, cangkang atau tempurung, serabut atau serat, enap cemar atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga dan lalat dan berpotensi menghasilkan bahan larut lesap. Likat yang berasal daripada pengolahan minyak cair: Limbah padat ini berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.

Kesimpulan daripada penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Ditinjau dari segi kematangan kompos (seperti nisbah C/N, profil suhu, penyusutan isi padu dan penampilan fizikal kompos), kecepatan proses pengkomposan TKKS dengan penambahan dan tanpa penambahan pengaktif (OrgaDec, Biostar dan EM4) adalah lebih kurang sama tempohnya, iaitu sekitar 13 minggu. 2. Keperluan air untuk proses pengkomposan TKKS berkisar antara 1.7 - 2.3 m. 3. Kandungan unsur hara kompos sekitar 0.4 % N, 0.029 - 0.05 % P2O5, dan 0.15 - 0.2 % K2O.

5.Kepentingan kelapa sawit


Industri makanan berasaskan minyak sawit di Malaysia telah mengalami perkembangan pesat sejak tiga dekad yang lalu. Kawasan tanaman sawit meningkat daripada anggaran satu juta hektar dalam tahun 1980 kepada dua juta hektar dalam tahun 1990, dan hari ini ia berada pada keluasan 3.8 juta hektar, bersamaan dengan lebih 500 juta pokok sawit. Dari segi penghasilan minyak sawit mentah (CPO), pengeluaran dicatat pada 13.35 juta tan dalam tahun 2003 daripada sejumlah 370 kilang buah sawit di seluruh negara. Industri ini juga turut terbabit secara meluas dalam aktiviti hiliran, daripada penapisan sehingga kepada penghasilan minyak masak dan oleokimia. Malaysia mempunyai jumlah penduduk yang agak kecil seramai 24 juta orang dan dengan itu, penggunaan minyak sawit secara tempatan adalah agak terhad. Oleh kerana itu, lebih 90 peratus pengeluaran minyak makan tahunan telah dieksport, menjadikan hasil sawit punca pendapatan tukaran wang asing yang penting untuk negara ini, serta tonggak ekonomi negara.

Nilai eksport minyak sawit pada tahun 2003 berjumlah RM 26.15 bilion ketika harga purata minyak sawit mentah berada pada paras RM 1,544 satu tan. Hari ini, Malaysia menyumbang anggaran 50 peratus daripada pengeluaran minyak sawit dunia dan anggaran 60 peratus daripada jumlah dagangannya. Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahawa sejumlah besar keluasan kawasan tanaman minyak sawit yang telah dikatakan ditanam di dalam kawasan hutan tropika, sebenarnya ditanam di kawasan hutan pembalakan, atau ditanam semula di dalam kawasan yang sebelum itu ditanam dengan tanaman lain. Contohnya, daripada tahun 1990 hingga 2000, ketika kawasan tanaman kelapa sawit di Malaysia meningkat sebanyak 1.4 juta hektar, kegiatan menanam getah, koko dan kelapa masing-masing menurun sebanyak 0.4, 0.3 dan 0.2 juta hektar. Sejumlah besar keluasan kawasan tanaman ini ditanam semula dengan kelapa sawit kerana ia tanaman yang lebih menguntungkan. Nilai pelaburan terkini dalam industri minyak sawit Malaysia dianggarkan sekitar RM62 bilion dengan sejumlah besar pembiayaan ini diperoleh dalam negeri. Peningkatan secara meluas penanaman sawit ini membawa pembangunan yang amat diperlukan di kawasan luar bandar, dan telah menjadi tulang belakang ekonomi luar bandar. Seramai 290,000 pekebun kecil di skim tanah kerajaan serta pekebun kecil persendirian, bergantung sepenuhnya kepada tanaman ini untuk kehidupan harian mereka. Hasil pendapatan daripada sawit membawa kesan penting dalam mengekalkan kestabilan sosioekonomi golongan ini. Tambahan pula, seramai 180,000 lagi pekerja di ladang sawit dengan jumlah pendapatan dan kebajikan mereka yang lain, adalah penyumbang besar kepada kestabilan politik dan sosio-ekonomi terutamanya ketika krisis kewangan Asia sekitar tahun 1997-1998.

6.Serangga perosak
Penyakit berkaitan kelapa sawit dikaitkan dengan serangga perosak daun sawit seperti ulat bungkus dan beluncas. Ulat bungkus ataupun beluncas yang banyak akan memakan daun sawit dengan begitu hebat sekali, sehingga menyebabkan daun tinggal bahagian lidinya saja. Pokok sawit akan kehilangan permukaan daun untuk melakukan proses fotosintesis bagi tujuan menghasilkan buah. Hasil akan merosot sebanyak 40 peratus bagi tempoh 2 tahun berikutnya. Biasanya keluasan tanaman sawit yang diserang adalah agak luas dan kadangkala membabitkan beberapa buah ladang yang berhampiran atau bersebelahan. Bilangan ulat bungkus yang melebihi 10 ekor larva hidup dan memakan daun bagi setiap pelepah sudah dianggap melebihi paras ambang dan perlu dikawal dengan menggunakan racun serangga. Cuaca panas yang berpanjangan menyebabkan peringkat serangga berkembang lebih cepat daripada biasa. Ini akan menyebabkan serangga perosak ini

mencapai peringkat dewasa dengan lebih cepat dan akhirnya mengawan, bertelur dan seterusnya meningkatkan populasinya. Ulat bungkus ataupun beluncas mempunyai musuh semula jadi tertentu seperti serangga parasitoid atau pemangsa. Musuh semula jadi seperti inilah yang sentiasa mengawal populasinya di bawah paras ambang. Sekiranya populasi musuh semula jadi adalah amat rendah, keupayaan perosak untuk meningkatkan bilangannya amat tinggi. Serangga parasitoid adalah jenis penyengat halus, yang hidup dengan cara bertelur di dalam badan serangga perosak tadi. Larvanya akan memakan tisu dalaman badan perosak tadi dan akhirnya membunuh perosak berkenaan. Serangga pemangsa pula adalah serangga lain yang bertindak dengan cara memakan atau menghisap cairan tubuh serangga perosak tersebut, sekali gus akan membunuhnya. Selain serangga, musuh semula jadi lain membabitkan daripada jenis mikrob seperti kulat, bakteria ataupun virus. Kewujudan mikrob ini juga bergantung kepada faktor cuaca. Biasanya mikrob akan lebih cepat merebak dalam keadaan cuaca yang lembap. Serangga parasitoid dan pemangsa memerlukan tempat perlindungan dan sumber makanan. Serangga parasitoid memerlukan nektar ataupun madu untuk melanjutkan tempoh hidupnya. Di dalam persekitaran ladang sawit, wujud pelbagai jenis tanaman bermanfaat yang mengeluarkan nektar sepert Cassia cobanensis, Euphorbia hetrophylla dan Antigonon leptopus. Penggunaan racun hanya dilakukan bila perlu saja. Pastikan ia pergi tepat ke sasaran (daun sawit) dan bukan ke kawasan persekitaran di mana terdapat kebanyakan musuh semula jadi. Perbuatan ini akan menurunkan bilangan musuh semula jadi dan sekali gus meningkatkan risiko berlakunya serangan merebak

7.Teknologi baru
Dari segi produktiviti, industri sawit masih tidak menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Tahun 2003, purata penghasilan minyak hanya 3.75 tan/hektar/tahun. Pengeluaran Buah Tandan Segar (BTS) dan Kadar Perahan Minyak (KPM) di tahap masingmasing 18.99 tan/hektar/tahun dan 19.75 peratus juga masih jauh rendah dari sasaran 35 tan/hektar/tahun dan 25 peratus.
o Pensterilan berterusan

MPOB berjaya membangunkan satu proses pensterilan tandan sawit secara berterusan di kilang. MPOB TOT 148 (2002): Continuous Sterilization of Oil Palm Fresh Fruit Bunches, by Sivasothy Kandiah, Rohaya Mohamad Halim, Yusof Basiron, Zulkifli Abd Rahman, and Ma Ah Ngan. Proses pensterilan tandan sawit secara berterusan yang dibangunkan MPOB berpotensi berdaya maju pada skala komersil. Antara kebaikan proses ini :

1. Tidak memerlukan gerabak sterilizer, trak rel, kren di atas, tippers, pengangkut pindahan dan traktor 2. Memberi peluang untuk keseluruhan proses di kilang sawit dibuat secara berterusan, boleh diautomatikkan dan mengurangkan penggunaan buruh. 3. Permintaan wap untuk proses pensterilan akan berada pada tahap yang tetap, mengurangkan ketidakstabilan tekanan wap, voltan dan frekuensi elektrik. 4. Ketidakstabilan berkenaan biasanya menyebabkan masalah menjurus kepada kehilangan produk yang tinggi, kualiti produk rendah dan pengurangan keseluruhan. 5. Mengurangkan atau menghilangkan keperluan pembakaran secara manual di boiler untuk memenuhi keperluan disebabkan ketidakstabilan tekanan wap, yang dapat meningkat kecekapan boiler, dan mengurangkan asap hitam/ tebal yang dikeluarkan boiler stack. 6. Mengurangkan tumpahan buah sawit di kilang dan membantu ke arah persekitaran kilang sawit yang lebih bersih 7. Membantu dalam reka bentuk dan pembinaan kilang sawit yang kecil dan mudah alih yang memerlukan pelan yang lebih ringkas berbanding kilang konventional. o Teknologi dandang baru

Teknologi Dandang masih baru iaitu inovasi pengilangan mesra alam dan berupaya mengawal pelepasan asap dan partikel lain bagi mengatasi masalah pencemaran alam. Teknologi baru ini sangat relevan dengan penekanan mengurangkan pelepasan gas rumah hijau bagi menstabilkan kepekatannya di atmosfera dan pada masa sama dapat menangani pemanasan sejagat berikutan kenaikan suhu air laut, kemarau dan ribut taufan.
o Pembuangan benda asing

Teknologi Pembuangan Benda Asing menggunakan proses pemisahan dua peringkat bagi pengasingan benda asing bersama buah lerai daripada tandan kosong. Manakala teknologi Pensterilan Berterusan dan Automasi Keseluruhan Kilang adalah teknologi pengilangan holistik yang membolehkan operasi dijalankan berterusan melalui kawalan komputer dan menggunakan keperluan tenaga kerja yang minimum. Manakala teknologi rawatan efluen terkini dan lebih sistematik, tidak memerlukan pembinaan kolam mendapan yang luas di kawasan kilang berbanding kaedah rawatan efluen sedia ada.
o Kitar semula

Kegiatan kitar semula melalui penggunaan bahan biojisim sawit (berasaskan bahan kering) telah berada di tahap 90%. Tahap ini dijangka akan meningkat melalui pelbagai inisiatif yang telah dilaksana untuk menggalakkan usahaniaga pengeluaran tenaga melalui bio-diesel sawit serta program tenaga baru, di samping pengeluaran pulpa dan kertas, serta bahan tambah nilai yang lain
o Elak tuai, jual buah muda

Pengurusan ladang dan pekebun kecil sawit di Malaysia terutama Pahang, Terengganu dan Kelantan diminta memberi kerjasama supaya tidak menuai buah sawit muda dan menjualnya kepada peniaga atau kilang bagi memastikan kilang hanya memproses buah sawit yang bermutu tinggi

Hasil pengeluaran kelapa sawit bagi negeri Pahang dan Kelantan pada bulan September 2004 menurun berbanding KPM bulan Ogos, iaitu masing-masing daripada 19.57 peratus kepada 19.13 peratus (-0.44%) dan 20.04 peratus kepada 19.60 peratus (-0.36%). Beberapa buah kilang pemprosesan dikenal pasti membeli dan memproses buah muda dalam jumlah peratusan tinggi iaitu antara 20 hingga 25 peratus. Setiap satu peratus buah muda diproses menyebabkan kejatuhan KPM sebanyak 0.6 peratus.
o Minyak kelapa sawit sebagai minyak diesel

Minyak solar diperoleh dari minyak bumi, dikenal sebagai bahan bakar motor diesel yang telah biasa digunakan. Sebagai pengganti minyak solar orang sekarang sudah mulai menggunakan biodiesel. Bahan bakar biodiesel berasal dari tumbuhan atau dari haiwan yang direaksikan dengan metanol (proses transesterifikasi) sehingga diperoleh minyak methil ester (ME). Selanjutnya methil ester sering disebut dengan biodiesel atau bahan bakar motor diesel yang berasal dari minyak tumbuhan atau haiwan. Biodiesel sudah banyak digunakan pada motor diesel tanpa modifikasi di Amerika Syarikat. Campuran yang banyak dipakai adalah 20% ME : 80% solar, dan 35% ME : 65% solar. Biodiesel murni (100%) sudah pula digunakan sejak 1994, dengan mesin yang sedikit dimodifikasi atau tanpa modifikasi . Penggunaan 100% ME dapat menurunkan emisi gas asap sampai 50%, tetapi tidak disarankan, kerana dapat merosakkan dan menyumbat saluran bahan bakar seperti paip dan pengedap. Minyak sawit yang telah direaksikan dengan metanol, dengan perbandingan 30% ME minyak sawit : 70% solar. Minyak sawit yang digunakan adalah minyak sawit yang tidak diproses menjadi minyak masak, karena kualiti yang kurang baik . Biodiesel nampaknya akan menjadi energi yang mempunyai prospek dan masa depan yang cerah, kerana: Biodiesel tidak beracun, biodegradable, essentially free of sulfur dan carcinogenic benzene, dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui, sumber yang dapat didaur ulang, tidak menambah secara signifikan terdapat akumulasi gas rumah kaca [2]. Disamping itu hasil penelitian Schumacher dan Spataru [5] menyimpulkan bahawa kenaikan ME dari kedelai dan canola akan mengakibatkan penurunan partikulat, hidrokarbon dan CO, tetapi menaikkan emisi Nox Konsumsi bahan bakar spesifik 30% ME hanya sekitar 2% lebih tinggi dibanding dengan solar murni. Demikian pula perbezaan torsi antara solar dan 30% ME hampir-hampir tidak berbeza, sedang perbezaan daya yang dihasilkan hanya sekitar 2%. Menurut kajian, tenaga yang dihasilkan biodiesel lebih rendah, rata-rata 118,000 Btu, dan solar rata-rata 130,500 Btu. Bilangan setana biodiesel lebih tinggi dibanding dengan solar. Rata-rata biodiesel 53, dan solar 42, sehingga dapat mengurangi detonasi atau knocking pada operasi mesin. Biodiesel cukup menjanjikan sebagai bahan bakar alternatif untuk motor diesel. Kadar asap yang relatif rendah pada putaran yang tinggi (dibawah 4 BSU), NOx yang lebih rendah, dan kandungan O2 yang tinggi dapat mengurangi pembentukan partikulat.

8.Kegunaan
Kelapa sawit dapat dipelbagaikan kegunaannya Jika getah dapat dipelbagaikan kegunaannya menjadi 1500 jenis barangan, begitu juga dengan kelapa sawit. Antara barangan yang terbaru hasil penyelidikan kelapa sawit telah dapat menghasilkan :
o Aiskrim

Antara kegunaan istimewa minyak sawit ialah sebagai bahan asas dalam pengeluaran aiskrim. Walaupun lemak susu adalah bahan paling sesuai digunakan dalam pembuatan aiskrim, minyak sayuran yang diadun istimewa boleh dijadikan bahan alternatif. Penggunaan minyak sawit dan minyak isirung sawit dalam pembuatan aiskrim bukan sahaja menghasilkan aiskrim lembut dan gebu, tetapi tidak mudah rosak.
o Konfeksi

Pengganti Lemak Koko (CBR) adalah lemak yang digunakan untuk menggantikan secara separa atau keseluruhan penggunaan lemak koko dalam pembuatan produk coklat dan konfeksi. Melalui proses pemisahan, minyak sawit dan minyak isirung sawit boleh digunakan untuk menghasilkan CBR. Produk coklat dan konfeksi yang diperbuat menggunakan CBR berasaskan minyak sawit mempunyai rasa hampir menyamai produk yang diperbuat menggunakan lemak koko. Ini kerana bahan berasaskan minyak sawit menghasilkan produk dengan permukaan berkilat, dapat bertahan lebih lama dan mudah cair apabila dimasukkan ke dalam mulut.
o Krimer

Adunan minyak sawit dan minyak isirung sawit, serta lain minyak digunakan secara meluas untuk menggantikan lemak susu dalam penyediaan krimer kopi bukan berasaskan tenusu. Krimer sawit menggantikan penggunaan krimer tenusu dalam penyediaan minuman kopi, serta ia tahan lebih lama dan lebih mudah digunakan. Minyak sawit dan minyak isirung sawit sangat sesuai digunakan untuk menghasilkan bahan krimer kerana ia tidak mudah mengalami oksidan, satu ciri yang mampu mengelakkan rasa tidak enak apabila kopi diminum. Secawan kopi yang menggunakan krimer berasaskan sawit lebih enak, berperisa dan memuaskan cita rasa peminumnya.
o Serbuk santan

Santan adalah bahan penting digunakan kebanyakan rakyat Malaysia untuk menghasilkan lauk-pauk dan kuih-muih tradisional atau moden. Minyak sawit yang diadun dan diproses menggunakan teknik sembur kering dapat menghasilkan bahan pengganti untuk serbuk santan kelapa. Serbuk santan berasaskan minyak sawit menyerupai santan kelapa komersil dari segi warna, bau, rupa dan rasanya. Serbuk santan berasaskan sawit juga memiliki nilai pemakanan yang baik kerana ia mengandungi kandungan lemak tepu yang rendah. Ia tahan lebih lama (tidak tengik) daripada tengik kerana mempunyai anti oksidan semulajadi seperti tokopherol dan tokotrienol.

Ia juga tidak mudah basi walaupun ditinggalkan dalam suhu bilik. Pada suhu 15C pula, ia dapat bertahan untuk tempoh sekurang-kurangnya selama tiga bulan.
o Sosej dan burger

Lelemak sawit juga boleh digunakan sebagai lelemak istimewa bagi menggantikan lemak haiwan dalam pembuatan makanan berasaskan daging seperti sosej, burger, bebola daging dan ayam, serta nugget. Diperbuat 100% daripada lelemak sawit, ia dirumus khusus sebagai pengganti lemak mentah lembu, ayam dan kulit ayam. Keluaran berasaskan sawit ini tidak menimbulkan rasa kurang enak makanan, malah menambah lagi keenakan sosej dan burger dihasilkan. Tanpa kolesterol dan mikrob makanan perosak, ia adalah makanan bersih dan halal untuk dinikmati. Mungkin anda tidak menyangka bahawa 80% daripada minyak sawit yang dihasilkan di Malaysia digunakan sebagai bahan makanan. Bagaimana dengan sejumlah 20% lagi? Selebihnya adalah untuk kegunaan dalam pembuatan produk bukan makanan yang akan dibincangkan minggu hadapan

9.Persaingan peringkat dunia


Malaysia perlu mematuhi keputusan Mekanisasi Pembangunan Bersih (CDM), satu prosedur ditetapkan mengikut Konvensyen Rangka kerja Perubahan Iklim (UNFCCC), bertujuan menstabilkan kepekatan gas rumah hijau (GHG) di atmosfera. Industri sawit Malaysia perlu mengambil kira penebasan hutan, pencemaran alam sekitar, hak asasi manusia dan perubahan iklim. Industri juga perlu membuat penyesuaian ke atas struktur dan sistem teknologi yang diguna pakai selari dengan keputusan UNFCCC dan pada masa sama, memastikan penghasilan produktiviti keluaran sawit terus dapat dipertingkatkan.
o Saingan

Persaingan minyak sawit dengan minyak sayuran dan lelemak lain dunia akan berterusan pada masa depan. Bagi mempertahankan Malaysia terus unggul sebagai pengeluar minyak sawit terbesar dunia. Langkah-langkah yang perlu diambil ialah :
1. 2. 3. 4. Inovasi dan teknologi pengeluaran produk makanan dari minyak sawit Biomas dari buangan sawit Biofuel dari minyak sawit Meningkatkan produktiviti minyak sawit.

Tindakan ini selaras dengan :


1. 2. 3. 4. 5. Dasar memenuhi permintaan makanan dunia Mengelakkan kemusnahan hutan Mengelakkan kemusnahan habitat haiwan Mesra alam. selaras dengan keputusan UNFCCC untuk menangani pemanasan sejagat melalui pengurangan pelepasan GHG ke atmosfera yang menyebabkan kenaikan suhu air laut, kemarau dan juga ribut taufan.

Minyak sawit akan menjadi minyak sayuran dan lelemak utama dunia. Oleh itu industri sawit perlu bersedia mengadaptasikan pendekatan pengurusan yang dapat mempertahankan kedudukan industri dari pesaing minyak sayuran dan lelemak lain dunia. 90% pengeluaran minyak sawit negara di eksport ke 140 buah negara seluruh dunia, selain menyumbang kepada 60% minyak sayuran dan lelemak yang di perdagangkan di pasaran dunia. Tidak mustahil minyak sawit akan di eksport dan digunakan semua penduduk 202 negara seluruh dunia pada masa akan datang.
o Minyak kacang soya, biji sesawi dan bunga matahari

Pada tahun 2003, keluasan hektar tanaman kacang soya, biji sesawi dan bunga matahari seluruh dunia masing-masing berjumlah 88.4 juta hektar (61%), 25.2 juta hektar (17.4%) dan 22.6 juta hektar (15.6%) jauh lebih besar berbanding keluasan tanaman sawit yang hanya berjumlah 8.5 juta hektar (5.9%). Namun, dari segi penghasilan, minyak kacang soya berjumlah 31.4 juta tan atau 38.5%, hanya berbeza 3.3% dengan keluaran minyak sawit berjumlah 28.7 juta tan atau 35.2%. Manakala pengeluaran minyak biji sesawi dan bunga matahari hanya masing-masing 12.5 juta tan atau 15.3% dan 9 juta tan atau 11%. Senario ini memberikan kelebihan kepada minyak sawit, malah lebih strategik sekiranya negara pengeluar minyak lain mengimport minyak sawit dari Malaysia dan tanaman berkenaan ditukar kepada tanaman makanan lain atau menanam hutan yang boleh memulihkan keadaan alam sekitar serta dapat mengurangkan pelepasan GHG yang membahayakan atmosfera. Malaysia berjaya merekacipta inovasi dan menghasilkan penemuan produk baru dari keluaran sawit seperti produk oleokimia, nutraseutikal, farmaseutikal, kosmetik, detergen, kelengkapan pendandanan, minyak masak, majerin, produk makanan dan lain -lain. Produk-produk ini bukan sahaja bermutu tinggi, malah lebih baik dan setanding produk lain yang ada di pasaran. Pulangan dari produk ini membantu sektor pertanian negara berkembang dan menjadi punca pendapatan utama kepada negara. Pada tahun 2003, kadar pertumbuhan sektor kelapa sawit mencapai 5.2% GDP berbanding unjuran awal 4.5% dan telah menyumbang sejumlah RM26.3 bilion kepada pendapatan negara hasil perolehan eksport.
o Tuduhan Kesatuan Kacang Soya Amerika

Pada tahun 1980an, Kesatuan Kacang Soya Amerika mendakwa :


1. Kononnya minyak sawit tidak sesuai dimakan manusia, kerana menyebabkan penyakit kanser.

Sebenarnya minyak sawit mengatasi minyak saingannya kerana pengeluarannya bebas daripada organisma yang dipinda secara genetik (GMO), sementara lemak yang dihasilkan adalah bebas trans, dan dengan itu adalah pilihan yang lebih sihat bagi pengguna. oleh kerana

itu mereka tidak lagi dapat membuat tuduhan bertentangan dengan kegunaan kelapa sawit yang pelbagai, lantaran itu mereka membuat tuduhan baru yang kononnya menurut mereka:
1. Mereka mendakwa penebangan hutan bagi tanaman sawit mencabul hak asasi 2. Memusnahkan habitat orang utan

Cubaan mereka gagal bagi menyekat pengimportan minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia dan bagi menyemarakkan lagi sekatan mereka Amerika Syarikat telah cuba meletakkan food safety standards and traceability ke atas minyak sawit yang diimport dari negara Malaysia dan Indonesia.

10.Cabaran globalisasi
Pada tahun 2000 hingga 2050, industri sawit perlu memberi perhatian dan menanganinya dengan bijak ke atas lima faktor luaran bagi memastikan industri berupaya bersaing dengan pengeluar minyak sayuran dan lelemak lain dunia.
o Pertambahan penduduk dunia

Penduduk dunia meningkat kepada 9 bilion pada tahun 2050. Permintaan ke atas minyak sawit akan meningkat sedangkan kawasan tanaman berkurangan. Tindakan proaktif yang perlu diambil ialah :

inovasi dan teknologi baru meningkatkan pengurusan ladang penggunaan bahan tanaman bermutu tinggi pembajaan berjadual menangani penyakit pokok kejenteraan ladang perlu diguna pakai Kemajuan dalam bidang internet dan e-komersil

Kemajuan dalam bidang internet dan e-komersil membolehkan pengilang dan peniaga mengurangkan kos pengeluaran. teknologi baru yang inovatif seperti teknologi Pensterilan Berterusan Buah Tandan Segar, Automasi Keseluruhan Kilang, Pemprosesan Tandan Kosong, Teknologi Pembuangan Benda Asing dan Rawatan Efluen bagi kilang pemprosesan buah sawit berjaya meningkatkan kecekapan pengilangan dan mengurangkan penggunaan pekerja sebanyak 50 peratus. Inovasi dan teknologi baru seperti ini akan di galakkan pemakaiannya kepada semua kilang pemprosesan buah sawit di seluruh negara.
o Paten ke atas harta intelek atau produk

Paten ke atas harta intelek atau produk hasil dari penyelidikan akan di tangani dengan sebaik mungkin bagi melindungi hak-hak penyelidik tempatan daripada diekploitasi pihak lain. Produk farmaseutikal dan nutraseutikal hasil pemerosesan dan penemuan baru daripada produk minyak sawit dijangka mempunyai peluang dan nilai pasaran besar di dalam atau pun di luar negara. Ia memerlukan pendaftaran paten bagi harta intelek ini untuk melindungi hasil penemuan dan hak penyelidik tempatan daripada diekploitasi pihak berkepentingan.

Produk industri hiliran sawit yang mempunyai nilai tambah

Produk industri hiliran sawit yang mempunyai nilai tambah akan diproses dalam negeri dan dieksport bagi mendapatkan pulangan yang lebih tinggi. Dahulu, Malaysia mengeksport minyak mentah sawit ke luar negara dan pemprosesan produk industri hiliran bagi nilai tambah di lakukan di negara pengimport. Kini, dasar kerajaan telah membolehkan syarikat multinasional membeli dan mengambil alih syarikat luar negara berkenaan. Ini adalah strategi yang dilaksanakan bagi membawa pulang teknologi memproses produk hiliran ke dalam negara supaya dapat melindungi kepentingan produk berkenaan sebagai cara memperkukuhkan lagi industri sawit negara tersebut.
o Kerjasama dan persefahaman antara negara

Kerjasama dan titik persefahaman dalam perdagangan yang membabitkan minyak sawit antara negara mestilah ada. Jurang perbezaan dan persefahaman adalah terlalu besar. Punca utamanya adalah untuk melindungi kepentingan perdagangan terutamanya, minyak sayuran dan lelemak keluaran negara masing-masing yang bersaing dengan minyak sawit di pasaran dunia.

11.Pencemaran alam sekitar


o Tanaman sawit mesra alam sekitar

World Wildlife Foundation (WWF) melaporkan habitat bagi hidupan spesies di dunia sedang diancam aktiviti pertanian. Contohnya, kelapa sawit adalah ancaman terbesar yang membahayakan hidupan mamalia. Populasi gajah Asia, badak sumbu Sumatera, Orang Utan dan harimau semakin pupus berikutan tanaman kelapa sawit merampas habitat mereka. Menurut WWF, pertanian adalah industri utama di dunia yang mengancam alam sekitar. Ia menyumbang kepada 1.3 bilion orang dan menghasilkan antara RM5 trilion nilai barangan setiap tahun, tetapi ia juga menyumbangkan kepada masalah alam sekitar, sosial dan ekonomi. Isu-isu ini dibincangkan di dalam buku WWF, World Agriculture and The Enviroment oleh Dr Jason Clay, Timbalan Presiden di Pusat Inovasi Pemuliharaan WWF Amerika Syarikat. Pertanian menggunakan lebih dari 50 peratus kawasan habitat di bumi ini termasuk tanah yang tidak sesuai untuk pertanian. Kawasan hutan seluas lebih empat kali saiz negara Switzerland dimusnahkan setiap tahun untuk tujuan pertanian. Punca air digunakan hampir atau melebihi had terutama di Semenanjung Arab, Amerika Syarikat, China dan India. Kesannya ke atas suhu dunia berkemungkinan mengganggu sumber bekalan air dunia. Pertanian mempunyai impak yang besar ke alam sekitar berbanding dengan aktiviti manusia yang lain. Hari ini ia mengancam sistem utama yang kita perlu mendapatkan keperluan makanan dan pakaian. Jenis amalan pertanian yang berbentuk baru dapat menghasilkan keperluan makanan untuk populasi yang semakin meningkat dan masih boleh menampung keperluan lain-lain hidupan di bumi ini.

Pemberian subsidi oleh kerajaan akan menggalakkan amalan pertanian yang menggunakan bahan kimia dan jentera berat yang menjejas alam sekitar. Contohnya di England, 77 peratus populasi burung menghadapi kepupusan dalam tempoh 30 tahun lalu. Negara seperti China, Jepun, Amerika Syarikat dan Kesatuan Eropah mengubah penyaluran pemberian subsidi dan halangan pasaran yang hanya akan menggalakkan persaingan yang tidak sihat kepada amalan pengurusan yang lebih baik. WWF dan Bank Dunia sedang mengkaji insentif kewangan bagi menggalakkan petani dan pelabur mengamalkan pengurusan yang lebih baik seperti menggalakkan pelabelan produk yang dihasilkan sebagai barangan yang mesra alam dan menawarkan pengurangan dalam risiko kewangan
o Pencemaran alam sekitar oleh kilang sawit

Dalam tahun 2002, sejumlah 68 buah kilang memproses kelapa sawit mentah telah dilesenkan di bawah Seksyen 18(1), Akta Kualiti Alam Sekeliling, 1974. Daripada 68 buah kilang kelapa sawit di Johor , sebanyak 34 premis telah diberikan lesen untuk melepaskan air buangan ke alurair dan 34 untuk pelupusan ke atas tanah. Sebagai insentif bagi kilang-kilang yang telah menunjukkan prestasi yang baik pada tahuntahun lepas, Jabatan Alam Sekitar telah memberi tempoh lesen 2 tahun kepada 10 buah kilang. Antara premis yang layak mendapat insentif tersebut adalah seperti berikut:

Kilang kelapa sawit di Teluk Intan ini merupakan kilang terbesar di Malaysia.

Lesen 2 tahun (2002-2004)


Kilang Kelapa Sawit Air Item, Kluang Kilang Kelapa Sawit CEP Rengam, Kluang Kilang Kelapa Sawit Chan Wing, Kluang Kilang Kelapa Sawit Coronation, Kota Tinggi Kilang Kelapa Sawit FELDA Adela, Kota Tinggi Kilang Kelapa Sawit FELDA Simpang Wa Ha, Kota Tinggi Kilang Kelapa Sawit Nordanal, Muar Kilang Kelapa Sawiit Sedenak, Kulai Kilang Kelapa Sawit Tai Tak, Kota Tinggi Kilang Kelapa Sawit Ulu Remis, Kluang

Tahun 2002, 41 buah (59%) premis kilang kelapa sawit berjaya mematuhi PeraturanPeraturan Kualiti Alam Sekeliling (Premis Yang Ditetapkan) (Minyak Kelapa Sawit Mentah) 1977. Dalam tahun 2002, sebanyak 16 arahan, 28 Notis dan 3 kompaun telah dikeluarkan kerana kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Seluruh dunia sedang memerhatikan kepatuhan pihak industri kepada standard alam sekitar. Untung sekali, penanaman sawit memang sedia bersifat mesra alam. R&D cara mengatasi pencemaran sawit menunjukkan :
1. Tanaman sawit Malaysia mengetengahkan kecekapan tenaga dan produktiviti tinggi minyak sawit berbanding lain-lain tanaman minyak makan lain dari segi nilai input-output 2. Dari segi perbandingan fisiologi antara pokok sawit dan kawasan hutan menunjukkan bahawa pokok sawit memainkan peranan penting dalam membaikpulih kawasan pembalakan, serta dapat memenuhi pelbagai fungsi kawasan hutan. 3. Undang-Undang dan Pengkuatkuasaan

Malaysia tidak kekurangan peraturan yang mengawal selia industri minyak sawitnya.Kepatuhan dan penguat kuasaan peraturan terutamanya Akta Kualiti Alam Sekitar 1974
1. Akta Racun Perosak 1974 dan Arahan Penilaian Kesan Alam Sekitar (EIA) 1987 menghasilkan sebuah industri yang telah menepati banyak peraturan dalam usaha meminimumkan pencemaran, atau menghindari bencana, kepada alam sekitar. 2. Ciri pokok sawit itu sendiri yang bersifat kekal, boleh dikatakan secara semula jadi sangat sesuai untuk amalan pengurusan yang menggalakkan pertanian berkekalan. 3. Pengurusan alam sekitar yang efektif. 4. Penggunaan bahan buangan atau bahan sampingan, seperti tandan kosong (EFB) 5. Efluen kilang sawit yang dirawat (POME) sebagai baja organik, adalah amalan industri ini. 6. Teknologi buangan sifar, di mana EFB dan POME digabungkan dalam pengeluaran kompos bernilai. 7. Teknik pembakaran sifar semasa penyediaan ladang untuk ditanam semula. 8. Amalan pemulihan tanah merangkumi penyediaan jalan, membina teres dan pembinaan lubang dan bunds tanah, penanaman tanaman kacang penutup bumi dan pengurusan perosak bersepadu.

Pengalaman Malaysia mengawal efluen dalam industri sawit telah menunjukkan bahawa satu polisi alam sekitar yang baik sangat berkesan untuk mengawal pencemaran perindustrian di negara membangun. Usaha kerajaan Malaysia untuk mengurangkan efluen dari kilang buah dan kilang penapis sawit telah dilaksana melalui satu sistem pelesenan merangkumi standard dan fee efluen. Standard efluen yang sentiasa diperketatkan telah diperkenalkan dalam peraturan kualiti alam sekitar dan dilaksana secara berperingkat. Kilang buah sawit dikehendaki mengurangkan kadar pembuangan air kumbahan (dengan menggunapakai konsentrasi Biological Oxygen Demand (BOD) sebagai pengukur utama) dari 25,000 mg/l efluen tidak dirawat kepada 5,000 mg/l dalam tahun 1978/79 dan 500 mg/l menjelang tahun 1981, dan akhirnya turun kepada 100 mg/l daripada tahun 1984 dan tahun seterusnya.

Di samping standard ini, fe efluen dikenakan ke atas kandungan BOD yang dikeluarkan.Industri minyak sawit telah mengalami progres berterusan ke arah mencapai sasaran BOD 100 mg/l. Dalam sektor pemprosesan sawit, di mana keprihatinan utama alam sekitar seperti penghasilan efluen dan pengeluaran asap menjadi fokus, kini terdapat pertukaran paradigma dalam cara untuk menghadapi isu ini. Seandainya dulu, pendekatan end-of-the pipe digunakan untuk memastikan pematuhan kepada peraturan alam sekitar, kini ia bertukar kepada pengurusan in-the-pipe. Terkini, sembilan buah kilang buah sawit di Malaysia telah melaksanakan ISO 14001 Sistem Pengurusan Alam Sekitar.

12.Anugerah yang diterima


Pelbagai anugerah telah diterima oleh penyelidik MPOB. Senarai anugerah yang diterima ialah :
1. Rekacipta teknologi yang memenangi pingat emas bertajuk Palm based additives to improve lubricity of ultra low sulfur diesel oleh Dr. Choo Yuen May 2. " An innovative natural polyol for 2K PU coatings oleh Kumpulan Dr Hazimah Abu Hassan, Hoong Seng Soi, Mohd Norhisham Sattar dan Tuan Noor Maznee Tuan Ismail 3. Cream Alternative from palm oil based fats oleh Wan Rosnani Awang Isa. 4. Development of oil palm harvesting machine oleh Abd Rahim Shuib 5. Hand-held Mechanical Cutter oleh Abd Razak Jelani 6. A trap for auto dissemination of microbial pathogens for control of palm rhinoceros oleh Ramlee Moslim 7. Food grade grease oleh Dr Yeong Shoot Kian 8. Rekacipta Sprayable Cooking Oil oleh Dr Muhammad Nor Omar. 9. Dr Mohd Hanif Harun melalui rekacipta Root auger for peat area 10. Dr Zahariah Ismail The use of dihydroxystearic acid (DHSA) as coating material in color cosmetic and gelling properties in deodorant stick applications 11. Dr Nor Aini Idris Production and utilization of palm based mayonnaise 12. Pn Rosnah Mat Som dengan teknologi Carboxymethylce llulose from Oil Palm biomass. o Anugerah pekebun kelapa sawit terbaik

Hasil purata sebanyak 31.24 tan metrik/hektar bagi tahun 2003, Basiran Usop yang mengusahakan kebun sawit seluas 4.4 hektar telah diiktiraf sebagai Pekebun Kecil Sawit Terbaik Anugerah Industri Sawit Malaysia 2003 peringkat Semenanjung. Beliau turut mengamalkan integrasi ladang dengan menternak 150 ekor lembu dan mengusahakan tanaman kontan lain seperti ubi kayu, keledek dan sayur-sayuran.
o Anugerah kilang sawit terbaik

Kilang Sawit RISDA Ulu Keratong, Pahang telah mencipta satu mesin yang dipanggil uncracked nut separator bagi mengatasi masalah kekotoran isirong dalam pengeluaran isirong kelapa sawit yang telah diproses.

Melalui mesin ini, isirong yang tidak dapat dipecah akan ditapis dan diasingkan bersama dengan kekotoran lain dan dikeluarkan melalui penghantar. Pengasingan isirong yang tidak dapat dipecah ini dapat dijalankan kerana mesin ini mengandungi rod-rod yang mempunyai jarak-jarak tertentu. Kadar kekotoran dapat dikawal pada had yang lebih rendah iaitu enam peratus berbanding lapan peratus sebelum ini. Melalui penggunaan mesin ini, tuntutan penalti ke atas isirong yang kadar kekotorannya melebihi enam peratus telah dapat diturunkan kepada RM22,586 pada tahun 1998 berbanding RM139,813 pada tahun 1994. Masa bagi mengasing dan mengitar semula isirong yang ditolak juga dapat dijimatkan kerana kandungan kotoran telah berkurangan.
o Kilang sawit contoh

Kilang Sawit POMTEC yang pertama didirikan di negara Malaysia ini menggunakan teknologi dan inovasi pengilangan moden telah dirasmikan oleh Menteri Besar Negeri Sembilan, Datuk Seri Utama Mohamad Hasan pada 30 November 2005 di Labu, Negeri Sembilan. Kilang sawit POMTEC dibina pada tahun 2000 membabitkan kos RM23 juta dengan kapasiti pengilangan 20 tan sejam. Ia adalah hasil usaha sama MPOB dan Kumpulan Guthrie Berhad untuk tujuan menjalankan penyelidikan dalam aspek pengilangan dan pemprosesan buah sawit secara menyeluruh. Kumpulan Guthrie Berhad bertanggungjawab menguruskan operasi pengilangan harian, manakala MPOB menumpukan aspek penyelidikan pengilangan buah sawit selain berkongsi kepakaran pembinaan model baru kilang dan lain-lain yang berkaitan. POMTEC dilengkapi teknologi dan inovasi pengilangan moden yang berbeza dengan operasi kilang konvensional. Teknologi moden yang diperkenalkan meliputi Teknologi Pembuangan Benda Asing (Trash Removal), Pensterilan Berterusan (Continuous Sterilization), Automasi Keseluruhan Kilang (Plant-Wide Automation) dan Teknologi Dandang Baru (New Boiler Technology). POMTEC juga adalah kilang sawit integrasi yang menempatkan dua loji rintis, iaitu Loji Rintis Fenolik dan Loji Rintis Pemprosesan Tandan Kosong bagi pengeluaran produk berasaskan sawit yang bernilai tinggi. Sehingga kini, lapan kilang sawit sudah menggunapakai teknologi pensterilan berterusan, manakala 11 kilang baru dalam proses pembinaan. Ciri reka bentuk baru POMTEC yang berkonsepkan integrasi dengan Loji Rintis Fenolik dan Loji Rintis Pemprosesan Tandan Kosong bagi pengeluaran produk berasaskan sawit di bawah satu bumbung, sementara produk produk yang dihasilkan mempunyai nilai yang tinggi di pasaran.

Loji Rintis Fenolik dibina dengan kos RM4.9 juta, memproses bahan buangan larut air kilang sawit dengan menghasilkan produk anti-oksida. Antara produk di hasilkan ialah flavonoids, polyphenols dan asid phenolic. Loji Pemprosesan Tandan Kosong pula berfungsi memproses dan mendapatkan semula baki minyak yang ada pada tandan kosong. Proses ini akan meningkatkan kadar perolehan minyak dalam setiap pemprosesan buah sawit. Bahan serat tandan kosong yang di hasilkan akan digunakan sebagai bahan asas pembuatan papan gentian dan papan partikel bagi pembuatan perabot. Dalam operasi kilang konvensional, tandan kosong sawit digunakan sebagai sungkupan di ladang atau bahan api dandang untuk penghasilan tenaga kilang

13.Kesimpulan
Industri minyak sawit adalah satu cerita kejayaan Malaysia. Transformasi ekonomi Malaysia daripada negara pengeluar komoditi utama berasaskan pertanian kepada negara pengeluar moden bagi barangan makanan tambah nilai, adalah selaras dengan polisi penswastaan Malaysia dan juga adalah asas kepada polisi pembangunan kerajaan seperti yang termaktub dalam Visi 2020. Dengan mengguna pakai biji benih daripada negara luar dan memperbaiki kaedah penanamannya agar bersesuaian dengan keadaan tempatan, Malaysia kini memiliki sebuah industri bertaraf dunia. Ia adalah hasil visi dan perjuangan ramai pengusaha, baik pada peringkat kerajaan mahupun sektor swasta, yang mempeloporinya dengan polisi strategik termasuk mengadakan dan melaksanakan polisi pengurusan alam sekitar. Seperti yang ditonjolkan oleh pihak industri hari ini, ia telah berkembang mengikut masa untuk menjadi lebih secocok dengan alam sekitar. Tanpa sangsi, pihak industri memang memiliki praktik pengurusan yang terbaik bagi menggalakkan pertanian yang berkekalan. Sebalik semuanya ini, yang nyata industri minyak sawit di Malaysia masih belum berpuas hati dengan rekod pengurusan alam sekitar sedia ada yang menitikberatkan sistem pengurusan kumbahan secara agronomik dan di hujung paip. Pihak industri bertekad untuk berubah, serta komited bagi memasuki satu era pengurusan alam sekitar yang baru.Ia tampak lebih nyata dalam keadaan agenda dunia yang lebih meluas ke arah pembangunan berkekalan. Dengan 90 peratus daripada hasil minyak sawit Malaysia diurusniagakan di pasaran antarabangsa, pertimbangan ke atas tiga perkara utama merangkumi ekonomi, sosial dan alam sekitar, menyerlahkan polisi pihak industri yang menyokong pengeluaran serta pengagihan berterusan, secara ekonomi dan mesra alam, bekalan makan yang selamat dan mudah diperoleh kepada penduduk dunia yang semakin bertambah.

14.Pautan luar dan rujukan


Wikimedia Commons mempunyai media berkaitan: Kelapa sawit

Dr Norman Hj Kamaruddin http://www.bharian.com.my/m/BHarian/Saturday/BeritaSawit/20041205130102/Article/ Dr Ahmad Kushairi Din, Isa Zainal Abidin dan Mohd Din Aminuddin http://www.bharian.com.my/m/BHarian/Saturday/BeritaSawit/20050101145116/Article/pp _index_html http://www.invir.com/latihan/sd6ebtind04.html http://www.iptek.net.id/ind/jurnal/jurnal_idx.php?doc=V5.N5.23.htm http://www.wwfmalaysia.org/ Ahmad Saghir Baharan http://www.bharian.com.my/m/BHarian/Saturday/BeritaSawit/20050506161040/Article/ Jabatan Alam Sekitar http://www.jas.sains.my/jas www.mpob.gov.my www.bharian.com.my/m/BHarian/ Saturday/BeritaSawit/ www.kpu.gov.my... www.felcra.com.my/eng/berita1.htm www.e-kilangmpob.com.my www.rcentre.utm.my www.mosti.gov.my/opencms/opencms/MostePortal/ www.risda.gov.my/kpk/pontian.htm www.frim.gov.my/con_archives.htm www.usm.my/r&d/Announcement/PIPOC2005.htm Cikgu Abd Malek Abd Hanif http://smeh.tripod.com Rangkaian Neural Dalam Peramalan Harga Minyak Kelapa Sawit

Diambil daripada "http://ms.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit" Kategori: Arecales


Laman ini diubah buat kali terakhir pada 22:54, 30 Ogos 2011. Teks disediakan dengan Lesen Creative Commons Pengiktirafan/Perkongsian Serupa; termaterma tambahan mungkin terpakai. Lihat Terma-Terma Penggunaan untuk butiran lanjut.

You might also like