You are on page 1of 10

I. DASAR TEORI Denyut nadi adalah metode yang sering digunakan untuk mengukur kecepatan denyut jantung.

Metode ini mungkin tidak akurat pada kasus cardiac output yang lemah, seperti yang terjadi pada beberapa penderita arrhythmias, dimana kecepatan denyut jantung mungkin lebih tinggi daripada kecepatan denyut nadi. Mendengarkan denyut jantung menggunakan stetoskop, sebuah proses yang dikenal sebagai ausculatation, adalah metode pengukuran kecepatan denyut jantung yang lebih akurat. Denyut nadi (yang mana pada kebanyakan orang itu mirip kecepatan denyut jantungnya) dapat diukur pada titik manapun pada tubuh dimana getaran pada arteri dikirimkan ke permukaan sering ketika itu ditekan melawan sebuah struktur yang berbaring di bawah seperti tulang. Beberapa tempat yang diraba pada umumnya adalah 1. Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan sulit untuk meraba. 2. Leher (pembuluh nadi kepala), 3. Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial) 4. Kunci paha, 5. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri) 6. Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis). 7. Di belakang lutut (popliteal arteri) 8. Diatas Perut (Abdominal aorta) 9. Dada (aorta). Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi mungkin untuk auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop.

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan darah dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai sirkulasi darah menjauh dari jantung melalui arteri. Tekanan darah memiliki penurunan terbesar dalam arteri kecil dan arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui darah kapiler dan kembali ke jantung melalui pembuluh darah.

Gravitasi, katup dalam pembuluh darah, dan memompa dari rangka kontraksi otot, adalah beberapa pengaruh lain pada tekanan darah di berbagai tempat di dalam tubuh. 1 Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat. 2 Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. 3 Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. 2 Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.3 Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi. 2 Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001). Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi

sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001). Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001). Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot
biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).

II. TUJUAN Mengetahui prinsip pengukuran tekanan darah dan denyut nadi

III. SARANA 1. Meja periksa/ tempat tidur. 2. Stopwatch/ arloji (jam). 3. Sphygmomanometer (Tensimeter), terdiri dari : - manometer air raksa + klep pembuka penutup. - manset udara. - selang karet. - pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup. 4. Stetoskop

IV. TATA KERJA 1. Pilih satu relawan untuk dilakukan pengukuran tekanan darah palpasi dan auskultasi, serta denyut nadi. 2. Lakukan pengukuran tekanan darah palpasi dan auskultasi, serta denyut nadi sebanyak 3 kali, catat dan hitung reratanya. 3. Prinsip pengukuran denyut nadi : a. pembuluh darah yang digunakan untuk mengukur denyut nadi antara lain adalah arteri radialais, arteri branchialis, dan arteri karotis. b. analisa yang dicatat terkait dengan pengukuran denyut nadi adalah frekuensi dan kualitas (teratur/tidak teratur, kuat/lemah). 4. Prinsip pengukuran darah palpasi: a. pasang manset di lengan atas (kanan), 2-3 jari di atas fossa cubutti. b. cari dan raba arteri radialis. c. kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri radialis tidak teraba dan tambahkan 20mmHg. d. buka skrup perlahandan perhatikan pada angka berapakah denyut nadi arteri radialis terasa kembali. Angka terxebut menunjukan tekanan darah sistolik palpasi (tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan cara palpasi). 5. Prinsip tekanan darah auskultasi : a. pasang manset di lengan atas (kanan), 2-3 jari di atas fossa cubutti. b. cari dan raba arteri brakhialis. c. kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri brakhialis tidak teraba dan tambahkan 20 mmHg. d. letakkan stetoskop di atas arteri brakhialis. e. buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah terdengar bunyi pertama kali (korotkoff I) dan pada angka berapakah terdengar bunyi yang terakhir sebelum menghilang (korotkoff V). Angka tersebut menunjukan tekanan darah sistolik dan diastolik.

V. HASIL TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI Tabel 4.1. Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Praktikan Royan Dawud Aldian FREKUENSI DENYUT NADI DARI ARTERI RADIALIS (X/MENIT) 1 . 70 2. 67 3. 69 Rerata = 68,7 1. kuat, teratur 2. kuat, teratur 3. kuat, teratur Rerata = kuat, teratur 1 . 90 2. 90 3. 90 Rerata = 90 1 . 100/70 2. 90/70 3. 95/70 Rerata = 95/70 KUALITAS NADI (teratur/tidak teratur*;kuat/lem ah) TEKANAN SISTOLIK Palpasi (mmHg) TEKANAN SISTOLIK/DIASTO LIK Aukultasi (mmHg)

Praktikan Widia Aulia A FREKUENSI DENYUT NADI DARI ARTERI RADIALIS (X/MENIT) 1 . 68 2. 70 3. 71 Rerata =69,7 1. kuat, teratur 2. kuat, teratur 3. kuat, teratur Rerata = kuat, teratur 1 . 115 2. 110 3. 115 Rerata = 113,3 1 . 110 /70 2. 110/80 3. 110/70 Rerata =110/76,7 KUALITAS NADI (teratur/tidak teratur*;kuat/lem ah) TEKANAN SISTOLIK Palpasi (mmHg) TEKANAN SISTOLIK/DIASTO LIK Aukultasi (mmHg)

Praktikan Osmalina Nur Rahma FREKUENSI DENYUT NADI DARI ARTERI RADIALIS (X/MENIT) 1 .68 2. 72 3. 68 Rerata =69,3 1. kuat, teratur 2. kuat, teratur 3. kuat, teratur Rerata = kuat, teratur 1 . 100 2. 100 3. 100 Rerata = 100 1 . 100 /70 2. 100/70 3. 100/70 Rerata = 100/70 KUALITAS NADI (teratur/tidak teratur*;kuat/lem ah) TEKANAN SISTOLIK Palpasi (mmHg) TEKANAN SISTOLIK/DIASTO LIK Aukultasi (mmHg)

Praktikan Amadea Kurnia Nastiti FREKUENSI DENYUT NADI DARI ARTERI RADIALIS (X/MENIT) 1 . 68 2. 64 3. 64 Rerata = 66,7 1. kuat, teratur 2. kuat, teratur 3. kuat, teratur Rerata = kuat, teratur 1. 100 2. 100 3. 110 Rerata = 103,3 1 .100 /80 2. 108/68 3. 110/70 Rerata = 106/72,6 KUALITAS NADI (teratur/tidak teratur*;kuat/lem ah) TEKANAN SISTOLIK Palpasi (mmHg) TEKANAN SISTOLIK/DIASTO LIK Aukultasi (mmHg)

Praktikan Nareswari Karina Mukti T.D. FREKUENSI DENYUT NADI DARI ARTERI RADIALIS (X/MENIT) 1 . 72 2. 80 3. 76 Rerata = 79,3 1. kuat, teratur 2. kuat, teratur 3. kuat, teratur Rerata = kuat, teratur 1 . 90 2.90 3.90 Rerata = 90 1 .90/70 2. 90/70 3. 90/70 Rerata = 90/70 KUALITAS NADI (teratur/tidak teratur*;kuat/lem ah) TEKANAN SISTOLIK Palpasi (mmHg) TEKANAN SISTOLIK/DIASTO LIK Aukultasi (mmHg)

Praktikan Nita Zelfia FREKUENSI DENYUT NADI DARI ARTERI RADIALIS (X/MENIT) 1 . 94 2. 88 3. 96 Rerata = 93 1. kuat, teratur 2. kuat, teratur 3. kuat, teratur Rerata = kuat, teratur 1. 100 2. 100 3. 100 Rerata = 100 1 . 100/70 2. 100/70 3. 100/70 Rerata = 100/70 KUALITAS NADI (teratur/tidak teratur*;kuat/lem ah) TEKANAN SISTOLIK Palpasi (mmHg) TEKANAN SISTOLIK/DIASTO LIK Aukultasi (mmHg)

VI. PEMBAHASAN Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu palpasi dan auskultasi. Namun, pada praktikum ini pengukuran denyut nadi hanya dilakukan dengan metode palpasi. Metode palpasi dilakukan dengan cara meraba arteri radialis yang letaknya di pergelangan tangan.

Menurut data hasil praktikum pengukuran denyut nadi yang dilakukan pada masingmasing praktikan normal yaitu berkisar antara 60-100 x/menit. Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. 1. Metoda Langsung (Direct Method). Metoda ini menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer. Metoda ini merupakan cara yang sangat tepat untuk pengukuran tekanan darah tapi butuh peralatan yang lengkap dan ketrampilan khusus. 2. Metoda tidak langsung (Indirect Method). Metoda ini menggunakan shpygmomanometer (tensi meter). Tekanan darah dapat diukur dengan cara palpasi dan auskultasi.

Palpasi. Untuk cara palpasi, pemeriksaan dilakukan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan parsial dari manset yang dipompa, beberapa saat kemudian tak akan teraba lagi. Kemudian manset dikempiskan perlahan-lahan. pemeriksaan dengan cara palpasi hanya bisa untuk tekanan sistolik saja, karena desakan

pertama yang terdengar bukan bunyi denyut jantung tapi merupakan desakan aliran darah (debit darah) yang turbulen saat manset dikempiskan secara perlahan. Disamping itu metode ini pun kurang akurat bila dibandingkan dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah. Auskultasi Pada auskultasi, pemeriksaan dilakukan pada arteri brachialis, sama dengan palpasi namun pada auskultasi terjadi 2 denyutan sistolik & Diastolic atau yang lebih dikenal sebagai Korotkoff I &IV. Untuk membantu dalam mendengarkan bunyi korotkoff digunakan stetoskop . Pada praktikum ini, kami melakukan pengukuran tekanan darah dengan metode tidak langsung yaitu dengan cara palpasi dan auskultasi. Menurut data hasil pengamatan, pengukuran tekanan darah yang dilakukan oleh praktikan Widia Aulia, Amadea,

Osmalina, Nita Zelfia adalah normal yaitu untuk tekanan sistole antara 100-140 mmHg dan tekanan diastole antara 60-90 mmHg. Sedangkan praktikan Nareswari dan Royan memiliki kecenderungan tekanan darah rendah (hipotensi) karena tekanan sistole nya di bawah 100 mmHg.

DAFTAR PUSTAKA 1. http://en.wikipedia.org/wiki/Blood_pressure, last modified on 29 Maret 2011. 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik, last modified on 29 Maret 2009. 3. http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah, last modified on 30 Maret 2009. 4. Hegner, Barbara R., MSN, RN and Esther Caldwell, MA, PhD. Asisten Keperawatan. Jakarta: EGC.

You might also like