You are on page 1of 11

PERBEDAAN ANTARA SISTEM AKUNTANSI SYARIAH DAN SISTEM AKUNTANSI MODERN (KONVENSIONAL)

Pendahuluan Dalam sistem perekonomian saat ini, kita ketahui bahwa akuntansi syariah dalam beberapa tahun terahir telah tumbuh dan berkembang mengimbangi akuntansi konvensional yang telah ada. Bangkitnya akuntansi syariah di Indonesia muncul sejalan dengan adanya kesadaran untuk bekerja lebih jujur, adil dan tidak bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan Al-Hadist. Namun, tak mudah menerapkan akuntansi syariah, sementara sistem Barat terbukti gagal. Terbukti dengan adanya krisis ekonomi yang sedang melanda Negara-negara barat. Sayangnya, masih anyak perdebatan dalam banyak aspek dalam menerapkan sistem yang Islami tersebut. Menurut Amin Musa (2011), bangkitnya sistem akuntansi syariah itu dilatar-belakangi banyaknya transaksi dengan dasar syariah, baik yang dilakukan lembaga bisnis syariah maupun non syariah. dan perlu adanya pengaturan atau standar untuk pencatatan, pengukuran, maupun penyajian sehingga para praktisi dan pengguna keuangan mempunyai standar yang sama dalam akuntansinya. belum lama ini. Sebelumnya, banyak orang bertanya-tanya, bagaimana mengaudit dengan sistem syariah, sementara sistemnya belum dibangun secara permanen, mengingat cakupan standar umumnya mencakup atas ruang lingkup penerapan, karekteristik transaksi, pengukuran dan penyajian transaksi secara syariah. Karena cakupannya luas, sampai kini para anggota KAS (Komite akuntansi syariah) masih sering melakukan pembahasan masalah itu, meski sering terjadi perbedaan antara anggota yang berlatar-belakang syariah dengan praktisi dan akademisi tentang suatu hal tertentu.

Sebagaimana diketahui, dalam sistem akuntansi konvensional yang berbasis pada pembukuan mengakui adanya utang atau pemasukan yang sifatnya belum riil, accrual basis, ini lawan dari cash basis. Accrual basis tersebut sudah terbukti banyak kegagalan, utamanya dalam mendorong para akuntan lebih jujur dan adil, sehinggga dianggap melanggar syariah. menurut Dr. Syahrir (2011), mengakui para ahli hukum dan akuntan korporasi AS memang sangat ahli dalam bermain pada letter of the law, tetapi samasekali meniadakan spirit of the law atau jiwa rasa keadilan dalam lembaga hukum. Devinisi Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional Akuntansi syariah Menurut Hammed (1997), kontruksi akuntansi konvensional berubah menjadi akuntansi Islam (syariah) karena lahir dari nilai-nilai budaya masyarakat dan ajaran syariah Islam yang dipraktikan dalam kehidupan sosial-ekonomi. Akuntansi syariah dapat dipandang sebagai kontruksi sosial masyarakat Islam guna menerapkan ekonomi Islam dalam kegiatan ekonomi. Akuntansi syariah merupakan sub-sistem dari sistem ekonomi dan keuangan Islam, digunakan sebagai instrument pendukung penerapan nilai-nilai Islami dalam ranah akuntansi, fungsi utamanya adalah sebagai alat manajemen menyediakan informasi kepada pihak internal dan eksternal organisasi (Hasyshi: 1986; Baydoun dan Willet, 2000 serta Harahap, 2001). menurut Triyuwono (1996) akuntansi adalah refleksi dari sebuah realitas yang idealnya dibangun dan dipraktikan berdasarkan nilai-nilai dan etika. Nilai-nilai dan etika orang Muslim adalah syariah, maka alternatif terbaik pengembangan akuntansi syariah adalah menggunakan pemikiran yang sesuai dengan syariah.

Menurut Triyuwono (1995;1996a;1997;2000a) dengan teologi pembebasan tuhidnya berpendapat bahwa tujuan Akuntansi Syariah sebagai instrumen untuk membebaskan manusia dari jaringan kuasa kapitalisme atau jaringan kuasa lainnya yang semu dan kemudian diikiatkan pada jaringan kuasa ilahi.Dengan demikian Akuntansi konvensional yang sangat kapitalistik akan memberikan informasi-informasi yang bersifat kapitalistik,kemudian dari informasiinformasi tersebut akat terbentuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang bersifat kapitalistik hingga pada akhirnya manusia terpenjara di dalam kapitalisme. Sehingga menurut beberapa devinisi diatas, dapat kami simpulkan bahwa akuntansi syariah adalah suatu proses, metode, dan teknik pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi, dan kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dalam bentuk satuan uang, guna mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi suatu entitas ekonomi yang pengelolaan usahanya berlandaskan syariah, untuk dapat digunakan sebagai bahan mengambil keputusan-keputusan ekonomi dan memilih alternatif-alternatif tindakan bagi para pemakainya. Selain itu akuntansi syariah dapat dipandang sebagai kontruksi sosial masyarakat Islam guna menerapkan praktikpraktik ekonomi Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi. Akuntansi konvensional Menurut Belkoui, (2001) akuntansi adalah catatan peristiwa masa lalu, realitas ekonomi saat ini, system informasi, bahasa bisnis, pertanggungjawaban, dan idiologi. Didukung dengan kegiatan penelitian bidang akuntansi yang semakin luas dan mendalam, akuntansi telah diakui sebagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi manusia yang terlibat dalam suatu entitas ekonomi dan memiliki implikasi sosial, sehingga akuntansi dikategorikan sebagai ilmu social. Warren dkk (2005:10) menjelaskan secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas

ekonomi dan kondisi perusahaan. Littleton (Muhammad, 2002:10) mendefinisikan tujuan utama dari akuntansi adalah untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dan hasil (prestasi). Konsep ini merupakan inti dari teori akuntansi dan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan dalam mempelajari akuntansi. Accounting Principle Board Statement No. 4 (Muhammad, 2002:10) mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif. Sehingga dari berbagai pandangan di atas, akuntansi merupakan suatu metode untuk mencatat semua kegiatan ekonomi perusahaan untuk disajikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari segi ekonomi atau financial. Dari kedua definisi diatas pada intinya adalah sama-sama metode untuk menilai suatu kondisi perusahaan namun berbeda dalam sistem yang dipakai untuk proses dan dasar nya. Dibawah ini kami coba menjelaskan tentang perbedaan tersebut. PERBEDAAN AKUNTANSI SYARIAH DAN AKUNTANSI KONVENSIONAL Perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang kontinuitas.

Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam konsep Islam barangbarang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber harga atau nilai; Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko; Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang, modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal; Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang belum. Akan tetapi, jual

beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh. Nilai pertanggung jawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam sistem akuntansi syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja sudah menjadi prinsip dasar yang operasional dalam prinsip akuntansi syariah. Apa makna yang terkandung dalam tiga prinsip tersebut? Berikut uraian yang ketiga prinsip yang tedapat dalam surat Al-Baqarah:282. Prinsip pertanggung jawaban, Prinsip pertanggungjawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan sang khalik mulai dari alam kandungan.. manusia dibebani olehAllah untuk menjalankan fungsi kehalifahan di muka bumi. Inti kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dala praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait. Prinsip keadilan, jika ditafsirkan lebih lanjut, surat Al-Baqarah;282 mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapsitas dan

energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya. Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah, secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahan harus dicatat dengan benar Prinsip kebenaran prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. dalam akuntansi kita kan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada niali kebenaran, kebenaran ini kan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan tansaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat diterangkan. Akuntan muslim harus meyakini bahwa Islam sebagai way of life (Q.S. 3 : 85). Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, adil, dan dapat dipercaya (Q.S. An-Nisa : 135). Dapat kami simpulkan bahwa akuntansi syariah dalam wacana filosofis-teoritis yaitu lebih menekankan pada pemenuhan akuntabilitas dan ketiga prinsip di atas. Hal inilah yang membedakan dengan akuntansi konvensional yang lebih menekankan pada pemberian informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan akuntansi syariah tersebut akan mendasari teoriteori akuntansi syariah termasuk dalam hal pengungkapan pelaporan keuangan.

KELEMAHAN AKUNTANSI KONVENSIONAL 1.Bersifat egoistic,dalam artian bahwa praktik akuntansi yang berlaku saat ini hanya berfokus pada pemberian bagaimana penyajian laporan keuangan akan dapat menyenangkan shareholder atau menarik investor tanpa memperhatikan kepentingan-kepentingan pihak-pihak lain seperti pemerintah dan masyarakat. 2.Informasi yang diberikan sifatnya materialistic yang artinya informasi yang disajikan melalui laporan-laporan keuangan hanyalah informasi-informasi dari kegiatan yang memiliki satuan moneter atau bernilai material sedangkan kegiatan-kegiatan usaha yang tidak memberikan nilai atau tidak berkaitan dengan materi tidak disajikan. 3.Informasi yang diberikan hanya sebatas informasi yang bersifat kuantitatif,sedangkan informasi yang bersifat kualitatif tidak disampaikan.

Daftar pustaka www.iaiglobal.or.id agt122005.blogspot.com/2007/08/akuntansi-syariah kismawadi.blogspot.com www.subscribd.com Triyuwono,Iwan.2006.Akuntansi Syariah : Perspektif,Metodologi,dan Teori .

Tugas TEORI AKUNTANSI SYARIAH KELEMAHAN AKUNTANSI KONVENSIONAL

Oleh:

Hafiz Akbar Amsyari Ali farhan

0910230076 09102300

Fakultas ekonomi dan bisnis

Universitas Brawijaya Malang 2011

You might also like