You are on page 1of 19

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah MDP Quran Hadits, di mana isinya nanti akan membahas masalah hadits dan juga ayat quran tentang ikhlas dalam beribadah. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian hadis, sunah, khabar, atsar, dan hadis qudsi? 2. Apa pengertian sanat, matan, dan rawi? 3. Bagaimana fungsi hadis terhadap Al Quran? 4. Bagaimana pembagian hadis? 5. Bagaimana ikhlas dalam beribadah? C. Tujuan Pembahasan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian hadis, sunah, khabar, atsar, dan hadis qudsi . 2. Untuk mengetahui pengertian sanat, matan, dan rawi . 3. Untuk mengetahui bagaimana fungsi hadis terhadap Al Quran. 4. Untuk mengetahui bagaimana pembagian hadis. 5. Untuk mengetahui bagaimana ikhlas dalam beribadah.

BAB II PEMBAHASAN A. a. Pengertian Hadis, Sunah, Khabar, Atsar, dan Hadis Qudsi 1 Pengertian Hadis (Al Hadis) Hadits menurut bahasa mempunyai beberapa arti : 1 2 Jadid, lawan qadim = yang baru. Jamanya : hidats, Qarib = yang dekat; yang belum lama lagi terjadi, seperti hudatsa, dan huduts. dalam perkataan haditsul ahdi bil-Islam = orang yang baru memeluk agama Islam. Jamanya : hidats, hudatsa dan huduts. 3 Khabar = warta, yakni : ma yutahaddatsu bihi wa yunqalu = sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang, sama maknanya dengan hidditsa. Dan makna inilah diambil perkataan hadits Rasulullah. b. Secara istilah Hadits menurut istilah ahli hadits, ialah : Segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan beliau. Menurut istilah ahli ushul, ialah :

Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi, yang bersangkut paut dengan hukum.1 2 Pengertian Sunah (As Sunah) Secara etimologis, kata sunnah berasal dari kata berbahasa Arab sunnah yang berarti cara, adat istiadat (kebiasaan), dan perjalanan hidup (sirah) yang tidak dibedakan antara yang baik dan yang buruk. Ini bisa dipahami dari sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim, Barang siapa yang membuat cara (kebiasaan) yang baik dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya, dan barang siapa yang membuat cara yang buruk dalam Islam, maka dia akan memperoleh dosanya dan dosa orang yang mengikutinya (al-Khathib, 1989:17). Sunnah pada dasarnya berarti perilaku teladan dari seseorang. Dalam konteks hukum Islam, Sunnah merujuk kepada model perilaku Nabi Muhammad Saw. karena al-Quran memerintahkan kaum Muslim untuk menyontoh perilaku Rasulullah, yang dinyatakan sebagai teladan yang agung, maka perilaku Nabi menjadi ideal bagi umat Islam. (QS. AlAhzab (33):21; al-Qalam (68):4).2Menurut istilah syara , As sunnah ialah sesuatu yang datang dari rosulullah, baik ucapan, perbuatan atau taqrir (persetujuan). 3 3 Pengertian Khabar dan Atsar Khabar menurut lughat, ialah : warta berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang. Jamanya : akhbar. Muradifnya :naba yang jamanya : anba Orang yang banyak khobar dinamai khabir. Menurut istilah sumber ahli hadist warta baik warta dari Nabi maupun warta dari sahabat, ataupun warta dari tabiin Sama dengan tarif hadist Ath Thiby. Mengingat ini dapatlah dinamai hadits marfu, hadis mauquf dan hadis maqthu,khabar.
1 2

a. Tarif khabar

Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta, Bulan Bintang, 1980. Ajat Sudrajat, dkk, Din al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta, Uny Press, 2008, hal. 54. 3 Masdar Helmi, Ilmu Ushulul Fiqh, Bandung, Gema Risalah Press, 1997, hal. 65.

Dalam pada itu, ada berpendapat bahwa : khabar dipakai buat segala warta yang diterima dari yang selain Nabi s.a.w. Mengingat hal inilah, orang meriwayatkan hadits dinamai muhaddits, dan orang yang meriwayatkan sejarah dinamai akhbary atau khabary. b. Tarif Atsar Atsar pada lughat, ialah : bekasan sesuatu, atau sisa sesuatu. Dan berarti nukilan (yang dinukilkan). Dari itu sesuatu doa umpamanya yang dinukilkan dari Nabi dinamai : doa matsur. Jamanya : atsar dan utsur. Menurut istilah jumhur ulama sama artinya dengan khabar dan hadits. Mengingat ini, dinamailah ahli hadits dengan : atsary. Para fuqaha memakai perkataan atsar untuk perkataan-perkataan ulama salaf, sahabat, tabiin dan lain-lain. Ada yang mengatakan : atsar lebih am dari pada khabar. Atsar diithlaqkan kepada yang datang dari Nabi dan yang selainnya, sedangkan khabar dithlaqkan kepada yang datang dari Nabi saja.4 4 1 Macam-macam Hadis/Sunah As-Sunnah Al- Qauliyah (As-Sunnah ucapan), ialah Hadits-hadits Rasulullah saw. yang berupa ucapan didalam berbagai tujuan dan permasalahan. Seperti sabda Rosulullah saw : Tidak diperkenankan berbuat madharat, dan tidak boleh mengadakan balasan dengan madharat. Juga sabda Rasulullah saw : Didalam binatang gembala itu terdapat zakatnya. Sabda Rasulullah lainnya: Dia (lautan) itu bersih (suci) airnya dan bangkainya halal. 2 Hadits/Sunah Filiyah (perbuatan) As-Sunnah Al-Filiyah (As-Sunnah perbuatan), yaitu perbuatan Rasulullah saw., misalnya perbuatan melakukan shalat lima kali lengkap dengan kaifiyah-nya (cara melakukan) dan rukun-rukunnya; serta
4

Hadits/Sunah Qauliyah (Perkataan)

Ibit, hal. 32-33.

perbuatan Rosulullah saw. menunaikan ibadah , perbuatan mengadili seseorang dengan seorang saksi dan sumpah dari pihak tertuduh. 3 Hadits/Sunah Taqririyah (Ketetapan) As-Sunnah At-Taqririyah, ialah perbuatan beberapa sahabat Nabi yang disetujui oleh Rosulullah saw. baik mengenai ucapan sahabat atau perbuatannya. Taqrir disini, terkadang dengan cara membiarkan atau tidak ada tanda-tanda menolak atau merestui atau menganggap baik terhadap perbuatan itu. Dengan adanya taqrir ini, perbuatan para sahabat itu dianggap sebagai perbuatan Rosulullah saw. misalnya ada dua orang sahabat yang bepergian, kemudian saatnya melakukan shalat, ia tidak mendapatkan air untuk wudlu. Kemudian sahabat tersebut melakukan tayamum, lalu mengerjakan shalat. Setelah itu, ia mendapatkan air, padahal masih pada waktu shalat tersebut. Kemudian satu diantara keduanya mengulangi shalatnya, dan yang lain tidak mengulangi. Ketika keduanya menceritakan peristiwa itu kepada Rosulullah saw., beliau menyetujui atas perbuatan keduanya. Dlam hal ini Rosulullah menyatakan kepada orang yang tidak mengulangi shalat, Kamu telah melakukan sunnah, dan shalatmu sudah cukup bagimu. Rosulullah juga mengatakan kepada seorang yang mengulangi shalatnya, Bagimu dua kali lipat pahala. Juga seperti kejadian ketika Rosululloh saw. mengutus Muadz bin jabal ke yaman, Rosulullah bersabda kepadanya, Bagaimana kamu memutuskan satu hukum ketika kamu diminta untuk menentukan suatu keputusan? Jawab muadz, Aku memutuskan dengan kitab Allah. Rasulullah bertanya, jika kamu tidak menemukan di dalam kitab Allah? Muadz menjawab, Dengan sunnah Rosulullah. Rosulullah bertanya lagi, jika kamu tidak menemukan di dalam sunnah Rosulullah? Jawab muadz , Aku akan melakukan ijtihad dengan pendapatku, dan aku tidak akan menyempitkan ijtihadku. Maka Rosulullah bersabda, Segala puji bagi Allah yang telah memberi pertolongan kepada delegasi Rosulullah terhadap apa yang direstuinya.5
5

Ibit, hal. 57.

Pengertian Hadis Qudsi

Hadits qudsi, ialah : Perkataan-perkataan yang disabdakan Nabi s.w.t. dengan mengatakan : Allah berfirman.. Nabi menyandarkan perkataan itu, kepada Allah. Beliau meriwayatkan dari Allah s.w.t. Kata Ath Thibi : Hadits Qudsi, ialah titah Tuhan yang disampaikan kepada Nabi di dalam mimpi, atau dengan jalan ilham, lalu nabi menerangkan apa yang diimpikannya itu, dengan susunan perkataan beliau sendiri serta menyandarkannya kepada Allah. Pada hadits yang lain, beliau tidak mengatakan : Berfirman Allah... Kata Al Kirmani : Hadits qudsi itu dinamai juga dengan hadits ilahi dan hadits Rabbany. Abu Baqa al Ukbari dalam Kuliyatnya, di waktu menerangkan perbedaan antara Al Quran dengan hadits Qudsi berkata : Al Quran, ialah wahyu yang lafadh dan maknanya dari pada Allah. Adapun hadits Qudsi maka ialah : Wahyu yang lafadhnya dari pada Rasul, sedang maknanya dari pada Allah, diturunkan kepadanya dengan jalan ilham atau jalan tidur. Sebagian ulama berkata : Al Qura, ialah lafadh yang tidak dapat seluruh ahli balaghah membuat yang sepertinya. Dan diturunkannya dengan perantaraan Jibril. Hadits Qudsi tidak demikian, tidak mujiz dan tidak diturunkan dengan perantaraan Jibril. Hadits Qudsi dinamakan juga dengan hadits Illahi dan hadits Rabbany.6 B. 1 Pengetian Sanad, Matan, dan Rawi Sanad Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadits kepada Nabi Muhammad Saw. Sanad dapat juga diartikan orang-orang yang terlibat dalam periwayatan hadits mulai dari sahabat (sanad pertama hingga kepada rawi (sanad terakhir). Dalam penulisan hadits sanad biasanya ditulis diawal suatu hadits yang didahului oleh kata an dan yang

Ibit, hal. 40-41.

ditulis hanya satu sanad saja, yakni sahabat Nabi sebagai sanad pertama, seperti Abu Hurairah, Abu Bakar, Aisyah, dan sahabat-sahabat lainnya. 2 Matan Matan adalah materi atau isi dari suatu hadits. Matan inilah yang merupakan inti dari suatu hadits. Pesan suatu hadits dapat dilihat dari matan ini. Matan ini dapat berupa sabda Nabi langsung dan dapat juga perkataan sahabat Nabi yang menjelaskan apa yang dilakukan oleh Nabi. 3 Rawi Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Rawi dapat juga diartikan sebagai orang yang mengumpulkan hadits dalam sebuah buku hadits. Dalam penulisan hadist biasanya rawi ditulis di ujung (akhir)dari suatu hadist, yang biasanya ditulis dengan kata rawahu (hadis riwayat/HR). Rawi ini berperan dalam menentukan kualitas hadis, apakah shahih atau tidak. Diantara rawi terkenal adalah al-Bukhari, Muslim, al-NasaI, al-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal, Malik bin Anas, dan masih banyak lagi lainnya.7 4 Rijaul Hadis Ilmu Rijaul Hadits ialah : Ilmu yang membahaskan para perawi hadits, baik dari sahabat, dari tabiin, maupun dari perangkatan-perangkatan sesudahnya. Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya. Di dalam ini diterapkan Tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, madzhab yang dipegangi oleh para perawi dan keadaan-keadaan para perawi itu menerima hadits. Sungguh penting sekali ilmu ini dipelajari dengan seksama, karena hadits itu, terdiri dari sanad dan matan. Maka mengetahui keadaan para perawi yang menjadi sanad, teranglah separoh pengetahuan.

Ibit, hal. 55.

Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak ragamnya. Ada yang hanya menerangkan riwayat-riwayat ringkas dari para sahabat saja. Ada yang menerangkan riwayat umum para perawi-perawi. Ada yang menerangkan perawi-perawi yang dipercayai saja. Ada yang menerangkan riwayat-riwayat para perawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau para pembuat hadits maudlu.8 C. Fungsi Hadis terhadap Al Quran 1 Menetapkan dan menguatkan hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh al-Quran. Misalnya hadits tentang wajibnya shalat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji merupakan penegasan dan penguatan dari ayat al-Quran tentang wajibnya rukun Islam tersebut. 2 Merinci dan menafsirkan ayat al-Quran yang masih global (bayan tafshil), membatasi ayat al-Quran yang masih muthlaq (umum) (bayan taqyid), dan mengkhususkan ayat al-Quran yang masih umum (bayan takhsish). Sebagai contoh adalah hadits tentang perincian shalat dan haji merupakan penjelasan dari perintah shalat dan haji yang ditegaskan al-Quran secara global. Begitu juga halnya tentang pembatasan hadits tentang wasiat dan pengkhususan hadits mengenai halalnya ikan dan belalang. 3 Menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh al-Quran. Sebagai contoh adalah haramnya mengawini seorang perempuan sekaligus mengawini bibinya secara bersamaan (mengumpulkan keduanya). Masalah ini belum ditetapkan dalam al-Quran.9 D. 1 a. Pembagian Hadits Klasifikasi Hadits Berdasar Jumlah Penutur Hadits mutawatir adalah hadits yang disampaikan secara berkesinambungan yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi yang menurut kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk dusta. Para ulama sepakat untuk menjadikan semua hadits mutawatir
8 9

Ibit, hal. 153. Ibit, hal. 59-60.

sebagai hujjah dan harus dijadikan sumber hukum. Tingkat keautentikan hadits mutawatir merupakan tingkatan tertinggi dalam hadits dan berada satu tingkat di bawah al-Quran. b. Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi, dua orang perawi, atau lebih yang tidak memenuhi persyaratan hadits mutawatir. Hadits ahad harus diamalkan selama memenuhi persyaratan untuk diterima (al-Khathib, 1989:302). Tingkat keautentikan hadits ahad berada di bawah hadits masyhur, atau berada pada tingkat yang paling bawah 2 Klasifikasi Hadits Berdasarkan Tingkatan Keaslian a. Hadits Shahih adalah hadits yang memiliki lima persyaratan, yaitu (1) sanadnya bersambung; (2) diriwayatkan oleh perawi yang adil (istiqamah agamanya, baik akhlaknya, dan terhindar dari kefasikan dan yang mengganggu kehoramtannya); (3) perawinya juga dlabit (kuat hafalannya); (4) haditsnya tidak janggal; dan (5) haditsnya terhindar dari illat (cacat) (al-Khatib, 1989:305). Contoh hadits shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kedua kitabnya Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. b. Hadits Hasan adalah hadits yang memiliki semua persyaratan hadits shahih, kecuali para perawinya, seluruhnya atau sebagiannya, kurang kuat hafalannya (al-Khatib, 1989:332). Contoh hadits hasan ini bisa dilihat dalam kitab-kitab hadits yang ditulis al-Nasai. al-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad bin Hanbal. Kualitas hadits hasan ini di bawah hadits shahih, namun masih termasuk hadits yang maqbul (dapat diterima sebagai hujjah). c. Hadits Dlaif adalah hadits yang tidak memiliki sifat-sifat untuk diterima, atau hadits yang tidak memiliki sifat hadits shahih dan hasan (al-Khatib, 1989:337). Fathurrahman (1985:140) mendefisikannya sebagai hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shahih dan hasan. Hadits dlaif tidak bisa dijadikan sebagai hujjah (mardud). Hadits ini banyak macamnya dan mempunyai

10

perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan oleh banyak atau sedikitnya persyaratan hadits shahih atau hasan yang tidak terpenuhi. d. Hadits Maudlu adalah hadits yang dinasabkan kepada Rasulullah Saw. dengan cara dibuat-buat dan didustakan dari apa yang dikatakan, dikerjakan, dan ditetapkan beliau (al-Khathib, 1989:415). Jadi, hadits maudlu ini sebenarnya bukan hadits, namun karena oleh pembuatnya dikatakan sebagai hadits maka hadits maudlu ini dikategorikan sebagai hadits.10

10

Ibit, hal. 57-59.

11

E. 1

Ikhlas dalam beribadah Al-Quran Surah Al-Anam (6;162-163)


Terjemah : 162. Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Isi kandungan a. Ayat ini telah memberi pelajaran bahwa segala aktivitas manusia hanyalah untuk dan dari Allah swt. Tuhan (yang menguasai) semesta alam. b. Segala aktivitas manusia merupakan ibadah kepada Tuhannya. c. Dalam beribadah hendaklah hanya khusus mencari rida Allah (untuk-Nya), tiada tujuan lainnya.11 2 Al-Quran Surah Al-Bayyinah (98; 5)


Terjemah

11

LKS Akbar Quran Hadits untuk Madrasah Aliyah kelas X Semeseter Genap, Klaten, Sinar Mandiri, hal. 47.

12

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Isi Kandungan a. b. zakat.12 3 Hadits tentang Ikhlas dalam Beribadah a. Hadits nabi tentang tujuh golongan orang yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah dikala hari tiada perlindungan (hari kiamat). b. Hadits nabi tentang penilaian Allah hanya kepada isi hati manusia. c. Hadits tentang sahnya suatu amal dan kadar pahala bagi orang yang beramal.13 Manusia itu hanya disuruh supaya menyembah Allah Pelaksanaan agama yang lurus itu dengan melaksanakan dengan ikhlas. perintah Allah swt. di antaranya mendirikan shalat dan menyampaikan

12 13

Ibid, hal. 47. .ibid, hal. 48-49.

13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1 2 Hadits menurut bahasa mempunyai arti Jadid, lawan qadim = yang baru. Jamanya : hidats, hudatsa, dan huduts. Hadits menurut istilah ahli hadits, ialah : Segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan beliau. 3 Secara etimologis, kata sunnah berasal dari kata berbahasa Arab sunnah yang berarti cara, adat istiadat (kebiasaan), dan perjalanan hidup (sirah) yang tidak dibedakan antara yang baik dan yang buruk. 4 5 6 7 dan hadits. 8 9 Macam-macam Hadis/Sunah : Hadits/Sunah Qauliyah Hadits qudsi, ialah : Perkataan-perkataan yang disabdakan (Perkataan), Filiyah, Taqririyah. Nabi s.w.t. dengan mengatakan : Allah berfirman.. Nabi menyandarkan perkataan itu, kepada Allah. Beliau meriwayatkan dari Allah s.w.t. 10 11 Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan Matan adalah materi atau isi dari suatu hadits. Matan inilah hadits kepada Nabi Muhammad Saw. yang merupakan inti dari suatu hadits. Khabar menurut lughat, ialah : warta berita yang Khabar menurut istilah sumber ahli hadist warta baik Atsar pada lughat, ialah : bekasan sesuatu, atau sisa Menurut istilah jumhur ulama sama artinya dengan khabar disampaikan dari seseorang kepada seseorang. warta dari Nabi maupun warta dari sahabat, ataupun warta dari tabiin. sesuatu. Dan berarti nukilan (yang dinukilkan).

12

14

12

Rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan

dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Ilmu Rijaul Hadits ialah : Ilmu yang membahaskan para perawi hadits, baik dari sahabat, dari tabiin, maupun dari perangkatan-perangkatan sesudahnya. 13 Fungsi hadits terhadap al Quran : Menetapkan dan menguatkan hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh al-Quran. Merinci dan menafsirkan ayat al-Quran yang masih global (bayan tafshil), membatasi ayat al-Quran yang masih muthlaq (umum) (bayan taqyid), dan mengkhususkan ayat al-Quran yang masih umum (bayan takhsish). Menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh al-Quran. 14 15 Pembagian Hadits : Klasifikasi hadits berdasar jumlah Ikhlas dalam beribadah : Al-Quran Surah Al-Anam penutur, klasifikasi hadits berdasarkan tingkatan keaslian (6;162-163), Al-Quran Surah Al-Bayyinah (98; 6), Hadits tentang ikhlas dalam beribadah. B. Kritik dan Saran Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengharap semoga bermanfaat bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalm penulisan makalah ini, untuk itu kritik dan saran demi perbaikan dan pengembangan makalah ini sangat kami harapkan. C. Harapan Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memeberikan inspirasi kita agar lebih memahami tentang hadis.

15

DAFTAR PUSTAKA Ash-Shddieqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta, Bulan Bintang, 1980. Sudrajat, Ajat, dkk, Din al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta, Uny Press, 2008. Wahab Khalaf, Abduh, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung. Gema Risalah Press, 1997. Akbar Quran Hadits Madrasah Aliyah Kelas X Semester Genap, Klaten, Sinar Mandiri.

16

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah MDP Quran Hadis Dosen Pengampu: Mohammad Fatoni, M. Ag

Disusun Oleh: Arista Dwi Saputri Mainatus Shofa Kelas Semester Jurusan Prodi (3211093003) (3211093016) :A : V (Lima) : Tarbiyah : PAI

Muhammad Nasirul Aziz (3211093015)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) TULUNGAGUNG OKTOBER 2011

17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang membawa zaman yang gelap menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Ketua Tulungagung 2. Mohammad Fatoni, M. Ag, selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan bagi penyusunan makalah ini 3. Kedua orang tua penulis, yang telah membesarkan dan membimbing kami serta memberikan bantuan moril maupun materil. 4. Rekan rekan yang telah membantu terselesaikannya makalah ini 5. Fasilitas kampus, seperti tersedianya perpustakaan Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan dan pengembangan makalah ini. Demikianlah makalah kami, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca umumnya. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tulungagung, Oktober 2011

Penyusun

ii

18

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1 C. Tujuan Pembahasan Masalah .................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hadis, Sunah, Khabar, Atsar, dan Hadis Qudsi ...... 2 B. Pengertian Sanat, Matan, dan Rawi .......................................... 6 C. Fungsi Hadis Terhadap Al Quran ............................................ 7 D. Pembagian Hadis ...................................................................... 8 E. Ikhlas dalam Beribadah ............................................................. 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 12

iii

19

B. Kritik dan Saran ........................................................................ 13 C. Harapan ..................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA

You might also like