You are on page 1of 64

ABSTRAK

Harsidi Side, 2009. Penggunaan Media Animasi dalam Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII 3 SMP Negeri 13 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung. Subjek penelitian ini adalah 32 orang siswa Kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar Semester II tahun ajaran 2008/2009. Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Data yang terkumpul berupa hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, sedangkan data berupa aktivitas siswa yang dikumpulkan menggunakan lembar observasi dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis data tersebut adalah sebagai berikut: (1) Persentase hasil belajar biologi setelah dikelompokkan menjadi 5 kategori pada siklus I yaitu baik sekali 29,03%, baik 32,26%, cukup 29,03% dan kurang 9,68%, dengan nilai rata-rata 70,32, skor tertinggi 85,71, nilai terendah 51,43, standar deviasi 10,32, dan ketuntasan kelas 70,96%. (2) Persentase hasil belajar biologi setelah dikelompokkan menjadi 5 kategori pada siklus II yaitu baik sekali 53,125%, baik , cukup 25,00%, dengan nilai rata-rata 76,34, skor tertinggi 94,29, skor terendah 60,00, standar deviasi 8,746, dan ketuntasan kelas 90,625%. (3) Aktivitas siswa yang bersifat positif seperti mendengarkan penjelasan guru, bertanya, menjawab atau menanggapi pertanyaan, menulis materi penting, bekerjasama dalam kelompok, membaca buku paket atau materi, mengalami peningkatan persentase dari setiap siklus. Aktivitas yang bersifat negatif seperti belajar pelajaran lain, mengganggu teman, dan keluar masuk kelas, mengalami penurunan persentase dari setiap siklus. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, dari nilai rata-rata 70,32 menjadi 76,34. Kata Kunci: Media Animasi, Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, yang membawa kita ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi sekarang. Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Maka pemerintah terus berupaya membangun pendidikan yang lebih berkualitas antara lain

melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam bentuk belajar mengajar yang melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik yang dalam hal ini menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik. Guru memiliki berbagai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan kemudahan kepada siswa dalam menanamkan konsep yang menjadi tuntutan kurikulum. Sebagai dinamisator guru perlu menciptakan situasi dan kondisi hidup dan tidak monoton supaya semangat belajar siswa dapat meningkat. Sebagai mediator guru perlu bertindak sebagai media terhadap siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Sebagai evaluator, guru perlu menilai kemajuan siswa supaya mereka dapat melakukan perbaikanperbaikan supaya hasil belajarnya dapat meningkat. Sebagai instuktur, guru perlu memberikan perintah yang baik dan tepat dalam bentuk tugastugas kepada siswa supaya mereka lebih aktif belajar. Sebagai manajer, guru perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi sehingga nampak berwibawa di mata siswa (Sanjaya, 2008).

Guru sebagai seorang pendidik dan sebagai orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik harus betul-betul memahami kebijakan-kebijakan pendidikan. Dengan pemahaman itu guru memiliki landasan-landasan berpijak dalam melaksanakan tugas di bidang pendidikan. Namun, perlu dipahami bahwa guru memang bukanlah satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan, dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Prestasi yang dicapai anak didik tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan guru terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan, tetapi yang juga ikut menentukan adalah model mengajar dan media pembelajaran yang digunakan. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA Biologi belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya perolehan nilai siswa pada ujian akhir nasional. Berdasarkan data yang diperoleh dari SMP Negeri 13 Makassar, persentase kelulusan siswa pada tahun ajaran 2007/2008 adalah 40,96% dari 271 siswa yang mengikuti ujian nasional. Masih rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan berbagai faktor yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran diantaranya faktor guru, siswa, metode mengajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan yang digunakan maupun materi pelajaran. Pembelajaran IPA, khususnya mata pelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tubuh manusia sendiri banyak sistem-sistem kerja yang saling berhubungan sehingga menopang

keberlangsungan hidup manusia, seperti sistem pernapasan dan sistem peredaran darah. Dalam proses pembelajaran kadang-kadang siswa tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru dan ingin lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuhnya. Misalnya bagaimana proses inspirasi dan ekspirasi berlangsung? Bagaimana peredaran darah dalam jantung? Atau bagaimana lintasan peredaran darah di dalam tubuh?, mereka tidak pernah melihatnya. Sehingga dibutuhkan media pembelajaran untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menarik perhatian siswa untuk belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan konsep yang akan diajarkan agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan dan tidak menimbulkan kebosanan. SMP Negeri 13 Makassar sudah termasuk Sekolah Standar Nasional (SSN), dengan demikian maka proses pembelajaran yang dilakukan harus lebih ditingkatkan. Dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi, model pembelajaran langsung yang sering digunakan, yaitu suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered. Pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Depdiknas (2005), dalam menerapkan model pengajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa. Karena dalam pembelajaran, peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar yang baik. Keadaan kelas VIII3 yang umumnya selalu diajar dengan model pembelajaran langsung khususnya metode ceramah menunjukkan bahwa siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Ketika belajar di dalam kelas, siswa mengetahui apa yang dijelaskan oleh guru namun apabila keluar dari proses belajar mengajar, kurang sekali pengetahuan yang diberikan oleh guru yang membekas di benak mereka. Disamping hal tersebut, gangguan dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung besar, perhatian siswa juga rendah karena dalam proses belajar-mengajar siswa terkadang mengantuk, disamping dipaksa menerima materi dari penjelasan guru juga disebabkan karena pelajaran biologi berada di akhir jam pelajaran. Hal-hal tersebut di ataslah yang menyebabkan bila diberikan tes hasil balajar oleh guru, hasilnya rendah. Dari ujian blok yang dilakukan pada semester I tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 54,29% dari 35 siswa yang memperoleh nilai ketuntasan belajar di atas nilai standar 65. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran agar nilai siswa meningkat. Masalah-masalah dalam proses pembelajaran seperti kejenuhan dan kurangnya semangat siswa, gangguan dalam kelas, serta perhatian siswa yang rendah karena mengantuk perlu segera

diatasi. Untuk masalah pelajaran biologi berada di akhir jam pelajaran yang kebanyakan siswa merasa mengantuk, tidak mungkin memindahkan jam pelajaran biologi ke jam pelajaran lain karena akan mengganggu jadwal pelajaran lain. Oleh karena itu harus diberikan solusi terhadap masalah-masalah di atas. Salah satu solusi pemecahannya adalah dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Media yang digunakan dapat menarik siswa untuk semangat belajar. Media banyak macamnya, salah satunya adalah media animasi, yang merupakan salah satu contoh pemanfaatan teknologi dalam menunjang proses pendidikan. Media ini dapat meningkatkan semangat dan perhatian siswa untuk belajar, sehingga gangguan dalam kelas dapat diminimalisir, demikian juga bagi siswa yang mengantuk, akan membuat mereka tergerak untuk memperhatikan pelajaran. Serta penggunaan animasi ini dapat menanamkan konsep dan pemaknaan yang sama dalam otak siswa dibandingkan dengan media lain seperti gambar. Menurut Utami (2007), animasi menjadi pilihan untuk menujang proses belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa dan juga memperkuat motivasi, dan juga untuk menanamkan pemahaman pada siswa tentang materi yang diajarkan. Animasi yang pada dasarnya adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan memiliki keunggulan dibanding media lain seperti gambar statis atau teks. Animasi untuk menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi, biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Keunggulan animasi dalam hal ini gambar yang bergerak adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis

dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Animasi gambar dibuat dengan bantuan program macromedia flash, tetapi dalam penelitian ini penulis mengambilnya dari internet. Sedangkan animasi yang berupa kata atau tulisan yang bergerak dapat dibuat dengan bantuan microsoft power point. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, penulis ingin meneliti tentang penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah Apakah ada peningkatan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model pembelajaran langsung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model pembelajaran langsung. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang penggunaan media animasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam memilih media animasi dalam proses pembelajaran langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan hasil belajar yang optimal. 2. Sebagai bahan informasi untuk para peneliti berikutnya yang ingin mengkaji tentang media pembelajaran dan model pembelajaran. 3. Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media dan model pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Media Animasi Suatu medium (jamak: media) adalah perantara/pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam kaitannya dengan pengajaran-pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Contoh-contohnya termasuk video, televisi, computer, diagram, bahan-bahan tercetak, itu semua dapat dipandang media jika medium itu membawa pesan yang berisi tujuan pengajaran (Depdiknas, 2005). Istilah media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar sering disinonimkan dengan istilah media pendidikan. Media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar. Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Pendapat lain dikemukan oleh Nurhayati dan Lukman (2004) bahwa fungsi media pembelajaran diantaranya: 1. Memperjelas dan memperkaya/ melengkapi informasi yang diberikan secara verbal. 2. Meningkatkan motivasi

dan efisiensi penyampaian informasi. 3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi. 4. Menambah variasi penyajian materi. 5. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan siswa untuk belajar. 6. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga tidak mudah dilupakan siswa. 7. Memberikan pengalaman yang lebih kongkrit bagi hal yang mungkin abstrak. 8. Meningkatkan keingintahuan (curiousity) siswa. 9. Memberikan stimulus dan mendorong respon siswa. Animasi merupakan gerakan objek maupun teks yang diatur sedemikian rupa sehingga kelihatan menarik dan kelihatan lebih hidup. Menurut Utami (2007), animasi adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Salah satu keunggulan animasi adalah kemampuannya untuk menjelaskan suatu kejadian secara sistematis dalam tiap waktu perubahan. Hal ini sangat membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Prinsip dari animasi adalah mewujudkan ilusi bagi pergerakan dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demi sedikit pada kecepatan yang tinggi atau dapat disimpulkan animasi merupakan objek diam yang diproyeksikan menjadi bergerak sehingga kelihatan hidup. Animasi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis komputer yang bertujuan untuk memaksimalkan efek visual dan memberikan interaksi berkelanjutan sehingga pemahaman bahan ajar meningkat. Utami (2007) menyatakan ada tiga jenis format animasi: pertama, Animasi tanpa sistem kontrol, animasi ini hanya memberikan gambaran kejadian

sebenarnya (behavioural realism), tanpa ada kontrol sistem, bisa jadi animasi terlalu cepat, pengguna tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan detil tertentu karena tidak ada fasilitas untuk pause dan zoom in. Kedua, Animasi dengan sistem kontrol, animasi ini dilengkapi dengan tombol kontrol, untuk menyesuaikan animasi dengan kapasitas pemrosesan informasi mereka. Namun kekurangannya, terletak pada pengetahuan awal atas materi yang dipelajari menyebabkan murid tidak tahu mana bagian yang penting dan harus diperhatikan guna memahami materi dan yang tidak. Ketiga, Animasi manipulasi langsung (Direct-manipulation Animation (DMA)). DMA menyediakan fasilitas untuk pengguna berinteraksi langsung dengan control navigasi (misal tombol dan slider). Pengguna bebas untuk menentukan arah perhatian dan dapat diulang. Sebagai media ilmu pengetahuan animasi memiliki kemampuan untuk dapat memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk dijelaskan dengan hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini maka animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka materi yang dijelaskan dapat tergambarkan. Animasi yang digunakan baik pada penjelasan konsep maupun contohcontoh, selain berupa animasi statis auto-run atau diaktifkan melalui tombol, juga bisa berupa animasi interaktif dimana pengguna (siswa) diberi kemungkinan berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi tersebut. Urutan kegiatan belajaranya dapat meliputi : melihat contoh,

mengerjakan soal latihan, menerima informasi, meminta penjelasan, dan mengerjakan soal/evaluasi (Suwarna, 2007). Menurut Harun dan Zaidatun (2004) animasi mempunyai peranan yang tersendiri dalam bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. Berikut merupakan beberapa kepentingan atau kelebihan animasi apabila digunakan dalam bidang pendidikan: 1. Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2. Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. 3. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. 4. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi. Adapun kelemahan dari media animasi ialah membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada di dalamnya sulit untuk ditambahkan. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan

perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Selama ini animasi digunakan dalam media pembelajaran untuk dua alasan. Pertama, menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Animasi jenis ini biasanya berupa tulisan atau gambar yang bergerak-gerak, animasi yang lucu, aneh yang sekiranya akan menarik perhatian siswa. Animasi ini biasanya tidak ada hubungan dengan materi yang akan diberikan kepada murid. Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada murid atas materi yang akan diberikan (Utami, 2007). Animasi teks (tulisan) merupakan salah satu bagian animasi yang dapat diimplementasikan untuk menambahkan efek animasi dan mempercantik tampilan paket bahan ajar multimedia yang akan dikembangkan (Adri, 2008). Untuk menjalankan animasi diperlukan program khusus (Softwore) salah satunya adalah program macromedia flash. Penelitian tentang media animasi pernah dilakukan oleh Rusdianto (2008), dengan judul pengaruh penggunaan media animasi pada model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri Model Makassar pada konsep sistem pencernaan makanan. Dan menggunakan kelas control dan kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen digunakan media animasi sedangkan kelas kontrol menggunakan media transparansi, yang masing-masing dilaksanakan empat kali pertemuan. Pada pertemuan terakhir diberikan evaluasi berupa tes tertulis untuk melihat pengaruh penggunaan media terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif,

nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen adalah 83,0 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,4. Jadi ada pengaruh penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung terhadaphasil belajar biologi siswa kelas XI MA Negeri Model Makassar, dimana hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan media animasi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol. 2. Model Pembelajaran Langsung Joyce dalam Trianto (2007), menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam turitorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer dan kurikulum. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pengajaran langsung adalah salah satu pengajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap (Trianto, 2007). Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana (informasi faktual). Sedangkan, bagaimana cara mengoperasikan alat-alat ukur dalam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan contoh pengetahuan prosedural (Depdiknas, 2005).

Tidak ada model dan strategi pembelajaran yang paling baik dan paling jelek, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung. Dalam pembelajaran langsung dibutuhkan keaktifan, kelihaian, keterampilan dan kreatifitas guru tanpa menghilangkan peran siswa sebagai subyek didik. Memang dalam model ini peran guru lebih menonjol daripada peran siswa (Bandono, 2003). Pengajaran langsung, menurut Kardi dalam Trianto (2000) dapat berbentuk ceramah, demostrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang

ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Model pembelajaran langsung merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru (teacher centered), guru menjadi sumber dan pemberi informasi utama. Meskipun dalam pembelajaran langsung digunakan metode selain ceramah dan dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada proses pencarian dan konstruksi pengetahuan, dan cenderung menekankan penyampaian informasi yang bersumber dari buku teks, referensi atau pengalaman pribadi (Nasution, 2006).

Menurut Kardi dalam Trianto (2000), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa. Sistem pengolahan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar yang efektif. Pada pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Sintaks model pembelajaran langsung (Trianto, 2007) FASE-FASE Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan Fase 3 Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan PERAN GURU Guru menjelaskan TPK, informasi latar balakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal Mencek apakah siswa telah berhasil malakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

3. Hasil Belajar Tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar (Sardiman, 2007). Menurut Jenkins dan Unwin dalam Uno (2007), hasil akhir dari belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai akhir dari kegiatan belajarnya. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia hasil disinonimkan dengan prestasi, hasil diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Selain itu hasil dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka, nilai yang diberikan oleh guru (Tim penyusun, 2003). Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai murid dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukuran keberhasilan belajar seseorang. Menurut Djamarah (1996), hasil belajar merupakan prestasi dan kesan-kesan yang diperoleh dan mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas hasil belajar. Hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar, di mana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang berwujud skor dari

hasil tes yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan. Hasil belajar juga merupakan indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya oleh guru. Pengukuran dan penilaian dilakukan untuk mengetahui hasil kegiatan pembelajaran. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku si pebelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. Hasil pengukuran tersebut berbentuk angka yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan pebelajar terhadap materi pelajaran. Sedangkan penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi, dimana penilaian menentukan kualitas atau nilai sesuatu (Haling, 2004). Hasil belajar seringkali diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh angka jelek pada penelitian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan/metode dan media yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar. (Arikunto, 2005). Menurut Slameto (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah (kesehatan), faktor psikologis (intelegensi) dan faktor kelelahan, sedangkan faktor

ekstern, meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah (metode, kurikulum, sarana dan prasarana) dan lingkungan masyarakat (teman bergaul). Sedangkan menurut Keller dalam Abdurrahman (1999), faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2, yaitu: 1. faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang meliputi motivasi dan harapan untuk berhasil, intelegensi dan penguasaan awal siswa. 2. faktor yang berasal dari lingkungan, meliputi: rancangan pengelolaan motivasi dan rancangan pengelolaan kegiatan

pembelajaran. Motivasi dan harapan untuk berhasil serta rancangan pengelolaan motivasi tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar tetapi berpengaruh pada usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh hasil belajar. Usaha adalah indikator adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan siswa. Jadi, semakin besar motivasi dan keinginan siswa untuk berhasil dalam belajar maka semakin besar pula usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. B. Kerangka Berpikir Salah satu cita-cita Bangsa Indonesia yang terkandung dalan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa memerlukan perhatian semua komponen bangsa, dimana guru memegang peranan penting di dalam upaya pencapaian citacita itu. Oleh karena itu, sangat diharapkan usaha dan kerja keras dari guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka

mutu pembelajaran harus ditingkatkan dengan menggunakan model-model pembelajaran serta media yang digunakan dalam pembelajaran. Tidak ada model pembelajaran yang jelek, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung dirancang agar siswa memperoleh pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Berhasilnya pencapaian indikator dan tujuan pembelajaran biologi tidak lepas dari usaha guru dalam meningkatkan aktivitas, minat dan perhatian siswa dalam belajar. OIeh karena itu selain metode mengajar juga diperlukan adanya media pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan mudah dipahami dan tidak membosankan. Media pembelajaran banyak jenisnya diantaranya, media visual, media audio, media audio-visual maupun media cetak. Contoh yang termasuk media visual yaitu, transpransi, animasi, film bisu, charta, grafik maupun foto. Dalam penelitian ini digunakan media animasi. Animasi merupakan media yang dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Media animasi memiliki keunggulan dapat menjelaskan alur atau proses yang rumit serta memiliki tampilan yang menarik namun salah satu kelemahannya adalah materi yang ada di dalam animasi sulit untuk dapat dirubah atau ditambah jika sewaktu-waktu terdapat kesalahan atau kekurangan. Animasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah gambar yang bergerak dan kata (tulisan) bergerak yang ada hubungannya dengan materi yang diberikan ditayangkan dalam bentuk slide Microsoft power point. Animasi memerlukan program khusus yang disebut macromedia flash untuk membuatnya, tetapi dalam penelitian ini penulis mengumpulkan animasi dari internet. Animasi memerlukan perangkat-perangkat untuk menayangkannya yaitu komputer dan LCD. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung mampu memberikan stimulus kepada siswa untuk lebih bersemangat belajar dan perhatiannya terfokus pada materi. Dengan demikian, maka dapat siswa lebih banyak mengingat materi yang diberikan yang akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam siklus berulang, dimana setiap siklus terdiri atas rangkaian empat kegiatan yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (evaluasi) dan refleksi. B. Faktor yang Diselidiki Faktor-faktor yang menjadi perhatian untuk diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Faktor hasil, yaitu akan diselidiki hasil belajar pada setiap akhir siklus. Hasil belajar adalah nilai yang didapatkan oleh siswa melalui tes hasil belajar biologi dalam bantuk pilihan ganda berjumlah 35 soal yang diberikan setelah mengikuti proses belajar mengajar menggunakan media animasi dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada konsep sistem pernapasan manusia pada siklus I dan sistem peredaran darah manusia pada siklus II. 2. Media Animasi, yaitu suatu media yang mengarah kepada suatu proses yang menjadikan suatu objek baik berupa gambar maupun tulisan atau informasi yang ada hubungannya dengan materi sistem pernapasan manusia pada siklus I dan materi sistem peredaran darah manusia pada siklus II, agar kelihatan hidup atau

bergerak yang memerlukan program khusus (software) dalam bentuk program macromedia flah (untuk gambar yang bergerak) dan microsoft power point (untuk tulisan yang bergerak), yang ditayangkan dengan bantuan LCD dan dioperasikan dengan menggunakan komputer (laptop). Penggunaan media animasi ini di dalam proses pembelajaran langsung yang terdiri atas 5 langkah-langkah (sintaks) pembelajaran yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,

mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Makassar, yang berlokasi di jalan Tamalate VI NO. 2 Perumnas, Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian yang terdiri atas 2 siklus ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008, semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 hingga Februari 2009, semester genap 2008/2009. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan, dan usia rata-rata 14 tahun. tahun ajaran

E. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 siklus berulang dan setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Gambaran tentang pelaksanaan penelitian yang terdiri dari 2 siklus, dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 1. Skema penelitian tindakan kelas Secara lebih rinci, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian, dapat diuraikan sebagai berikut. I. SIKLUS I Siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian pada siklus ini dapat dijabarkan sebagai berikut. a) Perencanaan Tindakan

1. Melakukan observasi ke sekolah dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas VIII. 2. Mengikuti proses belajar mengajar di kelas VIII3. 3. Melakukan diskusi dengan guru mengenai masalah-masalah dalam kelas yang ditemukan pada saat mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Masalahmasalah dalam kelas tersebut adalah kurang semangatnya siswa dalam menerima pelajaran, siswa jenuh dengan pembelajaran tanpa media, perhatian siswa rendah karena mengantuk, serta dalam mengurangi kejenuhan, banyak yang mengganggu temannya. 4. Memilih media animasi sebagai alternatif untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan. 5. Memilih materi dengan konsep sistem pernapasan manusia sebagai bahan yang akan diajarkan. 6. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat dengan materi sistem pernapasan manusia. Dan menyiapkan buku referensi. 7. Mempersiapkan lembar kegiatan siswa (LKS) berdasarkan materi Sistem Pernapasan Manusia yang diajarkan pada tiap pertemuan. 8. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 9. Mencari di internet dan menyiapkan media animasi untuk pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, baik dalam bentuk

macromedia flash (dari internet) dan dalam bentuk slide Microsoft power point. 10. Menyusun kelompok kerja siswa yang terdiri atas 4 sampai 5 orang dalam satu kelompok. 11. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop dan LCD. 12. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi pokok bahasan sistem pernapasan pada manusia dalam bentuk pilihan ganda. 13. Melakukan uji validitas terhadapa soal-soal yang telah disusun. 14. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban, dengan mengambil soal-soal yang dinyatakan valid setelah dilakukan uji validitas sebanyak 35 nomor. b) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan untuk tiap pertemuan, yaitu. 1. Kegiatan Awal 1) Memberikan semangat dan menggugah siswa untuk belajar 2) Menampilkan judul pelajaran yang akan disajikan. 3) Memberikan motivasi kepada siswa 4) Memberi hubungan antara pelajaran yang lalu dengan materi yang akan dipelajari

5) Menampilkan tujuan pembelajaran yang akan di capai di layar dengan bantuan LCD 2. Kegiatan Inti 1) Menyajikan informasi (pelajaran) tahap demi tahap kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran melalui layar. 2) Meminta siswa untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah dibentuk 3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS pada tiap kelompok 4) Membimbing tiap kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. 5) Membahas LKS sambil memperlihatkan animasi. 6) Guru memberikan penguatan pada hasil pembahasan LKS 7) Memberi umpan balik terhadap apa yang telah dipelajari siswa. 3. Kegiatan Akhir 1) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan terhadap apa yang telah dipelajari. 2) Guru memberikan tugas rumah. c) Observasi dan Evaluasi Tahap observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, dalam arti kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati aktivitas siswa melalui lembar observasi. Untuk mengamati aktivitas siswa maka dilibatkan observer yang

berjumlah 3 orang. Pada akhir siklus I, yaitu akhir pembelajaran pertemuan ke empat diberikan evaluasi berupa tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada materi sistem pernapasan manusia. Data hasil observasi dan data hasil belajar dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis. d) Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, demikian pula hasil tes belajar siswa. Hasil refleksi merupakan gabungan dari hasil tes, lembar observasi, tanggapan dari guru, dan pandangan siswa terhadap pembelajaran selama empat kali pertemuan. Beberapa hasil refleksi dari siklus I adalah sebagai berikut. a. Interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota kelompoknya sebab biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan. b. Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah. c. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan

pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas. d. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. e. Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguhsungguh dalam menjawab soal tersebut. f. Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%. Hasil refleksi siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua, sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya. II. SIKLUS II Siklus II juga dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Tahapan dalam siklus ini, pada prinsipnya sama dengan siklus I. a) Perencanaan Tindakan

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan untuk memasuki siklus II adalah sebagai berikut. 1. Memilih materi selanjutnya yaitu konsep sistem peredaran darah manusia sebagai bahan yang akan diajarkan. 2. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat dengan materi sistem peredaran darah manusia. Dalam RPP dari yang semula hanya memberikan tugas rumah pada kegiatan akhir pembelajaran diubah menjadi pemberian tes atau kuis. 3. Mempersiapakan lembar kegiatan siswa (LKS) berdasarkan materi sistem peredaran darah manusia yang diajarkan pada tiap pertemuan. Pada LKS ini, untuk menarik minat siswa maka gambar-gambar yang berhubungan dengan soal ditambah. 4. Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 5. Mencari di internet dan menyiapkan media animasi untuk pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, baik dalam bentuk macromedia flash (dari internet) dan dalam bentuk slide Microsoft power point. 6. Membentuk ulang kelompok yaitu berdasarkan pilihan siswa sendiri, karena dari hasil pengamatan siswa kurang bisa bekerja sama karena tidak cocok

dengan anggota kelompoknya serta siswa sendiri yang meminta untuk membentuk kelompok sesuai dengan pilihannya. 7. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Dalam hal ini laptop dan LCD. 8. Membuat tabel analisis penyusunan soal untuk untuk menyusun soal evaluasi pokok bahasan sistem peredaran darah pada manusia dalam bentuk pilihan ganda. 9. Melakukan uji validitas terhadap soal-soal yang telah disusun. 10. Membuat alat evaluasi berupa tes hasil belajar beserta dengan kunci jawaban, dengan mengambil soal-soal yang dinyatakan valid setelah dilakukan uji validitas sebanyak 35 nomor. b) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan untuk tiap pertemuan, yaitu. 1. Kegiatan Awal 1) Memberikan semangat dan menggugah siswa untuk belajar. 2) Menampilkan judul pelajaran yang akan disajikan 3) Memberikan motivasi kepada siswa 4) Memberi hubungan antara pelajaran yang dengan materi yang akan dipelajari 5) Menampilkan tujuan pembelajaran yang akan di capai di layar 2. Kegiatan Inti

1) Menyajikan informasi (pelajaran) tahap demi tahap kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran melalui layar. 2) Meminta siswa untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah dibentuk 3) Memotivasi siswa agar bekerja sama dengan baik, lalu membagikan LKS pada tiap kelompok 4) Membimbing tiap kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. 5) Membahas LKS sambil memperlihatkan animasi. 6) Guru memberikan penguatan pada hasil pembahasan LKS 7) Memberi umpan balik terhadap apa yang telah dipelajari siswa. 3. Kegiatan Akhir 1) Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan terhadap apa yang telah dipelajari. 2) Memberikan tes atau kuis. Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang dilakukan pada proses pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur

dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak perlu merasa malu bila ditertawakan oleh temannya dalam mengungkapkan pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam menjawab pertanyaan agar siswa lebih berani dalam mengemukakan argumennya. Dan dalam pembelajaran pada saat pembahasan LKS, seorang siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dan menjelaskannya dengan bantuan media animasi, dimana siswa sendiri yang memainkan animasi sambil menjelaskan. c) Observasi dan Evaluasi Pada prinsipnya tahap observasi pada siklus II ini sama dengan observasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Observer mencatat semua temuan dengan perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pada akhir siklus II, yaitu akhir pembelajaran pertemuan ke empat diberikan evaluasi berupa tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada materi sistem peredaran darah manusia. Data hasil observasi dan data hasil belajar dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis. d) Refleksi Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dan evaluasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis begitu pula hasil evaluasinya dari siklus II. Ini sebagai perbaikan dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan sebagai perbaikan dari pelakasanaan Siklus I memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya

semakin sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok yang terbentuk berdasarkan pilihan siswa sendiri telah menunjukkan bahwa kerja sama anggotanya semakin meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar. Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal, tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan. Dan untuk hasil tes siswa, persentase siswa yang dinyatakan tuntas adalah 90,625%, yang sudah memenuhi standar ketercapaian (indikator keberhasilan). F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Tes hasil belajar yang diberikan disetiap akhir siklus, berupa tes berbentuk pilihan ganda yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan tujuan pembelajaran 2. Lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang terdiri ata 10 komponen yaitu, siswa yang memperhatikan penjelasan guru, bertanya, menjawab atau menanggapi pertanyaan, menulis materi penting, meminta

bimbingan dalam menyelesaikan LKS, kerjasama dalam kelompok, membaca buku paket atau materi, belajar pelajaran lain, mengganggu teman (ribut), dan keluar masuk kelas. G. Tekhnik Pengumpulan Data Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. 1. Pengumpulan data kuantitatif yaitu pengumpulan data mengenai hasil belajar siswa yang diperoleh dari pemberian tes hasil belajar pada akhir setiap siklus. Nilai hasil belajar diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung jumlah skor jawaban yang benar dari keseluruhan item soal yang diujikan. Setiap item soal yang dijawab benar diberi skor 1, sedangkan yang salah atau tidak menjawab, maka diberi skor 0. 2. Pengumpulan data kualitatif yaitu pengumpulan data dengan menggunakan pedoman observasi. Penulis memperoleh data hasil observasi dengan melibatkan observer yang mengamati perubahan aktivitas siswa. H. Teknik Analisis Data Data kualitatif dari hasil pengamatan (observasi) dengan menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dianalisis secara kualitatif. Kemudian dikelompokkan berdasarkan tabel pengkategorian aktivitas siswa sebagai berikut.

Tabel 2. Pedoman pengkategorian aktivitas belajar siswa Interval 75 - 100 65 - 74 55 - 64 0 - 54 Kualifikasi Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Sedangkan data kuantitatif yang berupa hasil belajar siswa, dari jumlah skor yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data selanjutnya dianalisis untuk menentukan nilai hasil belajar yang diperoleh dengan mengubahnya menjadi nilai berstandar 100, yang menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah skor yang diperoleh Nilai = Total skor Selanjutnya dilakukan analisis statistik deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar biologi yang dioperoleh siswa. Hasil belajar kemudian dibandingkan menggunakan pengkategorian menurut Arikunto (2005), sebagai berikut. Tabel 3. Pedoman pengkategorian hasil belajar siswa (Arikunto, 2005) Interval Nilai Kualifikasi 80-100 66-79 56-65 40-55 39 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Gagal x 100

I. Indikator Keberhasilan Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar biologi, diadakan penelitian tindakan yang berorientasi penggunaan media animasi dalam model pembelajaran langsung. Untuk mengetahui keberhasilan tersebut digunakan nilai ketercapaian yaitu 75% dari jumlah siswa mencapai batas nilai ketuntasan belajar yaitu 65. Digunakan nilai ketuntasan belajar 65 karena disesuaikan dengan standar umum yang digunakan di sekolah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian I. Siklus I a. Hasil Belajar Data nilai hasil tes siklus I yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem pernapasan manusia dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat dilihat pada lampiran 7. Apabila nilai hasil belajar biologi tersebut dikelompokkan ke dalam 5 kategori sesuai pedoman pengkategorian dari Arikunto (2005), maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem pernapasan manusia Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal Interval Nilai 80 - 100 66 79 56 65 40 55 39 Jumlah Jumlah Siswa 9 10 9 3 0 31 Persentase (%) 29,03 32,26 29,03 9,68 0 100

Tabel 4 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika dikelompokan ke dalam lima kategori (Arikunto, 2005). Maka distribusi, dan

persentase serta kategori hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem pernapasan manusia, menunjukan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada siklus I terlihat bahwa 29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 32,26% atau sebanyak 10 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79; 29,03% atau sebanyak 9 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup yakni pada interval 56 sampai 65 dan 9,68% atau sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori kurang yakni pada interval 40 sampai 55. Tabel 5. Jumlah Siswa, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, dan Rata-Rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar Uraian Skor Jumlah Siswa 31 Nilai Tertinggi 85,71 Nilai Terendah 51,43 Rata-rata 70,32 Standar Deviasi 10,32 Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada materi sistem pernapasan manusia yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung adalah 85,71; nilai terendah 51,40; nilai rata-rata siswa yaitu sebesar 70,32 dan standar deviasi sebesar 10,32. Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa. Apabila daya serap siswa terhadap materi sistem pernapasan dikelompokkan ke

dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi, frekuensi dan persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I Kategori Skor Jumlah Persentase (%) Siswa Tidak tuntas 0 - 64 9 29,04 Tuntas 65 - 100 22 70,96 Jumlah 31 100 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 31 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, setelah pemberian tes siklus I, sebanyak 9 siswa dengan persentase 29,04% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 22 siswa dengan persentase 70,96% masuk dalam kategori tuntas. b. Aktivitas Siswa Data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observer. Aktivitas siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Hasil observasi aktifitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I I II III IV N Aktivitas yang Ju Ju Ju Ju P P P O Diamati ml ml ml ml P (%) (%) (%) (%) ah ah ah ah Mendengarkan 1 21 65,63 24 75,00 24 75,00 27 84,38 penjelasan Guru 2 Bertanya 1 3,13 0 0 3 9,38 1 3,13 Menjawab/menanggapi 3 5 15,63 4 12,50 3 9,38 0 0 pertanyaan 4 Menulis materi penting 18 56,25 16 50,00 19 59,38 23 71,88 Meminta bimbingan 5 dalam menyelesaikan 15 46,88 14 43,75 8 25,00 7 21,88 LKS Bekerjasama dalam 6 18 56,25 21 65,63 23 71,88 22 68,75 Kelompok Membaca buku 7 14 43,75 13 40,63 12 37,50 13 40,63 paket/materi 8 Belajar pelajaran lain 4 12,50 5 15,63 0 0 0 0 9 Mengganggu teman 5 15,63 5 15,63 3 9,38 2 6,25 10 Keluar masuk kelas 5 15,63 5 15,63 1 3,13 1 3,13 c. Refleksi Siklus I Siklus I yang dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan diperoleh beberapa hal yang menjadi bahan refleksi untuk dapat melanjutkan penelitian ke siklus II. Hasil refleksi tersebut adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota kelompoknya karena biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan. Gambar tentang

materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguh-sungguh dalam menjawab soal tersebut. Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%. II. Siklus II a. Hasil Belajar Data nilai hasil tes siklus II yang menggambarkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada konsep sistem peredaran darah manusia dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat dilihat pada lampiran 14. Apabila nilai hasil belajar biologi tersebut dikelompokkan ke dalam 5

kategori sesuai pedoman pengkategorian dari Arikunto (2005), maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus I dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 8. Distribusi dan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada materi sistem peredaran darah manusia (siklus II) Persentase Kategori Interval Nilai Jumlah Siswa (%) Baik Sekali 80 - 100 17 53,125 Baik 66 79 7 21,875 Cukup 56 65 8 25,00 Kurang 40 55 0 0 Gagal 30 39 0 0 Jumlah 32 100 Tabel 8 menunjukkan nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika dikelompokan ke dalam lima kategori (Arikunto, 2005). Maka distribusi, dan persentase serta kategori hasil belajar IPA Biologi pada materi sistem peredaran darah manusia, menunjukan bahwa dari 35 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung pada siklus II terlihat bahwa 53,125% atau sebanyak 17 orang siswa yang memperoleh nilai sangat baik yakni pada interval 80 sampai 100; 21,875% atau sebanyak 7 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori baik yakni pada interval 66 sampai 79; 25% atau sebanyak 8 orang siswa yang memperoleh nilai pada kategori cukup yakni pada interval 56 sampai 65.

Tabel 9. Jumlah siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, dan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus II Uraian Skor Jumlah Siswa 32 Nilai Tertinggi 94,29 Nilai Terendah 60,00 Rata-rata 76,34 Standar Deviasi 8,746 Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar yang mengikuti pembelajaran IPA Biologi pada materi sistem peredaran darah manusia yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam pembelajaran langsung adalah 94,29; nilai terendah 60,00; nilai ratarata siswa yaitu sebesar 76,34, dan standar deviasi sebesar 8,746. Untuk ketuntasan belajar biologi dapat dilihat berdasarkan daya serap siswa. Apabila daya serap siswa terhadap materi sistem peredaran darah manusia dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi, frekuensi dan persentase ketuntasan belajar biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel 10 berikut. Tabel 10. Deskriptif ketuntasan belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus II Kategori Skor Jumlah Persentase (%) Siswa Tidak tuntas 0 - 64 3 9,375 Tuntas 65 - 100 29 90,625 Jumlah 32 100 Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, setelah pemberian tes siklus II, sebanyak 3 siswa dengan persentase 9,375% masuk dalam kategori tidak tuntas dan 29 siswa dengan persentase 90,625% masuk dalam kategori tuntas.

b. Aktifitas Belajar Data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observer. Aktivitas siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak 10 komponen. Aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel 11 berikut. Tabel 11. Hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar pada siklus II I N O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Aktivitas yang Diamati Mendengarkan penjelasan Guru Bertanya Menjawab/menanggapi pertanyaan Menulis materi penting Meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS Bekerjasama dalam Kelompok Membaca buku paket/materi Belajar pelajaran lain Mengganggu teman Keluar masuk kelas Ju ml ah 28 5 3 26 7 28 24 0 2 0 P (%) 87,50 15,63 9,38 81,25 18,75 87,50 75,00 0 6,25 0 Ju ml ah 28 6 6 25 2 27 25 0 0 0 II P (%) 87,50 18,75 18,75 78,13 6,25 84,38 78,13 0 0 0 Ju ml ah 27 6 5 26 4 26 25 0 1 0 III P (%) 84,38 18,75 15,63 81,25 12,50 81,25 78,13 0 3,13 0 Ju ml ah 32 4 7 32 1 32 32 0 0 0 IV P (%) 100 12,50 18,75 100 3,13 100 100 0 0 0

c. Hasil Refleksi Siklus II Pelaksanaan tindakan sebagai perbaikan dari pelakasanaan Siklus I memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas siswa, secara umum hasilnya semakin sesuai dengan yang diharapkan. Kelompok yang terbentuk berdasarkan

pilihan siswa sendiri telah menunjukkan bahwa kerja sama anggotanya semakin meningkat, mereka saling membagi tugas untuk mencari jawaban pertanyaan LKS dan juga kelihatan bahwa sudah mulai mucul rasa ingin tahu pada diri siswa mengenai materi yang dibahas. Pada saat pembahasan LKS, siswa berlomba mengacungkan tangan untuk menjawab. Selain itu perhatian dan motivasi siswa semakin meningkat, hal ini menandakan bahwa ada kesungguhan siswa untuk belajar. Jumlah siswa yang bertanya maupun yang menjawab atau memberikan tanggapan meningkat. Gangguan dalam kelas, dalam hal ini mengganggu teman (ribut), belajar pelajaran lain dan keluar masuk kelas menunjukkan penurunan persentase bahkan ada yang mencapai 0%. Dalam tes akhir siklus II, siswa bersemangat mengerjakan soal, tidak lagi mengharap dari teman ataupun mengharap akan ada remedial karena mereka sudah terlatih mengerjakan soal-soal pada akhir setiap pertemuan dan penelitian ini tidak menekankan remedial. Dan untuk hasil tes siswa, persentase siswa yang dinyatakan lulus adalah 90,625%, yang sudah memenuhi standar ketercapaian (indikator keberhasilan). III. Perbandingan Ketuntasan Belajar dan Aktifitas Siswa Siklus I dan Siklus II a. Hasil Belajar Perbandingan ketuntasan belajar siswa antara siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

Tabel 12. Perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tundas antara siklus I dan siklus II Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Tidak tuntas 0 - 64 9 29,04 3 9,375 Tuntas 65 100 22 70,96 29 90,625 Jumlah 31 100 32 100 Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas pada siklus I Kategori Skor adalah 22 orang atau 70,96% dan pada Siklus II menjadi 29 orang atau 90,625%. Siswa yang tuntas meningkat 19,667%. Sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas dari 9 orang atau 29,04% pada siklus I menjadi 3 orang atau 9,375%. Perbedaan jumlah siswa pada siklus I dan siklus II disebabkan siswa sakit saat pemberian tes siklus I.

Gambar 2. Kurva perbandingan jumlah siswa pada setiap kategori hasil belajar siswa siklus I dan siklus II b. Aktivitas Belajar Siswa Perbandingan rata-rata aktivitas siswa yang diamati pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13. Perbandingan aktivitas siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar siklus I dan siklus II. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Aktivitas yang Diamati Mendengarkan penjelasan Guru Bertanya Menjawab/menanggapi pertanyaan Menulis materi penting Meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS Bekerjasama dalam kelompok Membaca buku paket/materi Belajar pelajaran lain Mengganggu teman Keluar masuk kelas Siklus I P (%) Kategori Baik 75,00 Sekali 3,91 Kurang 9,38 59,38 34,375 65,63 40,63 7,03 11,72 9,38 Kurang Cukup Kurang Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Siklus II P (%) Kategori Baik 89,84 Sekali 16,40 Kurang 16,40 85,16 10,94 88,28 82,81 0 2,34 0 Kurang Baik Sekali Kurang Baik Sekali Baik Sekali Kurang Kurang Kurang

Berdasarkan tabel 13 menggambarkan bahwa terjadi perbedaan aktivitas siswa yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Aktivitas siswa rata-rata mengalami peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa yang diamati pada siklus II pada umumnya mengalami peningkatan, dari 10 komponen aktivitas ada 4 komponen yang mengalami penurunan. Antara lain, siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase dari 34,375% di siklus I menjadi 10,94% di siklus II; siswa yang belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari 7,03% di siklus I menjadi 0% di siklus II; siswa yang mengganggu teman dari 11,72% pada siklus I menjadi 2,34% pada siklus II; dan siswa yang keluar masuk kelas dari 9,38% pada siklus I menjadi 0% pada siklus II. Sedangkan komponen

aktivitas yang mengalami peningkatan yaitu, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada saat memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% pada siklus I meningkat menjadi 89,84%; komponen berikutnya adalah siswa yang bertanya pada siklus I 3,91% menjadi 16,40%; siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan adalah 9,28% di siklus I menjadi 16,40% di siklus II; kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan persentase dari 65,63% di siklus I menjadi 88,28% di siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat pembelajaran maupun dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS adalah 40,63% pada siklus I meningkat menjadi 82,81% pada siklus II; siswa yang menulis materi pelajaran yang diberikan dari 59,38% pada siklus I menjadi 85,16% pada siklus II.

Gambar 3. Perbandingan persentase aktivitas siswa siklus I dan siklus II

Selama kegiatan pembelajaran dari tiap siklus, siswa yang memperhatikan penjelasan guru meningkat. Siswa menjadi semangat memperhatikan penjelasan karena proses penyampaiannya tidak lagi melalui pembelajaran langsung dalam bentuk ceramah tanpa media, siswa tertarik memperhatikan gerakan animasi dalam pembelajaran. Kemampuan bertanya dan menjawab siswa juga meningkat, karena keingintahuannya, dan pengetahuan yang diperoleh dari penyajian materi yang ditayangkan melalui animasi mudah diterima dibandingkan hanya diberikan melalui ceramah saja. Selain itu, komponen aktivitas siswa yangbersifat negatif menurun. Siswa menjadi tertarik dengan animasi yang diberikan sehingga perhatiannya hanya terfokus pada penjelasan serta animasi yang ditayangkan. B. Pembahasan Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar siswa kelas VIII3 yang diajar dengan menggunakan media animasi dalam model pembelajaran langsung. Pernyataan ini didukung oleh hasil analisis data secara deskriptif yang dapat dilihat pada tabel 3, hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar unruk siklus I berada pada kategori baik, dengan melihat bahwa jumlah siswa tertinggi setelah pengelompokan hasil belajar berada pada interval 66 79 (baik) sebanyak 10 orang atau 32,26%. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa terbanyak berada pada kategori baik sekali dengan jumlah siswa 17 orang atau 53,125%. Hasil belajar siklus I menunjukkan nilai tertinggi 85,71, nilai terendah 51,43, rata-rata 70,32, serta standar deviasinya 10,32. Sedangkan untuk siklus II, nilai

tertinggi 94,29, nilai terendah 60,00, rata-rata 76,34 dan standar deviasi 8,764. Apabila nilai rata-rata dibandingkan dengan tabel pedoman pengkategorian hasil belajar, maka baik untuk siklus I maupun siklus II berada pada kategori baik. Bisa dikatakan tidak meningkat, tetapi bila dilihat lagi terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 6,02 dari siklus I ke siklus II, jadi dapat dikatakan meningkat. Tiro (2004) mengatakan bahwa, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari (1) peningkatan nilai rata-rata, (2) perubahan bentuk distribusi dari miring positif menjadi miring negati, dan (3) koefisien variansi semakin kecil. Pengkategorian berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, maka dari 31 siswa yang mengikuti tes siklus I, sebanyak 9 siswa atau 29,04% yang termasuk kategori tidak tuntas dengan rentang skor 0 hingga 64,00. Siswa yang termasuk dalam kategori tuntas dengan rentang skor 65,00 hingga 100 sebanyak 22 siswa atau 70,96 %. Sedangkan pada siklus II dari 32 siswa yang mengikuti tes evaluasi, sebanyak 3 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas atau sebesar 9,375%. Siswa yang termasuk dalam kategori tuntas sebanyak 29 siswa atau sebesar 90,625%. Meningkatnya hasil belajar siswa disebabkan karena penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung, sehingga siswa lebih bersemangat dan bergairah dalam menerima pelajaran. Dimana animasi mampu mengarahkan kepada sesuatu proses yang yang menjadikan suatu objek agar kelihatan hidup atau memberi gambaran bergerak kepada sesuatu yang pada dasarnya statik, sehingga mampu mengantar imajinasi siswa kepada suatu proses yang sesungguhnya terjadi.

Hasil Belajar yang optimal pada siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar tidak luput dari aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Menurut Hamalik (2003), aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju kea rah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai organisator belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal. Aktivitas dan semangat siswa dalam belajar mengalami peningkatan dari tiap siklus, serta perilaku negatif yang sering diperlihatkan siswa dalam proses pembelajaran juga mengalami penurunan dari tiap siklus. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan rata-rata hasil observasi antara siklus I dan siklus II. Aktivitas yang mengalami peningkatan yaitu siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada saat memberikan materi maupun arahan-arahan dari 75,00% dengan ketegori baik sekali pada siklus I meningkat menjadi 89,84% dan kategori baik sekali; komponen berikutnya adalah siswa yang bertanya pada siklus I 3,91% dengan kategori kurang menjadi 16,40% (kurang); siswa yang menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan adalah 9,28% (kurang) di siklus I menjadi 16,40% (kurang) di siklus II; kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS dengan persentase dari 65,63% dengan kategori baik di siklus I menjadi kategori baik sekali dengan persentase 88,28% di siklus II; dan siswa yang membaca buku/materi pada saat pembelajaran maupun dalam kegiatan kerja kelompok untuk mencari jawaban LKS adalah 40,63% (cukup) pada siklus I meningkat menjadi 82,81% dengan kategori baik sekali pada siklus II; siswa yang menulis materi pelajaran yang diberikan dari ketegori cukup dengan

persentase 59,38% pada siklus I menjadi 85,16% pada kategori baik sekali pada siklus II. Terjadi peningkatan kategori untuk 3 aktivitas, yaitu menulis materi penting dari cukup menjadi baik sekali, bekerjasama dalam kelompok dari kategori baik menjadi baik sekali, dan membaca buku paket/materi dari kategori kurang menjadi baik sekali. Sedangkan untuk aktivitas lain yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, kategorinya tetap sama. Tetapi terlihat persentasenya meningkat. Secara umum peningkatan ini terjadi karena adanya media pendidikan yang berupa media animasi sehingga siswa mulai termotivasi untuk belajar, muncul rasa ingin tahu mengenai materi yang dibahas oleh guru dan timbulnya rasa percaya diri pada siswa. Sesuai dengan pernyataan Sardiman (2008) bahwa penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk (a) menimbulkan kegairahan belajar, (b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, dan (c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Aktivitas belajar yang mengalami penurunan dari siklus I ke siklus II adalah siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKS yaitu dengan persentase dari 34,375% (kurang) di siklus I menjadi 10,94% (kurang) di siklus II; siswa yang belajar pelajaran lain yaitu dengan persentase dari 7,03% dengan kategori kurang di siklus I menjadi 0% di siklus II dengan kategori kurang; siswa yang mengganggu teman dari 11,72% (kurang) pada siklus I menjadi 2,34% (kurang) pada siklus II; dan siswa yang keluar masuk kelas dari 9,38% (kurang) pada siklus I menjadi 0% pada

siklus II dengan kategori kurang. Terlihat bahwa semua aktivitas yang mengalami penurunan berada dalam ketegori yang sama baik pada siklus I maupun siklus II yaitu kurang, tetapi bila dilihat persentasenya maka terlihat menurun dari semula. Jumlah siswa yang meminta bimbingan dalam menyelesaikan LKSnya berkurang karena sebelum siswa mengerjakan, terlebih dahulu guru memberi penjelasan atau petunjuk untuk mengerjakannya, serta siswa yang tidak mengerti bertanya pada temannya yang telah mengerti. Menurut Gagne dalam Djiwandono (2004) mengatakan bahwa beberapa prosedur untuk mengurangi tingkah laku siswa yang tidak diinginkan dalam pembelajaran adalah (a) memperkuat tingkah laku bersaing, (b) penghapusan (extinction), (c) pemuasan yang sempurna terhadap suatu keinginan, (d) mengubah stimuli lingkungan, dan (e) hukuman (punishment). Terjadinya penurunan aktivitas yang bersifat negatif karena siswa semakin sadar akan pentingnya belajar. Siswa akan merasa malu di dalam kelas apabila pada saat ribut, langsung ditegur oleh guru, diminta untuk menjawab pertanyaan tetapi tidak bisa dijawabnya, bahkan di minta untuk keluar kelas. Atau bila berjalan dalam kelas kemudian guru mengabaikan tingkah laku siswa yang mengacau, memberi hukuman padanya, sementara siswa yang memperhatikan dan tidak membuat keributan dalam kelas diberikan pujian. Sehingga siswa yang membuat keributan merasa malu atas pujian pada siswa yang memperhatikan penjelasan guru, sedangkan ia diabaikan bahkan dihukum. Meningkat atau menurunnya aktivitas siswa itu tidak lain dari hasil refleksi yang dilakukan pada akhir siklus I dimana dari beberapa catatan yang dijadikan

sebagai bahan refleksi dari siklus I itu kemudian diambil sebagai bentuk penanggulangan masalah yang terjadi yang kemudian diterapkan pada siklus II. Adapun hasil refleksi dari siklus I ini adalah interaksi diantara siswa dalam kelompok kurang dalam mengerjakan LKS. Hal ini disebabkan, karena siswa yang tidak bisa menerima siswa yang menjadi anggota kelompoknya karena biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat. Ada beberapa siswa di dalam satu kelompok yang tidak aktif bekerjasama menyelesaikan LKS, karena ia mengharapkan teman kelompoknya yang lain untuk mengerjakan. Gambar tentang materi dalam LKS sedikit dan kurang efektifnya penggunaan LKS sebagai sarana belajar. Ini terlihat dari jawaban siswa pada tes siklus I, dimana beberapa item soal yang diujikan diangkat dari soal pada LKS dan kebanyakan siswa menjawab salah. Siswa masih tidak disiplin dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari sejumlah siswa pada saat pelajaran berlangsung masih ada yang belajar/mengerjakan pelajaran lain, keluar masuk kelas dan mengganggu temannya dan adanya siswa yang berjalan-jalan di dalam kelas. Dalam hal menjawab pertanyaan ataupun bertanya, jumlahnya masih kurang karena siswa malu untuk bicara atau mengeluarkan komentar maupun pertanyaan karena akan ditertawakan oleh temannya yang lain. Kebanyakan siswa selalu menunggu jawaban dari teman yang berada di dekatnya dan bekerjasama pada saat pelaksanaan tes siklus I, hal ini disebabkan karena siswa tersebut tidak percaya diri dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Selain itu, siswa juga selalu mengharapkan remedial untuk perbaikan nilai, sehingga saat pelaksanaan tes, siswa tidak bersungguh-sungguh dalam menjawab soal tersebut.

Dari tes hasil belajar yang diperoleh pada siklus I persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 70,96%, masih rendah dari indikator keberhasilan penelitian yaitu 75%. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana kegiatan siklus II. Perencanaan dan tindakan yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut, agar dalam kelompok tidak hanya didominasi oleh satu orang bekerja saja maka dibentuk ulang kelompok kerja, dimana siswa sendiri memilih anggota kelompoknya. Sehingga interaksi dalam kelompok suasana dalam kelompok menjadi lebih bersahabat. Dan pada saat akan mengerjakan LKS, siswa diberi motivasi untuk bekerjasama dalam kelompok. Untuk menarik perhatian siswa pada LKS atau bekerjasama menyelesaikan LKS, maka gambar tentang materi pada LKS diperbanyak sehingga tertarik untuk melihat, mengerjakan dan mempelajarinya. Pada siklus II siswa sudah mulai berkonsentrasi dengan materi pelajaran sehingga hal ini akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang dilakukan pada proses pembelajaran, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan siklus I agar tidak terulang atau bahkan memberikan hasil lebih jelek, yaitu pada saat pembelajaran berlangsung maka pintu kelas ditutup untuk mencegah siswa keluar masuk dan agar perhatian siswa tidak terpecah ke arah luar kelas, memberi motivasi kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan LKS, untuk siswa yang mengerjakan pelajaran lain maka langsung ditegur ataupun menjawab pertanyaan, begitupula untuk siswa yang selalu membuat keributan langsung ditegur

dan dikeluarkan dari kelas selama 5 menit untuk menyadari bahwa yang dilakukannya itu salah. Senantiasa mengingatkan siswa untuk lebih berani dan tidak perlu merasa malu bila ditertawakan oleh temannya dalam mengungkapkan pertanyaan manakala ada materi yang belum dimengerti demikian juga halnya dalam menjawab pertanyaan agar siswa lebih berani dalam mengemukakan argumennya. Media animasi untuk siklus II bukan hanya dijalankan dan dijelaskan oleh pengajar, tetapi juga melibatkan siswa. Dalam pembelajaran pada saat pembahasan LKS, seorang siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dalam LKS dan menjelaskannya dengan bantuan media animasi, dimana siswa sendiri yang memainkan animasi sambil menjelaskan. Sehingga menimbulkan kegairahan dalam belajar, dan pada saat pembahasan LKS banyak siswa yang mengacungkan tangannya untuk menjawab, ataupun pada saat guru meminta seorang siswa menjelaskan materi dengan bantuan animasi. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini juga terjadi, karena peneliti menginformasikan bahwa akan selalu diadakan kuis pada setiap akhir pertemuan berikutnya, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Hasil belajar yang meningkat, karena aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar juga meningkat. Dalam arti bahwa adanya peningkatan aktivitas yang bersifat positif serta berkurangnya aktivitas negatif menunjukkan bahwa adanya keseriusan siswa untuk berubah atau belajar. Menurut Hamalik (2003), tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikapsikap baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Dan belajar adalah suatu

perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Kemauan siswa untuk belajar karena adanya motivasi. Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, pengarah, dan mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Menurut Haling (2004), motivasi merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang memberikan semangat atau dorongan dalam melakukan suatu kegiatan. Cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa adalah memberi angka, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan, penilaian, karyawisata, film pendidikan, dan belajar melalui radio. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat menimbulkan motivasi dengan mengurangi kebosanan siswa. Animasi dalam pembelajaran didesain untuk mengembangkan materi dari LKS yang mereka kerjakan. Penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung memperlihatkan aktivitas belajar yang tinggi. Pernyataan ini dipertegas oleh Harun dan Zaidatun (2004), bahwa kelebihan media animasi apabila digunakan dalam pendidikan yaitu, 1) Animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara visual dan dinamik. 2) Animasi digital mampu menarik perhatian pelajar dengan mudah. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding penggunaan media yang lain. Pelajar juga mampu memberi ingatan yang lebih lama kepada media yang bersifat dinamik dibanding media yang bersifat statik. 3) Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan pembelajaran secara maya. Ini utamanya untuk keadaan dimana perkiraan sebenarnya sukar atau

tidak dapat disediakan, membahayakan ataupun mungkin melibatkan biaya yang tinggi. 4) Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih berkesan. 5) Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun demonstrasi. Maka media animasi sangatlah efektif untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Penelitian yang dilakukan hanya sampai siklus II dan tidak dilanjutkan lagi karena sesuai dengan standar ketuntasan peneliti bahwa penelitian dikatakan berhasil apabila 75% dari siswa dalam kelas sudah mencapai nilai standar yaitu 65. Disamping itu ada juga namanya ketuntasan kelas, suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas. Mengenai kapan penelitian dihentikan untuk siklus berikutnya, Wiriaatmadja (2006) mengatakan bahwa apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apapun diteliti telah menunjukkan keberhasilan siklus, yaitu apabila apa yang direncanakan sudah berjalan sebagaimana diharapkan, dan data yang ditampilkan dalam kelas sudah jenuh, dalam arti tidak ada data baru yang ditampilkan dan dapat diamati, serta kondisi kelas dalam pembelajaran sudah mampu dikuasai, maka penelitian dihentikan. Jadi banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung pada kondisi yang stabil dan data yang sudah jenuh.

Berdasarkan hasil penelitian dan uaraian pembahasan di atas diperoleh informasi bahwa penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP negeri 13 Makassar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam pembelajaran langsung meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, dari nilai rata-rata 70,32 menjadi 76,34.

B. Saran Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti adalah: 1. Mata pelajaran biologi sebaiknya disampaikan dengan dukungan penggunaan media animasi pada pembelajaran langsung. Hal ini akan meningkatkan motivasi dan keingintahuan siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal. 2. Media animasi dan lembar kerja siswa yang telah dibuat perlu terus dikembangkan dan direvisi agar benar-benar dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran biologi. 3. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan memperkuat hasil penelitian ini dengan mengadakan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Adri, M. 2008. Flash Case on Teks Animation. http:ilmucomputer.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008. Arikunto, S. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bandono. A. 2003. Model Pembelajaran Langsung. http://beta.tnial.mil.id/ cakrad.php3?id=150. Diakses tanggal 25 Agustus 2008. Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, BS dan A. Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djiwandono, S. E. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Haling, A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit UNM. Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harun dan Zaidatun. 2004. Teknologi Multimedia dalam Pendidikan. http: //www.ctl.utm.my/publications/manuals/mm/elemenMM.pdf. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008. Nasution. W. N.. 2006. Efektivitas Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Langsung terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. http://ligatama.org. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008 Nurhayati dan Lukman W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Rusdianto. 2008. Pengaruh Penggunaan Media Animasi pada Model Pembelajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI MA Negeri Model Makassar pada Konsep Sistem Pencernaan. Skripsi. Makassar: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Saktiyono. 2008. IPA Biologi SMP dan MTS Kelas VIII. Jakarta: ESIS. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Suwarna, I. P. 2007. Model Pembelajaran Fisiska Interaktif melalui Program Macromedia Flash (Computer Based Instruction). http://iwanpermana.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008. Syamsuri, I. 2004. Sains Biologi SMP 2. Jakarta: Erlangga. Tim penyusun. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tiro, M. A. 2004. Pengenalan Biostatistika. Makassar: Andira Publisher. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Uno, H. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Utami, D. 2007. Animasi dalam Pembelajaran. www.uny.ac.id/akademik/ default.php. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2008.

Wiriaatmadja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

You might also like