Professional Documents
Culture Documents
Di tengah gencarnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam mana Dunia Islam tertinggal sekian kali lipat dibandingkan Dunia yang dihuni pemeluk agama lain, masih ada kalangan Muslim yang menawarkan spiritualitas. Relevankah? Bagi para advokatnya, hal itu sangatlah relevan, karena ketertinggalan Dunia Islam dikarena.kan mengabaikan sisi spiritualitas itu, sedangkan bagi lawan mereka, tawaran kaum tradisionalis tersebut tidaklah relevan bahkan terkesan absurd. Hal itu dikarenakan spiritualitas itu hanyalah bersifat kuratif terhadap akses penguasaan ilmu dan teknologi. Usaha dari masing-masing kalangan perlu diapresiasi, karena bertujuan menjadikan Ialam sebagai ajaran yang zamkaniy. Yang berbeda di antara mereka hanyalah metodenya
Pendahuluan
Garis besarnya, pembagian era sejarah kebudayaan Islam yang sudah lazim dimaklumi ada tiga, yaitu era klasik (sejak era Rasulullah sampai dengan abad tiga belas tepatnya tahun 1258 M ditandai dengan pencaplokan Baghdad oleh Hulaku), era pertengahan sejak tahun itu sampai tahun seribu delapan ratusan, dan era modern yaitu sejak tahuntahun delapan ratusan sampai dengan sekarang. Dilihat dari klasifikasi tersebut, maka dunia Islam sekarang ini termasuk dunia pemikirannya ada di era modern. Suka atau tidak, lazimnya sikap dunia Islam termasuk para pemikir Muslim secara realistis- harus menerima modernitas yang menjadi ruh era modern. Apakah jalan pikiran sederhana itu menemukan muara jawaban positifnya?. Jawaban terhadap pertanyaan sederhana tersebut ternyata tidak, karena ada tipe pemikir Muslim yang selalu berdiri dengan sikap pasang kuda-kuda terhadap modernisme, Seyyed Hossein Nasr untuk menyebut salah satu contohnya. Menurut Osman Bakar pakar filsafat Islam dari Malaysia- trend filsafat Islam kontemporer terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama , filsafat
Tradisionalisme
Diskursus tradisionalisme di tulisan ini adalah tradsionalisme ala Seyyed Hossein Nasr dimana dia adalah advokatnya yang paling menonjol. Tradisi menurut Nasr- berarti al-Dn dalam pengertian seluasluasnya, yang mencakup semua aspek agama dan cabang-cabangnya; bisa juga disebut al-Sunnah yaitu apa yang sudah menjadi tradisi sebagaimana dipahami secara umum kata-kata tersebut; bisa juga diartikan al-Silsilah yaitu rantai yang mengkaitkan setiap periode, episode atau tahap kehidupan dan pemikiran di dunia tradisional kepada Sumber, sebagaimana tampak pada Sufisme. Oleh karena itu, tradisi mirip sebuah
244
245
Dari kutipan itu bisa dilihat bahwa kata sains dari kata Inggris berbeda dengan sains dalam pengertian tradisionalnya, yakni ketidak berubahan,permanensi dan pengetahuan tentang tatanan prinsip dan metapisikal. Disamping itu ada cirri-ciri lain and ilmu tradisional antara lain adalah sakralitas, satu hal yang tidak dimiliki oleh sains modern.
246
247
248
Post-Modernisme (Post-Modernism)
Yang disebut Post-Modernisme di Barat adalah dalam pengertian perceraian, pemutusan dengan Modernisme. Itu menurut Nasr- sebagai pemecahan masalah dari bawah bukan dari atas. Yang ditentang kaum tradisionalis di antaranya Nasr bukan seperti yang dipahami Barat. Modernisme bukan hanya hidup dengan gaya, atau cara kontemporer. Yang dimaksud modernisme atau moerna (dalam sebagian bahasa Eropa)
249
250
251
252
Dalam kutipan tersebut, didapatkan penekanan pada objektifitas (objectivity), pengalaman (experience), pemurnian (purification) dan transformasi seseorang, dan refleksi (reflection) murni dari Cahaya Tuhan. Pertama, objektifitas (objectivity). Ini dijelaskan oleh Nasr ketika dia menekankan bahwa sisi batin adalah merupakan sisi hakiki dari agama. Agama memiliki aspek luar dan aspek dalam. Yang termasuk aspek luar adalah doktrin, organisasi, dan tingkah laku. Doktrin telah diberikan Tuhan dalam wahyu. Sisi luar agama bisa diketemukan dalam organisasi umpamanya masjid dan seni. Islam tidak hanya melalui cara pengetahuan untuk mendekat Tuhan, tetapi juga melalui cara seni yang dibuat seseorang. Dengan demikian, orang bisa bisa memberi ekspresi pada kesatuan materi dan kesatuan Tuhan dalam seni dan gedung bangunan yang mereka buat. Tingkah laku adalah aspek lain yang bisa dilihat dari agama. Syariat membantu manusia untuk hidup sesuai dengan kehendak Ilahi. Karena hukum mencakup semua aspek kehidupan, maka kehidupan yang menyesuaikan diri dengan hukum berarti telah memberi tingkat kesatuan hidup tertentu. Kedua, Pengalaman. Karena tujuan Nasr yang utama adalah untuk menunjukkan dari sisi luar agama ke sisi dalamnya, maka perhatian utamanya adalah pengalaman (experience). Integrasi kehidupan yang bisa dicapai dengan melaksanakan hukum harus diperdalam. Berdiri sepanjang Syariat adalah Thariqah, jalan kontemplatif, dimana bisa dilalui seseorang untuk mendekat pada Tuhan dalam hidupnya. Da;lam Islam, tidak ada pertentangan antara kehidupan aktif dan kehidupan kontemplatif; kontemplasi juga merupakan cara orang bertahan hidup dalam kehidupan ini. Perbuatan dan kontemplasi berjalam bersama, ilmu dan amal sangat berhubungan karena Islam mencakup seluruh eksistensi. Nasr sangat konsern pada bagian dalam kepercayaan, bagaiamana dia
253
254
255
256
Penutup
Dalam menghadapi penetrasi budaya Barat, para tokoh pemikir Muslim di Dunia Islam, selain dua tipe tersebut, terbagi lagi kepada tipetipe lain seperti tipe mellenialis, fundamentalis, serta transformatif. Semua tipe pemikir tersebut, hanya berbeda metodologinya tetapi sama tujuannya yaitu bahwa Islam sebagai agama terakhir adalah bersifat zamkaniy yakni shalih likulli zaman wa makan. Memang kadar kental tidaknya kedekatannya dengan budaya Barat serta fanatik tidaknya meyakini kesempurnaan Islam sebagai way of life itulah yang membedakan masingmasing tipe tersebut. Apapun usaha Nasr dengan spiritualitas tradisionalismenya akan menimbulkan pro-kontra sehubungan dengan tantangan Barat yang semakin kompleks. Sedemikian rupa sehingga sebagian ada yang memujinya dan sebagian yang lain mengkritiknya. Hendrik N. Vroom memujinya sebagai pre-eminent Islamic thinkers in Iran dan satu-satunya pemikir Muslim kontemporer yang dijadikan referensi dalam bahasannya tentang konsep kebenaran dalam tradisi Islam.37 Sementara Ziauddin Sardar dalam karyanya Exploration in Islamic Science menyebutnya sebagai Nowhere man.38 Sedangkan Pervez Hoodbhoy dalam bukunya Islamic and Science : Religious Ortodoxy and the Battle for Rationality menyebutnya sebagai the most influential and also the most sophistecated and Articulate.39[]
Catatan Akhir:
Dosen Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Sekarang menjabat Pembantu Dekan III Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Osman Bakar, Filsafat Islam Kontemporer , Ummat No. 14/ Thn. I/ 8 Januari 1996, h. 76-7 2 Seyyed Hosein Nasr, Traditional Islam in the Modern World, terj. Luqman Hakim (Bandung: Pustaka, 1994), h. 3
1 *
257
258
DAFTAR PUSTAKA
A. Luthfi Asysyaukani, Tipologi Dan Wacana Pemikiran Kontemporer, Jakarta: Paramadina, Vol. 1, No. 1, Th. 1988. Hendrik M. Vroom, Religious And the Truth : Philosophical Reflections and Perspectives, Michigan : William B. Eerdmans Publishing Company.
259
260