Professional Documents
Culture Documents
Panduan Geoteknik 2
Tujuan
Penerapan langsung mekanika tanah dan batuan “klasik” yang dikembangkan di
daerah beriklim sedang akan tidak serta merta cocok untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di daerah tropis. Sifat-sifat alami dari m aterial bumi daerah
tropis memerlukan pengujian dan analisis yang berbeda dengan material di daerah
beriklim sedang. Prinsip yang sama berlaku untuk teknik desain dan konstruksi. Oleh
karenanya dibutuhkan fasilitas penelitian yang khusus untuk melakukan penyelidikan,
bila praktek-praktek desain dan konstruksi yang ada ingin ditingkatkan agar jalan yang
dibangun di atas tanah lunak dapat memberikan tingkat paelayanan yang disyaratkan.
Melanjutkan Tahap 1 dari proyek yang dilaksanakan pada tahun 1997-8, Tahap 2
mendapat tugas untuk mempersiapkan edisi pertama dari seri Panduan Geoteknik ini,
yang berhubungan dengan tanah lunak.
Disadari bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari dan dicapai mengenai tanah
lunak Indonesia untuk dapat menghasilkan suatu des ain pembangunan jalan yang
lebih ekonomis. Oleh karenanya diharapkan berdasarkan pengalaman selama
penggunaan edisi pertama Panduan Geoteknik ini, akan diperoleh suatu umpan balik
yang berharga untuk meningkatkan dan memperluas panduan ini di masa mendatang.
Program kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Litbang Prasarana Transportasi
bersama Tim Konsultan. Proyek ini seluruhnya didanai oleh pinjaman Pemerintah
Indonesia dari International Bank for Reconstruction and Development, Highway
Sector Investment Programme 2 , Loan Number 3712-IND.
Panduan Geoteknik 2
Penyelidikan Tanah Lunak
Desain & Pekerjaan Lapangan
Edisi Pertama Bahasa Indonesia © Nopember 2001
WSP International
Kerja sama dengan PT Virama Karya
PT Trikarla Cipta
Pengantar
Tanah lunak yang dimaksudkan dalam Panduan Geoteknik ini meliputi lempung
inorganik (lempung bukan organik), lempung organik dan gambut.
Tanah ini terdapat pada area lebih dari 20 juta hektar, lebih dari 10 % dari tanah
daratan Indonesia.
Panduan Geoteknik ini dan seri lainnya diperuntukkan para praktisi di lapangan
dengan maksud memberikan pedoman dan petunjuk dalam disain dan pelaksaan
konstruksi jalan di atas tanah lunak. Berbagai panduan yang dibuat, sangat cocok
untuk diterapkan dalam disain berbagai tipe jalan, mulai dari Jalan Nasional hingga
Jalan Kabupaten. Panduan-panduan disajikan untuk kelompok-kelompok praktisi,
sbb:
‘Panduan’ ini akan menjelaskan kepada anda mengapa pada lokasi tanah lunak diperlukan
investigasi khusus, waktu untuk melaksanakn investigasi, dan pertimbangan terhadap
pembiayaan secara khusus untuk melaksanakan investigasi yang memadai serta interpretasi
yang tepat.
‘Panduan’ ini akan memberikan gambaran kepada anda, bagaimana lokasi tanah lunak harus
diidentifikasi, prosedur-prosedur yang harus anda terapkan dalam investigasi tersebut, dan
prosedur-prosedur desain dan pelaksanaan yang harus diikuti. ‘Panduan’ ini juga mengarahkan,
kapan informasi yang didapatkan tersebut memerlukan masukan dari spesialis/ahli yang telah
berpengalaman.
Ahli-ahli Geoteknik
Para ahli geoteknik yang berpengalaman dalam konstruksi jalan di atas tanah lunakpun, dapat
memanfaatkan ‘Panduan’ ini untuk mendapatkan rangkuman prosedur-prosedur yang
bermanfaat yang dapat digunakan dan diterapkan pada proyek-proyek yang lebih kompleks
dimana mereka terlibat secara langsung.
Walaupun panduan-panduan ini ini hanya berkaitan dengan jalan di atas tanah
lunak, namun para perekayasa yang menangani jalan pada tipe tanah lainpun, dan
bangunan sipil tipe lainpun akan mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat
dalam menghadapi permasalahan yang serupa.
Panduan ini memberikan informasi yang cukup kepada para pembaca untuk:
• Memahami perbedaan tipe-tipe dari tanah yang akan ditemukan di Indonesia
dan bagaimana hubungannya dengan konteks regional dan dunia.
• Menentukan penilaian awal dari segala kemungkinan dimana tanah-tanah
tersebut akan ditemukan pada lokasi-loksasi tertentu.
• Mengidentifikasi keberadaan tanah lunak, sehingga prosedur-prosedur yang
disebutkan dalam Panduan Geoteknik 2 hingga 4 perlu diterapkan dalam
proyek tersebut.
Panduan Geoteknik CD
Panduan ini menggambarkan bagaimana seorang PGD yang telah ditunjuk tersebut
harus mencatat dan menandatangani setiap tahapan pekerjaan. Jika PGD tersebut
suatu saat diganti, maka prosedur-prosedur yang telah ditetapkan tersebut harus
diadopsi di dalam klausal serahterima, yang mana PGD-Baru tersebut akan
melanjutkannya dengan tanggung jawab sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam
Panduan Geoteknik 4.
Latar belakang dan pengalaman dari PGD tersebut akan bervariasi berdasarkan
kuantitas dan kompleksitas dari proyek yang bersangkutan. Untuk Jalan
Kabupaten, Perekayasa yang ditunjuk harus memiliki kemampuan/latarbelakang
keteknikan dasar yang cukup serta pengetahuan lokal yang memadai. Sedangkan
untuk skala proyek yang lebih besar, Perekayasa dengan latar belakang khusus
kegeoteknikan, umumnya menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.
3 Pendekatan Umum.................................................................................8
3.1 Tujuan Penyelidikan..........................................................................8
3.2 Metodologi Penyelidikan Lapangan Umum ........................................9
3.2.1 Pendahuluan..............................................................................9
3.2.2 Zonasi dari Tanah ....................................................................11
3.2.3 Zonasi dari Proyek...................................................................13
(i)
7.1 Metoda Pemboran dan Aplikasinya ..................................................29
7.1.1 Pendahuluan............................................................................29
7.1.2 Pemboran Berputar (Rotary Drilling)........................................29
7.1.3 Pemboran dengan Auger ..........................................................31
7.1.4 Pemboran dengan Pembilasan...................................................32
7.2 Stabilisasi Lubang Bor ....................................................................32
7.2.1 Tabung Contoh........................................................................33
7.2.2 Lumpur Pemboran ...................................................................34
7.2.3 Air ..........................................................................................34
7.3 Pembersihan Lubang Bor.................................................................34
7.3.1 Pembersihan dengan Sirkulasi Lumpur Pemboran......................34
7.3.2 Pembersihan dengan Alat Mekanik ...........................................35
7.4 Pengambilan Sampel.......................................................................35
7.4.1 Sumber-sumber Gangguan Pada Sampel ...................................36
7.4.2 Klasifikasi Kualitas Sampel......................................................36
7.4.3 Evaluasi Kualitas di Lokasi ......................................................37
7.4.4 Metode Pengambilan Contoh ....................................................38
7.4.5 Penanganan Sampel.................................................................43
7.4.6 Pengiriman Sampel ke Laboratorium.........................................44
9 Pencatatan Data...................................................................................54
9.1 Catatan Pemboran...........................................................................54
9.2 Catatan Pendugaan (Sounding).........................................................54
9.3 Catatan Pengujian Langsung di Lapangan.........................................54
9.4 Identifikasi Lapangan dan Klasifikasi Tanah.....................................55
9.4.1 Pengeplotan Profil Tanah .........................................................56
11 Laporan-laporan ..................................................................................59
(ii)
12 References ..........................................................................................63
Lampiran-lampiran
(iii)
1 Pendahuluan Panduan Geoteknik 2
Petunjuk yang diberikan dapat pula digunakan untuk pekerjaan timbunan oprit
jembatan.
Panduan ini mensyaratkan bahwa untuk setiap proyek jalan seorang insinyur,
yang dalam Panduan ini disebut sebagai Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk
(Designated Geotechnical Engineer), akan ditetapkan oleh Pimpinan Tim
1
(Team Leader) untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan geoteknik,
sebagaimana yang dijelaskan pada Pengantar.
2
2 Definisi Proyek dan Penjelasannya
2.1 PENDAHULUAN
Proses dari penyelidikan lapangan dan bagaimana proses tersebut sesuai dengan
seluruh kegiatan disain ditunjukkan pada Gambar 2.1
3
2.2 DATA PROYEK
Jika Proyek tidak dapat menyediakan data kepada Insinyur Geoteknik yang
Ditunjuk sebagaimana yang telah disyaratkan di atas, maka asumsi-asumsi
harus dibuat berdasarkan petunjuk-petunjuk yang akan dibahas pada bab-bab
berikut.
4
Klasifikasi berdasarkan Klasifikasi berdasarkan Disain
Fungsi
Tipe I Tipe II
Kelas DTV Kelas
< 10,000 II
Arteri N.A. á 20,000 I
Sekunder < 20,000 II
Kolektor N.A. á 6,000 II
Asumsi dari umur pelayanan untuk timbunan dapat mempengaruhi level banjir
rencana sebagaimana didiskusikan di bawah ini. Umur perkerasan, yang
merupakan waktu hingga dilakukannya perbaikkan kembali secara kesuluruhan
(full depth reconstruction), memiliki pengaruh pada penurunan berbeda yang
diijinkan, walaupun umumnya penurunan akan selesai dalam masa sepuluh
tahun dan hal ini bukan merupakan masalah yang mendasar.
1
Data pada Tabel 2-1 dan 2-2 diambil dari Manual Gambut Pusat Litbang Prasarana Transportasi
2
Referensi dari Manual Gambut Pusat Litbang Prasarana Transportasi
5
2.2.5 Level Rencana Timbunan
Alinyemen vertikal harus diberikan oleh proyek kepada Insinyur Geoteknik
yang Ditunjuk. Tetapi jika informasi ini tidak tersedia, maka Insinyur
Geoteknik yang Ditunjuk tersebut harus mengestimasi tinggi timbunan yang
memunkinkan sebagai berikut:
Umumnya level rencana dari badan jalan bergantung pada level banjir rencana
dari jalan dan tipe struktur fondasi yang akan digunakan. Level Jalan Rencana
didefinisikan sebagai level minimum yang bertahan hingga akhir umur
pelayanan dari jalan tercapai.
Tabel 2-2 Tinggi Bebas (Freeboard) yang Dibutuhkan untuk Timbunan Jalan
Tinggi level banjir rencana perlu diestimasi dan hal ini harus dilakukan sebagai
bagian dari Peninjauan Lapangan (lihat bab 5.2.2).
Alinyemen vertikal harus dibuat lebih tinggi jika rencana jalan akan memotong
sungai, jalan yang sudah ada atau rel kereta api. Sebagai estimasi awal, level
akhir rencana pada lokasi-lokasi berikut ini harus di asumsikan untuk
memperkirakan tinggi timbunan maksimum:
6
Jalan 6.5 m di atas level jalan yang sudah ada
7
3 Pendekatan Umum
Contoh khas dari tujuan-tujuan yang ingin di capai dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Untuk memperoleh informasi awal dari kondisi tanah, sebagai masukan
dalam studi kelangsungan ekonomi (economic viability study) dari proyek
Untuk memperoleh informasi awal dari kondisi tanah dasar, untuk
mengidentifikasikan kemungkinan disain-disain alternatif dan
memungkinkan penyelidikan yang lebih lengkap untuk direncanakan
Untuk memperoleh informasi lengkap dari kondisi tanah untuk
merencanakan metode pengelolaan/perlakuan (ground treatment) yang tepat
untuk timbunan dan fondasi untuk jembatan serta konstruksi penyeberangan
lainnya
Untuk menyediakan informasi akan kondisi tanah dasar kepada Kontraktor
Untuk memperoleh informasi tambahan pada lokasi tertentu untuk
mengklarifikasi kondisi tanah, sehingga disain strukturnya menjadi lengkap.
Seorang Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus menentukan tujuan yang ingin
dicapai dari penyelidikan sebelum merencanakan pekerjaannya. Tujuan-tujuan
8
tersebut harus dirumuskan secara tertulis dan dimasukkan dalam pendahuluan
pada laporan pekerjaan yang dilaksanakan.
3.2.1 Pendahuluan
Dalam hal disain dari penyelidikan lapangan, perlu kiranya untuk memperluas
tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagaimana telah dirumuskan di Bab 2,
menjadi rumusan persyaratan-persyaratan yang lebih lengkap.
Untuk mencapai hal tersebut, lokasi dari penyelidikan perlu dibagi atau
dikelompokkan dengan dua cara:
Berdasarkan tipe dari tanah yang diharapkan
Berdasarkan persyaratan dari proyek.
Zonasi (Zoning) dapat dilakukan pada tahapan studi kelayakan. Sebuah contoh
dari lokasi, yang akan digunakan seterusnya pada Panduan Geoteknik ini
sebagai contoh, ditunjukkan pada Gambar 3.1.
9
Gambar 3-1 Zonasi dari lokasi proyek: Lembar Contoh Peta Dasar.
10
3.2.2 Zonasi dari Tanah
Tujuan dari zonasi ini adalah untuk menyederhanakan kondisi aktual di
lapangan sedemikian rupa sehingga dapat dianalisis prilaku dari tanah sehingga
dapat menghasilkan sebuah perencanaan yang tepat.
Bersamaan dengan identifikasi dari Unit Tanah adalah identifikasi dari zona
tanah. Pertama-tama, variasi dari ketebalan dari Unit Tanah sepanjang rute
proyek perlu untuk diperhatikan. Kemudian areal dengan Unit Tanah yang sama
dan ketebalan yang sama dapat dikelompokkan menjadi satu Zona Tanah.
Zonasi awal dari tanah ditunjukkan pada Gambar 3.2.
11
Gambar 3-2 Zona-zona Tanah Awal
12
Untuk proyek-proyek kecil, pada tanah yang relatif konsisten, sebuah Zona
Tanah tunggal dapat diterapkan.
Menentukan Unit Tanah dan Zona Tanah sebelum pelaksanaan penyelidikan lapangan
sepertinya merupakan sesuatu hal yang bertentangan. Tetapi survey singkat bersama dengan
data dari studi literatur seharusnya cukup memadai untuk menghasilkan sebuah model
sementara dari kondisi lapisan tanah.
Salah satu tujuan dari penyelidikan lapangan adalah untuk mempertegas atau merubah model
ini.
Jika ada pembatasan khusus yang diterapkan, maka hal ini akan menghasilkan
zona-zona tambahan, sebagai contoh:
Persyaratan khusus dari program konstruksi
Lokasi dari utilitas-utilitas utama
Lokasi dari bangunan-bangunan sensitif atau struktur-struktur yang
berdekatan dengan badan jalan.
Sebuah contoh dari Zonasi Awal ditunjukkan pada Gambar 3.3. Struktur-
struktur geoteknik A, B, C dikombinasikan dengan Zona Tanah 1-4 untuk
menghasilkan Zona Proyek; sebagai contoh C1 merujuk ke timbunan dengan
tinggi 3 hingga 4 meter di atas Endapan-endapan Rawa.
Pada contoh ini akan lebih bermanfaat untuk menambahkan Zona Proyek
tambahan untuk areal di dekat jalur transmisi tegangan tinggi.
Tak ada zona proyek yang ditunjukkan untuk areal penggalian tanah residu
(residual soils). Meskipun demikian, pemakaian dari sistem ini akan sangat
relevan untuk hal tersebut maupun digunakan pada proyek lain yang melibatkan
pekerjaan-pekerjaan kegeoteknikan.
13
Gambar 3-3 Zona-zona Proyek Awal
14
4 Strategi Penyelidikan Lapangan
4.1 PENDAHULUAN
Penyelidikan Lapangan untuk proyek-proyek jalan sering kali diperlukan seperti beberapa titik
bor dan beberapa titik sondir, dengan uji laboratorium berupa test rutin dilakukan untuk
sampel-sampel yang diambil pada interval kedalaman 2.5 atau bahkan 5m.
Sebagai suatu hasil, akan cukup mengejutkan jika informasi yang didapat seluruhnya tidak
cukup memadai untuk mendapatkan sebuah disain yang memuaskan. Timbunan runtuh–
penurunan yang besar di dekat jembatan– abutmen jembatan runtuh– merupakan masalah-
masalah umum yang terjadi sebagai akibat dari penyelidikan lapangan yang tidak memadai.
Jika pada tahapan ini informasi yang dibutuhkan tersebut tidak didapatkan,
maka ketika tahapan selanjutnya akan dilakukan, hal ini harus diidentifikasi
dalam laporan, dimana data harus didapatkan secepat-cepatnya dan informasi
tersebut harus diperhitungkan kembali ketika data tersebut sudah didapatkan.
Tujuan dari penyelidikan awal ini adalah untuk mengidentifikasi profil tanah
sepanjang rute proyek, sehingga penyelidikan lapangan yang lebih lengkap
dapat dipersiapkan dengan lebih baik.
15
Teknik-teknik penyelidikan yang harus dilakukan cukup sederhana, seperti
pemboran dengan auger (augering) dan uji konus. Jika di awal proyek sudah
jelas bahwa Penyelidikan Awal merupakan hal yang cukup penting atau dapat
diterima, maka pekerjaan ini dapat disatukan dengan survey pendahuluan
(walkover survey) pada lokasi proyek dan daerah sekitarnya, sebagaimana
dijelaskan pada Bab 5.
Perencanaan dari Penyelidikan Utama seharusnya TIDAK berdasarkan asumsi bahwa sebuah
penyelidikan tambahan akan dilaksanakan.
4.2 PROSEDUR-PROSEDUR
16
Jika biaya penyelidikan lapangan yang ada kurang dari kisaran sebagaimana
yang disusun dalam Lampiran C tersebut, maka Insinyur Geoteknik yang
Ditunjuk dapat merumuskannya dalam Laporan Disain dilengkapi dengan
pembuktian dan alasan-alasan kenapa terjadi pengeluaran yang lebih rendah.
Strategi Pembiayaan
Pada saat ini, pekerjaan penyelidikan lapangan sering dimasukkan dalam Uraian Disain untuk
Konsultan dan pembiayaannya merupakan bagian dari biaya perencanaan.
Sebagai konsekuensi, cakupan dari penyelidikan lapangan sering menjadi agak terbatas dan
Konsultan harus menentukan lebih luas lagi penyelidikan yang akan dilakukan sebagai bagian
dari kontrak konstruksi.
Lebih jauh, kesempatan untuk meningkatkan kualitas desain atau mendapatkan desain yang
ekonomis sering digagalkan oleh keharusan untuk mematuhi Kontrak atau mengabaikan
variasi dan keperluan akan pembiayaan lainnya.
Seorang Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus mengajukan penyelidikan lapangan yang
luas dan lengkap kepada Manajer Proyek, dan sebuah metode yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pembiayaan dari penyelidikan tersebut. Insinyur Geoteknik
yang Ditunjuk juga harus melaporkan kepada Manajer Proyek tentang konsekuensi-
konsekuensi yang tidak dapat ditolerir jika terjadi keterlambatan dari penyelidikan keseluruhan
hingga tahapan konstruksi dilaksanakan.
17
5 Pengumpulan Data Terdahulu
Pengumpulan data terdahulu meliputi suatu studi literatur dan suatu peninjauan
lapangan.
18
Penampang pemboran dan laporan penyelidikan lapangan pada lokasi
terdekat yang memiliki sifat-sifat tanah yang relatif sama
Sejarah pemanfaatan lokasi sebelumnya
Foto-foto udara dan satelit
Catatan penyewa yang berwenang.
Sumber-sumber peta dan foto udara di Indonesia dicantumkan pada Tabel 5-1.
Panduan Geoteknik 1 mendiskusikan bagaimana peta topografi dan geologi
dapat digunakan untuk memberikan indikasi awal akan keberadaan dari
endapan tanah lunak.
Lokasi:
Foto udara 1:30,000 2
Peta topografi 1:50,000 -1:250,000 1,2,3
Peta dasar skala besar 1:1,000 – 1:5,000 1
Peta geomorfologi 1:50,000 2
Struktur Tanah:
Peta geologi 1:250,000 or less 1
Peta sistem lahan 1:250,000 2
(Tanah dasar) air:
Peta geohidrologi 1:250,000 1
Laporan dari studi literatur ini harus disusun berdasarkan Bab 11.
19
5.3 PENINJAUAN LOKASI
Suatu kumpulan yang khas dari kegiatan peninjauan lapangan tersebut adalah
sebagai berikut:
Seluruh areal harus dilewati dengan berjalan kaki dan mengambil foto pada
sudut-sudut yang dianggap penting
Perbedaan-perbedaan yang tidak sesuai dengan perencanaan yang ada harus
dicatat
Gangguan-gangguan atau batasan terhadap pekerjaan yang potensial harus
dicatat (jaringan listrik dan telepon, pohon, pipa-pipa air, dan saluran
pembuangan)
Akses ke lokasi untuk penyelidikan harus diperiksa
Sumber material (quarries) di dekat lokasi harus dikunjungi dan penilaian
terhadap kualitas dan jumlah material yang tersedia serta kemungkinan
aksesnya harus dilakukan
Daerah rawa-rawa yang basah, atau dataran rendah yang sepertinya dapat
mempengaruhi kemungkinan untuk melewatkan lalu lintas, harus dicatat
Level air, arah dan kecepatan aliran pada sungai dan kali harus dicatat,
bersamaan dengan level banjir dan pasang surut yang relevan
Informasi geologi yang bermanfaat dapat diperoleh dengan memeriksa
kondisi struktur geologi dan stabilitas dari galian jalan atau rel kereta dan
pada daerah terbuka atau singkapan. Jika geologi dari lokasi merupakan
suatu hal yang signifikan maka akan merupakan suatu praktek yang baik
untuk menyimpulkan seluruh informasi yang relevan pada sebuah peta
geologi yang digambar pada skala yang tepat
Fitur-fitur dari sifat-sifat tanah terdekat dan sejenisnya yang akan
dipengaruhi oleh kegiatan yang akan dilakukan, harus diperiksa
20
Banyak informasi lain yang bermanfaat yang sering dapat diperoleh dengan
meminta keterangan langsung di lokasi.
21
6 Perencanaan & Disain dari Penyelidikan
Lapangan
6.1 PENDAHULUAN
22
pengambilan contoh tanah dapat disiapkan sebelum penyelidikan lapangan yang
detil dilaksanakan.
Hasil dari penyelidikan awal ini harus dilaporkan dalam sebuah Laporan
Faktual menurut Bab 11. Sebuah Laporan Interpretasi juga harus dibuat dimana
pada laporan tersebut dilakukan penyesuaian dan pembaruan dari Sistem Zona
yang ditetapkan terdahulu untuk penyelidikan lapangan utama.
Untuk seksi dari rute jalan dimana dari hasil studi literatur atau penyelidikan
awal mengindikasikan bahwa lokasi tersebut merupakan atau dilapisi endapan
tanah lunak, maka penyelidikan harus dilakukan menurut petunjuk yang
diberikan dalam Panduan Geoteknik ini.
Tujuan dari penyelidikan utama ini harus dirumuskan dan mengikuti Tujuan
Proyek yang dibuat oleh Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk yang telah
dirumuskan sebelumnya dan dijelaskan pada Bab 3.
23
Pemilihan terhadap metode yang akan digunakan dilakukan bergantung pada
kelas jalan dan asal-usul terbentuknya tanah lunak. Tabel 6-1 berikut
mengidentifikasikan tingkatan penyelidikan yang diperlukan berdasarkan Kelas
jalan yang ada.
24
Pimpinan Tim
Pertimbangan Laboratorium
* Lokasi yang akan diambil contoh pada tiap Zona Proyek Pertimbangan-pertimbangan Lapangan
25
Seorang Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk bebas untuk memilih tingkatan
penyelidikan yang berbeda dari yang ditunjukkan pada tabel, sepanjang alasan
melakukan hal tersebut dilaporkan dala m Laporan Disain (sebagaimana
dijelaskan pada Panduan Geoteknik 4).
Tabel 6-1 Tingkatan Penyelidikan Lapangan yang Diusulkan untuk Berbagai Kelas Jalan
Titik-titik yang diselidiki harus ditetapkan dengan mengacu pada garis tengah
dari jalan raya yang diusulkan, sehingga variasi lateral dari tanah dapat di
tampakkan.
26
lunak ke areal yang lebih keras, maka jarak antara titik sondir harus di perkecil
menjadi 25m sehingga daerah perbatasannya dapat di tempatkan lebih akurat.
Tujuan dari penyelidikan tanah yang detil pada tanah lunak adalah untuk
mendapatkan informasi-informasi kegeoteknikan untuk keperluan analisis dan
perencanaan dari timbunan jalan termasuk juga solusi-solusinya, sehingga
lokasi dan kedalaman dari pengambilan sampel harus ditentukan berdasarkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah-masalah kegeoteknikan
seperti stabilitas dan penurunan.
Sampel tak terganggu harus diambil pada lapisan yang kritis menurut analisis
dan perencanaan dari timbunan.
Jumlah sampel yang diambil harus cukup untuk mewakili sebuah Unit Tanah
atau harus konsisten dengan akurasi yang disyaratkan dalam desain dan skala
dari struktur.
27
Untuk mendapatkan contoh-contoh tanah yang diharapkan, program
pengambilan contoh tanah harus diselesaikan setelah penyondiran atau
pengujian langsung di lapangan, dimana hal ini akan lebih praktis untuk
dilaksanakan.
Sebuah desain rencana pengambilan sampel yang tepat akan dapat dibuat
dengan baik dengan menyiapkan jadwal awal dari pengujian laboratorium untuk
setiap titik pemboran.
28
7 Pemboran dan Pengambilan Sampel
7.1.1 Pendahuluan
Hingga saat ini, tak ada Standar Indonesia untuk metode pemboran. Sebuah
standar untuk pencatatan dan interpretasi dari pemboran inti (core drilling)
diberikan pada SNI 03-2436-1991. Persyaratran untuk pelaksanaan pemboran
pada tanah lunak diberikan pada ISSMFE (1981). Metode pemboran yang dapat
diterapkan pada tanah lunak akan dibahas pada bagian berikut di bawah ini.
29
lubang bor. Tinggi (head) dari lumpur pemboran yang memiliki berat isi tinggi
akan menetralkan tegangan tanah setempat dan oleh karenanya akan membantu
mempertahankan lubang bor tetap terbuka. Lumpur dengan viskositas yang
sangat tinggi juga akan menjaga bagian bawah lubang bor tetap bersih dengan
menutup butiran halus dan potongan tanah. Meskipun demikian, lumpur
bentonit cenderung untuk menempel sepanjang lubang bor, sehingga akan
menghambat aliran air tanah alami ke dalam lubang bor. Hal ini dapat
menyulikan usaha selanjutnya untuk mendapatkan letak muka air tanah.
Penggunaan air sebagai cairan pemboran akan dapat menghilangkan masalah
ini.
Jika air yang digunakan sebagai cairan pemboran, maka hal tersebut tidak akan
memberikan keuntungan seperti jika menggunakan lumpur bentonit, seperti
stabilisasi lubang bor, pembersihan lubang bor, dan pelumasan mata bor.
Meskipun demikian, penggunaan air akan memungkinkan identifikasi dan
penentuan lapisan tanah untuk dilakukan karena potongan-potongan tanah akan
secara jelas diamati. Jika digunakan air, pengambilan contoh akan
menghasilkan sebuah lapisan yang rusak/cacat pada bagian atas dari sampel.
Kecepatan rotasi dari mata bor dan dorongan ke bawahnya, serta volume dari
cairan pemboran yang dipompa akan saling berkaitan. Rotasi mata bor,
kecepatan pemboran selanjutnya, dan kecepatan sirkulasi lumpur pemboran
seluruhnya harus diatur untuk menghasilkan potongan tanah yang cukup kecil
untuk diangkut ke permukaan serta memungkinkan dilakukannya kecepatan
penetrasi yang maksimum. Jika mata bor telah mendekati kedalaman
pengambilan contoh yang diinginkan, kecepatan penetrasinya harus dikurangi,
30
dan kehati-hatian harus selalu diberikan untuk meminimalisasi gangguan yang
dapat terjadi pada tanah Tabel 7-1 berikut memberikan beberapa nilai parameter
pemboran yang diusulkan oleh berbagai institusi.
Tabel 7-1 Nilai Parameter yang Diusulkan untuk Putaran Pemboran pada Tanah Lunak
Auger seharusnya tidak ditekan sedemikian rupa ke dalam tanah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya penurunan atau perpindahan lateral dari tanah.
Percobaan penggalian sebelum pemboran untuk mempelajari jumlah putaran
yang diperlukan untuk mengisi kepala/topi auger, akan dapat mengurangi
bahaya yang ditimbulkan akibat penekanan/pendorongan yang berlebihan dari
auger. Pengisian yang berlebihan dari auger, pada saat sedang ditarik, akan
bersifat seperti piston yang ditarik pada dinding lubang bor dan dasarnya, yang
akan menyebabkan gangguan yang serius pada tanah pada kedalaman
pengambilan contoh. Efek piston ini dapat diminimalisasi dengan menggunakan
sebuah auger dengan sebuah buritan (stern) yang berlubang yang udara atau
cairan dapat didorong melewati lubang tersebut ke ujung auger atau dapat
membebaskan isapan yang terjadi sepanjang proses penarikan auger.
Alternatifnya, penggunaan sebuah auger menerus akan dapat mengurangi
jumlah kegiatan penarikan dari auger.
Jika sebuah lubang bor telah dilanjutkan hingga kedalaman kira-kira tiga kali
diameter lubang bor di atas kedalaman pengambilan sampel, maka kecepatan
penetrasi auger harus dikurangi. Hal ini akan membantu mencegah pengisian
berlebihan pada auger dan akan meminimalisasi gangguan yang terjadi pada
tanah. Auger dapat digunakan untuk membor lubang di bawah muka air tanah.
Meskipun demikian, hanya sedikit hal yang dapat dilakukan untuk meniadakan
squeezing dari dinding bor dan terangkatnya (heaving) dasar lubang bor. Jika
31
fenomena tersebut terjadi, akan terjadi perubahan resultan pada tanah dan
perubahan tekanan air pori pada dinding dan dasar lubang bor.
Jika tabung sampel (casing) digunakan untuk menstabilisasi lubang yang telah
di auger, maka auger tersebut harus melampaui tabung cetakan tersebut untuk
meminimalisasi gangguan pada tanah yang ditimbulkan oleh tabung sampel
tersebut. Tabung sampel umum digunakan untuk mencegah bagian atas dari
lubang bor di dekat permukaan tanah menjadi runtuh.
Tanah yang dikeluarkan dari dasar tanah dengan menggunakan auger tidak akan
efektif digunakan untuk membuat profil memanjang tanah karena tanah yang
dikeluarkan tersebut dapat saja tercampur dengan tanah dari lapisan yang lain.
Contoh pada tabung yang diambil pada dasar dari lubang auger akan cocok
untuk digunakan pada pengujian indeks dan analisis fabrik. Jika gangguan di
bawah dasar lubang selama pemboran dengan auger dilakukan dapat dikontrol,
maka sampel-sampel ini dapat mencapai kualitas Kelas B sebagaimana
dijelaskan pada Bab 7.4.
Lubang bor pada tanah lunak perlu distabilisasi dengan tabung sampel ataupun
lumpur pemboran. Penggunaan lumpur pemboran lazimnya lebih disukai karena
akan dapat meminimalisasi pembebasan tegangan yang disebabkan oleh
pemindahan tegangan setempat tanah, dapat menghilangkan gangguan pada
tanah yang disebabkan oleh pemasangan tabung sampel dan lebih ekonomis.
32
Untuk pengambilan sampel tak terganggu di atas muka air tanah, lumpur
pemboran ataupun air seharusnya tidak digunakan untuk stabilisasi, karena
cairan ini akan dapat merubah kadar air dari tanah.
Jika tabung telah dipasang pada kedalaman yang diingikan, lubang harus
dibersihkan sebelum sampel tak terganggu diambil. Pada saat proses
pengambilan contoh sedang dilakukan, tambahan sambungan tabung dapat
dipasang/sambung pada tabung tersebut dan ditekan dengan pemutaran dan
sirkulasi dari cairan pemboran. Diameter luar yang lebih besar dari sepatu mata
bor akan membantu dalam mengurangi friksi yang terjadi antara tanah dan
dinding tabung.
Pada material yang lunak, tabung akan memberikan dukungan lateral tetapi
tidak akan dapat mencegah terangkatnya dasar lubang bor. Stabilitas dari lubang
akan bertambah pada contoh ini, dengan mempertahankan tabung tersebut terisi
oleh cairan pemboran.
33
7.2.2 Lumpur Pemboran
Sifat lumpur pemboran yang relevan dalam hal ini adalah viskositas,
karakteristik jel, dan berat jenis atau berat isinya. Lumpur pemboran umumnya
disiapkan dengan mencampur bentonit ataupun produk-roduk sejenis dengan
air. Kadangkala digunakan bahan aditif untuk mengontrol flokulasi, tisotrofi
(thixotropy), viskositas, dan kekuatan jelnya.
Jika lubang telah terisi sepenuhnya oleh lumpur pemboran ini, tekanan antara
lumpur melawan dinding dan yang tejadi pada dasar lubang akan secara berarti
mengurangi squeezing pada dinding dan terangkatnya dasar lubang. Lumpur
pemboran cenderung membentuk saringan menempel sepanjang dinding lubang
bor yang akan menghalangi gerakan mukan air pada lubang bor, khususnya
pada lapisan non kohesif. Saringan yang menempel ini juga akan memberikan
gaya kohesi pada tanah, yang akan mencegah pengendapan dari partikel halus
tanah dari dinding lubang bor, dan akan menurunkan kecepatan pengembangan
dari tanah kohesif..
7.2.3 Air
Air dapat digunakan untuk menstabilkan lubang bor pada tanah sedang hingga
keras, tetapi tidak cocok digunakan untuk lempung lunak karena air dapat
mengurangi kuat geser dari material kohesif. Kehilangan ini sering kurang dari
yang digantikan oleh peningkatan efek stabilisasi. Air akan tidak efektif untuk
mencegah squeezing dan pengangkatan dari tanah plastis ataupun mencegah
robohnya tanah non kohesif.
Ketika menggunakan lumpur pemboran atau air untuk menstabilkan lubang bor,
level dari cairan tersebut harus dipertahankan pada atau di atas level air tanah,
dan tak ada kesempatan selama proses pemboran dan pengambilan contoh untuk
cairan tersebut turun di bawah muka air tanah.
Sebuah lubang bor harus dibersihkan sebelum sebuah alat pengambil contoh
dimasukkan ke dalam tanah untuk mengambil contoh tak terganggu. Sedimen
halus dari sisa potongan tanah ataupun partikel tanah dari dinding lubang bor
dapat secara serius mempengaruhi kualitas pengambilan contoh. Dua metode
pembersihan lubang bor sebelum pengambilan contoh dapat digunakan untuk
tujuan ini, yaitu dengan sirkulasi lumpur pemboran dan dengan menggunakan
alat mekanik.
34
cairan harus dikurangi dan pemboran dilanjutkan dengan kehati-hatian
sepenuhnya. Ketika mata bornya telah mencapai kedalaman pengambilan
sampel, perputaran dari mata bor tersebut harus dihentikan dan material halus di
dalam lubang bor dibuang dengan menggunakan sirkulasi lumpur pemboran.
Lumpur pemboran ini harus diarahkan ke atas. Mata bor yang diarahkan ke
bawah tidak dapat digunakan. Lubang bor akan secara sempurna dibersihkan
jika sebuah suspensi konstan yang halus pada lumpur telah dicapai. Batu kerikil
atau tanah sangat plastis akan sangat sulit untuk dipindahkan dari lubang
dengan metode ini.
Jika dasar lubang belum bersih, sebuah piston pengambil contoh yang pendek
atau sebuah penginti (core barrel) dapat diturunkan dan sedimen diangkut
dengan inklusi pada tabung contoh.
Tujuan dari pengambilan contoh dan pengujian laboratorium lebih lanjut adalah
untuk mendapatkan informasi geoteknik, seperti kuat geser dan karakteristik
deformasi yang dibutuhkan untuk disain yang aman dan ekonomis dari suatu
struktur. Oleh karena itu kualitas dari contoh harus cukup baik untuk keperluan
desain tersebut. Sampel tak terganggu dapat memberikan kuat geser dan
parameter kompresi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah-masalah
geoteknik yang utama. Sampel terganggu atau yang mewakili dapat
memberikan informasi yag bernilai akan sifat-sifat kimia, plastisitas dan kadar
air dari tanah termasuk juga informasi leleh (yielding) untuk pengklasifikasian.
35
7.4.1 Sumber-sumber Gangguan Pada Sampel
Kualitas dari sampel akan sangat dipengaruhi oleh gangguan selama proses
pemboran, pengambilan contoh, penanganan, transportasi, penyimpanan dan
persiapan spesimen uji. Gangguan ini akan mempengaruhi struktur mikro dari
sampel tanah. Sumber-sumber gangguan pada sampel telah diidentifikasi pada
ISSMFE(1981) sebagai berikut:
A. Perubahan dari unsur-unsur material.
1) Perubahan kadar air (dapat diabaikan).
2) Pergerakan gas yang terperangkap (dapat diabaikan).
B. Perubahan kimia dari sampel (dapat diabaikan).
C. Faktor-faktor fisik.
1) Perubahan temperatur (dapat diabaikan).
2) Kehilangan tegangan setempat (tak dapat diabaikan).
3) Gangguan mekanik (dapat diabaikan sebagian).
4) Rebound (tak dapat diabaikan).
Gangguan mekanik yang terjadi selama proses pengambilan sampel terdiri atas:
1) Kompresi dan geser selama pemboran.
2) Kompresi dan geser selama penetrasi dari tabung contoh.
3) Pengisapan, penegangan dan/atau torsi selama proses penarikan tabung
sampel.
4) Goncangan dan getaran selama proses penyegelan, transportasi dan
penyimpanan.
5) Kompresi dan geser akibat proses pengeluaran dan pemotongan
spesimen uji di laboratorium.
36
Kualitas Metode Pengambilan Contoh Sifat-sifat yang secara andal
dapat diperoleh
Tabel 7-2 Klasifikasi Kualitas Sampel yang Diusulkan untuk Praktek di Indonesia
Pada sisi yang lain, gambut dengan kadar serat yang tinggi juga memiliki
koefisien permeabilitas yang tinggi pula sehingga akan tidak mungkin untuk
memperketat aliran air ke luat dari sampel selama proses pengambilan sampel.
Dengan demikia, penentuan kadar air di laboratorium akan tidak andal/valid dan
nilai yang diukur akan lebih rendah dari keadaan sesungguhnya di lapangan.
Jika ada kerusakan di atas yang terjadi maka hal tersebut harus dicatat pada
Formulir Pemindahan Sampel dan sampel tersebut diklasifikasikan kembali
sebagai sampel Kelas D.
37
Rasio pengembalian yang dicatatkan pada penampang lapangan (field log) juga
harus diperiksa kembali. Seharusnya rasionya akan 100 persen jika sampel
tersebut tidak terpotong atau hilang selama proses penetrasi dan penarikan
kembali dari tabung contoh. Rasion pengembalian yang kurang dari 95 persen
mengindikasikan adanya ketidakakuratan prosedur dan pengukuran yang terjadi
selama proses pengambilan sampel atau adanya kehilangan sampel, dan dapat
dipertimbangkan sebagai sebuah tanda dari kemungkinan adanya gangguan.
Sampel dengan rasio kurang dari 95% harus diturunkan tingkat kualitasnya
menjadi satu kelas ke bawah dan harus dicatat ke dalam Formulir Pencatatan
Sampel.
Sampel dengan rasio kurang dari 85% harus diturunkan kelasnya menjadi Kelas
D.
38
Piston pengambil contoh dapat digunakan pada lubang bor dengan selubung
(cased) maupun lubang bor tak berselubung (uncased), demikian pula pada
pemboran yang menyebabkan terjadinya perpindahan/pergerakan tanah
(displacement boring)
Sebuah piston akan lebih baik dari pada sebuah katup pemeriksa (check
valve) yang dapat mengakibatkan timbulnya efek vakum penahan (retaining
vacuum) pada sampel yang akan lebih efektif selama proses penarikan
keluar, sehingga akan membantu untuk meminimalisasi kehilangan sampel.
Gambut
Kedalaman (m)
Tanah Organik
Lempung
Kelanauan
Gambar7-1 Rasio Pengembalian Total (Total Recovery Ratio) dari Pengambilan Contoh
menggunakan Piston (PS) Diameter 76 mm dan Piston Pengambil Contoh Gambut
(PPS) Diameter 100 mm di Lokasi Pulang Pisau, Kalimantan
1) Material
Bahan tabung pengambil contoh harus padat, tahan terhadap pengkaratan,
dan dapat dibuat sedemikian rupa menjadi permukaan yang halus. Cold
drawn, baja tak berkelim (seamless steel), kuningan, ataupun baja anti
karat dapat digunakan.
39
2) Toleransi Ketidakrapian (Irregularity Tolerances)
Bagian dalam dari tabung contoh atau penggaris harus dibersihkan dan
dihaluskan sehingga tak ada ujung atau sisi yang menonjol atau
ketidakrapian yang terlihat. Perbedaan antara diameter luar maksimum dan
minimum pada setiap penampang melintang dari tabung contoh tidak boleh
melebihi 1.5 mm (ISSMFE, 1981). ASTM D1587-83 telah
menspesifikasikan tolerasi ukuran yang sangat esensial berdasarkan standar
toleransi manufaktur komersial untuk tabung mekanik baja tak berkelim.
3) Tebal Dinding
Tabung contoh harus cukup tebal agar tahan terhadap distorsi ketika
sedang ditekan ke dalam tanah. Sementara itu, tabung juga harus cukup
tipis untuk meminimalisasi gangguan pada tanah yang disebabkan oleh
pergerakan dari tabung tersebut ketika ditekan ke dalam tanah. Ketebalan
dari tabung dapat dikontrol oleh sebuah parameter yang akan mengontrol
besarnya perpindahan yang terjadi, yaitu Rasio Luas. Hal ini didefinisikan
sebagai berikut:
D2 2 − D12
Ca(%) = × 100
D12
Sebuah Rasio Luas yang tak lebih dari 15% merupakan praktek umum dan
harus di terapkan untuk praktek di Indonesia.
40
Gangguan yang cukup besar pada sampel dengan panjang mulai dari
0.6 hingga 0.8 m belum pernah diteliti (ISSMFE, 1981)
Pembuatan khusus ataupun alat tambahan berupa ujung pemotong
yang khusus akan meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan.
Untuk tabung contoh yang lebih panjang dari 0.8m, rasio jarak bebas
dalam sebagaimana dirumuskan di bawah ini pada kisaran 0.5 hingga 1 %
akan diperlukan.
Gambar 7-2 Garis Batas Atas yang Direkomendasikan dari Hubungan antara Sudut Ujung
Lancip dan Rasio
41
Tabung pengambil contoh tersebut harus diturunkan ke dalam lubang bor
semudah mungkin setelah lubang dibersihkan. Jika lubangnya tidak bisa
dibersihkan seluruhnya, masukkan piston pengambil contoh ke dalam tanah
sedalam 20-30 cm dengan posisi pistonnya terkunci
Hindari penekanan/penembusan yang berlebihan (overdriving)
Kecepatan penetrasi harus konstan, tidak terlalu cepat atau lambat dan tanpa
interupsi ataupun penghentian. Pada lempung, friksi yang terjadi akan
meningkat jika pengambilan contoh dihentikan lebih dari beberapa detik.
Kecepatan penetrasi yang direkomendasikan adalah 15 + 5 cm/detik. Untuk
sampel sepanjang 60 cm proses penetrasi oleh karenanya harus selesai
dalam waktu 4 detik
Untuk mencegah kehilangan sampel, alat pengambil contohnya harus
dipertahankan tidak bergerak selama lima menit setelah proses pengambilan
contoh dan sebelum penarikan kembali, agar memungkinkan terjadinya
disipasi dari kenaikkan tekanan air pori dan setiap efek kuat geser tisotropik
(thixotropic). Jangan lakukan rotasi/pemutaran untuk memotong sampel
sebelum penarikan sampel. Jika timbul masalah pada pengembalian kembali
sampel (recovering), perpanjang masa penghentiannya sebelum
memindahkan sampel dari lubang bor.
Sampel Terganggu
1) Auger
Sampel terganggu yang diambil dengan menggunakan auger umumnya
mengandung seluruh komponen/unsur dari tanah setempat. Auger tangan
telah sesuai digunakan untuk pemboran dan pengambilan contoh manual.
Meskipun demikian, kehati-hatian harus selalu diberikan untuk
meminimalisasi kontaminasi dari sampel oleh tanah dari lapisan yang lain.
42
lunak yang utuh. Cairan pemboran tidak akan membilas sampel, sampel
tidak diputar, dan lapisan tabung dengan inti di dalamnya akan dengan
mudah dipindahkan dari pengintinya.
43
La Rochelle dkk. (1986) merekomendasikan bahwa lilin harus terdiri atas 50%
lilin dan 50% vaselin. Alternatifnya, lilin minyak yang tak menyusut (non-
shrink petroluem wax) dapat digunakan. Lilin lain yang dapat pecah dan
menyerpih/mengelupas ketika dipindahkan/ditangani harus ditolak.
Jika terdapat banyak kotak sampel, sebuah fasilitas khusus transportasi darat
lebih dianjurkan. Kendaraan ini harus diperlengkapi dengan sebuah fasilitas
pengontrol temperatur dan didisain khusus untuk meminimalisasi getaran yang
terjadi pada sampel. Moda transportasi sungai atau laut, akan lebih baik
dibanding dengan transportasi darat atau udara, jika memungkinkan.
44
8 Penyelidikan Langsung Setempat:
Pertimbangan-pertimbangan Khusus
8.1 PENDAHULUAN
Metode Sondir akan menghasilkan dua parameter kuat geser, yaitu nilai tahanan
ujung konus dan nilai tahanan selubung friksi. Dengan Sondir, tahanan yang ada
diukur dengan menggunakan manometer pneumatik yang membaca tekanan
maksimum selama pengujian dilakukan. Manometer yang digunakan harus dari
jenis yang dapat dibaca tekanan maksimumnya. Kemungkinan kesalahan dalam
mendapatkan nilai maksimun akan relatif tinggi karena pergerakan jarum terjadi
pada periode yang relatif pendek.
Sebuah alat yang lebih efisien untuk tanah lunak adalah Piezocone. Alat ini
memungkinkan untuk mendapatkan nilai tahanan ujung konus, friksi selubung
dan tekanan air pori pada tanah. Penggunaan Piezocone ini tentunya akan
memberikan data kuat geser yang lebih baik dan dapat pula meberikan
informasi awal tambahan akan kondisi hidrolik dari tanah.
Alat uji baling-baling merupakan suatu alat untuk mengukur kuat geser tak
terganggun secara langsung di tempat. Dua jenis utama dari alat ini telah
tersedia:
Baling-baling lubang bor (borehole vane), dimana baling-balingnya
dimasukkan ke dasar lubang bor. Tipe ini kadang dikenal sebagai Baling-
baling Farnell karena di UK telah dibuat tipe sejenis ini
Baling-baling yang ditekan (push in vane), yang dilindungi dengan sebuah
sarung luar dan ditekan ke dalam tanah hanya sedikit di atas kedalaman
pengujian dan kemudian baling-baling tersebut ditarik. Alat yang dibuat
oleh Geonor telah umum digunakan. Tipe alat ini kadangkala secara salah
sering disebut sebagai baling-baling NGI.
Hasil dari pengujian di Lokasi Uji Coba Kaliwungu ditunjukkan pada Gambar
8-1. Pada gambar ini ditunjukkan bahwa baling-baling Farnell memberikan
hasil yang rendah dan menyesatkan untuk lempung lunak sebagai akibat dari
gangguan pada zona pada dasar dari lubang bor. Hasil dari baling-baling Farnell
45
ini umumnya akan mendekati hasil kuat geser yang dicetak kembali
(remoulded).
Untuk tanah lunak oleh karenanya tipe baling-baling Geonor yang seharusnya
digunakan, atau perlakuan tertentu harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja
dari baling-baling Farnell tersebut; hal in dapat meliputi pengeboran dengan
menggunakan lumpur yang berat/kental, dan menekan baling-balingnya dengan
sebuah jarak yang lebih besar di bawah dasar lubang bor.
Cu (kPa)
0 10 20 30 40 50
0
Geonor Dicetak
6
8
Depth (m)
10
Kedalaman (m)
12
14
16
18
20
Gambar 8-1 Perbandingan Hasil Pengujian dengan Baling-baling pada Lempung Lunak
46
8.2 UJI PENETRASI KONUS (CPT)
Persamaan dasar untuk memperhitungkan efek dari berat konus dan batang
adalah sebagai berikut:
Tahanan Konus
C w Apl + W cr
qc =
Ac
dimana: qc : tahanan konus
Cw : bacaan manometer untuk tahanan konus
Api : luas penampang piston
W cr : berat konus dan batang untuk bacaan tersebut
Ac : luas penampang konus
Tahanan Selubung
(Tw − Cw )A pl + W cr
fs =
As
dimana: ƒs : tahanan selubung
Tw : bacaan manometer untuk tahanan konus dan selubung
Api : luas penampang piston
W cr : berat konus dan batang untuk bacaan tersebut
As : luas penampang selubung
47
Blok
Pengontrol
Batang
Daya Konus
Hidrolik
Jarum
Pembaca 76 mm
Beban
Rangkaian
Selubung
yang
Friksi
Diperkuat
152 mm
dengan
Anker
Selimut
Penahan
133 mm
Ujung
Konus
Tujuan dari uji baling-baling ini adalah untuk mengukur kuat geser tanah tak
terdrainase dan yang dicetak kembali. Hasilnya harus digunakan dengan
dukungan nilai kohesi yang diturunkan dari uji laboratorium dan pengukuran
indeks plastisitas, yang berarti sebuah penilaian akan validitas data yang dihasil
harus dilakukan.
Uji baling-baling ini dapat melakukan pembacaan kuat geser tak terdrainase
lempung sensitif langsung di tempat dengan nilai kohesi umumnya mencapai
hingga =100 kN/m2 . Kelebihan dan kekurangan dari uji baling-baling ini
disimpulkan pada Tabel 8-2.
48
Ada dua tipe peralatan uji baling-baling ini, yaitu uji baling-baling yang harus
dibor terlebih dahulu (pre-bored vane testing) dan baling-baling yang ditekan
(pushed-in vane testing). Sebuah prosedur standar untuk tipe pertama diberikan
pada SK-SNI-M-56-1990-F. Meskipun demikian, tak ada standar baku
Indonesia untuk prosedur pengujian standar tipe kedua. ASTM D 2573-94
merekomendasikan sebuah prosedur standar untuk kedua tipe peralatan tersebut
yang harus diadopsi untuk baling-baling tipe ditekan. Prosedur tambahan
berikut sebagaimana diidentifikasikan oleh Chandler (1988) harus diterapkan:
Tipe yang ditekan akan cocok digunakan untuk areal terpencil karena alat ini
dapat digunakan tanpa perlu membuat lubang bor terlebih dahulu.
Baling-baling terdiri dari empat mata pisau yang dibuat bersilang sedemikian
rupa yang dipasang pada ujung dari batang yang dapat disambung dari
permukaan tanah hingga ke level pengujian. Baling-baling ini ditekan ke dalam
tanah tak terganggu, dan kemudian batangnya diputar dengan engkol tangan
melalui sebuah gigi cacing mengikat (worm and pinion gear). Torsi yang
diinginkan dimonitor pada sebuah kepala bacaan yang diklem (dijepit) pada
tabung atas lubang bor atau jika tidak dipasang menempel pada level tanah
dasar. Sebuah selimut logam dan tabung pemandu digunakan untuk melindungi
baling-baling dan batangnya dari kerusakan akibat penetrasi ke kedalaman
pengujian. Level ini harus berada di bawah setiap material tak terganngu pada
dasar dari lubang bor. Tabung pemandu yang menyelimuti batang, akan
mengurangi friksi menjadi minimum (lihat Gambar 8-3). Ujung atas dari baling-
baling harus berada minimum 50 cm di bawah dasar lubang bor atau
menyelimuti baling-baling yang ditekan. Pada lokasi pengujian, baling-baling
disambung di bawah selimut, dan diputar sekitar 6 hingga 12°/min. Hal ini akan
menghasilkan sebuah permukaan geser silindris pada tanah dimana kira-kira
mendekati ayunan permukaan oleh pisau dari baling-baling.
49
Metode Aplikasi Kelebihan Kelemahan
Uji Baling- Pengukuran kuat geser Mendapatkan nilai bacaan Hasilnya dipengaruhi oleh
baling tak terganggu dari setempat dari kuat geser kantung-kantung berlanau
lempung dan pengukuran tak terganggu dari atau berpasir ataupun
kuat geser yang dicetak lempung sensitif dengan oleh kadar organik yang
kembali. Hasilnya harus kohesi umumnya hingga signifikan pada lempung.
digunakan sebagai 100 kN/m². Kuat geser Ada ketergantungan nilai
pendukung dari nilai yang dicetak kembali Indeks Plastisitas dari
kohesi yang diturunkan dapat pula diukur secara lempung. Efek anisotropis
dari laboratorium dan langsung di tempat. dapat meningkatkan nilai
pengukuran indeks Menyebabkan gangguan kohesi yang tidak
plastisitas dalam hal yang kecil pada tanah. merepresentasikan
penilaian atas validitas Dapat dioperasikan masalah keteknikan yang
hasil yang akan dibuat. langsung pada sedang dihadapi.
permukaan ataupun dari Perawatan yang kurang
dasar lubang bor. Hasil baik terhadap peralatan
akan langsung didapat akan memberikan friksi
dan cepat. Pengujian yang eksesif antara
dapat berlangsung batang dan tabung
dengan cepat. Alat uji pedoman ataupun pada
baling-baling kecil yang bearing-nya. Dapat
dioperasikan dengan digunakan sebagai
tangan tersedia di pendukung dari deskripsi
pasaran yang dapat tanah yang dilakukan
digunakan di dalam secara hati-hati yang
ataupun dasar dari galian. didukung oleh kualitas
pengambilan contoh dan
pengujian laboratorium.
Nilai yang dihasilkan
merupakan nilai tegangan
total saja. Dibutuhkan
teknisi khusus untuk
mengoperasikannya.
50
Alat Pengukur
Torsi (melekat
pada tabung
lubang bor
Tabung lubang
bor
Batang dalam
Batang luar
Torak pendorong
Sepatu pelindung
baling-baling
Selubung anti
friksi
Penampang yang
memperlihatkan baling-
baling dalam sepatu
Baling-baling pelindung
Rotasi yang cepat dari baling-baling hingga enam putraran, kemudian di uji
kembali, akan memberikan pembacaan kuat geser yang dicetak kembali dan
pengukuran sensitivitas dari tanah.
51
Untuk kasus umum, kuat geser dari tanah dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
M
τ= (kN/m³)
D 2h 3
+ D
2 6
M
τ= (kN/m²)
3.66 D 3
dimana M : menunjukkan torsi maksimum yang diberikan (kN.m).
D : menunjukkan diameter dari baling-baling (m).
h : menunjukkan tinggi dari baling-baling (m).
Pada lempung dengan plastisitas yang tinggi, nilai kuat geser perlu dikoreksi
terhadap efek kecepatan dan sifat anisotrofis tanah.
Secara esensial, pengujian ini meliputi pengukuran kecepatan aliran dari air ke
bawah sebuah pipa tegak (standpipe) yang dihubungkan dengan sebuah
piezometer pada kedalaman yang diinginkan. Dari pengetahuan atas ukuran dari
piezometer dan sebagainya, permeabilitas lapangan dapat di pelajari dan
dihitung. Baik metode pengujian constant head maupun metode falling head
dapat dilakukan. Beberapa teknik berbeda juga tersedia untuk interpretasi hasil
yang didapat.
52
konstan dan pengukuran dari volume air yang disemprotkan memerlukan
peralatan yang lebih rumit (Micussens and Ducasse, 1977). Kenyataannya,
penggunaan sebuah botol Mariotte akan membuat pelaksanaan dari pengujian
tersebut lebih mudah; dimana botol tersebut ditempelkan/diletakkan pada
bagian atas dari tabung yang berasalah dari probe dan ditempatkan ke dalam
sedemikia rupa sehingga perbedaan level antara bagian bawah tabung yang
dapat dipindah pada botol Mariotte dan level piezometrik akan sesuai dengan
tinggi h yang diinginkan.
53
9 Pencatatan Data
Sebuah salinan dari penampang pemboran lapangan (field boring log) untuk
setiap pendugaan harus disediakan untuk perwakilan dari Insinyur Geoteknik
yang Ditunjuk di lapangan dalam satu hari kerja setelah penyelesaian dari
kegiatan setiap harinya
Sebuah salinan dari penampang pemboran lapangan (field boring log) untuk
setiap pendugaan harus disediakan untuk perwakilan dari Insinyur Geoteknik
yang Ditunjuk di lapangan dalam satu hari kerja setelah penyelesaian dari
kegiatan setiap harinya.
Sebuah salinan dari catatan lapangan untuk setiap pendugaan harus disediakan
untuk perwakilan dari Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk di lapangan dalam
satu hari kerja setelah penyelesaian dari pengujian tersebut.
54
9.4 IDENTIFIKASI LAPANGAN DAN KLASIFIKASI TANAH
Sifat-sifat lainnya seperti bentuk butiran dan gradasi mungkin diperlukan pada
deskripsi tersebut; namun hal yang paling penting adalah penggunaan yang
konsisten dari urutan deskripsi yang sama setiap waktunya. Dengan
mempertimbangkan sifat tanah yang utama yaitu ukuran butir, tanah dijelaskan
kalau tidak sebagai kerikil, pasir, lempung atau lanau. Kebanyakan tanah terdiri
dari campuran jenis-jenis tersebut, dan dalam penjelasannya, unsur-unsur
pembentuknya dianggap sebagai perubah. Kecuali lanau dan lempung, semua
tanah bisa diidentifikasikan tanpa banyak kesulitan. Perilaku partikel-partikel
lanau dan lempung melebihi ukuran dari unsur-unsur pembentuknya. Setelah
tanah tersebut dijelaskan, klasifikasi dengan Sistem USCS agak sederhana,
karena klasifikasi akurat dengan inspeksi visual hanya membutuhkan latihan
saja.
Tanah yang sangat organik bisa secara cepat diidentifikasi melalui warna, bau,
dan terasa lunak dan seringnya tekstur serat. Materi organik sering dinyatakan
dengan kehadiran zaitun, warna kehijauan, dan coklat muda sampai dengan
hitam. Tanah-tanah organik biasanya mengeluarkan bau yang berbeda dari
tumbuhan yang membusuk. Baunya biasanya keras untuk sampel yang masih
baru dan bisa diintensifikasikan kembali dengan pemanasan sampel secara
55
cepat. Dilatansi, kekuatan kering, dan kekerasan adalah alat bantu untuk
mengidentifikasi.
Muka air tanah harus ditunjukkan pada suatu plot. Maka suatu representasi yang
mungkin dari kondisi-kondisi di antara pemboran bisa diberikan; namun, harus
diingat bahwa pemboran hanya mewakili kondisi-kondisi pada lokasi-lokasi
yang spesifik dan apa yang berada di antara mereka tepatnya bisa memberikan
berbagai interpretasi.
56
10 Kualitas dan Konsistensi Data
10.1 PENDAHULUAN
57
Jika suatu tindakan yang dibutuhkan pada catatan audit di luar kontrol tim
investigasi lapangan, atau waktu yang diperlukan untuk suatu tindakan akan
menghasilkan pekerjaan yang tidak memuaskan, maka Insinyur Geoteknik yang
Ditunjuk harus menginstruksikan bahwa pekerjaan tersebut harus dihentikan
sampai kekurangan-kekurangan tersebut bisa diatasi dengan memuaskan.
Bandingkan
Data 1 Data 2 Referensi
Jika data ditemukan tidak konsisten maka tindakan berikut ini harus diambil:
1) Lakukan audit lebih lanjut terhadap operasi-operasi yang dibutuhkan untuk
memperoleh data yang relevan
2) Periksa apakah korela si-korelasi tersebut tidak tepat untuk tempat tersebut,
dan oleh karenanya apakah penyelidikan lebih lanjut atau revisi dibutuhkan
untuk memenuhi keadaan-keadaan yang berubah.
58
11 Laporan-laporan
Sampul
Draf: jika isi dari laporan telah lengkap, tetapi sedang disirkulasikan
untuk dikomentari. Draf tersebut juga dapat memuat isi yang
belum diedit.
Final
Daftar Isi
Bagian ini harus mencantumkan setiap bab dari laporan, dengan nomor
halaman. Bagian ini juga harus mencantumkan Tabel, Grafik, Gambar dan
Lampiran.
Lembar Pemenuhan
Jika laporan merupakan laporan Awal atau Draf maka hal ini harus dinyatakan.
59
Pendahuluan
Berikan referensi lengkap untuk Laporan-laporan sebelumnya
Sebutkan tanggal selama pekerjaan dilakukan
Sebutkan nama Proyek, nama Institusi, nama Insinyur/Teknisi, tujuan
penyelidikan dan aspek-aspek lain dari pekerjaan tersebut
Jika Laporan merupakan laporan Awal, sebutkan batasan pekerjaan yang
telah dilakukan dan hal-hal yang masih harus dilakukan.
Gambaran Lokasi
Sebuah Gambar/Peta Lokasi (Key Plan) dengan detil yang lengkap sehingga
setiap orang dapat menemukan lokasi penyelidikan tersebut. Bagian ini
harus menempatkan lokasi penyelidikan yang dikaitkan dengan kota atau
kampung terdekat dan harus mencantumkan skala dan arah Utara. Insinyur
Geoteknik yang Ditunjuk harus menyiapkan Peta Lokasi ini pada saat
melakukan Studi Leteratur dan membuat gambar untuk digunakan pada
laporan-laporan lain yang harus dibuat
Sebuah Gambar/Peta Umum (General Plan) dalam detil yang lengkap yang
menunjukkan detil dari proyek dan lokasi posisi penyelidikan yang
dikaitkan ke sistem koordinat lokasi. Setiap penyelidikan yang dilakukan
pada tahap awal ini harus telah ditempatkan catatan jarak dari fitur-fitur
lokasi. Lokasi ini harus diberi koordinat selama survey utama untuk
penyelidian lapangan
Patok ikat dan sistem koordinat yang digunakan untuk survey kaitannya
dengan Survey Nasional
Topografi– sebuah deskripsi yang memadai untuk menempatkan bab-bab
selanjutnya dalam konteks termasuk detil level tanah asli, akses untuk
penyelidikan lapangan, sifat-sifat alami daur lokasi pada saat dilakukan
penyelidikan (seperti banjir, sedang dipanen, berhutan).
Studi Literatur
Sebuah daftar dari seluruh dokumen yang dipelajari
Mengutip peta dan gambar yang sesuai
Sebuah gambaran mengenai informasi dan kesimpulan dari sifat-sifat alami
yang akan dijumpai dan sebuah gambaran dari Zona Proyek
Sebuah Gambar/Peta Zona Proyek berdasarkan Bab 3 Gambar 3-3.
Peninjauan Lapangan
Personil yang melakukan peninjauan lapangan
Sebuah gambaran informasi yang diperoleh bersama dengan sebuah
kesimpulan yang diperbarui dari sifat-sifat alami tanah dan Zona Proyek
60
Sebuah Gambar/Peta Zona Proyek yang diperbarui yang dibuat berdasarkan
Bab 3 Gambar 3-3
Sebuah gambar/peta disain untuk penyelidikan lapangan dan pengujian
laboratorium
Jika diidentifikasikan jika gedung atrau struktur lain dapat terpengaruh oleh
kegiatan konstruksi, maka Laporan tersebut harus memuat sebuah
rekomendasi untuk melakukan sebuah survey kondisi (condition survey)
lengkap.
Penyelidikan Lapangan
Kesimpulan dari pekerjaan yang telah dilakukan. Jika terdapat suatu bagian
penting dari penyelidikan yang dimaksud tidak dilakukan dengan alasan
tertentu, maka hal ini harus dinyatakan
Peralatan yang digunakan dan nomor set tiap peralatan harus dinyatakan
pada bagian ini
Tabel yang memuat lokasi dari setiap titik penyelidikan
Gambaran metode yang digunakan untuk setiap titik kegiatan penyelidikan,
sondir ataupun pengujian langsung di tempat. Hal ini harus dimuat dalam
sebuah formulir standar dan dapat dicantumkan dalam sebuah Lampiran.
Jika metode yang digunakan meruapakan sebuah standar yang telah
dipublikasikan, maka hal ini harus dinyatakan dan metode tersebut tidak
perlu dijelaskan lebih lanjut
Jika terdapat penyimpangan dari prosedur standar yang dilakukan maka hal
ini harus dijelaskan pada laporan.
Referensi
Semua sumber informasi, dan data eksternal lainnya yang digunakan di dalam
laporan harus secara lengkap dicantumkan.
Lampiran
Lampiran harus diletakkan untuk melengkapi data tertentu yang diperoleh
pada tahapan pekerjaan. Lampiran ini harus mencakup semua hal yang
berkaitan:
Penampang bor awal (berdasarkan penampangan di lapangan dan data
pengujian langsung di tempat; penampang akhir hanya dapat disiapkan
setelah pengujian laboratorium selesai dilakukan)
Penampang sumur uji awal (preliminary trial pit logs)
Penampang pendugaan untuk Mackintosh probe, DCPT dan CPTu
Catatan uji baling-baling lapangan
Pengujian permeabilitas di tempat
Formulir Pemindahan Sampel (Sample Transfer Sheets)
61
Sebuah contoh untuk setiap tipe penampang dan catatan pengujian
dicantumkan pada Lampiran A. Susunan/tata ruang yang berbeda dapat saja
digunakan tetapi semua catatan harus memuat paling tidak semua informasi
yang ditunjukkan pada contoh.
Gambar
Data Tambahan
Data mentah dari kegiatan lapangan biasanya tidak dimasukkan dalam laporan.
Meskipun demikian, Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus menyimpan
sebuah arsip data mentah yang diterima dari lokasi dan dari kontraktor
penyelidikan lapangan untuk keperluan penelusuran kembali. Hal ini harus
memuat catatan pemboran yang dibuat oleh yang melakukan pemboran,
pendugaan (sounding) dan catatan pengujian langsung di tempat.
62
12 References
63
SNI(1999), Metoda Pengujian Lapangan dengan Alat Sondir, SNI 03- 2827 –
1992. Dewan Standardisasi Nasional
SNI(1999), Metoda Pengujian Lapangan Kekuatan Geser Baling, SNI 06-2487
–1991. Dewan Standardisasi Nasional
Tavenas F, Tremblay M, Larouche G & Leroueil S (1986), In situ measurement
of permeability in soft clays, Use of Insitu Tests in Geotechnical Engineering,
Special Publication No 6, In Situ '86, Virginia Tech, 1034-1048.
64
Lampiran A
Ceklis dan Formulir Pencatatan
CATATAN DATA PROYEK
Proyek _________________________________________________
Lokasi Dari_____________ T__________________ U/S
Hingga____________ T__________________ U/S
Grid Lokasi________________ Level Datum Lokasi______________
Key Plan: ________________ No Gambar__________________
Route Location or Corridor* No Gambar __________________
Layout Plan & Profil No Gambar __________________
Typical Cross Section No Gambar __________________
Utilitas No Gambar __________________
Kelas Jalan______________________
Perkiraan Beban Lalu Lintas_____________
Level Banjir Disain ________________
Periode Konstruksi_______________
Tanggal Mulai Konstruksi_____________
Lokasi Struktur_____________
<Tabel>
Informasi Lain
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
____________________________________________________
Keterangan_____________________________________________________________
____________________________________________________________
Catatan
*Hapus jika tidak sesuai
Seluruh isian harus dilengkapi
Jika tidak terdapat informasi yang dibutuhkan, maka isian harus dinyatakan sebagai
Tidak Tersedia
Jika informasi tidak tersedia dan data merupakan hasil asumsi, maka sebutkan pada isian sebagai
(Diasumsikan)
Catatan Data Proyek harus diperbarui sebagai informasi tambahan jika data yang sebelumnya tidak
tersedia telah diperoleh.
A1
Proyek
Ceklis untuk
Studi Literatur
Data terdahulu yang dikumpulkan
Peta topografi
Peta geologi
Peta dasar
Peta geohidrologi
Foto udara
Keterangan lain
A2
Proyek
Ceklis untuk
Peninjauan Lokasi
Menelusuri seluruh areal dengan jalan kaki
Parit
Galian
Pinggiran Sungai
Dasar Sungai
Keterangan lain
A3
Isi Penampang Pemboran
Sebuah penampang pemboran harus memuat minimum informasi-informasi
berikut:
1. Deskripsi dan klasifikasi untuk setiap lapisan tanah, dan kedalaman dari
setiap lapisan, tipe tanahnya, warna, tekstur, dan kekuatannya yang dapat
dilihat
2. Kedalaman dimana sampel diambil, jenis sampel yang diambil, nomornya,
dan setiap kehilangan sampel yang diambil
3. Kedalaman dimana pengujian lapangan dilakukan dan hasil dari
pengkajiannya
4. Informasi yang umumnya dibutuhkan dalam suatu format penampang,
seperti:
Nomor pemboran dan lokasinya
Tanggal mulai dan selesainya pemboran
Nama operator pemboran (dan orang yang melakukan pencatatan
penampang, jika ada)
Elevasi permukaan lubang
Kedalaman lubang dan alasan penghentian
Diameter setiap tabung yang digunakan
Deskripsi dan ukuran alat pengambil contoh (termasuk alat bantu yang
digunakan dan tipe pengambil contohnya)
Tipe mesin bor yang digunakan
Ukuran lubang bor
Tipe dan ukuran dari penginti yang yang digunakan (jika ada)
Pengembalian (recovery) dari sampel dalam meter
Identifikasi Proyek
Klien
5. Catatan mengenai informasi lain yang berhubungan dan ditandai sebagai
bermacam kondisi yang ditemui, seperti:
Kedalaman dari muka air yang diamati, waktu sejak diselesaikannya
pemboran, kondisi pada saat pengamatan dilakukan, dan
perbandingannya dengan elevasi yang dinyatakan pada saat tahapan
Peninjauan Lapangan (jika ada)
Tekanan air artesis (jika ada)
Gangguan yang ditemui
Kesulitan dalam pemboran (runtuh, gerakan tanah atau munculnya pasir
pada tabung, adanya lubang besar dalam tanah, dan lain-lain)
Kehilangan air sirkulasi dan tambahan air pemboran ekstra
Lumpur pemboran dan tabung yang dibutuhkan dan alasan
dibutuhkannya (jika ada)
Aroma dan warna dari sampel yang dibentuk kembali (recovered)
Kecepatan pemboran
6. Warna dari air sirkulasi dan potongan-potongan tanahnya dan lain-lain.
A4
PELABELAN SAMPEL
CATATAN SAMPEL
Lokasi :
Referensi Lokasi :
Referensi Lubang :
Referensi Sampel:
Tipe Sampel : Terganggu / Tak Terganggu
Kedalaman (m) :
Tanggal :
Teknisi : Tanda tangan :
LABELLING OF SAMPLE
CATATAN SAMPEL
Lokasi :
Referensi Lokasi :
Referensi Lubang :
Referensi Sampel:
Tipe Sampel : Terganggu / Tak Terganggu
Kedalaman (m) :
Tanggal :
Teknisi : Tanda tangan :
A5
Formulir Pencatatan Harian
Daerah : Lokasi : Lubang Bor
Diameter
Pencatatan
Lapisan
Dari Sampai Dengan Casing Deskripsi
Pengambilan
Sampel
Dari Sampai Dengan Jumlah Tipe Dari Sampai Dengan Jumlah Tipe
Air Standpipe
Waktu Kedalaman
Kedalaman Pengambilan Sampel Tipe
Kedalaman Lubang
Kedalaman terhadap muka air
Keterangan :
A6
DESKRIPSI SAMPEL
PROYEK : LOKASI :
NO. LOKASI : NO LUBANG BOR :
A7
A8
FORMULIR PEMINDAHAN SAMPEL
Proyek : Lokasi : No. Lubang : No. Formulir :
Tipe
No. Pengecekan Pengecekan No. Formulir
Pengambilan Keterangan
Sampel Lapangan Laboratorium Pemeriksaan Sampel
Sampel
A9
Lubang Bor
No. Sampel
Kedalaman (m)
Berat Jenis
Proyek _________________________________
Kadar Organik
PSD
Hidrometer
Pengujian
Unconfined
Baling-baling
Laboratorium
UU
Triaksial
CU
CD
Geser Langsung
Konsolidaso
Oedometer
Permeabilitas
pH
Formulir ______________
SO4
CO3
Lampiran B
Gambar/Peta
Penyelidikan Lapangan
Proyek________________________
Skedul Penyelidikan Lapangan
Lokasi Kedalaman
Metode Nomor Keterangan
(STA) (m)
Sumur Uji 3 4+450, 1+ mengidentifikasi 1.50
4+500, fondasi jalan
4+525
Auger Tangan 4 4+700, 4+710, Menempatkan batas dari 6.0
4+715, 4+720 unit tanah 1
Pemboran 4 4+620, 1+ fondasi jembatan 26
4+630 1+ fondasi 26
jembatan+bendungan
sementara (cofferdam)
4+650, 1+ fondasi jembatan 26
4+750 1 15
DCPT 16 4+450, 4+500, Mengidentifikasi tipe dan 26m atau
4+540, 4+575 batasan unit tanah dan menghindari
4+605(2), korelasinya dengan lokasi fondasi
4+620(2), lubang bor jembatan
4+650(2), 15m pada areal
4+660(2), timbunan
4+670, 4+700,
4+725, 4+775
Piezocone 2 4+650, CPT + identifikasi 15
Termasuk Uji 4+750 permeabilitas
disipasi
Uji Baling-baling 3 4+610, 4+650, Penilaian atas kuat geser 10
4+700 dari unit tanah 1,2, dan
3(?)
Pengambilan 4 4+620,4+630 Sampel tak terganggu 10
contoh dengan 4+650, 4+750
Piston
Pengintian 4 4+620, 4+630 Penampangan fabrik dan 26
(coring) 4+650, 4+750 pengujian indeks
Catatan:
1) = identifikasi terhadap jenis tanah dan pengambilan contoh
2) = pengujian untuk disain fondasi jembatan di bawah zona tanah lunak
tidak dimasukkan dalam contoh ini.
B1
Gambar B2 Contoh Peta Lokasi Penyelidikan Lapangan
B2
Proyek___________________________
Skedul Pengujian Laboratorium Awal No. Lembar _____________
Geser Langsung
Uji Batas Cair dan
Unit Tanah Awal
Kadar Organik
Berat Isi Total
Unconfined
Laboratorium
Kedalaman (m)
Baling-baling
Permeabilitas
Konsolidaso
Batas Plastis
Hidrometer
Oedometer
Uji Kadar Air
Lubang Bor
No. Sampel
Berat Jenis
Pengujian
Triaksial
CO3
PSD
SO4
pH
UU CU CD
BH1 PS1/1 2 2 P P P P P P P P P P P
PS1/2 4 2 P P P P P P P P P P P P P P
PS1/3 8 2 P P P P P P P P P P
CS1/1 1 2 P P P P
CS1/2 3 2 P P P P
CS1/3 5 2 P P P P
CS1/4 7 2 P P P P
CS1/5 9 2 P P P P
Gambar B3 Contoh dari Skedul Pengujian Laboratorium Awal untuk BH1, dan BH lainnya tidak dimasukkan dalam contoh ini
Appendix C
Biaya untuk
Penyelidikan Lapangan
Biaya untuk Penyelidikan Lapangan
Banyak proyek pada tanah lunak telah melakukan penyelidikan lapangan yang
pengeluarannya rendah sekitar 1/30 dari satu persen dari biaya konstruksi.
Banyak terjadi bahwa setiap penghematan yang dilakukan akan selalu hilang
begitu kegiatan konstruksi dimulai dan masalah akan ditemukan.
C1
Peserta dan Ucapan Terima Kasih