Professional Documents
Culture Documents
Panduan Geoteknik 3
Tujuan
Penerapan langsung mekanika tanah dan batuan “klasik” yang dikembangkan di
daerah beriklim sedang akan tidak serta merta cocok untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di daerah tropis. Sifat-sifat alami dari m aterial bumi daerah
tropis memerlukan pengujian dan analisis yang berbeda dengan material di daerah
beriklim sedang. Prinsip yang sama berlaku untuk teknik desain dan konstruksi. Oleh
karenanya dibutuhkan fasilitas penelitian yang khusus untuk melakukan penyelidikan,
bila praktek-praktek desain dan konstruksi yang ada ingin ditingkatkan agar jalan yang
dibangun di atas tanah lunak dapat memberikan tingkat paelayanan yang disyaratkan.
Melanjutkan Tahap 1 dari proyek yang dilaksanakan pada tahun 1997-8, Tahap 2
mendapat tugas untuk mempersiapkan edisi pertama dari seri Panduan Geoteknik ini,
yang berhubungan dengan tanah lunak.
Disadari bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari dan dicapai mengenai tanah
lunak Indonesia untuk dapat menghasilkan suatu des ain pembangunan jalan yang
lebih ekonomis. Oleh karenanya diharapkan berdasarkan pengalaman selama
penggunaan edisi pertama Panduan Geoteknik ini, akan diperoleh suatu umpan balik
yang berharga untuk meningkatkan dan memperluas panduan ini di masa mendatang.
Program kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusat Litbang Prasarana Transportasi
bersama Tim Konsultan. Proyek ini seluruhnya didanai oleh pinjaman Pemerintah
Indonesia dari International Bank for Reconstruction and Development, Highway
Sector Investment Programme 2 , Loan Number 3712-IND.
Panduan Geoteknik 3
Penyelidikan Tanah Lunak
Pengujian Laboratorium
Edisi Pertama Bahasa Indonesia © Nopember 2001
WSP International
Kerja sama dengan PT Virama Karya
PT Trikarla Cipta
Pengantar
Tanah lunak yang dimaksudkan dalam Panduan Geoteknik ini meliputi lempung
inorganik (lempung bukan organik), lempung organik dan gambut.
Tanah ini terdapat pada area lebih dari 20 juta hektar, lebih dari 10 % dari tanah
daratan Indonesia.
Panduan Geoteknik ini dan seri lainnya diperuntukkan para praktisi di lapangan
dengan maksud memberikan pedoman dan petunjuk dalam disain dan pelaksaan
konstruksi jalan di atas tanah lunak. Berbagai panduan yang dibuat, sangat cocok
untuk diterapkan dalam disain berbagai tipe jalan, mulai dari Jalan Nasional hingga
Jalan Kabupaten. Panduan-panduan disajikan untuk kelompok-kelompok praktisi,
sbb:
‘Panduan’ ini akan menjelaskan kepada anda mengapa pada lokasi tanah lunak diperlukan
investigasi khusus, waktu untuk melaksanakn investigasi, dan pertimbangan terhadap
pembiayaan secara khusus untuk melaksanakan investigasi yang memadai serta interpretasi
yang tepat.
‘Panduan’ ini akan memberikan gambaran kepada anda, bagaimana lokasi tanah lunak harus
diidentifikasi, prosedur-prosedur yang harus anda terapkan dalam investigasi tersebut, dan
prosedur-prosedur desain dan pelaksanaan yang harus diikuti. ‘Panduan’ ini juga mengarahkan,
kapan informasi yang didapatkan tersebut memerlukan masukan dari spesialis/ahli yang telah
berpengalaman.
Ahli-ahli Geoteknik
Para ahli geoteknik yang berpengalaman dalam konstruksi jalan di atas tanah lunakpun, dapat
memanfaatkan ‘Panduan’ ini untuk mendapatkan rangkuman prosedur-prosedur yang
bermanfaat yang dapat digunakan dan diterapkan pada proyek-proyek yang lebih kompleks
dimana mereka terlibat secara langsung.
Walaupun panduan-panduan ini ini hanya berkaitan dengan jalan di atas tanah
lunak, namun para perekayasa yang menangani jalan pada tipe tanah lainpun, dan
bangunan sipil tipe lainpun akan mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat
dalam menghadapi permasalahan yang serupa.
Panduan ini memberikan informasi yang cukup kepada para pembaca untuk:
• Memahami perbedaan tipe-tipe dari tanah yang akan ditemukan di Indonesia
dan bagaimana hubungannya dengan konteks regional dan dunia.
• Menentukan penilaian awal dari segala kemungkinan dimana tanah-tanah
tersebut akan ditemukan pada lokasi-loksasi tertentu.
• Mengidentifikasi keberadaan tanah lunak, sehingga prosedur-prosedur yang
disebutkan dalam Panduan Geoteknik 2 hingga 4 perlu diterapkan dalam
proyek tersebut.
Panduan Geoteknik CD
Panduan ini menggambarkan bagaimana seorang PGD yang telah ditunjuk tersebut
harus mencatat dan menandatangani setiap tahapan pekerjaan. Jika PGD tersebut
suatu saat diganti, maka prosedur-prosedur yang telah ditetapkan tersebut harus
diadopsi di dalam klausal serahterima, yang mana PGD-Baru tersebut akan
melanjutkannya dengan tanggung jawab sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam
Panduan Geoteknik 4.
Latar belakang dan pengalaman dari PGD tersebut akan bervariasi berdasarkan
kuantitas dan kompleksitas dari proyek yang bersangkutan. Untuk Jalan
Kabupaten, Perekayasa yang ditunjuk harus memiliki kemampuan/latarbelakang
keteknikan dasar yang cukup serta pengetahuan lokal yang memadai. Sedangkan
untuk skala proyek yang lebih besar, Perekayasa dengan latar belakang khusus
kegeoteknikan, umumnya menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.
(i)
4.2.5.1 Indeks Likuiditas (LI) ....................................................... 44
(ii)
4.6.1 Program Pengujian Laboratorium ...................................... 72
4.6.2 Parameter-parameter Tes Laboratorium.............................. 73
4.6.3 Konsistensi Data............................................................... 80
7 Pelaporan.......................................................................................... 108
7.1 Persyaratan Khusus..................................................................... 108
7.2 Persyaratan Umum ..................................................................... 109
7.3 Laporan Laboratorium ................................................................ 110
8 Referensi........................................................................................... 113
(iii)
LAMPIRAN
(iv)
1 Pendahuluan Panduan Geoteknik 3
Supaya hasil pengujian dari laboratorium dapat digunakan, maka penting untuk
diperhatikan bahwa laboratorium yang dipilih untuk melakukan pengujian
tersebut harus memiliki kemampuan dan kapasitas yang diiginkan, khususnya
dengan memperhatikan sistem kontrol mutunya. Bab 2 dari Panduan Geoteknik
ini menjelaskan secara detil prosedur yang harus ditempuh untuk menilai dan
menentukan kelas atau tingkatan dari sebuah laboratorium dipandang dari
tingkat kemampuannya melakukan suatu pengujian.
Pada Bab 4 dari Panduan Geoteknik ini, sistem yang digunakan untuk
mengklasifikasi tanah organik dan inorganik berbutir halus serta gambut akan
dijelaskan; jenis-jenis pengujian yang harus dilakukan untuk
mengklasifikasikan tanah, dan untuk mendapatkan karakteristik kuat geser,
kompresibilitas dan permeabilitasnya juga dijelaskan. Jenis-jenis tanah tersebut
umumnya diuji dengan metode-metode pengujian standar sebagaimana
tercantum dalam Lampiran A. Merupakan hal yang penting bagi seorang
Insinyur Geoteknik yand Ditunjuk untuk merumuskan secara jelas program
pengujian yang akan dilakukan pada sebuah sampel serta parameter pengujian
apa yang akan digunakan; sebuah contoh mengenai hal ini diberikan dalam
bentuk sebuah prosedur yang diusulkan.
1
Bab 5 dari Panduan Geoteknik ini membicarakan mengenai gangguan atau
kerusakan yang terjadi pada tanah, dan konsekuensi kemungkinan terjadinya
penurunan kualitas yang terjadi di laboratorium selama proses penanganan
sampel dan persiapan pengujian spesimen; tindakan pencegahan yang harus
dilakukan untuk meminimalisasi gangguan yang timbul tersebut juga
didiskusikan. Prosedur yang diterbitkan oleh Masyarakat Internasional untuk
Mekanikan Tanah dan Teknik Fondasi (International Society for Soil
Mechanics and Foundation Engineering, ISSMFE, 1981) untuk mengevaluasi
kualitas relatif dari sampel berdasarkan pada interpretasi dari data pengujian
memberikan detil tahapan kegiatan yang harus dilakukan.
Bab 6 dari Panduan Geoteknik ini membicarakan susunan dan struktur tanah.
Prosedur ASTM menjelaskan secara detil bagaimana caranya mengidentifikasi
tanah yang dapat digunakan baik untuk di lapangan maupun di laboratorium.
Analisis terhadap makrofabrik (macrofabric) tanah, dengan menggunakan
metode yang diusulkan oleh Mc Gown dan Jarrett (1997a) juga didiskusikan,
bersama dengan prosedur laboratorium untuk pemotretan dan pelaksanaan dari
makfrofabrik tersebut.
2
2 Kriteria untuk Pemilihan Laboratorium
2.1 PENDAHULUAN
Pada banyak kasus umumnya agak sulit untuk menemukan laboratorium yang
sesuai dengan jarak yang memadai dari lokasi proyek. Hal ini akan berpengaruh
terhadap biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi yang le bih jauh serta
perlakuan sedemikian rupa terhadap sampel sehingga dapat terlindungi dari
3
kerusakan dan gangguan. Juga dibutuhkan kontrol yang lebih ketat terhadap
jadwal pengambilan sampel dan pengujian laboratorium.
4
Gambar 2-1 Daftar Isi dari Panduan (Guide) untuk Akreditasi Laboratorium Pengujian, Komisi
Akreditasi Laboratorium (PU), 1993.
Standar yang dikeluarkan oleh ISO dan IEC pada tahun 1999 merupakan edisi
pertama dari Standar Internasional tentang Persyaratan Umum untuk
Kemampuan Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi (International Standard
ISO/IEC 17025:1999 – General Requirements for the Competence of Testing
and Calibration Laboratories. Dokumen ini telah dicabut dan digantikan degan
edisi tahun 1990 dari ISO/IEC Guide 25.
Daftar isi dari ISO/IEC 17025-1999 dapat dilihat pada Gambar 2-2.
5
Gambar 2-2 Daftar Isi-ISO/IEC 17025 : 1999
Peralatan
• laboratorium harus terletak pada lantai dasar atau ruangan bawah tanah
yang memilikik lantai keras/kaku yang bebas dari getaran akibat mesin atau
lalu lintas.
6
• laboratorium harus dilengkapi dengan perlalatan uji tanah yang terbaru yang
sesuai untuk melakukan pengujian-pengujian untuk pengklasifikasian dan
mengetahui sifat-sifat material yang dibutuhkan.
• idealnya, lokasi yang terpisah harus dibuat sedemikian rupa untuk kegiatan-
kegiatan yang menghasilkan debu, seperti uji analisa saringan dan persiapan
sampel.
• peralatan harus diatur berdasarkan kelas dan tipe pengujian untuk
menghasilkan suatu sistem pemanfaatan dan perletakan yang paling efisien.
• jika memungkinkan, temperatur untuk seluruh laboratorium harus dapat
dikontrol; jika ruangan yang suhunya dapat dikontrol terbatas, maka
ruangan ini hanya dipakai untuk uji konsolidasi, triaksial dan permeabilitas.
• sebuah ruangan yang lembab yang cukup luas untuk menyimpan sampel-
sampel tak terganggu dan untuk mempersiapkan spesimen untuk pengujian
harus tersedia.
• pengawasan reguler dan kalibrasi peralatan pengujian harus selalu
dilakukan untuk menjamin keakuratan dari hasil yang didapat.
Personil
• seluruh pengujian laboratorium harus dikerjakan dan diawasi oleh personil-
personil yang memiliki kemampuan yang didapat melalui pelatihan dan
pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada
mereka.
• personil yang ditugasi harus terbiasa dengan peralatan, prosedur pengujian
dan teknik-teknik laboratorium yang baik secara keseluruhan, dan juga
harus memahami tujuan dari setiap pengujian yang ditugaskan kepada
mereka.
• program-program pelatihan untuk personil-personil di laboratorium harus
selalu dijalankan.
Jaminan Mutu
• kontrol terhadap jaminan mutu harus tersedia untuk memeriksa dan menilai
kegiatan-kegiatan berikut secara minimal:
• pengangkutan dan penyimpanan contoh tanah
• persiapan spesimen uji
• kepatuhan pada prosedur pengujian yang tepat
• keakuratan pembacaan
• pemeliharaan peralatan
• pemeriksaan dan penilaian terhadap data pengujian
• penyajian data hasil pengujian
7
BS 1377 : Part 1 : 1990 menyebutkan informasi umum yang berhubungan
dengan pengujian-pengujian tersebut, kalibrasi umum dan persyaratan khusus,
serta persyaratan umum untuk pekerjaan laboratorium pengujian tanah dan
kegiatan lapangan.
Aspek yang dapat digunakan sebagai dasar akreditasi, meliputi baik untuk
lapangan dan laboratorium; namun pada Panduan ini hanya kegiatan di
laboratorium saja yang dibicarakan.
8
• deskripsi tugas untuk masing-masing kategori personil, termasuk
pendidikan, pelatihan dan pengalamannya
• sistem yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat kemampuan personil
yang ditunjukkan untuk melaksanakan pengujian-pengujian tertentu.
9
Frekuensi kalibrasi yang harus dilakukan untuk berbagai variasi peralatan
dijelaskan sebagai berikut:
10
prosedur untuk identifikasi, penyimpanan sementara, penyimpanan tetap dan
pembuangan spesimen.
Informasi lain yang akan dimasukkan ke dalam laporan juga diberikan lebih
detil, misalnya sebuah identifikasi tentang laporan, proyek, sampel atau jenis
pengujian yang dilakukan, nama dan kedudukan dari personil yang
bertanggungjawab secara teknik terhadap laporan dan metode-metode standar
yang digunakan.
Karena bukan merupakan bagian dari Panduan Geoteknik ini untuk membahas
kriteria dalam mengevaluasi kemampuan dari suatu organisasi dalam
melakukan penyelidikan lapangan, perlu digaris bawahi bahwa besar
tanggungjawab yang diberikan untuk kedua penyelidikan tersebut merupakan
bagian tak terpisahkan satu dengan lainnya, dan untuk mendapatkan pelayanan
sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka kemampuan dari
11
organisasi/laboratorium yang melakukan pekerjaan penyelidikan lapangan
tersebut harus dievaluasi dengan cara yang sama dengan pengujian
laboratorium, sebagaimana akan dijelaskan pada bab-bab berikut.
Pada tahapan ini, wilayah daerah pencarian terhadap laboratorium yang ada
secara geografis harus ditetapkan pula. Pada beberapa lokasi proyek mungkin
terdapat sejumlah laboratorium dengan jarak dari lokasi proyek yang cukup
memadai yang dapat memberikan alternatif pilihan. Pada lokasi yang lain,
alternatif pilihan dapat saja terbatas, dimana pada kasus ini perlu diputuskan
untuk memperluas wilayah pencarian secara geografis. Tipe-tipe pengujian
yang akan dilaksanakan juga akan sangat mempengaruhi wilayah pencarian;
jika proyek yang ada secara relatif tidak terlalu penting dan data untuk
keperluan disain yang didapat dari pengujian pengklasifikasian dianggap sudah
memadai, maka perluasan wilayah pencarian tak perlu dilakukan lagi seperti
harus dilakukan pada kasus dimana proyeknya dipandang sangat penting dan
membutuhkan data dari pengujian laboratorium yang lebih canggih.
12
Gambar 2-5 menyajikan daftar informasi yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
kapasitas pengujian dari laboratorium yang ditunjukkan oleh ketersedian
peralatan yang ada. Pada banyak kasus, laboratorium pengujian tanah tidak
memiliki peralatan, bahan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan
berbagai pengujian kimia. Jika hal ini dijumpai, perhatian khusus harus
diberikan terhadap informasi yang diberikan dari Item 4 pada Gambar 2-3 yaitu
“organisasi/laboratorium luar yang digunakan untuk mendukung pelayanan
teknik yang signifikan”. Organisasi/laboratorium luar yang terlibat dalam
program pengujian disyaratkan untuk dievaluasi secara penuh berdasarkan pada
kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan yang diinginkan secara
memuaskan. Seorang Insinyur Geoteknik yand Ditunjuk harus memeriksa: (i)
format mengenai permintaan mana saja yang dilakukan di luar, misalnya apakah
berdasarkan metode pengujian tertentu, data pengujian spesifik apa yang
dibutuhkan, dan (ii) data pendukung lain yang dihasilkan bersama data hasil
pengujian. Insinyur Geoteknik yand Ditunjuk tersebut juga harus mengetahui
bagaimana laboratorium utama tersebut dapat mengontrol mutu dari hasil test
yang dilakukan oleh organisasi/laboratorium luar tesebut.
13
Informasi umum yang dibutuhkan dari Informasi yang didapat
laboratorium Lengkap Tak Lengkap Catatan
1. Nama dan alamat resmi dari kantor utama
2. Nama dan posisi dari direktur dan petugas -petugas
utama
3. Kepemilikan utama laboratorium, struktur manajerial
dan prinsip-prinsip keanggotaan dan afiliasinya
4. Organisasi/laboratorium lain yang bekerja sama
yang memberikan dukungan signifikan dalam hal
pelayanan teknis
5. Sejarah lengkap dari laboratorium
6. Wilayah bidang pelayanan secara geografi
7. Daftar pelayanan-pelayanan teknis terkait yang ada
8. Tipe para pengguna jasa
9. Akreditas atau sertifikat pengakuan lainnya yang
menunjukkan tingkat kemampuan laboratorium
10. Grafik organisasi laboratorium yang menunjukkan
posisi dari personil dan garis otoritas dan
tanggungjawab masing-masing
11. Deskripsi tugas untuk masing-masing personil
12. Sistem yang digunakan secara kontinyu dalam
mengevaluasi tingkat kemampuan personil yang
ditunjukkan dari kemampuannya menjalankan tugas
yang diberikan
13. Inventarisasi dari peralatan-peralatan utama
14. Detil dari sistem jaminan mutu
15. Nama dan posisi dari personil yang
bertanggungjawab terhadap kontrol atau jaminan
mutu (jika belum diberikan baik di item 10 ataupun
14 di atas)
Nama laboratorium
Diselesaikan oleh Tanggal
Nama
Posisi
Gambar 2-3 Informasi Umum yang Dibutuhkan pada Tahap Awal Pemilihan Laboratorium
14
Jawaban
Pertanyaan Keterangan
Ya Tidak
1. Apakah terdapat lantai/ruangan yang cukup untuk
menempatkan peralatan di laboratorium?
2. Apakah lantai laboratorium tahan terhadap getaran?
3. Apakah terdapat ruangan yang berbeda untuk
berbagai tipe pengujian yang berbeda?
4. Apakah laboratorium tersebut temperaturnya dapat
dikontrol seluruhnya?
5. Apakah terdapat ruangan khusus yang temperaturnya
dapat dikontrol di laboratorium tersebut?
6. Apakah ruangan yang temperaturnya dapat dikontrol
tersebut digunakan untuk jenis pengujian tertentu?
7. Apakah ruangan yang temperaturnya dapat dikontrol
tersebut digunakan untuk ruangan komputer,
penyimpanan data/ peralatan pemrosesan?
8. Apakah terdapat ruangan untuk penyimpanan
sampel?
9. Apakah ruangan penyimpanan sampelnya dapat
dikontrol kelembabannya?
10. Apakah ruangan penyimpanan sampelnya dapat
dikontrol temperaturnya?
11. Apakah terdapat ruangan yang kelembabannya dapat
dikontrol untuk mempersiapkan spesimen uji?
12. Apakah kegiatan yang menghasilkan debu dilakukan
pada tempat yang terpisah dari laboratorium utama?
13. Apakah permukaan lantai kerja untuk kegiatan
penumbukan terletak pada ruangan yang lantainya
tahan terhadap getaran?
14. Apakah terdapat sejumlah titik-titik sumber listrik yang
kedap air yang terletak berdekatan dengan lantai
kerja?
15. Apakah terdapat fasilitas untuk penyimpanan
peralatan secara baik jika tidak sedang digunakan?
16. Apakah setiap peralatan selalu dipelihara kerapian
dan kebersihannya sehingga selalu digunakan dalam
kondisi yang baik?
17. Apakah ada ruangan khusus yang ditujukan untuk
penyimpanan data pengujian?
18. Apakah ada ruangan khusus yang ditujukan untuk
penyimpanan analisis data pengujian?
19. Apakah ada ruangan khusus yang ditujukan untuk
penyimpanan:
Sertifikat Kalibrasi?
Jadwal Kalibrasi Kembali?
Jadwal Pemeliharaan?
Prosedur Pengujian Standar?
20. Apakah pernah memiliki pengalaman melakukan
pengujian pada tanah lunak organik?
21. Apakah pernah memiliki pengalaman melakukan
pengujian pada gam but?
22. Apakah ada peralatan khusus yang dibeli untuk
pengujian tanah lunak organik?
23. Apakah ada peralatan khusus yang dibeli untuk
pengujian gambut?
Nama Laboratorium:
Tanggal Kunjungan:
Oleh:
Gambar 2-4 Penilaian Fasilitas Umum dari Laboratorium Selama Peninjauan Laboratorium
15
Peralatan yang Ada
Jenis Pengujian Keterangan
Ya Tidak
1. Pengujian untuk pengklasifikasian:
• Kadar Air
• Distribusi Ukuran Partikel
• Specific Gravity
• Batas-batas Atterberg
• Baling-baling Laboratorium
• Kadar Organik (Loss on Ignition)
• Bulk Density dari Gambut
• Kadar Serat dari Gambut
2. Pengujian Kimia:
• Kadar Organik (dichromate oxidation)
• Pore Water Extraction dan Pengukuran
Salinitas
• Konduktifitas
• pH dari material gambut
• pH dari tanah
• Kadar Karbonat
• Kadar Klorida
• Kadar Sulfat
3. Pengujian Kuat Geser:
Uji geser langsung
Triaksial UU
Triaksial CU
Triaksial CD
4. Pengujian Konsolidasi:
Uji konsolidasi satu dimensi
Sel Hidrolik (Rowe Cell)
5. Pengujian Permeabilitas
Nama Laboratorium:
Tanggal Kunjungan:
Oleh:
16
berdasarkan fakta yang ada. Tetapi perlu disadari bahwa ceklis yang diberikan
disini hanyalah memberikan panduan saja; Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk
tersebut dapat saja meminta informasi tambahan lain berdasarkan pengalaman
dan pengetahuannya terhadap kondisi lokal.
Kriteria yang tercantum pada Gambar 2-7 dapat membantu Insinyur Geoteknik
yang Ditunjuk tersebut dalam melakukan pemeringkatan laboratorium yang
diamati berdasarkan tingkat kemampuannya dalam melakukan pengujian. Pada
gambar ini laboratorium diperingkatkan secara sederhana sebagai A,B dan C
dengan mengacu pada kriteria -kriteria yang ada. Semua kriteria dapat
diterapkan secara sama dan berlaku umum, karena kriteria tersebut tidak dibuat
untuk tujuan-tujuan tertentu secara khusus. Kriteria peringkat yang ada tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
C : adalah laboratorium yang tidak mampu untuk memenuhi kriteria dan hasil
pengujian yang dihasilkan tidak dapat digunakan kecuali untuk pengujian
yang relatif sederhana tetapi itupun harus dengan pengawasan langsung.
17
adanya evaluasi terhadap sejumlah laboratorium yang tersebar pada areal
geografis yang luas, paling tidak dibutuhkan waktu 10 minggu untuk
menyelesaikan proses tersebut, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2-9;
untuk proyek-proyek yang tingkat kepentingannya relatif lebih kecil, perkiraan
jadwal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-9 dapat dibuat lebih singkat.
Adanya
Dokumentasi Teknisi Disetujui Oleh:
Peralatan untuk Metode
Jenis Pengujian Pengawa Teknisi
yang Ada Pengujian s
Data Analisis
Ya Tidak
Pengujian Data
1. Pengujian untuk
pengklasifikasian:
Kadar Air
Distribusi Ukuran Partikel
Specific Gravity
Batas-batas Atterberg
Baling-baling
Laboratorium
Kadar Organik (Loss on
Ignition)
Bulk Density dari Gambut
Kadar Serat dari Gambut
2. Pengujian Kimia:
Kadar Organik
(dichromate oxidation)
Pore Water Extraction
dan Pengukuran Salinitas
Konduktifitas
pH dari material gambut
pH dari tanah
Kadar Karbonat
Kadar Klorida
Kadar Sulfat
3. Pengujian Kuat Geser:
Uji geser langsung
Triaksial UU
Triaksial CU
Triaksial CD
4. Pengujian Konsolidasi:
Uji konsolidasi satu
dimensi
Sel Hidrolik (Rowe Cell)
5. Pengujian Permeabilitas
Gambar 2-6 Evaluasi terhadap Kapasitas Kontrol Pengujian dan Pengawasan Selama Peninjauan
Laboratorium
18
Pemeringkatan Laboratorium berdasarkan Peringkat
Keterangan
Pada: A B C
1. Akreditasi atau pengakuan lainnya tentang
kemampuan pengujian
2. Manajemen laboratorium dan organisasi
3. Tipe para pengguna jasa
4. Penempatan secara umum dan kelengkapan
fasilitas laboratorium seperti lantai yang luas,
ruangan-ruangan khusus, lantai kerja, dan lain-lain
5. Ketersediaan dan ketepatan dari fasilitas
penyimpanan sampel
6. Ketersediaan dari ruangan dengan temperatur dan
kelembaban yang terkontrol
7. Kemampuan untuk melakukan seluruh pengujian
untuk pengklasifikasian (peralatan dan personil)
8. Kemampuan untuk melakukan seluruh pengujian
kimia (peralatan dan personil)
9. Kemampuan untuk melakukan seluruh pengujian
kuat geser (peralatan dan personil)
10. Kemampuan untuk melakukan seluruh pengujian
konsolidasi (peralatan dan personil)
11. Kecukupan atas pengaturan untuk penyimpanan dan
penelusuran kembali atas catatan data pengujian
12. Kecukupan atas pengaturan untuk penyimpanan dan
penelusuran kembali atas catatan analisis data
13. Kecukupan atas pengaturan untuk cek silang atas
keakuratan data dan analisis data
14. Kecukupan atas pengaturan untuk melakukan
kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
15. Kecukupan atas pengaturan untuk penyimpanan
kalibrasi peralatan dan jadwal pemeliharaan
16. Pengalaman sebelumnya dalam melakukan
pengujian pada tanah lunak organik
17. Pengalaman sebelumnya dalam melakukan
pengujian pada gambut
18. Peralatan khusus yang ada untuk pengujian tanah
lunak organik untuk pengujian:
klasifikasi
analisis kimia
kuat geser
kompresibilitas
19. Peralatan khusus yang ada untuk pengujian gambut
untuk pengujian:
klasifikasi
analisis kimia
kuat geser
kompresibilitas
Identifikasi Laboratorium
Kriteria No. L1 L2 L3 Dst Keterangan
(Dari Gambar 2.7)
Peringkat
1 dst
2 dst
3 dst
Dst dst
Gambar 2-8 Kesimpulan dari Peringkat yang Diberikan untuk Kriteria sebagaimana Tercantum
pada
19
Akan sulit untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
seluruh kegiatan ini, tapi pemberian waktu antara 10-12 minggu akan cukup
memadai. Oleh karena itu dalam sebuah proyek yang dipandang penting, waktu
yang telah dilalui mulai dari permulaan proses pemilihan laboratorium hingga
ke penandatanganan kontrak umumnya berkisar antara 5-6 bulan.
Minggu ke:
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Gambar 2-9 Estimasi Waktu yang Dibutuhkan untuk Melakukan Proses Seleksi Laboratorium
yang Komprehensif
20
pimpinan dari laboratorium, sebagai orang yang bertanggunjawab dalam hal
kontrol mutu.
21
Laboratorium
Proyek
Jenis Pengujian :
Metode :
Pengujian :
Tanggal
Mengetahui dan Menyetujui
Hal/pokok Teknisi Manajer
Teknisi
Pengawas Laboratorium
1. Seluruh bagian peralatan lengkap dan
dirawat dengan baik
2. Susunan peralatan yang terpasang
dicatat
3. Sertifikat kalibrasi ada dan salinannya
terlampir
4. Formulir prosedur pengujian ada dan
telah dibaca dan dimengerti oleh
seluruh personil
5. Formulir pencatatan data pengujian
ada dan telah dibaca dan dimengerti
oleh seluruh personil
6. Formulir analisis data pengujian ada
dan telah dibaca dan dimengerti oleh
seluruh personil
Gambar 2-10 Pemeriksaan Jaminan Mutu atas Prosedur dan Peralatan Pengujian Laboratorium
Metode penomoran lubang bor dan sampel serta pelabelan tabung sampel harus
distandarkan dan disebutkan dalan instruksi tertulis yang diberikan pada tim
yang melaksanakan penyelidikan lapangan maupun laboratorium.
22
formulir yang berfungsi sama dengan formulir FPS tersebut dan dipahami oleh
manajer lapangan.
Ketika mengisi formulir FPmS ini, manajer laboratorium atau teknisi pengawas
harus memperhatikan secara seksama bagian penyegelan dengan lilin yang
digunakan pada tabung sampel. Setiap kerusakan yang terjadi pada bagian
tersebut harus dicatat pada formulir FPmS dan kerusakan harus tersebut segera
diperbaiki. Formulir FPmS ini juga harus mencatat setiap gangguan yang
muncul atau sifat-sifat yang tak lazim pada sampel.
Nomor formulir FPmS harus dicatat pula pada formulir catatan data pengujian
dan formulir analisis data pengujian.
23
FORMULIR PEMINDAHAN SAMPEL (FPS)
Proyek : Lokasi : No. Lubang : No. Formulir :
24
Formulir Pencatatan Pengeboran Harian (FPPH)
Daerah : Lokasi : Lubang Bor
Diameter
Pencatatan Lapisan
Dari Sampai Dengan Casing Deskripsi
Pengambilan Sampel
Dari Sampai Dengan Jumlah Tipe Dari Sampai Dengan Jumlah Tipe
Air Standpipe
Waktu Kedalaman
Kedalaman Pengambilan Sampel Tipe
Kedalaman Lubang
Kedalaman terhadap muka air
Keterangan :
25
Gambar 2-13 Formulir Pemeriksaan Sampel, FPS
26
3 Perencanaan Program Pengujian
Laboratorium
3.1 PENDAHULUAN
Uji-uji laboratorium yang diterapkan pada tanah yang dibicarakan pada Bab 4
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Uji klasifikasi
• Uji kimia
• Uji kuat geser
• Uji kompresibilitas
• Uji permeabilitas
AASHTO (1988) telah menyusun daftar pengujian yang penting bagi seorang
engineer geoteknik dengan urutan perkiraan biaya yang semakin meningkat
sebagai berikut:
• pemeriksaan visual
• kadar air alami
• batas plastis dan cair
• analisis butiran (mekanik)
• uji baling-baling laboratorium
• kompresi takterikat(unconfined compression)
• kepadatan relatif (moisture-density or relative density)
• California Bearing Ratio
27
• permeabilitas
• geser langsung
• kompresi triaksial
• konsolidasi
Sebuah catatan diberikan oleh penulis dari Manual AASHTO tersebut bahwa
“pengujian yang kompleks dan mahal hanya dibenarkan jika data yang didapat
dapat mengurangi biaya atau resiko keruntuhan yang jika terjadi akan
menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar lagi; secara umum, secara
relatif pengujian yang dilakukan dengan lebih hati-hati pada spesimen yang
ditentukan yang meliputi uji sifat-sifat tanah dengan hasil yang dikorelasikan
dengan klasifikasi atau tes indeks akan memberikan data cukup yang baik untuk
dapat digunakan”.
Jika sebuah proyek diputuskan merupakan proyek yang tidak terlalu penting,
seperti misalnya proyek jalan kecil yang memikul lalu lintas yang relatif kecil,
Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk dapat saja memutuskan bahwa akan cukup
akurat untuk mendapatkan parameter tanah yang lain hanya berdasarkan pada
korelasi yang telah ada dengan data klasifikasi (lihat Bab 7) dan sudah memadai
hanya dengan melakukan sedikit pengujian untuk memeriksa validitas dari
korelasi yang digunakan tersebut.
Pada proyek yang dianggap lebih penting, perlu kiranya untuk memperluas
batasan dari penyelidikan dengan memasukkan uji kuat geser, permeabilitas dan
kompresibilitas. Jenis pengujian yang dilakukan akan bergantung pada masukan
data yang dibutuhkan untuk analisis kestabilan fondasi, daya dukung dan
penurunan. Seorang engineer geoteknik harus memutuskan pada kedalaman
berapa sampel harus diambil dan menentukan parameter laboratorium apa yang
dibutuhkan yang harus konsisten dengan kedalaman tersebut misalnya/seperti
parameter uji yang ditunjukkan oleh tegangan di lapangan (in situ stress) dan
kondisi kadar airnya (lihat Bab 4.6).
28
Nama Laboratorium ___________________________
BH No Keda- Unit m LL/PL Berat Isi SG Organik PSD Hidrom Baling Triaksial Geser Konsol Perm. pH SO4 CO3
Sampel laman Tanah Asli eter Lab Lang- Oed.
(m) Awal [1] sung [1]
[1]
[1]
UU CU CD
29
4 Pengujian-pengujian Laboratorium
30
Lempung dan lanau didefinisikan pada ASTM D2487-93 sebagai tanah-tanah
yang melewati saringan No. 200. Lempung bisa dibuat untuk menampakkan
plastisitas dalam suatu rentang kadar air dan menampakkan kekuatan yang
tinggi jika dikeringkan dengan udara; lanau merupakan nonplastik atau sangat
sedikit plastis dan memiliki sedikit atau tanpa kekuatan jika dikeringkan dengan
udara. Untuk tujuan klasifikasi, lempung dan lanau dan lempung organik dan
lanau organik didefinisikan sebagai berikut:
Lempung: tanah berbutir halus, atau porsi berbutir halus dari suatu tanah,
dengan suatu PI sama dengan atau lebih besar dari 4 dan plot PI terhadap LL
jatuh pada atau di atas garis 'A'.
Lanau: tanah berbutir halus, atau porsi berbutir halus dari suatu tanah, dengan
suatu PI kurang dari 4 atau jika plot PI terhadap LL jatuh di bawah garis 'A'.
Lanau organik : suatu tanah yang akan diklasifikasikan sebagai lanau namun
nilai LL-nya setelah dikeringkan dengan oven kurang dari 75% dari nilai LL-
nya sebelum dikeringkan dengan oven.
Jika suatu tanah memiliki warna gelap dan bau organik pada saat lembab dan
hangat, tes LL kedua dibutuhkan untuk dilaksanakan pada spesimen tes yang
telah dikeringkan dengan oven pada suhu 110 ± 5° C sampai dengan suatu
massa yang konstan, biasanya semalam.
31
Diagram alir diberikan dalam ASTM D2487-93 untuk mengklasifikasikan tanah
berbutir halus yang didefinisikan sebagai organik atau inorganik berdasarkan
kriteria LL seperti dijelaskan di atas. Diagram alir prosedur yang
disederhanakan untuk mengklasifikasikan lempung dan lanau inorganik dan
lempung dan lanau organik diperlihatkan, masing-masing, pada Gambar 4-2 dan
4-3.
Gambar 4-2 Diagram alir yang disederhanakan untuk mengklasifikasikan lempung dan lanau inorganik
Gambar 4-3 Diagram alir yang disederhanakan untuk mengklasifikasikan lempung dan lanau organik
32
Lempung Inorganik
• Tanah tersebut adalah lempung inorganik jika posisi plot PI terhadap LL
jatuh pada atau di atas garis 'A', PI-nya lebih besar dari 4 dan kehadiran
bahan organik tidak mempengaruhi LL sebagaimana didiskusikan
sebelumnya.
• Jika LL kurang dari 50, tanah tersebut diklasifikasikan sebagai lempung
lean dan diberikan Simbol Grup CL.
• Jika LL sama dengan atau lebih dari 50, tanah tersebut diklasifikasikan
sebagai lempung fat dan diberikan Simbol Grup CH.
• Jika posisi plot PI terhadap LL jatuh pada atau di atas garis 'A' dan PI
berkisar antara 4 sampai 7, tanah tersebut diklasifikasikan sebagai lempung
kelanauan dan diberikan Simbol Grup CL-ML.
Lanau Inorganik
• Tanah diklasifikasikan sebagai lanau inorganik jika posisi plot PI terhadap
LL jatuh di bawah garis 'A' atau PI kurang dari 4 dan kehadiran bahan
organik tidak mempengaruhi LL sebagaimana didiskusikan sebelumnya.
• Tanah diklasifikasikan sebagai lanau dan diberikan Simbol Grup ML jika
LL kurang dari 50.
• Tanah diklasifikasikan sebagai lanau elastik dan diberikan Simbol Grup
MH jika LL sama dengan 50 atau lebih besar.
Simbol Grup OL
• Tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik atau lanau organik, dan
diberikan Simbol Grup OL, jika LL (tidak dikeringkan dengan oven) kurang
dari 50.
• Tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik (OL) jika PI sama dengan
4 atau lebih dan posisi plot PI terhadap LL jatuh pada atau di atas garis 'A'.
• Tanah diklasifikasikan sebagai lanau organik (OL) jika PI kurang dari 4
atau posisi plot PI terhadap LL jatuh di bawah garis 'A'.
Organic Symbol OH
• Tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik atau lanau organik, dan
diberikan Simbol Grup OH, jika LL (tidak dikeringkan dengan oven) sama
dengan 50 atau lebih besar.
• Tanah diklasifikasikan sebagai lempung organik (OH) jika posisi plot PI
terhadap LL jatuh pada atau di bawah garis 'A'.
• Tanah diklasifikasikan sebagai lanau organik (OH), jika posisi plot PI
terhadap LL jatuh di bawah garis 'A'.
33
4.1.2 Klasifikasi gambut
Pada USCS, tanah-tanah di bagian 'Sangat Organik' (terutama bahan organik,
berwarna gelap, dan bau organik) diberi Simbol Grup PT dan Nama Grup
'Gambut'; tidak ada pembagian lebih lanjut terhadap tanah-tanah ini.
Gambar 4-4 Perbandingan beberapa sistem-sistem klasifikasi untuk tanah organik berdasarkan
kandungan abu (Wolski seperti dilaporkan oleh Larsson, 1996)
34
pada klasifikasi dinyatakan sebagai "yang telah ditentukan untuk
menghubungkan agrikultural/hortikultural, geoteknik, dan pemanfaatan gambut
untuk energi".
Pada metode ini, gambut didefinisikan sebagai zat sangat organik yang terjadi
secara alami yang dibedakan dari bahan tanah organik lainnya berdasarkan
kandungan abunya yang rendah (kurang dari 25 persen kandungan kering)
seperti didefinisikan oleh Method C (Ash Content), ASTM D2974-87.
Kandungan abu ditentukan melalui pembakaran sampel dari penentuan
kandungan air yang telah dikeringkan oleh oven di tungku bakar pada suhu
440°C.
Kandungan serat dan deskripsi gambut yang sesuai adalah sebagai berikut:
Ingat bahwa kandungan bahan organik (%) sama dengan 100 - kandungan abu
(%).
35
4.2 TES-TES INDEKS YANG DILAKUKAN UNTUK
TUJUAN KLASIFIKASI DAN TUJUAN LAIN
Semua tes harus dilakukan dengan mengikuti sepenuhnya metode tes yang
standar yang dispesifikasikan oleh Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk.
Penyimpangan dari suatu standar harus disetujui secara tertulis oleh Insinyur
Geoteknik yang Ditunjuk dan alasan-alasan penyimpangan dinyatakan dengan
jelas.
The standard drying temperature for the method is 110°C and it is noted in the
method that :
• Beberapa material organik mungkin mengalami pembusukan akibat
pengeringan dengan oven pada temperatur pengeringan standar.
• Bahan-bahan yang mengandung gipsum mungkin mengalami dehidrasi.
Kategori air yang mengelilingi suatu partikel diperlihatkan pada Gambar 4-5.
36
Gambar 4-5 Gambaran kategori air yang mengelilingi partikel-partikel lempung (Head, 1984)
Air pada kategori (1) di atas tidak ikut diperhitungkan pada penentuan kadar air;
kemungkinan hadirnya air kategori (5) adalah salah satu alasan untuk
menghindari pengeringan dengan oven tanah-tanah tropik. Berkenaan dengan
temperatur oven yang digunakan pada penentuan kadar air, Head (1984)
menyebutkan bahwa untuk gambut dan tanah yang mengandung bahan organik
suhu pengeringan 60°C lebih disukai.
Pada umumnya perlu disadari bahwa pengeringan dengan oven adalah suatu
perlakuan yang keras sehingga mengakibatkan reaksi yang tidak dapat dibalik
pada kebanyakan tanah; jika suatu tanah yang lembab dikeringkan dengan oven
penambahan air tidak akan menghilangkan efek perlakuan panas yang keras
pada sifat-sifat material.
Metode alternatif untuk menentukan kadar air gambut dan tanah organik
lainnya diberikan pada ASTM D2974-87 (lihat Bagian 4.2.7).
37
waktu tertentu dari permulaan tes; massa partikel solid yang ada ditentukan
melalui pengukuran kerapatan suspensi dengan suatu hidrometer.
Suspensi tanah harus dipertahankan pada suhu yang konstan selama analisis
sedimentasi. Jika suatu ruangan yang memiliki kontrol temperatur tidak
dipunyai maka kamar mandi terisolasi yang memiliki kontrol temperatur yang
jenisnya dijelaskan pada metode tersebut harus digunakan. Temperatur dasar
untuk analisis sedimentasi adalah 20°C. Variasi temperatur yang kecil tidak
akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan yang penting dipandang dari sudut
praktis; suatu prosedur untuk memperbaiki variasi temperatur yang diberikan
pada metode ini.
Pada ASTM D854-92, dua prosedur dispesifikasikan untuk melakukan tes berat
jenis. Pada Metode A, tes dilakukan pada spesimen yang dikeringkan dengan
oven (spesimen dikeringkan sampai mencapai massa yang konstan pada suatu
oven dengan suhu 110 ± 5°C yang dipertahankan dan didinginkan pada suatu
desikator). Pada Metode B, tes dilakukan pada spesimen yang lembab.
Untuk spesimen tanah organik dan tanah berbutir halus yang sangat plastis,
dinyatakan bahwa Metode B 'adalah metode yang lebih disukai'. Jika berat jenis
akan digunakan pada perhitungan berkenaan dengan analisis sedimentasi
ASTM D422-63, tes berat jenis dilakukan pada porsi sampel yang melalui
saringan No. 10 (2.00 mm).
38
sampai mencapai suatu suhu yang konstan. Berat jenis (Gs) bisa dihitung dari
persamaan:
Berat jenis tanah gambut juga bisa diestimasi dari hubungan empiris antara
berat jenis dan kadar organik seperti terlihat pada Gambar 4-6 (Lechowicz et al,
1996). Berat jenis gambut murni berkisar antara 1.4-1.5 dan mineral-mineral
yang paling sering ditemui memiliki berat jenis sekitar 2.7. Menurut Hobbs
seperti dilaporkan oleh Lechowicz et al., untuk keperluan praktis berat jenis
gambut Gs bisa diestimasi dari hubungan:
3.8
GS =
(0.013) × kadar organik (%) + 1.4
Gambar 4-6 Berat jenis versus kadar organik (Lechowicz et al, 1996)
39
Metode pertama berlaku untuk tanah-tanah yang bisa dibentuk menjadi bentuk
geometrik yang reguler, yang volumenya bisa dihitung dari pengukuran linear.
Metode kedua, volume spesimen ditentukan dengan menimbangnya dalam
keadaan terendam air. Metode ketiga, volume spesimen ditentukan dengan
pemindahan air.
100ñ
ñd =
100 + w
Berat isi (berat unit), dinyatakan dengan γ, digunakan waktu menghitung gaya
dikerjakan oleh suatu massa tanah dan diperoleh dari kerapatan massa melalui
persamaan:
γ = ñg
γ = 9.807ñ
40
Gambar 4-7 Fase-fase tanah dan Batas-batas Atterberg (Head 1984)
Tanah-tanah organik dan tanah-tanah tropis harus selalu diuji pada kondisi
asli untuk penentuan LL dan PL; mereka tidak boleh dikeringkan dengan oven
kecuali sebagai contoh jika pengaruh pengeringan dengan oven pada LL perlu
diketahui untuk membedakan antara lanau/lempung organik dan lanau/lempung
inorganik untuk tujuan klasifikasi (ASTM D2487-93).
Metode ASTM untuk pengujian LL dan PL tanah, yang dijelaskan pada ASTM
D4318-93, menggunakan alat Casagrande untuk menentukan LL. Tes kerucut
jatuh adalah metode yang disarankan pada kebanyakan negara tetapi tidak
digunakan, setidaknya untuk tujuan tes rutin, di Indonesia.
41
ASTM D4318-93 memberikan dua prosedur untuk mempersiapkan spesimen
tes, prosedur persiapan basah dan prosedur persiapan kering. Pada prosedur
persiapan basah, contoh yang melalui saringan No. 40 dan contoh yang
mengandung material yang tertahan pada saringan No. 40 dipertimbangkan
secara terpisah. Pada prosedur persiapan kering, contoh dikeringkan pada suhu
ruangan atau pada oven yang suhunya tidak melewati 60°C sampai gumpalan-
gumpalan tanah siap untuk dihancurkan.
Alat LL harus diinspeksi secara rutin untuk menguji apakah dia memenuhi
batasan-batasan yang berlaku terhadap kerusakan dan untuk menyesuaikan
ketinggian kejatuhan mangkuk; suatu daftar cek diberikan pada Bagian 9.0 dari
standar tersebut. Air suling atau air de-ionized harus digunakan pada waktu
menyiapkan spesimen percobaan untuk mengurangi kemungkinan pertukaran
ion yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil tes.
Tes PL dilakukan pada 20 gram contoh tanah yang dipilih dari material yang
dipersiapkan untuk tes LL. Kadar air sampel dikurangi sampai mencapai suatu
konsistensi di mana dia bisa digulung-gulung tanpa menempel pada tangan.
Spesimen contoh, yang memiliki massa 1,5 sampai 2,0 gram, dipilih dari 20
gram massa dan dibentuk menjadi suatu massa ellips. Massa ini digulung
menjadi suatu benang yang memiliki diameter yang sama pada keseluruhan
panjangnya dan penggulungan diteruskan sampai diameter benang mencapai 3.2
mm, yang memakan waktu kurang dari 2 menit. PL dicapai selama percobaan
ulang sampai sampel lama kelamaan mengering; PL adalah kadar air di mana
tanah mulai hancur jika digulung menjadi suatu benang 3,2 mm. Bagian-bagian
dari benang yang hancur disimpan pada suatu tempat yang telah ditimbang,
yang kemudian segera ditutup. Spesimen tes berikutnya diambil dari 20 gram
massa dan proses tersebut diulangi sampai sedikitnya 6 gram tanah didapati
42
pada wadah. Serangkaian tes kedua dilakukan seperti dijelaskan di atas pada 20
gram sampel yang lain untuk menyediakan wadah kedua yang setidaknya 6
gram tanah. Kadar air tanah yang didapati pada wadah ditentukan dan jika
perbedaan di antara kedua kadar air berada dalam rentang yang dapat diterima
untuk kedua hasil tersebut, PL diambil sebagai rata-rata kedua kadar air
tersebut.
Seperti diperlihatkan pada Tabel 4-1, kehadiran bahan organik, dinyatakan pada
tabel dalam kadar karbon, memiliki pengaruh yang besar pada LL dan PL; juga
diperlihatkan pada tabel adalah pengaruh kenaikan kadar berukuran lempung
dan kadar montmorillonite pada parameter-parameter ini.
Kadar Kadar
Kadar
Karbon Berukuran lempung Montmorillonite,
%
% < 0,002 mm, %
Tabel 4-1 Pengaruh-pengaruh karbon organik, kadar berukuran lempung dan montmorillonite pada
batas-batas Atterberg
Kedua metode pengujian dilakukan hanya pada porsi tanah yang melalui
saringan No. 40. Hasil-hasil tes dari ASTM D427-93 digunakan untuk
menghitung batas susut dan rasio susut. Dalam ASTM D4943-89, sifat-sifat
yang dihitung dari hasil-hasil adalah batas susut, rasio susut, susut volumetrik
dan susut linear.
43
Keberhati-hatian yang harus diambil pada waktu penyimpanan, penanganan dan
pembuangan merkuri diberi penekanan khusus pada ASTM D427-93.
w - PL
LI =
LL - PL
4.2.5.2 Aktifitas
Aktifitas (A) tanah didefinisikan oleh hubungan:
PI
A=
C
AKTIFITAS KLASIFIKASI
44
Nilai-nilai aktifitas untuk lempung berkisar dari sekitar 0,4 untuk kaolinite
sampai 5 untuk montmorillonite.
Gambar 4-8 Grafik klasifikasi untuk potensi pengembangan (Krebs dan Walker, 1971)
45
Baling-baling yang biasanya digunakan di laboratorium memiliki rasio tinggi
terhadap diameter sebesar 2 dan tes biasanya dilakukan pada suatu sampel tak
terganggu pada saat masih di dalam tabung pengambilan contoh. Baling
dimasukan ke dalam sampel dan diputar pada suatu laju yang konstan untuk
menentukan torsi yang dibutuhkan untuk meruntuhkan sampel. Perhitungan
kuat geser tak terdrainase mengasumsikan permukaan runtuh berupa silinder
yaitu dia diasumsikan bahwa distribusi tegangan geser pada saat keruntuhan
adalah seragam pada kelilingnya dan sepanjang ujung-ujung silinder tanah yang
membatasi baling. Mode keruntuhan ini adalah dasar untuk hubungan yang
diasumsikan antara kuat geser baling (τ) dan torsi yang bekerja (T):
T
ô=
K
ðD 2H D
= 1 +
2 3H
H = tinggi baling
46
4.2.7.1 Metode Kehilangan akibat Pembakaran
ASTM D2974-87 menjelaskan “standard test methods for moisture, ash and
organic matter of peat and other organic soils”.
Dua metode diberikan untuk penentuan kadar air, Metode A dan Metode B.
Pada Metode A, sampel gambut dan tanah organik dikeringkan dengan oven
pada suhu 105°C; kadar air dinyatakan sebagai persentase massa yang
dikeringkan dengan oven atau massa yang diterima. Metode B digunakan jika
tes lebih lanjut, (contoh untuk pH, pertukaran kation), akan dilakukan pada
sampel. Pada metode ini air dihilangkan dengan dua langkah: (i) penguapan air
di udara pada suhu ruangan (pengeringan dengan udara) dan (ii) pengeringan
dengan oven pada suhu 105°C sampel yang dikeringkan dengan udara.
Pengeringan dengan udara menyediakan sampel yang lebih stabil untuk tes-tes
tambahan; bahan untuk tes-tes ini diperoleh dengan menggiling suatu porsi
yang representatif sampel yang dikeringkan dengan selama 1 sampai 2 dengan
penggiling berkecepatan tinggi. Seperti halnya dengan Metode A, kadar air
yang ditentukan dengan menggunakan Metode B bisa dihitung sebagai
persentase massa yang dikeringkan dengan oven atau persentase massa seperti
yang diterima. Pada saat pelaporan hasil-hasil dasar perhitungan harus
diterangkan dengan jelas.
Diasumsikan, tetapi tidak disebutkan pada metode ini, bahwa tidak ada
kehilangan bahan organik selama pengeringan dengan oven spesimen tes pada
suhu 105°C, bahwa suhu pembakaran pada tungku pembakaran dan lamanya
pembakaran adalah cukup untuk membakar semua jenis bahan organik dan
bahwa mineral-mineral pada spesimen tes tidak bisa terbakar.
Pada metode British Standard, spesimen percobaan untuk tes kehilangan akibat
pembakaran diperoleh dari suatu sampel yang dikeringkan dengan oven pada
suhu 50 ± 2.5°C; temperatur tungku pembakaran, 440 ± 25°C, adalah sama
dengan yang dispesifikasikan pada metode ASTM.
47
Kecuali jika kadar mineral tinggi atau tanah mengandung karbonat (lihat Bagian
4.2.7.3), kesalahan-kesalahan pada kadar abu/kadar bahan organik yang
dijelaskan pada ASTM D2974-87 biasanya bisa diabaikan. Jika ada keragu-
raguan, metode ini bisa ditambahkan dengan metode-metode lainnya yang lebih
rumit seperti metode oksidasi dichromate yang dijelaskan di bawah.
0.67V
OMC, % =
m
di mana: V = volume total (ml) larutan dichromate potassium yang
digunakan untuk mengoksidasi bahan organik pada
contoh tanah.
Metode ini berdasarkan oksidasi basah kadar organik tanah dan mengasumsikan
bahwa bahan organik tanah mengandung rata-rata 58% (m/m) karbon. Metode
yang diterapkan mengoksidasi sekitar 77% karbon pada bahan organik dan
faktor-faktor ini dimasukkan pada persamaan yang diberikan di atas.
48
organik dari karbon organik bisa agak bervariasi; bahan organik biasanya
dianggap mengandung 58% bahan organik (lihat metode British Standard).
Jika karbonat hadir di dalam tanah, koreksi lebih lanjut dibutuhkan untuk
mengikutsertakan kehilangan berat yang besar yang terjadi pada saat pemanasan
menyebabkan karbonat terdekomposisi menjadi oksida dan karbon monoksida.
Di Swedia karbonat yang dominan adalah kalsium karbonat atau kalsit.
Diasumsikan bahwa kadar karbonat, sebenarnya, sama dengan kadar kalsit dan
kehilangan berat karena dekomposisi keseluruhan kalsit diambil sama dengan
44% kadar karbonat.
Di Swedia, batas bawah tanah yang disebut sebagai ‘organik’ adalah 2% kadar
bahan organik. Penggunaan nilai kehilangan akibat pembakaran tak terkoreksi
bisa menghasilkan penyebutan tanah yang salah pada profil yang didiskusikan
di atas.
49
Larsson et al. meletakkan sejumlah batasan-batasan pada penggunaan metode
kehilangan akibat pembakaran untuk penentuan kadar bahan organik tanah-
tanah mineral dan organik mineral Swedia: kadar karbonat harus kurang dari
20% dan kadar sulfida harus rendah; koreksi harus dilakukan pada penguapan
air kristal dan kadar karbonat; contoh harus dibakar pada suhu 900°C selama
kurang lebih satu jam.
Mereka mencatat bahwa tanah yang sangat organik, dan terutama gambut,
metode kehilangan akibat pembakaran bisa digunakan untuk penentuan kadar
organik; asalkan kadar organiknya harus tidak terlalu tinggi. Untuk tanah-
tanah ini, metode kehilangan akibat pembakaran memiliki kelebihan bahwa
sampel yang lebih besar dan representatif bisa digunakan dibandingkan dengan
metode lain. Juga, berkaitan dengan metode lainnya, ada beberapa
ketidakpastian pada saat merubah dari karbon organik ke kadar karbon.
Pada core method, spesimen pengujian diambil dari suatu inti yang
representatif, tak terganggu yang diambil dengan suatu pengambil contoh piston
atau alat penginti lainnya. Spesimen uji yang panja ngnya tidak kurang dari 50
mm dipotong (menggunakan pisau listrik atau pisau tukang cukur) dari berbagai
panjang yang ditemui pada inti. Panjang spesimen, diukur sampai dengan
milimeter terdekat, dikalikan dengan luas potongan melintang alat pengambil
contoh inti untuk menghitung volume spesimen.
Pada paraffin wax method, suatu sampel yang representatif, tak terganggu
dipotong menjadi bentuk yang sehalus mungkin dan dilapisi dengan lilin
paraffin dengan suatu cara yang ditentukan. Sampel yang telah dilapisi
direndam dalam air di dalam sebuah silinder yang memiliki tanda ukuran dan
volumenya ditentukan dengan mengamati volume air yang terbuang. Volume
pelapis lilin paraffin dikurangi dari volume sehingga didapat volume sampel
gambut.
Dasar perhitungan kadar air harus diterangkan dengan jelas pada saat pelaporan
hasil.
50
4.2.9 Kadar Serat Gambut
Metode pengujian yang diberikan pada ASTM D1997-91 meliputi penetuan
laboratorium kadar serat sampel gambut (seperti didefinisikan pada ASTM
D4427-92) dengan massa kering.
Air pori diekstraksi sebagai berikut. Suatu sampel tanah representatif yang
memiliki massa sekitar 50 gram diletakkan pada penekan tanah. Tekanan
diberikan perlahan-lahan sampai beberapa tetes air pertama keluar; suatu alat
semprotan plastik 25 ml yang dapat dibuang kemudian dimasukkan pada suatu
saluran pembuangan yang terletak pada dasar penekan tanah. Tekanan diberikan
secara bertahap sampai maksimum sebesar 80 MPa dan ditahan pada tingkatan
tersebut sampai tidak ada lagi air yang keluar atau alat semprotan penuh. Cairan
dari alat semprotan dikeluarkan melalui suatu penahan alat semprotan mikro
yang terbuat dari stainless steel ke dalam suatu botol 100 ml yang bersih yang
kemudian segera ditutup. Botol tersebut disimpan pada suhu antara 1 dan 5°C.
Jika suatu refraktometer dengan skala indeks refraksi digunakan, salinitas dalam
bagian per seribu dibaca dari suatu grafik indeks refraksi terhadap salinitas;
salinitas dibaca langsung dari refraktometer dengan skala ppt. Untuk kedua tipe
refraktometer, hanya beberapa tetes air pori yang dibutuhkan, sekitar 5 ml.
51
Penekan tanah dan refraktometer harus dibersihkan secara menyeluruh sebelum
digunakan; prosedur pembersihan dijelaskan dalam metode tersebut.
4.2.11 Konduktifitas
Konduktifitas menandakan konsentrasi total berbagai ion-ion terlarut, kecuali
ion-ion hidrogen.
Prosedur:
• Timbang 20 gram gambut asli yang telah sepenuhnya dicampur ke dalam
suatu cangkir kertas.
• Tambahkan 20 ml air bebas ion (pH 6.6 sampai 7.5) yang telah dididihkan
selama sedikitnya satu jam untuk meyakinkan dia bebas terhadap karbon
dioksida (CO2 ).
• Untuk contoh-contoh berserat yang tidak cukup basah untuk pengukuran
konduktifitas dan pH, tambahkan 80 ml air suling, bebas ion. Air suling
yang telah mendidih ditambahkan menggunakan pembuang yang sesuai
yang mengambil dari suatu penampung yang dilengkapi dengan jebakan
KOH (potassium hidroksida) pada sumber udara pengganti.
• Tutupi dan kocok pada sebuah pengocok selama 10 menit.
• Biarkan selama 30 menit setelah pengocokan.
• Ukur konduktifitas supernatant menggunakan suatu konduktifitas meter
dan sel dengan suatu konstanta 1.0 cm-1 .
• Menstandarisasikan sel secara rutin terhadap 0.01-N KCl pada suhu 25°C
(konduktifitas 1300 mmhos/cm, lihat catatan di bawah) atau catat suhu dan
perbaiki bacaan berdasarkan formula berikut:
Lt
L 25 =
1 + 0.02∆ t
52
Para penulis mentabulasikan nilai-nilai yang ditentukan pada interval 5°C
pada rentang suhu 10-30°C. Nilai pada 25°C adalah 1413 mmhos/cm dan
nilai-nilai yang ditabulasikan untuk suhu-suhu yang lain bisa diubah
menjadi sekitar 1413 mmhos/cm menggunakan formula yang diberikan di
atas.
• Segera setelah pengukuran konduktifitas, pH bisa diukur pada larutan
supernatant yang sama. Pengukuran konduktifitas harus dilakukan sebelum
pengukuran pH.
• Ukur pH pada sebuah pH meter yang akurat sampai 0.1 satuan dan
dilengkapi dengan kompensasi temperatur. Standarisasikan pH meter secara
rutin menggunakan larutan penyangga yang pH-nya diketahui (Asam
Potassium Phthalate, pH 4.01 ± 0.01; Larutan penyangga Fosfat, pH 7.00 ±
0.01).
• Jika pH supernatant 5.1 atau lebih rendah, konduktifitas dikoreksi dengan
mengurangi konduktifitas dikarenakan ion-ion hidrogen seperti terlihat di
bawah dan data dilaporkan sebagai L25 , H+ dikoreksi.
pH H+ (ìmhos/cm pada 25°C)
3.0 350.0
3.1 278.0
3.2 220.3
3.3 175.5
3.4 139.3
3.5 110.7
3.6 87.9
3.7 69.8
3.8 55.5
3.9 44.0
4.0 35.0
4.1 27.8
4.2 22.1
4.3 17.5
4.4 13.9
4.5 11.1
4.6 8.8
4.7 7.0
4.8 5.6
4.9 4.4
5.0 3.6
5.1 2.8
• Untuk sampel-sampel yang akan ditambahkan dengan 80 ml air bebas ion
yang disuling konduktifitas dikoreksi terhadap 20 ml air dengan mengalikan
konduktifitas pada 80 ml dengan faktor 2.4.
53
4.2.12 pH Bahan-bahan Gambut
ASTM D2976-71 (reapproved 1990) menjelaskan prosedur-prosedur untuk
mengukur pH (derajat keasaman dan kebasaan) suatu sampel gambut yang
dikeringkan dengan udara yang mengapung pada air suling bebas karbon
dioksida dan larutan kalsium klorida. Nilai-nilai yang diperoleh pada larutan
kalsium klorida biasanya sekitar 0,5 sampai 0,8 satuan pH unit lebih rendah dari
pengukuran yang dilakukan di air.
Seperti didiskusikan pada Bagian 4.2.11, pH pada air gambut bisa juga
ditentukan pada supernatant setelah tes konduktifitas.
4.2.13 pH Tanah
Metode tes yang dijelaskan pada ASTM D4972-89 mencakup pengukuran pH
tanah untuk keperluan selain untuk pengujian korosi.
Pengukuran dilakukan pada tanah yang mengapung pada air suling dan pada
larutan kalsium klorida. Pengukuran pada kedua cairan tersebut diperlukan
untuk mendefinisikan pH tanah secara lengkap; pengukuran yang dilakukan
pada larutan kalsium klorida bia sanya lebih rendah dibandingkan yang pada air.
Pengukuran yang dilakukan pada tanah yang dikeringkan dengan udara yang
lolos saringan No. 10 (2.0 mm). Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter
atau kertas yang sensitif terhadap pH; kertas yang sensitif terhadap pH
menghasilkan pengukuran yang kurang akurat dan hanya digunakan untuk suatu
perkiraan kasar pH tanah.
Metode pertama melibatkan tes titration yang cepat yang cocok untuk tanah-
tanah yang karbonatnya melebihi 10% (m/m) dan di mana akurasi sekitar 1%
dianggap cukup. Pada metode ini spesimen tanah diperlakukan dengan asam
hidroklorik yang jumlahnya diketahui sampai akhir. Jumlah kelebihan asam
ditentukan dengan titration terhadap sodium hidroksida. Hasilnya dihitung
dalam bentuk proporsi ekuivalen karbon dioksida.
54
Metode kedua menggunakan metode gravimetrik yang diterangkan untuk beton
yang mengeras pada BS 1881 : Part 124. Pada metode ini, karbon dioksida
berubah pada saat tanah yang diperlakukan dengan asam hidroklorik dilewati
melalui suatu penghisap butiran yang memungkinkan massa karbon dioksida
ditentukan secara gravimetrik.
Untuk penentuan klorida yang dapat larut dalam air, klorida disarikan dari
sampel tanah yang kering dengan melarutkannya pada suatu massa air yang
banyaknya dua kali massa sampel; hasilnya dinyatakan sebagai kadar ion
klorida (persentase terhadap massa kering tanah).
Metode ekstraksi air hanya berlaku untuk tanah-tanah yang kadar kloridanya
berasal dari kontak yang baru terjadi dengan, atau perendaman dalam, air
garam; metode ekstraksi asam bisa digunakan untuk penentuan kadar klorida air
dari daerah-daerah padang pasir atau di mana asal klorida tidak dapat
ditentukan.
Serangan klorida pada baja, termasuk tulangan baja pada beton, jika mereka ada
di dalam tanah, dan konsentrasinya diketahui, tindakan-tindakan preventif yang
sesuai bisa diambil.
55
Klausa 5, BS 1377 : Part 3 : 1990 menjelaskan prosedur-prosedur untuk
menentukan kadar sulfat tanah dan air tanah. Prosedur-prosedur tes dijelaskan
untuk:
• Kadar sulfat tanah yang larut dalam asam (juga disebut sebagai kadar sulfat
total) di mana ekstrak asam dipersiapkan terlebih dahulu.
• Kadar sulfat tanah yang larut dalam air di mana ekstrak air dipersiapkan
terlebih dahulu.
• Sulfat yang larut dalam air tanah.
• Dua metode analisis dijelaskan:
• Metode gravimetrik untuk ekstrak asam, ekstrak air dan sampel air tanah.
• Prosedur pergantian ion untuk ekstrak air dan sampel air tanah.
Dinyatakan pada prosedur bahwa jika sulfat yang hadir dalam tanah terutama
garam kalsium, kadar sulfat total tanah yang didapati pada ekstrak asamnya
kemungkinan memberikan kesan yang salah dan pesimistis akan bahayanya
terhadap beton atau bahan-bahan yang distabilisasi dengan semen akibat
kehadiran sulfat. Pada kasus-kasus di mana keseluruhan sulfat melebihi 0,5%
disarankan bahwa kadar sulfat yang dapat larut dalam air dari suatu ekstrak air-
tanah 2 terhadap 1 harus ditentukan. Jika kalsium sulfat adalah satu-satunya
garam sulfat yang hadir kelarutannya yang rendah akan menjamin kadar sulfat
ekstrak air tidak melebihi 1,2 g/L. Kadar sulfat yang melebihi nilai ini pada
ekstrak air-tanah atau di dalam air tanah seperti yang didapati pada tes ini oleh
karenanya menandakan kehadiran garam sulfat yang lain dan lebih berbahaya.
Tes-tes yang dilakukan di laboratorium untuk mengukur kuat geser termasuk tes
baling laboratorium, tes geser langsung dan tes tekan triaksial. Tes baling bisa
dianggap sebagai tes indeks kekuatan dan dijelaskan pada Bagian 4.2.5; tes-tes
geser langsung dan triaksial dijelaskan pada bagian-bagian berikut ini.
56
• rangka-rangka yang menahan spesimen tes kemudian dibuka dan satu
rangka digerakkan secara horizontal terhadap lainnya pada suatu laju
deformasi geser yang konstan
• gaya geser dan perpindahan horizontal selagi spesimen digeser diukur.
tf = 50t50
57
tentukan laju perpindahan dari hubungan:
d r = d f/tf
Penerapan
Hasil-hasil tes bisa diterapkan untuk menilai kekuatan pada situasi lapangan di
mana konsolidasi telah selesai akibat tegangan normal yang ada. Hasil-hasil dari
beberapa tes bisa digunakan untuk menyatakan hubungan antara tegangan
konsolidasi dan kuat geser terdrainase.
Kuat geser yang didapat dari tes geser langsung bisa langsung digunakan untuk
perhitungan stabilitas dan berlaku terutama untuk bagian tengah bidang
keruntuhan yang kurang lebih horizontal.
Meskipun begitu, pada tes, keruntuhan mungkin tidak terjadi pada bidang yang
paling lemah karena keruntuhan dipaksa untuk terjadi pada atau mendekati
bidang horizontal pada tengah spesimen. Juga, sementara laju perpindahan yang
lambat menghasilkan disipasi tekanan air pori ekses, dia juga menyebabkan
aliran plastik tanah kohesif lunak.
58
Segi-segi utama suatu sel triaksial pada umumnya diperlihatkan pada
Gambar 4-9.
59
4.3.2.1 Tes Tak Terkonsolidasi-Tak Terdrainase (UU)
ASTM D2850-87 menjelaskan suatu metode standar untuk menentukan kuat
tekan tak terkonsolidasi, tak terdrainase tanah kohesif pada kompresi triaksial.
Suatu selubung keruntuhan Mohr yang tidak horizontal pada suatu lempung
lunak kemungkinan pertanda bahwa sampel tidak sepenuhnya jenuh. Hal ini
harus disebutkan pada lembar pengujian dan jika suatu nilai f didapati hasil
tersebut harus disertai dengan suatu catatan berisi peringatan.
Penerapan
60
Perlu dicatat bahwa kuat geser tak terdrainase ôf, tegangan geser pada bidang
keruntuhan pada saat keruntuhan diambil sebagai setengah kuat tekan tak
terdrainase (s1 -s3 ) yaitu
ó 1 − ó3
ôf =
2
B = Äu/Äs3
61
Äs3 = perubahan tekanan sel
• selama konsolidasi, data-data didapat untuk penggunaan pada penentuan
kapan konsolidasi selesai dan untuk menghitung laju regangan yang akan
digunakan untuk komponen penggeseran tes
• Konsolidasi dibiarkan berlanjut selama sekurang-kurangnya satu seri log
waktu atau satu periode semalam setelah 100% konsolidasi primer dicapai,
seperti yang ditentukan oleh salah satu prosedur yang dijelaskan di ASTM
D2435-90; waktu untuk 50% konsolidasi primer, t50 , ditentukan oleh salah
satu prosedur yang dijelaskan di ASTM D2435-90
• Jika keruntuhan diasumsikan terjadi setelah 4% regangan aksial, laju
regangan yang sesuai bisa diperoleh dengan membagi 4% terhadap 10 kali
nilai t50 ; jika diperkirakan keruntuhan akan terjadi pada nilai regangan yang
lebih rendah dari 4%, laju regangan yang sesuai didapat dengan membagi
regangan pada saat keruntuhan dengan 10 kali nilai t50
• Suatu sketsa atau foto harus dibuat mengenai spesimen yang runtuh yang
memperlihatkan cara keruntuhan (bidang geser, penonjolan, dan
sebagainya).
Penerapan
Kuat geser pada tes ini diukur pada kondisi-kondisi tak terdrainase dan bisa
diterapkan untuk kondisi lapangan di mana (i) tanah-tanah yang telah
sepenuhnya dikonsolidasikan pada satu rangkaian tegangan diberi suatu
perubahan tegangan tanpa kesempatan konsolidasi lebih lanjut terjadi dan (ii)
kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan yang di tes.
Karena pengukuran tekanan air pori dilakukan, kuat geser bisa dinyatakan
dalam bentuk tegangan efektif dan bisa diterapkan untuk kondisi-kondisi
lapangan di mana (i) drainase sempurna bisa terjadi atau (ii) di mana tekanan
pori yang timbul akibat pembebanan bisa diperkirakan dan (iii) di mana
kondisi-kondisi tegangan lapangan mirip dengan yang di lapangan.
Kuat geser yang didapat dari tes, dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan
total atau efektif, biasanya digunakan pada analisis stabilitas timbunan.
Tahap Penjenuhan
62
• Penjenuhan dengan memberikan kenaikan tekanan sel dan tekanan balik
secara bergantian. Tahap-tahap kenaikan tekanan sel dilaksanakan tanpa
membiarkan drainase masuk atau keluar spesimen, yang memungkinkan
nilai-nilai koefisien tekanan pori B untuk ditentukan pada masing-masing
tingkatan tekanan total
• Penjenuhan dengan hanya menaikkan tekanan sel; air tidak diizinkan untuk
masuk atau keluar spesimen selama prosedur ini sehingga diberi nama
"penjenuhan pada kadar air yang konstan".
Pada prosedur pertama spesimen dianggap jenuh jika tekanan pori tetap stabil
setelah 12 jam, atau semalam, dan nilai B sama dengan atau lebih besar dari
0,95. Pada prosedur kedua, spesimen dianggap jenuh jika salah satu kriteria ini
dipenuhi.
Tahap Konsolidasi
Konsolidasi spesimen dilanjutkan sampai tidak ada lagi perubahan volume yang
signifikan dan sampai derajat konsolidasi U, seperti didefinisikan dalam
prosedur, sama dengan atau lebih besar dari 95%.
Suatu grafik perubahan volume yang terukur terhadap akar kuadrat waktu diplot
dan suatu metode penentuan t100 dari grafik dijelaskan; t100 digunakan untuk
memperkirakan waktu pengujian yang siginifikan (dalam menit) pada tes
kompresi dan sebab itu laju perpindahan aksial.
Tahap Kompresi
Selama kompresi, drainase bebas air pori dari spesimen diizinkan. Volume
cairan pori yang keluar atau masuk spesimen diukur melalui indikator
perubahan volume pada garis tekanan balik dan sama dengan perubahan volume
63
spesimen selama geser; tekanan pori bisa dimonitor pada dasar alat sebagai
suatu pengetesan efisiensi drainase.
dr = (åf ×Lc)/tf
tf = Ft100
Kriteria untuk kondisi tegangan pada saat keruntuhan diberikan pada Klausa 1
BS 1377 : Part 8 : 1990 dan adalah sebagai berikut:
• tegangan maksimum deviator, yaitu perbedaan tegangan utama maksimum,
(s 1 - s3 )f.
• rasio tegangan utama efektif maksimum, s '1 /s '3 .
• jika penggeseran berlanjut pada tekanan pori yang konstan (kondisi tak
terdrainase) atau tanpa perubahan volume (kondisi terdrainase), di kedua
kasus pada tegangan geser yang konstan.
Tekanan pori harus diamati secara periodik dan jika dia bervariasi terhadap
nilai-nilai tekanan balik dengan lebih dari 4% tekanan keliling efektif, laju
regangan harus dikurangi 50% atau lebih.
64
Sekurangnya 20 rangkaian pembacaan pengukur deformasi, alat gaya dan
pengukur perubahan volume harus dilakukan agar kurva tegangan-regangan
dapat didefinisikan secara jelas di sekitar keruntuhan.
Penerapan
Hasil-hasil tes CD yang dilakukan pada tanah kohesif bisa diterapkan pada
situasi-situasi di mana konstruksi akan berlangsung pada laju yang cukup
lambat sehingga tidak ada tekanan pori ekses yang terjadi atau waktu yang
cukup telah lewat sehingga semua tekanan pori ekses telah terdisipasi
(AASHTO 1988).
Hasil-hasil tes triaksial pada gambut berserat sangat sulit untuk diinterpretasi.
Serat-serat bertindak sebagai perkuatan horizontal dengan hasil bahwa
keruntuhan jarang terjadi pada tes terdrainase; hanya kompresi yang besar
terjadi. Pada tes-tes tak terdrainase, keruntuhan biasanya terjadi saat timbulnya
tekanan pori sangat besar sehingga tegangan tarik terjadi dan sampel retak.
Perilaku ini sangat berbeda dengan bahan-bahan berbutir dan lempung dan
memerlukan interpretasi yang berbeda (Lechowicz et al., 1996).
Bahan-bahan kategori A memiliki kadar organik yang rendah atau dengan kadar
organik yang terurai dengan baik (amorphous); Bahan-bahan kategori B
memiliki kadar organik yang tinggi dan pembusukan yang rendah. Pada kasus
bahan-bahan kategori B, kehadiran serat akan mengontrol atau sangat
mempengaruhi perilaku.
Sumber yang disarikan langsung dari McGown dan Jarret (1997b) diberikan di
bawah.
65
Pada kategori pertama (A), bahan-bahan akan memiliki permeabilitas yang
relatif rendah, tetap akan agak sangat mudah terkompresi berdasarkan standar-
standar pada umumnya dan memiliki kuat geser yang relatif rendah jika
terkonsolidasi normal. Desain dan analisis mungkin bisa dicoba menggunakan
metode-metode untuk "tanah inorganik normal". Stabilitas awal bisa dihitung
sebagai tak terdrainase, umumnya menggunakan parameter-parameter dari tes-
tes baling, penetrometer atau triaksial. Perilaku jangka panjang akan
menggunakan parameter-parameter tegangan efektif yang bisa diperoleh dari tes
triaksial.
Untuk kategori kedua (B), bahan berserat, gambaran yang lebih kompleks
terlihat. Bahan-bahan ini cenderung memiliki permeabilitas yang tinggi sampai
kompresi yang signifikan terjadi. Karena permeabilitas yang tinggi, kondisi tak
terdrainase tidak bia sanya terjadi di lapangan, baik di bawah timbunan atau
selama percobaan-percobaan pengujian kuat geser in situ. Oleh karena itu
metode-metode stabilitas awal yang terdrainase tak berlaku.
Skenario kekuatan lebih lanjut diperumit dengan efek perkuatan dari serat-serat.
Tes-tes kompresi triaksial terkonsolidasi-terdrainase dari bahan-bahan ini
biasanya menghasilkan kompresi yang sangat besar namun tanpa keruntuhan
geser bahkan pada regangan 40 sampai 50 persen. Dengan drainase yang
diizinkan, sampel-sampel menyerupai papan serat yang terkompresi setelah
pengujian. Landva dan La Rochelle memberikan suatu diskusi yang rinci
berkenaan dengan efek serat pada kebanyakan tes-tes kekuatan tanah "standar".
Mereka menyimpulkan bahwa untuk bahan-bahan berserat nampaknya semua
tes-tes tersebut tidak dapat diterapkan untuk mencari parameter-parameter kuat
geser untuk desain geoteknik. Mereka berpendapat bahwa tes geser cincin akan
memberikan estimasi parameter-parameter kuat geser yang paling baik. Namun
sejauh penilaian tertentu, hal ini tidak penting karena timbunan-timbunan pada
bahan-bahan ini cenderung tidak runtuh karena kurangnya stabilitas geser tetapi
lebih karena kompresi yang berlebihan dan penurunan. Pengujian triaksial
meskipun begitu tetap penting karena hasil-hasil tegangan-regangan
dibutuhkan untuk meneliti deformasi dan kompresi geser tetapi tidak selubung
keruntuhan. Karena regangan yang besar tanpa keruntuhan pada gambut-
gambut berserat, beberapa peneliti mendapatkan selubung kekuatan berdasarkan
pada tegangan-tegangan pada nilai regangan yang sembarang, contohnya 20%
atau 25%. Pendekatan ini tidak tepat dan rancu.
Baru-baru ini penggunaan tes Geser Murni untuk mendapatkan baik selubung
keruntuhan dan parameter-parameter deformasi tegangan baik bahan-bahan
berserat dan bahan-bahan amorphous teruraikan. Rowe dan Myleville
menampilkan analisis suatu catatan kasus di mana selubung keruntuhan dan
perilaku tegangan regangan untuk baik lanau organik, (Kategeori A) dan untuk
gambut berserat, (Kategori B) diperoleh menggunakan alat geser murni.
Informasi tes yang dihasilkan digunakan untuk menyediakan input terhadap
suatu analisis elemen hingga.
Penelitian yang disebutkan pada sari di atas sepenuhnya dirujuk pada McGown
dan Jarrett (1997b).
66
4.4 TES KONSOLIDASI
Jika suatu beban diberikan pada suatu deposit lempung jenuh ada tiga jenis
penurunan:
• penurunan awal.
• penurunan konsolidasi.
• kompresi sekunder (konsolidasi).
Metode Tes A: tes dilaksanakan dengan suatu tambahan beban konstan selama
24 jam atau kelipatannya. Bacaan waktu-deformasi diperlukan sekurang-
kurangnya dua tambahan beban, termasuk sedikitnya satu tambahan setelah
tekanan prakonsolidasi telah dilewati.
Urutan pembebanan standar menerapkan suatu rasio tambahan beban (LIR) satu
(artinya tekanan yang diberikan pada tahap manapun dua kali tahap sebelumnya
pada urutan) untuk mendapatkan nilai-nilai sekitar 12, 25, 50, 100 kPa dan
seterusnya. (Saat konsolidometer diletakkan pada alat pembebanan suatu
tekanan dudukan sebesar 5 kPa diberikan). Rangkaian pantulan pelepasan beban
standar dilakukan dengan membagi dua besarnya tekanan pada tanah yaitu
tambahan yang sama seperti diterangkan di atas tetapi dengan urutan yang
terbalik. Jika diinginkan, masing-masing beban bergantian pada urutan
pelepasan beban bisa seperempat besarnya beban sebelumnya.
67
Sifat-sifat waktu-deformasi: untuk tambahan-tambahan beban di mana bacaan
waktu-deformasi diperoleh, dua prosedur alternatif disediakan untuk
menyajikan data, menentukan akhir konsolidasi primer dan menghitung laju
konsolidasi. Pada satu prosedur, deformasi diplot terhadap log waktu, pada
lainnya terhadap akar kuadrat waktu. Nilai-nilai yang sesuai dengan prosedur
yang digunakan dimasukkan ke dalam suatu persamaan untuk menghitung
koefisien konsolidasi cv untuk masing-masing tambahan beban.
Rasio diameter spesimen minimum terhadap rasio tinggi adalah 2,5 tetapi untuk
meminimalkan pengaruh friksi antara sisi-sisi spesimen dan cincin
konsolidometer, rasio diameter terhadap tinggi yang lebih besar dari 4 lebih
disukai.
Penerapan
Data yang diperoleh dari tes, jika dilaksanakan pada spesimen tak terganggu
representatif yang berkualitas baik, memungkinkan besarnya penurunan di
bawah suatu struktur untuk diestimasi. Nilai-nilai koefisien konsolidasi
memungkinkan suatu indikasi laju penurunan teoritis untuk diperoleh.
68
Meskipun begitu, waktu penurunan yang diprediksi bisa lebih besar dari yang
diperoleh di praktek dan harus dipandang secara berhati-hati.
Alat yang digunakan adalah yang dipakai untuk tes konsolidasi satu dimensi
(ASTM D2435-90) yang dijelaskan pada Bagian 4.4.1 di atas.
Spesimen berbentuk silinder, dibatasi secara lateral dan diberi tekanan aksial
vertikal secara hidraulik. Diameter spesimen biasanya berkisar antara 75 mm
sampai 254 mm, dan spesimen bisa dianggap lebih representatif dibandingkan
dengan yang digunakan pada konsolidometer standar. Berbagai pilihan drainase
tersedia:
• drainase vertikal hanya ke permukaan atas, dengan pengukuran tekanan pori
pada tengah-tengah dasar
• drainase vertikal ke kedua permukaan atas dan dasar
• drainase radial hanya ke arah luar keliling, dengan pengukuran tekanan pori
pada tengah-tengah dasar
• drainase radial ke arah dalam menuju suatu drainase tengah dengan
pengukuran tekanan pori pada satu atau lebih titik di luar tengah.
69
Permeabilitas pada arah horizontal dan vertikal bisa ditentukan menggunakan
alat yang sama, dan beberapa peralatan tambahan, seperti dijelaskan pada
Klausa 4, BS 1377 : Part 6 : 1990.
Pada kasus tanah-tanah yang bisa tembus air, viskositas dan berat isi adalah
satu-satunya variabel-variabel cairan yang mempengaruhi permeabilitas.
Variabel lebih lanjut yang bisa memiliki pengaruh yang besar terhadap
permeabilitas tanah berbutir halus yang relatif kedap air adalah polaritas cairan.
70
3) Komposisi
4) Fabric
5) Derajat penjenuhan.
Metode ini cocok untuk tanah-tanah yang memiliki permeabilitas rendah dan
menengah.
Spesimen tes biasanya memiliki diameter sekitar 100 mm dan tinggi 100 mm
tetapi spesimen dengan dimensi yang berbeda dari diameter 38 mm ke atas bisa
digunakan. Sebelum memulai tes, kondisi-kondisi tes berikut harus dinyatakan:
• ukuran spesimen tes
• arah aliran air
• metode penjenuhan
• tegangan efektif pada masing-masing pengukuran permeabilitas yang akan
dilaksanakan
71
• apakah angka pori akan dihitung.
Pengaturan sel dan peralatan untuk tes permeabilitas triaksial diperlihatkan pada
Figure 10 BS 1377: Part 6: 1990.
Insinyur geoteknik harus menetapkan tes yang akan dilaksanakan pada sampel
yang diambil dari masing-masing lubang bor dan, bila perlu, kondisi-kondisi
tegangan dan kelembaban yang akan digunakan pada saat pelaksanaan tes. Dia
harus memberikan kepada manajer laboratorium program tes tertulis yang detail
yang akan dilaksanakan dan suatu komentar mengenai parameter-parameter tes
yang akan digunakan. Contoh-contoh format yang disarankan untuk merinci
program tes dan komentarnya diberikan di bawah. Jadwal pengujian umum
disertakan pada Bagian 3.
Instruksi rinci yang diberikan kepada pekerja -pekerja pengeboran pada tempat
Panci diperlihatkan pada Gambar 4-10. Program pengujian laboratorium yang
dikembangkan untuk Lubang Bor 103 dan 105 Panci diperlihatkan pada
72
Gambar 4-11 dan 4-12, masing-masing; program-program tes yang
dikembangkan untuk sampel yang diambil dari Lubang Bor 201 dan 203 di
tempat 'gambut' Pulang Pisau diperlihatkan, secara bergantian, pada
Gambar 4-13 dan 4-14.
73
PROYEK PANDUAN INDON-GMC
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
8.0
8.5
DST
74
NO. KEDA- PANJANG PENGUJIAN TRIAKSIAL GESER UJI KONSOLIDASI KLASIFIKASI
SAMPEL LAMAN SAMPEL LANGSUNG BALING-
m cm UU CU CD BALING VERTIKAL HORISONTAL
PS 1 0.4 Xd X Xd Xd Xd
PS 2 0.4 X X Xd Xd Xd
PS 3 0.44 Xd X Xd Xd Xd
PS 4 0.33 X X Xd Xd Xd
PS 5 0.4 Xd X Xd X Xd
PS 6 0.4 Xd X X X Xd
PS 7 0.4 Xd Xd X X Xd
PS 8 0.4 X X X X Xd
PS 9 0.4 X X X X X
PS 10 0.4 X X X X X
PS 11 0.42 X X X
PS 12 0.38 X X X X
PS 13 0.4 X X X X X
PS 14 0.41 X X X X X
PS 15 0.41 X X X X X
PS 16 0.4 X X X X X
75
NO. JENIS TIPE KEDALAMAN PANJANG PENGUJIAN TRIAKSIAL GESER UJI KONSOLIDASI
SAMPEL TANAH SAMPEL m SAMPEL LANGSUNG BALING-
cm UU CU CD BALING VERTIKAL HORISONTAL
201.001 Gambut PS 0.5-0.93 0.43 X X
201.002 Gambut DS 1.40-1.50
201.003 Gambut DS 1.50-1.90
201.004 Gambut PS 2.50-2.93 0.43 X X
201.005 Gambut PS 3.50-3.93 0.43 X X
201.006 Gambut PS 4.50-4.93 0.43 X X
201.007 Gambut PS 5.50-5.93 0.43 X X
201.008 Lempung Organik PS 6.50-6.93 0.43 X X
201.009 Lempung PS 7.50-7.93 0.43 X X
201.01 Lempung PS 8.50-8.93 0.43 X X
201.011 Lempung PS 9.50-9.93 0.43 X X
201.012 Lempung PS 10.50-10.93 0.43 X X
201.013 Pasir Kelempungan PS 11.50-11.93 0.43 X X
201.014 Pasir Kelempungan DS 11.93-11.93
KLASIFIKASI : untuk Gambur lakukan Pengujian LL dan PL, Kadar Serat, Von Post, Kadar Organik, (Loss on Ignition dan Kimia), pH dan Konduktivitas.
Untuk lebih jelasnya, lihat komentar untuk Kalimantan.
Untuk lempung, sama seperti proses di Panci.
NO. JENIS TIPE KEDALAMAN PANJANG PENGUJIAN TRIAKSIAL GESER UJI KONSOLIDASI
SAMPEL TANAH SAMPEL m SAMPEL LANGSUNG BALING-
cm UU CU CD BALING VERTIKAL HORISONTAL
201.001 Gambut PS 0.5-0.93 0.43 X X
201.002 Gambut DS 1.40-1.50
201.003 Gambut DS 1.50-1.90
201.004 Gambut PS 2.50-2.93 0.43 X X
201.005 Gambut PS 3.50-3.93 0.43 X X
201.006 Gambut PS 4.50-4.93 0.43 X X
201.007 Lempung Organik PS 5.50-5.93 0.43 X X
201.008 Lempung PS 6.50-6.93 0.43 X X
201.009 Lempung PS 7.50-7.93 0.43 X X
201.01 Lempung PS 8.50-8.93 0.43 X X
201.011 Lempung PS 9.50-9.93 0.43 X X
201.012 Lempung PS 10.50-10.93 0.43 X X
201.013 Pasir Kelempungan PS 11.50-11.93 0.43 X X
201.014 Pasir Kelempungan DS 11.93-11.93
CATATAN Pada formulir yang saya terima ada dua Sampel 203.005.1 yang diindikasikan sebagai sebuah sampel DS tetapi memiliki panjang sampel seperti pada PS melebihi kisaran PS yang disyaratkan.
Sampel-sampel ini juga menunjukkan panjang penembusan 0.48m, saya tidak yakin hal ini dapat terjadi tanpa "penembusan berlebihan (oberdriving)" pada sampel.
Hal ini harus diklarifikasi.
Dalam menyusun pengujian-pengujian ini, saya mengasumsikan Kotak Penggeseran telah diubah untuk sampel dengan ketebalan 25mm. Saya masih lebih menyetujui agar kita melakukan
pengujian konsolidasi yang terdrainase sempurna pada kotak geser ini. Hal ini harus dilakukan pada level Tegangan Normal yang berada pada kisaran Tegangan Efektif Setempat
KLASIFIKASI : untuk Gambur lakukan Pengujian LL dan PL, Kadar Serat, Von Post, Kadar Organik, (Loss on Ignition dan Kimia), pH dan Konduktivitas.
Untuk lebih jelasnya, lihat komentar untuk Kalimantan.
Untuk lempung, sama seperti proses di Panci.
76
1) Pengujian untuk tabung-tabung tersebut harus dikoordinasikan dengan Manajer Laboratorium
untuk meyakinkan bahwa kebanyakan pengujian UU, Geser Langsung dan Konsolidasi bisa
dimulai secara bersamaan.
4) Tes Baling harus dilaksanakan pada tabung-tabung PS 2, 4, 6, 8, 10, 13, 15 dengan tes baling
di antara kedalaman berikut dari atas sampel:
• 2,5 sampai 5,0 cm
• 7,5 sampai 10,0 cm
• 23 sampai 25,5 cm
• 36,5 sampai 39 cm
• Prosedur tes baling yaitu memasukkan dengan SANGAT HATI-HATI baling
sehingga ujung atas baling 2,5 cm dari permukaan tanah, lalu lakukan tes.
5) Spesimen Konsolidasi harus diambil dari 12,5 sampai 20,5 cm dari ujung sampel.
6) Spesimen Geser Langsung harus diambil dari 28 sampai 34 cm dari ujung sampel.
77
1) Tes-tes CU akan dilaksanakan pertama kali dengan spesimen-spesimen CD dicadangkan
sampai hasil tes CU telah selesai dianalisis.
2) Tabung-tabung tidak boleh dibuka sampai spesimen CU dari tabung tersebut dibutuhkan.
Baru setelah spesimen-spesimen CU dikeluarkan kemudian pengujian konsolidasi dan
klasifikasi untuk tabung tersebut bisa berlangsung.
3) Pengujian klasifikasi dilaksanakan pada 5 cm bagian atas setiap tabung ditambah kelebihan
bahan yang dipotong dari sekitar spesimen lainnya. Kadar air alami diperoleh dari
pemotongan semua spesimen untuk membentuk suatu profil lengkap kadar air terhadap
kedalaman.
4) Pengujian Terkonsolidasi Tak Terdrainase dengan pengukuran tekanan air pori.
Tekanan Balik minimum harus sebesar 1.0 kg/cm2
Tekanan sel efektif harus seperti yang ditunjukkan berikut untuk 3 spesimen pada masing-
masing set:
PS 2 dan PS 4, 0,2, 0,4, 0,8 kg/ cm2
PS 6 dan PS 8, 0,3, 0,6, 1,2 kg/ cm2
PS 10 dan PS 12, 0,4, 0,8, 1,6 kg/ cm2
PS 14, 0,5, 1,0, 2,0 kg/ cm2
• Catatan: Tekanan Sel Efektif = Tekanan Sel – Tekanan Balik
• Pada awalnya Laju Regangan 2% per jam disarankan untuk digunakan untuk
memungkinkan keruntuhan geser terjadi dalam waktu Tujuh Jam (Jam Kerja). Hal ini
bisa dirubah seraya pengalaman pengujian bertambah.
• Fase konsolidasi akan dilaksanakan dengan drainase dari KEDUA ujung spesimen.
• Drainase Spiral bisa digunakan untuk mempercepat penyamaan baik konsolidasi
maupun air pori.
• Kelola dan percobaan analisis Laju Konsolidasi, dengan melakukan beberapa tes
dengan drainase satu arah dan pengukuran tekanan air pori selama konsolidasi. Tes-
tes ini untuk meyakinkan bahwa konsolidasi primer telah selesai selama periode
konsolidasi semalam yang ditetapkan pada jadwal. Hal ini juga memungkinkan kita
untuk mengevaluasi apakah drainase spriral sesungguhnya dibutuhkan untuk tanah-
tanah ini.
• Pengujian Koefisien Air Pori, B, akan dilaksanakan.
5) Klasifikasi:
• Pengujian akan dilaksanakan mengikuti standar-standar ASTM kecuali jika
dinyatakan dan akan dimulai dari kadar air ASLI tanpa pengeringan kecuali jika
standar menyatakan sebaliknya.
• LL, PL, SL dari kadar air asli
• PSD dimulai dengan Sampel Basah dari kadar air asli
• Kehilangan akibat Pembakaran, standar ASTM, keringkan bahan dengan oven pada
permulaan tes
• pH, bisa dimulai dengan sampel basah atau kering
• Tes-tes kimia, tes oksidasi kimia untuk mendapatkan kadar organik harus mengikuti
British Standard seperti dijelaskan di Head. Tes ini menggunakan Potassium
Dichromate dan bahan-bahan kimia lain dan untuk keselamatan personal penanganan
bahan-bahan kimia tersebut harus dengan hati-hati sekali.
78
1) Tes-tes CU akan dilaksanakan pertama kali dengan spesimen-spesimen CD dicadangkan
sampai hasil tes CU telah selesai dianalisis.
2) Tabung-tabung tidak boleh dibuka sampai spesimen CU dari tabung tersebut dibutuhkan. Baru
setelah spesimen-spesimen CU dikeluarkan kemudian pengujian konsolidasi dan klasifikasi
untuk tabung tersebut bisa berlangsung.
3) Pengujian klasifikasi dilaksanakan pada 5 cm bagian atas setiap tabung ditambah kelebihan
bahan yang dipotong dari sekitar spesimen lainnya. Kadar air alami diperoleh dari
pemotongan semua spesimen untuk membentuk suatu profil lengkap kadar air terhadap
kedalaman.
4) Pengujian Terkonsolidasi Tak Terdrainase dengan pengukuran tekanan air pori.
Tekanan Balik minimum harus sebesar 1.0 kg/cm2
Tekanan sel efektif harus seperti yang ditunjukkan berikut untuk 3 spesimen pada masing-
masing set:
201.001, 201.004, 201.006 0,1, 0,2, 0,4 kg/ cm2
201.007, 201.008, 201.010 0,2, 0,4, 0,8 kg/ cm2
201.012, 0,4, 0,8, 1,6 kg/ cm2
Catatan: Tekanan Sel Efektif = Tekanan Sel - Tekanan Balik
• Pada awalnya Laju Regangan 2% per jam disarankan untuk digunakan untuk
memungkinkan keruntuhan geser terjadi dalam waktu Tujuh Jam (Jam Kerja). Hal ini
bisa dirubah seraya pengalaman pengujian bertambah.
• Fase konsolidasi akan dilaksanakan dengan drainase dari KEDUA ujung spesimen.
• Drainase Spiral bisa digunakan untuk mempercepat penyamaan baik konsolidasi
maupun air pori. Hal ini mungkin tidak diperlukan untuk bahan-bahan gambut yang
mungkin agak bisa ditembus air.
• Kelola dan percobaan analisis Laju Konsolidasi, dengan melakukan beberapa tes
dengan drainase satu arah dan pengukuran tekanan air pori selama konsolidasi. Tes-tes
ini untuk meyakinkan bahwa konsolidasi primer telah selesai selama periode
konsolidasi semalam yang ditetapkan pada jadwal. Hal ini juga memungkinkan kita
untuk mengevaluasi apakah drainase spriral sesungguhnya dibutuhkan untuk tanah-
tanah ini.
• Pengujian Koefisien Air Pori, B, akan dilaksanakan.
5) Klasifikasi untuk lempung, instruksi-instruksi mengikuti yang untuk Panci.
6) Klasifikasi untuk gambut.
• Pengujian akan dilaksanakan mengikuti standar-standar ASTM kecuali jika dinyatakan
dan akan dimulai dari kadar air ASLI tanpa pengeringan kecuali jika instruksi dari kami
menyatakan sebaliknya.
• LL dan PL, dari kadar air asli.
• Penentuan Kadar Serat, ASTM D 1997, Sampel basah dari kadar air asli.
• Kehilangan akibat Pembakaran, Standar ASTM D2974, keringkan bahan dengan oven
pada permulaan tes.
• pH. ASTM D2976. Meskipun begitu kita akan menggunakan suatu tes yang dirubah
yang dikeluarkan oleh Ontario Geological Survey karena ini memungkinkan
KONDUKTIFITAS diambil pada spesimen yang sama. Mulai dengan spesimen pada
kadar air yang ASLI.
• Tes-tes kimia, tes oksidasi kimia untuk mendapatkan kadar organik harus mengikuti
British Standard seperti dijelaskan di Head. Tes ini menggunakan Potassium
Dichromate dan bahan-bahan kimia lain dan untuk keselamatan personal penanganan
bahan-bahan kimia tersebut harus dengan hati-hati sekali.
79
1) Pengujian pada tabung-tabung ini harus dikoordinasikan dengan Manajer Laboratorium untuk
meyakinkan bahwa kebanyakan pengujian UU, Geser Langsung dan Konsolidasi bisa dimulai
secara simultan.
2) Pengujian UU harus menggunakan tekanan-tekanan sel berikut:
• 203. 001, 203. 003 0,1 dan 0,4 kg/cm2
• 203. 005, 203.007 0,4 dan 1,6 kg/cm2
3) Pengujian Geser Langsung harus mengikuti tegangan-tegangan normal berikut:
• 203. 002, 203. 004 0,1, 0,2 dan 0,4 kg/cm2
• 203. 006 0,4, 0,8 dan 1,6 kg/cm2
• Usaha-usaha harus dilakukan untuk merubah alat sehingga sampel bisa lebih tebal dan
memungkinkan pengujian bisa lebih lambat untuk meyakinkan sampel sepenuhnya
terdrainase selama geser.
4) Tes-tes baling harus dilaksanakan pada tabung-tabung 203. 002, 203. 004, 203. 006.
Kedalaman untuk tes-tes baling pada tabung harus berubah dari yang untuk lokasi Panci jika
spesimen Geser Langsung sekarang lebih tebal.
5) Hal ini juga mempengaruhi lokasi untuk spesimen Konsolidasi dan Geser Langsung.
80
Jika selama penyelidikan, perbedaan-perbedaan yang mencolok tampak di
antara sifat-sifat yang diduga dan diukur, ini harus diungkapkan agar menjadi
perhatian segera Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk. Jika perbedaan-perbedaan
tidak dapat diterima data-data tersebut harus ditolak. Namun, data-data yang
ditolak harus dimasukkan dalam laporan faktual dan alasan-alasan berkenaan
dengan penolakannya harus dinyatakan.
Agar suatu sistem uji ulang efektif dan berfungsi sesuai dengan yang
diharapkan, data-data mentah harus diplot pada grafik-grafik pada saat telah
tersedia sehingga tindakan-tindakan perbaikan, jika perlu, bisa
diimplementasikan sesegera mungkin.
Penekanan yang diberikan pada Panduan Geoteknik ini terhadap tes-tes indeks
dimaksudkan untuk mereflesikan peran yang penting yang tes-tes ini miliki
terhadap proses penyelidikan tanah. Tes-tes harus dilaksanakan tidak hanya
sebagai suatu rutinitas belaka tetapi dengan perhatian yang penuh terhadap
tujuan-tujuan dari hasil-hasil tes tersebut dimaksudkan. Jika hasil-hasil tes
indeks tidak dapat diandalkan, maka mereka sama sekali tidak bernilai untuk
dipakai untuk menguji ulang data atau untuk menduga data-data lainnya. Tes-
tes ini harus ditugaskan kepada personel yang berpengalaman yang mengikuti
prosedur-prosedur tes dengan ketat, yang paham atas tujuan dari data-data tes
dan yang akan menjamin bahwa peralatan dirawat dan dikalibrasi dengan baik.
81
5 Kualitas dan Kerusakan Sampel
5.1 PENDAHULUAN
Sebagai aturan umum, sampel harus diuji sesegera mungkin setelah tiba di
laboratorium. Kapasitas dari laboratorium, seperti peralatan dan personil yang
ada, biasanya akan menentukan lamanya suatu sampel disimpan di tempat
82
penyimpanan. Juga merupakan suatu hal yang bijaksana jika menyimpan
sebagian sampel sebagai cadangan untuk pengujian yang akan datang untuk
mendapatkan data tambahan untuk mengevaluasi tujuan dan /atau untuk
memeriksa inkonsistensi yang terlihat pada data. Sampel untuk keperluan ini
akan disimpan untuk waktu yang relatif lama dan perhatian khusus harus
diberikan terhadap kondisi ruang penyimpanan.
Brand & Brenner (1981) mengatakan bahwa walaupun dengan kondisi ruangan
penyimpanan yang memiliki perlengkapan terbaik sekalipun, sampel tanah tetap
saja akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Distribusi kembali
dari air, bakteri dan aktifitas kimia dan pengembangan (swelling) dan
pengeringan merupakan proses-proses yang akan terjadi yang merupakan fungsi
dari waktu.
Pada AASHTO (1988) disebutkan bahwa bahaya terbesar dari perubahan kimia
akan terjadi pada sampel yang disimpan di dalam tabung baja yang tak dirawat
sedemikian rupa supaya tidak mengalami perubahan untuk waktu yang lama.
Pada ASTM D1587-83 tentang Praktek Standar untuk Pengambilan Sampel
dengan Tabung Tipis (Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of
Soils) disebutkan bahwa pengaratan, baik yang berasal dari galvanisasi atau
reaksi kimia, dapat merusak atau menghancurkan baik dinding tabung yang tipis
maupun sampel itu sendiri. Tingkat kerusakan yang terjadi merupakan fungsi
dari waktu, demikian pula dengan interaksi yang terjadi antara sampel dan
tabung. Tabung yang menyimpan sampel yang lebih dari 72 jam harus di lapisi
sedemikian rupa dimana jenis lapisannya harus dispesifikasikan oleh seorang
Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk. Sebagai alternatif tabung-tabung stainless
steel harus dispesifikasikan.
83
untuk memulai suatu proses kimia yang dapat menyebabkan terjadinya penuaan
pada lempung, dan bukti lain yang dapat dipertimbangkan pula, bahwa lilin
parafin, walaupun diberikan dengan cukup tebal, tidak cukup memadai untuk
melindungi sampel; karena retakan kecil yang terjadi pada parafin akibat
penempatan dan perubahan suhu akan mengakibatkan masuknya oksigen pada
permukaan lempung tersebut.
Siapkan sebuah bahan campuran lilin dari campuran 50% berat lilin parafin dan 50%
berat vaselin dan pertahankan kehangatannya pada suhu yang terkontrol antara 60 dan
65°C; suhu dari lilin harus dipertahankan di bawah 70°C untuk mencegah terjadinya
evaporasi dari volatile hydrocarbons dan meniadakan pelebaran yang besar dari lembaran
plastik yang akan di masukkan ke dalam lilin.
Siapkan papan plywood berukuran 250 mm persegi dengan tebal 20 mm dan cat
permukaan bagian atasnya dengan satu lapisan bahan campuran lilin, kemudian
tambahkan selembar plastik, lalu cat kembali dengan satu lapisan lilin lagi pada
permukaan atas dari lembaran plastik tersebut. Plastik dimasukkan dengan celupan
pertama ke dalam bahan campuran yang hangat, kemudian diletakkan pada papan, sambil
diratakan permukaannya dengan menggunakan tangan kosong untuk mengurangi adanya
gelembung udara yang dapat terjebak di antara lembaran dan lapisan lilin yang
melapisinya.
Sebuah contoh lempung dikeluarkan dari tabung dan sebuah irisan dibuat dengan
memotong dengan pemotong kawat baja dan letakkan irisan tersebut pada papan dengan
meluncurkannya pada permukaan papan tersebut sehingga dapat mencegah adanya udara
yang terjebak pada dasar irisan tersebut.
Bagian sisi yang terbuka dari sampel kemudian dicat dengan bahan vampuran lilin dan
dibungkus dengan dua lapisan lembaran plastik yang mengapit diantara lapisan campuran.
Untuk memasang lembaran plasrtik, plastik tersebut pertama dimasukkan ke dalam
campuran, diletakkan pada permukaan sampel, dan ratakan dengan tangan kosong.
Sebelum memasang setiap lapisan, lakukan pengamatan visual untuk mendeteksi
kemungkinan adanya gelembung udara yang terperangkap di bawah lapisan sebelumnya,
84
jika hal tersebut ditemui, maka tusuk gelembung udara tersebut kemudian ratakan dengan
jari, lalu lubangnya ditutup kembali dengan lilin.
Nilai Batas Cair dan Indeks Likuiditas akan secara signifikan dipengaruhi oleh
efek penuaan yang terjadi; ada peningkatan yang cukup berarti dari nilai batas
cair ini terhadap proses penuaan, demikian juga halnya dengan terjadinya
penurunan pada indeks likuiditas. Parameter-parameter ini digunakan oleh La
Rochelle et al. untuk mengevaluasi keefektifan dari teknik penyegelan tersebut.
Sampel yang diambil pada kedalaman yang berbeda dari dua lokasi diamati
selama periode 3 tahun dan hasilnya menunjukkan bahwa tak ada
kecenderungan dari nilai batas cair untuk meningkat atau indeks likuiditas
untuk menurun. Oleh karenanya teknik penyegelan tersebut dianggap cukup
memadai untuk digunakan dalam penyimpanan sampel selama periode 3 tahun;
akhir-akhir ini sebuah metode penyegelan yang le bih maju telah diterapkan
pada sampel untuk disimpan pada periode yang lebih lama.
85
prosedur untuk menyegel masing-masing sampel dan bagaimana cara untuk
menyimpannya.
Sampel harus dikeluarkan dengan arah yang sama dengan arah pada saat
diambil di lapangan, dengan menggunakan gerakan standar yang ada pada alat
pengeluar sampel. Pada umumnya akan sangat baik jika menggunakan sampel
yang dikeluarkan dari tabung sesegera mungkin setelah dibuka. Jika diputuskan
untuk meninggalkan sejumlah material pada tabung untuk keperluan
penyelidikan mendatang, atau jika tidak semua material dalam tabung dapat
segera diuji dikarenakan keterbatasan sumber daya yang ada, maka
sebagaimana telah didiskusikan pada bagian terdahulu, keputusan harus segera
diambil untuk menentukan bagaimana caranya untuk menyegel dan menyimpan
kembali sampel tersebut dengan sebaik-baiknya.
86
• ketika sebuah contoh telah dipotong, berikan sebuah Nomor Spesimen Uji.
Nomor Spesimen Uji, panjangnya dan jenis pengujian dimana contoh
tersebut digunakan dicatat ke dalam Formulir Pemeriksaan Sampel
• jika terjadi penundaan pada saat sedang mengeluarkan sampel, maka bagian
yang terbuka dari sampel, yang masih terdapat di dalam tabung, harus di
tutup untuk mencegah terjadinya pengeringan dan sebuah kain yang
lembabharus diletakkan di atas penutup tersebut.
• setelah sampel telah dikeluarkan seluruhnya, lilin yang menempel pada
ujung bawah dari sampel dikumpulkan. Tebal rata-rata dari lilin diukur dan
ditimbang. Nilai ini dicatat ke dalam Formulir Pemeriksaan Sampel
• tabung contoh kemudian dibersihkan dan ditimbangdan hasilnya dicatat ke
dalam Formulir Pemeriksaan Sampel. Pada tahap ini nilai Bulk Density dari
sampel dapat dihitung
• tabung contoh kemudian diperiksa untuk memastikan adanya kerusakan
khususnya akibat pemotongan pada ujungnya, jika dirasakan perlu dapat
diperbaiki dengan memberi lapisan oli secukupnya dan simpan dengan hati-
hati.
Segera setelah dikeluarkan dari tabung, kondisi dari sampel seperti tipe tanah,
keberadaan dari lapisan tipis pasir dan campuran antar material organik atau
sisa-sisa kerang harus dicatat ke dalam Formulir Pemeriksaan Sampel.
87
Pasal 8 dari BS 1377 : Part 1 : 1990 menjelaskan persiapan spesimen uji dari
sampel tanah tak terganggu yang diterima dari lapangan dimana prosedurnya
umum digunakan untuk lebih dari satu macam jenis pengujian. Prosedur
tersebut menjelaskan tentang:
• spesimen uji berbentuk silinder diameternya harus sama dengan diameter
tabung contoh
• spesimen uji berbentuk silinder atau sekelompok spesimen dengan diameter
yang lebih kecil dari diamer tabung contoh
• spesimen uji berbentuk silinder untuk sampel blok
• spesimen uji berbentuk cakram dari sebuah sampel di dalam tabung contoh
• bagian cakram atau persegi dari sebuah sampel blok.
88
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam persiapan spesimen uji
untuk pengujian diberikan dan referensi dibuat ke dalam JIS A1216-1977
(Metode Uji Kompresi Tak Terbatas untuk Tanah) (Method of Unconfined
Compression Test of Soil) dimana diagram peralatan yang digunakan untuk
mempersiapkan contoh untuk kedua jenis pengujian juga diberikan.
Landva et al. (1993) menyatakan bahwa pada kasus gambut berserat dengan
sedikit atau tidak ada kadar mineral dan dengan derajat pembusukan
(humification) yang rendah, sebagian besar perampingan/pemangkasan dapat di
lakukan dengan sebuah pisau elektrik standar. Meskipun pemangkasan samping
masih merupakan hal yang agak sukar, khususnya untuk contoh triaksial dengan
rasio tinggi terhadap diameter bernilai 2. Untuk alasan ini, tabung contoh
dengan ukuran diameter 100 mm diuji pada peralatan yang didisain khusus
untuk spesimen uji dengan diamter 100 mm sehingga hanya pemangkasan pada
ujungnya saja yang diperlukan. Peralatan yang untuk gambut berserat dengan
89
derajat kebusukan yang rendah sering dipandang tidak terlalu perlu, untuk
gambut yang tingkat pembusukannya tinggi dan untuk tanah organik dipandang
sebagai “sebuah persyaratan mutlak, karena jenis tanah tersebut bisa sangat
lunak sehingga sebuah contoh bahkan tidak cukup kuat untuk mendukung
beratnya sendiri”. Peralatan yang digunakan oleh Landva et al., dikembangkan
sebagai bagian dari proyek penelitian di Universitas New Brunswick, Kanada
dan dirakit sendiri.
90
Kurva tegangan-regangan yang diperoleh dari uji triaksial tak terdrainase pada
Gambar 5-1, mengindikasikan kualitas sampel yang digunakan. Untuk sampel
dengan kualitas sangat baik pada kurva (a), kurva tegangan-regangan akan linier
hingga mencapai sekitar puncak tegangan dan regangan yang terjadi pada saat
runtuhcukup kecil. Untuk sampel yang sedikit terganggu pada kurva (b),
kurvanya berbentuk melengkung (roundish) dan regangan pada saat runtuh
lebih besar dibanding dengan sampel dengan kualitas yang sangat baik; dan
sebuah sampel yang dicetak kembali (remolded) seperti pada kurva (c), tidak
memiliki puncak tegangan yang jelas.
Regangan pada saat runtuh dari sebuah tanah lunak kohesif umumnya akan
bertambah seiring dengan bertambahnya gangguan yang terjadi dan oleh
karenanya merupakan sebuah indikator yang dapat digunakan untuk menilai
kualitas suatu sampel. Tetapi, penilaian kualitas berdasarkan parameter ini harus
memperhitungkan jenis pengujian yang dilakukan, tekanan tak terbatas yang
diberikan (confining pressure) serta jenis tanahnya. Regangan pada saat runtuh
yang terjadi untuk jenis tanah yang berbeda dalam sebuah uji kompresi tak
terdrainase ditunjukkan pada Tabel 5-1.
Tabel 5-1 Regangan saat Runtuh dari Sampel Tak Terganggu dalam Uji Kompresi Tak
Terdrainase
91
Pengamatan pada tanah lunak dari lokasi karakterisasi Bandung dan Jakarta
menunjukkan bahwa kisaran regangan runtuh untuk tanah tersebut dalam uji
triaksial CU, UU dan uji geser langsung umumnya sekitar 6%. Untuk material
gambut regangan umumnya lebih tinggi dan tak ada puncak kuat geser yang
pasti yang dapat ditemukan.
Pada umumnya, kuat geser tak terdrainase dari lempung yang terkonsolidasi
normal akan meningkat terhadap kedalaman, dan hubungan antara kuat geser
dan kedalaman akan linier untuk lempung yang terkonsolidasi normal pada
lapisan tanah yang seragam. Gambar 5.2 menunjukkan sebuah contoh dari
deviasi terhadap kelinieran tersebut, yang menunjukkan bahwa sampel No. 4
merupakan sampel yang sangat terganggu.
Gambar 5-2 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Nilai Kuat Geser Tak Terdrainase
Nilai dari modulus deformasi tak terdrainase E50 , yang merupakan modulus
sekan (secant modulus) dari kurva tegangan-regangan pada setengah dari nilai
tengangan maksimum dari suatu uji tak terdrainase, akan menurun seiring
dengan meningkatnya gangguan yang terjadi pada sampel. Sebagai tambahan,
kecepatan perubahan dari E50 akibat dari gangguan sampel akan lebih besar
dibanding E50 dari kuat geser dan regangan saat runtuh. Oleh karenanya,
modulus deformasi merupakan indeks yang lebih sensitif dari tingkat gangguan
sampel dibanding dengan indeks yang sama pada kuat geser atau regangan saat
runtuh.
92
5.3.2 Kurva Konsolidasi Satu Dimensi
Kurva rasio pori– tekanan konsolidasi
Gambar 5-3 membandingkan kurva khas dari rasio pori – tekanan konsolidasi,
dalam skala logaritma, untuk sampel tak terganggu dan sampel yang dicetak
kembali. Rasio pori dari sampel tak terganggu tidak banyak berubah selama
tekanan kritis (yaitu tekanan prakonsolidasi atau tekanan akhir maksimum)
kemudian setelah itu menurun relatif tajam. Pada sisi lain, rasio pori dari sampel
terganggu megalami penurunan secara tajam dan rasio porinya akan lebih kecil
pada setiap titik. Selanjutnya, pada sampel terganggu, kemiringan dari bagian
yang terkompresi kembali dari kurva tersebut, Cr, terlalu tinggi (overestimated)
sementara bagian asli yang terkompresi, Cc, terlalu rendah (underestimated).
Gambar 5-3 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Kurva Angka Pori-Tekanan
Konsolidasi
Tekanan Kritis
Tekanan kritis, yang didapat dari pengujian konsolidasi satu dimensi, akan
menurun seiring dengan peningkatan pada derajat gangguan/kerusakan yang
terjadi pada sampel. Pada endapan lempung dimana tegangan dan kondisi
93
sekitar dapat diperkirakan berdasarkan informasi geologi dan/ atau berdasarkan
pengujian langsung di lapangan, nilai tekanan kritis merupakan indikator yang
baik untuk menilai kualitas suatu sampel.
Contoh dari kurva konsolidasi-tekanan konsolidasi, dalam skala log – log, untuk
sampel tak terganggu dan sampel yang dicetak kembali diberikan pada
Gambar 5-4. Koefsien konsolidasi dari sebuah sampel tak terganggu memiliki
nilai lebih tinggi pada tekanan konsolidasi yang lebih rendah, dan akan
menurun secara cepat di sekitar tekanan kritis. Untuk sampel yang sangat
terganggu, koefisien konsolidasinya relatif rendah di bawah seluruh tekanan dan
akan meningkat secara linier terhadap tekanan konsolidasi.
Gambar 5-4 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Kurva Koefisien Konsolidasi
Sekunder – Tekanan Konsolidasi
Uji konsolidasi satu dimensi yang dilakukan pada sampel dengan kualitas tak
terganggu yang tinggi menunjukkan bahwa kecepatan konsolidasi sekunder, Cα
akan meningkat secara tajam ketika tekanan konsoliodasinya ( s ) mendekati
tekanan kritis dan akan menurun ketika tekanan kritisnya meningkat. Sebuah
contoh dari Cα versus s yang diukur dalam pengujian pada sampel tak
terganggu dan sampel yang dicetak kembali dari le mpung yang sama,
ditunjukkan pada Gambar 5.5. Pada gambar tersebut, Cα untuk sampel tak
94
terganggu tidak banyak megalami perubahan dalam berbagai variasi tekanan
konsolidasi.
Gambar 5-5 Evaluasi Kualitas Sampel dengan Menggunakan Kurva Kecepatan Konsolidasi
Sekunder-Tekanan Konsolidasi
Tegangan efektif residual dapat diukur di dalam sel triaksial dimana tekanan tak
terbatas (confining)-nya dinaikkan secara bertahap pada kondisi tak terdrainase
dan tekanan air porinya diukur. Tegangan efektif residual pada sampel yang
“sempurna” akan lebih tinggi dibanding dengan sampel yang telah terganggu
secara mekanik.
95
5.3.4 Penilaian Kualitas Sampel
Laboratorium harus meninjau kualitas sampel mengikuti prosedur-prosedur
yang dijelaskan di atas dan merevisi klasifikasi kualitas sampel, sesuai dengan
yang dijabarkan pada Panduan Geoteknik 2.
96
6 Struktur dan Kemas Tanah
6.1 DEFINISI
Istilah kemas biasanya dipakai dalam susunan fisik dari partikel tanah dan
kelompok partikel, termasuk jarak partikel dan spasi yang ada antara pori atau
distribusi ukuran pori (Brenner et al. 1981). Biasanya istilah kemas ini
dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu:
• kemas makro (macrofabric), yang merupakan tingkatan dari susunan tanah
yang dapat diamati dengan mata telanjang atau dengan lensa sederhana
(hand lens)
• kemas mikro (microfabric), yang merupakan tingkatan dari susunan tanah
yang untuk mengamatinya paling tidak dibutuhkan sebuah mikroskop
polaroid (polarizing microscope).
Menurut Krebs dan Walker (1971), istilah struktur tanah, dalam pengertian
yang luas, meliputi: “susunan partikel tanah dalam sebuah massa tanah serta
faktor-faktor yang mempengaruhi susunannya, temasuk komposisi tanah,
karakteristik mineralogi dan fisik dari partikel padat, sifat dasar dan komposisi
dari air tanah serta interaksi kompleks antara partikel dan air. Jika mengacu
pada istilah penyatuan/kumpulan (aggregation) dari partikel tanah, maka juga
mencakup arah (orientation) dan ikatan dari partikel dengan agregat, serta
prilakunya sebagai akibat dari massa tanah”.
Lambe dan Whitman (1979) mengamati bahwa perilaku keteknikan dari sebuah
elemen tanah akan sangat bergantung pada struktur yang ada, yang diistilahkan
oleh mereka sebagai “arah (orientation) dan distribusi dari partikel di dalam
sebuah massa tanah yang juga disebut sebagai kemas dan arsitektur (fabric and
architecture) dan gaya-gaya antara partikel tanah terdekat”. Dengan mengacu
pada partikel kecil dan berbentuk datar, mereka menganggap bahwa dua
perbedaan yang sangat besar dari struktur tanah akan diwakili oleh sebuah
struktur terflokulasi ( flocculated structure) dan sebuah struktur terdispersi
(dispersed structure). Pada struktur terflokulasi, partikel tanah akan berada di
sisi hingga depan dan akan saling menarik; sedangkan sebuah struktur
terdispersi memiliki partikel yang paralel, yang cenderung untuk saling
97
menolak. Antara kedua perbedaan besar ini ada sebuah tahapan lanjutan yang
tak terhingga.
Pada umumnya sebuah elemen dari tanah terflokulasi memiliki kuat geser yang
lebih tinggi, kompresibilitas yang lebih rendah dan permeabilitas yang lebih
tinggi dibanding dengan elemen yang sama dari tanah dengan rasio pori yang
sama, tetapi berada dalam keadaan terdispersi. Kuat geser yang lebih tinggi dan
kompresibilitas yang lebih rendah pada keadaan terflokusasi disebabkan oleh
tarik menarik antara partikel dan kesulitan yang lebih besar dari pemindahan
partikel ketika berada dalam keadaan susunan yang tak beraturan; sedangkan
permeabilitas yang lebih tinggi disebabkan oleh terdapatnya saluran yang lebih
besar untuk mengalirkan air.
98
Aroma. Aroma harus dijelaskan jika material yang ada merupakan material
organik dan tidak umum. Tanah yang mengandung unsur organik dalam jumlah
yang signifikan biasanya akan memiliki aroma khusus sebagai akibat
pembusukan dari vegetasi yang ada. Hal ini akan jelas terlihat pada sampel yang
masih baru/segar, tetapi jika sampel tersebut telah mengering, aromanya dapat
muncul kembali dengan memanaskan sebuah sampel yang basah.
Kondisi Kadar Air (Moisture Condition). Hal ini digambarkan dengan istilah
kering, lembab atau basah dengan mengacu pada kriteria -kriteria berikut.
Kering : tak ada kandungan air, berdebu, dan terasa kering jika dipegang
Lembab : lembab tapi tak tampak adanya air
Basah : tampak adanya air bebas, biasanya tanah berada pada muka air.
Konsistensi. Konsistensi dari sampel yang utuh dari tanah berbutir halus
digambarkan dengan istilah sangat lunak, lunak, agak keras, keras atau sangat
keras berdasarkan kriteria -kriteria berikut ini.
Deskripsi Kriteria
Sangat lunak penekanan dengan jari akan menembus
tanah lebih dari 25 mm
Lunak penekanan dengan jari akan menembus
tanah sekitar 25 mm
Agak keras penekanan dengan jari akan masuk ke
tanah sekitar 6 mm
Keras penekanan dengan jari tak akan menekuk
tanah tapi akan dengan mudah menekuk
dengan ibu jari
Sangat keras penekanan dengan ibu jari tak akan
menekuk tanah
Deskripsi Kriteria
Bertingkat Lapisan yang berubah-ubah (alternating
layers) dengan warna dan material yang
bervariasi dengan tebal minimal 6 mm:
perhatikan ketebalannya
Berlapis-lapis Lapisan yang berubah-ubah (alternating
layers) dengan warna dan material yang
bervariasi dengan tebal kurang dari 6mm:
perhatikan ketebalannya
Bercelah Patahan sepanjang bidang retak tertentu
dengan sedikit tahanan terhadap keretakan
Berlapis di Sisi (Slickensided) Terdapat bidang retakan yang halus
atau mengkilat, kadang striated
99
Berblok Tanah kohesif yang dapat diuraikan
menjadi gumpalan kecil yang kaku yang
tak dapat diuraikan lagi
Berlensa Inklusi dari kantung-kantung kecil dari
tanah yang berbeda, seperti lensa-lensa
kecil dari pasir yang tersebar sepanjang
massa lempung: perhatikan ketebalannya
Homogen Warna sama dan terdapat di seluruh bagian
100
Simbol Tanah Kuat Geser Kering Dilatansi Kekerasan
Tabel 6-1 Identifikasi Tanah Inorganik Berbutir Halus berdasarkan Manual Pengujian (ASTM D
2488-93)
Deskripsi dan identifikasi dari tanah berbutir halus berdasarkan pada penjelasan
di atas dapat diterapkan pada sampel-sampel tak terganggu (yang didapat
berdasarkan, misalnya, ASTM D 1587-83), yang diambil pada kedalaman di
antara lokasi pengambilan sampel dengan sampel yang diambil ketika
melakukan Uji Penetrasi Standar (ASTM D 1586-84, diterbitkan kembali tahun
1992). Dalam praktek di Indonesia umumnya dilakukan pemeriksaan (coring)
untuk identifikasi di antara lokasi pengambilan sampel tetapi karena sebagian
besar pemeriksaan tersebut jarang dilakukan dengan detil, ahli pengeboran
menjadi tidak tahu seberapa besar kebutuhan akan pemeriksaan secara hati-hati
tersebut harus dilakukan. Karena pemeriksaan ini relatif murah untuk sebuah
informasi yang bernilai, kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan (coring) yang
hati-hati seharusnya ditekankan oleh seorang engineer geoteknik. Dan karena
evaluasi ini merupakan sesuatu yang agak subyektif dan membutuhkan latihan
dalam pengambilan keputusan keteknikan, pemeriksaan (coring) ini harus
ditugaskan kepada personil yang berpengalaman; dan seharusnya tidak
ditugaskan kepada engineer atau geolog muda atau kepada seorang teknisi.
Studi kemas makro dari tanah telah dilakukan oleh McGown dan Jarrett
(1997a). Mereka menyatakan bahwa sebagian besar endapan aluvial terbentuk
selama periode dimana perubahan musim dan variasi lain dalam kondisi
pengendapat terjadi, dan partikel tanah yang membentuk endapan ini umumnya
ditemukan dalam unit yang jelas dalam susunannya, ketebalan yang bervariasi,
gradasi partikel, densitas dan mungkin saja mineralogi. Dalam hal untuk
mengukur keberadaan unit ini dari susunan tersebut (ciri atau fitur), sebuah
101
penyelidikan permukaan harus dilakukan, baik pada blok yang digali ataupun
pada sampel yang diambil dengan tabung. Sebuah metode untuk melakukan
pemeriksaan permukaan adalah dengan melakukan pemotongan parsial (partial
cutting) secara hati-hati, membelah (splitting) dan pengeringan di udara luar
(air-drying).
Sifat-sifat dasar dari fitur dikarakterisasikan dengan istilah secara fisik dengan
sebuah deskripsi fisik dari fitur dan klasifikasi dari partikel tanah yang
membentuk fitur tersebut. Istilah deskripsi yang diusulkan tersebut diberikan
pada Tabel 6-2.
Ketebalan
Sifat Dasar dari Fitur Deskripsi
(mm)
Tabel 6-2 Deskripsi yang Diusulkan untuk Pengkarakterisasian Sifat-sifat Dasar dari Fitur pada
Endapan Berlapis
102
Klasifikasi dari partikel tanah yang terdiri dari fitur-fitur tersebut, ditentukan
berdasarkan data distribusi ukuran partikel, kadar air, karakteristik plastisitas
dan sifat-sifat lainnya yang dianggap tepat.
Ketebalan dari berbagai ciri tersebut diukur dalam arah normal terhadap bidang
dimana fitur tersebut meluas. Sebagai contoh, jika fitur tersebut horisontal dan
datar (planar), ketebalan diukur dalam arah vertikal.
Tipe Deskripsi
Planar Datar
Baik cekung maupun cembung ke atas dengan radius lengkungan rata-
Melengkung (Curved)
rata, R.
Menggantung (Hinged) Kombinasi dari datar dan melengkung
Rapi Kombinasi dari kurva cekung dan cembung alternatif dengan panjang
Terlipat (Gentle) gelombang, S, lebih besar dari tinggi gelombang, h.
(Folded) Kasar Kombinasi dari kurva cekung dan cembung alternatif dengan panjang
(Severe) gelombang, S, kurang dari tinggi gelombang, h.
Tabel 6-3 Karakterisasi dari Geometeri Permukaan dari Fitur-fitur pada Endapan Berlapis
103
Gambar 6-1 Geometri Permukaan dari Fitur-fitur pada Endapan Berlapis (McGown dan Jarrett
1997a)
Untuk fitur yang datar (planar), melengkung dan menggantung, tumbukan dan
turunan rata-rata dari fitur tersebut seharusnya diberikan sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 6-1; untuk fitur-fitur yang terlipat, rata-rata pukulan
dan turunan dari seluruh fitur dan perubahan cabangnya harus diberikan.
Data mengenai spasi didapat dengan mengukur secara sederhana jarak antara
fitur sejenis dalam arah normal terhadap bidang dimana spasi tersebut meluas.
Frekuensi dari keberadaan fitur tersebut dapat diklasifikasikan sebagaimana
diindikasikan pada Tabel 6-4.
104
Persentase ketebalan keseluruhan:
Klasifikasi intensitas Ketebalan rata-rata, tav x jumlah
fitur sejenis per meter, f
Sangat rendah Kurang dari 2.5
Rendah 2.5 - 5.0
Sedang 5 - 10
Tinggi 10 - 20
Sangat tinggi 20 - 50
Dominan* Lebih dari 50
*Jika fitur sejenis melebihi 50% dari tebal keseluruhan, maka harus di istilahkan
sebagai matriks tanah (soil matrix).
Tabel 6-5 Klasifikasi Intensitas dari Sedimen Berlapis
Data spasi dasar dapat digabung dengan data ketebalan fitur untuk menghitung
persentase ketebalan dari berbagai fitur pada arah pengukuran. Hal ini penting
dalam hal untuk mendapatkan pengaruh dari fitur terhadap sifat-sifat keteknikan
tertentu seperti permeabilitas dan kompresibilitas. Klasifikasi yang diusulkan
oleh McGown dan Jarrett untuk prosentase ketebalan keseluruhan dari setiap
kelompok fitur dalam arah pengukuran diberikan pada Tabel 6-5.
Sebuah metode yang lebih tepat untuk menampilkan data yang diukur dan
diturunkan dari analis kemas makro ditunjukkan pada Gambar 6-2
1 Lokasi :
2 Tanggal :
3 Blok, detil lubang : Kedalaman (m): Sampel: Tipe dan Ukuran:
4 Arah terhadap aksis dasar :
5 Deskripsi tanah :
6 Fitur yang dimaksud:
7 Pengukuran:
Sifat dasar Bentuk Orientasi Spasi, S
No. fitur Klasifikasi Ketebalan, t Penilaian Geometri
Tipe fitur Pukulan Turunan (mm)
Tanah (mm) kontinuitas permukaan
1
2
3
4
5
6
7
8
8
20
Jenis feature
(a) (b) (c)
Jumlah fitur
105
6.3.2 Prosedur Laboratorium
106
• Tampilkan kembali fitur yang diukur tersebut ke dalam formulir standar
bersama dengan hasil foto baik yang dipilih untuk setiap harinya. Pilih hasil
yang paling baik untuk dimasukkan dalam laporan.
107
7 Pelaporan
Jumlah dari sifat-sifat dasar (nature) dari data pengujian yang dilaporkan
bergantung pada kompleksitas dan jenis pengujian. Sebagai contoh, pada kasus
pengujian Konsolidasi Tak Terdrainase (CD) yang dijelaskan pada bab 4.3.2.3
dari Panduan Geoteknik ini, ada empat tahapan yang dijalani: persiapan
spesimen uji, penjenuhan, konsolidasi dan kompresi. Data yang dilaporkan
untuk setiap spesimen dicantumkan dalam BS dengan 15 bagian, tidak termasuk
persyaratan untuk pengeplotan grafis dari data, yang dicantumkan secara
terpisah. Laporan pengujian juga harus menegaskan bahwa pengujian tersebut
dilaksanakan berdasarkan pasal 4,5,6 dan 8 dari BS 1377:Part 8: 1990, dimana
pada bagian tersebut dinyatakan tentang metode yang digunakan (pada kasus
khusus ini adalah pengujian triaksial yang terkonsolidasi dan terdrainase dengan
pengukuran perubahan volume) dan memberikan informasi lain yang sesuai
seperti tercantum pada Bab 8.2 berikut.
Tak ada format standar untuk formulir penghitungan dan pencatatan data
pengujian. Meskipun demikian, sebuah persyaratan yang pasti adalah apapun
formulir yang digunakan, harus cukup untuk menampung pencatatan lengkap
dari spesimen uji, metode pengujian, data pengujian dan perhitungan yang
dilakukan pada data tersebut. Pada lampiran dari 9 Parts of BS 1377 (1990),
sebuah contoh formulir untuk penghitungan dan pencatatan data untuk
pengujian tipikal (khusus) diberikan.
108
• Deskripsi visual tanah, termasuk kemas tanah dan semua ciri-ciri yang tidak
biasa
• Komentar-komentar berkenaan dengan gangguan sampel yang nampak atau
diduga, termasuk kemungkinan kehilangan kelembaban
• Variasi-variasi terhadap prosedur-prosedur yang diterapkan, beserta alasan-
alasannya
• Tanggal pengujian
• Nama organisasi yang melaksanakan pengujian
Setiap formulir di mana setiap data pengujian dicatat harus mempunyai tempat
untuk nama dan tandatangan sebagai berikut:
Nama
Tanda tangan
Grafik harus menunjukkan semua titik yang diplot, tidak hanya berupa kurva
garis saja dan diberikan skala sebesar mungkin, dalam satuan yang
memudahkan seperti 1, 2, atau 5 divisi per satuan (AASHTO 1988).
Ketika hasil dari sejumlah pengujian ditunjukkan dalam sebuah grafik, sebuah
lambang harus digunakan untuk mengidentifikasikan data yag diplot untuk
spesimen uji yang berbeda dan sebuah kotak judul harus ditunjukkan untuk
setiap grafiknya, yang meliputi:
• Nama proyek
• Nomor proyek
• Tanggal ketika pekerjaan tersebut dilakukan
• Jenis tanah
• Nomor lubang bor dan sampel serta kedalaman elevasinya
• Data lain yang berkaitan yang menidentifikasikan spesimen uji.
109
• Formulir Pemeriksaan Sampel.
• Data pengujian laboratorium dan perhitungannya.
• Detil dari penyimpangan terhadap prosedur standar atau yang telah
diterima.
Berkaitan dengan penyimpangan dari standar, hal ini hanya diijinkan dengan
persetujuan sebelumnya dari engineer geoteknik yang ditunjuk; dan persetujuan
tersebut harus diberikan secara tertulis dan disimpan oleh insinyur laboratorium
dan Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk.
Sampul
Akhir
Daftar Isi
Ini harus mencantumkan setiap bagian dari laporan, dengan nomor halaman.
Dia harus berisi semua Tabel, Gambar, Gambar Teknik dan Lampiran.
Lembar Persetujuan
Jika Laporan berupa Pendahuluan atau Konsep makan hal ini harus
diungkapkan.
110
Pengantar
Penjelasan Tempat
Suatu Peta Lokasi dengan rincian yang memadai sehingga seseorang bisa
menemukan lokasinya di darat. Ini harus menandai tempat dalam hubungannya
dengan kota atau desa terdekat dan menyertakan suatu skala dan penunjuk
Utara. Insinyur Geoteknik yang Ditunjuk harus mempersiapkan suatu Peta
Lokasi pada tahap studi meja dan menyediakan gambar teknik untuk digunakan
pada semua laporan-laporan yang tersisa.
Laboratorium Eksternal
Tes-tes Laboratorium
Suatu daftar masing-masing tes dan standar yang digunakan untuk tes. Jika
suatu standar yang diakui tidak dipakai, atau ada deviasi dari standar, maka hal
ini harus dijelaskan. Jika metode tersebut membutuhkan penjelasan yang
panjang dia harus dimasukkan dalam Lampiran. Laboratorium harus
mengembangkan penjelasan-penjelasan yang baku untuk laporan-laporannya.
111
Referensi-referensi
Semua sumber informasi, dan data eksternal lainnya yang digunakan dalam
laporan harus dirujuk dengan lengkap.
Lampiran-lampiran
Semua lembar-lembar hasil tes harus berisi informasi yang dijabarkan pada
Bagian 7.1.
Gambar-gambar Teknik
Data-data Tambahan
112
8 Referensi
Suatu bibliografi sekitar sebilan ratus referensi dipersiapkan sebagai bagian dari
proyek IGMC2 dan dimasukkan pada yang menyertai CD Panduan Geoteknik
ini.
113
Krebs R D & Walker R D (1971), Highway Materials, McGraw-Hill Book
Company, New York.
Lambe T W & Whitman R V (1979), Soil Mechanics, SI Version, John Wiley
and Sons, Inc, New York.
Landva A O, Pheeney P E & Mersereau D E (1983), Undisturbed Sampling of
Peat, Testing of Peats and Organic Soils, ASTM STP 820, P M Jarrett (ed),
American Society for Testing and Materials, Philadelphia, USA.
Landva A O, Korpijaakko E O & Pheeney P E (1983) Geotechnical
Classification of Peats and Organic Soils, Testing of Peats and Organic Soils,
ASTM STP 820, P M Jarrett (ed), American Society for Testing and Materials,
Philadelphia, USA.
La Rochelle P, Leroueil S & Tavenas F (1986), A Technique for Long – Term
Storage of Clay Samples, Canadian Geotechnical Journal, 23, pp602-605.
Larsson R, Nilsson G & Rogbeck J (1987), Determination of Organic Content,
Carbonate Content and Sulphur Content in Soils, Swedish Geotechnical
Institute, Linköping, Report No. 27E.
Larsson R, Nilsson G & Rogbeck J (1989) Determination of Organic Matter,
Carbonates and Sulphides in Soils, 12th International Conference on Soil
Mechanics and Foundation Engineering, Rio De Janeiro, pp2091-2094.
Larsson R (1996), Organic Soils, Chapter 1, Embankments on Organic Soils, J
Hartlen and W Wolski Eds, Elsevier Science B V, The Netherlands.
Lechowicz Z, Szymanski A & Barankski T (1996) Laboratory Investigations,
Chapter 3, Embankments on Organic Soils, J Hartlen and W Wolski (eds),
Elsevier Science B V, The Netherlands.
McGown A & Jarrett P M (1997a), The Origins, Nature and Characterization
of Soft Soils, Organic Soils and Peat, Seminar 1, INDON-GMC Guides Project,
Stage 1, Institute of Road Engineering, Bandung.
McGown A & Jarrett P M (1997b), Tropical Soft Soils and Peat: Site
Investigation and Laboratory Testing, Notes on Short Course Presented at the
Institute of Road Engineering, Bandung (July 1997).
Riley J L (1989), Laboratory Methods for Testing Peat – Ontario Peatland
Inventory Project, Ontario Geological Survey, Miscellaneous Paper 145, Mines
and Minerals Division, Ministry of Northern Development and Mines, Ontario,
Canada.
Skempton A W (1953), The Colloidal ‘Activity‘ of Clays, Proceedings of the
Third International Conference on Soil Mechanics, 1, Zurich.
114
Lampiran A
• pH bahan-bahan - D 2976-71 -
gambut (reapproved 1990)
• pH tanah Pd.M -12-1997-03 D 4972-89 -
• Kandungan karbonat - D 4373-84 Klausa 6, Part 3
(re-approved
1990)
Tabel A1 Metode-metode tes standar yang diterbitkan oleh SNI, ASTM dan BSI.
A1
Standard Method of Test
Test SNI ASTM (1994) BS 1377
(1990)
• Kandungan klorida - - Klausa 7, Part 3
• Kandungan sulfat - - Klausa 5, Part 3
• Tes geser langsung SK SNI M-108-1990-03 D 3080-90 -
(SNI 03-2813-1992)
• Tes kompresi Pd.M22-1996-03 D 2850-87 -
triaksial tak (SNI 03-4813-1998)
terkonsolidasi tak
terdrainase (UU)
• Tes kompresi SK SNI M-05-1990F D 4767-88 -
triaksial (SNI 03-2455-1991)
terkonsolidasi tak
terdrainase (CU)
• Tes kompresi - - Klausa-klausa 4,
triaksial 5, 6 dan 8 dari
terkonsolidasi Part 3
terdrainase (CD)
• Tes konsolidasi SK SNI M-107-1990-03 D 2435-90 -
satu-dimensi (SNI 03-2812-1992)
• Sifat-sifat - - Klausa 3, Part 6
konsolidasi
menggunakan sel
hidraulik (Rowe)
• Tes permeabilitas - - Klausa 5, Part 5
(permeameter
tinggi energi
konstan)
• Tes permeabilitas - - Klausa 6, Part 6
(alat triaksial)
• Tes permeabilitas - - Klausa 4, Part 6
(sel konsolidasi
hidraulik)
• Deskripsi dan - D 2488-93 -
identifikasi tanah
Tabel A1 Metode-metode tes standar yang diterbitkan oleh SNI, ASTM dan BSI (lanjutan).
A2
Lampiran B