You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN A.

Definisi Produk Produk yang dibuat oleh PT FAATINDO ini merupakan salah satu olahan makanan dengan bahan baku dasar pati, dan biasa dikenal dengan nama sohun atau soun. Pada umumnya sohun biasanya dibuat dari berbagai macam pati yang berasal dari umbi-umbian, kacang hijau, jagung, ubi jalar (sweet potato), sagu, aren, midro/ganyong dan tapioka. Namun, PT. FAATINDO memilih memproduksi sohun yang berasal dari pati ganyong (midro), hal itu dikarenakan oleh produksi dan potensi ganyong yang cukup tinggi, namun belum dimaksimalkan penggunaannya sebagai salah satu sumber makanan olahan secara meluas. Menurut Nurhidayat (2010), sentra yang kini dikembangkan untuk memproduksi umbi ganyong mencakup Jawa Tengah (Klaten, Wonosobo, dan Purworejo), Jawa Timur (Malang dan Pasuruan), Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat (Majalengka, Sumedang, Ciamis, Cianjur, Garut, Lebak, Subang, dan Karawang). Selain itu, pati ganyong memiliki viskositas yang tinggi, stabil pada suhu 95C dan memiliki setback tinggi yang berarti bahwa pada suhu tersebut struktur gel pati cenderung stabil dan bersifat reversible dimana granula pati yang telah mengalami pembengkakan dapat kembali pada kondisi semula dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Chansri et al. (2005), pati ganyong tidak dapat diklasifikasikan ke dalam pati tipe B (Moderate swelling) atau C (Restricted swelling), tetapi pola pati tersebut berada di antara tipe B dan C. Pati ganyong memiliki viskositas yang lebih tinggi daripada pati kacang hijau, sedangkan pada pasta pati ganyong menunjukkan sifat transparan dan elastis yang sama dengan pati kacang hijau, dimana pati kacang hijau merupakan salah satu bahan baku mayoritas produk sohun yang ada di pasaran. Sohun dari pati ganyong mempunyai kualitas yang sangat istimewa karena dengan ketebalan antara 1,13-1,19 mm, mempunyai kekuatan tarik (tensile strength)

dan kejernihan (transparency) yang tinggi, serta kehilangan selama pemasakan (cooking loss) yang sangat rendah, yaitu sekitar 0,92-1,55% dalam berat kering (Roisah, 2009). Pada era saat ini, konsumen cenderung lebih cermat dan jeli dalam memilih suatu produk. Konsumen cenderung memilih produk yang praktis untuk dikonsumsi tetapi juga memberikan manfaat yang lebih, baik dari segi nilai gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, produk yang dibuat adalah berupa sohun dengan merk dagang Sohun Midro. Keunggulan utama dari produk ini adalah dengan adanya fortifikasi tepung sayuran hijau (bayam dan brokoli) yang mengandung asam folat tentunya sangat bermanfaat bagi kesehatan orang dewasa pada umumnya, dan khususnya bagi ibu hamil. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tubuh orang dewasa membutuhkan 400 mikrogram asam folat setiap harinya. Sedangkan pada wanita hamil asupan asam folat yang diperlukan sebanyak 800 mikrogram/hari. Jika tubuh kekurangan asam folat bisa mengakibatkan terjadinya cacat bawaan pada bayi seperti cacat tabung syaraf dan keabnormalan otak serta sumsum tulang belakang (Khoiriyah dkk, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan asam folat per hari maka perlu mengkonsumsi 100 gram brokoli atau bayam. Produk Sohun Midro dapat mensuplai 20% kebutuhan asam folat per hari, hal tersebut ditentukan berdasarkan % Angka Kecukupan Gizi (%AKG) orang dewasa pada umumnya. Selain kaya akan asam folat (vitamin B9), tepung-tepung sayuran yang digunakan juga diperkaya oleh kandungan berbagai macam vitamin, mineral, dan zat besi. Karena adanya fortifikasi berbagai macam tepung sayuran hijau, maka kenampakan fisik dan warna dari Sohun Midro akan sedikit berbeda dengan sohun yang terdapat di pasaran saat ini karena warna dari Sohun cenderung berwarna kehijauan. Produk Sohun Midro terdiri dari Sohun Midro Goreng dan Sohun Midro Rebus/kuah, yang dilengkapi dengan berbagai macam bumbu khas seperti pada mie instan pada umumnya, tetapi pada cara pemasakannya tanpa melalui proses perebusan, cukup diseduh dengan air panas dan kemudian ditambahkan bumbu pasta kemasan yang telah disediakan, sehingga produk

ini sangat praktis untuk dikonsumsi. Untuk produk Sohun Midro Goreng, terdiri dari dua macam pilihan rasa diantaranya adalah rasa sapi panggang dan rasa barbeque. Sedangkan untuk Sohun Midro Rebus terdiri dari rasa soto koya dan rasa kari ayam. Pemilihan rasa tersebut didasarkan pada proses penelusuran menggunakan metode survei terhadap para responden di berbagai daerah di sekitar Jawa yang dilakukan oleh Departemen Sales and Marketing. Berdasarkan data survei penerimaan dari responden, kemudian dilakukan proses penentuan berbagai macam rasa seperti yang telah disebutkan di atas. Pada produk Sohun Midro, bumbu disajikan dalam bentuk pasta yang sesuai dengan masing-masing rasa yang ditawarkan. Dalam bumbu pasta tersebut telah ditambahkan juga dengan berbagai bumbu pelengkap lainnya seperti kecap dan saos. Kemasan dari produk Sohun Midro PT. FAATINDO menggunakan kemasan etiket berupa CPP (Cast Poly Prophylene) dan OPP (Oriented Poly Propylene) pada lapisan terluarnya, jenis kemasan tersebut dipilih karena jenis pengemas tersebut cenderung aman bagi produk sohun. B. Sejarah dan Perkembangan Produk Mie merupakan salah satu jenis makanan yang diperkirakan berasal dari China pada akhir masa dinasti Han (206 SM-220 CE). Hal ini dapat dilihat dari budaya bangsa Cina yang selalu menyajikan mie pada perayaan ulang tahun sebagai simbol untuk umur yang panjang (Juliano dan Hicks, 1990). Dalam perkembangannya, mie merupakan produk yang sangat dikenal di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sohun dikenal juga sebagai soun, su un, soon, soo hun atau soohon. Begitu pula tiap negara memiliki penyebutan sendiri-sendiri, seperti harusame (Jepang), woon sen (Thailand), kyazan (Burma), mien, bun tau (Vietnam), bi fun, ning fun, sai fun, fun see (China), sohoon, tunghoon (Malaysia), pancit, sotanghon (Pilipina). Sementara dalam dunia internasional, sohun dikenal dengan nama cellophane noodles, silver noodles, glass noodles, transparent vermicelli atau spring rain noodles (terjemahan bahasa Jepang dari Harusame).

Beragam jenis mie telah dikenal masyarakat, namun mie instan merupakan ragam mie yang paling popular. Berdasarkan Dataconsult (1995) dalam Blog T&D Tiga Pilar Food (2010) melaporkan bahwa konsumsi mie instan oleh masyarakat Indonesia pada tahun 1995 sebesar 3.544,5 juta bungkus atau setara dengan 265.838 ton. Pada tahun-tahun berikutnya konsumsi mie instan meningkat dengan laju sekitar 25%, dan pada awal tahun 2000-an sekarang ini, angka ini diperkirakan terus meningkat dengan laju sekitar 15% per tahun. Impor gandum Indonesia tahun 2002 mencapai 4 juta ton dan angka ini akan terus meningkat. Sebagian besar bahan gandum tadi dibuat tepung terigu dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan mie. Perkembangan konsumsi mie berkembang pesat, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau preferensi konsumen Indonesia. Namun disisi lain, konsumsi mie pada saat ini justru merupakan suatu celah terjadinya penurunan devisa negara, mengingat mie merupakan produk yang dibuat dari tepung terigu yang merupakan salah satu komoditas impor. Sementara itu, pembangunan pertanian nasional telah mulai merintis beragam hasil komoditas sumber karbohidrat yang perlu ditingkatkan pemanfaatannya, terutama dalam rangka penyediaan pangan alternatif bagi masyarakat. Oleh sebab itu, pemikiran yang paling sering muncul adalah perlunya pengembangan teknologi mie berbahan baku tepung terigu dan pengolahan mie berbahan mie berbahan baku nonterigu pada khususnya yaitu pati. Teknologi seperti dimaksud diatas sebenarnya telah tersedia, namun belum sepenuhnya dapat diterapkan mengingat kelengkapan produksinya, seperti alat proses produksi, ketersediaan bahan baku secara kontinyu baik kuantitas dan kualitas belum terpenuhi. Konsistensi produk (dalam arti mutu dan penampilannya) dalam uji coba skala semikomersial juga belum terjamin. Beberapa teknologi bahkan dihasilkan melalui proses yang belum didukung dengan perancangan yang memadai. Makalah ini membahas perkembangan teknologi pengolahan salah satu jenis mie yaitu sohun yang berbahan baku nonterigu, yaitu dengan bahan

dasar pati ganyong dan peluang penerapannya dalam produksi sohun di Indonesia. Salah satu yang masih memiliki peluang penerapan yang luas adalah produk mie yang berasal dari pati atau yang biasa disebut dengan sohun. Sohun merupakan jenis mie yang dibuat dari pati murni. Jenis pati yang sering digunakan dalam produksi sohun adalah pati kacang hijau. Namun pengadaan pati kacang hijau yang semakin sulit dan mahal, mengakibatkan pengrajin sohun sering menggunakan pati sagu dan pati ganyong sebagai bahan baku. Proses pembuatan sohun hampir sama dengan pembuatan bihun, terutama dalam hal pengepresan adonan. Bedanya, sohun terbuat dari bahan dasar amilopektin dan dalam pengolahannya harus melalui proses perebusan slurry pati yang kemudian digelatinisasi membentuk bubur lem sebelum dipres atau dicetak. Sedangkan untuk bihun terbuat dari bahan dasar amilosa dan dalam pembuatannya dapat dikukus atau direbus (Astawan, 2004). PT FAATINDO ingin mengembangkan proses pembuatan somi (sohun midro) dengan memodifikasi pengolahannya, yaitu dengan fortifikasi tepung sayuran hijau, yang diharapkan bisa meningkatkan kandungan nutrisi dari produk Sohun Midro yang dihasilkan. C. Pemanfaatan Produk Somi (sohun midro) memiliki berbagai manfaat diantaranya adalah sebagai salah satu sumber karbohidrat, dan juga merupakan sumber alternatif utama setelah nasi. Saat ini mie merupakan salah satu jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan atau preferensi konsumen Indonesia. Selain itu manfaat dari produk ini yaitu dapat meningkatkan nilai ekonomis dari pati ganyong, sehingga kita dapat meningkatkan potensi lokal sebagai salah satu sumber alternatif makanan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Kandungan nutrisi yang terkandung pada ganyong per 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Komponen Gizi Umbi Ganyong/100 g bahan Komponen Satuan Jumlah Kalori kal 95 Protein g 1,0 Lemak g 0,1 Karbohidrat g 22,6 Kalsium mg 21 Fosfor mg 70 Besi mg 20 Vitamin B1 mg 100 Vitamin C mg 10 Air g 75 Bahan yang dapat dikonsumsi % 65
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981)

Sedangkan kandungan gizi yang terdapat pada pati ganyong dapat dilihatpada Tabel 1.2 Tabel 1.2 Komponen Gizi Pati Ganyong per 100 gram Bahan No Kandungan Gizi Kadar 1 Air (%) (bb) 10.26 2 Abu (%) (bk) 0.22 3 Serat kasar (%) (bk) 0.30 4 Protein (%) (bk) 0,07 5 Lemak (%) (bk) 2.39 6 Karbohidrat (by difference) % (bk) 97.2 7 Pati (%) (bk) 86.6 8 Amilosa (%) 33.74
Sumber : Roisah (2009)

Adanya fortifikasi tepung sayuran yang kaya akan asam folat memiliki berbagai macam manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Asam folat adalah salah satu dari beberapa jenis vitamin B yang sangat penting bagi tubuh. Asupan asam folat dapat diperoleh dari makanan, sayuran hijau, serta buah-buahan. Asam folat memiliki fungsi sebagai kofaktor enzim untuk sintesis deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA) yang berperan dalam replikasi sel dan juga dibutuhkan untuk mengubah homosistein menjadi metionin. Tubuh memang sangat tergantung pada konsumsi makanan sebagai sumber asam folat. Walaupun kita sudah memiliki bakteri alami yang mampu

memproduksi senyawa bagian asam folat yaitu Para-aminobenzoic (PABA), namun kontribusinya relatif kecil karena hanya memiliki fungsi untuk membantu melancarkan sistem pencernaan. Selain itu, konsumsi asam folat dari makanan alami sehari-hari juga cukup kecil, bahkan hanya 50% dari total kebutuhan harian. Sementara itu, daya serap untuk asam folat dalam bentuk sintetis dapat mencapai 85-100%. Di dalam tubuh, cadangan asam folat akan di simpan dalam hati. Jika kelebihan konsumsi asam folat, tubuh akan membuang kelebihan asam folat tersebut melalui sistem urine. Karena keterbatasan serapan asam folat dari makanan sehari-hari, maka disarankan untuk menambahkan folat dari sumber makanan lainnya (Lee, 2011). Selain sayuran hijau kaya akan asam folat, kandungan zat gizi alami dalam sayuran hijau sangat banyak, yaitu sumber vitamin A dan C, sayuran hijau juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid terbaik dan tergolong penting untuk memerangi radikal bebas. Kandungan serat pangan dalam bayam sebesar 3,28 % sedangkan pada brokoli sebesar 2,63%. Serat alami pada sayuran tersebut memiliki berbagai macam fungsi diantaranya untuk melancarkan pencernaan, mencegah terjadinya obesitas yang memicu terjadinya hipertensi, dan membantu menjaga kestabilan gula darah agar tetap normal. Klorofil (zat hijau daun) pada sayuran hijau merupakan pigmen dari tanaman yang warnanya hijau dan terdapat dalam kloroplas sel tanaman. Klorofil mempunyai struktur kimia yang hampir mirip dengan hemoglobin (sel darah merah). Sehingga menurut penelitian para ahli gizi, klorofil dapat dimanfaatkan untuk merangsang pembentukan sel darah merah pada penderita anemia. Selain itu klorofil juga mampu berfungsi untuk mendorong terjadinya detoksifikasi. Antioksidan yang banyak ditemukan dalam sayuran hijau dapat melindungi sel mata dari cahaya ultraviolet yang merupakan penyebab utama katarak. Hal ini disebabkan karena sayuran hijau memengandung jenis antioksidan lutein dan zeaxanthin hampir 10 kali lebih banyak dibanding vitamin E yang mampu

melindungi sel mata dari kerusakan yang disebabkan sinar ultraviolet (Bank Indonesia, 2010).

D. Perkiraan Kebutuhan Produk dan Penentuan Kapasitas Pabrik

PT FAATINDO merupakan salah satu pabrik pengolahan Sohun Midro yang termasuk dalam industri menengah. Industri menengah memiliki ciri-ciri modal relatif besar, teknologi cukup maju, pekerja antara 10-200 orang, dan lokasi pemasarannya cukup luas (berskala regional). Berbagai pertimbangan telah dikaji mengenai hal ini, beberapa pertimbangan tersebut antara lain, Sohun Midro masih merupakan produk baru, yang belum diperkenalkan dan belum memiliki pangsa pasar, maka perlu suatu proses promosi dan publikasi yang lebih untuk memperkenalkan produk ini ke masyarakat secara luas. Karena adanya kompetitor yang sama-sama bergerak di bidang produksi mie meskipun bahan baku berbeda tetapi hal tersebut yang membuat PT FAATINDO harus mencari celah pasar, sehingga dapat mengubah mindset konsumen yang selama ini selalu tertuju pada produk mie instan dari tepung terigu. Oleh karena itu untuk jumlah kuantitatif produksi belum dapat mengambil jumlah yang besar karena mengingat target pemasaran pertama kita adalah di daerah Jakarta dan Jawa Barat, dimana kita ketahui arus pergerakan masyarakat yang paling diminati adalah berkisar antara daerah tersebut namun dengan kapasitas distribusi skala nasional. Tujuan utama membangun suatu pabrik yang bergerak di bidang industri Sohun Midro adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis dari bahan baku yang digunakan dengan mengolahnya menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi, sehingga perusahaan mendapatkan profit. Mengingat bahwa penggunaan pati ganyong di Indonesia masih cenderung rendah. Bahkan saat ini, pati ganyong telah diperdagangkan secara internasional sebagai Queensland Arrowroot Starch, namun pati ganyong di Indonesia masih dihasilkan dalam skala kecil dan rumah tangga yang memiliki mutu rendah. Tingkat permintaan tinggi dengan penyediaan bahan terbatas,

maka pati ganyong yang ada saat ini telah banyak diserap oleh pasar terutama pasar lokal. Untuk memperluas pasar, mutu dari pati ganyong harus ditingkatkan. Kebutuhan pati ganyong pada PT FAATINDO sekitar 350 ton per bulan. Ketersediaan dari pati ganyong di Indonesia berkisar dua juta ton per tahun, sehingga untuk memproduksi Sohun Midro di PT FAATINDO sudah tercukupi. Kapasitas produksi suatu pabrik adalah suatu strategi untuk mendapatkan profit atau laba, tetapi dengan menghemat penggunaan biaya produksi dan harga pokok penjualan produk yang minimum. Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Kapasitas dapat dilihat dari sisi masukan (input) dan keluaran (output). Rencana kapasitas produksi dalam rangka studi kelayakan aspek teknis dan teknologi ini tergantung beberapa pilihan sistem, antara lain: 1. Skala Ekonomi Dengan faktor ini, kapasitas yang dipilih adalah yang memilki biaya per unit yang paling rendah. Akan tetapi cara ini memiliki kelemahan-kelemhan, seperti waktu pengambilan modalnya berjangka panjang sehingga produk menjadi kurang fleksibel untuk disesuaikan dengan pelanggan. 2. Focused Facilities Dengan banyakanya kelemahan dengan sistem skala ekonomi diatas, maka munculah system focused facilities. Cara ini mempertahankan volume produksi yang tinggi diganti dengan penyediaan produk yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, dalam perencanaan kapasitas produksi, terdapat dua ekstrem strategi. Pertama strategi ekspansi, startegi ini lebih bersifat proaktif. sedangkan cara kedua dilakukan wait and see. Cara ini dilakukan jika permintaan produk sudah yakin benar meningkat atau tidak meningkat. Permasalahan yang dihadapi oleh pihak perusahaan saat ini adalah tidak adanya perhitungan kapasitas produksi, sehingga menyebabkan

10

perusahaan secara tidak langsung dirugikan karena belum memanfaatkan kapasitas produksi yang optimal. Untuk mengidentifikasi hal tersebut maka perlu ditinjau dari aspek proses produksi berikut ini : 1. Pemilihan Startegi Produksi Supaya barang/jasa yang diproduksi akan memenuhi kebutuhan konsumen, biasanya didahului dengan suatu kegiatan penelitian pasar dan pemasaran. Berdasarkan masukan penelitian pasar dan pemasaran ini selanjutnya akan ditetapkan macam-macam produk yang menjadi alternatif untuk dibuat, selanjutnya akan dikaji pula kaitanya dengan aspek-aspek yang lain, seperti aspek keuangan dan seterusnya. 2. Pemilihan dan Perencanaan Produk Setelah beberapa alternatif ide produk tersaring, selanjutnya akan dikaji beberapa produk tersebut dan ditentukan produk manakah yang akan menjadi prioritas untuk diproduksi. Biasanya, untuk menetapkan produk tersebut akan dilakukan melalui tahapantahapan pekerjaan, tahapan itu meliputi :
a. Penentuan Ide Produk dan Seleksi

Pada intinya, aspek pasar dan pemasaran untuk mengetahui apakah ide-ide produk diperkirakan untuk mengetahui apakah perusahaan mampu membuat produk tersebut dengan segala sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan untuk aspek keuangan adalah menilai apakah produk tersebut jika dihasilkan akan mendatangkan keuntungan yang sesuai dengan harapan. b. Pembuatan Desain Produk Awal Dalam produksi barang, gambaran desain awal akan lebih jelas bila dibandingkan dengan produk jasa. Dalam membuat desain produk awal ini, hendaknya dipertimbangkan hal-hal seperti manfaat produk yang akan dibuat, fungsi yang hendaknya dimiliki barang supaya menunjang manfaat-manfaatnya, desain, seni, dan estetika

11

barang yang akan diproduksi. Desain produk awal ini akan ditindaklanjuti menjadi produk yang lebih mendekati sebenarnya.

12

c. Pembuatan Prototip dan Pengujian Prototip adalah produk yang dibuat sebagai produk percobaan sebelum produk dibuat secara besar-besaran. Pembuatan prototip berguna untuk menilai kemampuan produk supaya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Semetara itu, pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah prototip ini sudah dapat diimplementasikan atau belum. Jika belum, masih dapat diperbaiki lagi, kemudian diuji lagi dan seterusnya sehingga prototip ini sesuai dengan harapan. Akhirnya tercipta desain produk akhir yang siap untuk diimplementasikan (Fajar, 2010). E. Lokasi Pabrik Banyak perusahaan atau pabrik yang melakukan kesalahan dalam pemilihan lokasi dan tempat fasilitas produksinya. Misalnya lokasi yang dipilih tenyata sulit untuk mendapatkan tenaga kerja yang memadai, atau di lokasi tersebut penerimaan masyarakat atas kehadiran pabrik atau perusahaan tidak positif dan lain sebagainya. Adanya globalisasi tempat kerja semakin manambah rumit pemilihan lokasi dan fasilitas produksi. Globalisasi tersebut terjadi karena adanya perkembangan : (i) ekonomi pasar, (ii) komunikasi internsaional yang lebih baik, (iii) sarana transportasi (udara, laut, dan darat) dan pengangkutan barang yang lebih cepat serta lebih dapat diandalkan, (iv) semakin lancarnya arus kas antar negara, dan (v) perbedaan biaya tenaga kerja tinggi. Lokasi pabrik Sohun Midro ini berada di daerah Cisolok Sukabumi atau tepatnya di Kabupaten Sukabumi. Pertimbangan pemilihan tempat tersebut didasarkan di wilayah tersebut termasuk area yang strategis, karena berada di daerah kawasan industri dan merupakan jalur transportasi distribusi berbagai barang antar daerah, banyak lahan yang masih kosong untuk digunakan sebagai lokasi pabrik, letaknya dekat dengan sumber bahan baku ganyong yang tersebar di wilayah daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, dan wilayahnya juga dikenal memiliki sumber mata air yang cukup bersih

13

karena terletak di daerah pegunungan sehingga cocok digunakan untuk proses produksi, selain itu kondisi lingkungan disekitar pendirian pabrik ini mendukung untuk didirikannya suatu pabrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi didasarkan pada hal-hal berikut di bawah ini :
1. Letak yang strategis di jalur area distribusi perdagangan di Jawa sehingga

dalam proses supply bahan baku menjadi lebih mudah.


2. Ada Undang-undang yang berlaku yang menyebutkan bahwa lokasi

tersebut dapat dijadikan sebagai area pabrik. 3. Kedekatan pabrik dengan market (pasar) untuk mendistribusikan produk, karena tujuan pasar yang utama adalah wilayah Jakarta, dan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tetapi juga tetap melakukan distribusi skala nasional. 4. Tersedia fasilitas transportasi yang baik, baik lewat darat, laut, maupun udara yang pastinya juga mampu menekan biaya transportasi.
5. Sumber mata air tanah di lokasi tersebut baik dan mudah didapatkan,

sehingga mempermudah kegiatan proses produksi sohun midro.


6. Sumber Daya Manusia (SDM) di sekitar lingkungan mencukupi, karena

akses alat transportasinya cenderung mudah. 7. Tersedianya instalasi listrik yang mudah. 8. Daerah di sekitar lingkungan bukan termasuk daerah rawan terhadap kontaminasi polusi udara.
9. Pengelolaan sanitasi dan limbah mudah dilakukan, karena berdekatan

dengan lokasi pembuangan (sungai).

You might also like