You are on page 1of 52

17

12 Menilik Persiapan Haji 2011 21 Batik Itu Bernama Indohajj

32

34
24 Menelusuri Makna Dalam Tiap Rangkaian Ritual Haji 23 Diperlukan Pemahaman Tuntas Atas Konsep Berhaji 33 Menghayati Nilai-nilai Ibadah Haji 36 Selametan Haji, Antara Tradisi dan Sunnah

36

43

49

31
41 Memahami Serta Membumikan Ruhnya Haji

47

48 Masjid Quba: Masjid Yang Didirikan Atas Dasar Taqwa

Penasehat: Prof. DR. H. Ismail Nawawi; Habib Husain Assegaf; KH. A. Chodri Romli: dr. Iwan Susanto. Penanggung Jawab/Pimpinan Perusahaan: H. Zainal Abidin HS, SE. Pemimpin Redaksi: Abdul Muiz Khazin Redaktur: Iskandar Dzulqornain Staff Redaksi: Abdul Majid Hariadi; Ika Ana Fathul Hidayat; Achmad Fathoni Alalmat Redaksi: Jalan Raya Kupang Jaya Kav. 6 Surabaya, Telp. 0317310374 email: redaksi.alharam@yahoo.co.id Diterbitkan oleh: PT. Andromeda Atria Wisata

Labbaika allahumma labbaik. Musim haji tahun 2011 telah tiba. Sebanyak 221.000 orang Islam Indonesia akan melaksanakan ibadah haji di tanah suci. sementara 1.3 juta orang lainnya masih harus menunggu hingga rentang 7 sampai 9 tahun karena mereka masuk daftar tunggu (waiting list). Dari tahun ke tahun calon jamaah haji Indonesia terus bertambah. Dari tahun ke tahun pula penyelenggara haji Indonesia, dalam hal ini pemerintah, terus berbenah. Pun tudingan kepada pemerintah terkait penyelenggaraan haji terus mengalir dari tahun ke tahun. Mulai dari masalah pemondokan, transportasi, sampai katering saat jamaah haji berada di tanah suci. Perihal pemondokan, jauhnya jarak pemondokan jamaah ke masjidil haram membuat para jamaah dalam melaksanakan ibadah hajinya tidak optimal. Transportasi selalu mengalami delay baik keberangkatan ataupun kepulangan. Soal katering, asupan makanan, menjadi salah satu determinasi kesehatan para jamaah. Ketiga hal ini selalu menjadi perhatian banyak pihak terkait penyelenggaraan haji. Dari tahun ke tahun ketiga hal ini menjadi sorotan. Pun setiap evaluasi penyelenggaraan haji, ketiga hal ini selalu digarisbawahi. Begitulah gambaran kasar penyelenggaraan haji Indonesia selama ini. Lantas bagaimana dengan tahun ini? Persiapan seperti apa yang telah diupayakan pemerintah agar penyelenggaraan haji tahun ini lebih baik dari sebelumnya? Pada musim haji tahun ini, untuk pertama kalinya pemondokan jamaah haji Indonesia di Makkah sebagian besar berada dekat masjidil haram. Sebanyak 93 persen berada di bawah jarak 2000 meter. Sisanya berada di bawah jarak 2500 meter. Sedangkan pemondokan jemaah haji di Madinah seluruhnya akan berada di wilayah Markaziah dengan jarak maksimal 500 meter dari Masjid Nabawi. Di tahun ini pemerintah menghapus pemondokan ring 2 dan 3, hanya ada ring satu. Tetapi ada perubahan definitif, sebelumnya ring 1 berjarak 2.000 meter. Sedangkan tahun ini ring satu berjarak 2.500 meter. Dengan tiadanya ring 2 dan 3 artinya pemerintah mengupayakan se-

mua pemondokan jamaah haji berada di ring 1. Sementara mengenai kuota, pengajuan penambahan kuota disetujui oleh pihak Saudi Arabia sejumlah 10.000 orang. Jadi jumlah jamaah haji Indonesia tahun ini sebanyak 221.000 orang, termasuk haji khusus. Mengenai biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) yang dibebankan langsung (direct cost) kepada calaon jamaah haji dibanding tahun sebelumnya, dalam kurs USD mengalami kenaikan USD 195. Namun dalam kurs rupiah mengalami penurunan Rp 308.700. Besaran BPIH tahun 2011 rata rata USD 3.537 atau Rp 30.771.900 dengan kurs USD sebesar Rp 8.700. Tahun 2010 ongkos BPIH sebesar USD 3.342 atau Rp 31.080.600 dengan kurs USD 9.300. Adalah komponen tiket pesawat yang menjadi pembahasan alot dalam menentukan besaran BPIH. Sehingga penetapan besaran BPIH tertunda beberapa minggu. Untuk menekan harga tiket pesawat pemerintah memberi kesempatan kepada maskapai swasta untuk terlibat menjadi operator penerbangan jamaah haji. Namun pemerintah tidak membuka tender dalam hal penentuan operator penerbangan jamaah haji ke tanah suci. Di tahun ini pemerintah tetap menunjuk maskapai Garuda dan Saudi Airlines sebagai operator penerbangan jamaah haji. Meskipun harga yang ditawarkan kedua maskapai ini diatas ambang batas, berdasar penghitungan kementerian perhubungan. Sementara itu, alih alih pemerintah mensubsidi Rp 1.320.000 per jamaah, maka tidak ada uang 'living cost' bagi jamaah setibanya di Makkah. Tidak seperti tahun tahun sebelumnya, para jamaah mendapatkan uang living cost sebesar 1.000 sampai 1.500 real. Uang ini dimaksudkan sebagai tunjangan biaya hidup jamaah haji di makkah. Terlepas dari semua kecurigaan dan silang sengkarut tata penyelengaraan haji. Kiranya perlu diberi apresiasi atas upaya pemerintah untuk menjadikan penyelenggaraan haji lebih baik dari tahun ke tahun. Paling tidak di tahun ini pemondokan jamaah haji mengalami peningkatan kualitas. Semoga upaya meningkatan kualitas ini terus berlanjut.[]

Indonesia Dapat Tambahan Kuota 10.000


Pemerintah Arab Saudi mengabulkan penambahan kuota untuk jemaah haji Indonesia sebanyak 10.000 orang. Sehingga total jemaah haji Indonesia diberangkatkan tahun ini sebanyak 221.000 orang. Suryadharma menjelaskan bahwa tambahan kuota haji tersebut akan dialokasikan kepada jamaah haji reguler sebanyak 7.000 orang, sehingga jumlah jamaah haji reguler menjadi 201.000 orang. "Sisanya, sebanyak 3.000 orang itu akan diperuntukkan untuk jemaah haji khusus. Sehingga total jemaah haji khusus menjadi 20.000 orang," kata Suryadharma. Sebelumnya kuota haji Indonesia sebesar 211.000. Jumlah itu dialokasikan kepada jemaah haji reguler sebanyak 194.000 orang dan haji khusus sebanyak 17.000 orang. Untuk sisa kursi jemaah sebanyak 2.585 buah karena tidak melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) sampai batas waktunya, pemerintah akan mengembalikan lagi ke daerah. Sedangkan penambahan kuota sebesar 10.000 orang itu akan diprioritaskan untuk daerah yang waiting list-nya tinggi, dan calon jemaah yang usialanjut. Adapun pemondokan jamaah haji di Madinah tahun ini seluruhnya akan berada di wilayah Markaziah dengan jarak maksimal 500 meter dari Masjid Nabawi. Untuk transito jamaah haji yang pulang melalui Bandara King Abdul Aziz Jeddah telah disiapkan akomodasi di 11 hotel dengan total kapasitas 140.000 jamaah. (*)

Menag: Petugas Haji Harus Memiliki Dedikasi Tinggi


tingkat kepuasan jamaah haji pada tahun lalu dan 81 persen jamaah merasa puas," ujar Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama (Kemnag) Slamet Riyanto. Slamet menuturkan, bukan perkara mudah untuk memuaskan semua jamaah haji yang mencapai 211 ribu orang. Sehingga hasil survei 81 persen puas mencerminkan adanya kemajuan. Petugas panitia haji non kloter berjumlah 817 orang, terdiri dari 511 orang yang akan bertugas sebagai petugas pelayanan umum, bimbingan ibadah, media center haji, dan pengamanan. Juga ada 306 petugas kesehatan, antara lain terdiri dari dokter dan perawat. Mereka berasal dari seluruh Indonesia.(*)

Menag meminta petugas haji bekerja dengan ikhlas, sabar, santun, dan menjaga amanah. Menag menilai pelatihan bagi petugas haji sangat penting untuk memberi bekal pengetahuan yang memadai dalam memberikan pelayanan optimal kepada jemaah haji. Menkes mengatakan, tolok ukur keberhasilan pelayanan kesehatan haji, antara lain apabila angka kematian jemaah kurang

dari 2% per seribu, tidak terjadi KLB, dan 80% pondokan jamaah haji memenuhi standar sanitasi. Meski kritik tidak jauh dari penyelenggaraan haji, namun survei menyatakan 81 persen jamaah haji yang menjadi responden mengaku puas. Survei itu dilakukan oleh BPS dan Surveyor Indonesia atas permintaan Kemenag. "Survei itu untuk meneliti

Slamet Riyanto: Tiga Titik Rawan Masalah Selama Haji


Ada tiga titik rawan masalah yang harus diantisipasi dalam penyelenggaraan haji. Demikian diungkapkan Dirjen Pembinaan Haji dan Umrah Slamet Riyanto. Pertama adalah soal pemondokan. Pada tahun ini, pemondokan lebih dekat dari tahuntahun sebelumnya. Jika sebelumnya, pemondokan berada di atas 4.000 meter, tahun ini paling jauh 2.500 meter. Karena itu, pada tahun ini tidak ada pengembalian uang pemondokan kepada jemahan seperti tahun lalu yang mencapai 500 Riyal. Karena, DPR mematok sewa pemondokan 3.150 Riyal. Sementara harga pemondokan sudah mencapai 3.700 Riyal, karenanya pemerintah melakukan subsidi melalui uang optimalisasi. Total subsidi yang diberi-

kan mencapai Rp1,4 miliar. Kedua adalah persoalan makanan. Pada tahun ini sempat terjadi diskusi mengenai wacana mengembalikan makanan dari prasmanan ke nasi boks kembali. Pada beberapa tahun sebelumnya, nasi boks sempat menjadi masalah karena banyaknya nasi yang basi. Akhirnya diputuskan, makanan pada tahun ini dilaksanakan dengan prasmanan, sama dengan tahun 2010. Tapi, akan di-

lakukan pengaturan antrean dengan baik dengan cara sosialisasi waktu dan pembuatan dua jalur antrean sehingga tidak terjadi antrean panjang. Ketiga, persoalan transportasi. Walaupun hanya tujuh persen yang disediakan transportasi, karena jaraknya yang jauh, tetap saja persoalan ini harus diwaspadai. Apalagi, kata Slamet, saat puncak haji transportasi sulit berjalan dengan normal.(*)

Tidak Ada Uang 'Living Cost' Kepada Jamaah


Pemerintah mensubsidi biaya penyelengaraan ibadah haji (BPIH) tahun senilai 2011 Rp 1.320.000 per jamaah, setara dengan 550 real Saudi digunakan untuk menutupi kelebihan pembayaran tempat penginapan. Total jamaah yang disubsidi berjumlah 201.000 orang. Konsekuensi dari hal itu pada tahun ini tidak ada pengembalian sisa uang kepada jamaah seperti pada 2010. Dikatakan, dengan tidak adanya pengembalian juga tidak akan menimbulkan pertanyaan diantara sesama jamaah yang bisa menjadi masalah karena adanya perbedaan pengembalian biaya yang diterima. Menurut dia, pemerintah menyewa tempat penginapan tersebut langsung kepada pemilik dan harganya bervariasi tergantung negosiasi yang dilakukan. Ia mengatakan pemondokan jamaah haji tahun ini lebih baik dibanding tahun 2010 dari segi jarak. Dengan lebih singkatnya jarak tersebut dapat memberikan kemudahan bagi jamaah untuk menuju Masjidil Haram Sementara, jamaah yang pemondokannya berada di wilayah Mabakhin tetap disediakan fasilitas bus untuk menuju Masjidil Haram karena harus melewati terowongan. Untuk pemondokan diluar wilayah Mahbaszin yang jaraknya kurang dari 2.000 meter tidak disediakan fasilitas transportasi karena dapat diakses dengan berjalan kaki. Sedangkan jamaah yang lokasi pemondokan dengan jarak diatas 2.000 meter disediakan transportasi namun jumlahnya hanya 7 persen dari total seluruh jamaah.(*)

Persiapan Haji 2011


Komisi VIII dan pemerintah, pada 21 Juli 2011, telah menyepakati besaran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2011 yang dibebankan kepada jamaah haji (direct cost). Besaran biaya tersebut merupakan hasil kesepakatan Panja BPIH Komisi VIII DPR dan Panja Pemerintah dalam rapat dengar pendapat.

Telah disepakati besaran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2011 rata rata USD 3.537 atau Rp 30.771.900. Artinya dari sisi dolar ongkos BPIH 2011 naik USD 195 dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2010 ongkos BPIH sebesar USD 3.342. Tapi dari sisi rupiah cenderung turun, dengan asumsi kurs dolar sekitar Rp 8.700. Sementara tahun lalu sebesar 31.080.600 dengan kurs dolar Rp 9.300. Jadi dari sisi rupiah turun Rp 308.700. Adapun ongkos BPIH per embarkasi, Aceh sebesar USD 3.285, Medan sebesar USD 3.377, Batam sebesar USD 3.460, Padang sebesar USD 3.369, Palembang sebesar USD 3.417, DKI Jakarta sebesar USD 3.589, Solo sebesar USD 3.549, Surabaya sebesar USD 3.612, Banjarmasin sebesar USD 3.720, Balikpapan sebesar USD 3.736, Makassar sebesar USD 3.795. Setelah disepakati besaran BPIH 2011 kementerian agama

langsung melaporkan ke presiden untuk segera diterbitkan kepres (keputusan presiden) mengenai tanggal pelunasan BPIH bagi calon jamaah haji. Kemenag berharap dengan segera diterbitkannya kepres, para calon jamaah haji 2011 memiliki renggang waktu yang panjang untuk masa pelunasan BPIH. Mengenai besaran BPIH 2011, semula pemerintah mengusulkan besaran BPIH sebesar USD 3.847. Dengan asumsi biaya penerbangan naik seiring naiknya bahan bakar sebesar USD 104 per barel, juga naiknya biaya pemondokan di Arab Saudi. Ongkos BPIH yang dibayar langsung oleh calon jamaah haji ini meliputi biaya penerbangan pergi pulang ke Arab Saudi.

Biaya penerbaganan rata-rata sebesar USD 2.024, dengan rincian harga tiket pesawat sebesar USD 2.010, biaya airport tax sebesar USD 14. Harga penerbangan naik USD 290 dari tahun lalu yaitu rata-rata USD 1.734. Naiknya harga tiket pesawat, menurut pihak Garuda, dipicu oleh naiknya harga bahan bakar pesawat (avtur). Pembahasan komponen penerbangan ini seolah menjadi penentu naik tidaknya besaran BPIH 2011. Konon pihak Garuda mengusulkan tarif USD 2.076. Sementara pemerintah mengacu pada kementerian perhubungan, mengajukan harga USD1.900. Pembahasan komponen penerbangan ini termasuk paling alot dibanding komponen yang lain.

Bahkan berkembang wacana untuk membuka tender bagi pengangkutan jamaah Haji ke Arab Saudi. Ini dimaksukan agar bisa meminimalkan tarif penerbangan yang harus dibayarkan oleh para calon jamaah haji. Selama ini maskapai penerbangan yang melayani pengangkutan jamaah haji ke Arab Saudi ditunjuk oleh penyelenggara haji. Prosedurnya maskapai penerbangan mengajukan untuk melayani pengangkutan jamaah haji. Kemudian penyelenggara mengajukan standar pelayanan yang harus dipenuhi juga penawaran harga. Setelah terjadi kesepakatan penyelenggara menentukan maskapai yang akan melayani pengangkutan jamaah haji. Di tahun ini, selain Garuda

terdapat maskapai swasta yang menawarkan pengangkutan jamaah haji. Diantaranya, Batavia Air dan Lion Air. Tapi kemudian Batavia Air mengundurkan diri. Sementara Batavia Air mengajukan harga lebih murah dibanding Garuda. Namun masih ada beberapa persayaratan yang masih harus dipenuhi oleh Batavia Air untuk bisa melayani pengangkutan jamaah haji. Sedangkan biaya pelayanan umum tidak berbeda dengan tahun lalu yaitu USD 277. Pemerintah memberikan subisidi dari dana optimalisasi haji sebesar USD 177 per jamaah. Jadi jamaah hanya membayar USD 100. Setoran awal calon jamaah haji mencapai 1,6 triliun. Dari jumlah itu pemerintah dan DPR menyepakati penggunaan dana sebesar 1,4 triliun untuk membantu pelaksanaan penyelenggaraan Haji tahun ini. Diantaranya untuk membiayai selisih biaya sewa pemondokan, biaya pelayanan umum, biaya pelayanan di Arab Saudi, biaya pelayanan di dalam negeri, biaya operasional penyelenggaraan

ibadah Haji di Arab Saudi. Harga pemondokan di Makkah sebesar 3.150 real, naik 300 real dibanding tahun lalu 2.850 real. Pemondokan di Madinah sebesar 650 real, namun yang dibebankan kepada jamaah 600 real, pemerintah memberi subsidi 50 real yang diambilkan dari dana optimalisasi haji. Biaya asuransi sebesar Rp 100.000. Pembayaran living allowance 1.500 real yang akan dikembalikan kepada jamaah sebagai uang tunjangan hidup.

Dana optimalisasi dari biaya operasional di dalam negeri. Sisanya, 200 miliar digunakan sebagai dana cadangan. Pada penyelenggaraan haji 2011 ini ditargetkan pemondokan di Mekkah minimal 80 persen berada di ring I sedangkan di Madnah 100 persen di ring I. Hingga Juni 2011 pemondokan sudah mencapai 96 persen berada di ring I. Diharapkan sebelum pemberangkatan pada Oktober 2011 sudah mencapai 100 persen berada di ring I. Mulai tahun ini pemerintah menghapus ring II. Namun, ada perubahan secara denifitif. Bila tahun sebelumnya ring I maksimal berjarak 2.000 meter dan ring II maksimal berjarak 4.000 meter. Di tahun 2011 ring I maksimal berjarak 2.500 meter, sementara ring II ditiadakan. Lokasi pemondokan di Mekkah ditargetkan berlokasi di kawa-san Misfalah, Bakhutmah, Jarwal, Hafair, Ummul Qura. Sementara pemondokan di Madinah berlokasi di kawasan Markaziah. Tidak seperti tahun sebe-

lumnya, mulai tahun ini jamaah haji akan mengenakan seragam batik sebagai pengganti seragam tahun tahun sebelumnya yang berwarna hijau telur asin polos. Disamping itu jamaah haji juga memakai gelang identitas yang berisi nama, nomor paspor, nomor kloter dan embarksi. Untuk memberangkatkan jamaah telah disiapkan 11 embarkasi diantaranya, Aceh; Medan; Batam; Padang; Palembang; Jakarta (Bekasi dan Pondok Ge-

de); Solo; Surabaya; Banjarmasin; Balikpapan; Makassar. Sementara jadwal pemberangkatan dimulai dari tanggal 2 sampai 31 Oktober 2011. Sementara jadwal pemulangan dimulai dari tanggal 11 November 2011 sampai 10 Desember 2011. Dengan rincian jumlah jamaah per embarkasi, Aceh berjumlah 3.984 orang; Medan berjumlah 8.234 orang; Batam berjumlah 9.877 orang; Padang berjumlah 7.454 orang; Palem-

bang berjumlah 7.358 orang; Jakarta (Bekasi dan Pondok Gede) berjumlah 60.197 orang; Solo berjumlah 33.454 orang; Surabaya berjumlah 40.398 orang; Banjarmasin berjumlah 4.969 orang; Balikpapan berjumlah 5.342 orang; Makassar berjumlah 14.978 orang. Dengan demikian jumlah jamaah haji reguler tahun 2011 dari seluruh embarkasi tersebut berjumlah 196.245 orang ditambah jamaah haji khusus berjumlah 17.000 orang yang diberangkatkan oleh 215 perusahaan biro perjalanan/travel. Untuk membantu penyelenggaraan haji, Pemerintah merekrut tenaga musiman sebanyak 589 orang. Mereka adalah mahasiswa Indonesia di Timur Tengah dan penduduk asal Indonesia di Arab Saudi. Sementara itu, untuk Petugas Kesehatan Haji Indonesia (PKHI) pemerintah merekrut tim medis sebanyak 1.782 orang, masing-masing untuk tim kesehatan haji Indonesia (TKHI) kloter dan Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bidang kesehatan. TKHI kloter adalah petugas kesehatan yang menyertai jamaah haji dalam kelompok terbang (Kloter), jumlahnya sebanyak 1.476 orang, terdiri dari 492 dokter dan 984 perawat. Sementara itu, PPIH Arab Saudi bidang kesehatan sebanyak 306 orang, terdiri dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, analis kesehatan, radiographer, ahli rekam medik, teknisi elektromedik, nutrisionis dan dietisian, tenaga farmasi, sanitasi dan surveilans serta petugas sistem komputerisasi haji terpadu (Siskohat).[] [KANDAR]

Akses Jamaah Haji Makin Mudah


Persoalan itu mulai dari problem tansportasi, air bersih, ketersediaan layanan kesehatan yang jauh atau tidak terjangkau hingga masalah katering adalah beberapa yang muncul akibat pemilihan pemondokan yang kurang tepat. Upaya mengantisipasi hal tersebut agar tidak terulang lagi telah dilakukan pemerintah Indonesia jauh jauh hari. Hal ini bisa dilihat dari kesibukan Dirjen Haji yang bolak balik Indonesia-Saudi beberapa bulan hingga pekan terakhir sehingga pemerintah berani menetapkan pemondokan haji untuk tahun ini berada di ring I atau tidak lebih 2 kilometer dari masjidil haram. Sebagai pelaksana, pemerintah dinilai cukup apresiatif dalam menyikapi problem-problem pelaksanaan haji yang terjadi di masa lalu agar tidak terulang lagi. Dengan adanya persiapan yang matang dari pemerintah tersebut banyak kalangan berharap terciptanya kenyamanan untuk pelaksanaan dan pelayanan haji pada tahun ini bisa terealisasi. Kesan persiapan lebih matang inilah yang menjadi jaminan upaya perbaikan pelayanan di segala sektor. Sebagai pelaksana penyelenggaraan haji tentunya Pemerintah terus berupaya memaksimalkan pelayanan dari tahun ke tahun. Seperti yang bisa dilihat dari upaya memanjakan jamaah calon haji tahun 1432 H/ 2011 M ini yang di pastikan

Pemondokan di Ring I

Kenyamanan bagi para jamaah calon haji tahun ini sepertinya bukan sekedar harapan kosong. patut di syukuri mengingat banyaknya problema yang muncul pada tahun-tahun sebelumnya. Dari sekian banyak problem pelaksanaan haji tahun lalu, perihal pemondokan menjadi masalah paling krusial yang menimbulkan efek domino.

mendapat jaminan pemondokan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terkait lokasi pemondokan yang semakin dekat dengan Masjidil Haram maupun saat di kota Madinatul Munawwarah. Seperti yang telah di targetkan oleh pemerintah RI tentang pemondokan haji tahun 2011 pada tahun sebelumnya. untuk lokasi pemondokan yang berada di Makkah 80 persen diantaranya berada di ring 1 yaitu kurang dari 2,5 kilometer dari masjidil haram, sedang untuk pemondokan di Madinah 100 persen berada di ring 1.

Sekadar untuk diketahui pada tahun 2009 lalu pemondokan untuk jamaah calon haji di makkah berjarak 7 kilometer, sedang Pada 2010 sedikit lebih baik menjadi hanya 4 kilometer. Capaian dalam upaya pelayanan ibadah haji tahun ini patut diberi acungan jempol, mengingat proses yang dilalui oleh pihak penyelenggara dalam hal ini Kementrian Agama cukup panjang serta banyaknya kompetitor dari negara-negara lain yang berupaya untuk mendapatkan pemondokan di wilayah ring 1 tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Sekretaris

Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag), Abdul Ghafur Djawahir beberapa bulan lalu, bahwa proses penyewaan tersebut (pemondokan, red), dapat dilakukan secara bertahap karena ada prosedur dan mekanisme yang berlaku. Dijelaskan, dalam proses penyewaan pemondokan yang berlaku di Arab Saudi harus menyerahkan uang muka terlebih dahulu yang besarannya berkisar kurang lebih 30 % dari total biaya. Sementara itu, mekanisme penentuan kebijakan yang diambil pemerintah RI secara hukum bersumber pada UU nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji. Disebutkan dalam UU nomor 13 tahun 2008 tersebut bahwa penggunaan dana operasional haji tidak bisa dilakukan kalau belum mendapat persetujuan dewan. Nah, prosedur ketatanegaraan inilah yang memakan banyak waktu, sehingga untuk mendapatkan hasil keputusan tentang

segala sesuatu mengenai calon jamaah haji tahun 2011 pihak penyelenggara harus bersabar hingga baru mendapat hasil keputusannya pada bulan juli kemarin. Sebab sesuai aturan yang berlaku untuk mengeluarkan kebijakan tanpa persetujuan dari dewan akan menyalahi mekanisme dan dapat dikategorikan tindak pidana korupsi. Lepas dari hal tersebut, apa yang dilakukan pemerintah sejauh ini mensyiratkan sebuah itikat baik khususnya upayaupaya dalam hal penyelenggaraan dan pelayanan haji. Dilihat dari sudut pandang ekonomi keberanian pemerintah untuk memilih pemondokan yang tepat kali ini sedikit banyak akan mengurangi beban biaya transportasi yang pada tahuntahun sebelumnya banyak dikeluhkan para jamaah calon haji. Aziziah Utara, Aziziah Selatan dan Syisa adalah wilayah yang berada di 2 kilometer terdekat dari masjidil haram. Dengan aroma padang pasir yang kental serta letak wilayah yang dekat dengan Masjidil Haram, tentunya cukup menjanjikan akses kemudahan. Dengan semakin dekatnya

lokasi pemondokan, secara otomatis akan mempermudah akses menuju masjidil haram yang biasanya pada saat musim haji tiba begitu banyak jamaah dari berbagai belahan bumi yang antri saat akan melakukan rukun maupun syarat wajib haji. Problem Kemacetan lalu lintas akan sedikit terkurangi dengan keberadaan jamaah Indonesia yang berada di ring satu atau tidak lebih dari 2000 meter tersebut. Hal ini patut disyukuri, mengingat padatnya jumlah jamaah yang ada. Namun demikian untuk mencapai Masjidil Haram para jama-

ah harus rela berjalan kaki, sesuai peraturan yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi bahwa semua jamaah calon haji yang pemondokannya berada di ring 1 harus berjalan kaki saat menuju Masjidil Haram. Dan selama 24 hari pemondokan yang telah disewa oleh pemerintah akan menjadi rumah tinggal sementara para jamaah calon haji Indonesia saat di tanah suci. Dari sisi teknis, fasilitas di pemondokan juga menyediakan air minum sehat yang cukup serta tenaga medis yang memadai. Ketersediaan dapur juga dipastikan akan mengisi ruangan didalamnya. Kelengkapan fasilitas dan persediaan akomodasi yang memadai ini cukup penting artinya bagi kenyamanan para jamaah. Sebab pada tahun-tahun sebelumnya saat musim haji tiba keluhan para jamaah banyak disebabkan dari hal tersebut diatas, air minum yang tidak banyak tersedia, tenaga medis yang keberadaannya cukup jauh serta tidak semua pemondokan menyediakan dapur mewarnai keadaan saat itu.[] [IKA]

Garuda dan Saudi Airlines Tak Tergantikan


Maskapai Garuda Indonesia dan Saudi Airlines dipilih Kemenag sebagai operator penerbangan pemberangkatan jamaah haji 2011.
merintah dalam usulan BPIH 2011. Batavia Air menawarkan tarif sebesar USD 1.810 untuk embarkasi Banda Aceh dan USD 2.008 untuk embarkasi Makassar. Varian angkanya berbedabeda setiap embarkasi. Batavia Air menawarkan penerbangan di semua embarkasi haji yang ditetapkan, 11 embarkasi. Sedangkan, Lion Air menawarkan hanya 4 embarkasi, sementara harga Lion Air belum menawarkan tarif. Maskapai yang terlibat dalam penyelenggaraan haji harus memenuhi berbagai persyaratan kendati tarifnya lebih rendah. Selain dari sisi keamanan dan kenyamanan, yang menjadi pertimbangan, maskapai tersebut harus bisa mengangkut jamaah dalam jumlah besar. Kemenag menentukan standar minimal mampu mengangkut sekitar 20.000 jamaah haji. Mengenai daya angkut tersebut, Batavia Air melakukan penawaran pengangkutan sebanyak 30.000 jamaah. Sedangkan Lion Air hanya 9.000 jamaah. Dan, akhirnya Lion Air mengundurkan diri. Selain persyaratan kemampuan maskapai dalam mengangkut jamaah haji yang akan berangkat ke Arab Saudi, maskapai harus sudah memiliki izin pendaratan di bandara internasional di Arab Saudi. Ini menjadi syarat

Pada penyelenggaraan Haji 2011, kementerian agama membuka peluang keterlibatan maskapai swasta untuk melayani penerbangan jamaah haji ke Arab Saudi. Di tahun tahun sebelumnya maskapai yang melayani penerbangan jamaah haji Indonesia adalah PT Garuda Indonesia Airlines dan maskapai Arab Saudi, Saudi Airlines. Namun dalam upaya melibatkan penerbangan swasta ini kementerian agama tidak membuka tender pelibatan maskapai swasta, ia hanya menerima penawaran. Selanjutnya Kemenag

akan menentukan maskapai penerbangan mana yang layak dipilih untuk melayani penerbangan jamaah haji. Dalam kesempatan itu terdapat dua maskapai penerbangan swasta yang mengajukan untuk melayani penerbangan jamaah haji. Batavia Air dan Lion Air mengajukan penawaran harga kepada Panitia Kerja (Panja) biaya penyelenggara ibadah haji (BPIH) 2011. Harga yang ditawarkan pun lebih rendah dari harga yang ditawarkan Garuda Indonesia Airline maupun dengan harga yang diusulkan pe-

utama bagi maskapai yang melayani jasa pengangkutan jamaah haji. Sementara itu mengenai tarif, Garuda Indonesia Airlines mengusulkan tarif penerbangan USD 2.076, naik USD 342 dibanding tahun lalu USD 1.734. Sedangkan Kemenag mengajukan harga USD 1.900. Harga yang diajukan Kemenag ini adalah patokan harga yang mengacu pada kementerian perhubungan. Namun setelah melalui pembahasan oleh tiga pihak, yakni Menteri Agama, Menteri Perhubungan, dan Komisi VIII DPR RI, Garuda Indonesia Airlines mematok tarif rata rata USD 2.024 dengan rincian harga tiket rata rata USD 2.010 dan airport tax USD 14. Sedangkan usulan tarif yang diajukan maskapai penerbangan Arab Saudi, Saudi Airlines, disetujui pemerintah naik menjadi USD 2.114 per jamaah. Saudi Airlines hanya melayani embarkasi dari penerbangan di Jabodetabek, Batam (Kepulauan Riau), dan Surabaya (Jawa Timur).

Tarif penerbangan tersebut selanjutnya menjadi acuan panitia kerja dalam menentukan besaran BPIH. Batas atas harga tiket pesawat ditetapkan ratarata sebesar USD 2.010 diluar airport tax USD 14. Dalam pembahasan besaran BPIH, antara panja pemerintah dengan panja komisi VIII DPR, tarif penerbangan menjadi faktor naik tidaknya ongkos BPIH. Pelibatan maskapai selain Garuda Indonesia Airlines adalah salah satu rekomendasi pemerintah dan DPR dalam rapat kerja pembahasan BPIH. Mengingat tawaran Batavia Air tarif rata rata USD 1.900, maka asumsinya akan hemat USD 100 jika mengacu pada batas atas tarif yang telah ditentukan. Dari beberapa maskapai yang menyatakan kesiapan untuk melayani pengangkutan jamaah haji hanya Batavia Air. Sebelumnya Lion Air juga menyatakan kesiapannya. Namun belakangan Lion Air mengundurkan diri. Sehingga untuk melibatkan maskapai selain Garuda Indonesia Airlaine, seba-

gai operator penerbangan haji 2011, pilihannya tinggal Batavia Air. Namun setelah dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap maskapai Batavia Air, akhirnya kementerian agama memutuskan untuk tidak menggunakan maskapai Batavia Air sebagai operator penerbangan jamaah haji ke Arab Saudi. Tidak dipilihnya Batavia Air sebagai salah satu operator penerbangan jamaah haji 2011, menurut Kemenag, karena terdapat persyaratan teknis yang belum bisa dipenuhi. Diantaranya, pihak maskapai Batavia Air tidak menyerahkan sertifikasi kelayakan udara atas pesawat yang ditawarkan; tidak melampirkan bukti perawatan berkala atas pesawat yang ditawarkan; tidak menyertakan pesawat cadangan. Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan haji 2010, poin penting yang menjadi catatan bagi maskapai yang melayani pengangkutan jamaah haji adalah masalah keterlambatan pesawat.[] [KANDAR]

Bertempat di jalan Thamrin, Jakarta, 26 Januari 2011, Kementerian Agama meluncurkan seragam batik bagi jamaah haji Indonesia. Bersamaan dengan itu dibuka acara rakernas evaluasi penyelenggara haji 2010.

Batik Itu Berlabel INDOHAJJ


Mulai tahun ini jamaah haji indonesia akan mengenakan batik, menggantikan seragam jamaah haji sebelumnya, hijau telur asin polos. Pemerintah memberlakukan batik sebagai seragam jamaah haji mulai tahun 1423 H/2011 M. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya penguatan identitas nasional serta mendorong pengembangan batik sebagai warisan budaya. Seragam batik haji ini dikenakan saat keberangkatan dan kepulangan jamaah baik di embarkasi maupun di bandara tempat berangkat, dan juga selama berada di Arab Saudi kecuali ketika melaksanakan umrah dan wuquf. Dalam menentukan motif batik, desain pakaian, seragam batik haji Indonesia pemerintah menyelenggarakan lomba Rancang Desain Batik Haji Indonesia tahun 2010. Lomba dibuka untuk umum dengan ketentuan bahwa, peserta adalah koperasi dan usaha menengah di bidang kerajinan batik sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, menengah. Lomba dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 14 Juni 2010. Lomba ini diikuti 15 usaha kecil (UMKM) dengan 32 design. Dari 15 peserta lomba kemudian dipilih 10 finalis dan ditetapkan 1 pemenang. Lomba rancang seragam batik jamaah haji Indonesia dimenangkan oleh CV Firdaus Batik. Corak batik dan desain pakaian seragam jamaah haji yang dinyatakan sebagai pemenang menjadi milik (hak paten) Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, dibuktikan dengan berita acara penyerahan dari pemenang kepada Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama. Sementara itu pemenang lomba rancang diberikan kompensasi pengganti hak paten sebesar Rp 150.000.000. Corak batik diambil dari ornamen pulau-pulau besar yang ada di Indonesia seperti bunga Raflesia dari pulau Sumatera, Perisai dari pulau Kalimantan, Lereng atau Parang dari pulau

Jawa dan tanaman rambat dari Indonesia bagian Timur. Sedangkan warna hijau sebagai lambang dari Jamrud Khatulistiwa yang telah menyatukan pulau-pulau di Indonesia menjadi satu kesatuan. Warna hijau juga menjadi warna utama agama Islam yang dipakai di seluruh di dunia. Penambahan kombinasi Warna ungu merupakan perlambang warna untuk masing-masing ornamen dari pulau-pulau besar di Indonesia. Sementara itu, pengadaan seragam batik jamaah haji dilakukan oleh Usaha Kecil dan Menengah di bidang kerajinan batik yang telah mendapatkan ijin penggunaan hak cipta dari Kementerian Agama. Kementerian Agama memberikan izin produksi kepada salah satu UMKM batik di Solo, juga kepada 9 UMKM batik lainnya di antaranya Yogyakarta dan Pekalongan. Seragam batik jamah haji Indonesia berbahan katun primisima ini sudah harus selesai diproduksi pada Juni 2011.

Sebagai pedoman penggunaan seragam batik jamaah haji Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 68 tahun 2011 tentang pedoman seragam batik haji. Di dalam SK itu diatur ketentuan tentang motif batik, warna, model, dan merek seragam batik jamaah haji. Diatur pula kewenangan produksi. Merek batik haji itu adalah Indohajj. Posisinya diletakkan di kerah baju bersama nama UKM produsen. Pada boks ke-

masan tertulis nama produsen, jenis batik, jenis kain, ukuran, model baju, dan hak cipta Kementerian Agama RI. Sebenarnya, rencana pemerintah bahwa pada penyelenggaraan haji tahun 2009, sudah memberlakuan batik sebagai seragam jamaah haji. Namun karena kendala teknis rencana itu tertunda, dan baru bisa direalisasikan tahun ini. Mulai tahun ini jamaah haji Indonesia mengenakan batik.[] [KANDAR]

Menelusuri Makna dalam Tiap Rangkaian Ritual Haji


Oleh: Abdul Ghaffar Chodri, S.Th.I Yayasan Pendidikan Al-Muawanah Surabaya

Haji, sebagai salah satu pondasi Islam yang disebutkan dalam Rukun Islam, tentu bukanlah sebuah ritual kosong yang dicapai dengan susah payah.

Setiap tetes keringat karena berlari-lari kecil dalam ritual sai bukanlah keringat yang menetes percuma, panas ketika wukuf di Arafah bukanlah diam tanpa makna, pun ketika kita mengeluarkan banyak harta agar dapat mencapai gelar man istathaa ilaihi sabila (muslim yang bertekad hati untuk meraih kemampuan menjalani) dalam upaya dapat mengerjakan haji tentu bukanlah usaha kosong. Jauh sebelum kita melaksanakan haji, tentu semua ini diawali dengan niat dalam hati. Haji adalah ibadah wajib bagi setiap muslim sebagaimana firmanNya mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (QS. Ali Imran: 97). Pengertian muslim disini pun masih disaring kembali yaitu muslim yang mampu untuk melaksanakannya, baik secara materi, fisik, mental dsb. Nah, ketika sudah timbul niat untuk berhaji, pelajaran perta-

ma yang kita dapatkan adalah bahwa ternyata kita sebagai seorang muslim itu dituntut berusaha menjadi orang yang sehat dan kaya. Paling tidak agar dapat menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu haji ke Baitullah. Sebelum melangkah jauh ke bagian ritual haji yang lain, kita terhenti (wukuf) di padang luas bernama Arafah. Di tempat ini kita meng-esakan-Nya dengan gemuruh tahlil, memuji-Nya dengan ribuan tahmid, airmata mengalir menangisi diri sendiri memohon ampun kepada Sang Maha Pengampun dengan rintihan istghfar. Terkenang dalam benak kita, ribuan tahun silam di tempat inilah dalam suatu riwayat diceritakan, Nabi Adam mengakui kesalahannya di hadapan Allah, dan Allah dengan rahmat-Nya menerima permohonan taubatnya. Pada suatu detik ketika kita asyik dengan dzikir, lihatlah disekeliling kita, betapa banyak manusia yang terkumpul disa-

na, jutaan manusia disana adalah sebagian kecil dari seluruh makhluk-Nya. Seyogyanya kita sadar, bahwa sebenarnya amat layak jikalau masing-masing diri kita tak layak mendapat perhatian-Nya, pun layak jikalau Dia mengacuhkan kita yang bergelimang dosa ini dan lebih memperhatikan manusia lain yang lebih sholeh di sana atau di tempat lain. Namun sungguh, tiap masing-masing dari kita yang memohon ampun, bertahlil, bertahmid, bertasbih kepadaNya di tengah-tengah milyaran makhluknya, ternyata kita yang sering lupa kepada-Nya ini mendapat perhatian besar untuk senantiasa dilimpahi rahmat-Nya. Kita harus menyadari bahwa kita terlalu kecil, terlalu tak bermakna untuk sekedar sombong ber-aku-aku, karena kita memang bukan siapa-siapa. Lihatlah pakaian Ihram yang kita kenakan, bedakah dengan makhluk lainnya di sekitar kita? Semuanya putih, semuanya bukan siapa-siapa, semuanya sama di-

hadapan-Nya. Mari kita berlomba-lomba menghambakan diri kita di hadapan-Nya. Kemudian kita beranjak pergi ke Jamarat, yaitu tiga buah tiang yang terbuat dari batu khusus -di mana para haji ketika melakukan ritualnya melempari ketiganya dengan batu dan pada setiap lemparannya, mereka melemparkan tujuh buah batu dengan ritual yang khas- maka teka-teki dari ritualitas ini pun terhampar di hadapan kita yang kemudian memunculkan sebuah pertanyaan, apa kira-kira arti dari melemparkan sekian banyak batu ke arah sebuah tiang batu yang tanpa ruh ini? Dan kira-kira persoalan apakah yang akan bisa terpecahkan dengan ritual semacam ini? Jawaban akan kita dapatkan jika kita kembali mengkaji ulang bahwa semuanya ini merupakan kenangan dari perlawanan Nabi Ibrahim, sang Pahlawan Tauhid dalam menghadapi godaan setan yang telah menampakkan dirinya seba-

nyak tiga kali untuk menghalangi langkah beliau dan mempunyai maksud untuk membuat keraguan dan kelemahan dalam menghadapi medan jihad akbar ini, dan setiap kali itu pula Ibrahim sang Pahlawan melemparinya dengan batu supaya setan menjauh darinya, maka kandungan dari ritual ini pun akan menjadi jelas bagi kita. Makna ritual ini adalah, bahwa kita semua pun sepanjang usia berada di dalam medan jihad akbar yang senantiasa berhadapan dengan bisikan setan. Dan selama kita tidak melemparinya dan tidak memperlihatkan sedikit pun reaksi supaya ia melarikan diri dari kita, kita tidak akan pernah memperoleh, bahkan separuh kemenangan sekalipun. Kemudian ketika di kota Mina misalnya, kita melihat begitu banyak binatang kurban yang akan dikurbankan, mungkin terlintas di hati kita sebuah pertanyaan untuk apa binatang kurban sebanyak ini? Hikmah apa

yang dapat diambil dari salah satu rangkaian haji ini? Akan tetapi, ketika kita mengingat kembali peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim terhadap anak yang paling dicintai dan disayanginya, seorang putra yang merupakan buah pernikahan dari sekian tahun usianya yang harus dikorbankan dan dipersembahkan di jalan Allah, yang kemudian termanifestasi menjadi s-buah sunah dalam bentuk penyembelihan kurban di tanah Mina, maka kita akan memahami hikmah dari amal ini. Penyembelihan kurban merupakan sebuah rumus bahwa segala sesuatu harus diletakkan pada jalan penghambaan dan pengabdian. Penyembelihan kurban merupakan sebuah manifestasi untuk mengosongkan kalbu manusia dari segala sesuatu selain Allah dan kita akan bisa mengambil manfaat edukasi dari manasik ini dengan cukup ketika kita telah mampu mengukir dan memahat keseluruhan peris-

tiwa penyembelihan Ismail dan kekuatan spiritual yang dimiliki oleh bapak serta anak ini ketika melakukan penyembelihan dalam pandangan kita, dan pada akhirnya, spiritualitas tersebut pun akan menyorotkan cahayanya ke dalam wujud manusia. Lalu ketika kita berbondongbondong memasuki Masjid alHaram, mata kita kembali terpukau. Jutaan orang menghadapkan pandangannya sembari mengelilingi bangunan kubus berusia ribuan tahun bernama Kabah. Sedetik pun tak pernah kubus itu terhenti dari putaran manusia untuk berthawaf, bahkan dalam literatur Islam disebutkan bahwasanya kabah adalah miniatur/Baitul Mamur di surga yang juga tak pernah terhenti dari thawaf para malaikat Allah. Lalu apa hikmah yang dapat diambil dari putaran thawaf ini? Dan kemudian setelah kita berthawaf sembari membawa setitik hikmah makna darinya, kini kita menapakkan kaki ke bukit Shafa dan Marwa, dan kita melihat orang-orang secara berkelompok dan berbondongbondong berjalan dari bukit kecil di sini ke arah bukit yang lebih kecil lagi di bagian sana, kemudian dari sana kembali lagi ke bukit yang ini, dan mereka mengulangi perbuatannya lagi di mana terkadang mereka melakukannya dengan berlari, akan tetapi tak jarang pula melakukannya dengan berjalan tanpa menghasilkan sesuatu pun, tentu saja kita akan terheran-heran; amal apa lagi ini? Dan kira-kira apa arti yang akan diperoleh dari ritual semacam ini? Sekali lagi, setip inci dari ritual haji bukanlah amal kosong tanpa makna. Kita akan mengetahui hikmah dibalik pertanyaan

ini ketika kita kembali meruntut benang sejarah ke belakang, kemudian mengingat kembali kisah jerih payah seorang wanita penuh iman bernama Siti Hajar yang dengan semangat luar biasa mencarikan air di tengah sahara yang kering dan membakar untuk menyelamatkan si buah hatinya, Ismail dari kehausan, dan bagaimana kemudian Allah mengabulkan seluruh usaha dan jerih payahnya dengan memancarkan dan mengalirkan air Zamzam di bawah telapak kaki Ismail kecil, tiba-tiba kita seakan tersentak, roda zaman berputar ke belakang dan tabir kekaburan tersingkap. Lalu pada saat itu, kita akan melihat posisi diri kita telah berada di samping Siti Hajar, bersama-sama melangkahkan kaki dalam menguras tenaga dan keringat untuk meraih rahmatNya. Karena kita mengetahui bahwa perjalanan di jalan Allah tanpa adanya usaha dan kemauan, tidak akan pernah bisa membawa kita ke tempat manapun. Dan akhirnya, setelah kita mengetahui bahwa ibadah haji

bukanlah rangkaian ritual tanpa makna. Berhasilkah kita meraih jubilant experience (pengalaman yang sangat membahagiakan) sebagaimana yang diucapkan oleh Annemarie Schimmel (tokoh yang mendedikasikan hidupnya mengkaji tasawuf dalam Islam, pun selalu setia melawan para orientalis yang salah dalam memahami Islam serta santun menyatakan penghormatan terhadap Islam dan umatnya) bahwa jubilant ex-perience ini akan didapatkan oleh para tamu Allah jika benarbenar memahami makna dalam ritual haji. Pengalaman sangat membahagiakan ini bukanlah pengalaman biasa karena muncul pada thawr wara al-aql (wilayah luar akal) yang dapat memunculkan al-nur fi al-bathin (cahaya dalam batin) sehingga dapat mengubah visi tentang dunia kepada sesuatu yang tidak pernah dipikirkan oleh manusia. Selamat menunaikan ibadah haji!Selamat menelusuri makna hakiki bahagia dalam ritual haji![]

KH. A. Chodri Romli Pembimbing Haji Atria

Diperlukan Pemahaman Tuntas Atas Konsep Berhaji


Bagaimana indikasi haji mabrur ? indikasi Ibadah haji dinilai mabrur bila memiliki beberapa kriteria berikut: Pertama, motivasi dan niat ibadah tersebut ikhlas semata-mata menghadap ridho Allah. Kedua, proses pelaksanaannya sesuai dengan manasik yang telah dicontohkan Rasulullah yakni syarat, rukun, wajib bahkan sunah ibadah tersebut terpenuhi. Ketiga, biaya baik untuk ibadah haji, biaya perjalanan maupun biaya untuk keperluan keluarga yang ditinggalkan diperoleh dengan cara yang halal. Keempat, dampak dari ibadah haji tersebut adalah positif bagi pelakunya, yaitu adanya perubahan kualitas prilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji. Hakikat dari haji mabrur sendiri bagaimana? Ada sebuah cerita sufi. Ketika pada musim haji banyak orang berbondong-bondong ada yang naik unta dan khimar semua klihatan segar dan kuat. Di tengah-tengah rombongan tersebut terdapat seorang tua dengan khimar tua dan keadaan khimar tersebut sangat ringkih. Maka ditegurlah orang tua tersebut. Wahai orang tua, apa khimarmu tidak kau suruh istirahat dan kau sendiri apakah mampu berjalan, jalanmu saja sudah payah, jangan-jangan engkau dan khimarmu nanti mati ditengah jalan. Orang tua itu menjawab, Aku berjalan di jalan Allah, aku dan khimarku berjalan beriringan karena cinta kepada Allah, aku tidak mengharapkan pamrih atas perjalananku dan amal ibadahku kepada Allah, tidak pernah ada kata menyesal ataupun mengeluh dalam hatiku atas keadaanku sehingga Allah pun cinta kepadaku, aku dan khimar akan mampu berjalan diatas segala penderitaan yang dianggap orang lain sengsara. Aku sendiri tidak merasakan kesengsaraanku dan khimar ini pun sama. Bagaimana Anda memandang haji mabrur sebagai perwujudan kesalihan sosial? Ya, persepsi kebanyakan, bahwa kemabruran semata hanya ditentukan dengan menunjukkan kesalehan menjalankan ibadah-ibadah fardhu dan sunnah yang hanya berkaitan dengan kepentingan dirinya sendiri saja, tanpa memberi kemanfaatan sosial yang seharusnya juga dipenuhinya. Bukankah, perintah berhaji di dalamnya juga sangat ditekankan untuk berkurban. Artinya, melakukan empati sosial dengan mengorbankan sesuatu yang dimiliki, termasuk harta kekayaan secara nyata. Ketidakpekaan dan ketidakpedulian sosial para penyandang haji terhadap permasalahan sosial yang ada di sekitarnya inilah yang perlu mendapat perhatian serius, terutama kepada para pembimbing haji (termasuk terhadap diri saya sendiri), para tokoh ulama dan pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pembinaan umat, untuk terus mengingatkan tanggungjawab sosialnya. Sehingga dengan demikian, ada pemahaman yang tuntas terhadap konsep berhaji dan beribadah haji yang diharapkan memperoleh predikat haji mabrur selama hidupnya. Apa pesan anda kepada para hujjah baik yang sudah ataupun yang baru berangkat? Mari kita belajar dan selalu belajar serta membangun hubungan sesama manusia dengan lebih manusiawi mampu melihat sekeliling, belajar menumbuhkan kepekaan sosial karena esensi haji pada hakekatnya mengetahui diri sendiri sebagai makhluk yang saling membutuhkan terhadap sesama. Semoga apa yang menjadi impian dan kehendak kita untuk kemaslahatan umat tercapai, Amin yaa robbal alamin.[] [MAJID]

H. Zainal Abidin HS, SE

Membohongi Konsumen Berarti Membohongi Allah


Rintangan cobaan adalah Rahmat Allah yang patut kita syukuri. Allah akan memberikan yang terbaik terhadap hambanya. Dalam kehidupan ini yang terpenting adalah bagaimana seseorang itu selalu berubah dan mencari ilmu terus menerus. Ilmu pengetahuan merupakan bekal sekaligus pendidikan seumur hidup sehingga saya bisa mengambil hikmah atas segala keadaan dan selalu mengintropeksi diri ke arah yang lebih baik.

Demikian prinsip yang diyakini sebagai pandangan hidup. Dalam menjalankan bisnis, dia selalu mengutamakan pelayanan demi kepuasan konsumen. Satu kebohongan besar bila kita tidak memberikan pelayanan yang tidak sesuai kita janjikan pada konsumen, sama halnya membohongi Allah. Betapa menakutkan apa yang saya peroleh bila kita membohongi hamba Allah padahal mereka berniat ibadah kepadanya, dan kita yang memberikan jasa pelayanan tidak sesuai yang dijanjikan. inilah salah satu pendirian atau prinsip dalam pelayanan yang dipegang teguh dalam menjalankan bisnisnya. Dia senantiasa menyajikan nuansa ilmu pengetahuan dan ibadah kepada konsumennya. Harapannya agar konsumenya menjadi haji mabrur yang bisa memberikan perubahan pada diri sendiri dan lingkungannya. Zainal Abidin adalah sosok pekerja keras sekaligus menyenangi ilmu pengetahuan. Lahir

di Bawean-Gresik 56 tahun silam. Berlatang belakang sebagai alumni akademi pelayaran, tidak salah bila sosok ini dikatakan sebagai pelaut ulung. Setelah lulus dari akademi pelayaran dia lantas menempuh pendidikan ekonomi hingga meraih gelar sarjana. Sebelum menjadi sosok Zainal Abidin seperti sekarang ini, banyak sekali pengalaman-pengalaman pekerjaan yang fantastis. Dia pernah bekerja di kapal asing selama 7 tahun sebagai mualim (juru mudi) kapal laut. Setelah itu, dengan keinginan untuk menjadi mandiri dia memutuskan membeli kapal kayu. Kapal ini difungsikan sebagai pengangkutan penumpang dari Pulau Bawean-Gresik-Tanjung pinang PP. Tidak hanya pengangkutan penumpang, merambah ke bisnis lain seperti pengangutan sapi dari Pulau Bawean, Tanjung Pinang serta ke Pulau Bangka dan menjadi penyalur tunggal BBM (bahan bakar minyak) di Pulau Bawean sekaligus menjalankan perdaga-

ngan umum antar pulau. Bisnisbisnis diatas digeluti dari tahun 1982-1987. Apakah usaha seseorang itu akan selalu berjalan dengan baik dan terus menerus? Jelas jawabannya tidak. Setelah terbitnya peraturan pemerintah bahwa kapal kayu dilarang melakukan pengangkutan penumpang, pada tahun 1987-1990 dia beralih menjadi peternak ayam bloiler. Dan, pada tahun 1989 dia mendirikan perusahaan JTKI (Jasa Tenaga Kerja Indonesia) PT Sinar Harapan Anda. Tidak puas dengan satu perusahaan, pada tahun 1998 dia mendirikan PT Andromeda Atria Wisata, perusahan jasa pelayanan ibadah Haji dan Umrah. Disamping itu dia juga menjadi pengurus aktif di sebuah ormas besar serta menjadi wakil ketua IEMSA (Indonesia employment servis asosiation) organisasi perusahan pengirim tenaga kerja seluruh Indonesia serta menjadi ketua konsorsium sembilan perusahaan JTKI.[] [MAJID]

Perjalanan ibadah Haji bagaikan perjalanan seorang hamba menuju kematian, meninggalkan kampung halaman dengan iringan sanak keluarga, kerabat dan tetangga, meninggalkan seluruh pakaian yang menempel di badan dan membungkus tubuh hanya dengan kain putih.

Meraih Mabrur Dalam Ibadah Haji


Usaha Implematasi Nilai-Nilai Ibadah Melampaui Formalitas Fiqh
Merefleksikan kepulangan manusia menuju Allah yang Maha Mutlak, gerak menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai dan realisasi diri sebagai khalifah. Perjalanan menuju tujuan untuk sebuah perkembangan, bukan untuk kebinasaan, tujuan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Tunggal, demi mengantarkan seorang yang haji hidup dengan pengamalan dan pengalaman kemanusiaan universal. Ibadah haji bukan hanya sekadar prosesi lahiriah formal berdasarkan fiqh saja, melainkan sebuah momen revolusi lahir dan batin untuk mencapai kesejatian diri manusia, sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas iman, merubah prilaku manusia, upacara inisiasi untuk melahirkan kembali seorang manusia dengan kualitas pribadi yang sama sekali baru. Demi mencapai nilai yang hakiki dalam melaksanakan ibadah haji, tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu akidah, syariah dan akhlak harus menjadi pedoman dan asas dalam pelaksanaan ibadah haji. Akidah merupakan pedoman dasar dalam mengenal Tuhan, sedangkan

formalitas pelaksanaan ibadah haji merupakan komponen perintah Allah SWT, yang berada pada tataran syariah, bertujuan membentuk seorang muslim menjadi muttaqin. Aspek akhlak merupakan realisasi nilai hakiki dari implementasi makna Ihsan yang menjadi dasar ketundukan manusia kepada Sang Pencipta, nilai ketundukan lahir dan batin, jasmani dan rohani yang harus dihayati dengan kesucian dan kebeningan hati dalam mengaktulisasikan diri sebagai hamba Dzat yang Maha Agung. Pensyariatan Haji Haji merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, satu ibadah yang menjadi kewajiban bagi seorang muslim yang mampu, sebagaimana telah diperintahkan dan ditetapkan secara syar'i dalam Al-Quran, AsSunnah dan Ijma. Dalam peristilahan syari, haji adalah beribadah kepada Allah dengan melaksanakan manasik yang telah ditetapkan dalam sunnah Rasulullah secara tauqifi. Dalam pengertian yang lain, haji adalah bepergian dengan tujuan ke tempat tertentu

pada waktu yang tertentu untuk melaksanakan suatu amalan ibadah tertentu pula. Sama dengan ibadah wajib lain, ibadah Haji juga mempunyai aturan formal yang diatur di dalam fiqh, seperti syarat wajib, syarat sah, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya, akan tetapi pengertian rukun dan wajib dalam ibadah haji secara definitif, berbeda dengan pengertian dalam fiqh secara umum. Rukun haji adalah semua amaliyah yang wajib dikerjakan dan apabila ditinggalkan konsekuensi hajinya adalah batal. Sedangkan pengertian wajib haji adalah semua amaliyah yang wajib dikerjakan dan apabila ditinggalkan maka secara hukum hajinya tetap sah dengan syarat membayar 'dam'. Kewajiban untuk melaksanakan ibadah haji merupakan taklif bagi seseorang yang telah memenuhi lima syarat, yaitu Islam, berakal, baligh, Istithaah (memiliki kemampuan perbekalan dan kendaraan) dan merdeka (bukan budak). Sedangkan berkenaan dengan rukun haji, ulama madzahib berbeda pendapat dan mayoritas bersepakat

dalam empat amaliyah yaitu, ihram, tawaf ifadhah, sai dan wuquf di Arafah. Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa rukun haji ada dua yaitu wuquf di Arafah dan empat putaran pertama dalam tawaf ifadhah, sedangkan mazhab Syafiiyah berpendapat bahwa selain yang empat di atas, tahalul dan tartib juga merupakan rukun haji. Begitu juga berkenaan dengan wajib haji, ulama mazahib juga berbeda pendapat. Menurut pendapat mazhab Syafiiyah, wajib haji ada lima yaitu, ihram dari miqat, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, mabit di Mina dan menjauhi semua larangan ihram. Sedangkan menurut pedapat mazhab Hanafiyah, wajib haji ada lima yaitu, sai di antara Safa dan Marwah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, mencukur atau memendekkan rambut, dan tiga putaran tawaf yang terakhir Sementara mazhab Malikiyah berpendapat, ada beberapa perkara yang termasuk wajib haji, seperti mabit di Muzdalifah, mendahulukan jumrah aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah daripada mencukur rambut dan tawaf ifadah dan lain-lain. Sedangkan menurut pandangan mazhab Hanabalah wajib haji ada tujuh yaitu ihram dari miqat, wuquf di Arafah sampai waktu ghurub, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melempar jumrah dengan tertib, mencukur atau memendekkan rambut dan thawaf wada. Dalam ilmu ushul-fiqh, perbedaan pendapat dalam menentukan hukum merupakan hal yang lumrah. Disamping itu juga mempunyai kemanfaatan dan kebaikan bagi mukalaf. Perbedaan pendapat ini dapat mempermudah orang yang melaksa-

nakan ibadah, apalagi metode dalam ilmu ushul memberikan sarana yang berupa metode Talfiq yaitu upaya menggabungkan pendapat-pendapat yang berbeda dalam satu qadiyah hukum. Dengan demikian, seseorang boleh menggunakan pendapat ulama yang berbeda dalam melaksanakan ibadah. Disamping metode talfiq, seseorang bisa menggunakan metode takhayyur yaitu dengan cara memilih pendapat-pendapat ulama yang secara dalil dianggap lebih kuat atau dengan juga mengetahui dalil dan metode istimbath yang digunakan olehnya. Memperoleh Ke-Mabruran Dalam Ibadah Haji Tujuan utama dan pencapaian tertinggi dalam pelaksanaan ibadah haji adalah menjadi haji mabrur. Kata mabrur adalah isim maful dari kata barra yang berarti baik, benar atau diterima. Hal ini mengandung pengertian bahwa seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji dan memperoleh kemabruran akan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan baik dalam ucapan, cara berbicara, perilaku, pergaulan dan lain sebagainya. Beberapa ciri atau tanda

ibadah haji itu dikatakan mabrur yaitu, tertanamkannya keikhlasan sebagai wujud dari ketaqwaan, kesesuaian perilaku dan tindakan pada saat melaksanakan ibadah haji dengan ajaranajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah, serta tidak melakukan maksiat selama melaksanakan ibadah haji dan setelah pelaksanaan ibadah haji. Salain cirri-ciri di atas, peningkatan kesalehan sosial di lingkungan sekitar, merupakan tanda akan kemabruran ibadah haji. Karena praktek ibadah haji sebenarnya sarat dengan nilainilai kepedulian sosial, diantaranya dilihat dari ritual pakaian Ihram, larangan menumpahkan darah, thawaf, dan wuquf. Sejatinya, nilai substantif dari ibadah haji adalah ketika yang bersangkutan mampu meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan sifat-sifat kemanusiaan lainnya, substansi nilai tersebut bisa diimplementasikan dalam kehidupan sosialnya ketika kembali ke kampung halamannya. Substansi ibadah haji ini dilihat sebagai titik strategis tanpa menegasikan hukum wajib haji itu sendiri. Karenanya, artiku-

lasi nilai-nilai yang disimpulkan dalam ibadah haji, mempunyai korelasi kuat dengan sifat fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian gelar haji hanya merupakan bagian dari legitimasi formal dari tingkat spiritual seseorang, walaupun gelar tersebut memang berhak disandang oleh seseorang yang telah pergi ke tanah suci Makah guna menunaikan ibadah haji. Akan tetapi penghayatan akan hikmah ibadah haji terletak pada komitmen individu akan kepedulian sosial. Ritual haji terlihat mempunyai korelasi organik dan fungsional dengan pengentasan kemiskinan sebagai wujud dari penghargaan akan kemanusiaan universal yang diteguhkan oleh jalan keislaman itu sendiri Demi untuk mewujudkan keridhaan Allah memberikan nilai kemabruran dalam pelaksanaan ibadah haji, tidak cukup hanya dengan formalitas fiqh, akan tetapi tiga pilar pokok dalam sistematika ajaran Islam harus dipahami dan diamalkan, yakni akidah, syariah dan akhlak. Ketiga hal tersebut harus ada pada diri seseorang yang melaksanakan ibadah haji. Melaksanakan ibadah haji sebagai perintah yang disyariatkan dengan modal akidah dapat memberikan kemampuan untuk mengenal arti dirinya dalam kehidupan, ketundukan, penghambaan, kehinaan dirinya dihadapan Sang Kuasa. Karena dengan akidah yang lurus seseorang yang melaksanakan ibadah haji dapat menjadikan taqwa sebagai modal utama menjadi tamu Allah di rumah Allah. Oleh karena itu, ibadah haji yang berada pada tataran syariah, bertujuan untuk membentuk seoarang muslim menjadi muttaqin.[] [MUIZ]

Menghayati Nilai-nilai Ibadah Haji


Islam merupakan agama yang dibangun dengan lima pondasi yang kokoh yang disebut dengan Rukun Islam. Kelima rukun Islam tersebut merupakan pondasi dari sebuah pembelajaran terhadap manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup dan demi mendapatkan pengertian dan penghayatan akan hakekat kemanusiaan.

Kelima rukun tersebut, merefleksikan nilai-nilai filosofis yang sangat dalam, yang apabila dihayati dengan mendalam dan dengan cara yang benar, dapat menjadikan manusia mengerti akan hakekat dirinya sebagai manusia (al-Insan) dan sebagai hamba (al-Abdu) sehingga dapat membawa kebahagian dalam kehidupan dunia dan akhirat. Kenyataan dalam kehidupan manusia yang berbeda-beda sebagai konsekuensi logis dari perbedaan negara, pendidikan, budaya, dan sosial, memerlukan sebuah sarana yang dapat mengumpulkan mereka untuk sa-

ling belajar dan sekaligus dapat menyatukan mereka dalam mencapai kebahagian dan kesempurnaan hidup. Dalam konteks ini, disyariatkannya haji merupakan sarana bagi kaum muslimin untuk berkumpul dalam satu tempat, dengan mengusung satu kalimat tauhid demi membangun satu kesatuan dalam berbagi kasih sayang dan kemanfaatan di antara sesamanya. Dengan demikian, masing-masing jamaah haji dapat saling mengenal dan saling belajar pola kehidupan yang bermacam-macam baik dari segi budaya, sosial, ekonomi dan lain-lain seperti yang difirmankan Allah dalam al-Quran:

Supaya mereka menyaksikan ber-bagai manfaat bagi mereka. Pengertian Haji Dari segi bahasa, Haji merupakan perkataan Arab yang berarti bermaksud atau bersengaja yang merupakan intisari dari pengertian niat. Sedangkan dalam prespektif hukum Islam, haji adalah beberapa pekerjaan tertentu, yang harus dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan dan dengan cara-cara yang juga telah ditentukan. Sedangkan dilihat dari substansinya, ibadah haji merupakan antitesa dari kehidupan fana tanpa makna dan tanpa tujuan, yang penuh dengan keboho-

ngan, kemunafikan, dan berbagai penipuan. Oleh karenanya, pelaksanaan ibadah haji yang merupakan perjalanan material dan simbolik adalah lambang perjalanan manusia berhijrah menuju keabadian, menjadi tamu Allah karena mengunjungi rumah Allah yang juga merupakan rumah seluruh manusia, dengan malaksanakan beberapa pekerjaan yang merupakan proses penyucian diri demi mendapatkan ridha Allah. Hukum Melaksanakan Haji Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, yang tidak sempurna Islamnya seorang Muslim apabila tidak melaksanakan ibadah haji. Berdasarkan ayat al-Quran: Diwajibkan kepada manusia yang sudah mampu, untuk melaksanakan ibadah haji ke baitullah. Semua ulama sepakat akan hukum wajib melaksanakan ibadah haji bagi orang yang sudah memenuhi syarat. Walaupun demikian, sama seperti ibadah lainnya, pelaksanaan ibadah haji dapat berubah kedudukan hukum dari wajib menjadi sunnah dan seterusnya, di mana hal ini berkaitan dengan khitob (objek) dari ibadah itu sendiri. Dari perspektif ini, hukum ibadah haji

dapat dibagi menjadi lima. Fardlu ain , yaitu haji Islam dan apabila telah terkukmpul syarat wajibnya haji. Fardlu kifayah, yaitu haji untuk menghidupkan (meramaikan) kabah tiap tahun. Sunnah, sebagaimana hajinya orang yang sudah melaksanakan haji, seorang bayi dan budak belian, begitu juga sunnah bagi mereka yang mampu menempuh haji dalam jarak 2 marhalah dari makkah dengan jalan kaki. Makruh, jika dikhawatirkan dapat celaka, seperti hajinya seorang yang faqir yang selalu bersandar pada orang lain untuk memintaminta. Haram, yaitu hajinya seorang wanita tanpa mahram itu bila akan membahayakan bagi

dirinya, atau hajinya seorang istri tanpa restu suaminya, begitu juga halnya seorang yang sudah yakin akan adanya bahaya. Macam-macam Cara Pelaksanaan Haji Dilihat dari tata cara melaksanakan Ihram, haji dapat dilaksanakan dengan tiga macam berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Muslim dan Malik. Tiga macam tersebut: Haji Tamattu, yaitu mengerjakan ibadah haji dan umrah secara bersamaan, akan tetapi antara keduanya dipisah dengan tahallul. Secara praktis yaitu dengan mengerjakan ibadah umrah terlebih dahulu dan bertahallul, kemudian melanjutkan dengan mengerjakan ibadah haji. Mengerjakan haji dengan cara ini mempunyai konsekuensi membayar dam. Haji Qiran, yaitu mengerjakan ibadah haji dan umrah secara bersamaan dan dengan satu niat tanpa dipisah dengan tahallul. Secara praktis yaitu mengerjakan umrah dengan tanpa tahallul, akan tetapi menunggu sampai dilaksanakanya ibadah haji (dalam masa menunggu proses ibadah haji, orang tersebut tetap memakai baju Ihram). Cara ini juga mempunyai konsekuensi

membayar dam. Haji Ifrad, yaitu mengerjakan haji saja, atau dengan kata lain berniat ihram untuk mengerjakan haji saja, dan apabila selesai mengerjakannya keluar ke temapat miqat untuk memulai mengerjakan ibadah umrah. Cara ini tidak dikenai dam, akan tetapi dianjurkan untuk menyembelih hewan qurban. Hikmah Disyariatkannya Ibadah Haji Ibadah haji merupakan amal syariat yang sangat banyak mengandung hikmah dan makna filosofis yang dalam. Tunduk dan mau menyerahkan diri kepada Allah SWT merupakan wujud yang hakiki dari pelaksanaan ibadah haji. Menempuh perjalanan yang panjang, dengan memakan biaya yang banyak serta waktu yang lama, dan harus berpisah dengan saudara, keluarga sera harta benda yang kita miliki dengan satu tujuan, yaitu menjalankan tugas mulia melalui ibadah dan ritual sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Substansi diwajibkannya ibadah adalah untuk pengabdian kepada yang Kuasa dan karena untuk mensukuri nikmat yang diberikan Allah kepada hambanya. Dari prespektif ini, ibadah

Ibadah Haji merupakan amal syariat yang sangat banyak mengandung hikmah dan makna filosofis
haji merupakan salah satu ibadah yang mengandung kedua unsur tersebut, karena dalam praktek ibadah haji ada banyak amaliah yang mencerminkan ketundukan total dan menghinakan diri di hadapan Allah, seperti pelaksanaan ihram, wuquf, jumrah dan lain-lain. Sedangkan unsur sukur nikmat dalam ibadah haji, dapat dilihat dari banyaknya ongkos yang harus dikeluarkan dan juga banyaknya energi yang harus ditanggung oleh jamaah haji. Kedua unsur ini, harus menjadi pegangan dan juga harus dihayati secara mendalam oleh jamaah haji, sehingga mereka mendapatkan substansi dari nilai-nilai yang mendalam dalam pelaksanaan ibadah haji. Karena dalam kedua unsur ini, me-

ngandung pembelajaran akhlak yang sempurna bagi diri jamaah haji, baik sebagai hamba maupun sebagai manusia yang mempunyai tugas sosial sebagai penguasa untuk memperbaiki dunia. Selain kedua unsur ini, ritual-ritual dalam ibadah haji, seperti ihram, thawaf, sai, wukuf dan lain-lain mempunyai nilai moral dan pelajaran yang sangat dalam bagi jamaah haji. Sedangkan dalam konteks, ibadah haji juga mempunyai hikmah dalam pengembangan ekonomi, karena dengan banyaknya kaum muslimin yang berkumpul dalam satu tempat akan membuka banyak peluang untuk melakukan perdangan, selain juga membuka peluang bisnis lain seperti bisnis jasa (travel) seperti yang sudah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Selain itu, dengan disyariatkannya ibadah haji, Allah memberikan jalan bagi kaum muslimin di seluruh penjuru dunia untuk saling mengenal, saling belajar dan saling berkasih sayang, sehingga kaum muslimin dapat menyatu menjadi bagaikan tubuh yang satu. Dengan adanya saling mengenal dan saling belajar, kaum muslimin yang telah pulang ke Tanah Airnya dapat membangun bangsa-negaranya masingmasing secara konfrehensif, sehingga mampu memberikan sumbangsih yang positif pada perkembangan peradaban dunia, karena bangunan peradaban yang maju berasal dari puingpuing berbagai macam peradaban yang sudah runtuh maupun yang masih berdiri. Hal ini merupakan makna dari agama Islam yang diturunkan sebagai rahmat untuk seluruh dunia.[] [MUIZ]

Selametan Haji, Antara Tradisi dan Sunnah


Bulan Haji telah tiba. Biasanya orang yang hendak pergi berhaji melakukan sebuah syukuran/selametan sebelum keberangkatannya ke tanah suci Mekkah. Selametan semacam ini lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Mungkin hal ini jarang terjadi di negara-negara diluar Indonesia.

Tujuan dalam kegiatan selametan tersebut untuk mendoakan orang yang hendak menunaikan ibadah haji agar selamat, sehat dan dilindungi oleh Allah hingga dapat kembali lagi ke tanah air. Isi dari kegiatan ini meliputi pembacaan sholawat, pengajian, ceramah, ramah-tamah atau silaturahmi. Mereka yang hadir dijamu dengan kudapan dan/atau bingkisan untuk dibawa pulang. Dengan adanya kegiatan ini juga dimaksudkan memberitahukan kepada tetangga terdekat untuk menjaga sanak saudara yang ditinggalkan. Istilahnya menitipkan sanak saudara yang ditinggalkan kepada para tetangga.

Pergi merantau untuk menunaikan ibadah haji dan saat itu utamanya pergi haji, biasanya dilepas dengan berbagai upacara, yang berkelanjutan sampai yang bersangkutan kembali. Maksud dari upacara-upacara tersebut ialah untuk keselamatan yang bepergian selama dalam perjalanan sampai kembali, jaminan bahwa ia akan bertemu kembali dengan anggota kerabat dekat yang melepasnya bepergian. Peramalan dan harapan agar dihormati orang selama dirantau, dan pemberian restu saat berangkat dan saat tiba kembali. Keberangkatan ke tanah suci untuk menunaikan ibadah Haji

akan dilepas dengan sangat ritualistis dan disambut demikian pula saat kembali ke tanah air. Mereka melakukan berbagai kegiatan sunnah yang dianjurkan ketika bepergian, seperti sholat sunnah dua rakaat menjelang berangkat, membaca doa ketika berada diatas kendaraan yang dianjurkan dalam kegiatan bepergian apapun dan tidak terbatas pada perjalanan haji dan umrah saja. Perjalanan haji dianggap kegiatan yang penuh resiko, dan kegiatan-kegiatan sunnah yang dianjurkan dianggap antara lain berfungsi untuk menghindarkan resiko tersebut. Resiko yang dimaksud konon bahaya yang dihadapi selama dalam perjalanan dan godaangodaan syaitan yang dapat menyebabkan ibadah yang dilakukan berkurang atau hilang nilainya. Tradisi nenek moyang kita ini tergolong cukup unik. Tradisi yang sudah membudaya ini seolah tidak bisa dilepasakan dan seolah menjadi keharusan bagi orang yang hendak pergi berhaji. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan

bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah kekayaan atau membelanjakan sebagian hartanya demi memenuhi syariat. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan lain

yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Bulan Dzulhijjah dianggap 'Agung' dan terhormat karena dalam tradisi masyarakat orang yang sudah naik haji, yang tentunya dilaksanakan pada bulan Rayagung, dipandang sebagai orang yang lebih terhormat dibandingkan anggota masyarakat lainnya yang belum berhaji. Tradisi menganggap status sosial orang yang sudah naik haji lebih tinggi nampaknya bukan hanya ada dalam tradisi bahkan masyarakat lainnya di Indonesia. Tak heran kalau sebutan Pak Haji dan Bu Haji menjadi cukup sakral dan mempunyai makna prestise tersendiri bagi anggota masyarakat yang menyandangnya. Oleh karenanya,

orang-orang di kampung sangat antusias untuk bisa pergi berhaji. Selain termotivasi untuk ibadah menyempurnakan rukun Islam yang kelima, berangkat haji secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap status sosial orang yang menunaikannya. Tak heran kalau berangkat ke tanah suci Mekkah, menjadi impian bagi orang-orang di kampung. Mereka tak segansegan untuk menabung bertahun-tahun supaya mampu membayar ongkos naik haji yang nilainya puluhan juta itu. Malah dalam catatan Prof. Martin van Brunissen, pada tahun 1920-an hampir 400 ribu jemaah haji yang berangkat ke Mekkah berasal dari Indonesia. Permasalahannya kemudian, banyak masyarakat di desa terlalu memaksakan diri ingin naik haji tanpa perhitungan yang matang. Padahal naik haji hanya diwajibkan bagi orang yang mampu. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa berangkat

menunaikan ibadah haji adalah segalanya. Tak heran kalau masih ada orang tua yang memaksakan untuk naik haji dengan biaya tinggi dan lupa membiayai anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Padahal berinvestasi memberikan bekal pendidikan tinggi kepada anak tidak kalah pentingnya dengan mengejar ambisi pribadi ingin naik haji. Tentunya bisa naik haji dan juga bisa menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi sekaligus akan lebih bijaksana. Beruntungnya, pemerintah Indonesia menghimbau masyarakat untuk hanya naik haji satu kali saja seumur hidup. Jika tidak dibatasi, masih banyak masyarakat yang ingin naik haji berkali-kali. Nampaknya, lebih baik uangnya digunakan untuk bersedekah membantu anak yatim dan faqir miskin daripada digunakan untuk naik haji kedua kalinya. Malah ada yang rela sampai menjual tanah sawah hanya untuk bisa membayar ongkos pergi ke Mekkah, padahal tanah itu satu-satunya sumber penghasilan tempat mereka bercocok tanam.

Pemberian status sosial yang tinggi terhadap Pak Haji dan Bu Haji di kampung-kampung masih berlangsung sampai sekarang. Ini berbeda dengan masyarakat perkotaan di Indonesia. Menjelang keberangkatan ke tanah suci, masyarakat akan berbondong-bondong mendatangi rumah orang yang mau naik haji. Dengan hujah mengadakan walimatu safar (syukuran sebelum berangkat haji), orang kampung akan diundang untuk berdoa di rumah orang yang mau berangkat haji. Selain bagus untuk silaturrahim sesama anggota masyarakat, undangan ini juga berimplikasi pada semakin termotivasinya orang lain untuk ingin naik haji.

Di hari pelepasan pemberangkatan haji, orang-orang di kampung juga akan berbondong-bondong mengantar dan melepas kepergian anggota masyarakat yang naik haji. Situasi haru melepas kepergian tetangga naik haji sangat jelas terlihat dan dirasakan masyarakat kampung. Bahkan melepas orang berangkat naik haji seperti melepas jenazah yang mau dikuburkan. Isak tangis keluarga, sahabat dan tetangga tidak bisa dihindari. Lagi-lagi, hal ini menunjukkan bahwa begitu tingginya apresiasi masyarakat terhadap orang yang mau naik haji. Tentunya tidak ada yang salah dengan tradisi di kampung yang begitu mengagungkan status sosial orang yang naik haji. Hanya saja jangan sampai niat seseorang untuk beribadah naik haji dikotori oleh tujuan naik haji karena prestise. Berniatlah naik haji untuk ikhlas beribadah kepada Allah dan memenuhi panggilan-Nya beribadah ke tanah suci Mekkah. Haji yang mabrur membuat seseorang menjadi lebih giat beribadah, lebih peduli terhadap sesama dan tentunya menjauhi hal-hal yang tidak baik dan perbuatan dosa.[] [TONI]

Tangisan Malaikat Jibril dan Mikail


Imam al-Ghazali menyebutkan dalam sebuah kitab karangannya, bahwa pada langit yang pertama sesungguhnya nama iblis disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah), sedangkan pada langit yang keduanya iblis disebut az-Zahid. Pada langit yang ketiga, namanya disebut dengan al-Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali, sedangkan pada langit yang kelima, namanya disebut sebagai at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin dan pada langit yang ketujuh namanya disebut sebagai Azazil, sedangkan dalam Luh al-Mahfudz, namanya adalah iblis.

Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Allah SWT memerintahkan kepada iblis dan para malaikat untuk sujud menghormat kepada Adam, akan tetapi iblis enggan melaksanakan perintah Allah tersebut dan berkata, "Adakah Engkau lebih memuliakan Adam daripada aku, sedangkan aku lebih mulia daripada Adam. Engkau jadikan aku dari api, sedangkan Adam Engkau jadikan dari tanah." Hal ini dilakukan oleh iblis kerana memandang dirinya penuh dengan keutamaan dan kemuliaan, sehingga dia enggan melaksanakan perintah Allah untuk bersujud dan menghormat kepada Adam AS dengan penuh kebanggaan dan kesom-

bongan. Iblis berdiri tegak dengan sombongnya walaupun pada saat itu para malaikat bersujud menghormati Adam sesuai perintah Allah. Ketika para malaikat telah selesai bersujud dan mengangkat kepala mereka, para malaikat mendapati iblis tidak sujud dan tetap berdiri tegak dengan penuh kebanggaan dan kesombongan. Kemudian para malaikat bersujud kembali untuk kedua kalinya demi mengungkapkan rasa bersyukur kepada Allah, akan tetapi iblis dengan keanggkuhan dan kesombongannya tetap enggan untuk bersujud. Iblis tidak ingin mengikuti para malaikat dengan tidak merasa bersalah

dan menyesal atas keengganannya. Melihat keengganan dan penentangan Iblis, Allah S.W.T menjadi murka dan mengusirnya dari sorga. Sebelum Allah mengusirnya, Allah merubah wajah iblis dari asalnya yang sangat indah cemerlang menjadi bentuk yang menjijikan seperti babi hutan. Allah menjadikan kepalanya menjadi seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepalanya menjadi seperti wajah kera, sedangkan kedua matanya berbentuk memanjang dipermukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka, kedua bibirnya seperti bibir lembu, ta-

ringnya keluar seperti taring babi hutan dan jenggotnya hanya sebanyak tujuh helai. Kemudian Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Iblis tidak akan dapat masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyisembunyi. Allah melaknatnya sampai hari kiamat, karena iblis telah menjadi kafir. Begitulah akhir dari iblis yang sebelumnya mempunyai wajah yang indah cemerlang, mempunyai banyak ilmu, banyak melaksanakan ibadah, bahkan menjadi kebanggan para malaikat, sebab iblis merupakan pemimpin para malaikat karubiyyin dan malaikat yang lain, akan tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya, ketika dia menentang perintah Allah dengan keangkuhan dan kesombongannya. Melihat pembalasan Allah terhadap tipu daya iblis, malaikat Jibril dan malaikat Mikail menangis mencucurkan air mata. Ketika melihat kedua malaikat tersebut menangis. Allah berfirman: "Apakah yang membuat kalian berdua menangis wahai malaikatku?" Kedua malaikat tersebut menjawab, "Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu. Allah menjawab dengan firmannya, "Begitulah aku, maka jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku, niscaya engkau akan selamat." Sedangkan iblis, setelah diusir oleh Allah, dia memohon kepada Allah dan berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga dikarenakan Adam, sedangkan aku tidak dapat menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu. Allah menjawab dengan firman-

nya, "Engkau ku beri kekuasaan kepada dia (anak cucu Adam)." Kemudian Iblis kembali memohon dan berkata, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah menjawab, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya." Merasa belum cukup Iblis memohon dan berkata lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Kemudian Allah menjawab "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan disana sejalan dengan peredaran darah. Belum juga merasa puas Iblis kembali memohon dan berkata, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah menjawab, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki Dan bersekutulah dengan mereka dalam harta benda dan pada anakanak. Firman Allah ini mempunyai pengertian bahwa Allah mengizinkan Iblis untuk minta tolong menghadapi anak cucu Adam dengan pembantu-pembantu yang banyak, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki, selain juga mendorong anak cucu Adam untuk mencintai harta benda dan me-

ngejar kebahagian dunia, sehingga mereka terjerumus ke dalam lembah keharaman. Sedangkan makna dari katakata (dan pada anak-anak), Allah mengizinkan kepada Iblis untuk menganjurkan mereka (anak cucu Adam) membuat perantara mendapatkan anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan persetubuhan dalam masa haid, berbuat hal-hal yang syirik mengenai anak-anak mereka dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan jahat dan munkar. Keterangan tentang ini dijelaskan dalam al-Quran surat alIsra ayat 64 "Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[] [MUIZ]

Siapa pun orangnya, tentu bangga (bahagia) bila dapat memenuhi panggilan Tuhan menjalani rukun Islam kelima, haji. Betapa tidak, selain ibadah ini merupakan warisan Nabi Ibrahim dan idaman setiap umat Islam, ia juga bisa meningkatkan status sosial.

Memahami Serta Membumikan Ruhnya Haji


Biaya yang diperlukan jelas cukup besar, hingga tidak semua orang sanggup menjalaninya. Belum lagi syarat lain yang tidak mudah untuk dipenuhi. Singkatnya, hanya orangorang terpilihlah yang dapat melaksanakan ibadah ini. Sebaliknya, di balik 'kebanggaan' mereka yang berhaji, ada semacam 'penyesalan' pada mereka yang tak dapat menunaikannya. Susah berbaur prihatin karena merasa belum 'sempurna' Islamnya. Kemudian timbul rasa iri pada mereka yang diberi rezeki berlimpah. Bahkan ada yang sampai 'menyalahkan' pada pembuat nasib walaupun ada pula yang lapang dada menerimanya. Kedua keadaan tersebut, secara sufism-experience, samasama 'tidak benar'. Keduanya sama-sama mengandung butiran tidak ikhlas. Tercemar oleh virus bangga susah kecewa nelangsa. Akibatnya menjadi tidak diterima semua amal baik di sisiNya. Yang benar, tidak bangga ketika mampu menunaikannya, tidak susah, kecewa, nelangsa jika tidak sanggup menjalankannya. Sama-sama ikhlasnya. Bersih, kosong. Hati nurani bebas dari kabut debu yang mencemari tugas utamanya, yakni dzikrullah. Menjalani kehidupan dengan ikhlas menerima pemberian-Nya. Maka orangoarang yang mampu memaknai Arofah didalam dirinya akan tercerahkan dan tidak akan meminta balasan atau ganjaran yang dikerjakan dalam bentuk apapun, dan tidak akan meminta ganjaran atau pahala dari Allah bila meminta, menunjukan bahwa mereka masih mementingkan diri sendiri. "Ara 'aital ldhi yukadibu bidhin..". Tahukah kamu orang yang mendustakan agama, dimana se-

tiap dalam kehidupan seca-ra sosial mereka mengakangi kepemilikan harta berat memberikan kepada orang miskin Lebih dari itu, kedua masalah tersebut menjadi sirna/nafi dengan sendirinya bila dapat menangkap dan memahami 'ruh'-nya haji. Tentu saja harus dibarengi dengan usaha keras membumikannya dalam keseharian. Membumikan ruhnya haji Ruhnya haji adalah 'al-hajju arofatu.' Berhentinya segala aktivitas di Padang Arafah. Secara syariat, ibadah ini dilakukan di Padang Arafah (Kabah dan sekitarnya). Dilengkapi dengan syarat rukunnya, larangannya, maupun ibadah plus lainnya. Secara hakikat, makna wukuf adalah berhenti di Padang Arafah. Adalah berhentinya semua aktivitas 'berdunia' (termasuk berhentinya napasnya sendiri), menyatakan Arafah-Nya yang Mahaluas. Membuktikan marifat (bertemu) Dzat Yang Mahaluas. Adalah sebuah usaha (ibadah) untuk menghentikan berbagai pengakuan keduniawian dan geloranya hawa nafsu. Menghentikan segala macam pengakuan: status sosial, golongan,

pangkat, jabatan, pekerjaan, gengsi, harga diri, anak-istri, dan sejenisnya. Tenggelam dalam menikmati indahnya wujud (dzat) Tuhan Yang Mahaluas. Istilah tasawufnya, marifat. Bertemu Tuhan. Oleh karena sangat-sangat lembut serta melangit target yang hendak diraih, maka harus dibarengi dengan menjalankan ketentuan lainnya. Di antaranya: Pertama, Ihram. Yaitu berniat melaksanakan haji dengan memakai pakaian yang suci tanpa jahitan (polos, utuh). Tanpa jahitan merupakan simbol sama rasa. Sebuah usaha untuk mengakui tiada perbedaan antarsesama hamba. Apakah pangkat, derajat, harta, warna

darah, trah (keturunan) dan sebagainya. Adalah hakikat rasa jiwa yang merdeka sejati. Bebas dari berbagai macam 'jahitan/ kekangan'. Baik yang datang dari luar diri (segala sistem buatan manusia dan setan) maupun yang dari dalam diri (hawa nafsu). Kedua, wukuf di Arafah, berhenti di Padang Arafah yang sangat luas, yaitu berhentinya nafsu pengakuan dan berbagai aktivitas berdunia, di sisi Dzat Yang Mahaluas. Sebab, yang namanya nafsu itu tidak dihentikan aktifitas pengakuannya maka pasti akan merajai, memperbudak, menjajah, memerkosa, atau menguasai jati diri manusianya (rasa). Oleh karenanya, nafsu ini harus diupayakan untuk di tenangkan dan dikuasai oleh yang jiwa atau ruh sehingga seluruh kehendak tingkah polah urusan yang berkeneaan dengan segala kedudukan keduniawian berhenti sejenak serta menyatakan marifat kepadaNya. Di Arofah dinilah seorang hamba disuruh utuk menggali mutiara kebenaran dari dan oleh diri sendiri maka manusia bisa disebut manusia jika dia bisa memahami dan bijaksana menempatkan keadaan dirinya ber-

sama esensi zat tuhan seutuhnya, Ketiga, thawaf, mengelilingi Kabah (Baitullah, rumah Tuhan). Kabah ini terdiri dari empat pojok (sudut). Merupakan lambang alam-alam yang harus dilalui manusia, yaitu alam arwah, alam kandungan, alam dunia, dan alam kubur. Pojok pertama, merupakan simbol alam arwah. Di pojok ini terdapat Hajar Aswad, yaitu simbol asal mula fitrah jati diri manusia yang warnanya hitam (asli). Fitrah manusia ini asalnya dari Fitrah Allah. Ketika masih di alam arwah ini, fitrah manusia gandeng dengan FitrahNya. Haqqul-yakin melihat/menyaksikan Wujud (Dzat) Tuhan. Oleh karenanya berani berkata, qaalu balaa syahidna (benar wahai Tuhan, bahwa Engkau adalah Tuhanku), ketika dimintai persaksian oleh-Nya. Pojok kedua adalah simbol alam kandungan. Pada pojok ini mengingatkan kita ketika masih berada di alam kandungan. Pada saat itu, ketika jasad masih berumur 120 hari ditiupkan roh (daya dan kekuatan) Tuhan. Bersamaan itu ditetapkan pula rezeki, umur, pati, amal, serta nasib baik dan nasib buruk. Pojok ini mengingatkan betapa sebenar-

nya manusia waktu itu yang apes, hina, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa. Adanya hanya pasrah, bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Kemudian setelah diberi daya dan kekuatan Tuhan (ditiupkan roh-Nya), barulah kemudian bisa tumbuh berpikir, bernapas, bekerja, dan seterusnya. Begitu pula ketika diberadakan pada alam dunia sekarang ini diharapkan bangkit kesadarannya untuk mengenal dan mengetahui dengan haqqul yakin keberadaan Dzat Sang Pencipta yang dulunya (maupun sekarang) merupakan tempat bergantung-berlindung-pasrah. Kemudian dijadikan satu-satunya wujud yang dicintai, dija-

dikan tujuan hidup, diingatingat serta didekati hingga bertemu kembali (marifat). Pojok ketiga adalah alam dunia. Alam yang sekarang dilalui (berada) adalah materi (bahan) ujian yang harus diselesaikan agar bisa kembali pada Sang Pencipta. Cara menyelesaikan ujiannya yaitu dengan mengikuti jejak para Malaikatul-muqorrobin, yaitu rela patuh dan tunduk kepada wakil Tuhan (rasul) yang ada di bumi. Patuh dan tunduknya bagai mayit yang pasrah di hadapan yang memandikan (menyucikan). Tidak memprotes sama sekali. Yang ada hanya samina wa athona. Pojok keempat adalah alam kubur. Adalah tempat menuai hasil setelah selesai menjalani ujian dunia. Bila menjalani dunianya dengan sungguh-sungguh, mengikuti petunjuk rasulNya, jihadunnafsi-nya dengan keras, serta mendapat rahmat dan fadhal Tuhan, matinya bisa selamat. Wajahnya berseri-seri karena kepada Tuhan-Nya bertemu. Bangkit suka citanya merasakan betapa indah dan bahagianya kembali pada-Nya. Tetapi sebaliknya, bila ketika menjalani ujian (dunia) itu

dengan sembrono, menuruti hawa nafsu, tidak patuh kepada rasul-Nya, kemungkinan besar ketika mati nanti tidak mendapat rahmat dan fadhal Tuhan sehingga tidak bisa bertemu lagi dengan-Nya (tersesat). Masuk ke alam penasaran, yaitu alam jin, setan, dan sebangsanya yang tidak bisa mati sampai kiamat. Menjadi wadyabalanya di neraka kelak. Keempat, sai. Yaitu berlari kecil dari Shofa dan Marwah. Lari kecil ini merupakan simbol bersegeralah, bergegaslah mumpung masih ada kesempatan (bukannya jalan santai ataupun berlari kencang). Bersegeralah memproses diri mendekat sampai bertemu dengan-Nya. Dunia (kehidupan) ini hanyalah sebagai ujian, bukanlah tujuan. Hanya mampir sebentar mengisi perbekalan menuju kehidupan abadi. Cita-cita luhur dan mulia yang hendak dituju masih sangat jauh. Oleh karena itu, bersegeralah! Jangan santai, apalagi sembrono meremehkan. Sebab, besok pagi atau satu jam lagi mati tidak bisa diketahui. Karena tidak tahu kapan harus mati, maka senantiasa menjaga ajeg zikirnya, hati-hati dan waspada, serta selalu mohon belas kasih dan ampunan-Nya. Menyatunya hidup dan mati Di sisi lain, Shofa dan Marwah merupakan simbol dua kampung, yaitu kampung dunia dan kampung akhirat. Memahami bahwa dunia itu gandeng dengan akhirat. Senyatanya, ketika ibadah berusaha meyakini seolah-olah sebentar lagi akan mati. Tetapi ketika berdunia berusaha meyakini seolah akan hidup selamanya. Sehingga, keyakinan antara besok mati maupun hidup selamanya bisa menyatu di dada, dalam menjalani

kehidupan sehari-hari. Kelima, memotong rambut. Adalah simbol memotong mahkota kehidupan. Mahkota adalah sesuatu yang disayang dan dijaga kelestariannya. Wujudnya adalah watak aku (pengakuan). Mengaku (merasa) lebih hebat, lebih baik, lebih pintar, maupun mengaku hak milik atas segala yang dimiliki (padahal semuanya milik-Nya). Sehingga tidak butuh pitutur (sunnah) rasul-Nya. Mahkota ini harus dipotong. Jangan sampai ia mengganggu, apalagi menguasai jati diri manusianya. Dipotong dalam arti diperangi, dijihadkan dengan sebenar-benar jihad. Di samping kelima lakon di atas, ada lakon lain yang dianjurkan untuk dikerjakan. Di antaranya adalah menyembelih binatang kurban (simbol membunuh nafsu bangsa hewan). Melempar jumrah, yang bentuknya berupa kerikil-kerikil kecil. Adalah melempar perkara kecil/ remeh yang biasanya disepelekan manusia (suka dipuji, ingin dilihat orang lain, ingin diakui/

dihargai kerja kerasnya, berbagai macam pamrih dunia). Namun demikian, yang paling penting dari itu semua, untuk bisa membuktikan marifat kepada-Nya, harus punya ilmu marifat lebih dahulu. Hebatnya lagi, ia dapat dibumikan dalam keseharian. Sama halnya untuk menjadi dokter, maka berguru ilmu-ilmu kedokteran adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi. Terlebih di bulan haji saat ini, tiada perkara yang lebih mulia selain belajar membuktikan Arofah-Nya. Walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, sesuai tingkat mampu masingmasing. Misalnya dengan berkorban (menyerahkan) sedikit harta pada Yang Punya. Syukursyukur sesuai syarat rukun yang telah ditentukan sambil berusaha memenuhi perintah-Nya: "dan bunuhlah dirimu !! Hal itu lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu" (QS.2:54). Yang harus 'dibunuh' adalah wataknya nafsu serta berbagai macam pengakuan (bukan wujudnya jiwa raga).[] [MAJID]

Istimewanya Manjadi Tamu Allah


Bulan Dzulqo'dah adalah bulan Haji, dimana Allah telah mewajibkan kepada hamba-hambanya yang mampu, baik mampu secara dhohir atau bathin untuk melaksanakan rukun Islam yang ke lima. Sebagaimana firman Allah: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Dan juga mereka yang mengerjakan Ibadah haji merupakan tamu Allah sebagaimana sabda Baginda Rasulullah: Orang-orang yang mengerjakan ibadah haji dan umroh mereka adalah tamu Allah, apabila mereka meminta pasti akan diberi, apabila mereka memohon pasti akan dikabulkan, apabila mereka mengeluarkan sodaqoh pasti akan diganti. Maka dari itu, menjadi tamu Allah harus mengetahui bagaimana menjadi tamu yang baik agar ibadah haji yang dikerjakan diterima Allah. Oleh karenanya, mereka harus selalu lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah Shalat baik yang sunnah apalagi yang wajib. Rosulullah bersabda: Keutamaan shalat di masjidil haram atas yang lainnya dengan 100 ribu shalat, dan di masjid saya (Masjid Nabawi ) dengan 1000 solat, dan di Baitil maqdis (Masjidil Aqso) dengan 500 solat." (H.R : Abu Hurairah) Disamping memperbanyak shalat, juga supaya memperbanyak Thowaf, Itikaf dan melihat Kabah. Rosulullah bersabda: Akan Turun kepada Ru-

Oleh: KH. Kamal Muhlis Al Maliki Pengasuh Pesantren Al Hasani Kebomas Gresik

mah ini (Kabah) setiap hari dan malam 120 rahmat, 60 rahmat bagi mereka yang mengerjakan tawaf, 40 rahmat bagi mereka yang i'tikaf di sekeliling kabah, 20 bagi mereka yang melihat kabah. Dan juga ketika berada di kota Rasulullah supaya seringsering ziarah kepada baginda Rasulullah karena orang yang ziarah ke makam beliau maka pasti akan mendapat syafaatnya Rasulullah besok pada hari kiamat.

Rasulullah bersabda: Bukan saja yang harus diperhatikan amal kebaikan ketika mereka menjadi tamu Allah untuk dikerjakan, tapi juga kemaksiatan juga harus betul-betul diperhatikan untuk selalu dijauhi dan dihindari. Firman Allah: Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk mengerjakan ibadah haji, maka tidak boleh mengeluarkan perkataan yang kotor dan tidak boleh berbuat fasik serta berbantah bantahan. (Q.S. Al-Baqarah: 197) Dalam ayat yang lain Allah telah berfirman: Dan barang siapa yang bermaksud di dalam-

nya (Mekkah) melakukan kejahatan secara dholim niscaya akan kami rasakan kepadanya dari siksa yang pedih. Abuya Assayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani dalam kitabnya, beliau menuliskan, diantara faedah dan keutamaan orang yg mengerjakan ibadah haji. Pertama, orang yang mengerjakan ibadah haji, maka hajinya akan melebur dan menghilangkan dosa-dosa yang telah diperbuat dalam arti dosa mereka yang berhubungan dengan Allah bukan yang berhubungan dengan makhluk sebagaimana Rasulullah bersabda kepada sohabat Abullah bin Amer bin Ash: Apa kamu tidak mengetahui, bahwa masuknya seseorang kedalam agama Islam itu bisa melebur semua dosa-dosanya, juga hijrohnya seseorang ke kota Madinah juga bisa menghapus semua dosa-dosanya, begitu juga dengan ibadah haji yg dikerjakan seseorang itu bisa menghilangkan dosa-dosanya. Kedua, pahala orang yang mengerjakan ibadah haji seperti pahala orang yang ikut perang menegakkan kalimat Allah dalam medan pertempuran. Rasulullah telah bersabda: Jihadnya orang yang sudah tua dan orang yang lemah serta orang perempuan adalah mengerjakan ibadah haji dan umroh. Ketiga, doanya mereka pasti akan dikabulkan Allah. Rasulullah bersabda: Lima doa yang tidak akan di tolak oleh Allah, doanya orang yg mengerjakan ibadah haji sampai selesai ibadahnya; doanya orang yang berperang sampai pulang ke rumahnya; doanya orang yang didholimi sampai menang; doanya orang yang sakit sampai

sembuh; doanya orang untuk saudara yang jauh. Keempat, keutamaan dan kemulyaan orang yang mengerjakan ibadah haji adalah harta yang dikeluarkan untuk mengerjakan ibadah haji baik untuk ongkos ataupun biaya hidup di tanah suci semuanya termasuk infaq fi sabilillah Sebagaimana sabda Rasulullah: Nafaqoh didalam mengerjakan ibadah haji seperti nafaqoh waktu perang menegakkan kalimat Allah, satu dirham dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat. Dengan demikian harta yang digunakan oleh orang yang mengerjakan haji kalau ingin hajinya diterima Allah haruslah harta yang halal bukan yang syubhat apalagi haram. Kelima, orang yang mengerjakan ibadah haji bisa memberi syafaat kepada 400 dari keluarganya. Keenam, mereka akan selalu didoakan Rasulullah dengan diampuninya dosa-dosa mereka dan juga Rasulullah menyuruh umatnya yang tidak mengerjakan ibadah haji tahun ini supaya minta doa kepada mereka. Masih banyak lagi keutaman dan keistimewaan bagi mereka yang mendapatkan panggilan Nabi Ibrahim untuk menjadi ta-

mu Allah. Dengan harapan dan doa semoga kita semua yang belum bisa melaksanakannya tahun ini bisa melaksanakannya pada tahun yang akan datang, amin ya robbal alamin. Dan jangan sampai kita termasuk sabda Rasulullah: Barang siapa yang memiliki kemampuan harta dan kendaraan yang bisa menyampaikannya ke Baitullah dan dia tidak mengerjakannya, maka ditakutkan matinya dalam keadaan yahudi atau nasrani (H.R : Tirmidzi dan Ahmad) Bahwasanya ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang memiliki syarat akan nilai spiritual yang tinggi serta mengandung nilai ritual yang dapat kita petik hikmahnya sebagai mauidhoh (pelajaran) yang dapat diimplimentasikan dalan realita kehidupan sehari-hari. Ibadah ini pula merupakan kewajiban atas setiap muslim yang telah sanggup dan tergolong mampu melaksanakan perjalanan. Disamping itu, peristiwa ibadah haji memiliki nilai historis akan perjuangan Nabi Ibrahim dan kesabaran istrinya dalam menjalani ketentuan Allah. Semoga kita dapat mengambil ibrah (pembelajaran) dari semua ini. Amin.[]

Masjid Yang Didirikan Atas Dasar Taqwa


Disebutkan dalam Al Qur'an bahwa masjid Quba adalah masjid yang dibangun atas dasar takwa. "Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih" (QS. At Taubah:108).

Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba. Masjid ini terletak di daerah Quba, sekitar 5 kilometer sebelah Barat Daya kota Madinah. Inilah masjid yang pertama kali masjid dibangun ketika Nabi Muhammad sampai di Madinah. Menurut sejarah, kedatangan Nabi Muhammad di
Madinah adalah pada hari

Senin tanggal 12 Rabiul Awal,

13 tahun setelah masa kenabi-an Beliau. Pada saat itu Rasu-lullah Saw berumur 50 tahun. Di Quba, beliau bertempat tinggal di rumah Kalsum bin Hadam. Dan di tanah miliknya inilah di bangun Masjid Quba dengan disaksikan oleh para sahabat. Pembangunanya di lakukan secara bergotong-royong antara kaum Anshar dan Muhajirin. Adalah Bilal yang pertama kali mengumandangkan

Di masjid itu diisunahkan bagi para pengunjung untuk shalat tahyatul masjid dua rakaat sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam Hadits: "Barang siapa yang keluar rumah kemudian mendatangi Masjid ini yaitu Masjid Quba kemudian dia shalat dua rakaat di dalamnya, maka sebanding dengan orang yang melakukan umrah. (H.R.Ahmad,Nasai,IbnuMajah). Anjuran tersebut terpampang di pintu masjid sebelah kanan.

Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba. Masjid ini terletak di daerah Quba, sekitar 5 kilometer sebelah Barat Daya kota Madinah. Inilah masjid yang pertama kali masjid dibangun ketika Nabi Muhammad sampai di Madinah. Menurut sejarah, kedatangan Nabi Muhammad di
Madinah adalah pada hari

Senin tanggal 12 Rabiul Awal, 13 tahun setelah masa kenabian Beliau. Pada saat itu Rasulullah Saw berumur 50 tahun. Di Quba, beliau bertempat tinggal di rumah Kalsum bin Hadam. Dan di tanah miliknya inilah di bangun Masjid Quba dengan disaksikan oleh para sahabat. Pembangunanya di lakukan secara bergotong-royong antara kaum Anshar dan Muhajirin. Adalah Bilal yang pertama kali mengumandangkan azan di masjid tersebut. Di masjid itu diisunahkan bagi para pengunjung untuk shalat tahyatul masjid dua rakaat sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam Hadits: "Barang siapa yang keluar rumah kemudian mendatangi Masjid ini yaitu Masjid Quba kemudian dia shalat dua rakaat

di dalam-nya, maka sebanding dengan orang yang melakukan umrah. (H.R.Ahmad, Nasai, Ibnu Majah. Anjuran tersebut terpampang di pintu masjid sebelah kanan. Sebelum memasuki masjid terdapat tulisan yang cukup besar, kira kira dalam bahasa indonesianya begini, Barang siapa yang bersuci dari pondokannya, kemudian ia shalat dua rakaat maka sama pahalanya dengan berumrah." Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Seka-

rang renovasi masjid ini ditangani oleh keluarga Saud. Masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada tahun 1986. Renovasi dan perluasan ini menghabiskan biaya sebesar 90 juta riyal, yang menjadikan masjid ini kini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah. Adalah Abdel Wahed ElWakil, arsitek Mesir, yang ditugaskan untuk mendesain sebuah masjid yang lebih besar guna menggantikan masjid tua. Awalnya, ia mencoba dengan struktur abad kesembilan belas dibangun ke dalam rancangannya. Namun, akhirnya diputuskan untuk meruntuhkan masjid tua, dan menggantinya dengan bangunan baru. Kompleks masjid terdiri dari ruang shalat persegi panjang dibesarkan pada platform kedua lantai. Ruang shalat ini menghubungkan ke wi-layah perumahan penduduk, kantor, tempat wudlu, toko, dan perpustakaan. Masjid Quba memiliki enam menara dan empat quba. Ruang shalat terletak di halaman pusat. Sebuah lobi yang cukup besar ditandai oleh enam kubah be-

sar bertumpu pada kolom halaman di selatan. Sebuah te-

ruang yang persegi empat dan

ras, berbatasan dengan halaman di sebelah timur dan barat, serambi perbatasan di utara, memisahkan dari wilayah ruang shalat perempuan. Ruang shalat daerah perempuan, yang dikelilingi oleh layar, terbagi menjadi dua bagian, sebagai jalan menghubungkan pintu masuk utara dengan halaman. Enam pintu masuk tambahan yang tersebar di fasad utara timur dan barat. Empat menara menandai sudut-sudut ruang doa. Ini berpijak pada basis menara persegi, memiliki lubang segi delapan yang mengambil bentuk pada lingkaran Seperti Mereka mencapai puncak. Juga, menara adalah ditekankan oleh dua balkon beristirahat di kubah muqarnas. Meskipun sangat sederhana, masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk dari pada masjid-masjid yang didirikan orang di kemudian hari. Bangunan yang sangat bersahaja itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Ia sudah mempunyai suatu

berdinding di sekelilingnya. Di sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sembahyang yang bertiang pohon korma, beratap datar dari pelepah dan daun korma, bercampurkan tanah liat. Di tengah-tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut sahn, terdapat sebuah sumur tempat wudhu, mengambil air sembahyang. Kebersihan terjaga, cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa. Masjid ini memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu. Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat

masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Di seberang ruang utama masjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar (madrasah). Sebelum memasuki bagian dalam masjid terdapat petunjuk di dinding luar masjid. Itu adalah penunjuk pintu masuk yang dikhususkan bagi jamaah lakilaki atau perempuan. Disitu terpampang sebuah plakat yang ditempelkan ke dinding pintu masuk untuk jamaah laki-laki maupun perempuan.[] [KANDAR]

You might also like