You are on page 1of 4

Laporan Praktikum Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Nilem dan Tawes

Posted By putra85 On 15 Jul 2010. Under Budidaya Perikanan Tags: Laporan Praktikum Indeks Kematangan Gonad Ikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan gonad pada suatu jenis ikan selalu menjadi perhatian bagi peneliti-peneliti reproduksi dimana peninjauannya dilakukan dari berbagai aspek yang termasuk di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan villetogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur. Suatu jenis ikan akan mulai bertelur (masak kelamin) pada umumnya berbeda dengan jenis ikan lainnya, sebab masing-masing jenis ikan mengalami perkembangan gonad dengan lama waktu yang berbeda-beda atau sesuai dengan umur yang harus dicapai oleh suatu jenis ikan untuk mulai bertelur. Perkembangan gonad ikan pada umumnya dengan pertambahan umur ikan, yaitu semakin dewasa seekor ikan maka perkembangan gonadnya akan semakin sempurna untuk mengadakan pembentukan dan pemasakan telur. Di perkembangan gonad didalam reproduksi, sebagian dihasilkan dari metabolism tertuju kepada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya menurun setelah pemijahan. Percobaan kondisi gonad ini dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad dinyatakan sebagai berat gonad dibagi beserta tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100 %. 1.2. Tujuan Tujuan dari praktikum pengamatan indeks kematangan gonad (IKG) adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif. II. TINJAUAN PUSTAKA Tahap kematangan adalah perkembangan sel telur menjadi semakin besar, berisi kuning telur dan akan diovulasikan pada ikan yang telah dewasa. Proses pematangan gonad pada ikan yang telah dewasa dan induk sebenarnya terjadi mulai dalam masa oosit muda dan bukan dari calon telur (Billard, 1992). Perkembangan gonad pada ikan betina umumnya disebut dengan istilah perkembangan ovarium mempunyai tingkat perkembangan sejak masa pertumbuhan hingga masa reproduksi yang dapat dikategorikan kedalam beberapa tahap. Jumlah tahapan tersebut bervariasi bergantung kepada spesies maupun peneliti yang mengamati perkembangan ovarium tersebut. Perkembangan ovarium bergantung pada tingkat kematangan gonad pada tiap masingmasing waktu yang berbeda (Effendie, 1979). Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yang pertama cara histologi dilakukan di laboratorium. Yang kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat dilakukan di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad menjadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan

para peneliti (Effendi, 2002). Morfologi gonad dan corak warna digunakan untuk membedakan tingkat kematangan. Hal tersebut bermanfaat untuk menentukan masa memijah secara umum dan menentukan langkah lanjut untuk pengelolaannya. Akan tetapi kelemahannya adalah gonad yang telah ditentukan dengan cara tersebut termasuk tingkat kematangan tinggi (Lam, 1983). III. MATERI DAN METODE 3.1. Materi 3.1.1. Alat Alat yang digunakan dalam praktikum adalah timbangan, kertas penghisap dan alat bedah 3.1.2. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan Nilem dan ikan Tawes dengan berbagai tingkat kematangan gonad. 3.2 Cara kerja Ikan yang sudah mati ditimbang bobotnya kemudian lakukan pembedahan dengan hati-hati agar gonad tidak rusak. Mengangkat seluruh gonad dengan hati-hati kemudian dikeringkan dengan kertas penghisap. Menimbang gonad yang telah dikeringkan. HItung nilai IKG dengan rumus : IKG = X 100% Dimana : Bg = Berat gonad Bt = Berat tubuh Kemudian tentukan stadium kematangan gonad ikan. 3.3 Waktu dan Tempat Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Minggu, pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di lab. Perikanan dan Kelautan, UNSOED,Purwokerto. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Tabel Indeks Kematangan Gonad No Nama Ikan Berat Gonad (gr) Berat Tubuh (gr) IKG (%) 1 Ikan Tawes Betina (Puntius Javanicus) 37 268,5 13,8% 2 Ikan Tawes Jantan (Puntius Javanicus) 7 365,5 1,9% 3 Ikan Nilem (Osteochilus haselti) 12 12 21 % 4.2. Pembahasan Berdasarkan data hasil praktikum, besarnya indeks kematangan gonad (IKG) terhadap ikan Nilem (Osteochilus haselti), mempunyai nilai yang relatif tinggi. Hal ini dilihat bahwa nilai ikan Nilem tersebut IKG-nya 21% sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan Nilem tersebut telah siap memijah. Ikan dikatakan matang gonad dan siap memijah bilamana IKG > 19 %. Dan indeks tersebut semakin bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai batas kisar maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Johnson, 1971). Pada ikan Tawes jantan diperoleh indeks kematangan gonadnya adalah 1,9% dan indeks kematangan gonad ikan Tawes betina 13,8%. Pada ikan tawes ini menunjukkan bahwa gonad

yang didapati belum cukup matang dan belum siap untuk mijah. Dari perbandingan dua spisies ikan ini, ikan Tawes yang memiliki berat tubuh lebih besar maka memiliki berat gonad yang lebih besar pula. Dari asumsi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa berat tubuh sangat mempengaruhi IKG ikan, yaitu semakin tinggi berat tubuh maka nilai IKG semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2002) bahwa secara alamiah ukuran dan berat tubuh ikan dapat digunakan sebagai tanda utama untuk mengetahui kematangan gonad. Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya. Dalam biologi perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikanikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Proses kematangan merupakan perkembangan sel telur menjadi besar, berisi kuning telur dan siap diovulasikan oleh ikan. Dari data diketahui dari seluruh ekor ikan semuanya telah mengalami kematangan gonad, namun berbeda dalam kesiapan pemijahannya. Hal ini terjadi karena menurut Billard (1992), bahwa kematangan gonad dan keberhasilan pemijahan berhubungan dengan ukuran dan umur ikan. Semakin besar ukuran ikan, jumlah telurnya akan semakin banyak, ukuran telurnya juga relatif lebih besar demikian pula kualitasnya semakin baik. Tingginya nilai IKG pada ikan terjadi karena ikan-ikan tersebut mudah beradaptasi terhadap lingkungan yang ditunjukan oleh tingkat kematangan gonadnya (Suhenda, Bagenel dan Braum 1968). Effendie (2002) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan , antara lain suhu dan makanan , tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di daerah tropik gonad dapat masak lebih cepat. Kualitas pakan yang diberikan harus mempunyai komposisi khusus yang merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan proses pematangan gonad dan pemijahan. Indeks Kematangan Gonad atau Gonado somatic Index (GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Adakalanya IKG dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad, sehingga akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dengan di luar gonad. Nilai IKG akan sangat bervariasi setiap saat tergantung pada macam dan pola pemijahannya. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Indeks kematangan gonad Ikan Tawes jantan (Puntius javanicus) 1,9% dan ikan Tawes betina 13,8% sedangkan pada ikan Nilem (Osteochilus haselti) dan 21%. 2. Kematangan gonad dan keberhasilan pemijahan berhubungan dengan ukuran dan umur ikan. Semakin besar ukuran ikan , jumlah telurnya akan semakin banyak , demikian pula kualitasnya semakin baik. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi IKG : a. Lingkungan: suhu, salinitas, kualitas air, predator. b. Nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA Billard, R. 1992. The Reproductive Cycle of Male and Female. Brown-Troot (SAlmo Eruta Tarto) : A Quantitative Study. INRA Stationale. Physicologic Animale. 12. pp. Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Cikuray- Bogor. ___________. 2002. Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka Nusantara.Yogyakarta. Johnson,J.E. 1971.Maturity and Fecundity of Threadfinshad, Dorosona Petenense (Eunther), In CentralArizona Recervoirs. Trans, Amer.Fish. soc. 100 (1) :74- 85. Lam, T. J. 1983. Environmental Influence on Gonadal Activity in Fish. In. Fish Physicology.Academic Press-New York Toronto. P. 65-68. Bagenal, T.B. and E. Braum, 1968. Eggs and Early Life History, dalam W.E. Ricker ed. Methods foe Assesments of Fish production in Fresh Water. Blackwell Scientific Publication, p 159 181.

You might also like