Professional Documents
Culture Documents
Dalam proses pembelajaran Etika Bisnis sesi ke enam ini, kita akan membahas mengenai Teori Lingkungan,dan Prinsip Etika di Lingkungan Hidup. Oleh karena itu,kami membuat makalah ini untuk memudahkan kita dalam memahami pokok bahasan kita hari ini.dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Etika memang pada akhirnya menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas, tetapi bukan karena tindakan itu diperintahkan oleh moralitas (nenek moyang, orang tua, guru), melainkan karena ia sendiri tahu bahwa hal itu memang baik baginya. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia untuk mempertanggungjawabkan tindakannya itu karena memang ada alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia bertindak begitu atau begini. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
-1-
BAB II PEMBAHASAN
Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan bu Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspektasi) profesi dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat. Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.
-2-
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.dayatertentu. Jadi menurut kami etika adalah ilmu yang membahas bagaimana sepatutnya manusia
-3-
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Jadi etika lingkungan hidup adalah ilmu tentang bagaimana seharusnya manusia dalam berprilaku untuk menjaga dan melestarikan kesatuan ruang dengan semua benda,sumber daya,mahluk hidup yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lain.
-4-
Etika Egosentris
Etika yang mendasarkan diri pada berbagai kepentingan individu (self). Egosentris didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu adalah baik untuk masyarakat. Orientasi etika egosentris bukannya mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan pada filsafat yang menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri sendiri secara terpisah seperti atom sosial (J. Sudriyanto, 1992:4)
-5-
Inti dari pandangan egosentris ini, Sonny Keraf (1990:31) menjelaskan: Bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri Dengan demikian, etika egosentris mendasarkan diri pada tindakan manusia sebagai pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting netral. Hal ini didasarkan pada berbagai pandangan mekanisme terhadap asumsi yang berkaitan dengan teori sosial liberal. 1. Pengetahuan mekanistik didasarkan pada asumsi bahwa segala sesuatu merupakan bagian yang berdiri sendiri secara terpisah. Atom-atom merupakan komponen riil dari alam. Begitu juga manusia yang merupakan komponen riil dari masyarakat. 2. Keseluruhan adalah penjumlahan dari bagian-bagian. Hukum identitas logika (A=A) mendasari penggambaran alam secara matematis. Demikian pula masyarakat, yang tidak lain merupakan penjumlahan dari banyak pelaku rasional individu. 3. Mekanisme mempunyai asumsi bahwa banyak sebab eksternal berlaku dalam berbagai bagian internal. Serupa dengan masyarakat, hukum dan berbagai aturan yang dipaksakan oleh penguasa akan ditaati oleh rakyat secara positif. 4. Perubahan dapat terjadi dengan cara menyusun kembali bagian-bagiannya. Bangunan tuntutan masyarakat ditentukan oleh bagian-bagiannya. 5. Ilmu mekanis selalu dualistik, seperti, pengetahuan mekanis menempatkan bagian individu sebagai komponen utama dalam pembangunan timbul korporat. Etika egosentris menempatkan manusia sebagai individu paling utama dalam pembangunan lingkungan sosial (J. Sudriyanto, 1992:15).
Etika Homosentris
Etika homosentris mendasarkan diri pada kepentingan sebagian masyarakat. Etika ini mendasarkan diri pada berbagai model kepentingan sosial dan pendekatan antara pelaku lingkungan yang melindungi sebagian besar masyarakat manusia. Etika homosentris sama dengan etika utilitarianisme, jadi, jika etika egosentris mendasarkan penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu pada tujuan dan akibat tindakan
-6-
itu bagi individu, maka etika utilitarianisme ini menilai baik buruknya suatu tindakan itu berdasarkan pada tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang. Etika homosentris atau utilitarianisme ini sama dengan universalisme etis. Disebut universalisme karena menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak mungkin orang dan etis karena ia menekankan akibat yang baik. Disebut utilitarianisme karena ia menilai baik atau buruk suatu tindakan berdasarkan kegunaan atau manfaat dari tindakan tersebut (Sonny Keraf, 1990:34). Seperti halnya etika egosentris, etika homosentris konsisten dengan asumsi pengetahuan mekanik. Baik alam mau pun masyarakat digambarkan dalam pengertian organis mekanis. Dalam masyarakat modern, setiap bagian yang dihubungkan secara organis dengan bagian lain. Yang berpengaruh pada bagian ini akan berpengaruh pada bagian lainnya. Begitu pula sebaliknya, namun karena sifat uji yang utilitaris, etika utilitarianisme ini mengarah pada pengurasan berbagai sumber alam dengan dalih demi kepentingan dan kebaikan masyarakat (J. Sudriyanto, 1990:16).
Etika Ekosentris
Etika ekosentris mendasarkan diri pada kosmos. Menurut etika ekosentris ini, lingkungan secara keseluruhan dinilai pada dirinya sendiri. Etika ini menurut aliran etis ekologi tingkat tinggi yakni deep ecology, adalah yang paling mungkin sebagai alternatif untuk memecahkan dilema etis ekologis. Menurut ekosentrisme, hal yang paling penting adalah tetap bertahannya semua yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri (J. Sudriyanto, 1992:243) Menurut etika ini, bumi memperluas berbagai ikatan komunitas yang mencakup tanah, air, tumbuhan dan binatang atau secara kolektif, bumi. Bumi mengubah perah homo sapiens dari makhluk komunitas bumi, menjadi bagian susunan warga dirinya. terdapat rasa hormat terhadap anggota yang lain dan juga terhadap komunitas alam itu sendiri (J. Sudriyanto, 1992:2-13). Etika ekosentris bersifat holistik, lebih bersifat mekanis atau metafisik. Terdapat lima asumsi dasar yang secara implisit ada dalam perspektif holistik ini, J. Sudriyanto (1992:20) menjelaskan:
-7-
1. Segala sesuati itu saling berhubungan. Keseluruhan merupakan bagian, sebaliknya perubahan yang terjadi adalah pada bagian yang akan mengubah bagian yang lain dan keseluruhan. Tidak ada bagian dalam ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah dinamika perputarannya. Jika terdapat banyak perubahan yang terjadi maka akan terjadi kehancuran ekosistem. 2. Keseluruhan lebih daripada penjumlahan banyak bagian. Hal ini tidak dapat disamakan dengan konsep individu yang mempunyai emosi bahwa keseluruhan sama dengan penjumlahan dari banyak bagian. Sistem ekologi mengalami proses sinergis, merupakan kombinasi bagian yang terpisah dan akan menghasilkan akibat yang lebih besar daripada penjumlahan efek-efek individual. 3. Makna tergantung pada konteksnya, sebagai lawan dari independensi konteks dari mekanisme. Setiap bagian mendapatkan artinya dalam konteks keseluruhan. 4. Merupakan proses untuk mengetahui berbagai bagian. 5. Alam manusia dan alam non manusia adalah satu. Dalam holistik tidak terdapat dualisme. Manusia dan alam merupakan bagian dari sistem kosmologi organik yang sama. Uraian di atas akan mengantarkan pada sebuah pendapat Arne Naess, seorang filsuf Norwegia bahwa kepedulian terhadap alam lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Kepedulian lingkungan yang dangkal (shallow ecology) 2. Kepedulian lingkungan yang dalam (deep ecology). Kepedulian ekologis ini sering disebut altruisme platener holistik, yang beranggapan bahwa hal ini memiliki relevansi moral hakiki, bukan tipe-tipe pengadu (termasuk individu atau masyarakat), melainkan alam secara keseluruhan (J. Sudriyanto, 1992:22).
Etika Biosentrisme
Biosentris mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada ciptaan, sehingga komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia. Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai suatu kesatuan komunitas hidup (biotic community).
-8-
Inti pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan harus mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral. Setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan tanggungjawab moral karena kehidupan merupakan inti poko dari konsern moral. Prinsip moral yang berlaku adalah mempertahankan serta memilihara kehidupan adalah baik secara moral, sedangkan merusak dan menghancurkan kehidupan adalah jahat secara moral (light, 2003 : 109 ). Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni, the life centered theory ( hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul Taylor, land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan equal treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan James Rachel. The Life Centered Theory The Life centered theory adalah teori lingkungan yang berpusat pada lingkungan. Teori yang dikemukakan oleh Albert schweizer. Mengajukan empat prinsip etis poko, yaitu :manusia adalah anggota dari komunitas hidup yang ada di muka bumi ini, bumi adalah suatusistem organik dimana manusia dan ciptaan lain saling berkaitan dan bergantung, setiap ciptaan dipersatukan oleh tujuan bersama demi kebaikan dan keutuhan keseluruhan, dan menolak superioritas manusia dihadapan mahluk ciptaan lain. ( Paul, dalam light Holmes Rolston III, 2003 : 74-84, BASIS : 12-14). Semua mahluk hidup dalam biosentrisme adalah anggota dari komunitas hidup, dalam arti bahwa semua ciptaan berhak diperlakukan dengan baik secara moral. Manusia sebagai pelaku atau subjek moral harus memperlakukan dengan baik tanggung jawab moral terhadap mahluk lainnya. The Land Ethic (Etika Bumi) The Land Ethic (Etika Bumi) teori etika bumi yang dikemukakan oleh Aldo leopold menjadi teori etika lingkungan klasik pada abad ini. Etika bumi menekankan pentingnya keutuhan ciptaan dan bahwa setipa ciptaan merupakan bagian integral dari komunitas kehidupan ( Light-Holmes III,2003:39 BASIS 2007 :edisi 05-06:12-13). Bumi dan segala isinya adalah subjek normal yang harus dihargai, tidak hanya alat dan objek yang bisa dimanfaatkan manusia sesuka hati karena bumi bernilai pada dirinya sendiri.
-9-
Teori etika bumi menekakan kan bahwa keutuhan seluruh mahluk ciptaan tidak bertentangan dengan kepentingan masing-masing ciptaan.Aldo Leopold mengatakan bahwa tugas manusia untuk menata dan memelihara sehingga kepentingan manusia sebagai bagian dari komunitas kehidupan bisa sejalan dan tidak bertentangan dengan kebaikan seluruh kebaikan komunitas kehidupan. Prinsip moral menurut LeoPold adalah bahwa setiap tindakan akan benar secara moral jika melindungi dan mengupayakan keutuhan,keindahan,dan stabilitas seluruh komunitas kehidupan(Palmer dalam
Light,2003:24,BASIS:12-14).manusia harus berhenti mengeksploitasi,merusak mahluk ciptaan lain karena tindakan ini akan merusak keutuhan,stabilitas,keindahan ciptaan alam. Equal Treatment (Perlakuan yang Setara) Equal Treatment (Perlakuan yang Setara) dikenal sebagai anti spesiesisme yang di kemukakan oleh Peter Siger dan James Rachel. Anti spesiesme adalah sikap membela kepntingan dan kelangsungan hidup semua spesies di bumi karena di dasar kan pada mempunyai hak hidup yang sama dan pantas mendapatkan perlindungan dan perhatian yang sama.
Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai, sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Bertolak dari kondisi tersebut, Sonny Keraf menekankan perlunya suatu etika baru yang tidak hanya berlaku untuk interaksi antarmanusia, tetapi juga interaksi manusia dengan semua kehidupan di bumi. Suatu etika yang yang memandang alam sebagai bernilai pada dirinya sendiri dan pantas diperlakukan secara bermoral. Dengan etika baru ini, manusia
- 10 -
dituntut untuk menjaga dan melindungi alam beserta segala isinya. Alam dan seluruh isinya tidak sekadar bernilai instrumental-ekonomis untuk dieksploitasi bagi kepentingan manusia.
Sebenarnya, khazanah filosofis telah mencoba memberikan alternatif terhadap etika antroposentrisme. Alternatif itu, misalnya munculnya sentientisme, yang mengakui bahwa segenap ciptaan itu mempunyai perasaan, yang dapat merasakan kesenangan dan penderitaan; biosentrisme, yang mengakui kedudukan moral semua makhluk hidup; dan ekosentrisme, yang memandang ekosistem-ekosistem dan biosfer mempunyai arti moral yang tidak tergantung kepada arti para anggotanya. Untuk menandingi keangkuhan antroposentrisme, Sonny Keraf juga memberikan pemahaman dasar tentang paradigma baru di bidang etika lingkungan yang menentukan pola perilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, yaitu biosentrisme, ekosentrisme, hak asasi alam, dan ekofeminisme. Berdasarkan teori-teori etika tersebut, mantan Menteri Lingkungan Hidup ini membangun konsep baru bagi etika lingkungan hidup. Etika lingkungan hidup di sini harus dipahami sebagai disiplin ilmu dan sekaligus konsep tata kelola yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia, serta nilai dan prinsip moral yang menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam. Keberhasilan etika lingkungan melestarikan fungsi lingkungan hidup dan sumber daya yang terkandung di dalamnya tidak cukup bergantung pada perubahan perilaku individu, tetapi juga harus ada pengaturan sistem sosial dan politik yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, Keraf mencoba merumuskan sembilan prinsip etika lingkungan sebagai dasar pengembangan lebih lanjut dalam kaitannya kehidupan berbangsa dan bernegara serta hubungan antarbangsa (globalisasi).
1. Sikap Hormat Terhadap Alam Manusia sebagai anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis tersebut. Perwujudan nyatanya, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya. - 11 -
2. Tanggung Jawab Manusia dituntut untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Berarti, kelestarian dan kerusakan alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. 3. Solidaritas Kosmis Prinsip ini membangkitkan rasa sepenanggungan dan mendorong manusia untuk tidak merusak dan mencemari alam, seperti halnya tidak akan merusak kehidupannya sendiri. Prinsip ini berfungsi mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas keseimbangan kosmis. 4. Kasih Sayang dan Kepedulian Terhadap Alam Prinsip ini menghapus sifat diskriminasi dan dominasi manusia terhadap makhluk lainnya. Kasih sayang dan kepedulian menyadarkan bahwa semua makhluk hidup di alam ini mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat. 5. Prinsip No Harm Prinsip ini menjadi dasar perilaku manusia untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lain, sebagaimana manusia tidak dibenarkan secara moral untuk melakukan tindakan-tindakan yang merugikan sesama manusia. 6. Sederhana Hidup dan Selaras Dengan Alam Prinsip ini melandasi pola hidup baru, menggantikan pola hidup yang materialistis, konsumtif, dan eksploitatif. 7. Keadilan Prinsip ini memasuki wilayah politik ekologi, di mana pemerintah dituntut untuk membuka peluang dan akses yang sama bagi semua kelompok masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan publik lingkungan hidup dan dalam memanfaatkan sumber daya alam serta jasa lingkungan. 8. Demokrasi Prinsip ini selaras dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan pluralitas. Paradigma pembangunan berkelanjutan hanya mungkin diterima kalau pembangunan dipahami sebagai berdimensi plural. 9. Integritas Moral Prinsip ini sangat berkaitan dengan integritas moral pejabat publik. Selama pejabat publik tidak mau bertanggung jawab atas kebijakan dan tindakannya yang merugikan lingkungan hidup, lingkungan hidup akan tetap dirugikan.
- 12 -
SARAN Sebaiknya kita sebagai makhluk hidup yang telah mengetahui etika dapat mengaplikasikan tindakn etika yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari.
- 13 -