Professional Documents
Culture Documents
3. Hemositometer Hemositometer digunakan untuk menghitung eritrosit, lekosit dan trombosit. Alat ini terdiri atas kamar hitung, kaca penutup dan pipet. a. Kamar hitung Kamar hitung yang banyak digunakan adalah improved Neubauer. Gambar detail dari kamar hitung dapat Anda lihat pada gambar. b. Kaca penutup Kaca penutup dibuat benar-benar datar, agak lebih tebal dari kaca obyek. c. Pipet Pipet yang digunakan adalah pipet Thoma untuk mengencerkan eritrosit, terdiri atas pipa kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada salah satu ujung membentuk bola. Di dalam bola terdapat sebutir kaca merah. Pipet Thoma untuk mengencerkan lekosit sama dengan pipet eritrosit, namun di dalam bola terdapat sebutir kaca putih.
Venoject
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Kamar hitung
Pipet Thoma
4. Hemoglobinometer (hemometer) Hemoglobinometer digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin secara sederhana. Hemometer Sahli masih digunakan di laboratorium-laboratorium kecil atau di lembagalembaga pelayanan kesehatan dasar misalnya puskesmas. Sehingga, meskipun cara ini tak dianjurkan karena akurasinya yang rendah namun masih perlu dipelajari. Alat ini terdiri atas HCl, tabung reaksi dan pengaduk, pipet hemogobin serta warna pembanding. 5. Kaca obyek dan kaca penutup Kaca obyek berukuran 1 x 3 inci. Sebaiknya pinggir kaca obyek benar-benar rata sehingga baik untuk membuat sediaan apus. Kaca penutup harus tipis supaya dapat digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis.
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Biokimia-Program D3 Kebidanan
e. Angkat pipet sedikit lalu hisap HCl 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah f. Aduklah supaya cepat terjadi reaksi antara darah dan HCl. Selama pengadukan tambahkan setetes demi setetes aquades. g. Setelah 3-5 menit bandingkan warna tersebut dengan warna standar sampai benarbenar sama. Bacalah kadar Hb setinggi permukaan cairan dalam tabung Kelemahan metode ini adalah: a. Tak semua hemoglobin menjadi hematin asam, misalnya karboksihemoglobin (HbCO2), methemoglobin dan sulfhemoglobin b. Kemampuan visual pemeriksa sangat mempengaruhi hasil c. Cahaya yang kurang terang mempengaruhi hasil
Biokimia-Program D3 Kebidanan
7. Kocok pipet selama 3 menit, jaga agar cairan tak terbuang dari pipet 8. Buang semua cairan di batang kapiler (3-4 tetes) dan cepat sentuhkan ujung pipet ke kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup dengan sudut 30 o. Biarkan kamar hitung terisi cairan dengan daya kapilaritas 9. Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap 10. Gunakan lensa obyektif mikroskop dengan pembesaran 40 kali, fokus dirahkan ke garisgaris bagi dalam bidang besar yang tengah. 11. Hitunglah eritrosit di 5 bidang sedang yang masing-masing tersusun atas 16 bidang kecil, dari kiri atas ke kanan, ke bawah lalu ke kiri, ke bawah lalu ke kiri dan seterusnya. Untuk sel-sel pada garis, yang dihitung adalah pada garis kiri dan atas. 12. Jumlah lekosit per L darah adalah: jumlah sel X 10000
Penghitungan lekosit dan eritrosit (lingkaran besar: daerah penghitungan lekosit, lingkaran kecil: daerah penghitungan eritrosit)
Penghitungan trombosit Ada 2 cara penghitungan trombosit yaitu cara langsung dan cara tak langsung. Cara tak langsung tidak dibahas dalam kuliah ini. Untuk menghitung trombosit secara langsung, darah diencerkan dalam pipet eritrosit lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Pengencer yang digunakan adalah larutan Rees Ecker. Langkah-langkah pemeriksaan yang diterapkan adalah: 1. Hisap cairan Rees Ecker sampai tanda 1 dan buang lagi cairan tersebut 2. Hisap darah sampai tanda 0,5 dan cairan Rees Ecker sampai tanda 101 lalu kocok selama 3 menit 3. Lanjutkan langkah-langkah seperti penghitungan eritrosit 4. Biarkan kamar hitung selama 10 menit dalam posisi horisontal supaya trombosit mengandap 5. Hitunglah trombosit dalam seluruh bidang besar tengah dengan lensa obyektif besar 6. Jumlah trombosit per L darah adalah: jumlah trombosit x 2000.
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Keadaan trombosit Dalam pemeriksaan keadaan trombosit yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan mofologi trombosit. Jumlah trombosit dihitung dalam 100 lapangan penglihatan dan secara normal akan didapatkan lebih dari 500-1500 trombosit. Pemeriksaan morfologi trombosit dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk trombosit.
Keadaan eritrosit
Keadaan trombosit
Dalam pemeriksaan keadaan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah mofologi eritrosit meliputi bentuk bentuk, ukuran dan karakteristik warna.
eritrosit
Morfologi eritrosit
Ada beberapa kelainan morfologi eritrosit antara lain: 1. Anisositosis (abnormalitas ukuran eritrosit). Contoh mikrosit (eritrosit lebih kecil dari normal) pada kasus anemia defisiensi besi dan makrosit (eritrosit lebih besar dari normal) pada kasus anemia defisiensi asam folat. 2. Poikilositosis (abnornalitas bentuk eritrosit yaitu ada yang tidak bundar) Contohnya adalah kondisi hemoglobin patologik dan beberapa jenis anemia. 3. Polikromasi (terdapat beberapa eritrosit dengan warna kebiruan di antara eritrosit normal yang berwarna merah) Polikromasi menunjukkan adanya eritrosit yang masih muda. 4. Hipokrom (bagian pucat di tengah eritrosit meluas). Keadaan ini menunjukkan rendahnya kadar hemoglobin
Biokimia-Program D3 Kebidanan
5. Sferosit (eritrosit mendekati bentuk bola) Contoh kasus ini adalah anemia hemolitik Keadaan lekosit Dalam pemeriksaan keadaan lekosit yang perlu diperhatikan adalah hitung jenis (differential counting) lekosit.
Jenis-jenis lekosit
Hitung jenis adalah menghitung 100 lekosit dan mengelompokkan berdasarkan jenisjenisnya. Urutan pengelompokan adalah basofil, eosinofil, netrofil (batang dan segmen), limfosit dan monosit. Nilai normal dari hitung jenis adalah basofil: 0-1%, eosinofil: 1-3%, netrofil batang: 2-6%, netrofil segmen: 50-70%, limfosit: 20-40% dan monosit: 2-8%.
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Menghitung retikulosit
Hematokrit
Hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah. Ada 2 cara pemeriksaan hematokrit yaitu cara Wintrobe dan cara mikrometode. Pada kuliah ini hanya dibahas cara Wintrobe, dengan langkah langkah pemeriksaan sebagai berikut: 1. Ambil kapiler atau darah EDTA, darah heparin atau darah oksalat lalu masukkan ke dalam tabung Wintrobe hingga tanda 100 di atas. 2. Masukkan tabung ke dalam sentrifuge yang cukup besar lalu pusingkan selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm 3. Bacalah hasilnya dengan memperhatikan: a. Plasma di atas (kuning) dibandingkan dengan kaliumbikromat dan intensitasnya disebut satuan. Satu satuan adalah 1:10000 b. Ketebalan lapisan putih (lekosit dan trombosit) c. Volume sel-sel darah merah. Nilai hematokrit normal adalah pria: 40-48% dan wanita: 37-43%
Biokimia-Program D3 Kebidanan
1. Bersihkan bagian voler lengan bawah (cara Ivy) atau anak daun telinga (cara Duke) dengan alkohol 70% dan tunggu sampai kering. 2. Khusus untuk cara Ivy pasang manset sfigmomanometer pompa sampai batas tekanan 40 mmHg lalu pertahankan tekanan tersebut 3. Cara Ivy: tegangkan kulit dan tusuk dengan lanset sedalam 3 mm di lokasi 3 jari dibawah lipat siku Cara Duke: tusuk pinggir anak daun telinga dengan lanset sedalam 2 mm 4. Ketika darah mulai keluar, hidupkan stopwatch 5. Isap tetesan darah dengan kertas saring tiap 30 detik, cegah menekan kulit saat menghisap darah 6. Ketika darah tak terhisap hentikan stopwatch dan catatlah waktunya Masa perdarahan normal adalah 1-6 menit. Jika melampaui 10 menit perdarahan belum berhenti, hentikan percobaan. Batalkan percobaan jika hasil percobaan kurang dari 1 menit, karena terjadi akibat kurang dalamnya tusukan.
10
Biokimia-Program D3 Kebidanan
11
Biokimia-Program D3 Kebidanan
12
Biokimia-Program D3 Kebidanan
13
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Untuk menghindari kesalahan, sebaiknya gunakan juga serum anti A,B (serum golongan O). Ini berguna untuk mendapatkan subgroup A yang lemah, yang tidak bereaksi dengan serum Anti A. Object glass harus bersih benar, tidak boleh ada sisa zat kimia atau darah. Hal ini menghindari adanya aglutinasi palsu. Pedoman kesimpulan: Anti A Anti B Anti A,B Golongan darah O + + A + + B + + + AB Keterangan: + : terjadi aglutinasi, - : tidak terjadi aglutinasi
14
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Pemeriksaan ELISA secara tak langsung Langkah-langkah pemeriksaan ini adalah: 1. 2. 3. 4. Antibodi diletakkan di lempeng ELISA (ELISA plate) Antiserum pasien dimasukkan sehingga terbentuk ikatan antigen-antibodi Enzyme-linked anti HISG ditambahkan dan mengikat antibodi Substrat enzim ditambahkan dan reaksi menghasilkan produk yang menyebabkan perubahan warna
Lempeng ELISA
15
Biokimia-Program D3 Kebidanan
16
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Meletakkan darah pada monitor untuk memantau kadar glukosa darah Tugas: 1. Carilah nilai normal hasil pemeriksaan darah lengkap dari salah satu laboratorium klinik (boleh lembar aslinya saja) ! 2. Carilah nilai normal dari berbagai macam cara pemeriksaan gula darah !
17
Biokimia-Program D3 Kebidanan
WBC Seg Band Lymph Mono Eos Baso WBC morphology Plasma Appearance Biochemical profile -
7.9 6.241 (79%) 0.158 (2%) 1.027 (13%) 0.395 (5%) 0.079 (1%) 0.0 (0%) occasional polychromatophils 1+ Lipemia
Units BUN Creatinine Total protein Albumin Alkaline phosphatase Alkaline phosphatase w/ levamisole resistance Levamisole resistance Alanine aminotransferase Glucose Sodium 17 0.9 7.6 3.8 871 525 60 102 410 143 mg/dl mg/dl g/dl g/dl U/L U/L % U/L mg/dl mmol/L
18
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Potassium Chloride Bicarbonate Anion gap Calcium Phosphorus Magnesium Amylase Lipase Cholesterol Triglycerides Total bilirubin
4.7 107 14 27 11.2 3.5 2.4 687 353 302 755 0.1
mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L mg/dl mg/dl mg/dl U/L U/L mg/dl mg/dl mg/dl
3.9-5.0 107-125 14-24 11-28 9.3-11.4 3.2-5.4 1.6-2.4 276-1007 117-578 129-264 26-138 0.0-0.2
19
Biokimia-Program D3 Kebidanan
20
Biokimia-Program D3 Kebidanan
5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas, dengan cara: a. Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih b. Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen) c. Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti Gelas I diisi 20-30 ml pertama (berisi sel-sel uretra pars anterior dan prostatika) Gelas II diisi volume berikutnya (berisi unsur-unsur dari kandung kemih) Gelas III diisi volume terakhir (berisi unsur-unsur khusus dari uretra pars prostatika dan getah prostat) Urin 2 gelas diperoleh dengan cara sama dengan urin 3 gelas, dengan 2 gelas saja, gelas pertama diisi 50-75 ml. Urin ini digunakan untuk menentukan letak radang atau lesi yang menghasilkan darah atau nanah pada urin seorang pria.
21
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Indikator pH urin
22
Biokimia-Program D3 Kebidanan
7. Protein Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin). Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara Esbach.
Pemeriksaan proteinuria
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan adanya protein dengan cara pemanasan dengan asam asetat: a. Masukkan urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh b. Pegang ujung bawah tabung, panasi lapisan atas urin sampai mendidih selama 30 detik c. Bandingkan kekeruhan lapisan atas dengan lapisan bawah urin. Jika keruh mungkin disebabkan oleh protein d. Tetesi urin dengan asam asetat 6% (3-5 tetes). Jika tetap keruh maka tes protein positif. Jika kekeruhan hilang, penyebab kekeruhan pertama adalah kalsium fosfat atau kalsium karbonat e. Panasi sekali lagi sampai mendidih, lalu tentukan hasilnya: - Tak ada kekeruhan :- Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir :+ (protein 0,01-0,05%) - Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%) - Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%) - Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal: ++++(> 0,5%) 8. Glukosa Glukosuria ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.
23
Biokimia-Program D3 Kebidanan
d. Angkat tabung, kocok, lalu baca hasilnya sebagai berikut: - : biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh - + : hijau kekuningan dan keruh (0,5-1% glukosa) - ++ : kuning keruh (1-1,5% glukosa) - +++ : jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa) - ++++ : merah keruh (> 3,5% glukosa)
24
Biokimia-Program D3 Kebidanan
c. Ketas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan ditaruh mendatar di atas corong. Biarkan sampai agak kering. d. Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas presipitat di atas kertas saring e. Warna hijau menandakan adanya bilirubin 11. Urobilinogen Urobliinogen bereaksi dengan reagen Ehrlich membentuk zat warna merah.Adanya urobilinogen diketahui dengan percobaan Wallace dan Diamond atau dengan menggunakan carik celup. 12. Urobilin Urin segar praktis tak mengandung urobilin. Urobilin baru muncul kemudian setelah urobilinogen mengalami oksidasi. Cara yang dipakai adalah menggunakan Schlesinger. 13. Sedimen urin Sampel urin untuk pemeriksaan sedimen sebaiknya urin segar. Cara pemeriksaan sedimen antara lain: a. Makroskopis (perhatikan dengan mata telanjang tentang adanya sedimen. b. Mikroskopis, dengan langkah-langkah: 1) Kocoklah supaya sedimen bercampur 2) Masukkan 7-8 cc ke dalam tabung sentrifuge dan pusingkan selama 5 menit pada 1500-2000 rpm. 3) Tuang cairan atas keluar dari tabung dengan gerakan cepat dan luwes, kemudian tegakkan kembali tabung hingga cairan di dinding kembali ke dasar tabung. Volume sedimen dan cairan menjadi kira-kira cc. 4) Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen 5) Dengan menggunakan pipet Pasteur, taruh 2 tetes sedimen tersebut terpisah ke atas kaca obyek dan tutuplah masing-masing tetes dengan kaca penutup. 6) Turunkan kondensor mikroskop atau kecilkan diafragmanya, kemudian periksalah sedimen itu dengan lensa obyektif kecil (10X) 7) Periksa sedimen itu dengan lensa obyektif besar (40X) 8) Bacalah hasil pemeriksaan Macam-macam sedimen urin: a. Unsur organik 1) Sel epitel 2) Lekosit 3) Eritrosit 4) Silinder 5) Oval fat bodies 6) Benang lendir 7) Silinder 8) Spermatozoa 9) Potongan jaringan 10) Parasit 11) Bakteri-bakteri b. Unsur anorganik 1) Bahan amorf 2) Kristal normal 3) Kristal abnormal 4) Kristal obat 5) Bahan lemak
Tugas: Carilah dari referensi mengenai nilai normal hasil pemeriksaan sedimen urin !
25
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Epitel transisional
Epitel skuamosa
Lekosit
Eritrosit
26
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Silinder hialin
Silinder eritrosit
Silinder lekosit
Silinder granuler
27
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Silinder lilin
Kristal oksalat
28
Biokimia-Program D3 Kebidanan
Kristal Sistein
29
Biokimia-Program D3 Kebidanan
30
Biokimia-Program D3 Kebidanan