You are on page 1of 2

Layar Terkembang

Tuti dan Maria adalah sepasang kakak beradik. Tuti telah berumur dua puluh lima tahun, dan Maria berumur dua puluh tahun. Mereka lahir saat Indonesia belum merdeka, sehingga banyak suasana hidupnya yang masih didominasi oleh kekuasan Belanda. Mereka berdua merupakan anak Raden Wiriaatmaja, bekas wedana di daerah Banten. Meskipun mereka berdua kakak beradik, perbedaan mereka sangat menonjol. Tuti merupakan seorang yang tegap dan kukuh pendirian, serta segala kata yang diucapkannya terpilih dengan baik, sehingga dia tidak mudah memuji. Sedangkan adiknya, Maria sangat mudah mengagumi sesuatu. Suatu hari, mereka berdua pergi melihat-lihat ke akuarium di Pasar Ikan. Waktu itu, mereka bertemu seorang laki-laki muda bernama Yusuf. Kemudian, Yusuf, Tuti, dan Maria pulang bersama naik sepeda. Setelah sampai di rumah Tuti dan Maria, Yusuf lalu pulang. Saat perjalanan pulang, Yusuf selalu terbayang Maria yang terlihat lebih periang daripada Tuti. Keesokan harinya, Yusuf berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Dan dalam perjalanan, dia bertemu dengan Maria yang juga sedang berangkat sekolah. Mereka pun kembali bercakap-cakap tentang banyak hal. Sorenya, setelah Tuti selesai mengurus rumah, dia biasa membaca buku di teras depan rumahnya. Sementara Maria sibuk menyirami tanamannya. Kemudian, datanglah Yusuf yang mengendarai sepeda. Mereka bertiga lalu duduk di teras. Namun, belum lama mereka mengobrol, datanglah paman Tuti dan Maria, Partadiharja. Setelah itu, duduklah mereka bertiga dengan Parta dan Wiriaatmaja. Maka, ramailah percakapan mereka, terutama Parta yang mengeluh tentang adiknya, Saleh. Akhir-akhir ini, Tuti sedang sibuk mempersiapkan pertemuan perkumpulannya. Sudah lama dia bergabung dalam Perkumpulan Putri Sedar, yang berlatar belakang tentang peranan perempuan. Pada kongres kali ini, Tuti harus berpidato di depan., sehingga dia sibuk mempersiapkan naskah pidatonya. Pada hari Minggu, kongres diadakan. Dan Tuti membacakan pidatonya tentang sikap perempuan baru. Ketika dia berpidato, suasana dalam gedung itu menjadi tenang. Dia berpidato dengan sangat bersemangat tentang perempuan yang selalu diperbudak oleh laki-laki dan tidak diberi haknya secara penuh. Dia menolak semua perempuan harus takluk pada laki-laki. Sementara itu, setelah Yusuf selesai ujian doktoral pertama dan kedua, dia berlibur di rumah orang tuanya di Martapura. Namun, selama dia berlibur, tak ada pekerjaan yang ia lakukan selain berjalan-jalan di dusun. Saat hari ke sepuluh dari liburnya, Yusuf menerima sebuah surat dari Maria. Isinya mengatakan bahwa ia telah maju dalam ujiannya dan pergi bersama Tuti ke Bandung. Sepuluh hari sesudah itu, Yusuf meninggalkan Martapura menuju Panjang. Malam itu juga, ia menyeberang Selat Sunda dengan Kapal K.P.M. Esoknya, ia baru sampai ke daratan, langsung menaiki kereta api, dan menginap semalam di hotel Pasundan. Pukul tujuh pagi, dia naik sado menuju rumah saudara sepupu Maria. Setibanya diasana, Yusuf langsung bercerita banyak pada Tuti dan Maria. Esok harinya, Yusuf dan Maria berjalan-jalan ke air terjun Dago. Sesampainya mereka di sebuah jalan yang ditutupi daun bambu yang rindang, mereka melihat beberapa batang kembang setahun. Maria yang sangat menyukai bunga, terkagum melihat bunga setahun yang tumbuh di hutan bambu. Lalu, ia mencucukkan setangkai bunga itu di kuku

belalang kelepak baju Yusuf. Tiba-tiba, Yusuf memegang tangan Maria dan melekapkannya ke dadanya. Dan muncullah pernyataan dari mulut Yusuf bahwa ia cinta pada Maria.Mendengar pernyataan Yusuf tersebut, Maria tidak berkata apapun. Matanya hanya melihat pada Yusuf. Dan setelah itu, mereka pun pulang bersama-sama, dengan bergandengan. Setelah kejadian itu, kelakuan Maria menjadi agak berbeda. Percakapannya tentang Yusuf saja, ingatannya sering tidak menentu, dan sering melamun. Sehingga, Rukamah pun sering mengganggunya. Tuti yang berpendapat bahwa perempuan tidak boleh diperbudak oleh laki-laki pun merasa tindakan Maria itu sudah berlebihan. Maka, Tuti mengutarakan isi hatinya, tetapi itu malah membuat Maria tersinggung, sehingga pertengkaran pun tak terhindarkan. Suatu malam, Tuti sedang sibuk mempersiapkan pidato untuk kongres Putri Sedar berikutnya. Saat ia melihat Maria dan Yusuf sedang duduk-duduk berdua di luar, ia mulai merasa cemburu pada adiknya itu. Namun, ia selalu menyangkalnya. Setelah beberapa lamanya, keluarga Maria pun tahu dan mengerti tentang hubungan Maria dengan Yusuf. Sementara itu, Paman Tuti dan Maria dan juga istrinya, sering menggoda Maria tentang pertunangannya dengan Yusuf. Namun, Tuti yang telah sering melihat Maria dan Yusuf berjalan berdua, juga merasa cemburu pada mereka. Seumur hidupnya, Tuti belum pernah bertunangan dengan pria manapun. Memang pernah ia manjalin hubungan dengan seorang pria, tetapi kandas karena prinsipnya tentang sikap perempuan yang tidak boleh diperbudak laki-laki. Sekarang, ia hanya bisa memendam perasaan cemburunya dan menyangkalnya. Suatu pagi, Yusuf dan Maria berjalan-jalan di pantai dan malihat-lihat pemandangan yang indah. Di sana, mereka juga mencoba berlayar dengan sebuah perahu penangkap ikan di sekitar laut. Beberapa hari kemudian, Maria terjangkit penyakit malaria. Namun, di waktu Maria sakit seperti itu, penyakit yang lain ikut mengidapnya, yaitu penyakit TBC. Karena penyakitnya itu semakin parah, Tuti, Yusuf, dan ayahnya sepakat untuk membawa Maria ke sebuah rumah sakit di daerah Pacet. Secara bergantian, Tuti dan ayahnya menemani Maria di rumah sakit tersebut. Sementara itu, sebelum Maria mengidap penyakit TBC, Tuti sempat mendengar pernyataan cinta dari seorang laki-laki yang juga guru di sekolah tempatnya mengajar. Tuti memang telah berpikir terlalu panjang tentang keputusannya apakah akan menerimanya atau tidak. Namun, prinsipnya itu memang terlalu kuat untuk tidak menerimanya. Dengan sepucuk surat, ia menyatakan untuk tidak menerima cinta dari pria itu. Setelah tiba libur di sekolah Tuti dan Yusuf, mereka pun sering menemani Maria di rumah sakit. Namun, sewaktu mereka berdua menjenguk Maria, keadaan Maria sepertinya tidak jauh lebih baik dari awal dia dibawa ke rumah sakit itu. Dokter beralasan bahwa penurunan kondisi Maria tersebut dikarenakan Maria sering berjalan keluar, sehingga badannya sering lelah, padahal dia harus banyak istirahat. Akhirnya, karena kondisi Maria tidak membaik, ia pun meninggal dunia. Sebelum Maria meninggal, ia berpesan pada Tuti untuk menjaga Yusuf baik-baik, dan secara tidak langsung ia merelakan Yusuf pada Tuti. Maka, beberapa lama setelah pemakaman Maria, Tuti dan Yusuf resmi bertunangan dan akhirnya mereka berdua menikah.

You might also like