You are on page 1of 64

Tauhid

Berlalu sudah tahun 1423 yang bertabur dengan kejadian-kejadian penuh kenangan, menyenangkan maupun
yang tidak. Ia berlalu digantikan tahun 1424 yang penuh dengan pengharapan dan perbaikan. Begitulah sunnatullah
Penerbit: yang berlaku dan yang Allah gariskan untuk alam ini, selalu dan selalu ada pergantian. Ada masa kanak-kanak ada
Pustaka At-Turots Al- masa remaja, ada masa muda ada masa tua, ada hari ini dan ada hari esok. Semua silih berganti menduduki
Islamy Yogyakarta posisinya masing-masing.
Pemimpin Umum: Tapi ada hal penting yang harus direnungkan dari pergantian ini, “Apakah membawa perbaikan atau malah
Abu Nida’ Ch. Shofwan sebaliknya, semakin memburuk dan mengarah kepada kerusakan?” Pertanyaan inilah yang tampaknya perlu
menjadi perhatian kita bersama, baik untuk diri-diri kita pribadi maupun untuk bangsa, negara dan agama ini.
Tim Pengasuh:
Abu Humaid Arif Bertolak dari sinilah kami, kru Fatawa, mencoba untuk bagaimana selalu dan selalu bisa melakukan perbaikan,
dengan harapan dapat memberikan yang terbaik sebagaimana yang dicita-citakan dan diamanatkan.
Syarifuddin, Abu
Mush’ab, Abu Husam M. Mungkin para pembaca merasa heran dan menunggu-nunggu munculnya ‘Fatawa’ volume 5 yang sudah
berganti bulan masih juga belum hadir di tengah-tengah pembaca. Untuk edisi ini memang kami datang terlambat
Nurhuda, Abu Isa, Abu
karena kendala teknis dan pertimbangan-pertimbangan lain. Untuk itu, kami minta maaf. Beberapa waktu yang
Nida’ Ch. Shofwan lalu mungkin Fatawa sampai ke tangan pembaca dengan masa terbit yang tidak teratur, di pertengahan bulan
Pemimpin Redaksi/ Hijriyah atau malah sudah mendekati akhir bula. Dengan mengorbankan satu bulan kemarin (Muharram) dan
Usaha: menggabungkannya dengan bulan ini (Safar), kami berharap dapat menutupi kekurangan-kekurangan tersebut.
Tri Madiyono Besar harap pembaca dapat memaklumi kendala ini.
Sekretaris: Beralih kepada muatan Fatawa. Akhir-akhir ini, kampanye antimiras dan NAZA sedang gencar-gencarnya
Syafaruddin dicanangkan pemerintah, baik pada skala nasional maupun daerah. Pasalnya, ia merupakan ancaman kedua
yang paling menakutkan dan mematikan setelah AIDS, yang menyerang generasi fital anak bangsa. Kita sebagai
Staf Redaksi:
umat Islam sudah barang tentu berkewajiban mewaspadai dan membentengi generasi dari bahaya-bahaya
Abu Athifah, Abu Harun semacam ini serta menjelaskan kepada umat bagaimana sesungguhnya syariat agama memandang dan
Husain Sunding, Mubarok menanganinya. Yang demikian ini karena kita yakin bahwa agama adalah sumber penyelesaian. Fatawa kali ini
Pemasaran & Sirkulasi: mencoba mengupas barang-barang terlarang ini dalam timbangan agama, yang dibahas khusus dalam rubrik
Pak Siswanto JH aktual dengan menukilkan fatwa-fatwa para ulama.
(0812 279 7463) Di lain tempat, pada waktu-waktu tertentu kita sering jumpai kubur-kubur penuh dikerumuni orang, -- tentu
Setting-Layout: bukan karena di sana terdapat pertunjukan, akan tetapi-- mereka mencoba mengadu nasib semoga mendapat
Abdul Wahhab sesuatu yang diharapkan melalui perantaraan kubur tersebut (yang lebih dikenal dengan istilah bertawassul).
Itulah yang menjadi alasan kenapa mereka mau bersusah payah datang ke kubur tersebut untuk melakukan
Keuangan: serangkaian tata cara yang mirip dengan peribadatan ini. Bagaimana bertawassul dalam Islam dan kepada
Indra siapa atau bagaimana tawassul yang dibolehkan? Pertanyaan ini akan terjawab setelah Anda mengikuti tanya
Rekening: jawab pada rubrik Tauhid kali ini.
Rek.Giro: 801.20173001,
Pada kolom fatwa, Syaikh Utsaimin , seorang pengajar dan ulama besar Saudi Arabia, akan menjelaskan
BNI Syari’ah Cab. kepada kita siapa sesungguhnya “Firqah Najiyah” atau yang lebih dikenal dengan “Ahlus Sunnah wal Jamaah”
Yogyakarta, a.n. Yayasan sebagai golongan selamat yang banyak diaku-aku oleh banyak kelompok sempalan Islam, dan ditambah
Majelis At-Turots Al- keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang akan mengupasnya dari sisi ilmu dan amal pada kolom Manhaj.
Islamy Yogyakarta Setelah kita tahu betapa pentingnya tadabbur al-Qur’an sebagaimana yang telah dibahas pada pertemuan
Alamat Redaksi: lalu, rubrik Tafsir kali ini akan menjelaskan kepada kita bahwa ada hal lain yang dapat mengantarkan kepada
Islamic Center Bin Baaz, buah dari tadabbur yang tidak bisa tidak harus dikuasai oleh seorang qari (pembaca al-Quran). Bagaimana
Jl. Wonosari Km 10, penjelasannya, kali ini pembaca akan mendapatkan jawabannya.
Sitimulyo, Piyungan, Pada rubrik Fiqih, Anda akan mendapati apa saja yang merupakan sunnah fitrah yang banyak diabaikan.
Bantul, Yogyakarta Sedangkan pada rubrik Ahlaq yang membahas pentingnya silaturahmi, rubrik Firaq yang mengupas masalah
Telp/Faks: Shufiyah dan penyimpangannya, serta Profil yang mengupas kehidupan Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin
Hanbal yang gigih dalam mempertahankan kebenaran. Kisahnya diabadikan dengan tragedi Khalq al-
(0274) 522964
Quran. Kita berdoa dan bermohon semoga apa yang kita usahakan ini mendapat keridhaan- Nya. Amin.
081328711260
Email:
fatawa@ngajisalaf.net

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 1


Tauhid

Tauhid
 Tawassul 4
Fatw a
 Karakteristik Firqah Najiyah 12
Tafsir
 Perintah Mentajwidkan Al-Qur’an 16
Fiqih
 Sunnah-Sunnah Fitrah 22
Keluarga
 Hukum Syari’at dalam Membatasi Keturunan 27
 Orang Tua Memaksa Anak Laki-lakinya untuk Menikah 28
 Istri Menolak Tinggal Bersama Keluarga Suami 29
 Menikah Bagi Wanita Lebih Penting daripada Pendidikannya 30
 Hukum Suami Yang Memukul Istrinya dan Merampas Hartanya 30
 Hukum Istri Yang Mengambil Harta Suaminya Secara Diam-diam 31
Manhaj
 Mengenal Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Hal Ilmu dan Amal 32
Aktual
 Narkoba dalam Sorotan 38
Akhlaq
 Menyambung Tali Silaturahim 47
Firaq
 Tharikat Shufiyyah 52
Profil
 Ahmad bin Hambal, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah 58

2 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid

 Bagaimana Cara Berdzikir?


Assalamu’alaikum warahmatullahi Karena dzikir adalah salah satu bentuk ibadah
wabarakatuh yang diperintahkan,
Pengasuh Majalah Fatawa yang saya
hormati, dalam kesempatan baik ini saya
ingin menanyakan beberapa permasalah- “Wahai orang-orang yang beriman
an, semoga pengasuh bisa menjelaskan- berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang
nya dengan jelas dan terperinci. banyak” (QS. Al-Ahzab: 41)
1. Apakah thariqat-thariqat dzikir dan juga hadits Rasulullah :
sufiyyah itu mempunyai sanad yang
bersambung sampai Rasulullah 
atau sahabat? Dengan kata lain
apakah thariqat-thariqat dzikir itu ada
pada zaman Rasulullah  dan para
“Permisalan orang yang berdzikir kepada
sahabat hingga zaman tabi’ut tabi’in?
rabb-Nya dengan orang yang tidak berdzikir
Mohon penjelasan karena dikalangan
kepada rabb-Nya adalah seperti orang yang
mereka (pengikut thariqat dzikir sufi)
hidup dan orang yang mati” (H.R. Bukhari
ada pembicaraan tentang sanad,
dan Muslim)
pengambilan ijazah dan bai’at.
Maka pelaksanaannya tidak boleh lepas dari
2. Bagaimana sebenarnya kaifiyah dzikir
dua perkara: ihklas dan mutabaah.
yang nyunah menurut Rasulullah 
dan para sahabatnya? Ikhlas artinya ibadah itu hanya ditujukan
semata-mata untuk, karena dan kepada Allah
Demikian pertanyaan saya. Atas
, bukan yang lainnya dari perkara-perkara
perhatian dan penjelasan pengasuh saya
dunia.
ucakan banyak terima kasih .
Jazakumullah khairan katsira. Mutabaah artinya sesuai dengan tuntunan
Nabi , tidak membuat cara sendiri dan tidak
Vivi di Kalimantan
menambah-nambah apa yang sudah
disyari’atkan, baik caranya, jumlah/
Red: Vivi di Kalimantan, —semoga Allah bilangannya, waktunya dan tempatnya.
merahmatimu— untuk pertanyaan pertama Tuntunan syari’at dalam hal ini seperti:
silahkan simak terus kolom Firaq –
- Dalam berdzikir menggunakan lafazh yang
insyaAllah—antum akan temukan
ma’tsur (ada riwayat yang shahih atau
jawabannya.
hasan) dari Nabi Muhammad . Seperti
Untuk pertanyaan kedua, kaifiyat (tatacara) ( ) atau
dzikir yang sesuai dengan sunnah, secara
seperti dalam sabda Nabi , “Sebaik-baik
singkat penjelasannya sebagai berikut:

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 3


2
Tauhid

dzikir adalah: ( ) .” (Hadits petang hari, dzikir setelah shalat dilakukan


hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi). setelah selesai shalat, dzikir setelah adzan
Dan tidak ada contoh dari Nabi  dibaca setalah adzan, dsb.
berdzikir dengan hanya melafalkan - Menggunakan jari tangan untuk
( ) seperti yang dilakukan para menghitung bilangan dzikir, sebagaimana
pelaku bid’ah dari kalangan thariqat- yang terdapat dalam sebuah hadits yang
thariqat Shufiyyah sehingga menjadi diriwayatkan oleh Ibnu Umar katanya, “Aku
( ) atau ( ) atau ( ). melihat Nabi  menghitung tasbihnya
- Dengan bilangan yang telah ditentukan, dengan tangan kanannya.” (HR. Abu
jika memang terdapat riwayat yang Dawud II/81, Tirmidzi IV/521, dan lihat
membatasinya, seperti bertasbih, tahmid Shahih Al-Jami’).
dan takbir sebanyak 33 X setelah shalat. - Dilakukan dengan mengharap pahala dari
Tidak menentukan pembatasan jika tidak Allah dan takut dari adzab-Nya,
terdapat riwayat yang membatasinya. sebagaimana yang Allah perintahkan dalam
- Tidak bersuara keras yang dapat firman-Nya,
mengganggu saudaranya yang lain. Lihat
(QS. al-An’am:63)
- Jika ada pembatasan waktunya, maka “dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa
dilakukan sesuai dengan waktu yang telah takut dan harapan.” (QS. Al-A’raaf: 56). Yakni
disyari’atkan, misalnya dzikir pagi dan takut akan adzab-Nya dan berharap pahala
petang dilakukan pada waktu pagi & dan surga-Nya.

 Salah Simbol
Al-hamdulillah bertambah satu majalah ilmiah islamy yang berbobot.
Langsung saja ke permasalahan, ana hanya ingin menginformasikan bahwa pada
Fatwa vol. 4 pada rubrik ahklaq (birrul walidain) ada beberapa kesalahan simbol di
belakang tulisan Rasulullah  itu saja semoga fatawa semakin maju dan jaya.
Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Irfan di Malang
Red: Jazakallah atas informasinya dan ini sekaligus ralat. Semoga Fatwa semakin maju
dan jaya sebagaimana yang kita harapkan.

4 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Tauhid 

Tanya: Dihimpun dan diterjemahkan oleh


Abu Nida’ Ch. Shofwan & tim.redaksi
Di negeri kami terdapat kuburan
seseorang yang disebut-sebut sebagai
orang saleh. Di atas kuburan itu dibangun itu bertentangan dengan syariat,
sebuah bangunan (cungkup, -Jawa) yang sementara dia tinggal bersama mereka?
indah dan dihiasi dengan hiasan-hiasan
Jawab:
yang sempurna. Ada orang-orang yang
menjadi penunggunya yang disebut- Petunjuk Rasulullah  tentang ziarah
sebut sebagai para pewaris jabatan kubur telah dijelaskan di dalam hadits-
penunggu kubur tersebut secara turun- hadits yang shahih. Di antaranya hadits
temurun. Mereka menyeru manusia yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam
dengan berkata, “Sesungguhnya kitab Shahih-nya dari Buraidah , dia
penghuni kuburan ini pada malam ini berkata, “Rasulullah  sering mengajar-
telah berkata begini dan begitu, dan kan kepada mereka (para sahabatnya) jika
meminta ini”. Orang-orang yang tinggal mendatangi pekuburan agar mengucapkan,
di sekitar kuburan itu kemudian terpikat
hatinya dan meyakini setiap yang
dikatakan penunggu kuburan tersebut.
Akhirnya, mereka melakukan taqarrub
(mendekatkan diri), thawaf (berkeliling),
dan penyembelihan hewan (di kuburan
tersebut) serta hal-hal yang lain. Apa “Keselamatan atas kalian, wahai penghuni
hukum mereka yang meyakini bahwa wali kubur dari kaum mukminin dan muslimin.
(penghuni kuburan) tersebut mampu Kami insya Allah akan menyusul kalian.
mendatangkan manfaat atau mudharat? Kalian adalah pendahulu kami. Aku meminta
Apa saja kewajiban orang yang kepada Allah kesejahteraan untuk kami dan
mengetahui bahwa hal-hal yang seperti kalian.” 1

1
Ahmad (II/300, 375, 408) (V/353, 359, 360) (VI/71, 76, 111, 180, 221), Muslim dengan Syarh Nawawi
(VII/44, 45), Nasa’i (IV/94), dan Ibnu Majah (I/494).

Rubrik Tauhid yang hadir secara rutin dalam Fatawa ini disajikan dalam format tanya-jawab. Yang diambil dari fatwa-fatwa Lajnah Da imah
yang merupakan lembaga majelis ulama-ulama besar Kerajaan Saudi yang didirikan oleh pemerintah Saudi Arabia (SK. No:1/137 tanggal
8/7/1391H/1993M), dalam rangka memberikan fatwa-fatwa yang berkenaan dengan perkara-perkara agama seperti aqidah, ibadah
dan muamalah. Yang pada mulanya beranggotakan Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (Ketua), Syaikh Abdurrazzaak
Afifi Athiyyah (Wakil Ketua), Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Ghadyan (Anggota), Syaikh Abdullah bin Sulaiman bin Mani’ (Anggota).
Pada akhir tahun 1395H/1997M, Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh digantikan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah
bin Baaz. Fatwa-fatwa yang dinukilkan adalah fatwa yang dikeluarkan pada masa mereka; ditambah fatwa para ulama salaf lain yang tidak
terangkum kedalam kitab Majmu Fatawa Lil Lajnah Da imah.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 5


4
Tauhid

Imam Ahmad dan Tirmidzi —dan dia “Katakanlah, ‘Serulah mereka yang kamu
menyatakannya hasan— meriwayatkan anggap (sebagai sesembahan) selain Allah,
dari Ibnu Abbas , ia berkata, “Rasulullah mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat
 melewati pekuburan Madinah, maka zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka
beliau menghadapkan wajahnya ke arah tidak mempunyai suatu saham pun dalam
pekuburan itu dan berkata, (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali
tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya.’” (Q.S. Saba’:22)
Ayat ini menunjukkan bahwa (ilah/
sesembahan) yang diseru (selain Allah)
“Keselamatan atas kalian, wahai penghuni
bisa jadi memiliki (kekuasaan di langit
kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan
dan bumi) atau bisa pula tidak. Jika dia
kalian. Kalian pendahulu kami dan kami
tidak memiliki, maka bisa jadi dia adalah
akan mengikuti.”2
sekutu (bagi Allah dalam kekuasaan-Nya
Para Khalifah yang Empat dan sahabat itu), atau bisa juga bukan. Jika dia bukan
Nabi  yang lain serta para Tabi‘in yang sekutu (bagi Allah), bisa jadi dia
mengikuti mereka dengan baik telah pembantu (bagi Allah), atau bisa juga
menjalankan petunjuk Nabi  tersebut. bukan. Jika dia bukan pembantu (bagi
Allah), maka bisa jadi dia adalah pemberi
Mereka yang mendatangi penghuni
syafaat tanpa –harus mendapat- izin dari
kubur itu, jika mereka melakukannya
Allah, atau bisa pula bukan. Dan keempat
untuk berdoa kepada Allah di sisi kubur
macam (yang diseru) ini adalah batil,
tersebut dengan sangkaan bahwa yang
tidak bisa diterima. Lalu yang terakhir
demikian itu lebih bermanfaat dalam
jelas bahwa pemberi syafaat tidaklah
berdoa, sekaligus dengan tujuan ber-
dapat memberi syafaat melainkan
tawassul (menjadikannya sebagai
dengan izin-Nya (dan ini syarat
perantara) dan meminta syafaat
pertama, pent.). Sedangkan firman Allah
dengannya, maka yang demikian ini tidak
 yang berikut:
ada dalam syariat agama. Sedangkan
wasilah (sarana/perantara) memiliki
hukum yang sama dengan hukum tujuan “Dan mereka tidak memberi syafa‘at
dalam hal pelarangan. Allah  berfirman, melainkan kepada orang-orang yang diridhai
Allah.” (Q.S. Al-Anbiya’:28)
menunjukkan bahwa keridhaan Allah
 kepada yang disyafaati -juga-
merupakan syarat. Inilah dua syarat
(dalam memperoleh) syafaat.
Para sahabat  dahulu tidaklah ber-
tawassul dengan zat Rasulullah . Yang

2
H.R. Tirmidzi (III/369).

6 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Tauhid

mereka lakukan adalah meminta Nabi  mereka sebut dengan Dzatu Anwat, maka
supaya mendoakan mereka. Jadi, (ketika) kami melewati sebatang pohon
meminta tolong kepada orang yang hadir Sidrah (yang lain), kami berkata : “Ya
(ada di tempat), masih hidup lagi mampu Rasulullah  adakan untuk kami Dzatu
memberi bantuan adalah dibolehkan, Anwat sebagaimana mereka memiliki
namun tidak boleh meminta sesuatu yang Dzatu Anwat, maka berkata Rasulullah 
merupakan hak Allah . Ini untuk orang
yang masih hidup. Adapun orang yang
sudah mati, tidak boleh ber-tawassul dan
meminta syafaat kepadanya secara mutlak,
bahkan itu merupakan salah satu di antara
perantara-perantara menuju kesyirikan.
Adapun orang yang ber-i‘tikaf (tinggal
berdiam) di kuburan tersebut, maka
(keadaannya) tidak lepas dari dua “Allahu Akbar, sesungguhnya yang demikian
perkara yang berikut. adalah tradisi. Perkataan kalian, demi Zat
yang jiwaku di tangannya, sebagaimana
Pertama, tujuannya ber-i‘tikaf di sana perkataan Bani Isra’il kepada Musa, ‘Jadikan
adalah untuk beribadah kepada Allah , untuk kami tuhan-tuhan sebagaimana mereka
maka yang seperti ini tidak boleh dilakukan memiliki tuhan-tuhan, (Musa) berkata,
karena padanya terkumpul dua bentuk ‘Sesungguhnya kalian adalah kaum yang
kemaksiatan (penyelewengan), yaitu bodoh.’’3 Sungguh kalian akan mengikuti
maksiat ber-‘ukuf (tinggal di kuburan) dan tradisi orang-orang sebelum kalian.”4
maksiat beribadah kepada Allah di kuburan
karena yang demikian itu merupakan Nabi  mengabarkan bahwa perkara yang
wasilah (mengantarkan kepada) syirik yang mereka minta, yaitu menjadikan pohon
dilarang oleh Rasulullah . sebagai tempat ‘ukuf (berdiam) dan
menggantungkan senjata untuk mendapat-
Adapun tentang keharaman ber-‘ukuf, kan berkah, adalah serupa dengan
Tirmidzi di dalam kitab Jami‘-nya dalam permintaan yang diajukan oleh Bani Isra’il
sebuah hadits yang dinyatakannya shahih kepada Musa , maka demikian pula ‘ukuf
meriwayatkan dari Abu Waqid Al-Laitsi, (berdiam) di kubur. Diriwayatkan dari Abu
ia berkata, “Kami pernah keluar bersama Hurairah , dia berkata, “Telah bersabda
Rasulullah  menuju Hunain ketika kami Rasulullah ,
belum lama (meninggalkan) kekafiran.
Sementara itu, orang-orang musyrik
memiliki sebatang Sidrah (jenis pohon)
yang biasa mereka jadikan tempat ber-
‘ukuf (berdiam) dan menggantungkan
senjata-senjata mereka padanya, yang

3
Q.S. Al-A’raf:138.
4
H.R. Ahmad (V/218), Tirmidzi (IV/475).

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 7


6
Tauhid

“Janganlah kalian jadikan rumah kalian tentang hal ini banyak sekali, antara lain
sebagai kuburan dan jangan jadikan kuburku firman Allah :
sebagai tempat perayaan, dan bersalawatlah
atasku, sesungguhnya salawat kalian sampai
kepadaku bagaimanapun keadaan kalian.”5
Sedangkan yang berkenaan dengan
beribadah kepada Allah di kuburan, maka
Nabi  telah melarang yang demikian
“Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir, aku tidak
itu. Rasulullah  bersabda,
akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
“Semoga Allah membinasakan orang-orang Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
Yahudi. Mereka menjadikan kubur para nabi yang kamu sembah”.” (Q.S. Al-Kafirun:1-4)
mereka sebagai masjid (tempat ibadah).” Begitu pula firman-Nya:
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Larangan menjadikan kubur sebagai
“Dan tidak ada seorang pun yang setara
masjid (tempat ibadah) mengandung
dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlas:4)
larangan menjadikan kubur sebagai
tempat beribadah kepada Allah atau Dan di dalam hadits qudsi:
untuk beribadah kepada selain-Nya,
sama saja apakah terdapat bangunannya
ataupun tidak.
Adapun (perbuatan) mendatangi
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan
penghuni kubur lalu berdoa kepadanya
yang di dalamnya dia mempersekutukan Aku
dan meyakini bahwa dia memiliki manfaat
dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan
dan mudharat (bahaya), maka perbuatan
sekutunya.” (H.R. Muslim)
ini adalah syirik besar. Orang yang
melakukannya bisa jadi karena bodoh Adapun yang dikatakan penanya tentang
atau memang sudah mengetahuinya. dibangunnya bangunan berhias di atas
Jika sudah mengetahuinya, maka dia kubur tersebut, maka yang demikian ini
seorang musyrik (pelaku syirik) dengan adalah tidak boleh karena termasuk
kesyirikan yang mengeluarkannya dari mengagungkan penghuni kubur, dan
Islam. Adapun jika dia melakukannya merupakan pengagungan yang bid’ah
karena bodoh/tidak tahu, maka harus (mengada-ada), bertentengan dengan
dijelaskan kepadanya (hukum perbuatan wasiat Nabi  kepada Ali bi Abi Thilib :
tersebut). Jika dia kembali kepada
kebenaran, maka alhamdulillah, tetapi jika
tidak, maka dia dihukumi sama seperti
orang yang sudah mengetahui. Dan dalil
5
H.R. Tirmidzi (V/157), Abu Dawud (II/534), dan Ibnu Majah (I/348) di dalam Sunan.

8 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid

“Janganlah kamu meninggalkan gambar Adapun sembelihan dan nazar yang


terkecuali enggau telah menghancurkannya diperuntukan kepada wali maka ini syirik
dan tidak pula kubur yang diagungkan besar, karena kedua-duanya adalah
melainkan engkau telah meratakannya.”6 ibadah yang semestinya dilakukan untuk
Allah  karena merupakan hak-hak-Nya
Dan telah tetap dari Nabi  bahwa beliau
khusus-Nya yang maha mulia dan maha
melarang mengapuri kubur, duduk
tinggi, maka tidak boleh memalingkannya
atasnya, dan dibuat bangunan di atasnya.7
kepada selain Allah. Firman-Nya:
Adapun tanggung jawab (kewajiban) kita
dalam hal ini telah dijelaskan oleh
Rasulullah  dengan sabdanya,

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku,


ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu
“Barangsiapa yang melihat kemungkaran baginya;dan demikian itulah yang
maka hendaknya ia merubah dengan diperintahkan kepadaku dan aku adalah
tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan orang yang pertama-tama menyerahkan diri
lisannya dan bila ia tidak mampu maka (kepada Allah).” (Q.S. Al-An’am:162-163)
dengan hatinya dan yang demikian itu
selemah-lemah iman.”8 dan sabda Nabi :

maka wajib menghilangkan bangunan


tersebut sebatas kemampun, dan apa yang
dikatakan penanya tentang tinggal bersama
mereka maka tinggal bersama mereka tidak “Barangsiapa yang bernazar untuk berbuat
boleh selagi masih mungkin baginya tinggal ketaatan kepada Allah maka ta’atilah
bersama yang lain yang tidak melakukan (laksanakan), dan barang siapa yang bernazar
perbuatan seperti yang mereka perbuat, untuk bermasiat kepadanya maka janganlah
sebagimana firman Allah : mema’siatinya (melaksanakannya).”9

Demikian pula ketika seorang laki-laki


“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah (pada masa Rasulullah ) bernazar untuk
menurut kesanggupanmu.” (Q.S. At- menyembelih unta di Buanah, Rasulullah
Taghabun:16)  bertanya padanya,
6
Imam Ahmad (I/96, 129), Muslim dengan Syarah Nawawi (VII/36), Nasa’i (IV/88, 89), dan Tirmidzi (III/366).
7
Lihat HR. Imam Ahmad (III/295, 399), Muslim dengan Syarah Nawawi (VII/37), Tirmidzi (III/368),
Abu Dawud (III/552), Nasa’i (IV/86, 87), Ibnu Majah (I/498).
8
Muslim dengan Syarah Nawawi (II/21, 22), Abu Dawud (I/677), Tirmidzi (VI/407), Nasa’i (VIII/111),
Ibnu Majah (II/230), Abdu bin Humaid di dalam Al-Muntakhib (II/74).
9
H.R. Imam Ahmad (VI/36), Bukhari (VII/233, 234), Abu Dawud (III/593), Tirmidzi (IV/104), Nasa’i
(VII/17), Ibnu Majah (I/687), dan Darimi (II/184).

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 9


8
Tauhid

lagi, “Apakah di sana dilaksanakan perayaan


dari perayaan-perayaan mereka (musyrikin
jahiliah)?” Mereka berkata, “Tidak.” Nabi
bersabda, “Tunaikanlah nazarmu, sesungguh-
nya tidak ada penunaian untuk nazar yang
bermaksiat kepada Allah dan apa yang tidak
disanggupi anak Adam.”10.
Dalil ini menunjukkan bahwa sembelihan
“Apakah di sana ada watsan (berhala) dari dan nazar untuk Allah  merupakan
berhala-berhala jahiliah yang disembah?” ibadah sedangkan memalingkannya
Mereka mengatakan, “Tidak.” Nabi bertanya kepada selain Allah adalah syirik.11

Tanya:
Bolehkah seorang muslim ber-tawassul kepada Allah dengan (perantaraan) para nabi
dan orang-orang saleh? Saya telah mendengar pendapat sebagian ulama bahwa
ber-tawassul dengan (perantaraan) para wali tidak apa-apa karena doa (ketika) ber-
tawassul itu sebenarnya ditujukan kepada Allah. Akan tetapi, saya mendengar ulama
yang lain justru berpendapat sebaliknya. Apa sesungguhnya hukum syariat dalam
permasalahan ini?
Jawab:
Wali Allah adalah siapa saja yang beriman kepada Allah  dan bertaqwa kepada-Nya
dengan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh-Nya  dan meninggalkan segala
yang dilarang-Nya. Pemimpin mereka adalah para nabi dan rasul . Allah berfirman,

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertaqwa.” (Q.S. Yunus:62-63)
Tawassul kepada Allah dengan (perantaraan) para wali-Nya ada beberapa macam.
Pertama, seseorang memohon kepada wali yang masih hidup agar mendoakannya
supaya mendapat kelapangan rezeki, kesembuhan dari penyakit, hidayah dan taufiq,
atau (permintaan-permintaan) lainnya. Tawassul yang seperti ini dibolehkan. Termasuk
dalam tawassul ini adalah permintaan sebagian sahabat kepada Nabi  agar ber-
istisqa’ (memohon hujan) ketika hujan lama tidak turun kepada mereka. Akhirnya,
Rasulullah  memohon kepada Allah agar menurunkan hujan, dan Allah mengabulkan
doa beliau itu dengan menurunkan hujan kepada mereka. Begitu pula, ketika para
sahabat  ber-istisqa’ dengan perantaraan Abbas  pada masa kekhalifahan Umar

10
H.R. Abu Dawud (III/607) dan Baihaqi di dalam Sunan (X/73).
11
Fatawa Li Al-Lajnah Ad-Daimah li Al-Buhuts Al-‘Ilmiyah wa Al-Ifta’ (I/492-498). Pertanyaan fatwa nomor 315.

10 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid

. Mereka meminta kepadanya agar berdoa sebab yang disyariatkan dan bukan pula
kepada Allah supaya menurunkan hujan. suatu yang lumrah bagi terkabulnya
Abbas pun lalu berdoa kepada Allah dan sebuah doa. Karena itulah ketika
diamini oleh para sahabat  yang lain. Dan mengalami musim kemarau, para sahabat
kisah-kisah lainnya yang terjadi pada masa  berpaling dari tawassul dengan
Nabi  dan setelahnya berupa permintaan kedudukan Nabi  ketika berdoa meminta
seorang muslim kepada saudaranya sesama hujan dan lebih memilih ber-tawassul
muslim agar berdoa kepada Allah untuknya dengan doa paman beliau, Abbas ,
supaya mendatangkan manfaat atau padahal kedudukan Nabi  berada di atas
menghilangkan bahaya. kedudukan orang selain beliau. Demikian
pula, tidak diketahui bahwa para sahabat
Kedua, seseorang menyeru Allah
 ada yang ber-tawassul dengan
bertawassul kepada-Nya dengan
(perantaraan) Nabi setelah beliau wafat,
(perantaraan) rasa cinta dan ketaatannya
sementara mereka adalah generasi yang
kepada nabi-Nya, dan dengan rasa cintanya
paling baik, manusia yang paling
kepada para wali Allah dengan berkata, “Ya
mengetahui hak-hak Nabi , dan yang
Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-
paling cinta kepada beliau.
Mu dengan (perantaraan) rasa cintaku
kepada nabi-Mu dan ketaatanku kepadanya Keempat, seorang hamba meminta
serta dengan rasa cintaku kepada para wali- hajatnya kepada Allah dengan bersumpah
Mu agar Engkau memberiku ini (atas nama) wali atau nabi-Nya atau
(menyebutkan hajatnya).” Tawassul yang dengan hak nabi atau wali dengan
seperti ini boleh karena merupakan tawassul mengatakan, “Ya Allah, sesungguh-nya
dari seorang hamba kepada rabbnya aku meminta ini (menyebutkan hajatnya)
dengan (perantaraan) amal-amal sholehnya. dengan (perantaraan) wali-Mu si fulan
Termasuk tawassul jenis ini adalah kisah yang atau dengan hak nabi-Mu fulan,” maka
shahih tentang tawassul tiga orang, yang yang seperti ini tidak boleh. Sesungguhnya
terjebak dalam sebuah goa, dengan amal- bersumpah dengan mahkluk terhadap
amal saleh mereka12. mahkluk adalah terlarang, dan yang
Ketiga, seseorang meminta kepada Allah demikian terhadap Allah Sang Khaliq
dengan (perantaraan) kedudukan para adalah lebih keras lagi larangannya. Tidak
nabi atau kedudukan seorang wali dari ada hak bagi mahkluk terhadap Sang
wali-wali Allah dengan berkata –misalnya- Khaliq (pencipta) hanya semata-mata
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta karena ketaatannya kepada-Nya 
kepadamu dengan kedudukan nabi-Mu sehingga dengan itu dia boleh bersumpah
atau dengan kedudukan Husain.” Tawassul dengan para nabi dan wali kepada Allah
yang seperti ini tidak boleh karena atau ber-tawassul dengan mereka. Inilah
kedudukan wali-wali Allah -dan lebih yang ditampakkan oleh dalil-dalil, dan
khusus lagi kekasih kita Muhammad -, dengannya aqidah islamiyah terjaga dan
sekalipun agung di sisi Allah, bukanlah pintu-pintu kesyirikan tertutup.13

12
H.R. Imam Ahmad (II/116), Bukhari (III/51, 69) (IV/147) (VII/69), dan Muslim dengan Syarah Nawawi (XVII/55).
13
Fatawa li al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’ (I/498-500), pertanyaan kedua dari fatwa
nomor 1328.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 11


10
Fatwa
Tauhid 

Oleh: Syaikh Ibnu ‘Utsaimin


Syaikh ditanya tentang karakteristik sangat ber-adab kepada Allah  dan
yang terpenting dari Firqah Najiyah rasul-Nya, tidak berani berbuat lancang
(Golongan yang Selamat), dan apakah terhadap Allah  dan rasul-Nya, seperti
kekurangan pada karakteristik ini memasukkan sesuatu ke dalam
mengeluarkan seseorang dari golongan peribadatan yang tidak diperintahkan
tersebut? (disyari’atkan) oleh Allah .
Jawab: Dalam hal akhlaq, mereka juga
Karakteristik terpenting dari Firqah tampak berbeda dengan yang lain,
Najiyah adalah tamassuk (berpegang) karena akhlaq mereka yang mulia, seperti
dengan apa yang dibawa oleh Nabi  mencintai kaum muslimin, suka
baik dalam hal aqidah, ibadah, ahklaq berlapang dada, bermuka manis, bagus
maupun muamalah (hubungan dalam bertutur kata, bermurah hati,
antarmanusia). Dalam hal-hal inilah berani dan yang lainnya daripada ahklaq
Firqah Najiyah tampak berbeda dengan yang baik lagi mulia.
yang lain.
Dalam hal muamalah, terlihat
Dalam hal aqidah, mereka sangat mereka berhubungan dengan orang lain
memegang teguh al-Qur’an dan as- secara jujur dan jelas, sebagaimana yang
Sunnah dalam mengesakan (men-tauhid- diisyaratkan oleh Nabi  di dalam
kan) Allah  secara murni di dalam sabdanya:
uluhiyah (peribadatan kepada-Nya),
rububiyah (perbuatan-perbuatan-Nya)
serta nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Dalam hal ibadah, terlihat Firqah
Najiyah ini berbeda dengan yang lain
karena mereka memegang secara
sempurna dan menerapkan apa yang “Jual-beli itu dengan pilihan/tanpa paksaan
dibawa oleh Nabi  di dalam (membatalkan atau meneruskan akad jual-beli)
peribadatan, baik jenisnya, sifat, kadar, selama belum berpisah (antara penjual dan
waktu, tempat dan sebab-sebabnya. pembeli), jika saling berbuat jujur dan saling
Tidak didapati mereka melakukan bid’ah menjelaskan diberkahi jual-beli keduanya. Jika
(mengada-adakan sesuatu yang baru) di saling berdusta dan saling menyembunyikan
dalam agama Allah ini. Bahkan mereka terhapus berkah jual-beli keduanya.” 1

1
Bukhari hadits no.1973,1976 dan Muslim hadits no.1534.

12 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Fatwa

Adapun kekurangan pada karakteris-


tik ini tidaklah mengeluarkan seseorang
dari Firqah Najiah, akan tetapi masing-
masing memiliki derajat sesuai dengan
kadar amalnya. Namun kekurangan pada “Sesungguhnya orang-orang yang memecah
sisi Tauhid mungkin bisa mengeluarkan- belah agamanya dan mereka (terpecah)
nya dari Firqah Najiah, seperti tidak menjadi beberapa golongan, tidak ada
adanya ikhlas. Demikian pula halnya sedikitpun tanggung jawabmu terhadap
dengan perbuatan-perbuatan bid’ah, yaitu mereka.” (Q.S. Al-An’am:159)
apabila seseorang melakukannya dapat Seia-sekata dan berpadunya hati
mengeluarkannya dari Firqah Najiah. termasuk di antara karakteristik
terpenting Firqah Najiyah —Ahlus Sunnah
Adapun kekurangan dalam hal
wal Jamaah—. Jika terjadi perselisihan
berakhlaq dan ber-muamalah tidaklah
pendapat di antara mereka karena hasil
menjadikannya keluar dari golongan
ijtihad dalam perkara-perkara ijtihadiyah
Firqah Najiah. Sekalipun hal tersebut
(yang memungkinkan terjadinya ijtihad dan
mengurangi martabatnya.
perbedaan pendapat) tidaklah menjadikan
Terkadang kita perlu merinci dalam mereka saling mendendam, bermusuhan
masalah ahklaq, karena yang terpenting dan tidak pula saling membenci. Akan
dalam akhlaq adalah seia-sekata diatas tetapi tetap menganggap mereka sebagai
kebenaran, sebagaimana yang telah saudara sekalipun terdapat perselisihan
diwasiatkan oleh Allah  diantara mereka. Sehingga seseorang
diantara mereka tetap shalat di belakang
imam yang dipandang olehnya tidak
dalam keadaan berwudhu, sementara
imam memandang bahwa ia masih dalam
keadaan berwudhu, seperti jika salah
seorang diantara mereka berma’mum
“Dia telah mensyari`atkan kamu tentang kepada imam yang baru memakan
agama apa yang telah diwasiatkan-Nya daging unta. Imam di sini berpendapat
kepada Nuh dan apa yang telah Kami bahwa memakan daging unta tidaklah
wahyukan kepadamu dan apa yang telah membatalkan wudhu, sementara
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan ma’mum berpendapat sebaliknya –
Isa yaitu, ‘Tegakkanlah agama dan janganlah bahwa makan daging unta membatalkan
kamu berpecah belah tentangnya.’” (Q.S. wudhu—maka dalam hal ini shalat di
As-Syura:13) belakang imam tersebut sah. Sekalipun
seandainya ia shalat seorang diri akan
dan Allah mengabarkan bahwa menganggap shalatnya tidak sah.
Muhammad  berlepas diri dari mereka Semua ini karena mereka memandang
yang memecah belah agama sehingga bahwa perselisihan pendapat yang
menjadi beberapa golongan: muncul karena sebab ijtihad dalam

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 13


12
Fatwa
Tauhid

perkara yang dibolehkan adanya perjanjian. Maka Rasulullah  mengutus


ijtihad, hakikatnya bukanlah beberapa sahabatnya (untuk menuju
perselisihan, karena masing-masing bani Qraizhah) sambil mengatakan:
yang berselisih telah mengikuti dalil
yang wajib mereka ikuti yang
mereka tidak boleh berpaling “Janganlah salah seorang -diantara kalian-
darinya. Mereka memandang bahwa mengerjakan shalat ashar kecuali di Bani
saudara mereka yang menyelisihi dalil Quraizhah.”3
yang ia pegang pada prinsipnya telah
Maka keluarlah para sahabat dari
sepakat dengannya, yaitu mengikuti dalil
Madinah menuju Bani Quraizhah. Dan
pula (meskipun berbeda dengan apa
ketika datang waktu shalat ashar,
sebagian mereka mengakhirkan shalat
ashar hingga sampai di bani Quraizhah
sementara waktu shalat ashar telah
lewat, karena Rasulullah  mengatakan,
“Janganlah salah seorang -di antara kalian-
mengerjakan shalat ashar kecuali di bani
Quraizhah.” Sebagian lain shalat tepat
pada waktunya dan berkata,
“Sesungguhnya Rasulullah  memaksud-
yang ia pegang), bagaimanapun adanya. kan -dengan sabdanya- agar kita
Jika yang lain menyelisihi dalil yang ia bersegera untuk keluar (menuju bani
pegang pada hakikatnya telah Quraizhah), bukan untuk mengakhirkan
menempuh apa yang diserunya, dan shalat sampai keluar dari waktunya.” –
telah mengambil petunjuk al-Qur’an dan dan mereka inilah yang benar— akan
sunnah Rasulullah . tetapi meskipun demikian Nabi  tidaklah
mencela satu pun dari kedua kelompok
Bukanlah suatu yang asing bagi para tersebut (setelah sampai beritanya
ulama akan apa yang terjadi diantara kepada beliau) dan tidak pula menjadikan
para sahabat dalam perkara seperti ini. diantara mereka saling bermusuhan atau
Sekalipun (perselisihan itu) di masa membenci hanya dikarenakan berbeda
Rasulullah akan tetapi tidaklah dalam memahami ungkapan Nabi 
(Rasulullah ) mencela salah satu yang tersebut. Oleh karena itu saya (Syaikh
berselisih diantara mereka. Contohnya Ibnu Utsaimin) memandang bahwa wajib
ketika Rasulullah  pulang dari perang bagi kaum muslimin yang menisbatkan
ahzab, Jibril mendatangi beliau dan kepada sunnah untuk menjadi umat yang
mengisyaratkan untuk keluar memerangi satu dan jangan sampai menjadi berhizib-
bani Quraizhah2 yang telah mengingkari hizib (berkelompok-kelompok), yang ini

2
Salah satu kelompok kaum Yahudi yang tinggal di sekitar Madinah saat itu.
3
Bukhari, hadits no.904

14 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Fatwa

menisbatkan kepada satu kelompok dan


yang lain pada kelompok yang lain lagi,
demikian pula yang ketiga dan
seterusnya. Saling menjatuhkan di antara
mereka dengan ungkapan yang buruk,
saling bermusuhan, saling membenci
hanya karena perbedaan yang dibolehkan
berijtihad di dalamnya. Tidak perlu saya
(Syaikh Utsaimin) menyebutkan kelompok
tersebut satu persatu karena orang yang
berakal memahami dan telah jelas bagi
mereka perkara ini.
Saya (Syaikh Utsaimin) memandang
Halaman Cover (warna)
bahwa wajib bagi Ahlus Sunnah untuk
bersatu meskipun mereka berselisih - Depan dalam Rp. 1.000.000,-
pendapat dalam suatu perkara selama
- Belakang dalam Rp. 700.000,-
bersandar kepada dalil-dalil berdasarkan
pemahaman mereka masing-masing; - Belakang luar Rp. 700.000,-
(yang demikian) karena dalam perkara
seperti ini terdapat kelapangan —walilahil
hamdu—. Dan yang terpenting adalah satu Halaman Dalam (hitam putih)
hati dan satu kata. Tidak diragukan lagi
- 1 halaman Rp. 500.000,-
bahwa musuh-musuh kaum muslimin
senang jika kaum muslimin saling - 1/2 halaman Rp. 300.000,-
berpecah, sama saja apakah mereka
musuh yang terang-terangan
menampakkan permusuhan ataupun
musuh yang kelihatan menampakkan
loyalitas kepada Islam atau kaum muslimin
count
padahal hakikatnya tidaklah demikian.
Maka wajib atas kita menunjukkan dis
karakteristik ini, yang merupakan
karakteristik golongan yang selamat, yaitu
bersepakat diatas satu kata.4
Hubungi:
Bagian Pemasaran
Pak Siswanto JH
(08122797463)
Islamic Center Bin Baaz
Jl. Wonosari km 10
4
Al-Majmu’ ats-Tsamin II/54

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 15


14
Tauhid
 Tafsir

Dihimpun dan diterjemahkan oleh: Abu Abdurrahim Syamsuri

“Dan bacalah al-Qur‘an itu dengan Syaikh Abdurrahman as-Sa‘di


tartil (perlahan-lahan)” berkata di dalam tafsirnya, “Karena
(Q.S. Al-Muzammil:4) sesungguhnya membaca al-Quran
dengan tartil itu akan mampu
menghasilkan tadabbur dan tafakkur
Makna Lafazh dan Ayat
terhadap makna ayat-ayat, dan juga bisa
Adh-Dhahhak (salah seorang imam menggerakkan (memotivasi) hati
ahlus sunnah) berkata, “Bacalah al- pembacanya.”
Qur‘an huruf demi huruf.”
Imam asy-Syaukani berkata
Ibnu Abbas  menafsirkan, dalam tafsirnya, “Yakni bacalah al-Quran
“Bacalah al-Qur‘an dengan bacaan yang dengan pelan-pelan disertai dengan
jelas.” tadabbur. Dan makna tartil itu adalah
memperjelas bacaan semua huruf dalam
Mujahid menafsirkan, “Bacalah al-
al-Quran dan memenuhi hak-hak huruf1
Quran dengan perlahan-lahan.”
tersebut dengan sempurna tanpa
Ali bin Abu Thalib  berkata, “Tartil ditambah atau dikurangi.”
adalah membaca al-Quran dengan
Imam Ibnul Jazari berkata, “Dalam
mentajwidkan huruf-hurufnya dan
hal ini, Allah  tidak hanya
mengetahui tempat-tempat waqaf
memerintahkan membaca al-Quran
(berhenti) yang benar.”
dengan tartil dalam bentuk fi‘il amr (kata
perintah) semata, bahkan Allah 
Penjelasan Ahli Tafsir dan menguatkan perintah-Nya itu dalam
Ulama bentuk mashdar2 . Hal ini dalam rangka
menunjukkan betapa besar dan
Imam Ibnu Katsir berkata, “Yakni,
pentingnya masalah tartil ini; dan dalam
bacalah al-Quran itu dengan perlahan-
rangka memberikan dorongan kepada
lahan karena hal itu sangat membantu
umat Islam untuk mencari pahala dari
dalam memahami dan tadabbur al-
Allah  dengan cara tersebut.”
Quran.” Selanjutnya beliau berkata, “Dan
dengan cara tartil itulah Rasulullah  Syaikh Abdul Fattah bin Abdul
membaca al-Quran.” Aziz al-Qari berkata, “Dan salah satu

1
Makhroj dan sifat huruf.
2
Istilah dalam ilmu bahasa Arab (Sharf).

16 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Tafsir

dalil yang diambil ulama tentang engkau membacakannya kepada


wajibnya membaca al-Quran dengan manusia dengan perlahan-lahan karena
tartil adalah firman Allah : hal itu lebih mudah untuk bisa dipahami
dan dihafalkan. Yang pasti, bentuk
bacaan yang diperintahkan oleh Allah 
‘Dan bacalah al-Quran itu dengan tartil ini tidak bisa terwujud kecuali dengan
(perlahan-lahan).’ (Q.S. Al-Muzammil: 4)” menjaga hukum-hukum tajwid di dalam
Syaikh Athiyyah berkata dalam membacanya sebagaimana yang
kitabnya, Ghayatul Murid, “Sungguh Allah dicontohkan oleh Rasulullah .”
 telah mensyari’atkan dalam membaca 2. Firman Allah :
al-Quran itu dengan sifat yang tertentu
dan dengan cara yang paten (baku), dan
Allah  telah mewajibkan Nabi-Nya
dengan hal tersebut di dalam firman-Nya:
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al-
Kitab kepadanya, mereka membacanya
‘Dan bacalah al-Quran itu dengan tartil.’ dengan bacaan yang sebenarnya. Mereka itu
yakni, bacalah al-Quran dengan pelan adalah orang-orang yang beriman
dan tenang disertai dengan tadabbur. Dan kepadanya.”.(Q.S. Al-Baqarah:121)
membaca dengan tartil itu hanya bisa
didapatkan dengan melatih lisan terus- Imam Syaukani berkata, “Yakni,
menerus dalam masalah tahqiq, tafkhim, mereka itu mengikuti al-Quran,
panjang-pendek, izhhar, idgham, ikhfa’, mengamalkan isinya, menghalalkan yang
ghunnah, dan makhraj-nya.3" halal, mengharamkan yang haram,
membacanya dengan benar dan sebaik-
Ayat-Ayat Lain yang baiknya, tidak merubah bacaannya dan
Semakna tidak menyelewengkan maknanya.”

1. Firman Allah : Syaikh Abdul Fatah bin Abdil Aziz


al-Qari berkata, “Dan termasuk di antara
hak-hak tilawah adalah membacanya
dengan baik dan benar, termasuk juga
mengamalkan kandungan yang ada di
“Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dalamnya.” Beliau juga berkata, “Dan ayat
dengan berangsur-angsur agar kamu ini merupakan salah satu dalil wajibnya
membacakannya perlahan-lahan kepada membaca al-Quran dengan ber-tajwid.”
manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.” (Q.S. Al-Isra’:106)” Hadits-Hadits Rasulullah 
Syaikh Athiyyah berkata dalam a. Dari Zaid bin Tsabit , ia berkata,
Ghayah al-Murid halaman 15, “Yakni agar “Rasulullah  bersabda,

3
Tahqiq, tafkhim, izhhar, idgham, ikhfa’, ghunnah, makhraj adalah istilah-istilah dalam ilmu tajwid.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 17


16
Tafsir
Tauhid

“Sesungguhnya Allah  senang apabila al-


Quran itu dibaca persis sebagaimana
diturunkan.”4 “Akan dikatakan kepada orang yang hafal al-
b. Dari Hudzaifah Ibnul Yaman , ia Quran pada hari Kiamat, ‘Bacalah dan naiklah
berkata, “Rasulullah  bersabda, dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau
dulu membacanya dengan tartil di dunia, karena
sesungguhnya kedudukanmu sesuai dengan
“Bacalah al-Quran itu dengan dialek/logat akhir ayat yang engkau baca.’”7
dan suara-suara yang biasa diterapkan oleh
e. Rasulullah  bersabda,
bangsa Arab.”5
c. Dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah
 bersabda, “Hiasilah al-Quran dengan suara-suara kalian.”8
Syaikh Ali Bawwab berkata, “Ulama
ahli hadits telah memberikan tafsir
“Orang yang mahir dalam (membaca) al- terhadap hadits ini bahwa maksudnya
Quran dia itu beserta malaikat penyampai ialah:
wahyu yang mulia lagi berbakti.”6
Syaikh Athiyyah berkata,
“Baguskanlah suara-suara kalian ketika
“Demikianlah, bahwasanya orang yang
membaca Al-Quran.”9
membaca al-Quran dengan tajwid,
membaguskan bacaannya sedang dia f. Rasulullah  bersabda,
mutqin (menguasai) dan mahir di dalam
membacanya, serta mengamalkan isinya,
maka kedudukannya disejajarkan
dengan malaikat muqarrabin.”
“Barangsiapa yang ingin membaca al-Quran
d. Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ,
persis sebagaimana diturunkan, maka
dia berkata, “Rasulullah  bersabda,
hendaknya dia membacanya sebagaimana
bacaan Ibnu Mas‘ud.”10

4
H.R. Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya.
5
Jami’ al-Ushul hal 459 Juz II
6
Bukhari dan Muslim.
7
H.R. Tirmidzi dalam Bab Pahala Al-Quran; dan Abu Dawud dalam Bab Disunnahkan Membaca Al-
Quran dengan Tartil.
8
H.R. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ahmad.
9
At-Tamhid.
10
H.R. Bukhari.

18 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Tafsir

Syaikh Athiyyah berkata, “Maksud Ketahuilah bahwa faedah yang


hadits ini –wallahu a‘lam- adalah dapat dipetik tatkala men-tajwid-
hendaknya Al-Quran itu dibaca kan bacaan al-Quran adalah
sebagaimana bacaan Ibnu Mas‘ud yang kemudahan dalam tadabbur
berupa keindahan suara, kesempurnaan makna-makna Kitabullah dan
tartil, dan ketelitian dalam membaca.” memikirkan rahasia-rahasianya
g. Rasulullah  juga bersabda, serta mampu mendalami
maksud-maksud yang
terkandung di dalamnya

membaca al-Quran dengan tajwid antara


lain adalah atsar yang dibawakan oleh
“Ambillah (bacaan) al-Quran dari empat Sa‘id bin Manshur di dalam kitab sunan-
orang: dari Abdullah bin Mas‘ud, Salim, nya bahwa Abdullah bin Mas‘ud
Mu‘adz, dan Ubay Ibnu Ka‘ab.”11 mengajarkan al-Quran kepada
Syaikh Abdul Aziz al-Qari berkata, seseorang. Lalu orang tersebut membaca
“Hadits di atas berisi perintah Rasulullah ayat:
 kepada umat ini agar mempelajari 12
bacaan al-Quran dari orang-orang yang
13
mutqin dan mahir dalam bacaannya.” dengan memendekkan mad-madnya .
Maka berkatalah Abdullah bin Mas‘ud
Selanjutnya beliau berkata, “Semua ini menegurnya, ‘Tidak seperti itu bacaan
menunjukkan bahwa di sana ada bentuk yang diajarkan oleh Rasulullah 
yang khusus dalam membaca al-Quran, kepadaku.’ Lalu laki-laki tersebut berkata,
yaitu bentuk yang diambil dari Rasulullah ‘Kalau begitu bagaimana bacaan
. Maka barangsiapa menyelisihi atau Rasulullah , wahai Abu Abdirrahman?’
tidak memperdulikan bacaan tersebut, Ibnu Mas‘ud membaca ( )
berarti dia telah menyelisihi sunnah dan
dengan memanjangkan madnya.”
tidak membaca al-Quran sebagaimana
ketika diturunkan. Bentuk bacaan yang Dan juga sebuah atsar yang
dimaksud itu oleh para ulama diistilahkan diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas bin
dengan ilmu tajwid.” Malik bahwa beliau suatu ketika ditanya
tentang bacaan al-Quran Rasulullah ,
Atsar-Atsar Sahabat maka beliau menjawab, “Bacaan beliau
adalah dengan memanjangkan madnya,
Syaikh Abdul Aziz al-Qari berkata
lalu beliau membaca:
dalam kitabnya, Qawa’id at-Tajwid, “Dan
dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban

11
H.R. Bukhari.
12
Q.S. At-Taubah:60.
13
Mad adalah tanda baca dalam al-Quran yang menunjukkan bahwa bacaan pada huruf yang terdapat
tanda baca tersebut dibaca panjang. Yakni mengurangi ukuran panjang bacaan yang seharusnya.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 19


18
Tafsir
Tauhid

Rasulullah  memanjangkan lafazh ( ), kemudahan dalam tadabbur makna-


( ), dan ( ) tatkala membacanya.” makna Kitabullah dan memikirkan
rahasia-rahasianya serta mampu
Dan dalil yang lebih jelas lagi yang mendalami maksud-maksud yang
menunjukkan bahwa membaca al-Quran terkandung di dalamnya.”14
dengan tajwid merupakan sunnah
Rasulullah  adalah sebuah atsar yang Dalam halaman lain Imam Ibnul Jauzi
diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ummu berkata, “Inilah sunnatullah bagi orang
Salamah tatkala ditanya tentang bacaan yang membaca al-Quran dengan ber-
Rasulullah , beliau mencontohkannya tajwid sebagaimana al-Quran diturunkan.
dengan sebuah bacaan yang jelas dan Telinga akan merasakan kelezatan ketika
terperinci huruf demi huruf. mendengarkannya, hati akan menjadi
khusyu’ ketika mendengarkannya,
Imam asy-Syuyuti berkata dalam sehingga hampir-hampir menerbangkan
kitabnya, Al-Itqan, “Sa‘id bin Manshur akal dan mengambil hati orang-orang
telah mengeluarkan di dalam sunan-nya yang mendengarkannya. Ini merupakan
dari Zaid bin Tsabit bahwa dia berkata, rahasia dari rahasia-rahasia Allah  yang
diberikan kepada makhluk-Nya yang dia
‘Bacaan al-Quran itu merupakan sebuah kehendaki. Sungguh aku telah
sunnah Rasulullah yang diikuti.’” menjumpai sebagian guru-guru kita yang
sekalipun tidak mempunyai suara yang
Imam asy-Syuyuti berkata dalam Al-
bagus dan tidak pula mengenal nada dan
Itqan, “Termasuk perkara yang sangat
lagu, namun mereka mampu membaca
penting adalah mentajwidkan bacaan al-
dengan ber-tajwid dan meluruskan lafazh-
Quran ….” Lalu beliau berkata, “Telah
lafazhnya. Karena itu, apabila mereka
dikeluarkan sebuah atsar dari Ibnu
membaca al-Quran, mereka mampu
Mas’ud bahwasanya beliau berkata,
membius para pendengarnya dan
mengambil hati mereka (memikat)
‘Bacalah oleh kalian al-Quran itu dengan sampai tidak tersisa lagi.”
bertajwid’
lalu beliau berkata, ‘Dan Ibnu Mas’ud  Celaan Ulama Kepada Orang
adalah orang yang mempunyai andil yang Tidak Mentajwidkan
sangat besar di dalam masalah tajwidul Bacaannya
qur’an.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
berkata, “Tidak pantas pagi para
Faedah Mentajwidkan Al- penuntut ilmu untuk bermakmum di
Quran belakang imam yang belum benar
Ibnul Jauzi berkata, “Ketahuilah bacaan Fatihahnya dan terjatuh ke dalam
bahwa faedah yang dapat dipetik tatkala kesalahan membaca lahnul Jaliy
men-tajwid-kan bacaan al-Quran adalah (kesalahan yang jelas) dengan

14
Tamhid fi ‘Ilmi at-Tajwid.

20 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Tafsir

mengubah sebuah huruf dari makhraj dengan tajwid itu adalah wajib secara
yang sebenarnya atau mengubah sebuah syar‘i. Orang akan berdosa apabila
harakat. Adapun imam yang terjatuh ke meninggalkannya. Pendapat ini adalah
dalam kesalahan yang samar atau dia pendapat sebagian besar ulama ahli
membaca dengan qiraah yang lain (dari hadits dan fuqaha.”
salah satu qiraah sab‘ah 15 ) maka
Syaikh Abduh Abbas Al-Walidi
shalatnya dan juga makmum yang di
berkata, “Hukum lahnul jaliy17 itu haram.
belakangnya sah shalatnya, seperti orang
Barangsiapa yang terjatuh ke dalam
yang membaca ( ) dengan ( )
lahnul jaliy, maka tidak sah menjadi imam
karena kedua bacaan tersebut adalah
shalat. Adapun tentang lahnul khafiy18,
bacaan yang mutawatir.” 16
maka hukumnya haram menurut jumhur,
Berkata Ibnul Jazari: sedang sebagian lagi mengatakan
makruh.”19
Maraji’:
1. Tafsir Ibnu Katsir
2. Taisir Karimir Rahman
3. Fathul Qadir
4. Al-Itqan
5. Qawa’idu Tajwid karya Abdul
Aziz Al-Qari
Membaca al-Quran dengan bertajwid itu 6. Ghayatul Murid karya Atiyyah
Wajib Qabil Nashr
Barangsiapa tidak mentajwidkan al-Quran 7. Al-Majmu’ul Mufid karya
maka dia berdosa Abduh Abbas Al-Walidiy
Karena dengan bertajwid itulah Allah 8. At-Tamhid karya Ibnul Jazari
menurunkan al-Quran
Dan dengan tajwid itulah al-Quran sampai
kepada kita
Syaikh Abdul Aziz al-Qari berkata
mengomentari syair di atas, “Beliau
berpendapat bahwa membaca al-Quran

15
Qiraah Sab’ah (bacaan yang tujuh) bukanlah sebagaimana yang dikenal dengan tujuh lagu bacaan
(seperti bayati, hijaz dan sebagainya) yang memang tidak dikenal di masa salaf as-shaleh akan
tetapi tujuh cara baca yang telah disepakati sejak jaman sahabat.
16
Majmu’ Fatawa yang ditashhih oleh Syaikh Ibnul Qasim, juz 22 hal 443.
17
Kesalahan yang jelas, yang akan merubah makna ayat seperti kesalahan dalam membaca makhroj
dan harakat, memendekkan bacaan mad dll.
18
Kesalahan yang samar, yang tidak merubah makna ayat seperti meninggalkan membaca ghunnah
(dengung) dll.
19
Al-majmu’ mufid fi ilmit tajwid.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 21


20
Tauhid
 Fiqih

Oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman dalam kitabnya Al-As‘ilah wa Al-Ajwibah Al-Fiqhiyah
Dinukil dan diterjemahkan oleh Abu Mus’ab

Tanya: “Sepuluh perkara yang termasuk fitrah,


Apa saja sunnah-sunnah fitrah itu dan yaitu: memotong kumis, membiarkan jenggot,
apa dalilnya? bersiwak (gosok gigi), memasukkan air ke
dalam hidung (ketika berwudhu), memotong
Jawab: kuku, membasuh ruas jari, mencabut bulu
Yaitu sunnah-sunnah yang ketiak, mencukur bulu kemaluan, beristinja’
disebutkan dalam hadits Abu Hurairah  (dengan menggunakan air).” Zakaria
dan hadits Aisyah . Adapun hadits Abu berkata, “Mush’ab berkata, ‘Aku lupa
Hurairah , ia berkata, “Rasulullah  perkara yang kesepuluh. Kalau tidak
bersabda, salah adalah berkumur.’” (H.R. Ahmad,
Muslim, Nasa’i, dan Tirmidzi)2

Tanya:
Adakah dalil yang menjelaskan
“Lima perkara yang termasuk fitrah, yaitu:
tentang -batasan-batasan waktu dalam-
mencukur bulu kemaluan, berkhitan,
memotong kumis, memotong kuku,
memotong kumis, mencabut bulu ketiak, dan
mencabut bulu ketiak, dan mencukur
memotong kuku.” (H.R. Jama‘ah1)
bulu kemaluan? Tolong jelaskan beserta
Adapun hadits Aisyah, yaitu dari jalan dalilnya!
Zakariya bin Abu Zaidah dari Mush‘ab bin
Abu Syaibah dari Thalq bin Habib dari
Jawab:
Ibnu Zubair dari ‘Aisyah , ia berkata, Semua itu dilakukan setiap pekan
“Rasulullah  bersabda, berdasarkan hadits riwayat Al-Baghawi
di dalam musnad-nya3 dari ‘Abdullah bin
‘Amru bin al-‘Ash :

“Bahwasanya Nabi  memotong kuku dan


kumisnya setiap hari Jum‘at.”

1
Bukhari (no. 5550, 5552, 5939), Muslim (no. 257), Abu Dawud (no. 4198), Tirmidzi (no. 2756) –dan
ini lafalnya-, Nasa’i (no. 10), Ibnu Majah (no. 292).
2
Ahmad (VI/137), Muslim (no. 261), Nasa’i (no. 5040), Tirmidzi (no. 2757).
3
Al-Baghawi

22 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Fiqih

Dan makruh hukumnya bila jenggotnya dan memuliakan kaum


membiarkannya (tidak dipotong) lebih wanita dengan (panjang) rambutnya.”
dari empat puluh hari berdasarkan
Allah berfirman ,
riwayat dari Anas bin Malik , ia berkata,

“Katakanlah, ‘Taatlah kepada Allah dan


taatlah kepada rasul-Nya.’” (Q.S. Al-
Maidah:92 dan At-Taghabun:12)
Allah  berfirman,
“Kami telah diberi tempo dalam memotong
kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak,
dan mencukur bulu kemaluan jangan sampai
dibiarkan lebih dari empat puluh malam.”
(H.R. Muslim dan Ibnu Majah) 4 “Apa saja yang datang dari Rasul, maka
ambillah, dan apa saja yang dilarang oleh
Sementara Ahmad, Tirmidzi dan Abu Rasul maka tinggalkanlah.” (Q.S. Al-
Dawud5 meriwayatkan dengan lafal, Hasyr:7)
Allah juga berfirman,
“Rasulullah  telah memberi tempo kepada
kami ….”

Tanya:
“Maka hendaklah orang-orang yang
Tolong jelaskan tentang hukum
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa
mencukur jenggot dan memotong kumis
cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S.
beserta dalil-dalilnya!
An-Nur:63)
Jawab:
Dan hadits dari Abu Hurairah , dia
Diharamkan mencukur, memotong, berkata, “Rasulullah  bersabda,
mencabut, dan membakar jenggot. Allah
 berfirman,

“Dan benar-benar telah Aku muliakan anak “Potonglah kumis dan biarkan jenggot,
cucu Adam.” (Q.S. Al-Isra’:70) selisihilah orang-orang Majusi.” (H.R.
Al-Baghawi –rahimahullah- berkata, Ahmad dan Muslim6)
“Ada yang menafsirkan bahwa Allah Diriwayatkan dari Ibnu Umar  dari
memuliakan kaum laki-laki dengan Nabi , beliau bersabda,

4
Muslim (no.258), Ibnu Majah (hadits no.295).
5
Ahmad (III/122)-dengan tanpa lafal , Tirmidzi (no. 2759), Abu Dawud (no. 4199).
6
Musnad Ahmad (II/365, 366), Muslim (no. 260).

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 23


22
Fiqih
Tauhid

“Selisihilah orang-orang musyrik (dengan ‘Bukan termasuk dari golongan kita orang
cara) melebatkan jenggot dan memendekkan yang tasyabbuh kepada selain kita
kumis.” (H.R. Mutafaq ‘alaih7) (menyerupai orang kafir). Janganlah kalian
semua menyerupai orang-orang Yahudi dan
Imam Ahmad8 meriwayatkan dari Abu Nasrani.’”10
Hurairah , dia berkata, “Rasulullah 
telah bersabda, Dan riwayat dari Ibnu Umar 
(dengan lafal),

“Barangsiapa yang menyerupai mereka


sampai dia mati, maka akan dikumpulkan
‘Panjangkanlah jenggot dan potonglah
bersama mereka.”
kumis. Janganlah kalian menyerupai orang-
orang Yahudi dan Nasrani.’” Dari Zaid Bin Arqom, dia berkata,
“Bahwasanya Rasulullah  telah
Al-Bazzar meriwayatkan dari Ibnu
bersabda,
Abbas  secara marfu‘ (yaitu hadits yang
riwayatnya diangkat sampai kepada Nabi
“Barangsiapa yang tidak memotong
):
(memendekkan supaya tidak menutupi
bibirnya) maka bukan termasuk dari
golongan kami.” (H.R. Ahmad,Tirmidzi,
“Janganlah kalian meyerupai orang-orang
dan Nasa’i)
asing: panjangkanlah jenggot.”
Dan dari Ibnu Abbas , dia berkata,
Ibnu Umar  berkata, “Rasulullah 
telah bersabda,

‘Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum


maka dia termasuk dari mereka.’”9
Dan riwayat yang lain dari ‘Amru Bin “Adalah beliau Rasulullah  memotong atau
Syu‘aib dari bapaknya dari kakeknya dari mencukur sebagian dari kumisnya dan
Rasulullah , beliau bersabda, demikian pula yang dilakukan Nabi Ibrahim

7
Bukhari (no.5553), dan Muslim (no.259).
8
Lihat Al-Musnad (II/356)
9
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4031) dari Ibnu Umar , sedangkan Al-Bazzar meriwayatkannya
dari Hudzaifah  (VII/368).
10
Tirmidzi (no. 2695), beliau berkata,”Hadits ini sanadnya dhaif.”

24 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Fiqih

—khaliilurrahmaan shalawaatullah ‘alaihi.”


(H.R. Tirmidzi)
Muhaddits abad ini Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani –
rahimahullah- telah menjelaskan hukum
mencukur jenggot dalam kitabnya, Adabu
Az-Zifaf, hal. 118-123. Beliau berkata,
“Mencukur jenggot termasuk adat
“Yang dilaknati Allah dan syaitan itu
kebiasaan yang sangat buruk bagi orang
mengatakan, “Saya benar-benar akan
yang fitrahnya masih sehat, dan itu
mengambil dari hamba-hamba Mu bagian
adalah sebuah bencana yang telah
yang sudah ditentukan (untuk saya) (119) dan
menimpa sebagian besar kaum laki-laki,
aku benar-benar akan menyesatkan mereka,
yaitu berhias diri dengan cara mencukur
dan akan membangkitkan angan-angan
jenggot yang itu tidak lain hanya karena
kosong pada mereka dan akan menyuruh
ikut-ikutan kepada orang-orang kafir
mereka (memotong telinga-telinga binatang
eropa. Sampai-sampai menjadi aib bagi
ternak), lalu mereka benar-benar
mereka apabila ada laki-laki yang
memotongnya dan akan aku suruh mereka
menikah kemudian menjumpai istri
(merobah ciptaan Allah) lalu benar-benar
barunya dalam kandisi tidak mencukur
mereka merobahnya. Barang siapa yang
jenggotnya. Bahkan ada kesesatan lain
menjadikan syaitan menjadi pelindung selain
dalam masalah ini yaitu mereka
Allah, maka sesungguhnya ia menderita
membiarkan jenggotnya ketika ada salah
kerugian yang nyata.”
seorang kerabat karibnya yang wafat
(sungguh bukan mata kepala mereka
yamg buta akan tetapi mata hati mereka Ini adalah nash yang jelas yang
yang buta ). Dan orang yang mencukur menjelaskan tentang hukum merubah
jenggot berarti masuk dalam beberapa ciptaan Allah  tanpa ada izin dari-Nya,
penyimpangan, diantaranya adalah: yang berarti telah mentaati perintah
Syaitan, dan bermaksiyat kepada al-
Merobah ciptaan Allah . Allah  Rahmaan. Maka sudah pasti bahwa
berfirman dalam al-Qur’an surat an Nisaa’
laknat Rasulullah saw itu dimaksudkan
ayat 118-119
kepada orang-orang yang merobah
ciptaan Allah  dengan tujuan
(prasangka) supaya lebih baik (dari yang
sebelumnya), maka tidak diragukan lagi
perkara cukur jenggot dengan tujuaan
supaya lebih ganteng ini (!?) termasuk
di dalamnya. Pelaknatan tersebut
termasuk dalam mencukur jenggot
sebagaimana yang telah saya katakan
dan itu sangat jelas, tanpa adanya izin

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 25


24
Tauhid
Fiqih

dari Allah , supaya tidak ada orang yang Telah diketahui bahwa disana ada
menyangka (sebaliknya) bahwa yang kaidah, “Perintah itu mengandung faidah
termasuk dalam perobahan tersebut wajib, kecuali ada qarinah (tanda yang
adalah seperti mencukur bulu kemaluan menujukkan tidak wajibnya perintah
atau yang sejenisnya yang telah diizinkan tersebut)”. Padahal qorinah (tanda) yang
oleh syariat , bahkan disunnahkan atau ada disini memperkuat hukum wajibnya
diwajibkan . memelihara jenggot, yaitu:
Perbuatan tersebut menyelisihi 1- Menyerupai orang-orang kafir
perintah Rasulullah , sabda beliau : Rasulullah  bersabda:

“Potonglah kumis dan peliharalah jenggot.”


(H.R. Buhari dan Muslim)
“Potonglah kumis, peliharalah jenggot dan
Arti dari kata inhakuu adalah
selisihilah orang-orang majusi.” (H.R.
sempurnakan dalam memotang, dan
Bukhari dan Muslim).
maksud sempurna dalam memotong
disini adalah memotong apa yang Yang juga menambah kuatnya
melebihi (menutupi) bibir bukan hukum wajib memelihara jenggot adalah:
mencukur bersih karena mencukur bersih 2- Menyerupai wanita. Padahal
itu menyelisihi sunnah shahihah yang Rasulullah  benar-benar telah melaknat
telah dilakukan oleh Rasulullah . Untuk laki-laki yang menyerupai wanita dan
itu Imam Malik ketika ditanya tentang melaknat wanita yang menyerupai laki-
orang yang memanjangkan kumisnya laki (H.R. Bukhari X/274). Dan tidak
berkata, “Saya berpendapat dicambuk tersembunyi lagi bahwasanya laki-laki
supaya bertaubat.” Beliau berfatwa bagi yang mencukur jenggot yang telah Allah
orang yang mencukur kumisnya, “Ini  berikan kepadanya sebagai pembeda
adalah satu kebid’ahan yang muncul di bagi kaum laki-laki dengan perempuan,
tengah-tengah masyarakat.” Riwayat Al- maka mencukur jenggot merupakan
Baihaqi (1/151) lihat fathu al-bari (10/ penyerupaan laki-laki dengan wanita
285-286). yang paling besar.
Karena itulah Imam Malik tidak Semoga apa yang telah kami
mencukur kumisnya. Ketika ditanya sampaikan berupa sebagian dalil-dalil
tentang hal itu beliau berkata, “Telah yang ada bisa memuaskan orang-orang
berkata kepadaku Zaid bin Aslam dari yang terkena cobaan dengan
Amir bin Abdillah bin az-Zubair penyelisihan ini. Semoga Allah
bahwasanya Umar bin al-Khathab  mengampuni kita semua dan
apabila marah berdiri bulu kumisnya.” mengampuni mereka dari semua yang
Riwayat at-Thabrani di Mu’jam al-Kabir tidak disukai dan di ridhai-Nya.
(1/4/1) dengan sanad yang shahih . Amiin .

26 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
 Keluarga

Rubrik keluarga kali ini tampil dalam wajah berbeda. Problematika rumah
tangga dan solusinya kami tampilkan dalam bentuk soal jawab yang
dinukilkan langsung dari kitab kumpulan fatwa-fatwa ulama Tanah Suci
Haram dengan hujah di bawah bimbingan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Semoga menambah bekal Anda dalam mengayuh bahtera rumah tangga.

 Hukum Syariat Dalam Membatasi Keturunan


Tanya: Apakah ada dalil dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang melarang penggunaan
beberapa jenis obat-obatan, seperti obat pencegah kehamilan? Bagaimana pandangan
Syaikh terhadap masalah pembatasan keturunan? Apa dampak yang ditimbulkannya?
Jika kita melihat keadaan dunia sekarang ini yang jumlah penduduknya melonjak yang
pada gilirannya menuntut peningkatan program penghematan bahan pangan, apakah
kita mengatakan bahwa kesepakatan dari para ulama dan para dokter tetap menjadi
hujah sebagaimana pada jaman Sahabat. jika memang benar saya harap penjelasan
akan hal itu?

Jawab: Telah keluar sebuah ketetapan dari


Majelis Ulama Kerajaan Saudi pada
muktamarnya yang kedelapan di Riyadh “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
pada bulan Rabi‘ul Awwal tahun 1396 H rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat
tentang hukum mencegah dan membatasi Kokoh.” (Q.S. Adz-Dzariat : 58).
kehamilan serta keluarga berencana. Isi
dari ketetapan itu adalah mengharamkan
pembatasan keturunan secara mutlak “Dan tidak ada suatu binatang melata pun
karena bertentangan dengan fitrah di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
manusia (naluri manusia) yang sehat yang rezekinya.” (Q.S. Hud:6)
telah Allah berikan, dan karena hal tersebut Adapun jika upaya mencegah kehamilan
bertentangan dengan syariat agama Islam itu ditempuh karena suatu sebab yang
yang menganjurkan umatnya untuk memang darurat, seperti si ibu senantiasa
memperbanyak keturunan. Di samping itu, melahirkan dengan proses yang tidak
hal tersebut dapat melemahkan normal, yaitu harus melalui operasi
keberadaan kaum mulimin dengan pembedahan ketika melahirkan, maka
diperkecilnya jumlah mereka, dan upaya seperti ini dibolehkan. Adapun
menyerupai perbuatan orang-orang masalah menggunakan obat-obatan
jahiliyah yang berburuk sangka terhadap tertentu untuk menunda kehamilan
Allah . Tidak boleh mencegah kehamilan selama selang waktu tertentu demi suatu
dengan menggunakan cara apapun jika kemaslahatan bagi si ibu, misalnya
wanita yang hamil takut menjadi miskin, karena tubuhnya lemah untuk dapat
karena yang demikian itu berarti berburuk melahirkan dalam waktu yang rapat
sangka kepada Allah . Allah berfirman, sehingga membahayakan, maka yang

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 27


26
Keluarga
Tauhid

seperti ini pun dibolehkan. Dan terkadang dari kerusakan, selalu memprioritaskan yang
penundaan kehamilan itu sudah dapat lebih baik jika terdapat dua kebaikan, dan
ditentukan (sehingga diketahui) kapan si memilih bahaya yang terkecil jika terdapat
ibu siap kembali untuk mengalami dua bahaya (yang memang tidak ada pilihan
kehamilan, atau (bisa dengan) lain selain keduanya).
mencegahnya sewaktu-waktu jika memang
sudah tampak jelas bahayanya. Fatawa Lajnah Daimah. Dinukil dari
Sesungguhnya syariat Islam datang kitab “Fatawa Ulama al-Bilad al- Haram”.
membawa kebaikan dan menyelamatkan hal. 493-494.

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
 Orang Tua Memaksa Anak Laki-Lakinya Untuk
Menikah
Tanya: Apa hukum orang tua yang memaksa anak laki-lakinya untuk menikah dengan
perempuan yang tidak shalihah? Apa pula hukum orang tua yang menolak menikahkan
anak laki-lakinya dengan perempuan shalihah?

Jawab: Tidak boleh seorang ayah mengatakan, “Tidak boleh kamu menikah
memaksa anak laki-lakinya menikah dengannya.” Dia tetap boleh menikahinya
dengan perempuan yang tidak dia ridhai, walaupun orang tuanya melarang.
baik karena aib (cela) yang terdapat pada Karena anak tidaklah harus mentaati
agama, tabiat, atau akhlaknya. Betapa ayahnya dalam hal-hal yang tidak
banyak orang tua yang menyesal membahayakan (merugikan) ayahnya,
memaksa anak-anak mereka untuk dan justru bermanfaat bagi si anak.
menikahi wanita-wanita yang tidak dia Seandainya kita mengharuskan sang
sukai, dengan berkata, “Nikahilah dia anak untuk mentaati orang tua dalam
karena dia sepupumu,” atau “karena dia segala hal, sampai dalam hal-hal yang
dari sukumu.” Atau alasan-alasan yang sesungguhnya bermanfaat bagi si anak
lain. Anak dalam hal ini tidak harus dan tidak merugikan ayahnya, niscaya
menuruti perintah tersebut, dan orang akan banyak terjadi kerusakan. Tetapi
tua tidak boleh memaksa anak laki- tentu saja seorang anak dalam
lakinya. menghadapi kasus seperti ini hendaknya
bersikap luwes terhadap ayahnya (orang
Demikian pula halnya jika si anak ingin
tuanya), melayaninya sebisa mungkin,
menikahi seorang wanita yang shalihah
dan meyakinkannya semampu mungkin.
tetapi orang tuanya melarang, maka anak
itu tidak harus mengikuti larangan Kumpulan Fatwa Syaikh al-
tersebut, jika memang dia menginginkan Utsaimin II/761. Fatawa Ulama al-
isteri yang shalihah, sekalipun ayahnya Bilad al-Haram” hal. 506-507.

28 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Keluarga
Tauhid

 Isteri Menolak Tinggal Bersama Keluarga Suami


Tanya: Seorang pemuda berumur 23 tahun menikah secara sunnah dengan
seorang gadis, putri saudara kandung ayahnya. Setelah beberapa waktu menikah,
kurang lebih empat bulan, mereka tinggal di rumah sang ayah. Pemuda itu bercerita,
“Pada suatu hari terjadi kesalahpahaman antara isteriku dengan keluargaku, sampai
akhirnya dia pulang ke rumah orang tuanya. Setelah kejadian itu dia meminta
saya untuk menyewa sebuah rumah sehingga kami dapat tinggal sendiri, terjauh
dari masalah-masalah, atau kami tinggal di rumah orang tuanya dengan syarat
hubungan saya dengan keluarga saya tidak boleh terputus dan saya meminta
dari mereka kesenantiasaan dauman. Saya pun menyetujui permintaannya itu,
kemudian saya sampaikan kepada keluarga saya. Akan tetapi mereka menolaknya
dan memaksa saya agar tetap tinggal bersama mereka. Berdosakah saya karena
menolak tinggal bersama mereka dan lebih memilih tinggal bersama isteri di
rumah ayahnya?

Jawab: Kasus seperti ini banyak timbul hilanglah perasaan perasaan sakit hati di
di antara keluarga seorang laki-laki (di antara mereka. Dan dalam kondisi seperti
satu pihak) dan isterinya (di pihak lain). itu, janganlah suami memutus hubungan
Seyogyanya seorang suami dalam silaturahim dengan keluarganya, tetapi
menghadapi kasus seperti ini agar dia harus tetap berhubungan dengan
berusaha semampu mungkin untuk mereka. Dan lebih baik lagi jika rumah
mendamaikan mereka (isteri dan baru yang mereka berdua tempati itu
keluarganya), dan menegur dengan cara dekat dengan rumah keluarga si suami
yang bijaksana dan lembut siapa saja di sehingga lebih mudah untuk berkunjung
antara mereka yang telah berbuat zalim dan menghubungi mereka. Jika suami
terhadap hak pihak lain sehingga dapat tetap dapat menjalankan kewajiban-
tercapai kembali kerukunan dan kewajibannya, baik kepada keluarganya
persatuan mereka, karena kerukunan maupun kepada isterinya, dengan tinggal
dan persatuan seluruhnya adalah di rumah yang terpisah dari keluarganya
kebaikan. Jika memang tidak mungkin -karena ternyata tidak mungkin
untuk mendamaikan mereka dan semuanya tinggal di satu tempat yang
memperbaiki hubungan di antara sama-, maka ini lebih baik dan lebih
mereka, maka tidak mengapa jika utama.
keduanya tinggal di satu rumah yang
terpisah (dari keluarga), bahkan cara Nur Ala Darb, Syaikh al Utsaimin
seperti itu terkadang lebih baik dan hal.50.51. “Fatawa Ulama al-Bilad al-
berguna bagi semua pihak sehingga Haram” hal . 507-508.

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 29
28
Keluarga
Tauhid

 Menikah Bagi Seorang  Hukum Suami Yang


Wanita Lebih Penting Memukul Isterinya Serta
Daripada Pendidikannya Merampas Hartanya
Tanya: Masa kecilku adalah masa yang Tanya: Bagaimana hukum syariat menurut
membahagiakan sampai-sampai teman- pandangan Syaikh terhadap suami yang
temanku juga ingin mendapatkan memukul isterinya, merampas hartanya,
kebahagiaan yang sama dengan yang aku serta bermuamalah (interaksi) dengannya
rasakan. Ini berlangsung sampai aku dengan muamalah yang buruk?
beranjak dewasa dan siap untuk membina
rumah tangga. Lalu datanglah beberapa Jawab: Suami yang memukul isterinya,
orang yang menyatakan keinginannya merampas hartanya, serta bermuamalah
meminangku, tetapi ayah menolak mereka dengannya dengan muamalah yang buruk
dengan alasan aku masih harus adalah berdosa, telah bermaksiat kepada
menyelesaikan pendidikanku. Aku telah Allah , sebagaimana firmannya:
berupaya meyakinkan kedua orang tuaku
tentang betapa besarnya keinginanku “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.”
untuk segera berumah tangga dan bahwa (Q.S. An-Nisa’:19)
itu tidak akan mengganggu pendidikanku.
Tetapi keduanya tetap bersikeras dengan
keinginan mereka. Apakah boleh saya “Dan para wanita mempunyai hak yang
menikah walau tanpa ridha mereka? Jika seimbang dengan kewajibannya menurut cara
tidak, apa yang dapat saya lakukan? yang ma`ruf.” (Q.S. Al-Baqarah:228)
Jawablah pertanyaan saya ini, semoga Allah
Tidak boleh bagi siapapun memperlakukan
merahmati Anda?
isterinya dengan perlakuan buruk seperti
Jawab: Tidak diragukan lagi bahwa itu, sementara dia sendiri meminta isterinya
larangan orang tua kepada Saudari untuk memperlakukan dirinya secara baik.
menikah dengan orang yang memang Sungguh ini termasuk kecurangan yang
pantas untuk itu adalah perbuatan yang masuk dalam kategori kebinasaan yang
diharamkan, karena pernikahan lebih disampaikan Allah dalam firman-Nya:
penting daripada pendidikan dan juga tidak
akan mengganggu pendidikan karena
kedua-duanya tetap dapat dilakukan
bersamaan. Dalam keadaan seperti ini
boleh bagi Saudari menghubungi
pengadilan syari’at (mahkamah syar‘iyyah)
kemudian menceritakan apa yang
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
sesungguhnya terjadi, setelah itu
curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
keputusan terakhir berada ditangan
menerima takaran dari orang lain mereka minta
pengadilan (hakim).
dipenuhi, sedang apabila mereka menakar atau
Kumpulan Fatwa Syaikh al menimbang untuk orang lain, mereka
Utsaimin II/754. Fatawa Ulama al- mengurangi.” (Q.S. Al-Muthaffifin:3)
Bilad al- Haram hal. 514

30 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Keluarga
Tauhid

Setiap orang yang meminta haknya


dipenuhi secara utuh sedang dia sendiri  Hukum Isteri yang
tidak memenuhi hak orang lain secara utuh, Mengambil Harta
maka dia masuk dalam kategori orang- Suaminya Secara Diam-
orang yang disebutkan dalam ayat yang Diam
mulia ini. Tanya: Suami saya tidak memberi uang
Nasehat saya kepada orang ini dan yang belanja kepada saya dan anak-anak,
semisal dengannya adalah hendaknya dia karena itu terkadang kami mengambilnya
bertaqwa kepada Allah  dalam secara diam-diam tanpa sepengetahuan-
mempergauli wanita (isteri), sebagaimana nya. Apakah kami berdosa atas
yang diperintahkan oleh Nabi  pada perbuatan tersebut?
khutbahnya di padang Arafah ketika Haji
Wada’ (haji perpisahan), Jawab: Seorang isteri boleh mengambil
harta suaminya tanpa sepengetahuan-
nya, sebatas apa yang mencukupi
kebutuhan dirinya dan anak-anaknya
yang tidak berdaya dengan cara yang
“Bertaqwalah kepada Allah dalam (masalah makruf, tidak berlebih-lebihan dan tidak
mempergauli) para isteri. karena sesungguhnya mubadzir, jika memang suminya tidak
kalian mengambil (menikahi) mereka dengan memenuhi kebutuhan mereka.
keamanan dari Allah, dan kalian halalkan Sebagaimana disebutkan dalam sebuah
kemaluan mereka dengan kalimat Allah.” H.R. hadits di dalam Shahihain dari Aisyah
Muslim (no. 1218). bahwa Hindun binti Utbah berkata,
Saya sampaikan pula kepada orang ini dan “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu
yang semisalnya bahwa sesungguhnya Sofyan (suamiku) tidak memberiku apa
tidak mungkin kehidupannya akan bahagia yang mencukupiku dan anakku.” Maka
kecuali jika suami-isteri saling bermuamalah Rasulullah  bersabda,
dengan cara yang adil dan baik, saling
meniadakan penganiayaan, dan saling
menampakkan kebaikan-kebaikan. Nabi 
bersabda,
“Ambillah dari hartanya dengan cara yang ma’ruf
sebatas apa yang mencukupimu dan anakmu.”
(HR. Bukhari No 2211 & Muslim No 1714).

“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci Allah-lah penolong dan pemberi taufiq.
seorang mukminah (isteri). Jika ada dari Syaikh bin Baz. Fatawa Mar’ah.
akhlaqnya yang dia benci, masih ada akhlaqnya Hal.66-65. “Fatawa Ulama al-Bilad al-
yang lain yang ia ridhai.” (HR. Muslim no 1218) Haram.” hal. 553-555.
Fatwa Syaikh al Utsaimin. Di nukil Di nukil dan diterjemahkan dari kitab “Fataawaa Syar’iah fi
dari kitab “Fatawa Ulama al-Bilad al- Masa‘il al-‘Ashriah min Fataawaa Ulama al-Bilad al-
Haram” hal . 535-536. Haram.” Penghimpun, syaikh Sa’id bin Abdullah al-Buraik

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 31


30
Manhaj
Tauhid 
1. Ahlus Sunnah wal Jamaah Mereka tahu bahwa sebenar-benar
menerima semua cabang ilmu perkataan adalah firman Allah  dan
yang sesuai dengan Kitabullah sebaik-baik petunjuk adalah bimbingan
dan Sunnah Rasulullah , dan Rasulullah , karena itulah mereka
menolak yang bertentangan lebih mengutamakan kalam Allah dan
Rasul-Nya daripada perkataan manusia
dengan keduanya.
Beliau berkata bahwa, “Ahlus Sunnah
wal Jamaah adalah pengikut atsar-atsar
(peninggalan) Rasulullah  dan
generasi awal, yaitu kaum Muhajirin
dan Anshar, secara lahir maupun batin.
Mereka mengikuti serta tunduk kepada
wasiat Rasulullah :

Oleh: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

dari golongan manapun, sehingga


dengan itu mereka disebut sebagai
Ahlul Kitab dan Ahlus Sunnah.”1
Beliau bahkan berkata, “Mereka tidak
akan menetapkan suatu perkataan lalu
menjadikannya sebagai prinsip agama
jika hal itu tidak sah berasal dari
Rasulullah . Bahkan mereka hanya
“Wajib bagi kalian memegang teguh sunnahku menjadikan pengajaran Rasulullah 
dan sunnah Khulafa’ Rasyidin yang mendapat dari al-Kitab dan as-Sunnah sebagai
petunjuk setelahku. Pegang teguhlah sunnah- landasan keyakinan dan pegangan.
sunnah tersebut, dan gigitlah sunnah-sunah Oleh karena itu, hal-hal yang
tersebut dengan gigi-gigi geraham kalian. Aku diperselisihkan manusia, seperti tentang
peringatkan kalian agar berhati-hati terhadap sifat-sifat Allah, qadar, ancaman, istilah-
perkara yang baru (dalam agama – pent.) istilah agama, amar ma‘ruf nahi munkar,
karena sesungguhnya setiap perkara yang maupun hal lainnya senantiasa mereka
baru (dalam agama) adalah bid‘ah dan setiap kembalikan kepada kepada al-Qur’an
bid‘ah adalah sesat.” dan as-Sunnah. Adapun istilah-istilah
1
Majmu’ Fatawa (III/157); cetakan Dar al-Arabiyah, Beirut.

32 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Manhaj
Tauhid

agama yang menjadi bahan bid’ah, maka pada hakekatnya dia


perbincangan ahli tafarruq (ahli bid’ah), adalah ahlul bid’ah dan dhalalah.”3
jika makna penafsirannya selaras
dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, maka 3. Ahlus Sunnah wal Jamaah
mereka terima. Sebaliknya jika berpendapat bahwa ijma’
maknanya menyalahi kedua sumber (kesepakatan/analogi) as-Salaf
tersebut, maka mereka tolak. Mereka ash-Shalih merupakan hujah
juga tidak mengikuti prasangka dan syariah yang harus diikuti oleh
hawa nafsu karena mengikuti prasangka
generasi sesudah mereka.
merupakan kebodohan dan menuruti
hawa nafsu tanpa petunjuk dari Allah Beliau berkata bahwa, “Mereka (Ahlus
adalah kezaliman.”2 Sunnah) dinamakan dengan Ahlul
Jamaah karena jamaah adalah al-ijtima’
2. Ahlus Sunnah wal Jamaah (persatuan) yang merupakan lawan kata
berpendapat bahwa tidak ada al-firqah (perpecahan), meskipun kata al-
seorang pun yang ma‘shum jamaah sendiri telah menjadi nama bagi
(terjaga dari kesalahan) kecuali kaum yang bersatu (meskipun di atas
Rasulullah . kesesatan-pent.). Ijma’ merupakan
sumber hukum yang ketiga yang mereka
Beliau berkata, “Ahlul Haq (pengikut jadikan sandaran berilmu dan ber-din.”
kebenaran) dan Sunnah hanyalah Kemudian beliau berkata, “Dan ijma’
menjadikan Rasulullah  sebagai teladan yang berlaku adalah ijma’ yang
satu-satunya, karena beliau tidak disepakati oleh as-Salaf ash-Shalih,
berbicara dengan hawa nafsu, tetapi karena generasi setelah mereka telah
dengan wahyu yang diwahyukan banyak tersebar dan terjadi perselisihan
kepadanya. Karena itu, hanya dialah pendapat.”4
yang wajib dibenarkan seluruh beritanya
dan ditaati seluruh perintahnya. 4. Ahlus Sunnah wal Jamaah
Kedudukan beliau ini tidaklah dimiliki pantang menentang al-Qur’an
oleh para imam. Dengan begitu, dan as-Sunnah dengan akal,
perkataan siapa pun selain Rasulullah  ra’yu, naluri, ataupun qiyas.
boleh diterima dan boleh ditolak.
Barangsiapa menjadikan seseorang Beliau berkata, “Memegang teguh al-
selain Rasulullah  sebagai patokan Kitab dan as-Sunnah merupakan
(dalam mengukur kebenaran atau nikmat yang paling besar yang Allah 
kesesatan seseorang dengan karuniakan kepada mereka (as-Salaf
pertimbangan) siapa yang mencintai dan ash-Shalih). Maka merupakan pokok
menyetujuinya dialah ahli Sunnah dan yang disepakati oleh para sahabat dan
siapa yang menyelisihinya adalah ahli orang-orang yang mengikutinya

2
Idem (III/347-348).
3
Idem (III/346-347).
4
Idem (III/157).

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 33


32
Manhaj
Tauhid

dengan ihsan, bahwa mereka tidak yang dibawa Rasulullah  secara rinci
menerima pendapat, perasaan, itu merupakan fardhu kifayah. Oleh
pemikiran, qiyas, dan naluri yang karena kemampuan, pengetahuan, dan
bertentangan dengan al-Qur’an.” kebutuhan mereka itu berbeda-beda,
maka tidak diwajibkan bagi orang yang
Selanjutnya beliau berkata, “Al-Qur’an
tidak mampu untuk mengenal atau
adalah imam yang dijadikan ikutan.
memahami sebagian ilmu secara rinci,
Maka tidak ada seorang pun dari
sebagaimana kewajiban yang
kalangan as-salaf ash-shalih yang
dibebankan kepada mereka yang
mempertentangkan al-Qur’an dengan
memang memiliki kemampuan untuk
akal, qiyas, ra‘yu, atau perasaan. Tidak
hal itu. Mereka yang mendengarkan
ada seorang pun di antara mereka
nash-nash dan memahaminya dengan
yang mengatakan, ‘Telah terjadi
rinci berbeda kewajibannya dengan
pertentangan dalam masalah ini antara
orang yang tidak mendengarnya atau
akal dengan naql (nash).’ Apalagi
yang tidak memahaminya. Demikian
sampai mengatakan, ‘Karena itu wajib
pula kewajiban para pemberi fatwa,
mendahulukan akal.’ Yang dimaksud
ahlul hadits dan ahli debat berbeda
dengan naql (dalil naqli) adalah al-
dengan mereka yang tidak seperti itu.
Qur’an, al-Hadits, dan perkataan para
Dan semestinya diketahui, bahwa
Sahabat serta Tabi‘in.”
kesalahan orang tersesat dari
“As-Salaf ash-Shalih tidak menerima mengenal al-haq itu disebabkan kerena
adanya pertentangan antarayat dalam mereka meremehkan dalam ittiba’
al-Qur’an. Jika terkesan terjadi terhadap ajaran Rasulullah , enggan
pertentangan dalam satu kasus, maka untuk memahaminya, maka tatkala
mereka menggunakan ayat lain untuk mereka berpaling untuk memahami al-
menafsirkannya atau me-nasikh- Qur’an itulah mereka tersesat,
kannya, atau menggunakan as-Sunnah sebagaimana firman Allah ,
as-Shahihah untuk menjelaskannya.”5
5. Ahlus Sunnah wal Jamaah
tidak mewajibkan orang yang tidak
mampu untuk mengetahui ilmu “Maka jika datang kepadamu petunjuk
secara mendalam sebagaimana dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikut
kewajiban orang yang memiliki petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak
kemampuan untuk itu. akan celaka.” (Q.S. Thaha:123)

Beliau berkata, “Tidak diragukan lagi


bahwa setiap orang wajib mengimani
ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ,
yaitu beriman secara umum dan global. “Dan barangsiapa yang berpaling dari
Adapun mengetahui ajaran agama berzikir kepada–Ku, maka sungguh
5
Idem (XIII/28-29).

34 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Manhaj
Tauhid

baginya kehidupan yang sempit. Dan kami “Permisalan orang-orang yang beriman di
akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam cinta-mencintai, kasih sayang, bahu-
dalam keadaan buta.” (Q.S. Thaha:124).”6 membahu itu adalah sebagaimana sebuah
tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh
6. Ahlus Sunnah wal Jamaah tersebut sakit, maka seluruh tubuh akan
adalah golongan penyeru merasakan panas dan susah tidur.”7
kebaikan dan pencegah
kemungkaran, di samping selalu 7. Ahlus Sunnah selalu
memelihara keutuhan jamaah. mengikuti al-Qur’an dan as-
Sunnah dalam seluruh
Beliau berkata, “Mereka menyuruh
hubungan mereka.
berbuat baik dan mencegah berbuat
mungkar berdasarkan tuntunan syariat. Beliau berkata, “Mereka menyuruh
Mereka menyuruh menunaikan ibadah berlaku sabar dalam menghadapi ujian
haji dan jihad, menunaikan shalat dan cobaan, bersyukur ketika
jamaah dan Id bersama pemimpin mendapatkan kesenangan, ridha
mereka yang baik maupun yang terhadap takdir, dan menyeru kepada
durhaka, termasuk menyuruh agar manusia agar berakhlak yang mulia
menjaga keutuhan jamaah, serta dan beramal dengan amalan-amalan
memberikan nasehat kepada umat. yang baik. Mereka benar-benar
Mereka benar-benar meyakini sabda meyakini makna sabda Rasulullah 
Rasulullah  yang berikut. yang berikut.

“Seorang yang beriman terhadap orang “Orang beriman yang paling sempurna
yang beriman lainnya seperti suatu keimanannya adalah yang paling bagus
bangunan. Yang satu saling menguatkan akhlaqnya.”
dengan yang lainnya.” Ahlus Sunnah menganjurkan agar
menyambung tali persaudaraan,
Beliau  mengatakan hal itu seraya memberi sesuatu kepada orang yang
merapatkan jari-jari kedua tangannya. enggan memberi, dan memaafkan
Mereka juga meyakini sabda Nabi  orang yang berbuat kesalahan. Mereka
yang berikut. juga menyuruh berbakti kepada orang
tua, menyambung tali kekerabatan,
berbuat baik kepada tetangga, berbuat
baik kepada anak yatim, orang-orang
miskin, dan ibnu sabil, dan bersikap
lembut kepada yang sebaya. Mereka
juga melarang berlaku sombong dan

6
Idem (III/312-314).
7
Idem (III/158).

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 35


34
Manhaj
Tauhid

membanggakan diri, serta melarang 9. Ahlus Sunnah menentukan


berbuat keji dan menodai kehormatan dukungan dan permusuhan
makhluk. berdasarkan ad-Din, dan mereka
Walhasil, segala apa yang mereka tidak menguji manusia dengan
katakan dan amalkan, termasuk sesuatu yang bukan dari Allah .
aktivitas hariannya, tidak lain hanyalah
Beliau berkata, “Demikian pula,
mengikuti al-Qur’an dan sunnah
(termasuk pokok-pokok yang
Rasulullah .”8
dimunculkan sebagai bid‘ah oleh
kelompok-kelompok sesat adalah)
8. Loyalitas Ahlus Sunnah memecah belah umat serta mengujinya
hanya untuk kebenaran dengan sesuatu yang tidak ada
Beliau berkata, “Mereka memandang perintahnya dari Allah dan rasul-Nya,
setiap individu atau kelompok seperti mengatakan kepada seseorang,
berdasarkan loyalitas terhadap ‘Apakah Anda seorang Syakili atau
kebenaran, bukan berdasarkan Qarfandi?’ Karena nama-nama tersebut
ta‘ashshub jahiliyyah yang bermuara merupakan nama-nama yang batil yang
pada kesukuan, kedaerahan, mazhab, tidak diperintahkan Allah dan tidak
thariqat, tajammu‘, atau kepemimpinan. terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah
Rasul; tidak pula dalam atsar salaful
Tidaklah patut bagi seseorang ummah. Maka jika seseorang ditanya
menyandarkan pujian dan cacian, cinta dengan kata-kata seperti itu, hendaklah
dan kebencian, persahabatan dan dia menjawab, ‘Saya bukan Syakili dan
permusuhan, doa dan kutukan kepada bukan pula Qarfandi, tetapi saya adalah
berbagai nama dan atribut semata. seorang muslim yang mengikuti
Seperti nama-nama suku, daerah, Kitabullah dan Sunnah Rasul.”’10
madzhab, thariqat yang dikaitkan
dengan para imam, tokoh, syaikh (guru “Bahkan nama-nama yang sering
dan kiai) dan sebagainya. Mereka diperbolehkan memakainya seperti
memberikan sikap loyal kepada nama-nama yang dikaitkan dengan
siapapun yang beriman dari golongan seorang imam fiqih seperti Hanafi,
manapun dia, dan memberikan sikap Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, atau
permusuhan kepada siapa saja yang kepada seorang syaikh seperti Qadiri,
kafir dari golongan manapun dia. Maka Adawi, dan lainnya; atau nasab yang
loyalitas dan kebencian yang diberikan dikaitkan dengan sebuah suku seperti
kepada seseorang sesuai dengan Qaisi dan Yamani; juga terhadap sebuah
keadaan keimanan dan kezaliman/ tempat seperti asy-Syami, al-Iraqi, dan
kemaksiatan yang dilakukan orang al-Mishri. Maka tidak boleh seseorang
itu.”9 menguji orang lain dengan sebutan-

8
Idem (III/158).
9
Idem (XXVIII/227-229).
10
Idem (III/415).

36 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Manhaj
Tauhid

sebutan itu. Demikian juga tidak boleh 10. Ahlus Sunnah wal Jamaah
mengikat persahabatan atau memusuhi meninjau permasalahan ilmiyyah
seseorang berdasarkan nama-nama dan amaliyyah dengan memperhati-
tersebut, karena makhluq yang paling kan kerukunan dan kesatuan.
mulia di sisi Allah  adalah yang paling
bertaqwa dari manapun kelompoknya.”11 Beliau berkata, “Para ulama dari kalangan
Sahabat, Tabi‘in, dan orang-orang yang
“Bagaimana mungkin umat mengikuti mereka ketika mengalami
Muhammad  diperbolehkan untuk perselisihan pendapat dalam suatu
berselisih dan berpecah belah, yang masalah, mereka mengikuti perintah Allah
membuat mereka loyal kepada suatu , sebagaimana firman-Nya:
kelompok dan memusuhi kelompok
lain, hanya berdasarkan prasangka dan
hawa nafsu tanpa bukti-bukti dalil dari
Allah, padahal Allah  telah
membersihkan Nabi-Nya dari perilaku
seperti itu. Maka perbuatan seperti itu
termasuk perilaku ahlul bid‘ah seperti “Kemudian jika kamu berlainan pendapat
Khawarij yang memisahkan diri dari tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
jamaah kaum muslimin dan kepada Allah (al-Quran) dan Rasul
menghalalkan darah kaum muslimin (sunnahnya), jika kamu benar-benar
yang menentangnya. Adapun Ahlus beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.
Sunnah wal Jamaah, mereka Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
senantiasa memegang teguh tali Allah, lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’:59)
dan pantang melebihkan seseorang
yang berperilaku menuruti kemauan Mereka saling memberikan pandangan
hawa nafsu sementara ada orang lain dalam persoalan-persoalan ilmiyyah
yang lebih bertaqwa darinya. dan amaliyyah dengan memperhatikan
keutuhan, persatuan dan persaudaraan
Namun yang benar adalah melebihkan agama, walau kadang tetap saja ada
orang yang dilebihkan oleh Allah  dan perselisihan dalam masalah ilmiyah dan
Rasul-Nya dan mengakhirkan orang amaliyah tersebut. Adapun yang
yang diakhirkan oleh Allah  dan Rasul- menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah
Nya, serta mencintai apa-apa yang yang sudah jelas atau sesuatu yang
dicintai oleh Alllah  dan Rasul-Nya, sudah disepakati, maka tidak ada
senantiasa mencari apa-apa yang toleransi di dalamnya dan disikapi
diridhai oleh Allah  dan Rasul-Nya.”12 sebagaimana ahlul bid‘ah.”13

11
Idem (III/416).
12
Idem (III/419-420).
13
Idem (XXIV/172).

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 37


36
Tauhid Aktual 

Mungkin kita masih ingat berita yang obatan ini terus mengalami peningkatan.
dimuat salah satu surat kabar harian Jawa Dari yang awalnya baru morfin dan ganja
Tengah, tentang tewasnya seorang terus meningkat dan bertambah jenisnya,
pejabat sekaligus tokoh partai bersama babiturat, sedativa/hipnotika, alkohol dan
seorang wanita penghibur akibat over petidhin. Pada akhir 1995 bertambah
dosis di sebuah rumah penginapan. dengan heroin, putaw (bubuk heroin),
Demikian pula putusan berani yang kokain, shabu-shabu, amfetamine dan
diambil oleh beberapa PTN dalam turunannya semisal psychedelique atau
menindak pengedar obat-obat terlarang XTC/Ectasy yang terus merebak dan
dengan jatuhan hukuman mati bagi yang menggerogoti generasi anak bangsa ini
jelas-jelas terbukti melakukannya, yang sampai detik ini. 1 Undang-undang
tentunya hal ini hanyalah contoh kecil dari penyalahguna NARKOBA yang dibuat
sederet cerita panjang akibat penyalah- tahun 1997 ternyata belum dapat berbuat
gunaan obat-obatan terlarang yang banyak. Terbukti masih banyak pelaku
dikenal dengan NAZA (Narkotika, Alkohol yang tertangkap dapat lepas
dan Zat Adiktif lainnya) atau NARKOBA berlenggang kangkung mencari mangsa
(NARkotika, psiKOtropika dan Bahan baru. Memprihatinkan memang, tapi
Adiktif lainnya). itulah kenyataannya –ini penelitian
Yah, dunia memang sedang diteror beberapa tahun silam, lalu bagaimana
oleh ‘hantu perusak’ generasi ini. Rumah dengan abad 21 sekarang yang
sakit, tempat-tempat rehabilitasi memasuki perdagangan bebas?—.
penyalahguna NAZA, juga penjara- Dalam hal ini tentunya kita tidak dapat
penjara dipenuhi oleh korban obat menyalahkan pemerintah dengan perangkat
perusak ini. Sehingga semua negara di keamanan beserta hukumnya begitu saja
dunia sepakat untuk memeranginya. —meskipun dalam hal ini sebenarnya
Indonesia tak ketinggalan, undang- pemerintahlah yang dapat banyak
undang dibuat, pengguna, pengedar dan berperan— akan tetapi setiap kitapun
produsennyapun diburu. Akan tetapi, sebenarnya berkewajiban ambil bagian
ternyata hal ini tidak menyurutkan dalam memerangi barang perusak ini.
mereka yang telah keranjingan ‘obat-obat Kalau kita mau berfikir sejenak,
syaitan’ ini untuk berhenti beraktifitas. permasalahan ini sesungguhnya adalah
Dalam tinjauan berkala yang dilakukan masalah kejiwaan yang tidak bisa terlepas
setiap tiga tahun, dari 1969-1995 dari agama. Karena agama adalah
menunjukan bahwa peredaran obat- sumber kebahagian lahir maupun batin.

1
Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, hal.134-135

38 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

Kita sebagai seorang muslim tentu tidak ganja, opium, dan berbagai macam obat-
ingin generasi kita menjadi korbannya. obat psikotropika lainnya.2
Allah  telah menjadikan agama ini Ini tidak berbeda jauh dengan apa
sebagai petunjuk. yang disampaikan dr. Nurrohman,
Direktur BP-RB At-Turots Al-Islamy
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan Yogyakarta. Ketika diminta kete-
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” rangannya mengenai pembahasan ini, ia
(Q.S. Al-Isra’: 9) menukil literatur berbahasa Inggris “Drag
Abuse a Manual for Law Enforcement” yang
Dan al-Qur’an adalah ajaran agama. ditulis oleh dua orang penulis barat, Kline
Demikian pula, Allah  di dalam al-Qur’an dan French, bahwa narkotika adalah zat-
menganjurkan kepada kita untuk zat atau obat yang dapat mengakibatkan
bertanya kepada ahlinya jika kita tidak ketidaksadaran atau pembiusan
mengetahui suatu perkara. dikarenakan zat-zat tersebut bekerja
mempengaruhi susunan saraf.3
“Maka bertanyalah kepada orang yang Adapun definisi secara literal,
mempunyai pengetahuan (ulama) jika kamu kedokteran dan tinjauan ilmiah, jika
tidak mengetahui.” (Q.S. An-Nahl: 43) dilihat secara fungsi dan pengaruhnya
Dengan demikian, mari kita merujuk tidak jauh berbeda dengan definisi yang
bagaimana para ulama berbicara tentang telah kami sebutkan di atas.4 Dan perlu
permasalahan ini. diketahui bahwa lembaga-lembaga
internasional belum memberikan definisi
jelas mengenai obat-obat terlarang
Definisi karena sulit untuk memberikan suatu
Narkoba dalam istilah bahasa Arab batasan yang universal dan konkrit dalam
disebut mukhaddirat yang berasal dari hal ini.5
kata al-khidr yang berarti ‘terselubung,
kegelapan, dan kelemahan’. Al-khadir Jenis-Jenis Naza
(bentuk pelaku dari kata al-khadar) Secara umum obat-obat terlarang
bermakna ‘orang yang lemah dan malas’. dibagi menjadi tiga jenis:
Bentuk tunggal dari kata mukhaddirat 1. Narkotika natural (alami) yang berasal
yaitu al-mukhadir (narkotika) adalah zat dari tumbuh-tumbuhan seperti,
atau sejenis obat yang dapat ganja, opium, koka, alkot (cathaedulis)
menyebabkan pemakainya —baik hewan dan lain-lain.
maupun manusia—hilang ingatan sesuai 2. Narkotika semisintetis, yaitu yang
dengan dosis yang digunakan, seperti dimodifikasi dari bahan-bahan alami

2
Lihat Al-Mukhadirat wa al-Aqaqiir an-Nafsiyah, Dr. Shalih bin Ghanim as-Sadlan, hal. 9.
3
Makalah dr.Nurrohman yang berjudul Efek Penyalah Guna Narkoba Pada Fisik dan Mental.
4
Lihat Al-Mukhadirat wa al-Aqaqiir an-Nafsiyah hal.10-12.
5
Idem hal. 11.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 39


38
Aktual
Tauhid

(biasanya dari zat kimia yang terdapat dan lainnya. Sisi lain dari dampak yang
dalam opium) kemudian diproses ditimbulkan menurut hasil penelitian
secara kimiawi supaya memberikan medis bahwa miras penggunaannya
pengaruh lebih kuat, seperti morfin, dapat mengakibatkan gangguan organ
heroin, kokain, dan lain-lain. otak, liver (hati), alat pencernaan,
3. Narkotika sintetis, yaitu pil-pil yang pankreas, otot, janin, endokrin, nutrisi,
dibuat dari bahan kimia murni. metabolisme, dan risiko kanker.8
Pengaruhnya sama dengan yang 2. Ganja (tetrahidrocanabinol/THC),
pertama dan kedua. Biasa dikemas pencetus gangguan jiwa.
dalam bentuk kapsul, pil, tablet, Dalam pengalaman empiris, ternyata
cairan injeksi, minuman serbuk, dan pemakaian ganja dapat merupakan
berbagai bentuk lainnya. Di antaranya pencetus bagi terjadinya gangguan jiwa,
sebagai pil tidur, seperti kapsul signal yaitu adanya waham (delusi) mirip dengan
atau perangsang (stimulantia), waham yang terdapat pada gangguan
kiptogen atau amphetamin. Termasuk jiwa skizofrenia. Bagi mereka yang sudah
pil penenang seperti valium 5 dan ada faktor predisposisi (misal pada
devitrat-devirat lain yang termasuk kepribadian skizoid), maka pemakaian
pula pil halusinogent (pembangkit ganja akan mempercepat munculnya
halusinasi) seperti L.S.D (Lysegic Acid penyakit jiwa skizofrenia, yaitu pikiran
Diethlamide).6 atau perasan ada orang yang akan
Dalam pembagian jenis NAZA ada berniat jahat pada dirinya (waham
pula yang hanya membaginya menjadi kejaran/paranoid), kekacauan alam pikir,
dua, narkotika alam dan narkotika perasaan dan prilaku, marah-marah,
sintetis, yang pada prinsipnya tidaklah gaduh, gelisah, mengamuk, bicara kacau,
berbeda dengan pembagian di atas.7 sampai pada tingkah laku yang aneh-
aneh atau menarik diri/menyendiri
Berbagai Jenis NAZA dan (withdrawn), melamun, bicara atau tertawa
Akibatnya sendiri serta hidup “dalam dunianya”
A. Menurut Tinjauan Medis/Kesehatan sendiri (alam khayal) tanpa mempedulikan
1. Miras (Minuman keras), pemicu perawatan dirinya maupun keadaan
perilaku keras sekelilingnya. Biasanya orang menghisap
Sudah banyak korban berjatuhan ganja bermaksud untuk melarikan diri dari
akibat miras ini, mulai dari kecelakaan di beban hidup yang menghimpit, pikiran
jalan raya ataupun di tempat kerja. yang sedang kusut, dan ingin memperoleh
Demikian pula tindak kriminal seperti kegembiraan (semu) serta masabodoh
perkosaan, pemerasan, pembunuhan terhadap sekeliling.9

6
Idem hal. 14.
7
Makalah Efek Penyalah Guna Narkoba Pada Fisik dan Mental.
8
Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, hal.163.
9
Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, hal. 164-167, dan makalah Efek Penyalah
Guna Narkoba Pada Fisik dan Mental.

40 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

3. Morphine, Putaw (heroin), sang menggigil, kulit pucat/kemerah-merahan,


perusak saraf berkeringan berlebihan, berdebar-debar,
Secara fisik menimbulkan ataxasia, tekanan darah meninggi atau merendah,
yaitu hilangnya koordinasi kerja otot denyut jantung tidak teratur, nyeri dada,
dengan syaraf sentral, pernafasan dan sistem peredaran darah kolaps, mual,
denyut jantung menyepit, mudah muntah, diare, kejang otot perut, kejang-
menguap (kantuk), berkurangnya kejang dan koma hingga meninggal.11
kedipan mata, gerak reflek tertekan, mata Pada umumnya para pengguna obat-
merah menyala/liar, kadar gula naik/ obatan ini terkena Gangguan Mental
turun, bulu roma berdiri, otot berdenyut- Organik (GMO), yaitu gangguan dalam
denyut, tulang belulang menjadi ngilu fungsi berfikir, perasaan, dan perilaku.
dan sakit, kepala terasa mau pecah, Orang yang mengkonsumsi NAZA ini
badan terasa panas dingin, muntah- lama kelamaan akan menambah
muntah, berak-berak dan kejang perut. takarannya. Karena sifatnya yang adiktif
Secara psikis/mental, timbulnya dan gejala putus zat (withdrawal
sensasi psikis, tidak bisa tidur, gugup, symptoms) —biasa disebut “sokai”
tertawa tanpa sebab, lalai, sensitive, plesetan dari kata sakit karena berhenti
malas, banyak bicara, terganggunya daya menggunakannya setelah ketergan-
sensasi dan persepsi, timbul keinginan tungan— dirasa sebagai suatu
kuat dan bahkan sadis untuk penderitaan, maka orang yang
mendapatkan barang-barang tersebut, mengkonsumsinya berupaya untuk
cemas dan lemahnya daya ingatan.10 menggunakannya lagi dengan takaran
yang semakin bertambah, demikian
4. XTC/Ecstasy, sang pembunuh
seterusnya sampai pada dosis keracunan
Nama ini bukanlah nama obat yang (intoksikasi). Sehingga, ia akan berbuat
dikenal di dunia kedoteran, melainkan apa saja untuk mendapatkannya yang
nama yang dipakai di pasar gelap (nama tak jarang memunculkan sifat antisosial
jalanan). Sama dengan nama lainnya dan sadis. Ia akan merongrong orang tua
semisal Speed, Inex, dan lain sebagainya dan saudara-saudaranya dalam
yang mengandung zat adiktif ampheta- keluarganya. Bila tidak mendapatkan, ia
mine (MDMA) yang tergolong zat akan berusaha meminta kepada orang
stimulansia (perangsang). Akibat lain secara kasar (menipu, mencuri,
overdosis dalam penggunaannya, mencopet, merampok, bahkan tak jarang
mengakibatkan rangsangan susunan melakukan pembunuhan). Bak lingkaran
saraf otak yang berlebihan, sehingga setan yang sukar dihentikan.12
mengakibatkan kegelisahan, pusing,
refleks meninggi, gemetar (tremor), tidak B. Menurut Tinjauan Agama
dapat tidur, mudah tersinggung/marah, Akibat buruk yang ditimbulkan karena
binggung, halusinasi, panik, tubuh penyalahgunaan NAZA jika ditimbang
10
Idem, hal.168-169.
11
Idem, hal. 169-188.
12
Idem, hal. 161,165,168-169,189

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 41


40
Aktual
Tauhid

dengan kacamata agama, seperti mana minuman keras. Pemakainya


menyia-nyiakan harta, menimbulkan berhak mendapat hukuman sebagai-
permusuhan dan kebencian di antara mana hukuman peminum khamr, dan ia
manusia, menghalangi mereka dari lebih busuk daripada minuman keras,”15
dzikrullah dan ibadah shalat serta
kewajiban-kewajiban agama lainnya.13
Syaikh Muhammd bin Ibrohim
Tinjauan Penyalahgunaan Alu Syaikh menukil ucapan Ibnu Hajar
NAZA Menurut Hukum Al-Haitsami mengenai kesepakatan
Islam empat imam madzab sebagai berikut,
“Dari keterangan di atas jelaslah bahwa
Fatwa para ulama tentang
ganja hukumnya haram menurut empat
penggunaannya.
imam madzab. Ulama Syafi’iah, Malikiah,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Hanabilah mengharamkannya
berkata ketika menjawab pertanyaan berdasarkan dalil-dalil secara eksplisit,
hukum ganja yang diajukan kepadanya, sementara Hanafiah mengharamkannya
“Penggunaan ganja kering ini hukumnya berdasarkan dalil-dalil secara implisit.”16
haram, baik memabukkan ataupun tidak.
Imam al-Bahuti berkata, “Tidak
Adapun yang memabukkan, hukumnya
dibolehkan mengkonsumsi ganja yang
haram berdasarkan kesepakatan kaum
memabukkan.”17
muslimin. Barangsiapa yang
menggunakannya dengan anggapan Ibnu Hajar al-Asqalani menukil
barang itu halal, maka dia harus diminta Ijma (kesepakatan alim ulama) tentang
bertaubat. Bila dia menolak untuk haramnya ganja dengan berkata,
bertaubat, maka dia boleh dihukum mati “Barangsiapa yang menghalalkannya,
sebagai orang murtad. Tidak perlu niscaya dia telah kafir.” 18 Dan dalam kitab
disholatkan jenazahnya dan tidak Fathul Bari, beliau berkata, “Hukumnya
dikuburkan di pemakaman kaum haram berdasarkan hadits Nabi  yang
muslimin.” Dalam tempat lain, beliau berbunyi, “Setiap yang memabukkan
berkata, “Ganja lebih layak diharamkan hukumnya haram.”
daripada minuman keras karena bahaya
Ibnul Qoyyim berkata,
yang ditimbulkan akibat penggunaannya
“Sesungguhnya setiap yang memabukkan
lebih besar daripada minuman keras.”14
masuk dalam kategori ‘khamr’, baik
Al-Hafidz adz-Dzahabi berkata, berupa cairan maupun padat, yang
“Candu yang diolah dari daun rami atau diperas maupun yang dimasak. Termasuk
daun ganja hukumnya haram sebagai- di dalamnya yang biasa dikonsumsi

13
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal. 22.
14
Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (XXXIV/210).
15
Al-Kabair karya Adz-Dzahabi, (XXXVI/224).
16
Kumpulan Fatwa dan Risalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh, (XII/102).
17
Kasysyaf al-Qanna’, karya al-Bahutti, (VI/188).
18
Az-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kabair, (I/213).

42 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

orang-orang fasik dan pendosa –yaitu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
ganja (dan yang sejenis dengannya mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan
pent.)—, seluruhnya termasuk khamr itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
yang diharamkan secara jelas dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
 yang tiada cacat pada sanadnya, dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
“Setiap yang memabukkan hukumnya berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
haram.” … Sekalipun ganja tidak itu).” (Q.S. Al-Maidah:90-91)
termasuk dalam sabda Nabi , tetapi dia
tetap haram berdasarkan qiyas (analogi)
yang menyamaratakan seluruh perkara “Segala yang banyaknya memabukkan, maka
yang memabukkan karena illat (alasan dalam kadar sedikit juga haram.”21
hukum) yang sama.19 20

Dalil-Dalil Pengharaman
Narkoba/NAZA

“Dan menghalalkan bagi mereka segala “Setiap yang memabukkan adalah khamr,
yang baik dan mengharamkan bagi mereka dan setiap yang memabukkan adalah haram.
segala yang buruk...” (Q.S. Al-A’raf:157) Barangsiapa yang meminum khamr hingga
kecanduan lalu mati, niscaya dia tidak akan
meminumnya di akhirat.”22

“Rasulullah  melarang segala sesuatu yang


memabukkan dan membuat lemah.”23

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu;


sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepadamu.” (Q.S. An-Nisa’:29)

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) sendiri ke dalam kebinasaan.” (Q.S. Al-
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Baqarah:195)
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka

19
Zaadul Ma’ad Fi Hadyi Khairil ‘Ibaad, (V/747).
20
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal.18-20.
21
Sunan Abu Dawud kitabul Asyribah (IV/87) hadits no.1985.
22
Majmu Fatawa Syaikh Islam Ibnu Taimiyah (XXXIV/186).
23
Sunan Abu Daud, Kitab Al-Asyribah, hadits no. 3686.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 43


Aktual
Tauhid

Serta masih banyak lagi ayat-ayat dan kemaslahatan. Imam asy-Syaukani


hadits-hadits lain yang tidak mungkin menambahkan, “Barangsiapa secara
untuk disebutkan satu-persatu di tempat sadar meminum khamr (dalam hal ini
yang terbatas ini.24 termasuk NAZA, -pent.), maka dicambuk
menurut kebijakan imam, bisa 40 kali,
Sangsi Hukum bagi Mereka
kurang dari itu atau lebih, sekalipun
yang Terlibat
hanya dengan pukulan sandal.” Adapun
penyalahgunaan Narkoba
yang mengatakan bahwa bentuk
a. Pemakai hukumannya adalah ta‘zir (peringatan/
Singkatnya, karena penyalahgunaan pelajaran), maka hal itupun diserahkan
Narkoba 25 dihukumi sama dengan kepada kebijakan penguasa.28
peminum khamar, maka hukuman yang
b. Pengedar
diberikan pun tidak jauh dari
pengambilan hukum khamr. Dalam hal Syariat Islam tidak hanya menjatuhkan
ini para ulama sepakat bahwa hukuman hukuman kepada pengguna saja, namun
bagi pemimum khamr adalah dicambuk, seluruh pihak yang terlibat dalam kasus
akan tetapi mereka berbeda pendapat penyalahgunaannya. Dalam kitab-kitab
tentang jumlah cambukannya, apakah fiqih klasik tidak disebutkan hukuman
sebanyak kurang lebih 40 kali tertentu atas pemasok, pengedar, dan
sebagaimana yang dilakukan pada masa pedagang obat terlarang. Namun ahli fiqih
Rasulullah  atau 80 kali sebagaimana kontemporer cenderung menjatuhkan
yang dilakukan pada zaman Umar bin al- hukuman seberat-beratnya, sampai
Khaththab yang saat itu pelanggaran kepada batasan diperangi, yaitu dengan
semakin meningkat.26 dibunuh, disalib, atau dipotong tangan
dan kakinya secara bersilangan. Dalam hal
Pendapat terpilih menurut kebanyakan
ini pemerintah boleh mengambil tindakan
ahli ilmu adalah hukum cambuk delapan
sepenuhnya dalam rangka melindungi
puluh kali, sebagaimana yang dilaksana-
masyarakat dari marabahaya, sekalipun
kan pada masa Umar bin al-Khaththab dan
dengan tindakan tegas seperti tembak di
disepakati oleh seluruh sahabat termasuk
tempat atau hukuman mati jika memang
Ali bin Abu Thalib.27
dibutuhkan.29
Karena penentuan jumlah pukulan Dalilnya:
sejak zaman Nabi  hingga masa khalifah 1. Ketetapan kebanyakan ahli fiqih bahwa
selalu berubah-ubah maka hal ini pemerintah boleh menjatuhkan
menunjukan bahwa perkaranya hukuman mati kepada penyebar
diserahkan kepada hakim sesuai kejahatan.
24
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal. 24-33.
25
Maksudnya jika digunakan dalam batas-batas darurat dengan petunjuk dan pengawasan para ahli
atau dokter, maka para ulama membolehkannya. Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah,
hal.34-36.
26
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal. 70 & 71.
27
Idem, hal. 70.
28
Idem, hal. 71 & 72.

44 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

2. Jika hukuman ringan tidak dapat melaporkan mereka berarti kita telah
menghentikan pengrusakannya—bak air menyelamatkan mereka dari perbuatan
bah tidak dapat dibendung,—kecuali mungkar sekaligus menyelamatkan
dengan hukuman mati, maka pemerintah saudara kita yang akan menjadi korban.
berwenang menjatuhkan hukuman mati.
Penanggulangan dan
3. Perintah Rasulullah  untuk
Pemberantasan Narkoba/
menghukum mati peminum khamr jika
NAZA
dia mengulangi perbuatannya sampai
empat kali padahal dia telah dicambuk Sebenarnya masih banyak sisi yang
sebelumnya. Hadits shahih, memang harus dibicarakan dalam
permasalahan ini, tetapi karena
“Barangsiapa yang meminum khamr, hendaklah
keterbatasan tempat, yang seharusnya
kamu mencambuknya. Jika diulang, hendaklah
dikaji secara panjang lebar tidak dapat
kamu cambuk. Jika ia masih mengulanginya,
disampaikan sebagaimana yang
hendaklah kamu cambuk. Jika pada kali yang
diharapkan. Akan tetapi ada beberapa
keempat masih mengulanginya, maka
poin penting yang disampaikan oleh
bunuhlah.”30 31
Syaikh Shalih bin Ghanim as-Sadlan
dalam kitabnya yang menuntut peran
Sikap Seorang Muslim serta semua pihak dalam mengatasi
Terhadap Mereka Yang problema ini.
Terlibat Narkoba a. Perangkat hukum yang jelas (undang-
Banyak ayat-ayat dan hadits-hadits undang yang tegas) tentang hal-hal
yang memerintahkan untuk meninggal- yang berkaitan dengan masalah
kan kemaksiatan dan pelakunya. Oleh penyalahgunaan obat-obat terlarang.
karena itu, siapa saja yang berkumpul Tentu hal ini menjadi tanggung jawab
(bukan untuk menasehati -pent.) dengan pemerintah.
pecandu narkoba, pemasok, pedagang b. Bimbingan agama di tengah
dan seluruh pihak yang terlibat dalam masyarakat muslim harus digali dari
penyebarannya berarti dia suka dan petunjuk Nabi dan nilai-nilai agama
menyetujui perbuatan haram itu. Islam yang murni dari syirik, di atas
Majelis Ulama Arab Saudi telah keyakinan bahwa Islam adalah
mengeluarkan fatwa dalam konsep hidup yang damai dan
muktamarnya yang keduapuluh, yang tentram, tidak saling membahayakan.
menetapkan, “Bahwa melaporkan c. Peran serta lingkungan tempat
penyelundup dan pengedar narkotika seseorang berada, baik tempat
serta oknum-oknum penyebar kerusakan tinggal, tempat belajar, ataupun
lainnya hukumnya wajib atas orang- tempat bekerja untuk senantiasa
orang yang mengetahui.” 32 Dengan

29
Idem, hal. 73.
30
Musnad Imam Ahmad, (II/280).
31
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal. 74.
32
Idem, hal. 78.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 45


Tauhid
Aktual

memerangi sekaligus membentengi “Sesung guhnya Allah tidak mengubah


dan menjaga jangan sampai tidak keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
hanya narkoba tetapi semua mengubah keadaan yang ada pada diri
pengaruh luar yang bersifat merusak, mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra‘du:11)
termasuk dalam hal ini seperti VCD, Maksudnya, masyarakat tidak akan
acara-acara TV, dan film-film tanpa menjadi baik, kecuali jika pribadi-pribadi
arahan dan bimbingan dari orang kita menjadi baik. Maka kami
tua. menghimbau kepada semua person yang
d. Peran lembaga-lembaga pendidikan ada di Indonesia khususnya dan dunia
dalam penanggulangan dan umumnya bahwa kalau ingin
pemberantasan narkoba, baik dengan membendung kemaksiatan secara
penyuluhan-penyuluhan maupun umum, maka tidak pandang bulu, baik
yang lainnya.33 sebagai ustadz, petani, pedagang,
e. Peran orang tua agar menjadi teladan pejabat, penganggur, semua harus
(qudwah) bagi anak-anaknya dalam menjadi teladan yang baik di lingkungan
hal-hal yang makruf. Akan sulit masing-masing.
menghentikan narkoba jika orang tua Demikianlah. Tulisan yang sedikit ini
tidak siap menjadi teladan. Allah  sudah barang tentu belum memuaskan
berfirman, pembaca, akan tetapi penulis rasa cukuplah
untuk membuka wawasan kita tentang zat
haram yang tengah menyibukkan dunia ini.
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bi as-
Shawab.
33
Idem, hal 94-105.

Ralat Volume 03/I/ Dzulqa’dah 1423


Ralat
H a la m a n Te rtu lis S e h a ru s n y a K e te ra n g a n

4 7 ko lo m 2 K e liru d a la m
A l-B a q a ra h:1 0 9 m e m b e ri ha ra k a t

4 8 ko lo m 2 . H uruf " w a u "


A z-Zukhruf:3 1 se ha rusnya a d a

K a ta "An ta "
5 0 ko lo m 2
se ha rusnya tid a k
A l-H a syr:1 0
ada

Ralat Volume 04/I/Dzulhijjah 1423

 
46 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M
Tauhid
Akhlaq 

Oleh: Syaikh Abdurrahman bin Abdulkarim al-Abiid


Silaturahim adalah sebuah istilah untuk makna berbuat baik kepada karib
kerabat, berbelas kasih dan bersikap lembut kepada mereka, sekalipun
mereka memusuhi dan menyakiti kita.
Islam telah menetapkan segala
sesuatu yang dapat menguatkan dan
mengeratkan ikatan hubungan di antara
para pemeluknya. Pada skala keluarga,
misalnya, kita dapati Islam menyeru “Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya
untuk menjalin ikatan itu dalam suatu dan ditangguhkan ajalnya, maka hendaknya
bentuk yang merealisasikan keselarasan dia menyambung tali silaturahim.”1
dan kasih sayang, mencegah kerusakan, Demikian pula sabda Nabi yang lain
dan menjadi penengah dan jalan keluar di dalam Shahihain yang diriwayatkan
dari perselisihan yang terjadi. Oleh dari Jabir bin Muth‘im dari ayahnya,
karena itu, kita dapati Islam menyeru dan
mengajarkan bagaimana menjaga hak-
hak kerabat dan berusaha menunaikan “Tidak akan masuk surga orang yang
apa yang menjadi hak mereka sebaik memutus tali silaturahim .”2
mungkin, dengan cara menjalin Yang dimaksud dengan rahim (karib
hubungan, berbuat baik, melakukan kerabat) adalah siapa saja yang memiliki
kunjungan dan memuliakan mereka. pertalian nasab dengan kita, baik dari
Allah  berfirman, pihak ayah maupun dari pihak ibu. Wajib
menyambung hubungan dengannya dan
haram memutuskannya.
Ini mencakup nasab dari ayah ke atas,
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga anak ke bawah atau dari pihak sanak
dekat yang menjadi hak mereka, juga kepada kerabat, baik yang dekat maupun yang
orang miskin dan orang yang dalam jauh. Sekalipun demikian ancaman
perjalanan.” (Q.S. Al-Isra:26) syariat terhadap pemutus silaturahim di
Nabi  bersabda dalam hadits yang atas tidaklah diperuntukkan kecuali bagi
terdapat dalam Shahihain (Bukhari dan pemutus yang memiliki tanggung jawab
Muslim), memberi nafkah, seperti ayah ke atas3

1
Bukhari, hadits no. 5639. Muslim, hadits no.2557. Ibnu Hibban, hadits no.439.
2
Muslim, hadits no.2556. Abu Dawud, hadits no.1696.
3
kakek, buyut dan seterusnya.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 47


46
Akhlaq
Tauhid

dan anak ke bawah4. Adapun berbuat rahim diambil dari nama Allah, ar-
baik kepada para kerabat, maka Rahman (yang memiliki rahmat yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan luas). Barangsiapa menyambung rahim,
kemampuan seseorang berdasarkan maka Allah  akan menyambungnya
keadaan dirinya dan keadaan kerabatnya dengan rahmat-Nya, dan barangsiapa
itu, baik berupa nafkah, salam, kunjungan, yang memutus rahim, maka Allah akan
ataupun penghormatan. Kemudian tatkala memutusnya dari rahmat-Nya.
tuntutan untuk berbuat baik itu membesar,
Rasulullah  juga bersabda,
maka tanggung jawab pelaksanaannya
“Sesungguhnya Allah  menciptakan para
pun menjadi bertambah besar dan agung,
makhluk-Nya, sampai ketika Dia selesai dan
sebagai wujud kepatuhan atas perintah
sempurna mencipta, ar-Rahim berkata, ‘Inilah
Allah  yang berikut.
tempat aku berlindung kepadamu dari
keterputusan.’Allah berkata, ‘Benar. Tidakkah
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga kamu ridha Aku menyambung orang yang
yang dekat akan haknya.” (Q.S. Al-Isra:26) menyambungmu, dan Aku memutuskan orang
Dengan ayat ini menjadi jelas bahwa hak yang memutusmu?’ Ar-Rahim berkata, ‘Tentu,
tersebut adalah hak yang wajib ya Rabb.’ Allah  berkata, ‘Ketetapan ini
ditunaikan, baik berupa hak secara materi untukmu.’” Bersabda Rasulullah , “Bacalah
maupun secara moral. jika kalian ingin firman Allah  :

Etimologi Kata ar-Rahim


Penjelasan mengenai asal kata ar-
rahim ini terdapat dalam hadits Abu
Hurairah  dari Nabi , beliau bersabda,
“Maka apakah jika kamu berkuasa kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutus hubungan kekeluargaan? Mereka
itulah orang-orang yang Allah laknat, maka
“Sesungguhnya ar-rahim merupakan sajnah Dia tulikan (telinga-telinga) mereka dan Dia
dari ar-rahman. Allah  berfirman, butakan penglihatan mereka.” (Q.S.
‘Barangsiapa menyambungmu, maka Aku Muhammad: 22-23).”6
akan menyambungkannya, dan barangsiapa Diriwayatkan dari Aisyah  dari Nabi
memutusmu, maka Aku akan , beliau bersabda,
memutuskannya.’”5
Makna frase sajnah dari ar-Rahman’
dalam hadits di atas adalah bahwa kata

4
cucu, cicit dan terus bawah.
5
Bukhari, hadits no.5642.
6
Bukhari, hadits no.4552; Muslim, hadits no. 2554.

48 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Akhlaq
Tauhid

“Rahim berkait pada Arsy. Ia (Rahim) beliau  menyuruhnya untuk beribadah


berkata, ‘Barangsiapa menyambungku, Allah kepada Allah dan mentauhidkan ibadah
akan menyambungkannya, dan barangsiapa itu hanya untuk-Nya, menegakkan shalat,
memutusku, Allah akan memutuskannya.”7 dan menunaikan zakat, beliau lalu
bersabda,
Dan sebaik-baik sedekah adalah yang
diberikan kepada kerabat sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits:
‘Dan sambunglah tali silaturahim.’”8
Disebutkan dalam hadits yang lain
dari Abu Hurairah  bahwa Nabi 
pernah bersabda,
“Sedekah yang engkau berikan kepada orang
miskin (hanyalah sekadar) sedekah, dan jika
diberikan kepada kerabat menjadi dua, yaitu
sedekah dan menyambung (tali
“Barangsiapa yang ingin Allah banyakkan
kekeluargaan).”
rezekinya atau Allah panjangkan umurnya,
maka hendaknya dia menyambung tali
Pengaruh yang Terdapat Dalam kekerabatannya.”9
Menyambung atau Memutuskan Tali Jadi, siapa saja yang ingin dilapangkan
Silaturahim rezekinya dan ditambah umurnya,
Tidak diragukan lagi bahwa hendaknyalah dia berlaku baik terhadap
silaturahim akan menumbuhkanrasa karib kerabatnya karena menyambung
cinta dan kasih sayang antarkeluarga. tali silaturahim merupakan sebab
Sebagaimana pula dia dapat dilapangkannya rezeki.
memadamkan api fitnah dan dendam Rasulullah  juga telah memberikan
yang timbul di tengah manusia akibat petunjuk lain kepada kita dalam hadits
mengabaikan silaturahim dan ta‘awun Abu Hurairah  dengan sabdanya,
(saling menolong) sesama mereka.
Termasuk di antara pengaruhnya pula
adalah tumbuhnya rasa cinta kepada
keluarga, lapangnya rezeki, dan
panjangnya umur. Di dalam Shahih
Bukhari terdapat sebuah hadits yang
menyebutkan bahwa Rasulullah  suatu “Pelajarilah silsilah nasab (keturunan)
ketika ditanya oleh seorang laki-laki kalian yang dengannya kalian bisa
tentang amalan yang dapat bersilaturahim dengan karib kerabat kalian.
memasukkannya ke dalam surga. Setelah Hal itu karena silaturahim dapat
7
Muslim, hadits no. 2555.
8
Bukhari, hadits no.5637.
9
Bukahari, hadits no. 5639. Muslim, hadits no.1961.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 49


48
Akhlaq
Tauhid

menimbulkan kecintaan dalam keluarga,


menambah harta, dan menunda ajal.”10
Adapun kebalikan dari itu semua,
adalah memutus tali silaturahim. -Kita
“Orang-orang yang merusak janji Allah
berlindung kepada Allah  dari
setelah diikrarkan dengan teguh, memutuskan
perbuatan itu.- Banyak ayat-ayat al-
apa-apa yang Allah perintahkan supaya
Quran yang mencela perbuatan itu dan
disambung, dan mengadakan kerusakan di
pelakunya dengan ancaman laknat, tuli,
bumi, mereka itulah yang memperoleh kutukan
dan buta, serta akibat buruk yang akan
dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk
dia dapatkan sebagai balasan atas
(Jahannam).” (Q.S. Ar-Ra’du:25)
perbuatannya memutus sesuatu yang
telah Allah perintahkan untuk Dia juga berfirman,
menyambungnya. Allah  berfirman,

“Dan bertakwalah kepada Allah yang


dengan (menggunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan
“Maka apakah jika kamu berkuasa, kamu akan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
membuat kerusakan di muka bumi dan Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisa’:1)
itulah orang-orang yang Allah laknat. Allah akan Mereka yang memutuskan tali
menulikan pendengaran dan membutakan silaturahim terkadang Allah  segerakan
penglihatan mereka.” (Q.S. Muhammad:22-23) hukumannya di dunia. Tidak bermanfaat
Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini baginya amal perbuatannya di dunia dan
mengandung larangan berbuat tertutup baginya pintu langit. Dari Abu
kerusakan di bumi secara umum, dan Hurairah  ia berkata, “Aku telah
larangan memutus silaturahim secara mendengar Rasulullah  bersabda,
khusus. Bahkan Allah  telah
memerintahkan untuk berbuat perbaikan
di bumi dan menyambung tali
silaturahim, dengan berbuat baik kepada
sanak kerabat lewat ucapan, perbuatan,
dan pengorbanan harta benda.” “Sesungguhnya amal anak Adam dilaporkan
Allah  berfirman, setiap hari Kamis malam Jum’at, dan
tidaklah diterima amal orang yang memutus
tali silaturahim.’” 11

10
Tirmidzi, hadits no. 1979. Ahmad, II/374 dan Hakim I/166 dengan sanad yang sahih.
11
Ahmad, II/483 dan riwayatnya tsiqat.

50 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Akhlaq
Tauhid

Dan sabdanya pula, pada hari kiamat baik atas jerih payahnya
maupun atas hasil usahanya: pendurhaka,
manaan (pengungkit-ungkit kebaikan yang
pernah dilakukannya), dan pendusta qodar.”

Tingkatan-Tingkatan Silaturahim
“Setiap dosa Allah akhirkan sesuai dengan Berkata Qadhi ‘Iyad, “Tidak ada
apa yang Dia kehendaki, kecuali dosa perbedaan pendapat bahwa menyambung
durhaka kepada kedua orang tua karena tali silaturahim merupakan kewajiban
Allah  menyegerakannya dalam kehidupan secara global, dan memutusnya adalah
dunia sebelum mati.”12 dosa besar.” Selanjutnya beliau berkata,
“Akan tetapi, bentuk menyambung tali
Pada suatu hari Rasulullah  pernah silaturahim itu bertingkat-tingkat, yang
duduk-duduk bersama para sahabatnya. satu di atas yang lain. Dan bentuk
Beliau memerintahkan orang yang menyambung tali silaturahim yang
memutus tali silaturahim untuk keluar terendah adalah meninggalkan muhajarah
dari majelis tersebut agar rahmat dapat (mendiamkan, tidak mengajak bicara
turun kepada mereka. Hal ini menunjuk- orang lain), dan cara menyambungnya
kan akan dampak negatif atau kesialan adalah dengan kembali mengajak bicara
memutus tali silaturahim dan dosanya sekalipun hanya dengan memberi salam.
yang mengerikan. Dan hal ini berbeda sesuai dengan
Dari sahabat Anas  berkata, perbedaan kemampuan dan kebutuhan,
“Bersabda Rasulullah , dan hukumnya pun ada yang wajib dan
ada pula yang mustahab (disukai). Jika
seandainya seseorang telah berusaha
untuk menyambungnya, tetapi tidak
membuahkan apa yang dia harapkan,
‘Dua pintu yang Allah segerakan azabnya di maka dia sudah tidak dikatakan sebagai
dunia, zina dan durhaka.’ “ 13 pemutus tali silaturahim. Sebaliknya, jika
Hadits yang diriwayatkan oleh seandainya dia melalaikan sesuatu yang
Thabrani dari Nabi , mampu atau seharusnya dilakukan, maka
dia belum dinamakan penyambung tali
silaturahim.”14

“Tiga perkara yang Allah tidak akan Diterjemahkan dari kitab Usul al-Minhaj al-Islami
menerima dari (amal perbuatan) mereka oleh: Abul Khair

12
hakim, hadits no. 7263 dan ia sahihkan isnadnya.
13
Hakim, hadits no.7350.
14
Syarh Imam Nawawi dalam hadits Muslim.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 51


50
Tauhid  Firaq

Bagian Pertama
Shufiyyah merupakan suatu gerakan thariqat-nya yang dikenal di tengah-
keagamaan yang telah tersebar hampir tengah kaum muslimin. Tentu saja tulisan
di seluruh negeri kaum muslimin. Dalam ini adalah bagian kecil dari pembahasan
menyikapi gerakan Shufiyyah ini, manusia panjang mengenai masalah Shufiyyah.
terbagi menjadi dua golongan: golongan Semoga yang sedikit ini dapat membuka
pendukung dan golongan penentang. mata kita apa dan bagaimana sesungguh-
Lalu bagaimana seorang muslim nya ajaran ini. Semoga bermanfaat.
dapat mengetahui mana yang benar di
antara dua golongan ini sehingga dapat
Hakikat Shufiyyah dan Asal-
bersikap dengan benar? Apakah dia
Usulnya
termasuk golongan pendukung yang Pada mulanya nama Shufiyyah
berjalan bersama mereka? Ataukah tidaklah dikenal di kalangan kaum
termasuk golongan penentang yang muslimin, baik pada masa Rasulullah ,
menjauhi mereka? para Sahabat , maupun masa Tabi‘in.
Untuk bisa mengetahui hal ini, maka Akan tetapi, pada perkembangan
tidak ada jalan bagi kita kecuali hanya selanjutnya muncul sekelompok orang-
dengan merujuk (kembali) kepada al- orang zuhud yang mempunyai ciri
Qur’an dan as-Sunnah yang shahihah mengenakan baju yang terbuat dari shuf
demi mengamalkan firman Allah : (kulit dan bulu kambing atau domba)
yang menyiratkan kefakiran mereka.
Maka jadilah nama Shufiyyah ini
dinisbatkan kepada mereka. Ada
pendapat lain yang mengatakan bahwa
kata Shufiyyah berasal dari kata shufiya
(bahasa Yunani) yang berarti hikmah.
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat Kata ini muncul ketika buku-buku filsafat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia Yunani mulai diterjemahkan ke dalam
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as- bahasa Arab.
Sunnah), jika kamu benar-benar beriman Adapun klaim pengikut kalangan
kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang Shufiyyah bahwa kata Shufiyyah diambil
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih dari kata shafa’ (yang berarti jernih)
baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’:59). sangatlah tidak benar karena kalau
Pada tulisan ini, kami akan mengulas memang demikian halnya, maka
hakikat Shufiyyah, ajaran-ajarannya yang semestinya bentuk penisbatannya adalah
menyimpang dari Islam, serta beberapa shafa’i (bukan shufiyyah).1 Begitu pula

1
Ash-Sufiyyah (hal. 5) oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, dengan perubahan.

52 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Firaq

pendapat bahwa Shufiyyah diambil dari 1. Shufiyyah menyeru dan berdoa


kata shuffah, atau shaff yang berarti kepada selain Allah, seperti kepada para
memasrahkan diri kepada Allah, atau nabi maupun para wali, baik yang masih
shafwah (makhluk pilihan Allah), juga hidup maupun yang telah mati. Di
tidak benar karena semestinya antaranya mereka berkata dalam doa
penisbatannya adalah shuffi (rangkap ‘f’), mereka, “Ya Jailani,” “Ya Rifa‘i,” “Ya
shafawi, dan shaffi. Demikian pula, Rasulullah, tolonglah dan bantulah kami.”
pendapat yang mengatakan bahwa “Ya Rasulullah, engkau-lah tempat
Shufiyyah adalah nisbat kepada bergantung.”
seseorang bernama Shufah bin Bisyir bin Padahal Allah telah melarang hamba-
‘Ad bin Thabikhah —yang dijadikan nama Nya berdoa kepada selain-Nya karena hal
salah satu kabilah Arab yang tinggal di tersebut merupakan bentuk kesyirikan.
Mekkah pada masa silam (masa Allah  berfirman,
jahiliyyah)— adalah pendapat yang
lemah, meskipun secara lafal penisbatan
ini benar, karena kabilah tersebut tidak
dikenal (ada). Jikalau kabilah ini memang
ada dan dikenal, tentu penisbatan “Dan janganlah kamu menyeru (menyembah)
tersebut sudah ada di masa sahabat, apa-apa yang tidak memberi manfaat dan
tabi‘in dan atba‘ tabi‘in dan telah tidak (pula) memberi mudharat kepadamu
digunakan oleh mereka.2 selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
Demikianlah beberapa pendapat demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau
tentang asal-usul kata Shufiyyah menurut begitu termasuk orang-orang yang zhalim.”
bahasa beserta bantahan terhadap (Q.S. Yunus:106).
sebagiannya. [Maksud dari orang-orang zhalim di
sini adalah orang-orang yang berbuat
Ajaran-Ajaran Shufiyyah dalam syirik].
Timbangan al-Qur’an dan as-
Doa adalah ibadah, sebagaimana
Sunnah3
disabdakan oleh Rasulullah ,
Karena Shufiyyah adalah ajaran yang
datang belakangan, sudah barang tentu
ada saja ajaran-ajarannya yang menyelisihi “Doa adalah ibadah.” 4
apa yang ada sebelumnya. Baik itu berupa Karena doa adalah ibadah, maka
penyimpangan dalam masalah aqidah, seperti halnya shalat (dan ibadah
ibadah, maupun akhlaq. Berikut ini kami lainnya), tidak boleh ditujukan kepada
sampaikan ajaran-ajaran Shufiyyah yang selain Allah, sekalipun kepada seorang
menyimpang dari ajaran Islam yang telah nabi, apalagi hanya seorang wali. Hal itu
menyebar di tengah kaum muslimin. karena mengarahkan ibadah kepada
2
Lihat at-Tashawwuf (hal. 32) oleh Syaikh Abdul Qadir as-Sindi, menukil dari ash-Shufiyyah wa al-
Fuqara (hal 11-12) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
3
Dinukil dari risalah ash-Shufiyyah (hal 6-23), dengan perubahan.
4
H.R. at-Tirmidzi, no. 2969, 3247. Beliau menilainya hasan shahih.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 53


52
Firaq
Tauhid

selain Allah adalah syirik akbar yang bisa kamu meminta pertolongan.” (Q.S. An-
menghapus atau menggugurkan seluruh Nahl: 53).
amalan dan mengekalkan pelakunya 4. Sebagian kaum Shufiyyah memiliki
dalam api neraka. keyakinan Wihdatul Wujud (bersatunya
2. Kaum Shufiyyah meyakini adanya Tuhan dengan dengan makhluk),
sejumlah wali badal (wali pengganti) dan sehingga menurut mereka tidak ada
wali quthub (wali poros/kutub) yang istilah khalik (pencipta) dan makhluk.
diserahi Allah untuk mengatur dan Menurut mereka, dalam satu waktu
memelihara urusan-urusan yang ada di semua adalah makhluk, sekaligus adalah
alam. sesembahan yang disembah (ilah). Tokoh
Mereka ini lebih sesat dari kaum mereka Ibnu Arabi, yang dikubur di
musyrikin, karena kaum musyrikin saja Damaskus, pernah mengatakan (dalam
mengetahui siapa yang mengatur alam bait-bait syairnya),
ketika hal itu ditanyakan kepada mereka. Hamba itu Tuhan dan Tuhan itu Hamba
Firman-Nya : Duhai kiranya aku tahu siapa yang
mukallaf?5
“Dan siapakah yang mengatur segala Jika kukatakan hamba, hal itu benar
urusan? Maka mereka menjawab, ‘Allah.’” Atau jika kukatakan Tuhan, tapi bagaimana
(Q.S. Yunus:31). Dia yang mukallaf?
3. Orang-orang Shufiyyah bersandar [Al-Futuhat al-Makkiyah oleh Ibnu Arabi]
kepada selain Allah tatkala dirundung Betapa nyata kesesatan dan
musibah, padahal Allah  telah berfirman, kebingungan (kebodohan) mereka
tentang hakikat Rabb (Tuhan).

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan


“Jika Allah menimpakan suatu Dia.” (Q.S. Asy-Syura:11)
kemudharatan kepadamu, maka tidak ada 5. Orang-orang Shufiyyah menyatakan
yang mampu menghilangkannya melainkan bahwa beribadah kepada Allah itu bukan
Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan karena takut neraka-Nya, dan bukan pula
kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa karena mengharap surga-Nya. Mereka
atas tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. Al-An’am: 17). berdalil dengan perkataan Rabi‘ah al-
Allah telah pula menceritakan ‘Adawiyah, “Ya Allah, jika aku menyembah-
kebiasaan kaum musyrikin pada masa Mu karena takut neraka-Mu, maka
Jahiliyyah dulu ketika ditimpa musibah, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku
menyembah-Mu karena mengharap
surga-Mu, maka haramkanlah aku
“Kemudian bila kamu ditimpa oleh darinya.” Demikian pula perkataan Abdul
kemudharatan, maka hanya kepadaNyalah Ghani an-Nabilisi, “Barangsiapa yang

5
Yang terbebani untuk menjalankan syariat.

54 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Firaq

menyembah Allah karena takut neraka- Nabi  telah bersabda,


Nya, maka dia telah menyembah neraka.
Dan barangsiapa yang menyembah Allah
karena mengharap surga-Nya, maka dia “Tidak ada (seorang pun) yang mengetahui
telah menyembah berhala.” perkara gaib kecuali Allah.” (Hadits hasan
diriwayatkan oleh ath-Thabarani).
Padahal Allah  telah memuji para
nabi-Nya yang berdoa kepada-Nya 7. Shufiyyah menganggap bahwa
dengan mengharap surga-Nya dan takut Allah menciptakan Muhammad dari nur-
azab-Nya. Allah berfirman, Nya (cahaya-Nya), lalu menciptakan
segala sesuatu dari nur Muhammad.
Dalam hal ini al-Qur’an mendustakan
anggapan mereka dengan mengatakan,

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang


yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) “Katakanlah (hai Muhammad), ‘Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka aku ini hanya manusia seperti kamu, yang
berdoa kepada Kami dengan harap dan diwahyukan kepadaku.’” (Q.S. Al-Kahfi:110)
cemas.” (Q.S. Al-Anbiya’:90) Dan Allah mengatakan tentang
[Maksudnya berharap surga-Nya dan penciptaan Adam ,
cemas akan azab-Nya].
Bahkan Allah telah memerintah rasul-
Nya  dengan mengatakan,
“(Ingatlah) ketika Rabb-mu berfirman kepada
malaikat, ‘Sesungguhnya aku akan menciptakan
manusia dari tanah.’” (Q.S. Shaad: 71).
Adapun hadits yang berbunyi “Yang
“Katakanlah (hai Muhammad), ‘Sesungguhnya
pertama Allah ciptakan adalah nur Nabi-mu,
aku takut akan azab hari yang besar (hari
hai Jabir” adalah hadits palsu dan batil.
Kiamat) jika aku mendurhakai Rabb-ku.’”
(Q.S. Al-An‘am:15) 8. Shufiyyah menganggap bahwa Allah
menciptakan dunia (beserta isinya) ini adalah
6. Shufiyyah mendakwahkan diri mereka
karena Muhammad  . Al-Qur’an
bisa membuka dan mengetahui perkara
mendustakan mereka dengan mengatakan,
gaib. Akan tetapi, al-Qur’an mendustakan
mereka dengan mengatakan,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-
ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat:56).
“Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit Dan bahkan Allah  memerintah
dan di bumi yang mengetahui perkara yang Rasul-Nya dengan mengatakan,
gaib kecuali Allah.’” (Q.S. An-Naml:65)

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 55


54
Firaq
Tauhid

“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang 10. Shufiyyah meyakini bahwa mereka
kepadamu yang diyakini (ajal).” (Q.S. Al-Hijr:99) dapat melihat Rasulullah  di dunia ini
9. Shufiyyah menganggap bahwa dalam keadaan terjaga. Al-Qur’an
Allah bisa dilihat di dunia ini. Al- mendustakan mereka dengan
Qur’an telah mendustakan anggapan mengatakan,
mereka ini ketika menyebutkan
perkataan Musa ,
“Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al-
“‘Wahai Rabb-ku, tampakkanlah (diri Mu’minun: 100).
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat [Imam ath-Thabari menyebutkan
kepada Engkau.’ (Allah) berfirman, ‘Kamu bahwa maksudnya adalah di hadapan
sekali-kali tidak sangup melihat-Ku.’” orang-orang yang telah mati ada pemisah
(Q.S. Al-A’raf:143) yang menghalangi mereka kembali ke
Termasuk pula kesesatan kaum dunia sampai hari kiamat].
Shufiyyah ini adalah sebagaimana yang Di samping itu, belum pernah ada
dikisahkan oleh al-Ghazali dalam berita yang sampai kepada kita bahwa
kitabnya, Ihya’ ‘Ulumiddin, dalam bab ada salah seorang sahabat yang pernah
‘Hikayat Orang-Orang yang Mencinta dan melihat Rasul  (setelah beliau  wafat)
Pengetahuan Mereka Akan Perkara dalam keadaan terjaga. Maka, apakah
Ghaib’. Berikut ini kisahnya. mereka (Shufiyyah) lebih baik dari para
Pada suatu hari, Abu Turab berkata sahabat Nabi ? Subhanallah, sungguh
(kepada temannya), “Kalaulah kamu bisa ini adalah kedustaan yang besar.
melihat Abu Yazid (al-Busthami)?” 11. Shufiyyah menyatakan bahwa
Temannya berkata kepadanya, “Saya mereka mengambil ilmu langsung dari
tidak butuh dengannya. Sungguh saya Allah tanpa perantaraan Rasul . Mereka
telah melihat Allah, sehingga hal itu berkata, “Hatiku telah bercerita kepadaku
sudah cukup bagiku daripada melihat dari Rabb-ku.”
Abu Yazid.” Abu Turab berkata, “Mengapa Ibnu Arabi, yang dikubur di
kamu terpedaya dengan Allah? Kalaulah Damaskus, dalam kitabnya al-Fushush
kamu bisa melihat Abu Yazid sekali saja, itu berkata, “Di antara kami ada khalifah
lebih bermanfaat bagimu daripada melihat penerus Rasul  yang mengambil hukum
Allah tujuh puluh kali.” Lalu al-Ghazali dari beliau (Nabi ) atau dengan ijtihad
berkomentar, “Maka pengetahuan- yang telah ditetapkan olehnya pula, dan
pengetahuan akan perkara gaib seperti ini di antara kami ada yang mengambil
tidak pantas diingkari oleh seorang mukmin.” (langsung) dari Allah sehingga dia
Kita katakan kepada al-Ghazali, “Justru menjadi khalifah Allah.”
wajib atas seorang mukmin untuk Kita katakan bahwa perkataan ini
mengingkarinya karena hal itu adalah adalah batil, menyelisihi al-Qur’an yang
kedustaan dan kekafiran yang bertentangan jelas-jelas menyebutkan bahwa Allah
dengan al-Qur’an, Hadits, dan akal.” mengutus Muhammad  untuk

56 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Firaq

menyampaikan perintah-perintah Allah meniatkan suatu perkara, maka hendaklah


kepada manusia. Allah berfirman, dia shalat dua rakaat –sunnah- yang tidak
wajib, kemudian mengucapkan,

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang


diturunkan kepadamu dari Rabb-mu.” (Q.S.
Al-Maidah:67).
Lagi pula tidak mungkin seseorang
mengambil –ilmu- langsung dari Allah.
Dan itu adalah kebohongan dan
kedustaan. Demikian pula bahwa
manusia tidaklah bisa menjadi khalifah “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
(pengganti) Allah karena Allah tidak akan pilihan kepada-mu dengan ilmu-Mu, aku
pergi sehingga harus digantikan oleh memohon perhitungan kepada-Mu dengan
manusia. Justru Allah-lah yang akan kodrat-Mu, dan aku memohon karunia-Mu
mengantikan kita ketika kita pergi dan yang besar. Karena sesunggunya Engkau
bersafar sebagaimana disebutkan dalam Mahakuasa sedangkan aku tidak kuasa,
sebuah hadits (tentang doa safar): Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku
tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui
perkara-perkara yang gaib.” (H.R.
Bukhari).

“Ya Allah, engkau adalah teman dalam


13. Shufiyyah menyengaja bersafar ke
kuburan-kuburan dengan tujuan
perjalanan, dan pengganti (penjaga)
mengambil berkah dari mayit penghuni
keluarga.” (H.R. Muslim).
kuburan itu atau melakukan thawaf
12. Shufiyyah menggunakan rajah- (berkeliling) di seputarnya, atau
rajah, huruf-huruf, dan angka-angka menyembelih di sana. Dengan semua itu,
untuk beristikharah (meminta pilihan), mereka telah menyelisihi sabda Rasul ,
demikian pula jimat-jimat dan yang
lainnya.
Kita katakan, “Mengapa mereka
bersandar kepada khurafat baik dalam
menghitung nama pasangan suami-isteri “Janganlah (disengaja) bersafar kecuali ke
dalam istikharah, dan dengan kebid‘ahan tiga masjid, yaitu al-Masjidil Haram,
dan kemungkaran lainnya, sementara masjidku ini (masjid Nabawi), dan al-Masjid
mereka meninggalkan doa istikharah - al-Aqsha.” (Muttafaq ‘alaih).
yang terdapat dalam shahih Bukhari-
yang pernah diajarkan oleh Rasulullah 
kepada para sahabatnya sebagaimana
mengajarkan surat dari al-Qur’an. Beliau
bersabda, “Apabila salah seorang kalian Bersambung, Insya Allah

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 57


56
Tauhid Profil 

Imam Syafi‘i berkata, “Aku keluar (meninggalkan) Bagdad, sementara itu


tidak aku tinggalkan di kota tersebut orang yang lebih wara’, lebih faqih, dan
lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hambal.”

Nasab dan Kelahirannya ‘Abbasiyah dan karenanya ikut


Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad merasakan penyiksaan dari Bani
bin Muhammad bin Hambal bin Hilal Umawiyyah. Disebutkan bahwa dia
bin Asad bin Idris bin Abdullah bin dahulunya adalah seorang panglima.
Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf
bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Masa Menuntut Ilmu
Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy- Imam Ahmad tumbuh dewasa
Syaibaniy. Nasab beliau bertemu sebagai seorang anak yatim. Ibunya,
dengan nasab Nabi  pada diri Nizar Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul
bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti Malik asy-Syaibaniy, berperan penuh
bertemu nasab pula dengan nabi dalam mendidik dan membesarkan
Ibrahim. beliau. Untungnya, sang ayah
Ketika beliau masih dalam meninggalkan untuk mereka dua buah
kandungan, orang tua beliau pindah rumah di kota Baghdad. Yang sebuah
dari kota Marwa, tempat tinggal sang mereka tempati sendiri, sedangkan
ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu yang sebuah lagi mereka sewakan
beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan dengan harga yang sangat murah.
Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang Dalam hal ini, keadaan beliau sama
paling masyhur- tahun 164 H. dengan keadaan syaikhnya, Imam
Syafi‘i, yang yatim dan miskin, tetapi
Ayah beliau, Muhammad,
tetap mempunyai semangat yang
meninggal dalam usia muda, 30 tahun,
tinggi. Keduanya juga memiliki ibu
ketika beliau baru berumur tiga tahun.
yang mampu mengantar mereka
Kakek beliau, Hambal, berpindah ke
kepada kemajuan dan kemuliaan.
wilayah Kharasan dan menjadi wali
kota Sarkhas pada masa pemeritahan Beliau mendapatkan pendidikannya
Bani Umawiyyah, kemudian bergabung yang pertama di kota Baghdad. Saat
ke dalam barisan pendukung Bani itu, kota Bagdad telah menjadi pusat
peradaban dunia Islam, yang penuh

58 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Profil

dengan manusia yang berbeda asalnya kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir
dan beragam kebudayaannya, serta bin Abu Hazim al-Wasithiy hingga
penuh dengan beragam jenis ilmu syaikhnya tersebut wafat tahun 183.
pengetahuan. Di sana tinggal para Disebutkan oleh putra beliau bahwa
qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, beliau mengambil hadits dari Hasyim
filosof, dan sebagainya. sekitar tiga ratus ribu hadits lebih.
Setamatnya menghafal Alquran dan Pada tahun 186, beliau mulai
mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di melakukan perjalanan (mencari hadits)
al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman,
melanjutkan pendidikannya ke ad- dan selainnya. Tokoh yang paling
Diwan. Beliau terus menuntut ilmu menonjol yang beliau temui dan
dengan penuh azzam yang tinggi dan mengambil ilmu darinya selama
tidak mudah goyah. Sang ibu banyak perjalanannya ke Hijaz dan selama
membimbing dan memberi beliau tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i.
dorongan semangat. Tidak lupa dia Beliau banyak mengambil hadits dan
mengingatkan beliau agar tetap faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i
memperhatikan keadaan diri sendiri, sendiri amat memuliakan diri beliau
terutama dalam masalah kesehatan. dan terkadang menjadikan beliau
Tentang hal itu beliau pernah bercerita, rujukan dalam mengenal keshahihan
“Terkadang aku ingin segera pergi sebuah hadits. Ulama lain yang
pagi-pagi sekali mengambil menjadi sumber beliau mengambil ilmu
(periwayatan) hadits, tetapi Ibu segera adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin
mengambil pakaianku dan berkata, ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al-
‘Bersabarlah dulu. Tunggu sampai Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-
adzan berkumandang atau setelah lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat
orang-orang selesai shalat subuh.’” bertemu dengan Imam Malik, tetapi
Perhatian beliau saat itu memang Allah menggantikannya untukku
tengah tertuju kepada keinginan dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya
mengambil hadits dari para perawinya. tidak sempat pula bertemu dengan
Beliau mengatakan bahwa orang Hammad bin Zaid, tetapi Allah
pertama yang darinya beliau menggantikannya dengan Ismail bin
mengambil hadits adalah al-Qadhi Abu ‘Ulayyah.”
Yusuf, murid/rekan Imam Abu Hanifah. Demikianlah, beliau amat menekuni
Imam Ahmad tertarik untuk menulis pencatatan hadits, dan ketekunannya
hadits pada tahun 179 saat berumur itu menyibukkannya dari hal-hal lain
16 tahun. Beliau terus berada di kota sampai-sampai dalam hal berumah
Baghdad mengambil hadits dari syaikh- tangga. Beliau baru menikah setelah
syaikh hadits kota itu hingga tahun berumur 40 tahun. Ada orang yang
186. Beliau melakukan mulazamah berkata kepada beliau, “Wahai Abu

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 59


58
Profil
Tauhid

Abdillah, Anda telah mencapai semua Asyribah, satu juz tentang Ushul as-
ini. Anda telah menjadi imam kaum Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.
muslimin.” Beliau menjawab, “Bersama
mahbarah (tempat tinta) hingga ke Pujian dan Penghormatan Ulama
maqbarah (kubur). Aku akan tetap Lain Kepadanya
menuntut ilmu sampai aku masuk liang
Imam Syafi‘i pernah mengusulkan
kubur.”
kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, pada
Dan memang senantiasa seperti hari-hari akhir hidup khalifah tersebut,
itulah keadaan beliau: menekuni agar mengangkat Imam Ahmad
hadits, memberi fatwa, dan kegiatan- menjadi qadhi di Yaman, tetapi Imam
kegiatan lain yang memberi manfaat Ahmad menolaknya dan berkata
kepada kaum muslimin. Sementara itu, kepada Imam Syafi‘i, “Saya datang
murid-murid beliau berkumpul di kepada Anda untuk mengambil ilmu
sekitarnya, mengambil darinya (ilmu) dari Anda, tetapi Anda malah
hadits, fiqih, dan lainnya. Ada banyak menyuruh saya menjadi qadhi untuk
ulama yang pernah mengambil ilmu mereka.” Setelah itu pada tahun 195,
dari beliau, di antaranya kedua putra Imam Syafi‘i mengusulkan hal yang
beliau, Abdullah dan Shalih, Abu Zur sama kepada Khalifah al-Amin, tetapi
‘ah, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al- lagi-lagi Imam Ahmad menolaknya.
Atsram, dan lain-lain.
Suatu hari, Imam Syafi‘i masuk
Beliau menyusun kitabnya yang menemui Imam Ahmad dan berkata,
terkenal, al-Musnad, dalam jangka “Engkau lebih tahu tentang hadits dan
waktu sekitar enam puluh tahun dan perawi-perawinya. Jika ada hadits
itu sudah dimulainya sejak tahun tahun shahih (yang engkau tahu), maka beri
180 saat pertama kali beliau mencari tahulah aku. Insya Allah, jika
hadits. Beliau juga menyusun kitab (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku
tentang tafsir, tentang an-nasikh dan akan pergi mendatanginya jika
al-mansukh, tentang tarikh, tentang memang shahih.” Ini menunjukkan
yang muqaddam dan muakhkhar kesempurnaan agama dan akal Imam
dalam Alquran, tentang jawaban- Syafi‘i karena mau mengembalikan ilmu
jawaban dalam Alquran. Beliau juga kepada ahlinya.
menyusun kitab al-Manasik ash-Shagir
Imam Syafi‘i juga berkata, “Aku
dan al-Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-
keluar (meninggalkan) Bagdad,
Radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-Zindiqah
sementara itu tidak aku tinggalkan di
(Bantahan kepada Jahmiyah dan
kota tersebut orang yang lebih wara’,
Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-
lebih faqih, dan lebih bertakwa
Sunnah, kitab al-Wara ‘ wa al-Iman,
daripada Ahmad bin Hambal.”
kitab al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-

60 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Profil

Abdul Wahhab al-Warraq berkata, kecondongan khalifah yang berkuasa


“Aku tidak pernah melihat orang yang menjadikan unsur-unsur asing (non-
seperti Ahmad bin Hambal.” Orang- Arab) sebagai kekuatan penunjang
orang bertanya kepadanya, “Dalam hal kekuasaan mereka. Khalifah al-
apakah dari ilmu dan keutamaannya Makmun menjadikan orang-orang
yang engkau pandang dia melebihi Persia sebagai kekuatan
yang lain?” Al-Warraq menjawab, “Dia pendukungnya, sedangkan al-
seorang yang jika ditanya tentang Mu‘tashim memilih orang-orang Turki.
60.000 masalah, dia akan Akibatnya, justru sedikit demi sedikit
menjawabnya dengan berkata, ‘Telah kelemahan menggerogoti kekuasaan
dikabarkan kepada kami,’ atau, “Telah mereka. Pada masa itu dimulai
disampaikan hadits kepada kami’.” penerjemahan ke dalam bahasa Arab
Ahmad bin Syaiban berkata, “Aku buku-buku falsafah dari Yunani,
tidak pernah melihat Yazid bin Harun Rumania, Persia, dan India dengan
memberi penghormatan kepada sokongan dana dari penguasa.
seseorang yang lebih besar daripada Akibatnya, dengan cepat berbagai
kepada Ahmad bin Hambal. Dia akan bentuk bid‘ah merasuk menyebar ke
mendudukkan beliau di sisinya jika dalam akidah dan ibadah kaum
menyampaikan hadits kepada kami. muslimin. Berbagai macam kelompok
Dia sangat menghormati beliau, tidak yang sesat menyebar di tengah-tengah
mau berkelakar dengannya.” mereka, seperti Qadhariyah, Jahmyah,
Demikianlah, padahal seperti diketahui Asy‘ariyah, Rafidhah, Mu‘tashilah, dan
bahwa Harun bin Yazid adalah salah lain-lain.
seorang guru beliau dan terkenal Kelompok Mu‘tashilah, secara
sebagai salah seorang imam huffazh. khusus, mendapat sokongan dari
penguasa, terutama dari Khalifah al-
Keteguhan di Masa Penuh Cobaan Makmun. Mereka, di bawah pimpinan
Ibnu Abi Duad, mampu mempengaruhi
Telah menjadi keniscayaan bahwa
al-Makmun untuk membenarkan dan
kehidupan seorang mukmin tidak akan
menyebarkan pendapat-pendapat
lepas dari ujian dan cobaan, terlebih
mereka, di antaranya pendapat yang
lagi seorang alim yang berjalan di atas
mengingkari sifat-sifat Allah, termasuk
jejak para nabi dan rasul. Dan Imam
sifat kalam (berbicara). Berangkat dari
Ahmad termasuk di antaranya. Beliau
pengingkaran itulah, pada tahun 212,
mendapatkan cobaan dari tiga orang
Khalifah al-Makmun kemudian
khalifah Bani Abbasiyah selama
memaksa kaum muslimin, khususnya
rentang waktu 16 tahun.
ulama mereka, untuk meyakini
Pada masa pemerintahan Bani kemakhlukan Alquran.
Abbasiyah, dengan jelas tampak

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 61


60
Profil
Tauhid

Sebenarnya Harun ar-Rasyid, berpindah ke tangan al-Makmun,


khalifah sebelum al-Makmun, telah mereka mampu melakukannya.
menindak tegas pendapat tentang Untuk memaksa kaum muslimin
kemakhlukan Alquran. Selama menerima pendapat kemakhlukan
hidupnya, tidak ada seorang pun yang Alquran, al-Makmun sampai
berani menyatakan pendapat itu mengadakan ujian kepada mereka.
sebagaimana dikisahkan oleh Selama masa pengujian tersebut, tidak
Muhammad bin Nuh, “Aku pernah terhitung orang yang telah dipenjara,
mendengar Harun ar-Rasyid berkata, disiksa, dan bahkan dibunuhnya. Ujian
‘Telah sampai berita kepadaku bahwa itu sendiri telah menyibukkan
Bisyr al-Muraisiy mengatakan bahwa pemerintah dan warganya baik yang
Alquran itu makhluk. Merupakan umum maupun yang khusus. Ia telah
kewajibanku, jika Allah menguasakan menjadi bahan pembicaraan mereka,
orang itu kepadaku, niscaya akan aku baik di kota-kota maupun di desa-desa
hukum bunuh dia dengan cara yang di negeri Irak dan selainnya. Telah
tidak pernah dilakukan oleh seorang terjadi perdebatan yang sengit di
pun.’” Tatkala Khalifah ar-Rasyid wafat kalangan ulama tentang hal itu. Tidak
dan kekuasaan beralih ke tangan al- terhitung dari mereka yang menolak
Amin, kelompok Mu‘tazilah berusaha pendapat kemakhlukan Alquran,
menggiring al-Amin ke dalam kelompok termasuk di antaranya Imam Ahmad.
mereka, tetapi al-Amin menolaknya. Beliau tetap konsisten memegang
Baru kemudian ketika kekhalifahan pendapat yang hak, bahwa Alquran itu
kalamullah, bukan makhluk.

62 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M


Tauhid
Profil

Al-Makmun bahkan sempat mendebat beliau, tetapi jawaban beliau


memerintahkan bawahannya agar tetap sama, tidak berubah. Akibatnya,
membawa Imam Ahmad dan bertambah kemarahan al-Mu‘tashim
Muhammad bin Nuh ke hadapannya di kepada beliau. Dia mengancam dan
kota Thursus. Kedua ulama itu pun memaki-maki beliau, dan menyuruh
akhirnya digiring ke Thursus dalam bawahannya mencambuk lebih keras
keadaan terbelenggu. Muhammad bin dan menambah belenggu di kaki
Nuh meninggal dalam perjalanan beliau. Semua itu, diterima Imam
sebelum sampai ke Thursus, Ahmad dengan penuh kesabaran dan
sedangkan Imam Ahmad dibawa keteguhan bak gunung yang
kembali ke Bagdad dan dipenjara di menjulang dengan kokohnya.
sana karena telah sampai kabar Pada akhirnya, beliau dibebaskan
tentang kematian al-Makmun (tahun dari penjara. Beliau dikembalikan ke
218). Disebutkan bahwa Imam Ahmad rumah dalam keadaan tidak mampu
tetap mendoakan al-Makmun. berjalan. Setelah luka-lukanya sembuh
Sepeninggal al-Makmun, dan badannya telah kuat, beliau
kekhalifahan berpindah ke tangan kembali menyampaikan pelajaran-
putranya, al-Mu‘tashim. Dia telah pelajarannya di masjid sampai al-
mendapat wasiat dari al-Makmun agar Mu‘tashim wafat.
meneruskan pendapat kemakhlukan Selanjutnya, al-Watsiq diangkat
Alquran dan menguji orang-orang menjadi khalifah. Tidak berbeda
dalam hal tersebut; dan dia pun dengan ayahnya, al-Mu‘tashim, al-
melaksanakannya. Imam Ahmad Watsiq pun melanjutkan ujian yang
dikeluarkannya dari penjara lalu dilakukan ayah dan kakeknya. dia pun
dipertemukan dengan Ibnu Abi Duad masih menjalin kedekatan dengan Ibnu
dan konco-konconya. Mereka Abi Duad dan konco-konconya.
mendebat beliau tentang kemakhlukan Akibatnya, penduduk Bagdad
Alquran, tetapi beliau mampu merasakan cobaan yang kian keras. Al-
membantahnya dengan bantahan yang Watsiq melarang Imam Ahmad keluar
tidak dapat mereka bantah. Akhirnya berkumpul bersama orang-orang.
beliau dicambuk sampai tidak sadarkan Akhirnya, Imam Ahmad bersembunyi di
diri lalu dimasukkan kembali ke dalam rumahnya, tidak keluar darinya bahkan
penjara dan mendekam di sana selama untuk keluar mengajar atau
sekitar 28 bulan –atau 30-an bulan menghadiri shalat jamaah. Dan itu
menurut yang lain-. Selama itu beliau dijalaninya selama kurang lebih lima
shalat dan tidur dalam keadaan kaki tahun, yaitu sampai al-Watsiq
terbelenggu. meninggal tahun 232.
Selama itu pula, setiap harinya al- Sesudah al-Watsiq wafat, al-
Mu‘tashim mengutus orang untuk Mutawakkil naik menggantikannya.

Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 63


62
Profil
Tauhid

Selama dua tahun masa orang laki-laki, tidak ada yang


pemerintahannya, ujian tentang ketiganya. Yaitu, Abu Bakar as-Shiddiq
kemakhlukan Alquran masih pada Yaumur Riddah (saat orang-orang
dilangsungkan. Kemudian pada tahun banyak yang murtad pada awal-awal
234, dia menghentikan ujian tersebut. pemerintahannya), dan Ahmad bin
Dia mengumumkan ke seluruh wilayah Hambal pada Yaumul Mihnah.”
kerajaannya larangan atas pendapat
tentang kemakhlukan Alquran dan Sakit dan Wafatnya
ancaman hukuman mati bagi yang
Menjelang wafatnya, beliau jatuh
melibatkan diri dalam hal itu. Dia juga
sakit selama sembilan hari. Mendengar
memerintahkan kepada para ahli hadits
sakitnya, orang-orang pun
untuk menyampaikan hadits-hadits
berdatangan ingin menjenguknya.
tentang sifat-sifat Allah. Maka
Mereka berdesak-desakan di depan
demikianlah, orang-orang pun
pintu rumahnya, sampai-sampai sultan
bergembira pun dengan adanya
menempatkan orang untuk berjaga di
pengumuman itu. Mereka memuji-muji
depan pintu. Akhirnya, pada
khalifah atas keputusannya itu dan
permulaan hari Jumat tanggal 12
melupakan kejelekan-kejelekannya. Di
Rabi‘ul Awwal tahun 241, beliau
mana-mana terdengar doa untuknya
menghadap kepada rabbnya 
dan namanya disebut-sebut bersama
menjemput ajal yang telah dientukan
nama Abu Bakar, Umar bin al-
kepadanya. Kaum muslimin bersedih
Khaththab, dan Umar bin Abdul Aziz.
dengan kepergian beliau. Tak sedikit
Demikianlah gambaran ringkas mereka yang turut mengantar jenazah
ujian yang dilalui oleh Imam Ahmad. beliau sampai beratusan ribu orang.
Terlihat bagaimana sikap agung beliau Ada yang mengatakan 700 ribu orang,
yang tidak akan diambil kecuali oleh ada pula yang mengatakan 800 ribu
orang-orang yang penuh keteguhan orang, bahkan ada yang mengatakan
lagi ikhlas. Beliau bersikap seperti itu sampai satu juta lebih orang yang
justru ketika sebagian ulama lain menghadirinya. Semuanya menunjukkan
berpaling dari kebenaran. Dan dengan bahwa sangat banyaknya mereka yang
keteguhan di atas kebenaran yang hadir pada saat itu demi menunjukkan
Allah berikan kepadanya itu, maka penghormatan dan kecintaan mereka
madzhab Ahlussunnah pun dinisbatkan kepada beliau. Beliau pernah berkata
kepada dirinya karena beliau sabar dan ketika masih sehat, “Katakan kepada
teguh dalam membelanya. Ali bin al- ahlu bid‘ah bahwa perbedaan antara
Madiniy berkata menggambarkan kami dan kalian adalah (tampak pada)
keteguhan Imam Ahmad, “Allah telah hari kematian kami.”
mengokohkan agama ini lewat dua

64 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M

You might also like