Professional Documents
Culture Documents
Berlalu sudah tahun 1423 yang bertabur dengan kejadian-kejadian penuh kenangan, menyenangkan maupun
yang tidak. Ia berlalu digantikan tahun 1424 yang penuh dengan pengharapan dan perbaikan. Begitulah sunnatullah
Penerbit: yang berlaku dan yang Allah gariskan untuk alam ini, selalu dan selalu ada pergantian. Ada masa kanak-kanak ada
Pustaka At-Turots Al- masa remaja, ada masa muda ada masa tua, ada hari ini dan ada hari esok. Semua silih berganti menduduki
Islamy Yogyakarta posisinya masing-masing.
Pemimpin Umum: Tapi ada hal penting yang harus direnungkan dari pergantian ini, “Apakah membawa perbaikan atau malah
Abu Nida’ Ch. Shofwan sebaliknya, semakin memburuk dan mengarah kepada kerusakan?” Pertanyaan inilah yang tampaknya perlu
menjadi perhatian kita bersama, baik untuk diri-diri kita pribadi maupun untuk bangsa, negara dan agama ini.
Tim Pengasuh:
Abu Humaid Arif Bertolak dari sinilah kami, kru Fatawa, mencoba untuk bagaimana selalu dan selalu bisa melakukan perbaikan,
dengan harapan dapat memberikan yang terbaik sebagaimana yang dicita-citakan dan diamanatkan.
Syarifuddin, Abu
Mush’ab, Abu Husam M. Mungkin para pembaca merasa heran dan menunggu-nunggu munculnya ‘Fatawa’ volume 5 yang sudah
berganti bulan masih juga belum hadir di tengah-tengah pembaca. Untuk edisi ini memang kami datang terlambat
Nurhuda, Abu Isa, Abu
karena kendala teknis dan pertimbangan-pertimbangan lain. Untuk itu, kami minta maaf. Beberapa waktu yang
Nida’ Ch. Shofwan lalu mungkin Fatawa sampai ke tangan pembaca dengan masa terbit yang tidak teratur, di pertengahan bulan
Pemimpin Redaksi/ Hijriyah atau malah sudah mendekati akhir bula. Dengan mengorbankan satu bulan kemarin (Muharram) dan
Usaha: menggabungkannya dengan bulan ini (Safar), kami berharap dapat menutupi kekurangan-kekurangan tersebut.
Tri Madiyono Besar harap pembaca dapat memaklumi kendala ini.
Sekretaris: Beralih kepada muatan Fatawa. Akhir-akhir ini, kampanye antimiras dan NAZA sedang gencar-gencarnya
Syafaruddin dicanangkan pemerintah, baik pada skala nasional maupun daerah. Pasalnya, ia merupakan ancaman kedua
yang paling menakutkan dan mematikan setelah AIDS, yang menyerang generasi fital anak bangsa. Kita sebagai
Staf Redaksi:
umat Islam sudah barang tentu berkewajiban mewaspadai dan membentengi generasi dari bahaya-bahaya
Abu Athifah, Abu Harun semacam ini serta menjelaskan kepada umat bagaimana sesungguhnya syariat agama memandang dan
Husain Sunding, Mubarok menanganinya. Yang demikian ini karena kita yakin bahwa agama adalah sumber penyelesaian. Fatawa kali ini
Pemasaran & Sirkulasi: mencoba mengupas barang-barang terlarang ini dalam timbangan agama, yang dibahas khusus dalam rubrik
Pak Siswanto JH aktual dengan menukilkan fatwa-fatwa para ulama.
(0812 279 7463) Di lain tempat, pada waktu-waktu tertentu kita sering jumpai kubur-kubur penuh dikerumuni orang, -- tentu
Setting-Layout: bukan karena di sana terdapat pertunjukan, akan tetapi-- mereka mencoba mengadu nasib semoga mendapat
Abdul Wahhab sesuatu yang diharapkan melalui perantaraan kubur tersebut (yang lebih dikenal dengan istilah bertawassul).
Itulah yang menjadi alasan kenapa mereka mau bersusah payah datang ke kubur tersebut untuk melakukan
Keuangan: serangkaian tata cara yang mirip dengan peribadatan ini. Bagaimana bertawassul dalam Islam dan kepada
Indra siapa atau bagaimana tawassul yang dibolehkan? Pertanyaan ini akan terjawab setelah Anda mengikuti tanya
Rekening: jawab pada rubrik Tauhid kali ini.
Rek.Giro: 801.20173001,
Pada kolom fatwa, Syaikh Utsaimin , seorang pengajar dan ulama besar Saudi Arabia, akan menjelaskan
BNI Syari’ah Cab. kepada kita siapa sesungguhnya “Firqah Najiyah” atau yang lebih dikenal dengan “Ahlus Sunnah wal Jamaah”
Yogyakarta, a.n. Yayasan sebagai golongan selamat yang banyak diaku-aku oleh banyak kelompok sempalan Islam, dan ditambah
Majelis At-Turots Al- keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang akan mengupasnya dari sisi ilmu dan amal pada kolom Manhaj.
Islamy Yogyakarta Setelah kita tahu betapa pentingnya tadabbur al-Qur’an sebagaimana yang telah dibahas pada pertemuan
Alamat Redaksi: lalu, rubrik Tafsir kali ini akan menjelaskan kepada kita bahwa ada hal lain yang dapat mengantarkan kepada
Islamic Center Bin Baaz, buah dari tadabbur yang tidak bisa tidak harus dikuasai oleh seorang qari (pembaca al-Quran). Bagaimana
Jl. Wonosari Km 10, penjelasannya, kali ini pembaca akan mendapatkan jawabannya.
Sitimulyo, Piyungan, Pada rubrik Fiqih, Anda akan mendapati apa saja yang merupakan sunnah fitrah yang banyak diabaikan.
Bantul, Yogyakarta Sedangkan pada rubrik Ahlaq yang membahas pentingnya silaturahmi, rubrik Firaq yang mengupas masalah
Telp/Faks: Shufiyah dan penyimpangannya, serta Profil yang mengupas kehidupan Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin
Hanbal yang gigih dalam mempertahankan kebenaran. Kisahnya diabadikan dengan tragedi Khalq al-
(0274) 522964
Quran. Kita berdoa dan bermohon semoga apa yang kita usahakan ini mendapat keridhaan- Nya. Amin.
081328711260
Email:
fatawa@ngajisalaf.net
Tauhid
Tawassul 4
Fatw a
Karakteristik Firqah Najiyah 12
Tafsir
Perintah Mentajwidkan Al-Qur’an 16
Fiqih
Sunnah-Sunnah Fitrah 22
Keluarga
Hukum Syari’at dalam Membatasi Keturunan 27
Orang Tua Memaksa Anak Laki-lakinya untuk Menikah 28
Istri Menolak Tinggal Bersama Keluarga Suami 29
Menikah Bagi Wanita Lebih Penting daripada Pendidikannya 30
Hukum Suami Yang Memukul Istrinya dan Merampas Hartanya 30
Hukum Istri Yang Mengambil Harta Suaminya Secara Diam-diam 31
Manhaj
Mengenal Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Hal Ilmu dan Amal 32
Aktual
Narkoba dalam Sorotan 38
Akhlaq
Menyambung Tali Silaturahim 47
Firaq
Tharikat Shufiyyah 52
Profil
Ahmad bin Hambal, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah 58
Salah Simbol
Al-hamdulillah bertambah satu majalah ilmiah islamy yang berbobot.
Langsung saja ke permasalahan, ana hanya ingin menginformasikan bahwa pada
Fatwa vol. 4 pada rubrik ahklaq (birrul walidain) ada beberapa kesalahan simbol di
belakang tulisan Rasulullah itu saja semoga fatawa semakin maju dan jaya.
Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Irfan di Malang
Red: Jazakallah atas informasinya dan ini sekaligus ralat. Semoga Fatwa semakin maju
dan jaya sebagaimana yang kita harapkan.
1
Ahmad (II/300, 375, 408) (V/353, 359, 360) (VI/71, 76, 111, 180, 221), Muslim dengan Syarh Nawawi
(VII/44, 45), Nasa’i (IV/94), dan Ibnu Majah (I/494).
Rubrik Tauhid yang hadir secara rutin dalam Fatawa ini disajikan dalam format tanya-jawab. Yang diambil dari fatwa-fatwa Lajnah Da imah
yang merupakan lembaga majelis ulama-ulama besar Kerajaan Saudi yang didirikan oleh pemerintah Saudi Arabia (SK. No:1/137 tanggal
8/7/1391H/1993M), dalam rangka memberikan fatwa-fatwa yang berkenaan dengan perkara-perkara agama seperti aqidah, ibadah
dan muamalah. Yang pada mulanya beranggotakan Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (Ketua), Syaikh Abdurrazzaak
Afifi Athiyyah (Wakil Ketua), Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Ghadyan (Anggota), Syaikh Abdullah bin Sulaiman bin Mani’ (Anggota).
Pada akhir tahun 1395H/1997M, Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh digantikan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah
bin Baaz. Fatwa-fatwa yang dinukilkan adalah fatwa yang dikeluarkan pada masa mereka; ditambah fatwa para ulama salaf lain yang tidak
terangkum kedalam kitab Majmu Fatawa Lil Lajnah Da imah.
Imam Ahmad dan Tirmidzi —dan dia “Katakanlah, ‘Serulah mereka yang kamu
menyatakannya hasan— meriwayatkan anggap (sebagai sesembahan) selain Allah,
dari Ibnu Abbas , ia berkata, “Rasulullah mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat
melewati pekuburan Madinah, maka zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka
beliau menghadapkan wajahnya ke arah tidak mempunyai suatu saham pun dalam
pekuburan itu dan berkata, (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali
tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya.’” (Q.S. Saba’:22)
Ayat ini menunjukkan bahwa (ilah/
sesembahan) yang diseru (selain Allah)
“Keselamatan atas kalian, wahai penghuni
bisa jadi memiliki (kekuasaan di langit
kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan
dan bumi) atau bisa pula tidak. Jika dia
kalian. Kalian pendahulu kami dan kami
tidak memiliki, maka bisa jadi dia adalah
akan mengikuti.”2
sekutu (bagi Allah dalam kekuasaan-Nya
Para Khalifah yang Empat dan sahabat itu), atau bisa juga bukan. Jika dia bukan
Nabi yang lain serta para Tabi‘in yang sekutu (bagi Allah), bisa jadi dia
mengikuti mereka dengan baik telah pembantu (bagi Allah), atau bisa juga
menjalankan petunjuk Nabi tersebut. bukan. Jika dia bukan pembantu (bagi
Allah), maka bisa jadi dia adalah pemberi
Mereka yang mendatangi penghuni
syafaat tanpa –harus mendapat- izin dari
kubur itu, jika mereka melakukannya
Allah, atau bisa pula bukan. Dan keempat
untuk berdoa kepada Allah di sisi kubur
macam (yang diseru) ini adalah batil,
tersebut dengan sangkaan bahwa yang
tidak bisa diterima. Lalu yang terakhir
demikian itu lebih bermanfaat dalam
jelas bahwa pemberi syafaat tidaklah
berdoa, sekaligus dengan tujuan ber-
dapat memberi syafaat melainkan
tawassul (menjadikannya sebagai
dengan izin-Nya (dan ini syarat
perantara) dan meminta syafaat
pertama, pent.). Sedangkan firman Allah
dengannya, maka yang demikian ini tidak
yang berikut:
ada dalam syariat agama. Sedangkan
wasilah (sarana/perantara) memiliki
hukum yang sama dengan hukum tujuan “Dan mereka tidak memberi syafa‘at
dalam hal pelarangan. Allah berfirman, melainkan kepada orang-orang yang diridhai
Allah.” (Q.S. Al-Anbiya’:28)
menunjukkan bahwa keridhaan Allah
kepada yang disyafaati -juga-
merupakan syarat. Inilah dua syarat
(dalam memperoleh) syafaat.
Para sahabat dahulu tidaklah ber-
tawassul dengan zat Rasulullah . Yang
2
H.R. Tirmidzi (III/369).
mereka lakukan adalah meminta Nabi mereka sebut dengan Dzatu Anwat, maka
supaya mendoakan mereka. Jadi, (ketika) kami melewati sebatang pohon
meminta tolong kepada orang yang hadir Sidrah (yang lain), kami berkata : “Ya
(ada di tempat), masih hidup lagi mampu Rasulullah adakan untuk kami Dzatu
memberi bantuan adalah dibolehkan, Anwat sebagaimana mereka memiliki
namun tidak boleh meminta sesuatu yang Dzatu Anwat, maka berkata Rasulullah
merupakan hak Allah . Ini untuk orang
yang masih hidup. Adapun orang yang
sudah mati, tidak boleh ber-tawassul dan
meminta syafaat kepadanya secara mutlak,
bahkan itu merupakan salah satu di antara
perantara-perantara menuju kesyirikan.
Adapun orang yang ber-i‘tikaf (tinggal
berdiam) di kuburan tersebut, maka
(keadaannya) tidak lepas dari dua “Allahu Akbar, sesungguhnya yang demikian
perkara yang berikut. adalah tradisi. Perkataan kalian, demi Zat
yang jiwaku di tangannya, sebagaimana
Pertama, tujuannya ber-i‘tikaf di sana perkataan Bani Isra’il kepada Musa, ‘Jadikan
adalah untuk beribadah kepada Allah , untuk kami tuhan-tuhan sebagaimana mereka
maka yang seperti ini tidak boleh dilakukan memiliki tuhan-tuhan, (Musa) berkata,
karena padanya terkumpul dua bentuk ‘Sesungguhnya kalian adalah kaum yang
kemaksiatan (penyelewengan), yaitu bodoh.’’3 Sungguh kalian akan mengikuti
maksiat ber-‘ukuf (tinggal di kuburan) dan tradisi orang-orang sebelum kalian.”4
maksiat beribadah kepada Allah di kuburan
karena yang demikian itu merupakan Nabi mengabarkan bahwa perkara yang
wasilah (mengantarkan kepada) syirik yang mereka minta, yaitu menjadikan pohon
dilarang oleh Rasulullah . sebagai tempat ‘ukuf (berdiam) dan
menggantungkan senjata untuk mendapat-
Adapun tentang keharaman ber-‘ukuf, kan berkah, adalah serupa dengan
Tirmidzi di dalam kitab Jami‘-nya dalam permintaan yang diajukan oleh Bani Isra’il
sebuah hadits yang dinyatakannya shahih kepada Musa , maka demikian pula ‘ukuf
meriwayatkan dari Abu Waqid Al-Laitsi, (berdiam) di kubur. Diriwayatkan dari Abu
ia berkata, “Kami pernah keluar bersama Hurairah , dia berkata, “Telah bersabda
Rasulullah menuju Hunain ketika kami Rasulullah ,
belum lama (meninggalkan) kekafiran.
Sementara itu, orang-orang musyrik
memiliki sebatang Sidrah (jenis pohon)
yang biasa mereka jadikan tempat ber-
‘ukuf (berdiam) dan menggantungkan
senjata-senjata mereka padanya, yang
3
Q.S. Al-A’raf:138.
4
H.R. Ahmad (V/218), Tirmidzi (IV/475).
“Janganlah kalian jadikan rumah kalian tentang hal ini banyak sekali, antara lain
sebagai kuburan dan jangan jadikan kuburku firman Allah :
sebagai tempat perayaan, dan bersalawatlah
atasku, sesungguhnya salawat kalian sampai
kepadaku bagaimanapun keadaan kalian.”5
Sedangkan yang berkenaan dengan
beribadah kepada Allah di kuburan, maka
Nabi telah melarang yang demikian
“Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir, aku tidak
itu. Rasulullah bersabda,
akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
“Semoga Allah membinasakan orang-orang Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
Yahudi. Mereka menjadikan kubur para nabi yang kamu sembah”.” (Q.S. Al-Kafirun:1-4)
mereka sebagai masjid (tempat ibadah).” Begitu pula firman-Nya:
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Larangan menjadikan kubur sebagai
“Dan tidak ada seorang pun yang setara
masjid (tempat ibadah) mengandung
dengan Dia.” (Q.S. Al-Ikhlas:4)
larangan menjadikan kubur sebagai
tempat beribadah kepada Allah atau Dan di dalam hadits qudsi:
untuk beribadah kepada selain-Nya,
sama saja apakah terdapat bangunannya
ataupun tidak.
Adapun (perbuatan) mendatangi
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan
penghuni kubur lalu berdoa kepadanya
yang di dalamnya dia mempersekutukan Aku
dan meyakini bahwa dia memiliki manfaat
dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan
dan mudharat (bahaya), maka perbuatan
sekutunya.” (H.R. Muslim)
ini adalah syirik besar. Orang yang
melakukannya bisa jadi karena bodoh Adapun yang dikatakan penanya tentang
atau memang sudah mengetahuinya. dibangunnya bangunan berhias di atas
Jika sudah mengetahuinya, maka dia kubur tersebut, maka yang demikian ini
seorang musyrik (pelaku syirik) dengan adalah tidak boleh karena termasuk
kesyirikan yang mengeluarkannya dari mengagungkan penghuni kubur, dan
Islam. Adapun jika dia melakukannya merupakan pengagungan yang bid’ah
karena bodoh/tidak tahu, maka harus (mengada-ada), bertentengan dengan
dijelaskan kepadanya (hukum perbuatan wasiat Nabi kepada Ali bi Abi Thilib :
tersebut). Jika dia kembali kepada
kebenaran, maka alhamdulillah, tetapi jika
tidak, maka dia dihukumi sama seperti
orang yang sudah mengetahui. Dan dalil
5
H.R. Tirmidzi (V/157), Abu Dawud (II/534), dan Ibnu Majah (I/348) di dalam Sunan.
Tanya:
Bolehkah seorang muslim ber-tawassul kepada Allah dengan (perantaraan) para nabi
dan orang-orang saleh? Saya telah mendengar pendapat sebagian ulama bahwa
ber-tawassul dengan (perantaraan) para wali tidak apa-apa karena doa (ketika) ber-
tawassul itu sebenarnya ditujukan kepada Allah. Akan tetapi, saya mendengar ulama
yang lain justru berpendapat sebaliknya. Apa sesungguhnya hukum syariat dalam
permasalahan ini?
Jawab:
Wali Allah adalah siapa saja yang beriman kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya
dengan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh-Nya dan meninggalkan segala
yang dilarang-Nya. Pemimpin mereka adalah para nabi dan rasul . Allah berfirman,
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertaqwa.” (Q.S. Yunus:62-63)
Tawassul kepada Allah dengan (perantaraan) para wali-Nya ada beberapa macam.
Pertama, seseorang memohon kepada wali yang masih hidup agar mendoakannya
supaya mendapat kelapangan rezeki, kesembuhan dari penyakit, hidayah dan taufiq,
atau (permintaan-permintaan) lainnya. Tawassul yang seperti ini dibolehkan. Termasuk
dalam tawassul ini adalah permintaan sebagian sahabat kepada Nabi agar ber-
istisqa’ (memohon hujan) ketika hujan lama tidak turun kepada mereka. Akhirnya,
Rasulullah memohon kepada Allah agar menurunkan hujan, dan Allah mengabulkan
doa beliau itu dengan menurunkan hujan kepada mereka. Begitu pula, ketika para
sahabat ber-istisqa’ dengan perantaraan Abbas pada masa kekhalifahan Umar
10
H.R. Abu Dawud (III/607) dan Baihaqi di dalam Sunan (X/73).
11
Fatawa Li Al-Lajnah Ad-Daimah li Al-Buhuts Al-‘Ilmiyah wa Al-Ifta’ (I/492-498). Pertanyaan fatwa nomor 315.
. Mereka meminta kepadanya agar berdoa sebab yang disyariatkan dan bukan pula
kepada Allah supaya menurunkan hujan. suatu yang lumrah bagi terkabulnya
Abbas pun lalu berdoa kepada Allah dan sebuah doa. Karena itulah ketika
diamini oleh para sahabat yang lain. Dan mengalami musim kemarau, para sahabat
kisah-kisah lainnya yang terjadi pada masa berpaling dari tawassul dengan
Nabi dan setelahnya berupa permintaan kedudukan Nabi ketika berdoa meminta
seorang muslim kepada saudaranya sesama hujan dan lebih memilih ber-tawassul
muslim agar berdoa kepada Allah untuknya dengan doa paman beliau, Abbas ,
supaya mendatangkan manfaat atau padahal kedudukan Nabi berada di atas
menghilangkan bahaya. kedudukan orang selain beliau. Demikian
pula, tidak diketahui bahwa para sahabat
Kedua, seseorang menyeru Allah
ada yang ber-tawassul dengan
bertawassul kepada-Nya dengan
(perantaraan) Nabi setelah beliau wafat,
(perantaraan) rasa cinta dan ketaatannya
sementara mereka adalah generasi yang
kepada nabi-Nya, dan dengan rasa cintanya
paling baik, manusia yang paling
kepada para wali Allah dengan berkata, “Ya
mengetahui hak-hak Nabi , dan yang
Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-
paling cinta kepada beliau.
Mu dengan (perantaraan) rasa cintaku
kepada nabi-Mu dan ketaatanku kepadanya Keempat, seorang hamba meminta
serta dengan rasa cintaku kepada para wali- hajatnya kepada Allah dengan bersumpah
Mu agar Engkau memberiku ini (atas nama) wali atau nabi-Nya atau
(menyebutkan hajatnya).” Tawassul yang dengan hak nabi atau wali dengan
seperti ini boleh karena merupakan tawassul mengatakan, “Ya Allah, sesungguh-nya
dari seorang hamba kepada rabbnya aku meminta ini (menyebutkan hajatnya)
dengan (perantaraan) amal-amal sholehnya. dengan (perantaraan) wali-Mu si fulan
Termasuk tawassul jenis ini adalah kisah yang atau dengan hak nabi-Mu fulan,” maka
shahih tentang tawassul tiga orang, yang yang seperti ini tidak boleh. Sesungguhnya
terjebak dalam sebuah goa, dengan amal- bersumpah dengan mahkluk terhadap
amal saleh mereka12. mahkluk adalah terlarang, dan yang
Ketiga, seseorang meminta kepada Allah demikian terhadap Allah Sang Khaliq
dengan (perantaraan) kedudukan para adalah lebih keras lagi larangannya. Tidak
nabi atau kedudukan seorang wali dari ada hak bagi mahkluk terhadap Sang
wali-wali Allah dengan berkata –misalnya- Khaliq (pencipta) hanya semata-mata
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta karena ketaatannya kepada-Nya
kepadamu dengan kedudukan nabi-Mu sehingga dengan itu dia boleh bersumpah
atau dengan kedudukan Husain.” Tawassul dengan para nabi dan wali kepada Allah
yang seperti ini tidak boleh karena atau ber-tawassul dengan mereka. Inilah
kedudukan wali-wali Allah -dan lebih yang ditampakkan oleh dalil-dalil, dan
khusus lagi kekasih kita Muhammad -, dengannya aqidah islamiyah terjaga dan
sekalipun agung di sisi Allah, bukanlah pintu-pintu kesyirikan tertutup.13
12
H.R. Imam Ahmad (II/116), Bukhari (III/51, 69) (IV/147) (VII/69), dan Muslim dengan Syarah Nawawi (XVII/55).
13
Fatawa li al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’ (I/498-500), pertanyaan kedua dari fatwa
nomor 1328.
1
Bukhari hadits no.1973,1976 dan Muslim hadits no.1534.
2
Salah satu kelompok kaum Yahudi yang tinggal di sekitar Madinah saat itu.
3
Bukhari, hadits no.904
1
Makhroj dan sifat huruf.
2
Istilah dalam ilmu bahasa Arab (Sharf).
3
Tahqiq, tafkhim, izhhar, idgham, ikhfa’, ghunnah, makhraj adalah istilah-istilah dalam ilmu tajwid.
4
H.R. Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya.
5
Jami’ al-Ushul hal 459 Juz II
6
Bukhari dan Muslim.
7
H.R. Tirmidzi dalam Bab Pahala Al-Quran; dan Abu Dawud dalam Bab Disunnahkan Membaca Al-
Quran dengan Tartil.
8
H.R. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ahmad.
9
At-Tamhid.
10
H.R. Bukhari.
11
H.R. Bukhari.
12
Q.S. At-Taubah:60.
13
Mad adalah tanda baca dalam al-Quran yang menunjukkan bahwa bacaan pada huruf yang terdapat
tanda baca tersebut dibaca panjang. Yakni mengurangi ukuran panjang bacaan yang seharusnya.
14
Tamhid fi ‘Ilmi at-Tajwid.
mengubah sebuah huruf dari makhraj dengan tajwid itu adalah wajib secara
yang sebenarnya atau mengubah sebuah syar‘i. Orang akan berdosa apabila
harakat. Adapun imam yang terjatuh ke meninggalkannya. Pendapat ini adalah
dalam kesalahan yang samar atau dia pendapat sebagian besar ulama ahli
membaca dengan qiraah yang lain (dari hadits dan fuqaha.”
salah satu qiraah sab‘ah 15 ) maka
Syaikh Abduh Abbas Al-Walidi
shalatnya dan juga makmum yang di
berkata, “Hukum lahnul jaliy17 itu haram.
belakangnya sah shalatnya, seperti orang
Barangsiapa yang terjatuh ke dalam
yang membaca ( ) dengan ( )
lahnul jaliy, maka tidak sah menjadi imam
karena kedua bacaan tersebut adalah
shalat. Adapun tentang lahnul khafiy18,
bacaan yang mutawatir.” 16
maka hukumnya haram menurut jumhur,
Berkata Ibnul Jazari: sedang sebagian lagi mengatakan
makruh.”19
Maraji’:
1. Tafsir Ibnu Katsir
2. Taisir Karimir Rahman
3. Fathul Qadir
4. Al-Itqan
5. Qawa’idu Tajwid karya Abdul
Aziz Al-Qari
Membaca al-Quran dengan bertajwid itu 6. Ghayatul Murid karya Atiyyah
Wajib Qabil Nashr
Barangsiapa tidak mentajwidkan al-Quran 7. Al-Majmu’ul Mufid karya
maka dia berdosa Abduh Abbas Al-Walidiy
Karena dengan bertajwid itulah Allah 8. At-Tamhid karya Ibnul Jazari
menurunkan al-Quran
Dan dengan tajwid itulah al-Quran sampai
kepada kita
Syaikh Abdul Aziz al-Qari berkata
mengomentari syair di atas, “Beliau
berpendapat bahwa membaca al-Quran
15
Qiraah Sab’ah (bacaan yang tujuh) bukanlah sebagaimana yang dikenal dengan tujuh lagu bacaan
(seperti bayati, hijaz dan sebagainya) yang memang tidak dikenal di masa salaf as-shaleh akan
tetapi tujuh cara baca yang telah disepakati sejak jaman sahabat.
16
Majmu’ Fatawa yang ditashhih oleh Syaikh Ibnul Qasim, juz 22 hal 443.
17
Kesalahan yang jelas, yang akan merubah makna ayat seperti kesalahan dalam membaca makhroj
dan harakat, memendekkan bacaan mad dll.
18
Kesalahan yang samar, yang tidak merubah makna ayat seperti meninggalkan membaca ghunnah
(dengung) dll.
19
Al-majmu’ mufid fi ilmit tajwid.
Oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad As-Salman dalam kitabnya Al-As‘ilah wa Al-Ajwibah Al-Fiqhiyah
Dinukil dan diterjemahkan oleh Abu Mus’ab
Tanya:
Adakah dalil yang menjelaskan
“Lima perkara yang termasuk fitrah, yaitu:
tentang -batasan-batasan waktu dalam-
mencukur bulu kemaluan, berkhitan,
memotong kumis, memotong kuku,
memotong kumis, mencabut bulu ketiak, dan
mencabut bulu ketiak, dan mencukur
memotong kuku.” (H.R. Jama‘ah1)
bulu kemaluan? Tolong jelaskan beserta
Adapun hadits Aisyah, yaitu dari jalan dalilnya!
Zakariya bin Abu Zaidah dari Mush‘ab bin
Abu Syaibah dari Thalq bin Habib dari
Jawab:
Ibnu Zubair dari ‘Aisyah , ia berkata, Semua itu dilakukan setiap pekan
“Rasulullah bersabda, berdasarkan hadits riwayat Al-Baghawi
di dalam musnad-nya3 dari ‘Abdullah bin
‘Amru bin al-‘Ash :
1
Bukhari (no. 5550, 5552, 5939), Muslim (no. 257), Abu Dawud (no. 4198), Tirmidzi (no. 2756) –dan
ini lafalnya-, Nasa’i (no. 10), Ibnu Majah (no. 292).
2
Ahmad (VI/137), Muslim (no. 261), Nasa’i (no. 5040), Tirmidzi (no. 2757).
3
Al-Baghawi
Tanya:
“Maka hendaklah orang-orang yang
Tolong jelaskan tentang hukum
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa
mencukur jenggot dan memotong kumis
cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S.
beserta dalil-dalilnya!
An-Nur:63)
Jawab:
Dan hadits dari Abu Hurairah , dia
Diharamkan mencukur, memotong, berkata, “Rasulullah bersabda,
mencabut, dan membakar jenggot. Allah
berfirman,
“Dan benar-benar telah Aku muliakan anak “Potonglah kumis dan biarkan jenggot,
cucu Adam.” (Q.S. Al-Isra’:70) selisihilah orang-orang Majusi.” (H.R.
Al-Baghawi –rahimahullah- berkata, Ahmad dan Muslim6)
“Ada yang menafsirkan bahwa Allah Diriwayatkan dari Ibnu Umar dari
memuliakan kaum laki-laki dengan Nabi , beliau bersabda,
4
Muslim (no.258), Ibnu Majah (hadits no.295).
5
Ahmad (III/122)-dengan tanpa lafal , Tirmidzi (no. 2759), Abu Dawud (no. 4199).
6
Musnad Ahmad (II/365, 366), Muslim (no. 260).
“Selisihilah orang-orang musyrik (dengan ‘Bukan termasuk dari golongan kita orang
cara) melebatkan jenggot dan memendekkan yang tasyabbuh kepada selain kita
kumis.” (H.R. Mutafaq ‘alaih7) (menyerupai orang kafir). Janganlah kalian
semua menyerupai orang-orang Yahudi dan
Imam Ahmad8 meriwayatkan dari Abu Nasrani.’”10
Hurairah , dia berkata, “Rasulullah
telah bersabda, Dan riwayat dari Ibnu Umar
(dengan lafal),
7
Bukhari (no.5553), dan Muslim (no.259).
8
Lihat Al-Musnad (II/356)
9
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4031) dari Ibnu Umar , sedangkan Al-Bazzar meriwayatkannya
dari Hudzaifah (VII/368).
10
Tirmidzi (no. 2695), beliau berkata,”Hadits ini sanadnya dhaif.”
dari Allah , supaya tidak ada orang yang Telah diketahui bahwa disana ada
menyangka (sebaliknya) bahwa yang kaidah, “Perintah itu mengandung faidah
termasuk dalam perobahan tersebut wajib, kecuali ada qarinah (tanda yang
adalah seperti mencukur bulu kemaluan menujukkan tidak wajibnya perintah
atau yang sejenisnya yang telah diizinkan tersebut)”. Padahal qorinah (tanda) yang
oleh syariat , bahkan disunnahkan atau ada disini memperkuat hukum wajibnya
diwajibkan . memelihara jenggot, yaitu:
Perbuatan tersebut menyelisihi 1- Menyerupai orang-orang kafir
perintah Rasulullah , sabda beliau : Rasulullah bersabda:
Rubrik keluarga kali ini tampil dalam wajah berbeda. Problematika rumah
tangga dan solusinya kami tampilkan dalam bentuk soal jawab yang
dinukilkan langsung dari kitab kumpulan fatwa-fatwa ulama Tanah Suci
Haram dengan hujah di bawah bimbingan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Semoga menambah bekal Anda dalam mengayuh bahtera rumah tangga.
seperti ini pun dibolehkan. Dan terkadang dari kerusakan, selalu memprioritaskan yang
penundaan kehamilan itu sudah dapat lebih baik jika terdapat dua kebaikan, dan
ditentukan (sehingga diketahui) kapan si memilih bahaya yang terkecil jika terdapat
ibu siap kembali untuk mengalami dua bahaya (yang memang tidak ada pilihan
kehamilan, atau (bisa dengan) lain selain keduanya).
mencegahnya sewaktu-waktu jika memang
sudah tampak jelas bahayanya. Fatawa Lajnah Daimah. Dinukil dari
Sesungguhnya syariat Islam datang kitab “Fatawa Ulama al-Bilad al- Haram”.
membawa kebaikan dan menyelamatkan hal. 493-494.
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Orang Tua Memaksa Anak Laki-Lakinya Untuk
Menikah
Tanya: Apa hukum orang tua yang memaksa anak laki-lakinya untuk menikah dengan
perempuan yang tidak shalihah? Apa pula hukum orang tua yang menolak menikahkan
anak laki-lakinya dengan perempuan shalihah?
Jawab: Tidak boleh seorang ayah mengatakan, “Tidak boleh kamu menikah
memaksa anak laki-lakinya menikah dengannya.” Dia tetap boleh menikahinya
dengan perempuan yang tidak dia ridhai, walaupun orang tuanya melarang.
baik karena aib (cela) yang terdapat pada Karena anak tidaklah harus mentaati
agama, tabiat, atau akhlaknya. Betapa ayahnya dalam hal-hal yang tidak
banyak orang tua yang menyesal membahayakan (merugikan) ayahnya,
memaksa anak-anak mereka untuk dan justru bermanfaat bagi si anak.
menikahi wanita-wanita yang tidak dia Seandainya kita mengharuskan sang
sukai, dengan berkata, “Nikahilah dia anak untuk mentaati orang tua dalam
karena dia sepupumu,” atau “karena dia segala hal, sampai dalam hal-hal yang
dari sukumu.” Atau alasan-alasan yang sesungguhnya bermanfaat bagi si anak
lain. Anak dalam hal ini tidak harus dan tidak merugikan ayahnya, niscaya
menuruti perintah tersebut, dan orang akan banyak terjadi kerusakan. Tetapi
tua tidak boleh memaksa anak laki- tentu saja seorang anak dalam
lakinya. menghadapi kasus seperti ini hendaknya
bersikap luwes terhadap ayahnya (orang
Demikian pula halnya jika si anak ingin
tuanya), melayaninya sebisa mungkin,
menikahi seorang wanita yang shalihah
dan meyakinkannya semampu mungkin.
tetapi orang tuanya melarang, maka anak
itu tidak harus mengikuti larangan Kumpulan Fatwa Syaikh al-
tersebut, jika memang dia menginginkan Utsaimin II/761. Fatawa Ulama al-
isteri yang shalihah, sekalipun ayahnya Bilad al-Haram” hal. 506-507.
Jawab: Kasus seperti ini banyak timbul hilanglah perasaan perasaan sakit hati di
di antara keluarga seorang laki-laki (di antara mereka. Dan dalam kondisi seperti
satu pihak) dan isterinya (di pihak lain). itu, janganlah suami memutus hubungan
Seyogyanya seorang suami dalam silaturahim dengan keluarganya, tetapi
menghadapi kasus seperti ini agar dia harus tetap berhubungan dengan
berusaha semampu mungkin untuk mereka. Dan lebih baik lagi jika rumah
mendamaikan mereka (isteri dan baru yang mereka berdua tempati itu
keluarganya), dan menegur dengan cara dekat dengan rumah keluarga si suami
yang bijaksana dan lembut siapa saja di sehingga lebih mudah untuk berkunjung
antara mereka yang telah berbuat zalim dan menghubungi mereka. Jika suami
terhadap hak pihak lain sehingga dapat tetap dapat menjalankan kewajiban-
tercapai kembali kerukunan dan kewajibannya, baik kepada keluarganya
persatuan mereka, karena kerukunan maupun kepada isterinya, dengan tinggal
dan persatuan seluruhnya adalah di rumah yang terpisah dari keluarganya
kebaikan. Jika memang tidak mungkin -karena ternyata tidak mungkin
untuk mendamaikan mereka dan semuanya tinggal di satu tempat yang
memperbaiki hubungan di antara sama-, maka ini lebih baik dan lebih
mereka, maka tidak mengapa jika utama.
keduanya tinggal di satu rumah yang
terpisah (dari keluarga), bahkan cara Nur Ala Darb, Syaikh al Utsaimin
seperti itu terkadang lebih baik dan hal.50.51. “Fatawa Ulama al-Bilad al-
berguna bagi semua pihak sehingga Haram” hal . 507-508.
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M 29
28
Keluarga
Tauhid
“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci Allah-lah penolong dan pemberi taufiq.
seorang mukminah (isteri). Jika ada dari Syaikh bin Baz. Fatawa Mar’ah.
akhlaqnya yang dia benci, masih ada akhlaqnya Hal.66-65. “Fatawa Ulama al-Bilad al-
yang lain yang ia ridhai.” (HR. Muslim no 1218) Haram.” hal. 553-555.
Fatwa Syaikh al Utsaimin. Di nukil Di nukil dan diterjemahkan dari kitab “Fataawaa Syar’iah fi
dari kitab “Fatawa Ulama al-Bilad al- Masa‘il al-‘Ashriah min Fataawaa Ulama al-Bilad al-
Haram” hal . 535-536. Haram.” Penghimpun, syaikh Sa’id bin Abdullah al-Buraik
2
Idem (III/347-348).
3
Idem (III/346-347).
4
Idem (III/157).
dengan ihsan, bahwa mereka tidak yang dibawa Rasulullah secara rinci
menerima pendapat, perasaan, itu merupakan fardhu kifayah. Oleh
pemikiran, qiyas, dan naluri yang karena kemampuan, pengetahuan, dan
bertentangan dengan al-Qur’an.” kebutuhan mereka itu berbeda-beda,
maka tidak diwajibkan bagi orang yang
Selanjutnya beliau berkata, “Al-Qur’an
tidak mampu untuk mengenal atau
adalah imam yang dijadikan ikutan.
memahami sebagian ilmu secara rinci,
Maka tidak ada seorang pun dari
sebagaimana kewajiban yang
kalangan as-salaf ash-shalih yang
dibebankan kepada mereka yang
mempertentangkan al-Qur’an dengan
memang memiliki kemampuan untuk
akal, qiyas, ra‘yu, atau perasaan. Tidak
hal itu. Mereka yang mendengarkan
ada seorang pun di antara mereka
nash-nash dan memahaminya dengan
yang mengatakan, ‘Telah terjadi
rinci berbeda kewajibannya dengan
pertentangan dalam masalah ini antara
orang yang tidak mendengarnya atau
akal dengan naql (nash).’ Apalagi
yang tidak memahaminya. Demikian
sampai mengatakan, ‘Karena itu wajib
pula kewajiban para pemberi fatwa,
mendahulukan akal.’ Yang dimaksud
ahlul hadits dan ahli debat berbeda
dengan naql (dalil naqli) adalah al-
dengan mereka yang tidak seperti itu.
Qur’an, al-Hadits, dan perkataan para
Dan semestinya diketahui, bahwa
Sahabat serta Tabi‘in.”
kesalahan orang tersesat dari
“As-Salaf ash-Shalih tidak menerima mengenal al-haq itu disebabkan kerena
adanya pertentangan antarayat dalam mereka meremehkan dalam ittiba’
al-Qur’an. Jika terkesan terjadi terhadap ajaran Rasulullah , enggan
pertentangan dalam satu kasus, maka untuk memahaminya, maka tatkala
mereka menggunakan ayat lain untuk mereka berpaling untuk memahami al-
menafsirkannya atau me-nasikh- Qur’an itulah mereka tersesat,
kannya, atau menggunakan as-Sunnah sebagaimana firman Allah ,
as-Shahihah untuk menjelaskannya.”5
5. Ahlus Sunnah wal Jamaah
tidak mewajibkan orang yang tidak
mampu untuk mengetahui ilmu “Maka jika datang kepadamu petunjuk
secara mendalam sebagaimana dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikut
kewajiban orang yang memiliki petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak
kemampuan untuk itu. akan celaka.” (Q.S. Thaha:123)
baginya kehidupan yang sempit. Dan kami “Permisalan orang-orang yang beriman di
akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam cinta-mencintai, kasih sayang, bahu-
dalam keadaan buta.” (Q.S. Thaha:124).”6 membahu itu adalah sebagaimana sebuah
tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh
6. Ahlus Sunnah wal Jamaah tersebut sakit, maka seluruh tubuh akan
adalah golongan penyeru merasakan panas dan susah tidur.”7
kebaikan dan pencegah
kemungkaran, di samping selalu 7. Ahlus Sunnah selalu
memelihara keutuhan jamaah. mengikuti al-Qur’an dan as-
Sunnah dalam seluruh
Beliau berkata, “Mereka menyuruh
hubungan mereka.
berbuat baik dan mencegah berbuat
mungkar berdasarkan tuntunan syariat. Beliau berkata, “Mereka menyuruh
Mereka menyuruh menunaikan ibadah berlaku sabar dalam menghadapi ujian
haji dan jihad, menunaikan shalat dan cobaan, bersyukur ketika
jamaah dan Id bersama pemimpin mendapatkan kesenangan, ridha
mereka yang baik maupun yang terhadap takdir, dan menyeru kepada
durhaka, termasuk menyuruh agar manusia agar berakhlak yang mulia
menjaga keutuhan jamaah, serta dan beramal dengan amalan-amalan
memberikan nasehat kepada umat. yang baik. Mereka benar-benar
Mereka benar-benar meyakini sabda meyakini makna sabda Rasulullah
Rasulullah yang berikut. yang berikut.
“Seorang yang beriman terhadap orang “Orang beriman yang paling sempurna
yang beriman lainnya seperti suatu keimanannya adalah yang paling bagus
bangunan. Yang satu saling menguatkan akhlaqnya.”
dengan yang lainnya.” Ahlus Sunnah menganjurkan agar
menyambung tali persaudaraan,
Beliau mengatakan hal itu seraya memberi sesuatu kepada orang yang
merapatkan jari-jari kedua tangannya. enggan memberi, dan memaafkan
Mereka juga meyakini sabda Nabi orang yang berbuat kesalahan. Mereka
yang berikut. juga menyuruh berbakti kepada orang
tua, menyambung tali kekerabatan,
berbuat baik kepada tetangga, berbuat
baik kepada anak yatim, orang-orang
miskin, dan ibnu sabil, dan bersikap
lembut kepada yang sebaya. Mereka
juga melarang berlaku sombong dan
6
Idem (III/312-314).
7
Idem (III/158).
8
Idem (III/158).
9
Idem (XXVIII/227-229).
10
Idem (III/415).
sebutan itu. Demikian juga tidak boleh 10. Ahlus Sunnah wal Jamaah
mengikat persahabatan atau memusuhi meninjau permasalahan ilmiyyah
seseorang berdasarkan nama-nama dan amaliyyah dengan memperhati-
tersebut, karena makhluq yang paling kan kerukunan dan kesatuan.
mulia di sisi Allah adalah yang paling
bertaqwa dari manapun kelompoknya.”11 Beliau berkata, “Para ulama dari kalangan
Sahabat, Tabi‘in, dan orang-orang yang
“Bagaimana mungkin umat mengikuti mereka ketika mengalami
Muhammad diperbolehkan untuk perselisihan pendapat dalam suatu
berselisih dan berpecah belah, yang masalah, mereka mengikuti perintah Allah
membuat mereka loyal kepada suatu , sebagaimana firman-Nya:
kelompok dan memusuhi kelompok
lain, hanya berdasarkan prasangka dan
hawa nafsu tanpa bukti-bukti dalil dari
Allah, padahal Allah telah
membersihkan Nabi-Nya dari perilaku
seperti itu. Maka perbuatan seperti itu
termasuk perilaku ahlul bid‘ah seperti “Kemudian jika kamu berlainan pendapat
Khawarij yang memisahkan diri dari tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
jamaah kaum muslimin dan kepada Allah (al-Quran) dan Rasul
menghalalkan darah kaum muslimin (sunnahnya), jika kamu benar-benar
yang menentangnya. Adapun Ahlus beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.
Sunnah wal Jamaah, mereka Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
senantiasa memegang teguh tali Allah, lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’:59)
dan pantang melebihkan seseorang
yang berperilaku menuruti kemauan Mereka saling memberikan pandangan
hawa nafsu sementara ada orang lain dalam persoalan-persoalan ilmiyyah
yang lebih bertaqwa darinya. dan amaliyyah dengan memperhatikan
keutuhan, persatuan dan persaudaraan
Namun yang benar adalah melebihkan agama, walau kadang tetap saja ada
orang yang dilebihkan oleh Allah dan perselisihan dalam masalah ilmiyah dan
Rasul-Nya dan mengakhirkan orang amaliyah tersebut. Adapun yang
yang diakhirkan oleh Allah dan Rasul- menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah
Nya, serta mencintai apa-apa yang yang sudah jelas atau sesuatu yang
dicintai oleh Alllah dan Rasul-Nya, sudah disepakati, maka tidak ada
senantiasa mencari apa-apa yang toleransi di dalamnya dan disikapi
diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.”12 sebagaimana ahlul bid‘ah.”13
11
Idem (III/416).
12
Idem (III/419-420).
13
Idem (XXIV/172).
Mungkin kita masih ingat berita yang obatan ini terus mengalami peningkatan.
dimuat salah satu surat kabar harian Jawa Dari yang awalnya baru morfin dan ganja
Tengah, tentang tewasnya seorang terus meningkat dan bertambah jenisnya,
pejabat sekaligus tokoh partai bersama babiturat, sedativa/hipnotika, alkohol dan
seorang wanita penghibur akibat over petidhin. Pada akhir 1995 bertambah
dosis di sebuah rumah penginapan. dengan heroin, putaw (bubuk heroin),
Demikian pula putusan berani yang kokain, shabu-shabu, amfetamine dan
diambil oleh beberapa PTN dalam turunannya semisal psychedelique atau
menindak pengedar obat-obat terlarang XTC/Ectasy yang terus merebak dan
dengan jatuhan hukuman mati bagi yang menggerogoti generasi anak bangsa ini
jelas-jelas terbukti melakukannya, yang sampai detik ini. 1 Undang-undang
tentunya hal ini hanyalah contoh kecil dari penyalahguna NARKOBA yang dibuat
sederet cerita panjang akibat penyalah- tahun 1997 ternyata belum dapat berbuat
gunaan obat-obatan terlarang yang banyak. Terbukti masih banyak pelaku
dikenal dengan NAZA (Narkotika, Alkohol yang tertangkap dapat lepas
dan Zat Adiktif lainnya) atau NARKOBA berlenggang kangkung mencari mangsa
(NARkotika, psiKOtropika dan Bahan baru. Memprihatinkan memang, tapi
Adiktif lainnya). itulah kenyataannya –ini penelitian
Yah, dunia memang sedang diteror beberapa tahun silam, lalu bagaimana
oleh ‘hantu perusak’ generasi ini. Rumah dengan abad 21 sekarang yang
sakit, tempat-tempat rehabilitasi memasuki perdagangan bebas?—.
penyalahguna NAZA, juga penjara- Dalam hal ini tentunya kita tidak dapat
penjara dipenuhi oleh korban obat menyalahkan pemerintah dengan perangkat
perusak ini. Sehingga semua negara di keamanan beserta hukumnya begitu saja
dunia sepakat untuk memeranginya. —meskipun dalam hal ini sebenarnya
Indonesia tak ketinggalan, undang- pemerintahlah yang dapat banyak
undang dibuat, pengguna, pengedar dan berperan— akan tetapi setiap kitapun
produsennyapun diburu. Akan tetapi, sebenarnya berkewajiban ambil bagian
ternyata hal ini tidak menyurutkan dalam memerangi barang perusak ini.
mereka yang telah keranjingan ‘obat-obat Kalau kita mau berfikir sejenak,
syaitan’ ini untuk berhenti beraktifitas. permasalahan ini sesungguhnya adalah
Dalam tinjauan berkala yang dilakukan masalah kejiwaan yang tidak bisa terlepas
setiap tiga tahun, dari 1969-1995 dari agama. Karena agama adalah
menunjukan bahwa peredaran obat- sumber kebahagian lahir maupun batin.
1
Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, hal.134-135
Kita sebagai seorang muslim tentu tidak ganja, opium, dan berbagai macam obat-
ingin generasi kita menjadi korbannya. obat psikotropika lainnya.2
Allah telah menjadikan agama ini Ini tidak berbeda jauh dengan apa
sebagai petunjuk. yang disampaikan dr. Nurrohman,
Direktur BP-RB At-Turots Al-Islamy
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan Yogyakarta. Ketika diminta kete-
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” rangannya mengenai pembahasan ini, ia
(Q.S. Al-Isra’: 9) menukil literatur berbahasa Inggris “Drag
Abuse a Manual for Law Enforcement” yang
Dan al-Qur’an adalah ajaran agama. ditulis oleh dua orang penulis barat, Kline
Demikian pula, Allah di dalam al-Qur’an dan French, bahwa narkotika adalah zat-
menganjurkan kepada kita untuk zat atau obat yang dapat mengakibatkan
bertanya kepada ahlinya jika kita tidak ketidaksadaran atau pembiusan
mengetahui suatu perkara. dikarenakan zat-zat tersebut bekerja
mempengaruhi susunan saraf.3
“Maka bertanyalah kepada orang yang Adapun definisi secara literal,
mempunyai pengetahuan (ulama) jika kamu kedokteran dan tinjauan ilmiah, jika
tidak mengetahui.” (Q.S. An-Nahl: 43) dilihat secara fungsi dan pengaruhnya
Dengan demikian, mari kita merujuk tidak jauh berbeda dengan definisi yang
bagaimana para ulama berbicara tentang telah kami sebutkan di atas.4 Dan perlu
permasalahan ini. diketahui bahwa lembaga-lembaga
internasional belum memberikan definisi
jelas mengenai obat-obat terlarang
Definisi karena sulit untuk memberikan suatu
Narkoba dalam istilah bahasa Arab batasan yang universal dan konkrit dalam
disebut mukhaddirat yang berasal dari hal ini.5
kata al-khidr yang berarti ‘terselubung,
kegelapan, dan kelemahan’. Al-khadir Jenis-Jenis Naza
(bentuk pelaku dari kata al-khadar) Secara umum obat-obat terlarang
bermakna ‘orang yang lemah dan malas’. dibagi menjadi tiga jenis:
Bentuk tunggal dari kata mukhaddirat 1. Narkotika natural (alami) yang berasal
yaitu al-mukhadir (narkotika) adalah zat dari tumbuh-tumbuhan seperti,
atau sejenis obat yang dapat ganja, opium, koka, alkot (cathaedulis)
menyebabkan pemakainya —baik hewan dan lain-lain.
maupun manusia—hilang ingatan sesuai 2. Narkotika semisintetis, yaitu yang
dengan dosis yang digunakan, seperti dimodifikasi dari bahan-bahan alami
2
Lihat Al-Mukhadirat wa al-Aqaqiir an-Nafsiyah, Dr. Shalih bin Ghanim as-Sadlan, hal. 9.
3
Makalah dr.Nurrohman yang berjudul Efek Penyalah Guna Narkoba Pada Fisik dan Mental.
4
Lihat Al-Mukhadirat wa al-Aqaqiir an-Nafsiyah hal.10-12.
5
Idem hal. 11.
(biasanya dari zat kimia yang terdapat dan lainnya. Sisi lain dari dampak yang
dalam opium) kemudian diproses ditimbulkan menurut hasil penelitian
secara kimiawi supaya memberikan medis bahwa miras penggunaannya
pengaruh lebih kuat, seperti morfin, dapat mengakibatkan gangguan organ
heroin, kokain, dan lain-lain. otak, liver (hati), alat pencernaan,
3. Narkotika sintetis, yaitu pil-pil yang pankreas, otot, janin, endokrin, nutrisi,
dibuat dari bahan kimia murni. metabolisme, dan risiko kanker.8
Pengaruhnya sama dengan yang 2. Ganja (tetrahidrocanabinol/THC),
pertama dan kedua. Biasa dikemas pencetus gangguan jiwa.
dalam bentuk kapsul, pil, tablet, Dalam pengalaman empiris, ternyata
cairan injeksi, minuman serbuk, dan pemakaian ganja dapat merupakan
berbagai bentuk lainnya. Di antaranya pencetus bagi terjadinya gangguan jiwa,
sebagai pil tidur, seperti kapsul signal yaitu adanya waham (delusi) mirip dengan
atau perangsang (stimulantia), waham yang terdapat pada gangguan
kiptogen atau amphetamin. Termasuk jiwa skizofrenia. Bagi mereka yang sudah
pil penenang seperti valium 5 dan ada faktor predisposisi (misal pada
devitrat-devirat lain yang termasuk kepribadian skizoid), maka pemakaian
pula pil halusinogent (pembangkit ganja akan mempercepat munculnya
halusinasi) seperti L.S.D (Lysegic Acid penyakit jiwa skizofrenia, yaitu pikiran
Diethlamide).6 atau perasan ada orang yang akan
Dalam pembagian jenis NAZA ada berniat jahat pada dirinya (waham
pula yang hanya membaginya menjadi kejaran/paranoid), kekacauan alam pikir,
dua, narkotika alam dan narkotika perasaan dan prilaku, marah-marah,
sintetis, yang pada prinsipnya tidaklah gaduh, gelisah, mengamuk, bicara kacau,
berbeda dengan pembagian di atas.7 sampai pada tingkah laku yang aneh-
aneh atau menarik diri/menyendiri
Berbagai Jenis NAZA dan (withdrawn), melamun, bicara atau tertawa
Akibatnya sendiri serta hidup “dalam dunianya”
A. Menurut Tinjauan Medis/Kesehatan sendiri (alam khayal) tanpa mempedulikan
1. Miras (Minuman keras), pemicu perawatan dirinya maupun keadaan
perilaku keras sekelilingnya. Biasanya orang menghisap
Sudah banyak korban berjatuhan ganja bermaksud untuk melarikan diri dari
akibat miras ini, mulai dari kecelakaan di beban hidup yang menghimpit, pikiran
jalan raya ataupun di tempat kerja. yang sedang kusut, dan ingin memperoleh
Demikian pula tindak kriminal seperti kegembiraan (semu) serta masabodoh
perkosaan, pemerasan, pembunuhan terhadap sekeliling.9
6
Idem hal. 14.
7
Makalah Efek Penyalah Guna Narkoba Pada Fisik dan Mental.
8
Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, hal.163.
9
Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, hal. 164-167, dan makalah Efek Penyalah
Guna Narkoba Pada Fisik dan Mental.
13
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal. 22.
14
Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (XXXIV/210).
15
Al-Kabair karya Adz-Dzahabi, (XXXVI/224).
16
Kumpulan Fatwa dan Risalah Syaikh Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh, (XII/102).
17
Kasysyaf al-Qanna’, karya al-Bahutti, (VI/188).
18
Az-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kabair, (I/213).
orang-orang fasik dan pendosa –yaitu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
ganja (dan yang sejenis dengannya mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan
pent.)—, seluruhnya termasuk khamr itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
yang diharamkan secara jelas dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
yang tiada cacat pada sanadnya, dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
“Setiap yang memabukkan hukumnya berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
haram.” … Sekalipun ganja tidak itu).” (Q.S. Al-Maidah:90-91)
termasuk dalam sabda Nabi , tetapi dia
tetap haram berdasarkan qiyas (analogi)
yang menyamaratakan seluruh perkara “Segala yang banyaknya memabukkan, maka
yang memabukkan karena illat (alasan dalam kadar sedikit juga haram.”21
hukum) yang sama.19 20
Dalil-Dalil Pengharaman
Narkoba/NAZA
“Dan menghalalkan bagi mereka segala “Setiap yang memabukkan adalah khamr,
yang baik dan mengharamkan bagi mereka dan setiap yang memabukkan adalah haram.
segala yang buruk...” (Q.S. Al-A’raf:157) Barangsiapa yang meminum khamr hingga
kecanduan lalu mati, niscaya dia tidak akan
meminumnya di akhirat.”22
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) sendiri ke dalam kebinasaan.” (Q.S. Al-
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Baqarah:195)
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
19
Zaadul Ma’ad Fi Hadyi Khairil ‘Ibaad, (V/747).
20
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal.18-20.
21
Sunan Abu Dawud kitabul Asyribah (IV/87) hadits no.1985.
22
Majmu Fatawa Syaikh Islam Ibnu Taimiyah (XXXIV/186).
23
Sunan Abu Daud, Kitab Al-Asyribah, hadits no. 3686.
2. Jika hukuman ringan tidak dapat melaporkan mereka berarti kita telah
menghentikan pengrusakannya—bak air menyelamatkan mereka dari perbuatan
bah tidak dapat dibendung,—kecuali mungkar sekaligus menyelamatkan
dengan hukuman mati, maka pemerintah saudara kita yang akan menjadi korban.
berwenang menjatuhkan hukuman mati.
Penanggulangan dan
3. Perintah Rasulullah untuk
Pemberantasan Narkoba/
menghukum mati peminum khamr jika
NAZA
dia mengulangi perbuatannya sampai
empat kali padahal dia telah dicambuk Sebenarnya masih banyak sisi yang
sebelumnya. Hadits shahih, memang harus dibicarakan dalam
permasalahan ini, tetapi karena
“Barangsiapa yang meminum khamr, hendaklah
keterbatasan tempat, yang seharusnya
kamu mencambuknya. Jika diulang, hendaklah
dikaji secara panjang lebar tidak dapat
kamu cambuk. Jika ia masih mengulanginya,
disampaikan sebagaimana yang
hendaklah kamu cambuk. Jika pada kali yang
diharapkan. Akan tetapi ada beberapa
keempat masih mengulanginya, maka
poin penting yang disampaikan oleh
bunuhlah.”30 31
Syaikh Shalih bin Ghanim as-Sadlan
dalam kitabnya yang menuntut peran
Sikap Seorang Muslim serta semua pihak dalam mengatasi
Terhadap Mereka Yang problema ini.
Terlibat Narkoba a. Perangkat hukum yang jelas (undang-
Banyak ayat-ayat dan hadits-hadits undang yang tegas) tentang hal-hal
yang memerintahkan untuk meninggal- yang berkaitan dengan masalah
kan kemaksiatan dan pelakunya. Oleh penyalahgunaan obat-obat terlarang.
karena itu, siapa saja yang berkumpul Tentu hal ini menjadi tanggung jawab
(bukan untuk menasehati -pent.) dengan pemerintah.
pecandu narkoba, pemasok, pedagang b. Bimbingan agama di tengah
dan seluruh pihak yang terlibat dalam masyarakat muslim harus digali dari
penyebarannya berarti dia suka dan petunjuk Nabi dan nilai-nilai agama
menyetujui perbuatan haram itu. Islam yang murni dari syirik, di atas
Majelis Ulama Arab Saudi telah keyakinan bahwa Islam adalah
mengeluarkan fatwa dalam konsep hidup yang damai dan
muktamarnya yang keduapuluh, yang tentram, tidak saling membahayakan.
menetapkan, “Bahwa melaporkan c. Peran serta lingkungan tempat
penyelundup dan pengedar narkotika seseorang berada, baik tempat
serta oknum-oknum penyebar kerusakan tinggal, tempat belajar, ataupun
lainnya hukumnya wajib atas orang- tempat bekerja untuk senantiasa
orang yang mengetahui.” 32 Dengan
29
Idem, hal. 73.
30
Musnad Imam Ahmad, (II/280).
31
Lihat al-Mukhadirat wa al-Aqaqir an-Nafsiyah, hal. 74.
32
Idem, hal. 78.
4 7 ko lo m 2 K e liru d a la m
A l-B a q a ra h:1 0 9 m e m b e ri ha ra k a t
K a ta "An ta "
5 0 ko lo m 2
se ha rusnya tid a k
A l-H a syr:1 0
ada
46 Fatawa Vol. 05/ I / Muharram-Safar 1424 H - 2003 M
Tauhid
Akhlaq
1
Bukhari, hadits no. 5639. Muslim, hadits no.2557. Ibnu Hibban, hadits no.439.
2
Muslim, hadits no.2556. Abu Dawud, hadits no.1696.
3
kakek, buyut dan seterusnya.
dan anak ke bawah4. Adapun berbuat rahim diambil dari nama Allah, ar-
baik kepada para kerabat, maka Rahman (yang memiliki rahmat yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan luas). Barangsiapa menyambung rahim,
kemampuan seseorang berdasarkan maka Allah akan menyambungnya
keadaan dirinya dan keadaan kerabatnya dengan rahmat-Nya, dan barangsiapa
itu, baik berupa nafkah, salam, kunjungan, yang memutus rahim, maka Allah akan
ataupun penghormatan. Kemudian tatkala memutusnya dari rahmat-Nya.
tuntutan untuk berbuat baik itu membesar,
Rasulullah juga bersabda,
maka tanggung jawab pelaksanaannya
“Sesungguhnya Allah menciptakan para
pun menjadi bertambah besar dan agung,
makhluk-Nya, sampai ketika Dia selesai dan
sebagai wujud kepatuhan atas perintah
sempurna mencipta, ar-Rahim berkata, ‘Inilah
Allah yang berikut.
tempat aku berlindung kepadamu dari
keterputusan.’Allah berkata, ‘Benar. Tidakkah
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga kamu ridha Aku menyambung orang yang
yang dekat akan haknya.” (Q.S. Al-Isra:26) menyambungmu, dan Aku memutuskan orang
Dengan ayat ini menjadi jelas bahwa hak yang memutusmu?’ Ar-Rahim berkata, ‘Tentu,
tersebut adalah hak yang wajib ya Rabb.’ Allah berkata, ‘Ketetapan ini
ditunaikan, baik berupa hak secara materi untukmu.’” Bersabda Rasulullah , “Bacalah
maupun secara moral. jika kalian ingin firman Allah :
4
cucu, cicit dan terus bawah.
5
Bukhari, hadits no.5642.
6
Bukhari, hadits no.4552; Muslim, hadits no. 2554.
10
Tirmidzi, hadits no. 1979. Ahmad, II/374 dan Hakim I/166 dengan sanad yang sahih.
11
Ahmad, II/483 dan riwayatnya tsiqat.
Dan sabdanya pula, pada hari kiamat baik atas jerih payahnya
maupun atas hasil usahanya: pendurhaka,
manaan (pengungkit-ungkit kebaikan yang
pernah dilakukannya), dan pendusta qodar.”
Tingkatan-Tingkatan Silaturahim
“Setiap dosa Allah akhirkan sesuai dengan Berkata Qadhi ‘Iyad, “Tidak ada
apa yang Dia kehendaki, kecuali dosa perbedaan pendapat bahwa menyambung
durhaka kepada kedua orang tua karena tali silaturahim merupakan kewajiban
Allah menyegerakannya dalam kehidupan secara global, dan memutusnya adalah
dunia sebelum mati.”12 dosa besar.” Selanjutnya beliau berkata,
“Akan tetapi, bentuk menyambung tali
Pada suatu hari Rasulullah pernah silaturahim itu bertingkat-tingkat, yang
duduk-duduk bersama para sahabatnya. satu di atas yang lain. Dan bentuk
Beliau memerintahkan orang yang menyambung tali silaturahim yang
memutus tali silaturahim untuk keluar terendah adalah meninggalkan muhajarah
dari majelis tersebut agar rahmat dapat (mendiamkan, tidak mengajak bicara
turun kepada mereka. Hal ini menunjuk- orang lain), dan cara menyambungnya
kan akan dampak negatif atau kesialan adalah dengan kembali mengajak bicara
memutus tali silaturahim dan dosanya sekalipun hanya dengan memberi salam.
yang mengerikan. Dan hal ini berbeda sesuai dengan
Dari sahabat Anas berkata, perbedaan kemampuan dan kebutuhan,
“Bersabda Rasulullah , dan hukumnya pun ada yang wajib dan
ada pula yang mustahab (disukai). Jika
seandainya seseorang telah berusaha
untuk menyambungnya, tetapi tidak
membuahkan apa yang dia harapkan,
‘Dua pintu yang Allah segerakan azabnya di maka dia sudah tidak dikatakan sebagai
dunia, zina dan durhaka.’ “ 13 pemutus tali silaturahim. Sebaliknya, jika
Hadits yang diriwayatkan oleh seandainya dia melalaikan sesuatu yang
Thabrani dari Nabi , mampu atau seharusnya dilakukan, maka
dia belum dinamakan penyambung tali
silaturahim.”14
“Tiga perkara yang Allah tidak akan Diterjemahkan dari kitab Usul al-Minhaj al-Islami
menerima dari (amal perbuatan) mereka oleh: Abul Khair
12
hakim, hadits no. 7263 dan ia sahihkan isnadnya.
13
Hakim, hadits no.7350.
14
Syarh Imam Nawawi dalam hadits Muslim.
Bagian Pertama
Shufiyyah merupakan suatu gerakan thariqat-nya yang dikenal di tengah-
keagamaan yang telah tersebar hampir tengah kaum muslimin. Tentu saja tulisan
di seluruh negeri kaum muslimin. Dalam ini adalah bagian kecil dari pembahasan
menyikapi gerakan Shufiyyah ini, manusia panjang mengenai masalah Shufiyyah.
terbagi menjadi dua golongan: golongan Semoga yang sedikit ini dapat membuka
pendukung dan golongan penentang. mata kita apa dan bagaimana sesungguh-
Lalu bagaimana seorang muslim nya ajaran ini. Semoga bermanfaat.
dapat mengetahui mana yang benar di
antara dua golongan ini sehingga dapat
Hakikat Shufiyyah dan Asal-
bersikap dengan benar? Apakah dia
Usulnya
termasuk golongan pendukung yang Pada mulanya nama Shufiyyah
berjalan bersama mereka? Ataukah tidaklah dikenal di kalangan kaum
termasuk golongan penentang yang muslimin, baik pada masa Rasulullah ,
menjauhi mereka? para Sahabat , maupun masa Tabi‘in.
Untuk bisa mengetahui hal ini, maka Akan tetapi, pada perkembangan
tidak ada jalan bagi kita kecuali hanya selanjutnya muncul sekelompok orang-
dengan merujuk (kembali) kepada al- orang zuhud yang mempunyai ciri
Qur’an dan as-Sunnah yang shahihah mengenakan baju yang terbuat dari shuf
demi mengamalkan firman Allah : (kulit dan bulu kambing atau domba)
yang menyiratkan kefakiran mereka.
Maka jadilah nama Shufiyyah ini
dinisbatkan kepada mereka. Ada
pendapat lain yang mengatakan bahwa
kata Shufiyyah berasal dari kata shufiya
(bahasa Yunani) yang berarti hikmah.
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat Kata ini muncul ketika buku-buku filsafat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia Yunani mulai diterjemahkan ke dalam
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as- bahasa Arab.
Sunnah), jika kamu benar-benar beriman Adapun klaim pengikut kalangan
kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang Shufiyyah bahwa kata Shufiyyah diambil
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih dari kata shafa’ (yang berarti jernih)
baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’:59). sangatlah tidak benar karena kalau
Pada tulisan ini, kami akan mengulas memang demikian halnya, maka
hakikat Shufiyyah, ajaran-ajarannya yang semestinya bentuk penisbatannya adalah
menyimpang dari Islam, serta beberapa shafa’i (bukan shufiyyah).1 Begitu pula
1
Ash-Sufiyyah (hal. 5) oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, dengan perubahan.
selain Allah adalah syirik akbar yang bisa kamu meminta pertolongan.” (Q.S. An-
menghapus atau menggugurkan seluruh Nahl: 53).
amalan dan mengekalkan pelakunya 4. Sebagian kaum Shufiyyah memiliki
dalam api neraka. keyakinan Wihdatul Wujud (bersatunya
2. Kaum Shufiyyah meyakini adanya Tuhan dengan dengan makhluk),
sejumlah wali badal (wali pengganti) dan sehingga menurut mereka tidak ada
wali quthub (wali poros/kutub) yang istilah khalik (pencipta) dan makhluk.
diserahi Allah untuk mengatur dan Menurut mereka, dalam satu waktu
memelihara urusan-urusan yang ada di semua adalah makhluk, sekaligus adalah
alam. sesembahan yang disembah (ilah). Tokoh
Mereka ini lebih sesat dari kaum mereka Ibnu Arabi, yang dikubur di
musyrikin, karena kaum musyrikin saja Damaskus, pernah mengatakan (dalam
mengetahui siapa yang mengatur alam bait-bait syairnya),
ketika hal itu ditanyakan kepada mereka. Hamba itu Tuhan dan Tuhan itu Hamba
Firman-Nya : Duhai kiranya aku tahu siapa yang
mukallaf?5
“Dan siapakah yang mengatur segala Jika kukatakan hamba, hal itu benar
urusan? Maka mereka menjawab, ‘Allah.’” Atau jika kukatakan Tuhan, tapi bagaimana
(Q.S. Yunus:31). Dia yang mukallaf?
3. Orang-orang Shufiyyah bersandar [Al-Futuhat al-Makkiyah oleh Ibnu Arabi]
kepada selain Allah tatkala dirundung Betapa nyata kesesatan dan
musibah, padahal Allah telah berfirman, kebingungan (kebodohan) mereka
tentang hakikat Rabb (Tuhan).
5
Yang terbebani untuk menjalankan syariat.
“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang 10. Shufiyyah meyakini bahwa mereka
kepadamu yang diyakini (ajal).” (Q.S. Al-Hijr:99) dapat melihat Rasulullah di dunia ini
9. Shufiyyah menganggap bahwa dalam keadaan terjaga. Al-Qur’an
Allah bisa dilihat di dunia ini. Al- mendustakan mereka dengan
Qur’an telah mendustakan anggapan mengatakan,
mereka ini ketika menyebutkan
perkataan Musa ,
“Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. Al-
“‘Wahai Rabb-ku, tampakkanlah (diri Mu’minun: 100).
Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat [Imam ath-Thabari menyebutkan
kepada Engkau.’ (Allah) berfirman, ‘Kamu bahwa maksudnya adalah di hadapan
sekali-kali tidak sangup melihat-Ku.’” orang-orang yang telah mati ada pemisah
(Q.S. Al-A’raf:143) yang menghalangi mereka kembali ke
Termasuk pula kesesatan kaum dunia sampai hari kiamat].
Shufiyyah ini adalah sebagaimana yang Di samping itu, belum pernah ada
dikisahkan oleh al-Ghazali dalam berita yang sampai kepada kita bahwa
kitabnya, Ihya’ ‘Ulumiddin, dalam bab ada salah seorang sahabat yang pernah
‘Hikayat Orang-Orang yang Mencinta dan melihat Rasul (setelah beliau wafat)
Pengetahuan Mereka Akan Perkara dalam keadaan terjaga. Maka, apakah
Ghaib’. Berikut ini kisahnya. mereka (Shufiyyah) lebih baik dari para
Pada suatu hari, Abu Turab berkata sahabat Nabi ? Subhanallah, sungguh
(kepada temannya), “Kalaulah kamu bisa ini adalah kedustaan yang besar.
melihat Abu Yazid (al-Busthami)?” 11. Shufiyyah menyatakan bahwa
Temannya berkata kepadanya, “Saya mereka mengambil ilmu langsung dari
tidak butuh dengannya. Sungguh saya Allah tanpa perantaraan Rasul . Mereka
telah melihat Allah, sehingga hal itu berkata, “Hatiku telah bercerita kepadaku
sudah cukup bagiku daripada melihat dari Rabb-ku.”
Abu Yazid.” Abu Turab berkata, “Mengapa Ibnu Arabi, yang dikubur di
kamu terpedaya dengan Allah? Kalaulah Damaskus, dalam kitabnya al-Fushush
kamu bisa melihat Abu Yazid sekali saja, itu berkata, “Di antara kami ada khalifah
lebih bermanfaat bagimu daripada melihat penerus Rasul yang mengambil hukum
Allah tujuh puluh kali.” Lalu al-Ghazali dari beliau (Nabi ) atau dengan ijtihad
berkomentar, “Maka pengetahuan- yang telah ditetapkan olehnya pula, dan
pengetahuan akan perkara gaib seperti ini di antara kami ada yang mengambil
tidak pantas diingkari oleh seorang mukmin.” (langsung) dari Allah sehingga dia
Kita katakan kepada al-Ghazali, “Justru menjadi khalifah Allah.”
wajib atas seorang mukmin untuk Kita katakan bahwa perkataan ini
mengingkarinya karena hal itu adalah adalah batil, menyelisihi al-Qur’an yang
kedustaan dan kekafiran yang bertentangan jelas-jelas menyebutkan bahwa Allah
dengan al-Qur’an, Hadits, dan akal.” mengutus Muhammad untuk
dengan manusia yang berbeda asalnya kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir
dan beragam kebudayaannya, serta bin Abu Hazim al-Wasithiy hingga
penuh dengan beragam jenis ilmu syaikhnya tersebut wafat tahun 183.
pengetahuan. Di sana tinggal para Disebutkan oleh putra beliau bahwa
qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, beliau mengambil hadits dari Hasyim
filosof, dan sebagainya. sekitar tiga ratus ribu hadits lebih.
Setamatnya menghafal Alquran dan Pada tahun 186, beliau mulai
mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di melakukan perjalanan (mencari hadits)
al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman,
melanjutkan pendidikannya ke ad- dan selainnya. Tokoh yang paling
Diwan. Beliau terus menuntut ilmu menonjol yang beliau temui dan
dengan penuh azzam yang tinggi dan mengambil ilmu darinya selama
tidak mudah goyah. Sang ibu banyak perjalanannya ke Hijaz dan selama
membimbing dan memberi beliau tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i.
dorongan semangat. Tidak lupa dia Beliau banyak mengambil hadits dan
mengingatkan beliau agar tetap faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i
memperhatikan keadaan diri sendiri, sendiri amat memuliakan diri beliau
terutama dalam masalah kesehatan. dan terkadang menjadikan beliau
Tentang hal itu beliau pernah bercerita, rujukan dalam mengenal keshahihan
“Terkadang aku ingin segera pergi sebuah hadits. Ulama lain yang
pagi-pagi sekali mengambil menjadi sumber beliau mengambil ilmu
(periwayatan) hadits, tetapi Ibu segera adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin
mengambil pakaianku dan berkata, ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al-
‘Bersabarlah dulu. Tunggu sampai Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-
adzan berkumandang atau setelah lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat
orang-orang selesai shalat subuh.’” bertemu dengan Imam Malik, tetapi
Perhatian beliau saat itu memang Allah menggantikannya untukku
tengah tertuju kepada keinginan dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya
mengambil hadits dari para perawinya. tidak sempat pula bertemu dengan
Beliau mengatakan bahwa orang Hammad bin Zaid, tetapi Allah
pertama yang darinya beliau menggantikannya dengan Ismail bin
mengambil hadits adalah al-Qadhi Abu ‘Ulayyah.”
Yusuf, murid/rekan Imam Abu Hanifah. Demikianlah, beliau amat menekuni
Imam Ahmad tertarik untuk menulis pencatatan hadits, dan ketekunannya
hadits pada tahun 179 saat berumur itu menyibukkannya dari hal-hal lain
16 tahun. Beliau terus berada di kota sampai-sampai dalam hal berumah
Baghdad mengambil hadits dari syaikh- tangga. Beliau baru menikah setelah
syaikh hadits kota itu hingga tahun berumur 40 tahun. Ada orang yang
186. Beliau melakukan mulazamah berkata kepada beliau, “Wahai Abu
Abdillah, Anda telah mencapai semua Asyribah, satu juz tentang Ushul as-
ini. Anda telah menjadi imam kaum Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.
muslimin.” Beliau menjawab, “Bersama
mahbarah (tempat tinta) hingga ke Pujian dan Penghormatan Ulama
maqbarah (kubur). Aku akan tetap Lain Kepadanya
menuntut ilmu sampai aku masuk liang
Imam Syafi‘i pernah mengusulkan
kubur.”
kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, pada
Dan memang senantiasa seperti hari-hari akhir hidup khalifah tersebut,
itulah keadaan beliau: menekuni agar mengangkat Imam Ahmad
hadits, memberi fatwa, dan kegiatan- menjadi qadhi di Yaman, tetapi Imam
kegiatan lain yang memberi manfaat Ahmad menolaknya dan berkata
kepada kaum muslimin. Sementara itu, kepada Imam Syafi‘i, “Saya datang
murid-murid beliau berkumpul di kepada Anda untuk mengambil ilmu
sekitarnya, mengambil darinya (ilmu) dari Anda, tetapi Anda malah
hadits, fiqih, dan lainnya. Ada banyak menyuruh saya menjadi qadhi untuk
ulama yang pernah mengambil ilmu mereka.” Setelah itu pada tahun 195,
dari beliau, di antaranya kedua putra Imam Syafi‘i mengusulkan hal yang
beliau, Abdullah dan Shalih, Abu Zur sama kepada Khalifah al-Amin, tetapi
‘ah, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al- lagi-lagi Imam Ahmad menolaknya.
Atsram, dan lain-lain.
Suatu hari, Imam Syafi‘i masuk
Beliau menyusun kitabnya yang menemui Imam Ahmad dan berkata,
terkenal, al-Musnad, dalam jangka “Engkau lebih tahu tentang hadits dan
waktu sekitar enam puluh tahun dan perawi-perawinya. Jika ada hadits
itu sudah dimulainya sejak tahun tahun shahih (yang engkau tahu), maka beri
180 saat pertama kali beliau mencari tahulah aku. Insya Allah, jika
hadits. Beliau juga menyusun kitab (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku
tentang tafsir, tentang an-nasikh dan akan pergi mendatanginya jika
al-mansukh, tentang tarikh, tentang memang shahih.” Ini menunjukkan
yang muqaddam dan muakhkhar kesempurnaan agama dan akal Imam
dalam Alquran, tentang jawaban- Syafi‘i karena mau mengembalikan ilmu
jawaban dalam Alquran. Beliau juga kepada ahlinya.
menyusun kitab al-Manasik ash-Shagir
Imam Syafi‘i juga berkata, “Aku
dan al-Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-
keluar (meninggalkan) Bagdad,
Radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-Zindiqah
sementara itu tidak aku tinggalkan di
(Bantahan kepada Jahmiyah dan
kota tersebut orang yang lebih wara’,
Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-
lebih faqih, dan lebih bertakwa
Sunnah, kitab al-Wara ‘ wa al-Iman,
daripada Ahmad bin Hambal.”
kitab al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-