You are on page 1of 21

Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Perusahaan Textile Yang Go Public Di BEI Oleh

: M. Ahsani Taqwiim

ABSTRACT The objectives of this study are to analyze the effects of financing ratio, current ratio, the rotation of working capital ratio, and working capital to total assets against ROA on the go public textile company in Stock Exchange (BEI). The population of this research is coming from the textile company around the year 2005 2009. It uses the technique of purposive sampling and gives the result that the total of the samples are about eight companies. The multiple regressions are also used as the analytical tool. The results of this study are that the ratio of working capital expenditure has no positive effect on ROA due to the fact that the company samples were taken from the textile company where most of the ratio of working capital expenditure is negative. The current ratio has no positive effect on ROA due to the average current ratio of this research about 127 % is quite low and it cannot be able to explain ROA. The rotation of working capital ratio has also no positive effect on ROA. This condition might be caused by the textile company sample that require substantial funds to buy the raw materials, so it makes the rotation of working capital lower (in the average of 125.95 times) so it also cannot be able to explain ROA. Because of those negative rotations, it is difficult to gain the positive ROA for the companies. Yet, finally, only the ratio of working capital to total assets that has positive effect on ROA. This condition might be happened because of the high working capital, the requirement of the operational expense will fulfilled and not be hampered, so the company could operate the company by well and can produce the profits, so that the ROA will increase. Keywords: ROA (Return on Assets) and The working capital policy

I. Pendahuluan Kebijakan pembelanjaan adalah menyangkut pengalokasian dan atau

kebijaksanaan investasi dalam berbagai aktiva dan kebijaksanaan pemenuhan dana atau pemilihan sumber dana. Mengingat penting dan strategisnya manajemen modal kerja pada suatu perusahaan dalam rangka kelangsungan hidup, perkembangan, pertumbuhannya yang dihadapkan pada situasi persaingan maka perlu diperhatikan beberapa aspek dari cara pembelanjaan modal kerja, likuiditas, tingkat perputaran modal kerja, kapasitas aktiva lancar yang mempunyai hubungan atau pengaruh secara serentak terhadap ROA. Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan tekstil di BEI dengan alasan perusahaan kategori ini memiliki permasalahan dalam hal modal kerja banyak yang negative. Berikut ini adalah modal kerja perusahaan Textile di BEI. Tabel 1.1 Modal Kerja dan ROA Perusahaan Textile di BEI Tahun 2007-2009
No Nama Perusaha an Agro 2007 Aktiva Lancar 2008 2009 3253 36 2047 81 7737 3 1959 01 4201 14 8077 2 4606 64 9448 21 185542 2007 Hutang Lancar 2008 2009 694512 284959 2007 Modal Kerja 2008 2009 369176 -99417

Pantes. Tbk

409479

731247

321768

2 3 4 5 6 7

Century Textile Industry. Tbk Eratex Djaja, Tbk Panasia Filament, Tbk Panasia Indosyntec . Tbk Roda Vivatex. Tbk Sunson Textile. Tbk Tifaco Fiber Indonesia. Tbk

183032 115050 209171 397810 61938 429799 112462 5

110622 47647 110633 309539 133733 465693

177080 252826 182420 352108 75917 468574 234407 7

245961 229381 223415 482129 107512 420710 256613 1

174847 114639 165831 431231 69431 377313 177053 3

5952 137776 26751 45702 -13979 -38775 121945 2

-41180 152008 -27514 -62015 -26740 39954 162131 0

-64225 -66992 -55198 121692 64302 88380 102039 0

750143

No.

Nama Perusahaan 2007 -9,6 -8,9 -0,86 -9,25 0,11 5,97 0,23 -12,04

ROA 2008 -10,93 -12,4 -65,19 -25,07 -9,07 9,83 -7,63 -29,01 2009 -5,18 -13,71 -25,95 -2,94 0,05 15,75 3,55 -9,29

1 Agro Pantes, Tbk 2 Century Textile Industry, Tbk 3 Eratex Djaja, Tbk 4 Panasia Filament, Tbk 5 Panasia Indosyntec, Tbk 6 Roda Vivatex, Tbk 7 Sunson Textile, Tbk 8 Tifaco Fiber Indonesia, Tbk Sumber : ICMD tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa modal kerja perusahaan textile rata-rata negatif, sehingga berdampak pada laba yang negatif dan ROA yang negatif. Hal ini menarik untuk dikaji faktor apa yang mempengaruhi ROA. Berdasarkan penelitian terdahulu faktor yang mempengaruhi adalah rasio pembelanjaan modal kerja, current ratio, rasio perputaran modal kerja, dan Working capital to total assets. Rasio pembelanjaan modal kerja merupakan rasio yang membandingkan antara modal kerja yang dimiliki dengan net working capital. Apabila rasio pembelanjaan ini adalah tinggi maka kemampuan perusahaan untuk menggunakan modal kerjanya lebih baik, sehingga diharapkan aktivitas operasional perusahaan akan meningkat dan dapat menghasilkan laba yang lebih baik. Kondisi ini akan berdampak pada laba yang lebih baik dan return on asset yang baik (Martha Ayerza dan Prima Apriwenni, 2002). Current ratio merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Ratio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan membayar hutang yang segera harus dibayar dengan aktiva lancar. Current ratio yang dimiliki perusahaan tidak boleh terlalu tinggi dan juga terlalu rendah, harus sesuai dengan rata-rata industri. Dengan current ratio yang baik, maka dana bisa dioptimalkan untuk operasional perusahaan dan ini akan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, sebaliknya apabila current ratio yang rendah akan berakibat pada kurangnya dana untuk operasional perusahaan dan

apabila current ratio terlalu tinggi, maka banyak dana yang menganggur dan tidak dioperasikan untuk mendapatkan laba ( Martha Ayerza dan Prima Apriwenni, 2002) Rasio perputaran modal kerja merupakan rasio yang membandingkan antara revenue dengan modal kerja bersih. Semakin tinggi rasio ini maka perputaran modal kerja semakin tinggi, sehingga kesempatan untuk mendapatkan revenue semakin tinggi. Karena dana cepat kembali menjadi kas dan dapat kembali digunakan untuk operasional perusahaan dan mendapatkan laba. Laba yang diperoleh dari tingkat perputaran modal kerja yang semakin cepat tersebut akan mempengaruhi besarnya nilai return on assets (Soffia Pudji Estiasih, 2005) Working capital to total assets merupakan salah satu rasio likuiditas perusahaan. Rasio ini dipegunakan untuk mengetahui proporsi dari aktiva perusahaan yang digunakan untuk operasional perusahaan (modal kerja) dalam perusahaan. Semakin tinggi modal kerja (aktiva lancar-hutang lancar) terhadap jumlah aktiva maka semakin rendah profitabilitasnya. Hal ini disebabkan karena perusahaan mempunyai dana yang relatif terikat menganggur atau dengan kata lain likuiditas terlalu tinggi, sehingga modal kerja tidak banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan laba. Dengan demikian pengaruh working capital to total assets berpengaruh terhadap return on assets (Bambang Riyanto, 2008:61). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.2 Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian barang, membayar upah karyawan, gaji pegawai dan lain sebagainya, dimana dana atau uang yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya.

Modal kerja yang cukup bukanlah berarti harus tersedia dalam jumlah yang besar (berlebihan). Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan besarnya kebutuhan modal kerja. Perusahaan secara umum harus mempertahankan jumlah modal kerja yang menguntungkan yaitu jumlah modal kerja yang harus lebih besar daripada jumlah hutang lancar (Syafaruddin Alwi, 1980:1). Ada 3 konsep yang dipergunakan untuk mengartikan modal kerja (Bambang Riyanto, 2008;57). a. Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar yaitu kas, piutang, persediaan. Dengan demikian yang dimaksud modal kerja adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). b. Konsep Kualitatif Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang besar-besar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja netto (net working capital). c. Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Menurut Wilford J.Eiteman J.h.Holtz dalam (Bambang Riyanto, 2008;57) definisi modal kerja adalah sebagai dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income (sebagai lawan dari future income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan. Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada type atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas, efek,

piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain: (S. Munawir, 2001;116) a. b. c. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal Memungkinkan untuk dapat membayar semua Menjamin dimilikinya kredit standing kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi d. e. langganannya f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan. 2.1.2 Kebijakan Modal Kerja Kebijakan modal kerja menurut Weston and Copeland (1989:332) adalah strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana. Seperti diketahui bahwa sumber dana untuk memenuhi modal kerja bisa dipilih dari sumber dana Memungkinkan untuk memiliki persediaan Memungkinkan bagi perusahaan untuk dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para

berjangka panjang atau sumber dana berjangka pendek. Kebijaksanaan modal kerja apa yang harus diambil oleh perusahaan ini tergantung dari seberapa besar manajer berani mengambil resiko. Kebijaksanaan modal kerja yang bisa diambil oleh perusahaan adalah: (Sutrisno, 2005:47) a. Pola Pembiayaan Modal Kerja Yang Konservatif Dalam pola pembiayaan modal kerja ini, cuma sebagian dari aktiva lancar yang sifatnya variabel dibelanjai dari hutang atau modal jangka pendek. Sebagian lagi aktiva lancar yang sifatnya variabel, aktiva lancar permanen dan aktiva tetap dibelanjai dari hutang atau modal jangka panjang. Pendanaan konservatif ini memberikan margin of safety yang cukup besar karena sebagian aktiva lancar bukan permanen, didanai dengan pendanaan jangka panjang (yaitu dengan hutang jangka panjang, modal sendiri dan pendanaan spontan). Semakin besar margin of safety, semakin konservatif kebijakan pendanaan yang dianut. b. Pola Pembiayaan Modal Kerja Yang Moderat Dalam pola pembiayaan modal kerja ini, aktiva lancar yang bersifat variabel dibelanjai hutang jangka pendek atau modal jangka pendek, sedangkan harta lancar yang bersifat permanen dan aktiva tetap dibelanjai hutang jangka panjang dan modal sendiri. Dengan demikian variasi jangka pendek aktiva lancar akan dibiayai dengan hutang jangka pendek, dan komposisi permanen aktiva lancar akan dibiayai dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri demikian pula untuk aktiva tetap. Diantara jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, sebagian diantaranya ada yang bersifat temporer dan ada yang permanen. Pendanaan ini mendasarkan diri atas matching principle yang menyatakan bahwa sumber dana hendaknya disesuaikan dengan berapa lama dana tersebut diperlukan. Apabila dana tersebut hanya untuk keperluan jangka pendek, maka sumber dana jangka pendek bisa dipergunakan. Sebaliknya penggunaan untuk jangka panjang seharusnya dibiayai dengan sumber dana jangka panjang pula.

c.

Pola Pembiayaan Modal Kerja Agresif Dalam pembiayaan modal kerja ini, aktiva lancar yang bersifat

variabel dan sebagian dari aktiva lancar permanen dibiayai dengan hutang jangka pendek atau modal jangka pendek. Sebagian dari aktiva lancar yang lain dan aktiva tetap dibelanjai dari hutang atau modal jangka panjang. Dalam pendanaan agresif, perusahaan berani menanggung risiko. Trade off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang lebih tinggi. 2.1.3 Rasio Modal Kerja Modal kerja sebuah perusahaan berhubungan erat dengan berbagai aktivitas operasional dan financial. Modal kerja yang tidak memadai, dapat menganggu aktivitas bisnis perusahaan (Ersa dan Apriwenni, 2002). 1. Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indicator mengenai kemapuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Macam-macam rasio likuiditas (Bambang Riyanto, 2008:61): Current Ratio, yaitu membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Ratio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dibayar dengan aktiva tetap lancar. Rumus Current Ratio : Aktiva Lancar Hutang Lancar Cash Ratio, yaitu membandingkan anntara jumlah kas ditambah efek dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Ratio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan (Bambang Riyanto, 2008:61).

Rumus Cash Ratio : Cash + Efek Hutang Lancar Quick Ratio, yaitu membandingkan antara kas ditambah efek ditambah piutang dibandingkan dengan hutang lancar, rato ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (Bambang Riyanto, 2008:61). Rumus Quick Ratio : Kas + Efek + Piutang Hutang Lancar Working Capital to total assets ratio, yaitu ratio yang membandingkan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar dengan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Ratio ini dipergunakan untuk megukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja netto (Bambang Riyanto, 2008:61). Rumus working capital to total assets ratio: Aktiva lancar Hutang lancar Jumlah Aktiva 2. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu . ada 2 cara penilaian rentabilitas: a. Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba. Rentabilitas dapat ditentukan dengan mengkalikan profit margin dengan total assets turnover (Ersa dan Apriwenni, 2002): ROA = Laba Usaha Total Aktiva b. Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas modal sendiri atau disebut juga rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut (Ersa dan Apriwenni, 2002). ROE = EAT Modal Sendiri

10

2.1.4 Return On Assets Return on Assets (ROA) juga sering disebut Return On Investment (ROI) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan tersebut semakin baik, maka tingkat pengembalian (return) semakin besar. Rasio ini merupakan rasio penting diantara rasio rentabilitas profitabilitas yang lainnya. ROA atau ROI dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara rasio laba usaha terhadap total aktiva. ROA menyatakan berapa besar profit yang mampu hasilkan ialah setiap rupiah asset yang ditanam atau investasikan (Suad Husnan, 2001). Secara matematis rasio ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba Usaha Total Aktiva ROA juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROA menunjukkan earning power dari investasi nilai buku para pemegang saham dan fekuensi penggunaan dalam membandingkan dengan beberapa perusahaan dalam industri yang sejenis. ROA yang tinggi menunjukkan penerimaan perusahaan kesempatan investasi yang sangat baik dan manajemen biaya yang efektif. Apabila perusahaan telah memilih untuk melaksanakan tingkat utang yang tinggi dari standar industri, maka ROA yang tinggi merupakan hasil dari asumsi yang berlebihan dari resiko finansial.

11

2.2

Kerangka Pemikiran Rasio Pembelanjaan Modal Kerja (X1) H1 Current Ratio (X2) Rasio Perputaran Modal Kerja (X3) Working capital to total assets (X4) H4 H2 H3 Return On Assets (Y)

2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu , maka dapat ditemukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Rasio pembelanjaan modal kerja berpengaruh positif terhadap ROA. H2 : Current ratio berpengaruh positif terhadap ROA. H3 : Rasio perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap ROA. H4 : Working capital to total assets berpengaruh positif terhadap ROA. III. Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini adalah ROA sebagai variabel dependen dan rasio pembelanjaan modal kerja, current ratio, rasio perputaran modal kerja dan working capital to total assets sebagai variabel independen. .a Variabel dependen

12

Variabel dependen penelitian ini adalah ROA (Y). ROA dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan antara laba usaha dengan total aktiva (Suad Husnan, 2001). .b Variabel independen Ada empat variabel independen yang hendak diuji dalam penelitian ini dalam hubungannya dengan pengaruh yang diberikan terhadap ROA. Keempat variabel tersebut adalah rasio pembelanjaan modal kerja, current ratio, rasio perputaran modal kerja dan rasio jumlah aktiva lancar dengan jumlah aktiva. .1 Rasio pembelanjaan modal kerja Rasio pembelanjaan modal kerja merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan modal kerja (Martha Ayerza Esra dan Prima Apriwenni, 2002). .2 Rasio current ratio Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar (Martha Ayerza Esra dan Prima Apriwenni, 2002). .3 Rasio perputaran modal kerja Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan perbandingan antara revenue/penjualan dengan net working capital (Martha Ayerza Esra dan Prima Apriwenni, 2002). .4 Working Capital to Total Assets Working capital to total assets merupakan perbandingan antara modal kerja (aktiva lancar- hutang lancar) terhadap total aktiva (Martha Ayerza Esra dan Prima Apriwenni, 2002). 3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh perusahaan publik di BEI tahun 2005-2009. Sample yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik pengambilan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 2005-2009. Perusahaan publik di BEI yang tetap listed di BEI pada tahun

13

Perusahaan tersebut masuk dalam kategori perusahaan tekstil di

BEI tahun 2005-2009. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur kategori perusahaan tekstil adalah karena perusahaan ini banyak yang memiliki modal kerja negatif, sehingga menarik untuk dianalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja. 3.3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif dengan penjelasan sebagai berikut: .A Analisis Kualitatif Analisis ini digunakan untuk mendukung hasil yang diperoleh dari analisa kuantitatif. Bahan pendukung yang digunakan dalam analisis ini adalah penerapan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. .B Analisa Analisis Kuantitatif kuantitatif adalah metode analisis data dengan menggunakan

perhitungan-perhitungan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: .1 Uji Asumsi Klasik Asumsi kenormalitasan diperiksa dengan menggunakan pemeriksaan plot probabilitas normal. Jika asumsi kenormalan dipenuhi maka hargaharga, residual akan didistribusikan secara random dan terkumpul di sekitar garis lurus yang melalui titik nol atau penyebaran plot akan berada di sepanjang garis 45 derajat, maka terjadi normalitas dan sebaliknya. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari residualnya. a. Uji Normalitas

14

Selain menggunakan grafik uji normalitas juga menggunakan uji secara statistik, dimana dalam penelitian ini adalah menggunakan Kolmogorov Sminorov. Kriteria pengujian adalah jika signifikansi kolmogorov sminorov < 5% maka data tidak normal, sebaliknya jika signifikansi kolkmogorov sminorov > 5% maka data normal. b. Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan situasi dimana terdapat hubungan yang kuat antara variabel-variabel independen. Multikolinieritas mempunyai pengaruh yang penting pada perkiraan koefisien regresi dan pada penggunaan umum perkiraan model. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier menurut perhitungan yang dilakukan dengan program SPSS dapat diketahui dengan berpedoman besaran VIF (Variance Inflation Factor) <10 dan Tolerance >0,1 (Ghozali Imam, 2005:57). c. Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar analisis adalah: (Ghozali Imam, 2005:69) Jika ada pola tertentu, seperti titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Autokorelasi Model regresi yang dikembangkan sebelumnya mempunyai asumsi bahwa error adalah variabel-variabel random yang tidak berkorelasi (independen), artinya tidak terdapat ketergantungan antara error yang ada.

15

Salah satu untuk mengetahui apakah error berkorelasi atau tidak adalah dengan pengujian statistik Durbin-Watson. Penentuan nilai kritis untuk uji Durbin-Watson dapat dilakukan dengan melihat tabel statistik durbinWatson. .2 Dimana : Y = ROA sebelum pajak X1 = Rasio pembelanjaan modal kerja X2 = Current ratio X3 = Rasio perputaran modal kerja X4 = working capital to total assets a = Konstanta b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi e = Kesalahan variabel pengganggu .3 Uji t Yaitu suatu uji untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel tidak bebas. Apabila signifikasi < 0,05 , maka hipotesis diterima, sebaliknya apabila signifikasi > 0,05 , maka hipotesis ditolak. .4 Koefisien Determinasi Kemampuan variabel-variabel bebas dalam menerangkan variabel tidak bebas yang diukur dengan besarnya koefisien determinasi atau dengan adjusted R di print out SPSS. IV. Hasil Penelitian Hasil persamaan regresi dari persamaan yang diolah dengan menggunakan SPSS versi 13. adalah sebagai berikut : Pengujian Hipotesis Analisis Regresi Berganda Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

16

Tabel 1. Model Persamaan Regresi


C efficients o
a

M el od 1

(C sta on nt) R asio P bela an em nja M odal K erja C urrent R tio a P erputa ran m odal kerja W orking capital to Total A t sse

U nstanda rdized C oefficients B S E td. rror ,005 ,0 31 ,000 -,027 -4,8 -006 E ,358 ,0 02 ,0 15 ,0 00 ,0 74

S tandardized C oefficients B eta ,011 -,374 -,029 ,993

t ,148 ,083 -1,841 -,227 4,810

S ig. ,883 ,934 ,074 ,822 ,000

a D . epen dent V ble: R A aria O

Sumber : Data sekunder yang diolah, tahun 2011 Y = 0,005 + 0,000X1 - 0,027X2 - 4,8E-006 X3 + 0,358X4 + e Pengujian Hipotesis a. Pengujian Hipotesis (H1) Dengan melihat tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial rasio pembelanjaan modal kerja tidak berpengaruh terhadap ROA, hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung= 0,934 < t tabel= 1,691 atau signifikansi sebesar 0,934 > 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio pembelanjaan berpengaruh positif terhadap ROA ditolak. Hasil ini tidak mendukung penelitian Estiasih (2005) menyatakan rasio pembelanjaan modal kerja berpengaruh positif terhadap ROA. Kondisi ini terjadi karena sampel perusahaan ini adalah perusahaan tekstil, dimana kebanyakkan rasio pembelanjaan modal kerja adalah negatif, seperti pada tahun 2005 dari 8 perusahaan tekstil yang memiliki rasio pebelanjaan modal kerja negatif sebanyak 6 perusahaan (75%). Perusahaan yang memiliki rasio pembelanjaan negatif dapat diartikan bahwa perusahaan memiliki banyak hutang lancarnya dibandingkan dengan aktiva lancarnya, sehingga kurang menghasilkan ROA. Bila di lihat dari nilai minimum (-23,0067) dan maksimum (46,2291), dapat diketahui bahwa perbedaan data rasio pembelanjaan terlalu tinggi, dan penyimpangan data tidak merata (fluktuatif), sehingga kurang bisa

17

menjelaskan

ROA.

Kebijaksanaan

pembelanjaan

adalah

menyangkut

pengalokasian dana atau kebijakan investasi dalam berbagai aktiva dan kebijakan pemenuhan dana atau pemilihan sumber dana. Mengingat penting dan strategisnya modal kerja pada suatu perusahaan dalam rangka kelangsungan hidup, perkembangan, pertumbuhannya yang dihadapkan pada situasi persaingan maka perlu diperhatikan beberapa aspek dari cara pembelanjaan modal kerja, likuiditas, tingkat perputaran modal kerja, kapasitas aktiva lancar yang mempunyai hubungan atau penagruh secara serentak terhadap ROA perusahaan. b. Pengujian Hipotesis (H2) Dengan melihat tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial current ratio tidak berpengaruh positif terhadap ROA, hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung= -1,841 < t tabel = -1,691 atau signifikansi sebesar 0,074 > 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan current ratio berpengaruh positif terhadap ROA ditolak. Hasil ini tidak mendukung penelitian Estiasih (2005). Kondisi ini dimungkinkan karena current ratio adalah rasio likuiditas, dimana apabila likuiditas yang tinggi akan mengakibatkan banyak modal kerja yang menganggur, sehingga sebaiknya digunakan untuk usaha agar bisa menghasilkan laba yang lebih baik. Current ratio rata-rata dalam penelitian ini sebesar 127 % adalah cukup rendah, sehingga kurang bisa menjelaskan ROA. Bila di lihat dari nilai minimum (0,2861) dan maksimum (9,3788), dapat diketahui bahwa perbedaan data current ratio terlalu tinggi, dan penyimpangan data tidak merata (fluktuatif), sehingga kurang bisa menjelaskan ROA. Menurut teori Current ratio merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Ratio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dibayar dengan aktiva tetap lancar. Current ratio yang dimiliki perusahaan tidak boleh terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, harus sesuai dengan rata-rata industri. c. Pengujian Hipotesis (H3)

18

Dengan melihat tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial perputaran modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap ROA, hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung= -0,277 > t tabel = -1,691 atau signifikansi sebesar 0,822 > 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap ROA ditolak. Hasil ini tidak mendukung penelitian Estiasih (2005). Kondisi ini dimungkinkan karena sampel perusahaan ini perusahaan tekstil yang membutuhkan dana yang besar untuk membeli bahan baku, sehingga untuk perputaran modal kerjanya rendah (rata-rata -125,95 kali), sehingga kurang mampu menjelaskan ROA, sebab dengan perputaran yang negatif tersebut maka untuk mendapatkan ROA yang positif sulit didapatkan oleh perusahaan. Bila di lihat dari statistik deskriptifnya nilai minimum (-5166,19) dan maksimum (116,9492), dapat diketahui bahwa perbedaan data perputaran modal kerja terlalu tinggi, dan penyimpangan data tidak merata (fluktuatif), sehingga kurang bisa menjelaskan ROA. Menurut teori rasio perputaran modal kerja merupakan rasio yang membandingkan antara revenue dengan modal kerja bersih. Semakin tinggi rasio ini maka perputaran modal kerja semakin tinggi, sehingga kesempatan untuk mendapatkan revenue semakin tinggi. d. Pengujian Hipotesis (H4)

Dengan melihat tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial rasio working capitasl to total assets berpengaruh positif terhadap ROA, hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung = 4,810 > 1,691 atau signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan working capitasl to total assets berpengaruh positif terhadap ROA ditolak. Hasil ini mendukung penelitian Estiasih (2005). Kondisi ini terjadi karena dengan modal kerja yang tinggi, maka kebutuhan akan biaya operasional tidak akan terhambat dan tercukupi, sehingga perusahaan bisa mengoperasionalkan perusahaan dengan baik dan bisa menghasilkan laba, sehingga ROA akan meningkat.

19

V. Penutup 5.1 Kesimpulan Rasio pembelanjaan, current ratio dan ratio perputaran modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan working capital to total asset berpengaruh terhadap ROA. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang diberikan adalah investor hendaknya lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi ROA, seperti pembelanjaan modal kerja, current ratio, perputaran modal kerja dan rasio aktiva lancar dengan aktiva tetap. Hal ini dilakukan agar investor bisa mendapatkan keuntungan dari investasinya. DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo. 1995. Statistik Induktif. BPFE. Yogyakarta. Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. UNDIP. Semarang. I Made Sudana dan M. Enny Widyaningrum, 2003, Analisis Kebijakan Investasi Modal Kerja Hubungannya Dengan Profitabilitas Pada Kondisi Ekonomi Sebelum Krisis dan Masa Krisis, Majalah Ekonomi, Tahun XIII, No. 2 Agustus 2003. Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Tahun 2009, 2008, 2007, 2006, 2005. J. Supranto. 2002. Statistik I, Edisi Lima, Erlangga, Jakarta. Martha Ayerza Ersa Dan Prima Apriwenni. 2002. Manajemen Modal Kerja, Jurnal Ekonomi Perusahaan. Maret 2002.

20

Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Cetakan Ketujuh. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Noer Sasongko Dan Silfia Kusumaningtyas, 2004, Pengaruh Perubahan Modal Kerja Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Benefit, Vol.8 No.2 Desember 2004. Purwanto. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan I. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. S. Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Soffia Pudji Estiasih. 2005. Pengaruh Kebijaksanaan Modal Kerja Terhadap ROA Pada Perusahaan Textile Yang Go Public Di BES. Jurnal Keuangan Dan Perbankan. Th.IX, No.2 Mei 2005. Suad Husnan. 1993. Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-dasar Keuangan). Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Manajemen

. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Syafaruddin Alwi. 1980. Manajemen Modal Kerja. Graha Ilmu. Bandung. Weston, J. Fred and Thomas E. Copeland. 1989. Managerial Finance. Ninty Edition. USA. The Hydren Press.

21

You might also like