You are on page 1of 9

Latar Belakang Harus diakui, jajanan di sekolah merupakan kudapan yang banyak menarik perhatian anak-anak.

Dengan harga yang relatif terjangkau, jajanan sekolah juga mempunyai jenis yang beragam. Mulai dari yang dipanggang, direbus, sampai dengan yang digoreng. Dengan segala kepolosannya, banyak anak sekolah yang dengan mudahnya membeli jajanan di sekolah dan apa yang mereka lakukan tersebut tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Maksudnya, anak anak pada usia sekolah dasar belum mampu untuk memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi serta belum mampu memikirkan apa dampak yang akan mereka peroleh apabila mereka jajan sembarangan. Acapkali tidak terlintas oleh mereka bahwa jajan sembarangan bisa berakibat buruk bagi kesehatan mereka sendiri. Sejak dini, para orang tua hendaknya sudah memberikan asupan makanan yang sehat dan bergisi kepada anak anaknya. Orang tua menyekolahkan anaknya ke tempat yang baik dan bermutu. Orang tua berharap pertumbuhan jasmani dan rohani mereka berlangsung dengan ideal. Untuk pertumbuhannya mereka diberi asupan makanan yang bergizi dan berimbang. Ketika berada di rumah tentunya orang tua memberi menu makanan yang baik kepada anaknya. Begitu juga halnya ketika anak sedang berada di luar rumah, misalkan saja di sekolah, tempat bermain, ataupun tempat umum lainnya. Dalam keadaan seperti ini pun orang tua mempunyai kewajiban untuk selalu memberikan asupan makanan yang sehat dan bergisi kepada anak anaknya. Namun, pada kenyataanya para orang tua tidak bisa begitu saja memberikan kewenangan kepada anak anak mereka dalam memilih jajanan di sekolah. Karena tidak semua sekolah dapat menyediakan fasilitas kantin sehat yang menyediakan makanan yang sehat dan higienis kepada para siswanya. Hal ini terbukti dari hasil pemantauan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Kementerian Pendidikan Nasional dan Institut Pertanian Bogor (IPB) terhadap kantin di lebih dari 170.000 sekolah, bahwa ditemukan hanya 0,9 persen kantin yang sehat. (Kompas.com, 1 Maret 2010). Terlepas dari kantin yang ada di dalam sekolah, bahaya jajanan tidak sehat ini justru lebih banyak datang dari para pedagang kecil yang berjualan di sekitar lingkungan sekolah. Mereka justru lebih kreatif untuk membuat jajanan yang dapat dengan mudah menarik perhatian para

siswa sekolah dasar, yang notabena sangat menyukai jenis jajanan seperti itu. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan dan harus mendapatkan penanganan yang serius dari berbagai pihak mulai dari orang tua, pihak sekolah dan pemerintah. Dengan jumlah anak-anak sekolah dasar yang sebagian besar adalah penggemar makanan yang dijual di sekitar sekolahnya dimungkinkan terdapat bahan pengawet makanan berbahaya. Para pedagang kecil biasanya menggunakan berbagai macam cara agar dagangan mereka banyak dibeli oleh anak anak dan tentu saja menambahkan bahan pengawet dan bahan tambahan lain yang sebenarnya dilarang oleh pemerintah sengaja mereka gunakan untuk dapat meraih keuntungan yang lebih banyak. Sering kali ada salah pengertian mengenai pengawet makanan yang seolah-olah aman digunakan selama tidak menyebabkan keracunan atau kematian, tetapi sebenarnya menyebabkan kerusakan organ tubuh manusia dalam jangka panjang. Bahaya ini dapat terjadi karena produk makanan tersebut setiap hari dimakan. Jika ini terjadi terus menerus bagaiamana dengan nasib siswa siswa sekolah dasar sebagai generasi muda penerus bangsa. Karena sejak dini kebutuhan gizi mereka sudah tidak terpenuhi dengan baik karena sering mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat di sekolah mereka. Untuk itu dalam artikel ini penulis akan menguraikan lebih lanjut mengenai bahaya jajanan sekolah yang tidak sehat bagi anak sekolah dasar dan solusi yang kiranya dapat dilakukan untuk mengatasi masalah jajanan yang berbahaya di kalangan siswa sekolah dasar.

Jajanan Berbahaya di Kalangan Siswa Sekolah Dasar Banyak sekali jenis jajajanan yang dijajakan di sekolah, khusunya di sekolah dasar (SD). Dan kebanyakan dari jajanan tersebut adalah industri rumahan yang tentunya tidak mendapatkan ijin produksi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM sehingga kehigienisan dari masing-masing jajanan tersebut kurang bisa dijamin. Anak mana yang tidak tertarik melihat jajanan yang dikemas dengan menarik, tampilan warna mencolok, ditambah dengan rasanya yang manis dan gurih. Akan tetapi, faktanya banyak jajanan anak di sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Berikut adalah beberapa jajanan berbahaya yang

secara umum dapat ditemukan di kalangan siswa sekolah dasar serta zat- zat yang terkandung di dalamnya dan efek yang ditimbulkannya bagi kesehatan. a. Kue kembang gula

Kue Kembang Gula. Foto : Ys/Beritakendari.com

Kue Kembang Gula, makanan ringan berwarna merah muda ini tampak indah dipandang mata namun siapa sangka, kalau ini menebar ancaman yang sangat membahayakan. Hasil pengujian sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pada makanan ringan ini sering ditemukan adanya kandungan Rhodamine B, zat pewarna yang kerap digunakan oleh industri tekstil. Sebenarnya, penggunaan zat pewarna ini sudah lama dilarang oleh pemerintah karena berbahaya namun ironisnya hingga kini masih ada juga produsen makanan yang menggunakannya. Sesuai Peraturan Mentri Kesehatan (Permenkes) nomor

239/Menkes/Per/V/85/, zat Rhodamine B ini termasuk salah satu dari 30 zat pewarna yang dinyatakan berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan. Efek negatifnya, bisa menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati. Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B

menyebabkan terjadinya perubahan sel hati normal menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jarngan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nucleus, degradasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. Untuk mengenali zat Rhodamine B sebenarnya tidak sulit dan bila diamati dari segi fisik cukup mudah untuk dikenali. Bentuknya seperti kristal, biasanya berwarna hijau atau ungu kemerahan. Disamping itu, Rhodamine B juga tidak berbau serta mudah larut dalam larutan berwarna merah terang. 3

b. Sirup, Saus, Krupuk, Bakso, Mi, dan Con Ice Cream

Dari berbagai jenis jajanan, kandungan zat berbahaya ditemukan di enam jenis jajanan yakni sirup, saus, krupuk, bakso, mi, dan con ice cream. Namun pihak BPOM tidak bersedia menyebutkan merek jajananjajanan berbahaya itu. BPOM hanya memberi contoh jajanan yang mengandung zat pewarna berbahaya bagi kesehatan yaitu kerupuk gendar (rhodamin B) dan saus (methanil yellow). Selain itu, ada juga bakso yang mengandung boraks dan mi yang mengandung formalin. BPOM menjelaskan bahwa jika dikonsumsi dalam waktu yang lama, zat berbahaya itu tidak bisa dikeluarkan melalui urine dan keringat melainkan akan mengendap di hati. Ini bisa menyebabkan kanker. Untuk mengantisipasi perluasan jajanan berbahaya ini BPOM melakukan sosialisasi ke pedagang dan produsen jajanan SD yang umumnya industri rumahan agar menggunakan bahan baku yang amanbila dikonsumsi. Selain itu BPOM juga bekerja sama dengan Departemen Perdagangan untuk memperketat peredaran zat berbahaya, termasuk boraks, formalin, dan zat pewarna seperti Rhodamin B. Kalangan industri menggunakan rhodamin sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B yang pewarna merah terang dapat menyebabkan keracunan maupun kanker. Sedangkan boraks biasanya dipakai 4

dalam pembuatan deterjen. Bila masuk ke dalam tubuh, zat ini menyebabkan muntah, diare, hingga kematian. Formalin biasa digunakan dalam industri plastik, antibusa, bahan konstruksi, kertas, tekstil, cat, dan mebel. Formalin juga digunakan untuk mengawetkan mayat. Jika terminum, cairan formalin dapat menimbulkan rasa terbakar pada tenggorokan dan perut. Demikianlah sedikit contoh dari jajanan berbahaya yang beredar di sekitar sekolah yang kelihatan sangat menarik dari luar namun mengandung banyak sekali zat-zat yang bisa membahayakan bagi kesehatan kita. Adapun ciri-ciri jajanan yang mengandung bahan tambahan pangan berbahaya adalah seperti mie basah jika mengandung formalin, biasanya tidak lengket, kenyal, dan tidak cepat putus. Boraks biasanya ada dalam bakso, kerupuk, dan lontong, dimana kalau bakso teksturnya kenyal dan berwarna agak putih, kerupuk memiliki rasa getir, serta lontong yang memiliki rasa lebih gurih dan lengket. Selain itu pewarna tekstil seperti methanil yellow juga sering digunakan pedagang untuk dicampur dengan makanan atau minuman agar berwarna lebih menarik /makanan atau minuman yang warnanya sangat terang (merah menyala atau kuning terang). Hasil penelitian BPOM menunjukkan enam jenis jajanan yang mengandung bahan kimia berbahaya. Keenam jajan itu berupa sirup, saus, kerupuk, bakso, dan mi.

Solusi Mengatasi Beredarnya Jajanan Berbahaya di Kalangan Siswa Sekolah Dasar. Seiring maraknya peredaran jajanan berbahaya di kalangan anak sekolah dasar tentu saja menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan sekaligus guru guru yang mengajar di sekolah. Peredaran jajanan berbahaya ini harus sedapat mungkin di antisipasi karena sangat berbahaya bagi kesehatan anak anak. Ada beberapa cara antisipasi yang dapat dilakukan oleh orang tua siswa dan para guru untuk menangani masalah tersebut. Sehingga akan dapat menjauhkan anak anak dari bahaya jajanan tidak sehat yang beredar luas di pasaran, terutama di lingkungan sekolah dasar.

Langkah awal antisipasi dapat dilakukan sendiri oleh para orang tua di rumah. Cara yang dapat dilakukan oleh para orang tua yaitu membiasakan anak untuk sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Apabila anak sudah sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah maka akan dapat menekan atau meminimalisir intensitas anak untuk berbelanja di sekolah. Kemudian para orang tua dapat membuat bekal makanan yang tidak kalah enak dan tidak kalah menariknya dengan jajanan yang di jual di sekitar lingkungan sekolah. Apabila orang tua sudah memberikan bekal makanan maka sang anak tidak akan berbelanja lagi di sekolah. Di sini para orang tua hendaknya kreatif dalam memberikan bekal makanan kepada anak. Orang tua dapat ikut mengajak anak mereka untuk memnuat penganan atau makanan di rumah. Karena dengan cara ini orang tua dapat mengetahui makanan apa yang disukai dan menjadi favorit sang anak, dan tentunya cocok untuk dijadikan bekal makanan anak ke sekolah. Orang tua juga dapat langsung menanyakan kepada anak pada setiap harinya mengenai bekal makanan yang mereka ingin bawa ke sekolah. Dengan demikian anak anak tidak akan merasa bosan dengan bekal makanan yang dibawa dari rumah, dan tentu saja hal ini dapat mengurangi intensitas anak untuk berbelanja di sekolah. Selain itu, tindakan yang tegas dari orang tua juga sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Apabila sudah diberikan bekal sang anak masih saja berbelanja jajanan yang tidak sehat di sekolahnya, maka dalam hal ini para orang tua dapat memrikan tindakan yang lebih tegas kepada anak anak mereka. Orang tua dapat membatasi uang saku yang diberikan kepada anak. Kemudian orang tua juga dapat membatasi frekuensi jajan sang anak. Misalnya saja anak anak hanya boleh jajan pada hari Sabtu dan Minggu. Jika ditinjau, tindakan seperti ini memang agak tegas dan mungkin saja anak anak akan merasa tidak adil apabila orang tua merka melakukan tindakan seperti ini. Namun, hal ini tentu saja bukan merupakan bentuk diskriminasi atau penyiksaan yang dilakukan orang tua kepada anak. Tindakan ini dilakukan orang tua semata mata untuk menjauhakan anak anak dari bahaya jajanan sekolah yang tidak sehat, sebelum mereka dapat menentukan sendiri mana makanan yang baik untuk mereka konsumsi. Seperti yang kita ketahui, anak sekolah dasar masih dikategorikan belum mampu untuk menentukan dengan pasti hal baik dan buruk. Mereka cenderung

tidak memikirkan dampak buruk yang mungkin terjadi terhadap tindakan yang mereka lakukan. Secara psikologis, seorang anak sangat membutuhkan pengawasan dari luar untuk mengontrol diriya (outer control) menuju seorang anak yang dapat mengembangkan kemampuan sendiri dalam mengontrol dirinya (inner control). Misalnya, anak kita masih harus diawasi dalam mengeluarkan uang untuk membeli jajanan. Setelah itu, ia akan mampu mengambil keputusan sendiri untuk tidak terlalu konsumtif karena menyadari secara penuh bahwa kesehatan tubuh sangatlah penting. Di lingkungan sekolah pun harus dilaksanakan tindakan yang mampu menghindari beredarnya jajanan berbahaya. Tanpa adnya pengwasan yang ketat dari para guru dan orang tua, boleh jadi sang anak tidak akan berhati hati dalam memilih kanan yang mereka konsumsi. Orang tua atau guru yang baik seharusnya terus memerhatikan apa yang dikonsumsi oleh buah hati atau anak didiknya. Pihak sekolah dapat menyediakan makanan kecil yang dibagikan kepada siswa setiap waktu istirahat tiba. Kegiatan ini dilakukan jika para pedagang masih menggunakan bahan kimia dalam jajanan setelah ada sosialisasi larangan menjajakan dagangan yang menyertakan bahan pengawet, pemanis, dan pewarna melebihi batas normal dalam komposisinya. Permasalahan ini juga tidak hanya bersangkut paut dengan kesehatan anak-anak, tetapi juga sampai pada mengakibatkan keterpurukan sektor ekonomi para pedagang yang mengais rezeki dari berjualan di lingkungan sekolah. Bagi pedagang jajanan, keberadaan sekolah merupakan tempat bermuaranya berkah atau semacam lapangan kerja yang bebas dari unsur suap-menyuap. Hanya dengan berbekal kemauan dan tekad yang kuat, tanpa pungutan liar, mereka bersemangat mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Andai saja sumber mata pencarian mereka diterjang pemboikotan, boleh jadi kemiskinan akan mendera. Oleh karena itu, arif rasanya jika pihak sekolah memerhatikan mereka dengan melakukan kerja sama yang bisa menyelamatkan kesehatan anak-anak di satu sisi dan perekonomian para pedagang dari jurang degradasi ekonomi di lain sisi yaitu dengan menjual makanan yang sehat dan tidak berbahaya jika dikonsumsi. Pertemuan berkala dengan para pedagang di sekitar sekolah, misalnya, bisa dilakukan untuk menyosialisasikan bahaya zat kimiawi bagi pertumbuhan

anak. Mereka akan menyadari bahwa perilaku mencampur aduk jajanan dengan zat kimia dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan pembeli. Sementara itu, untuk memperkuat terjaminnya kesehatan dan kebersihan jajanan, pihak sekolah dapat bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengawasi persebaran jajanan yang berbahaya. Bahkan, pihak sekolah juga bisa memeriksakan sampel jajanan kepada Badan POM dan menegur pedagang yang kedapatan menggunakan zat kimiawi dalam komposisi pembuatan produknya. Sehingga, persebaran jajanan berbahaya di sekitar sekolah bisa ditanggulangi, diminimalisasi, bahkan ditekan pada posisi teraman. Selain itu, pedagang tidak merasa dirugikan karena lapangan kerja yang sangat sulit diperoleh pada era reformasi ini, karena para pedagang tidak akan dilarang untuk berjualan di sekitar lingkungan sekolah apabila makanan yang mereka jual benar benar sehat dan terbebas dari zat kimia berbahaya yang dapat merusak kesehatan. Waspada atau berhati-hati terhadap jajanan di lingkungan sekolah merupakan usaha preventif dalam menjaga keselamatan siswa sekolah dasar dari ancaman zat berbahaya yang bisa merenggut kesehatan tubuhnya.

You might also like