You are on page 1of 8

BAB II PEMBAHASAN

1.Landasan Hukum Mengemukakan Pendapat


Pelaksanaan kemerdekaan mengemukakan pendapat di Indonesia dilandasi oleh aturan hukum yang berlaku. Beberapa peraturan perundang undangan yang mengatur tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah berikut :

A. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 dan 28 E Ayat 3


a. Pasal 28: Kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh undang undang. b. Pasal 28 E Ayat 3: Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

B. Ketetapan MPR Rl No. XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia


a. Pasal 14: Setiap orang berhak atas kebebasan menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nurani. b .Pasal 19: Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat,berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

C. UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia


a. Pasal 23 Ayat 2: Setiap orang berhak mempunyai, mengeluarkan, dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhanbangsa. b. Pasal 24 Ayat 1: Setiap orang berhak untuk berkumpul, berpendapat, dan

berserikat untuk maksud maksud damai. c.Pasal 25: Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

D. UU Rl No. 9 Tahun 1998 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat dimuka Umum
a. Pasal 2 Ayat 1: Setiap warga negara secara perorangan atau kelompok bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. b. Pasal 2 Ayat 2: Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang undang ini. c. Pasal 9 Ayat 1: Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas. d. Pasal 9 Ayat 2: Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam Ayat dilaksanakan di tempat terbuka untuk umum, kecuali: 1) Di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan objek vital nasional 2) Pada hari besar nasional. e. Pasal 9 Ayat 3: Pelaku dan peserta penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 dilarang membawa benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan umum.

2.Tujuan Unjuk Rasa


Berdasarkan UU No 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan

menyampaikan pendapat dimuka umum dan UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan unjuk rasa merupakan kegiatan yang dilakukan seorang atau lebih untuk mengeluarkan

pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa, serta bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.

3.Ketentuan Unjuk Rasa


Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1998 Bab IV mengenai bentuk bentuk dan tata cara mengemukakan pendapat dimuka umum ada beberapa pasal yang memuat ketentuan ketentuan menyampaikan pendapat dimuka umum adalah sebagai berikut :

Pasal 9
(1)Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan: a. Unjuk rasa atau demontrasi; b. Pawai; c. Rapat umum; dan atau d. Mimbar bebas. (2)Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan ditempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali: a. di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah,instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api,terminal angkutan darat, dan b. objek-objek vital nasional; c. pada hari besar nasional.

(3)Pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), dilarang membawa benda benda yang dapat membahayakan keselamatan umum.

Pasal 10
(1)Penyamapaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri. (2)Pemberitahuansecara kelompok. (3)Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-lambatnya 3x24 jam sebelum kegiatan di mulai telah diterima oleh polri setempat. (4)Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan. tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat(1),

disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin, atau penanggung jawab

Pasal 11
Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1)memuat: maksud dan tujuan; tempat,lokasi dan rute; waktu dan lama; bentuk; penanggung jawab; nama dan alamat organisasi, kelompokatau perseorangan; alat peraga yang digunakan; dan atau jumlah peserta.

Pasal 12
(1)Penanggungjawab kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, pasal 9, dan pasal 11 wajib bertanggung jawab agar kegiatan tersebut terlaksana secara aman, tertib dan aman. (2)Setiap sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau demontrasi dan pawai harus ada seorang sampai dengan lima orang penanggung jawab.

Pasal 13
(1)Setelah menerima surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 polri wajib : segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaianpendapat di muka umum;
berkoordinasi dengan pimpinan instansi/lembagayang akan menjadi tujuan

penyampaian pendapat; mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi dan rute. (2)Dalampelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum polri bertanggung jawab memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau pesrta penyampaian pendapat di muka umum. (3)Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum, polri bertanggung jawab menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4.Mengapa Polri Mengawal Unjuk Rasa


Tanpa ada pengawalan dari polri mungkin unjuk rasa tersebut tidak akan berjalan dengan aman,tentram dan terkendali (tidak anarkis), karena pengawalan porli dalam unjuk rasa juga distur dalam UU No. 9 Tahun 1998 pasal 13, yaitu:
1) bahwa polri bahwa dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka

umum polri bertanggung jawab memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum.
2) bahwa dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum, polri

bertanggung jawab menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.

5.Pendapat Penyusun Tentang Unjuk Rasa yang Anarkis


Unjuk rasa atau demonstrasi (demo) adalah sebuah

gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Tetapi tak jarang unjuk rasa diwarnai dengan hal hal yang anarkis. Padahal aksi aksi seperti itu dapat menimbulkan banyak kerugian baik material seperti bagunan bangunan yang dirusak massa sampai korban jiwa yang berjatuhan akibat aksi anarkis tersebut. Selain itu aksi aksi seperti itu juga melanggar HAM orang lain dalam hal ini hak memperoleh keamanan, dan unjuk rasa yang seperti itu tidak sesuai dengan peraturan perundang undagan yang ada.

BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN


a. Mengemukakan pendapat dimuka umum diatur dalam beberapa perundang undangan antara lain : UUD 1945 Pasal 28 dan 28 E ayat 3 Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 UU No. 39 Tahun 1999 UU RI No. 9 Tahun 1998 b. Unjuk rasa bertujuan untuk mengemukakan pendapat dimuka umum secara lisan, tulisan dan sebagainya yang memperhatikan perhatikan nilai dan ketentuan yang berlaku.
c. Unjuk rasa tidak boleh dilakukan di lingkungan istana kepresidenan, tempat

ibadah,instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api,terminal angkutan darat, dan objek-objek vital nasional, serta pada hari besar nasional. Dan sebelum unjuk rasa harus memberitahu kepeda pihak berwajib (porli) setempat selambat lambatnya 3x24 jam. d. Dalam unjuk rasa perlu dikawal porli agar hal hal yang tidak diinginkan terjadi dan pengawalan dari pihak porli juga diatur dalam perundang undagan. e. Unjuk rasa yang anarkis dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian material, serta melanggar hak memperoleh keamanan orang lain.

2. SARAN
1) Dalam melakukan unjuk rasa hindari kegiatan yang anarkis dan sebelumnya memberitahu kepada porli setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, M.S.,Dr H. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Suharno, Drs. H. Tri dkk. 2006. Kewarganegaran 1. Jakarta: Yudistira

Website www.klikbelajar.com

You might also like