You are on page 1of 17

PELANGGARAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PSAK NO.4 (KASUS PT GREAT RIVER INTERNATIONAL TBK.

PT Great River International Tbk. (GRI) didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Warda Sungkar Alurmei, SH No. 75 tanggal 22 Juli 1976 yang telah diubah dengan Akta Notaris Abdul Latief SH No. 117 tanggal 23 Nopember 1976. Akta Pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/3/5.Th.78 tanggal 15 Pebruari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 21 Tambahan No. 124 tanggal 11 Maret 1980. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Imas Fatimah, SH No. 2 tanggal 2 Desember 2003 antara lain mengenai peningkatan modal disetor dan ditempatkan melalui pembagian saham bonus. Perubahan Anggaran Dasar tersebut belum disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Kantor Pusat: Plaza Great River Lt. 18 Jl. HR. Rasuna Said Blok X 2 No. 1 Jakarta Telp. (62-21) 5262460/61 Fax. (62-21) 5262462/63 P.O.Box 4011 Jakarta 11040

Corporate Secretary: Telp. (62-21) 5262460/61 Fax. (62-21) 5262462/63

Bidang Usaha: Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, kegiatan Perusahaan antara lain meliputi industri pakaian jadi dan perdagangan.

Sejarah Singkat Perseroan 1976 - Didirikan oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto Tanudjaja dengan nama PT Great River Garments Industries, dengan karyawan 150 orang 1977/78 - Memperoleh lisensi pertama berupa pakaian pria dan pakaian dalam wanita 1987 - Berturut-turut setiap tahun memperoleh lisensi merek-merek international terkemuka 1989 - Saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya 1991 - Meraih predikat Indonesia Best Managed Company dari majalah Asiamoney 1992 - Berganti nama menjadi PT Great River Industries 1993 - Melaksanakan right issue yang pertama 1993 - Mendirikan anak perusahaan, PT Inti Fasindo Internasional untuk menangani usaha distribusi dan retail 1991 - Menjalin kerjasama dengan Tomen Co. dari Jepang mendirikan perusahaan patungan PT GT Utama Garments 1992-Menjalin kerjasama dengan Mitsui Corp.dan Itabashi Co. dari Jepang, mendirikan perusahaan patungan PT Great Iphock International, memproduksi knitwear 1992 - Menjalin kerjasama dengan Gunze Ltd. dari Jepang, mendirikan perusahaan patungan PT Gunze Indonesia, memproduksi benang jahit 1994 - Menjalin kerjasama dengan Toyobo Co.dari Jepang mendirikan perusahaan patungan PT Toyobo Knitting Indonesia, memproduksi knit, dyeing & finishing 1994 - Menjalin kerjasama dengan Gunze Ltd. dari Jepang mendirikan perusahaan patungan PT Gunze Sock Indonesia, memproduksi kaus kaki 1995 - Menjalin kerjasama dengan van Laack GmbH, dari Jerman mendirikan perusahaan patungan Great River/ van Laack International, memproduksi pakaian pria 1995 - Lisensi yang ditangani oleh Perseroan mencapai lebih dari 30 merek internasional, terdiri dari pakaian dalam, kemeja, pakaian kasual, pakaian anak-anak, household 1996 - Melaksanakan right issue yang kedua 1997 - Meraih sertifikasi ISO 9002 untuk quality management dan diperbarui tahun 1999 1997 - Meraih predikat Indonesia Best Managed Company dari majalah Asiamoney untuk kedua kali 2000 - Meraih kualifikasi Kecelakaan Kerja Nihil (Zero Accidents) dari Departemen Tenaga Kerja 1996 - Berganti nama menjadi PT Great River International 2000 - Usaha ekspor Perseroan mencapai 69% dari total nilai penjualan 2001 - Menyelesaikan restrukturisasi tahap I dengan Termsheet melalui Prakarsa Jakarta
2

2001 - Nilai penjualan ditargetkan meningkat 9,6%, dengan usaha ekspor mencapai 65% dari total penjualan Fasilitas Produksi Kompleks Great River I (Cibinong) : - Pakaian dalam wanita, pakaian pria, jeans & celana panjang, woven label Kompleks Great River II (Cikarang) : - Pakaian dalam pria, pakaian anak-anak Kompleks Great River III (Purwakarta) : - Pakaian dalam wanita

Susunan Manajemen : Dewan Komisaris : Presiden Komisaris : Kumbo Yudho Sullistyo Komisaris Independen : Ir. Soesanto Sahardjo Komisaris : Prof. DR. Charles Himawan SH, LLM Francis SH Lay, MBM Dewan Direksi : Direktur utama : Sunjoto Tanudjaja, MBA Direktur: Ir. Doddy Soepardi, Drs. Philip Juchahana, Albert Setiawan, MBA, Jim kurnia

Kelompok Usaha PT Great River International

PT Great River Van Laack Indonesia (51%)

PT Inti Fasindo Internasional (99,93%)

PT GT Utama Garments (100%)

PT Sangga Label Industri (100%)

Apparel World Sdn, Bhd (100%)

Kegiatan Korporasi 2001 : Peringatan 150 tahun Arrow, kemeja pria terpopuler di Indonesia versi majalah SWA (SWA edisi Juni 2000) Meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi dan pemasaran Meningkatkan penjualan ekspor Mencari peluang pasar baru ekspor Meningkatkan penjualan dalam negeri

Kendala-Kendala Internal : Kepastian hukum, kondisi sosial, politik, keamanan kurang kondusif Kurangnya kenyamanan dan ketenangan berusaha Kenaikan UMR, TDL, BBM secara berturut-turut berdampak pada meningkatnya biaya operasional Daya beli pasar domestik masih lemah

Kendala-Kendala Eksternal : Sistem kuota Menurunnya perekonomian dunia berpengaruh terhadap eksport Dampak pasca tragedi 911 Tariff & non-tariff barriers Proteksi dari negara industri seperti Uni Eropa (ISO, Eco-labeling, ILAC, CSM-2000) dan Amerika Serikat (WRAP)

Potensi Pertumbuhan Perusahaan : Great River merupakan perusahaan pakaian jadi terkemuka di Indonesia, meliputi produksi, distribusi dan retail Memiliki 6000 konsumen ritel dan 71 unit toko milik sendiri Tetap konsisten pada bisnis inti (core bisnis) Aliansi strategis dengan Dept Store nasional dan internasional Negara tujuan ekspor melebihi 20 negara kapasitas produksi mencapai 44 juta potong per tahun Ekspansi melalui Direct Selling dengan 67,500 Fashion Dealers Strategi operasional melalui usaha patungan
4

Ikhtisar Laporan Keuangan (dalam miliar Rupiah) 2001E Aktiva Lancar Aktiva Tetap Bersih Aktiva Lain-lain Total Aktiva Pasiva Lancar Hutang Jangka Panjang Hak Minoritas Ekuitas Total Kewajiban dan Ekuitas Penjualan Penjualan Bersih Laba Kotor Laba (Rugi) Usaha Laba Bersih 364.9 614.9 914.1 1,893.9 775.1 756.6 1.2 361.0 1893.9 707.7 685.5 126.9 (27.7) 10.3 2000A 379.7 651.9 643.1 1,674.7 788.8 531.9 1.8 352.2 1,674.7 645.7 623.1 81.0 (123.2) 5.2 1999A 390.2 469.7 394.0 1,253.9 418.9 671.0 2.2 161.8 1,253.9 494.4 476.7 123.3 (60.3) 5.1

Susunan Pemegang Saham : Berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan per 31 Desember 2003, susunan pemegang saham sebagai berikut: Jumlah Total No. Keterangan Saham Nilai (Rp) 775.000.000.000 Nominal (%)

A. B.

Modal Dasar Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh : PT Centrapermata Karya

1.550.000.000

198.360.000 44.000 90.833.828 98.842.172

99.180.000.000 22.000.000 45.416.914.000 49.421.086.000

51,1132 0,0113 23,4060 25,4695

Kumbo Yudho Yoga Soegama Masyarakat - Asing - Indonesia Jumlah C. Modal dalam Portepel

388.080.000 1.161.920.000

194.040.000.000 580.960.000.000

100.00

Pengurus dan Pengawas: Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 18 Juni 2003, susunan dewan komisaris dan direksi sebagai berikut: Komisaris Presiden Komisaris Wakil Persiden Komisaris Komisaris Direksi Presiden Direktur Direktur Djims Kurnia, Eddy Gono : Sunjoto Tanudjaj : Ir Doddy Soepandi Haroen Al Rasyid, Hasanuddin Rachman, : Kumbo Yudho Sulistyo Yoga Soegama : Kardinal Alamsyah Karim : Mari Elka Pangestu, Wolfgang Rohde, Nana Sutresna Sastradi

Ikhtisar Data Keuangan Penting (dalam jutaan rupiah) Keterangan 31 Des 2003 Aktiva lancar Aktiva lancar Total Aktiva tidak 630.025 1.122.618 597.939 987.026 894.827 1.248.281 1.288.434 1.674.716 863.735 1.253.874 492.593 31 Des 2002 389.087 31 Des 2001 353.454 31Des 2000 386.282 31 Des 1999 390.139

Kewajiban lancar Kewajiban tidak lancar Total Kewajiban Hak minoritas

280.992

331.923

1.061.222

788.816

418.872

397.313 678.305

227.485 559.408

687.866 1.749.088

531.872 1.320.688

671.043 1.089.915

(jika ada)

2.255

2.105

1.960

1.815

2.199

Saldo (defisit) Jumlah

laba Ekuitas -

(Defisiensi modal) 442.058 425.513 (502.767) 352.213 161.750

Penjualan bersih Beban Penjualan Laba (rugi) kotor Laba usaha (rugi) Pokok

509.362

423.775

646.610

623.186

476.749

310.976 198.386

276.748 147.027

535.313 111.297

542.178 81.008

353.377 123.372

Laba bersih

(rugi) 16.113 925.226 (375.561) 5.204 5.128

Kas bersih yang diperoleh (digunakan untuk) operasi aktivitas dari

Current ratio Debt to assets Debt to equity Gross margin profit

175,30% 60,42% 153,44%

117,22% 56,68% 131,47%

33,31% 140,12% (347,89%)

276,10% 78,86% 374,97%

411,80% 86,92% 673,83%

38,95%

34,69%

17,21%

13,00%

25,88%

Tahun

2008

2007 Doli,

2006 Rodi Kartamulja, Budiman & Rekan

2005 Rodi Kartamulja, Budiman & Rekan

2004 Rodi Kartamulja, Budiman & Rekan

KAP

Rama Wendra

Bambang, Sudarmadji & Dadang

Partner

Acep Kusmayadi WTP

Bambang Hartadi WTP WTP WTP WTP

Opini Alasan Non WTP

Informasi Fakta Material/ Corporate Action

TAHUN 2003 Penerbitan Obligasi Tanggal 6 Januari 2003, Anak Perusahaan (IFI) menerbitkan obligasi dengan nama Obligasi Inti Fasindo I tahun 2002 yang dicatatkan di Bursa Efek Surabaya dengan suku bunga tetap dan/atau mengambang. Penerbitan obligasi tersebut memperoleh hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dengan peringkat id BBB (stable outlook). Tanggal 7 Oktober 2003, Perusahaan menerbitkan obligasi dengan nama Obligasi Great River International I tahun 2003 yang dicatatkan di Bursa Efek Surabaya dengan suku bunga tetap. Penerbitan obligasi tersebut memperoleh hasil pemeringkatan dari PT Kasnic Credit Rating Indonesia dengan peringkat A.

TAHUN 1996 Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Pernyataan pendaftaran Perusahaan untuk menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada para pemegang saham (Penawaran Umum Terbatas II) sebanyak 129.360.000 saham dengan nilai nominal Rp 1000 per saham dengan harga penawaran Rp 1000 per saham menjadi efektif melalui Surat No. S-82/PM/1996 tanggal 29 Januari 1996 dari Ketua Bapepam.

TAHUN 1993 Penawaran Umum Terbatas Berdasarkan Surat No. S-692/PM/1993 tanggal 10 Mei 1993 dari Ketua Bapepam pernyataan pendaftaran Perusahaan menjadi efektif untuk menerbitkan 21.560.000 saham dengan nilai nominal Rp 1000 per saham dengan harga penawaran Rp 1.700 per saham melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada para Pemegang Saham (PUT I).

TAHUN 1989 Pernyataan Pendaftaran (IPO) Pernyataan pendaftaran Perusahaan untuk menawarkan 4.900.000 saham dengan nilai nominal Rp 1000 per saham dengan harga penawaran Rp 8.700 per saham kepada masyarakat telah menjadi efektif melalui Surat No. SI-054/SHM/MK.10/1989 tanggal 19 September 1989 dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

Kronologis Obligasi GRI I Tahun 2003 : Great River menerbitkan Obligasi Great River International I tahun 2003 senilai Rp. 300 Miliar pada tanggal 13 Oktober 2003 dan jatuh tempo pada 13 Oktober 2008 dengan peringkat A dari PT Kasmic Credit Rating Indonesia 22 Oktober 2004, Kasnic menurunkan peringkat obligasi GRI I tahun 2003 menjadi BBB+ Kupon bunga ke-5 jatuh tempo pada tanggal 13 Januari 2005 senilai Rp 11 Miliar, karena kesulitan keuangan, Perseroan meminta tenggang waktu hingga 27 Januari 2005 13 Januarai 2005, BEJ melakukan suspense terhadap perdagangan saham GRIV di BEJ 24 Januari 2005, Kasmic menurunkan peringkat obligasi GRI I tahun 2003 menjadi BB dengan outlook negative GRIV mendapatkantoleransi dari BES untuk melakukan pembayaran hingga 31 Januari 2005 Hingga tenggang waktu 2 Februari 2005, GRIV belum membayar kupon bunga ke-5 obligasi GRI I tahun 2003 7 Februari 2005, Kasnic menurunkan peringkat obligasi GRI I tahun 2003 menjadi D (Default) dengan outlook negative

Keadaan Perseroaan Saat Ini : Kegiatan operasional Perseroan berjalan normal, pabrik masih berproduksi Kondisi karyawan terkendali. Seluruh karyawan baik dari pabrik, kantor pusat, maupun kantor cabang, masuk seperti biasa Listrik di Gedung Plaza GRI Kantor Pusat dimatikan, sehingga kegiatan di kantor pusat terhambat Perseroan belum mampu untuk melakukan pembayaran terhadap kewajiban yang harus dibayarkan

Latar Belakang Permasalahan : Perseroan mengalami kekurangan modal kerja Tidak tercapainya target penjualan domestic karena masuknya barang berharga murah dari China dan Vietnam, sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan stok di took-toko Penjualan ekspor mengalami tekanan harga jual sehingga margin keuntungan turun, karena persaingan yang berat Biaya operasional yang tinggi dan meningkat secara signifikan setiap tahun (kenaikan UMP dan biaya TDL, telpon dan bahan bakar)
10

Secara umum, perseroan tidak cukup fleksibel menghadapi perubahan dan tantangan yang terjadi di pasar dengan tingkat persaingan yang semakin ketat

Kondisi Hutang Perseroan : Perseroan memiliki hutang obligasi senilai Rp 300 Miliar. Penggunaan dana hasil obligasi tersebut adalah : 74% untuk melunasi hutang bank jangka panjang perseroan 26% untuk pembelian aset seperti penambahan mesin jahit dan modal kerja Perseroan Perseroan memiliki total kewajiban sebesar lebih dari Rp 300 Miliar (Hutang Bank, Hutang Usaha, dan Kewajiban lainnya)

Ikhtisar Data Keuangan Penting : Laba (dalam jutaan Rupiah) Keterangan 2002 Diaudit 2003 s/d September 2004 Penjualan Bersih Laba Kotor Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha Laba (Rugi) Bersih 423.775 147.027 (144.718) 2.309 925.226 509.362 198.386 (119.919) 78.467 16.113 327.823 145.007 (70.423) 74.584 7.203 / Rugi

11

Neraca (dalam jutaan Rupiah) Keterangan 2002 2003 Diaudit s/d 2004 Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Jumlah Aktiva Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Hak Minoritas Jumlah Ekuitas 389.088 597.940 887.028 331.923 227.485 2.106 425.513 492.592 630.028 1.122.618 280.992 397.313 2.255 442.058 538.082 662.564 1.200.646 350.380 398.378 2.489 449.389 September

Rasio Keuangan Keterangan 2002 2003 s/d 2004 Rasio Pertumbuhan (%) Penjualan Laba Sebelum Pajak Penghasilan Laba bersih Rasio Usaha (%) Laba Sebelum Taksiran Pajak Penghasilan / (181,68) Pendapatan Laba Bersih / Pendapatan Laba Bersih / Aktiva Rasio Keuangan Kewajiban / Ekuitas Kewajiban / Aktiva 1,32 0,67 1,54 0,61 1,67 0,63 218,33 93,74 3,16 1,44 2,20 0,80 4,59 3,12 (34,48) 47,38 346,36 20,19 103,42 (98,28) (7,42) (52,54) (49,94) September

12

Kronologis Kasus Pelanggaran Yang Berhubungan Dengan PSAK No.4 PT Great River International merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas tinggi dan terkemuka di Indonesia. PT Great River International Didirikan oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto Tanudjaja pada tahun 1976 dengan nama PT. Great River Garments Industries. Kemudian pada tahun 1996 Berganti nama menjadi PT Great River International. Pada awalnya, PT Great River International mengalami perkembangan yang sangat pesat hal ini ditandai dengan diperolehnya beberapa kali penghargaan dari majalah Asiamoney dan berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk quality management. Namun mulai tahun 2002, PT. Great River International mulai mengalami kesulitan keuangan dengan mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga. Permohonan PKPU tersebut diajukan sehubungan dengan permohonan pailit yang diajukan oleh Citibank atas utang senilai US $10 juta yang berasal dari US $ 2 juta dari Revolving Credit Agreement pada 16 Februari 1994 dan US $ 8 juta dari Revolving Credit Agreement-Domestic Trade Payable Onshore tanggal 16 November 1995.. PT Great River International memperkirakan jumlah kewajibannya yang telah dan akan jatuh tempo, di luar utangnya kepada Citibank, adalah sebesar US $179.291.292. Sedangkan total aset yang dimiliki diperkirakan sebesar Rp1.674.716.315.355. Perusahaan garmen PT Great River International Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 1,023 trilyun per September 2002, melonjak dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih membukukan rugi bersih Rp 11,298 milyar. Demikian dikemukakan Dirut Great River Sunjoto Tanudjaja dalam laporan keuangan kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Lonjakan laba bersih itu lebih disebabkan adanya pendapatan pos luar biasa dari hasil restrukturisasi utang sebesar Rp 1,277 trilyun. Dari total utang sebesar 172,5 juta dollar AS, Great River memperoleh potongan utang (hair cut) sebesar 85 persen atau untuk setiap dollar utangnya, perseroan hanya membayar 15 sen. Oleh karena itu, pos-pos yang tadinya untuk membayar utang, karena ada koreksi pembukuan, berubah menjadi keuntungan. Secara langsung, pendapatan dari pos luar biasa tersebut tidak mempengaruhi aliran dana tunai (cash flow) perusahaan, tetapi mengubah struktur keuangan perseroan menjadi positif. Sebagaimana dialami berbagai emiten lainnya, perusahaan garmen ini mengalami kesulitan keuangan semenjak krisis ekonomi tahun 1998. Melonjaknya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah membuat nilai utang perseroan melejit ke atas. Proses restrukturisasi yang sudah dirintis manajemen selama 4 tahun, sejak tahun 1998 tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan penandatanganan scheme buy back (skema pembelian kembali) utang pada bulan Agustus 2002. Pada tahun 2005, salah satu pemegang saham PT. Great River International
13

Tbk mengajukan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk menindaklanjuti hasil audit investigasi Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf dan Mawar. Dalam RUPLSB tersebut, akan dimintakan persetujuan pelaksanaan kuasi reorganisasi terhadap hasil audit investigasi terhadap perseroan yang dilakukan oleh KAP Amir Abadi Jusuf & Mawar pada November 2005. Selain itu, RUPLSB juga akan meminta persetujuan soal restrukturisasi seluruh utang perseroan yakni mengkonversi sebagian atau seluruh utang menjadi saham perseroan. Termasuk pula persetujuan soal penambahan modal sehubungan dengan konversi sebagian atau seluruh utang perseroan menjadi saham perseroan. Akuntan publik Justinus Aditya Sidharta diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003. Dalam konteks skandal keuangan di atas, muncullah pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan maka yang menjadi inti permasalahannya adalah kompetensi atau keahlian auditor tersebut. Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, seperti yang terungkap juga pada skandal yang menimpa Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt Disney (Sunarsip 2002 dalam Christiawan 2003:83) maka inti permasalahannya adalah independensi auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.
14

Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Namun sesuai dengan tanggungjawabnya untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan, maka akuntan publik tidak hanya perlu memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam mengaudit. Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa-apa. Masyarakat tidak percaya akan hasil audit dari auditor sehingga masyarakat tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan kata lain, keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Supriyono, 1988). Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor . Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian ia tidak dibenarkan untuk memihak. Auditor harus melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan audited. Bapepam menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan konsolidasi Great River. Tak tertutup kemungkinan, Akuntan Publik yang menyajikan laporan keuangan Great River itu ikut menjadi tersangka. Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International Tbk (Great River) tahun 2003. Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi (pernyataan pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review, audit kerja dan audit khusus. Dia juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik (KAP). Namun yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 tanggal 15 Juni 2006 yang membekukan Justinus dari
15

keanggotaan Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2006 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 yang menyatakan bahwa AP dikenakan sanksi pembekuan izin apabila AP yang bersangkutan mendapat sanksi pembekuan keanggotaan dari IAI dan atau IAI-KAP. Menurut Fuad Rahmany, Ketua Bapepam-LK, pihaknya sedang melakukan penyidikan terhadap AP yang memeriksa laporan keuangan Great River. Kalau ditemukan unsur pidana dalam penyidikan itu, maka AP tersebut bisa dijadikan sebagai tersangka. Kita sedang proses penyidikan terhadap AP yang bersangkutan. Kalau memang nanti ditemukan ada unsur pidana, maka dia akan kita laporkan juga Kejaksaan, ujar Fuad. Seperti diketahui, sejak Agustus lalu, Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan Great River tahun buku 2003. Fuad menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan Great River. Sayangnya, dia tidak bersedia menjelaskan secara detail praktek konspirasi dalam penyajian laporan keuangan emiten berkode saham GRIV itu. Fuad juga menjelaskan tugas akuntan adalah hanya memberikan opini atas laporan perusahaan. Akuntan, menurutnya, tidak boleh melakukan segala macam rekayasa dalam tugasnya. Dia bisa dikenakan sanksi berat untuk rekayasa itu, katanya untuk menghindari sanksi pajak.Menanggapi tudingan itu, Kantor akuntan publik Johan Malonda & Rekan membantah telah melakukan konspirasi dalam mengaudit laporan keuangan tahunan Great River. Deputy Managing Director Johan Malonda, Justinus A. Sidharta, menyatakan, selama mengaudit buku Great River, pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan account penjualan atau

penyimpangan dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. Kami mengaudit berdasarkan data yang diberikan klien, kata Justinus. Menurut Justinus, Great River banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan. Justinus menyatakan model pencatatan seperti itu bertujuan menghindari dugaan dumping dan sanksi perpajakan. Sebab, katanya, saldo laba bersih tak berbeda dengan yang diterima perusahaan. Dia menduga hal itulah yang menjadi pemicu dugaan adanya penggelembungan nilai penjualan.
16

Sehingga

diinterpretasikan

sebagai

menyembunyikan informasi secara sengaja. Johan Malonda & Rekan mulai menjadi

auditor Great River sejak 2001. Saat itu perusahaan masih kesulitan membayar utang US$ 150 Juta kepada Deutsche Bank. Pada 2002, Great River mendapat potongan pokok utang 85 persen dan sisa utang dibayar menggunakan pinjaman dari Bank Danamon. Setahun kemudian Great River menerbitkan obligasi Rp 300 miliar untuk membayar pinjaman tersebut. Kami hanya tahu kondisi perusahaan pada rentang 2001-2003, kata Justinus. Sebelumnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah melimpahkan kasus penyajian laporan keuangan konsolidasi Great River ke Kejaksaan Agung pada tanggal 20 Desember 2006. Dalam laporan tersebut, empat anggota direksi perusahaan tekstil itu ditetapkan menjadi tersangka, termasuk pemiliknya, Sunjoto Tanudjaja. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar, yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang, dan aset hingga ratusan miliar rupiah di Great River. Akibatnya, Great River mengalami kesulitan arus kas dan gagal membayar utang. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terdapat indikasi penipuan dalam penyajian laporan keuangan. Pasalnya, Bapepam menemukan kelebihan pencatatan atau

overstatement penyajian account penjualan dan piutang dalam laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva tetap dan penggunaan dana hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian. Akibatnya, Great River kesulitan arus kas. Perusahaan tidak mampu membayar utang Rp 250 miliar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp 400 miliar.

17

You might also like