Professional Documents
Culture Documents
amin merupakan salah satu jenis yang sampai sekarang belum ditemukan cara membudidayakannya serta jenis yang digemari untuk dieksploitasi oleh kegiatan produksi komersial. Sebuah kegiatan inventarisasi diperlukan dalam rangka menduga volume tegakan yang masih tersisa di hutan alam. Data tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan berapa tahun lagi spesies ini akan punah jika pengeksploitasian Ramin tidak dihentikan. Selain eksploitasi secara komersial, faktor penyebab lain yang mempengaruhi percepatan kepunahan pohon jenis Ramin seperti konversi lahan dan fragmentasi habitat. Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah proses regenerasi alam jenis Ramin adalah mulai memikirkan suatu teknik pembinaan dan pemeliharaan. Saat ini yang perlu dilakukan adalah menjaga hutan rawa gambut sebagai habitat terbesar jenis Ramin serta melakukan
permudaan alam pohon Ramin dengan cara melaksanakan ketentuan-ketentuan tentang Pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia secara Lestari secara benar. Di Indonesia ketentuan untuk memelihara kelestarian produksi kayu Ramin telah dituangkan secara terperinci dalam ketentuan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dan Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, No. 151/KPTS/IV-BPHH/ 1993 ditetapkan sebagai Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Produksi Alam Indonesia secara Lestari. Untuk menjamin produksi yang berkelanjutan bagi rotasi berikutnya, sistem ini paling tidak membutuhkan 25 tegakan pohon tinggal yang memiliki diameter lebih dari 35 cm. Dengan asumsi tingkat pertumbuhan diamater rata-rata adalah 1 (satu) cm per tahun dan daur tumbuh 35 tahun maka sistem ini akan menyediakan sekitar 25 tegakan pohon yang memiliki diameter 70 cm.
Inventarisasi Ramin di areal PT. Diamond Raya Timber
FWI.
Inventarisasi Ramin
DAS Sebangau
Ko n d i s i h u t a n d i s e p a n j a n g S u n g a i Sebangau sangat rusak. Kanal penebang kayu ilegal telah mencapai 12 Km yang masuk ke dalam hutan dengan lebar kanal 2 meter dengan kedalaman 1,5 meter sampai 2 meter. Penebang liar yang dimodali oleh para cukong kayu membagi kegiatan menjadi 2 tim: satu tim khusus membuat kanal sedangkan satu tim lagi khusus menebang kayu. Beberapa jenis kayu yang ditebang secara ilegal adalah: Agathis (Agathis borneensis), Ketiau/Nyatoh (Palaquium walsurifolium PIERRE), Meranti (Shorea spp.), Keruing (Dipterocarpus lowii Hook.F.), Ramin (Gonystylus bancanus), Mentibu (Dactylocladus stenostachys Oliv), Jinjit/ Bintangur (Calophyllum spp.), Terentang (Campnosperma auriculata Hook.F), Mahang (Macaranga pruinosa MUELL.ARG.). Pohon jenis Ramin bukanlah jenis yang dominan di DAS Sebangau. Dengan menggunakan analisa vegetasi tingkat pohon maka dihasilkan bahwa populasi Ramin memiliki rata - rata dua pohon setiap petak coba dan mempunyai volume rata-rata 2,10 meter kubik per hektar. Di kawasan DAS Sebangau ada sekitar 50 - 60 perusahaan sawmill yang kegiatannya berhenti dan sekitar 20 perusahaan yang masih aktif,
dengan produktivitas penggergajian 45 - 60 meter kubik per hari (85 % kayu Meranti campuran (MC) dan 15 % kayu Ramin). Ratarata sawmill memiliki 3 sampai 5 bandsaw dengan produktivitas setiap bandsaw 15 20 meter kubik tergantung jumlah pasokan kayu ke sawmill tersebut.
Anakan Ramin
Tabel 2. Estimasi Volume Kayu yang Diolah secara Ilegal di DAS Sebangau Tahun 2002.
U ra ia n
a. 20 Saw mi ll /hari b. Re kap. 20 saw mi ll/bulan (6 Hari Ke rja/mi nggu) c. Re kap. Stock cadangan (20 saw mi ll/bulan) To ta l 20 sa w mi ll/Bula n
Rendemen
50% 50%
Ka yu g erg a jia n (m 3 )
600 14.400
6.000 34.800
50% 50%
3.000 17.400
To ta l 20 sa w mi ll/Ta hun
417.600
50%
208.800
354,960 62,640
177,480 31,320
FWI.
Inventarisasi dan Populasi Ramin Boks 1 : Masalah Pembudidayaan Jenis Ramin. Penanaman Ramin di bekas pembalakan masih banyak mengalami kendala. Persentase hidup tertinggi penanaman di bekas pembalakan hanya mencapai 53.21%, tinggi rata-rata 12,28 cm, diameter 2 cm setelah berumur 3 tahun. Pertumbuhan anakan Ramin ternyata sangat lambat. Ramin dapat ditanam dengan sistem jalur lebar 2 meter dengan arah utara-selatan atau timur-barat. Penelitian riap diameter dari beberapa kelas diameter pada tegakan Ramin yang sisa perlu dilakukan. Hal tersebut akan memberikan sumbangan yang besar dalam mengelola hutan Ramin. Di samping itu dalam mengelola hutan Ramin masih terdapat permasalahan lain, yaitu : (1) viabilitas benih, sumber benih dan tegakan benih; (2) teknik persemaian dan penanaman buatan; serta (3) teknik perkayaan dan teknik pemeliharaan tanaman. Pada umumnya pohon Ramin tidak berbuah tiap tahunnya, dan akan berbuah setelah mencapai diameter 35 cm ke atas. Daya kecambah benih Ramin akan menurun hingga 50% setelah disimpan 2 - 3 minggu. Untuk pembibitan sebaiknya berasal dari tegakan benih yang berdiameter pohon 35 - 55 cm.
Sumber : Warta Konservasi Lahan Basah Vol. 2, 1993.
Inventarisasi dan Populasi Ramin Areal HPH PT. DRT merupakan salah satu habitat Ramin yang paling potensial di Pulau Sumatera untuk dikembangkan ke arah konservasi karena luasan dan kelimpahan serta habitatnya yang khas. Namun ancaman illegal Logging dan eksploitasi k o m e r s i a l d a r i P T. D RT s e n d i r i t e l a h mempercepat laju kepunahan spesies Ramin ini. Kelimpahan tingkat pohon untuk jenis Ramin pada areal sebelum ditebang cukup dominan yaitu rata-rata 12 individu per hektar atau dengan persentase 23,50 % dari seluruh tegakan tingkat pohon. Apabila dibandingkan kelimpahan tingkat pohon di areal PT. DRT dengan kelimpahan di areal bekas PT. DRT maka dapat dikatakan telah mengalami degradasi jumlah kayu Ramin sebesar 94,05 % per hektar. Jenis yang pohon yang dieksploitasi pada HPH PT. DRT sesuai dengan hasil LHC meliputi: Meranti Rawa (Shorea spp.), Durian Burung (Durio carinatus MAST), Geronggang (Cratoxylon arborescens BL.), Suntai (Palaquium burckii H.J. LAM), Bintangur (Callophyllum spp.), Ramin ( G o n y s t y l u s b a n c a n u s ) , Pi s a n g - p i s a n g (Premna Tomentosa WILLD.), Terentang (Campnosperma auriculata Hook.F.), Punak ( Te t r a m e r i s t a g l a b r a M I Q . ) , S e r a p a t (Urceola brachysepala Hook.F.), Jangkang (Sterculia foetida LINN.), Kelat (Eugenia spp.), Kedang (Fraxinus griffithii CLARKE), Pa s a k L i n g g a u ( B a c c a u r e a j a v a n i c a MUELL.ARG.), Tenggayun (Parartocarpus triandra J.J.SM).
Tabel 3. Data Potensi Tingkat Pohon (Diameter > 20 cm) dan Jenis Ancaman Pada Beberapa Lokasi Studi di Kalimantan dan Riau Tahun 2002.
No 1 2 3 4 5 6 L o ka si LAHG C i mtro p TN. Tanjung Puti ng E ks HPH PT. DRT HPH PT. D RT S M. Danau P. Be sar d an Danau Baw ah Inh utani III (E ks PT. S umb er Aman Raya ) Pro pinsi Kalte ng Kalte ng Ri au Ri au Ri au Kalte ng L ua s (Ha ) 50.000 415.040 24.044 90.956 25.000 100.000 Indi v i du per Ha 2 17 < 1 12 3 5 Vo lume (m 3 )/Ha A nc a m a n Terha da p Ra m in
2,10 Pene bangan Li ar 38,95 Pene bangan Li ar 1,55 Perke bunan 21,52 Pene bangan i tasi Li ar, E ksplo 6,50 Fragmentasi Hutan 7,74 Pene bangan i tasi Li ar, E ksplo
10
Populasi Ramin
erdasarkan data Departemen Kehutanan tahun 1980, luas hutan rawa primer di Kalimantan Tengah mencapai 453.000 hektar. Dalam jangka waktu dua dasawarsa, luas degradasi hutan rawa primer di Kalimantan Te n g a h t e l a h m e n c a p a i 2 2 4 . 4 7 2 h a . Terfragmentasinya sebaran Ramin sedikit banyak akan mempengaruhi kelangsungan hidup spesies ini. Di samping variabel tersebut sebaran Ramin juga dipengaruhi oleh faktor dominansi tumbuhan lain di habitatnya, hidup mengelompok serta penebangan komersial. Eksploitasi Ramin dari hutan rawa gambut sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 2000 lebih kurang 8,72 juta m 3.(1) Kegiatan eksploitasi ini mencapai Bila rekapitulasi luasan land cover hutan puncaknya pada tahun 1976 mencapai 1,27 r a w a K a l i m a n t a n Te n g a h d i b a n d i n g k a n juta m3 tanpa diikuti dengan tindakan dengan estimasi volume total kayunya, maka pembudidayaan dan pembinaan untuk dapat dihitung potensi rata-rata jenis Ramin melestarikan jenis Ramin. p e r h e k t a r d i K a l i m a n t a n Te n g a h y a i t u s e b e s a r 7 , 4 2 m 3/ H a ( > 2 0 c m ) a t a u Environmental Investigation Agency diperkirakan 3 - 4 pohon per Ha. Apabila (1998) melaporkan bahwa antara tahun 1980 dibandingkan dengan data potensi Ramin di sampai dengan 1987, lebih dari 7,6 juta m 3 Kalimantan Tengah yang dikeluarkan Dirjen kayu Ramin telah ditebang dari kawasan Kehutanan tahun 1983 yang mencapai 76,11 hutan konsesi di Indonesia, dan jumlah ini m 3 /Ha ( > 35 cm), potensi Ramin sekarang di bawah jumlah penebangan jenis Meranti. telah mengalami penurunan potensi tegakan Produksi kayu Ramin mengalami penurunan yang sangat tajam atau mengarah pada selama dekade 90-an karena ketersediaan kepunahan spesies Ramin. kayu Ramin berkurang dan hingga tahun 1997, produksi kayu Ramin telah mencapai penurunan sampai 489 m 3 .
Hasil estimasi volume tegakan Ramin (standing stock) di Propinsi Kalimantan Tengah diperoleh bahwa volume tegakan kayu Ramin di hutan rawa primer adalah sekitar 8,90 juta m 3 dan di hutan rawa sekunder sebesar 14,21 juta m 3 (lihat tabel 4). Kurang lebih 1,9 juta m 3 (8,02%) dari total volume 23,11 juta m 3 tegakan kayu Ramin berada di Taman Nasional Tanjung Puting serta selebihnya berada pada areal konsesi HPH dan kawasan hutan rawa gambut lainnya. Bila diasumsikan bahwa kawasan konservasi yang merupakan habitat terakhir jenis Ramin, artinya ada 91,98% atau sekitar 21,26 juta m 3 volume tegakan kayu Ramin yang terancam oleh eksploitasi komersial, illegal logging, dan konversi hutan rawa gambut menjadi areal lain.
Boks 2 : Musnahnya Sebuah Perjuangan Sebuah kawasan konservasi dengan nama Hutan Lindung Ramin berada di desa Kempas Jaya, Kecamatan Tempuiling Kabupaten Indragiri Hilir, dengan memiliki luas sekitar 1.600 hektar. Kondisi hutan lindung tersebut sangat memprihatinkan dan bisa dikatakan telah hilang. Kawasan hutan lindung tersebut merupakan hasil perjuangan dari Bapak Djalal Abidin sejak tahun 70-an untuk dijadikan kawasan konservasi. Dan baru ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hutan Lindung Ramin pada tahun 1987. Namun arus penjarahan tahun 1998 telah menghancurkan semua pekerjaan yang telah dirintis oleh Bapak Djalal Abidin selama puluhan tahun. Masyarakat transmigran sekitar kawasan hutan tersebut telah melakukan penyerobotan lahan untuk d i j a d i k a n l a h a n p e r k e b u n a n k e l a p a . D i n a s Ke h u t a n a n Tembilahan pun tidak mau tahu dengan kondisi ini. Bapak Djalal Abidin sangat terpukul dengan peristiwa ini dan jatuh sakit sampai kini.
Sumber : Wawancara Tim Studi FWI, 2002.
11
Inventarisasi dan Populasi Ramin Tabel 4: Estimasi Volume Tegakan Ramin (Standing Stock) > 20 cm di Propinsi Kalimantan Tengah dan Propinsi Riau
Vo lum e/H a Ti pe H uta n Pr o pi nsi ( m 3) Kalte ng Huta n R a w a Pr im er Ri au Kalte ng H uta n R a w a Sek under Ri au 4,02 1.335. 424 5. 375. 082
Sumber : Inventarisasi Tim Studi FWI 2002 dan Olahan Laporan Hasil Cruising, Data Penutupan Lahan Dephut, 2000; Reinterprestasi FWI, 2002.
Untuk kawasan hutan rawa di Propinsi Riau, estimasi volume tegakan kayu Ramin sekitar 8,18 juta m 3. Habitat tegakan Ramin yang keberlangsungan hidupnya relatif aman hanyalah sekitar 0,08 juta m 3 atau 1,04 %, yaitu yang populasinya berada di kawasan konservasi seperti suaka margasatwa. Selebihnya atau sekitar 8,09 juta m 3 berada di areal konsesi hutan produksi yang berarti akan menghadapi ancaman untuk diekspoitasi secara komersial. Dengan menggunakan asumsi bahwa pola penyebaran satu spesies adalah sama pada habitat dan ekosistem yang sama maka dapat diperkirakan potensi Ramin di Kalimantan Barat dengan mengambil lokasi TN. Danau Sentarum dan TN. Gunung Palung sebagai habitat Ramin. Estimasi volume tegakan Ramin di TN. Danau Sentarum sekitar 1,42 juta m 3 dan untuk TN. Gunung Palung sekitar 0,51 juta m 3 .(Tabel 5).
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa beberapa taman nasional merupakan pertahanan terakhir untuk kelangsungan hidup jenis Ramin. Di Pulau Sumatra misalnya, hanya di Taman Nasional Berbak dan beberapa suaka margasatwa yang memiliki ekosistem rawa gambut daengan kondisi relatif lebih baik dan aman dibandingkan dengan eksosistem lain di seluruh ekosistem rawa gambut di Sumatera. Di Taman Nasional Berbak untuk strata pohon, Ramin merupakan jenis dominan di bawah Durian Burung (Durio carinatus MAST) dan Jelutung (Dyera costulata) sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Tidak kurang dari 1,42 juta m 3 dalam bentuk tegakan Ramin harus dilindungi keberadaannya. Selain Ramin, Jelutung juga dilindungi oleh Undang-Undang sesuai dengan SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972.
Tabel 5: Estimasi Volume Tegakan Ramin( > 20 cm) pada Beberapa Taman Nasional
Estima si Vo lume Tama n Nasio na l Pro pinsi (m3) 1 TN. Ta njung Puting 2 Kalteng 3 1.852.746 1.421.856 505.356 1.418.253 Primer (Ha ) 4 18.562 32.279 3.074 59.313 Sekunder (Ha ) 5 229.619 33.453 78.382 35.239 Primer + Sekunder (Ha ) 6 248.181 65.732 81.456 94.552 Luas Huta n Raw a Gambut To ta l Lua s Hutan Raw a Ga mbut
TN. Da nau Senta rum Kalbar TN. Gunung Palung TN. Berbak Kalbar Ja mbi
Sumber : Inventarisasi Tim Studi FWI 2002 dan Olahan LHC, Data Penutupan Lahan Dephut (Reinterpretasi FWI), 2000.
12
Inventarisasi dan Populasi Ramin Di Kalimantan Barat ekosistem yang menyerupai Taman Nasional Tanjung Puting terdapat di Taman Nasional Gunung Palung yang memiliki keanekaragaman hayati yang tergolong tinggi dari hutan dataran rendah sampai dengan hutan pegunungan. Ekosistem hutan dataran rendah terbagi dalam beberapa ekosistem dari hutan mangrove sampai hutan dataran rendah kering. Sedangkan hutan rawa gambut berada di antara ekosistem Nipah (Nypa fruticans) dan hutan rawa air tawar. Khusus hutan rawa gambut di TN. Gunung Palung didominasi jenis-jenis seperti: Pulai (Alstonia scholaris), Jelutung (Dyera lowii), Ramin (Gonystylus bancanus), Agathis (Agathis borneensis), Rengas Burung (Melanorrhoea wallichii), Bintangur (Calophyllum spp.), dan Pisang-Pisang (Mezzettia parvifolia) serta Meranti Rawa (Shorea spp.). Kawasan ekosistem hutan sub pegunungan sampai hutan pegunungan di dominansi oleh Dacridium sp. Dominansi family Dipterocarpaceae berada pada zonasi hutan dataran rendah kering. Jenis-jenis yang mendominasi misalnya: Ke r u i n g (Dipterocarpus spp.), Kapur (Dryobalanops aromatica), Merawan (Hopea sp.) dan Resak (Vatica spp.). Sedangkan jenis lain yang terdapat di zonasi ini adalah Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Gaharu (Aquilaria malacensis). TN. Danau Sentarum merupakan satu taman nasional baru, yang status sebelumnya adalah suaka margasatwa. Hampir 50% kawasan TN. Danau Sentarum merupakan hutan jenis rawa gambut. Ramin (Gonystylus bancanus), Re n g a s (melanorrhoea wallichii), dan Bintangur (Calophyllum spp.) merupakan jenis yang dominan di ekosistem rawa gambut di TN. Danau Sentarum. Kawasan hutan perbukitan didominasi family Dipterocarpaceae, seperti Kapur (Dryobalanops aromatica) dan Resak (Vatica spp.).
...Tak bisa dipungkiri lagi bahwa beberapa taman nasional merupakan pertahanan terakhir untuk kelangsungan hidup jenis Ramin...
Gambar 1. Peta Lokasi Ramin di Beberapa Kawasan Konservasi di Kalimantan dan Sumatera
TN. D. Sentarum
FWI.
PROV. JAMBI
13