You are on page 1of 16

LAPORAN

PRAKTEK RANGKAIAN R-L-C SERI


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknik Pengukuran dan Instrumentasi II yang di bimbing oleh Bapak Harun

Oleh : M. Adibul Umam NIM. 1031120079

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG


MALANG 2011

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada tahun 1885, awal mula listrik arus bolak-balik (AC= Alternating Current) di patenkan oleh George Westinghouse. Listrik AC dibuat dari generator AC, dan dapat di salurkan ke tempat yang jauh dengan lebih murah dan mudah. Karena kemudahan ini lah selanjutnya orang lebih suka menggunakan listrik AC. Sebagian besar penyaluran jarak jauh daya tegangan tinggi sekarang menggunakan arus bolak-balik. Arus bolak-balik memiliki keunggulan utama dalam hal energi yang dapat disalurkan dalam jarak jauh pada tegangan yang tinggi dan arus rendah untuk menghindari kerugian energi dalam bentuk kalor Joule. Arus tegangan yang tinggi ini kemudian dapat diubah, hampir tanpa kehilangan energi, ke tegangan yang lebih rendah atau lebih aman dan bersesuaian dengan ini ke arus yang lebih tinggi untuk penggunaan sehari-hari. Transformator yang melakukan perubahan tegangan dan arus, ini bekerja berdasarkan induksi magnetik. Banyak energi listrik yang digunakan sekarang dihasilkan oleh generator listrik dalam bentuk arus bolak-balik. Piranti seperti radio, televisi, dan kulkas, mesin cuci, dll. Walaupun generator AC didesain untuk membangkitkan ggl sinusoidal, arus dalam induktor, kapasitor, atau tahanan juga sinusoidal, sekalipun tidak sefase dengan ggl generator. Apabila ggl dan arus kedua sinusoidal nilai-nilai maksimumnya dapat dengan mudah dihubungkan. Pelajaran tentang arus sinusoidal ini penting karena arus yang tidak sinusoidal pun dapat dianalisis dalam bentuk komponen sinusoidal dengan menggunakan analisis Fourier.

2. RUANG LINGKUP
Praktikum ini mengenai rangkaian arus bolak-balik dan searah, dimana ruang lingkupnya meliputi pengukuran nilai tegangan pada rangkaian seri resistor, induktor (balast), dan kapasitor, arus pada beban RLC serta frekuensinya, pengamatan gelombang (untuk mengetahui V dan I) pada osiloskop jika rangkaian diberikan tegangan sumber.

3. Tujuan
Diharapkan para mahasiswa mengetahui : 1. Bagaimana cara pembacaan osiloskop. 2. Bagaimana cara mengetahui tegangan maksimum ( V max ) yang ditunjukkan oleh osiloskop. 3. Bagaimana cara mendapatkan tegangan efektif ( V eff ) dari yang diketahui ( V max). 4. Bagaimana cara mengetahui frekuensi. 5. Bentuk gelombang beban resistif, induktif, dan kapastif. 6. Bentuk gelombang hamonisa. 7. Bentuk gelombang beda fasa serta perhitungan sudut beda fasa.

4. ALAT UKUR ARUS BOLAK-BALIK


a. Osiloskop Untuk mengamati langsung bentuk grafik arus dan tegangan bolak-balik kita gunakan sebuah osiloskop seperti tampak pada gambar 1.

Gambar 1a. Osiloskop

Gambar 1b. Osiloskop Digital

Dari gambar sinusoidal yang terlihat pada layar osiloskop, dapat ditentukan nilai maksimum dan nilai puncak ke puncak dari arus dan tegangan bolak-balik. Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran. Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah: Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan). Disamping untuk keamanan hal ini juga untuk mengurangi noise dari frekuensi radio atau jala jala. Memastikan probe dalam keadaan baik.

Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di


osiloskop. Tombol-tombol yang terdapat di panel osiloskop antara lain : Focus Intensity Volt/div Time/div Position AC/DC : Digunakan untuk mengatur fokus. : Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar. : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar. : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar. : Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol). : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan. Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar. : Memilih saluran/kanal yang digunakan.

Trace rotation : Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar.

Channel

PERCOBAAN OSILOSKOP I
1. Teori Veff = Vrms =

= 0,707 x Vmax

2. Alat dan Bahan


1. Osiloskop 2. Probe 3. Trafo 4. Baterai 9V 5. Resistor 10K, 1K, 120 6. Kabel

3. Langkah langkah
Langkah langkah percobaan AC : 1. Mengkalibrasikan osiloskop tersebut dengan cara menempelkan ujung kabel probe pada CAL 1X 2. Mengatur referensi dengan cara memutar tombol posisi 3. Rangkailah sesuai perintah 4. Ukurlah beberapa tegangan yang muncul pada layar Langkah langkah percobaan DC 1. Mengatur referensi pada bawah layar dengan mengarahkan pada ground 2. Rangkailah sesuai perintah 3. Ukurlah beberapa tegangan yang muncul pada layar

4. Data Percobaan
a. Tabel percobaan tegangan AC Beban R = 10K R = 1K R = 120 Vmax (V) 9 9 9 Veff (V) 6,36 6,36 6,36 I (mA) 0,636 6,36 53 T (ms) 20 20 20 f (Hz) 50 50 50

b. Tabel percobaan tegangan DC Beban R = 10K R = 1K R = 120 Vdc 9,6 9,6 9,6 9,6 I (mA) 0 0,96 9,4 71,6

PERCOBAAN OSILOSKOP II
1. Teori
Osiloskop adalah alat untuk melihat gelombang AC (sinusoidal), DC, dan berbagai bentuk gelombang yang ditemukan dalam rangkaian yang dibuat, mengetahui besar tegangan, mengetahui frekuensi, dan lain lain. Namun ada perhitungan tertentu untuk mengetahui besaran besaran tersebut, yaitu : Untuk mendapatkan V eff V max (volt) = jumlah kotak vertikal x V/div V eff (volt) =

(rumus 1)

Untuk mendapatkan frekuensi T (ms) = jumlah kotak horizontal x Time/div f (Hz) = (rumus 2)

Untuk mengetahui beda fasa Beda fasa () = (rumus 3) a. Gambar rangkaian untuk percobaan masing masing beban (dalam hal ini C).

360

Gambar 2. Rangkaian percobaan tiap beban

b. Gambar rangkaian untuk percobaan kelompok.

Gambar 3. Rangkaian percobaan kelompok (2 chanel)

2. Alat dan Bahan


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Osiloskop Kabel probe Transformator daya 220/9 volt Dekade kapasitor Resistor (100 , 120 , 150 ) Balast (1 Henry) Kabel (banana & jepit) Protoboard Alat dan Bahan Jumlah (buah) 1 2 1 1 @1 1 @5 1

3. Langkah Percobaan Tentukan besaran beban resistif dan kapasitif nya (balast 1 H). Buat konsep rangkaian serta perhitungan V eff dan arus. Laksanakan praktek jika konsep telah disetujui dosen. Ambil alat dan bahan sesuai konsep.

Rangkai bahan bahan tersebut sesuai gambar 2. Perhatikan gelombang pada masing masing beban. Catat dan hitung V eff, frekuensi, dll. Setelah rangkaian 1 telah di praktekkan dengan percobaan 3 kali (R-C
berbeda).

Rangkai bahan sesuai gambar 3. Perhatikan gelombang pada masing masing percobaan. Gambar gelombangnya. Kemudian catat dan hitung beda fasa nya. Setelah semua di praktekkan dan di catat, kembalikan alat dan bahan. Buat laporan. 4. Hasil Praktek
I. Percobaan pada setiap beban a. Pada Percobaan 1 Probe dihubungkan pada R : Menggunakan rumus 1, V eff = Probe dihubungkan pada L : Menggunakan rumus 1, V eff = Probe dihubungkan pada C : Menggunakan rumus 1, V eff = Frekuensi pada percobaan 1: Menggunakan rumus 2, f = = 50 Hz

= 1,16 volt

= 3,89 volt

= 9,89 volt

b. Pada Percobaan 2 Probe dihubungkan pada R : Menggunakan rumus 1, V eff = Probe dihubungkan pada L : Menggunakan rumus 1, V eff = Probe dihubungkan pada C : Menggunakan rumus 1, V eff = Frekuensi pada percobaan 1: Menggunakan rumus 2, f = = 51,55 Hz

= 0,59 volt

= 3,89 volt

= 7,24 volt

c. Pada Percobaan 3 Probe dihubungkan pada R : Menggunakan rumus 1, V eff = Probe dihubungkan pada L : Menggunakan rumus 1, V eff = Probe dihubungkan pada C : Menggunakan rumus 1, V eff = Frekuensi pada percobaan 1: Menggunakan rumus 2, f = = 51,28 Hz

= 3,5 volt

= 3,89 volt

= 11,4 volt

II. Percobaan kelompok (2 channel) untuk mengetahui beda fasa. a. Pada Percobaan 1

Menghitung beda fasa menggunakan rumus 3 : Beda fasa =

x 360 = 72

b. Pada Percobaan 2

Menghitung beda fasa menggunakan rumus 3 : Beda fasa =

x 360 = 81

c. Pada Percobaan 3

Menghitung beda fasa menggunakan rumus 3 : Beda fasa =

x 360 = 27

5. Perbandingan Hasil Praktek Dengan Perhitungan


a. Hasil Praktek No.
1.

Beban
L = 1H R =100 C = 4F

VS (V)
9

VR (V)
1,16

VL (V)
3,89

VC (V)
9,89

I (mA)
3,36

2.

L = 1H R = 120 C = 2F

0,59

3,89

7,24

9,46

3.

L =1H R =150 C =7F

3,5

3,89

11,54

60,6

b. Hasil Perhitungan
No. 1. Beban L = 1H R =100 C = 4F 2. L = 1H R = 120 C = 2F 3. L =1H R =150 C =7F 9 6,45 -46,1 13,3 48,46 19,53-133,1 43-43,1 43,14 205,56 9 0,84 84,8 8,14-9,365 2,198174,6 784,64 -84,37 1283,9 VS (V) 9 VR (V) 1,8 78,28 VL (V) 6,58 11,72 VC (V) 14,311168,6 I (mA) 18-78,3 () -78,28 Z () 492,44

6. Analisa a. Pada percobaan, hasil yang ditunjukkan oleh Ch1 (misal pada percobaan 1 =
9,89 volt) pada osiloskop tidak menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penjumlahan VC dan VL dengan cara yang baisa (bila dijumlah biasa nilainya 20,891 volt). Hal ini disebabkan V yg terukur pada osiloskop adalah hasil penjumlahan VC dan VL secara vektor. Bila dihitung menggunakan perhitungan vector maka : VC + VL = 8,65151,261 V.

b. Penunjukan pada Ch1 seperti pada analisa pertama seharusnya adalah sama
yaitu 8,65 V. Tapi pada osiloskop yang terbaca adalah 9,89 V. Perbedaan hasil saat perhitungan dan praktek ini disebabkan karena inductor (L) yang dipasang dalam percobaan ini bukanlah sebuah induktor murni. Inductor yang digunakan tersebut juga memiliki beban resistor (R). Sehingga tegangan yang masuk ke induktornya lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan.

c. Pada percobaan ini telah kami temukan bahwa pada ballast terdapat beban
resistif yang menjadikan ballast tersebut tidak murni induktif (terukur 30 Ohm) , dengan perhitungan :

ZL = XL + R = (2..f.l) -90 + 30 0 = (2 . 3,14 . 50 . 1) -90 + 30 0 = 351,58 -84,54 (VL lebih besar karena ZL bertambah besar dengan perhitungan VL = I x ZL ) .

7. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu: a. Bila mengukur tegangan pada beban yang diberi sumber tegangan AC, maka bentuk gelombang sinusoidal. Begitu pula jika sumber tegangan DC, maka bentuk gelombang pada osiloskop horizontal sesuai besaran tegangan yang di ukur. b. Di osiloskop, puncak gelombang yang tampak adalah V max dari rangkaian tersebut. c. Induktor pada rangkaian RLC sangat berpengaruh terhadap signal output yang tampil pada osiloskop. d. Induktor yang digunakan dalam percobaan bukan merupakan induktor murni, sehingga data percobaan dan data perhitungan berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Arus Bolak Balik. http://id.wikipedia.org/wiki/Arus_bolak-balik. Eka Sugandi, 2010. Rangkaian Arus Bolak Balik. http://www.google.com/. Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

You might also like