You are on page 1of 19

POTOZOA

KELOMPOK 1 Ahmad Nailur Rahman/1210702001, Ayu Agustini Juhari/1210702007, Deni Raharja/1210702015, Elya Agustina/1210702021, Ervina Rizky A/12010702022, Idariyah Ulfah Nurulhusna/1201702031

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Protozoa merupakan kingdom protista yang menyerupai hewan, tersusun atas sel tunggal (uniseluler), ukurannya antara 3-1000 m dan merupakan organisme mikroskopis bersifat heterotof. Berdasarkan alat geraknya, protozoa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu; Rhizopoda: alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia); Flagellata: alat gerak berupa bulu cambuk (flagel); Cilliata: alat gerak berupa rambut getar (silia); dan apicomplexa (sporozoa): tidak memiliki alat gerak. Hidupnya di air tawar (selokan, parit, sungai, dan waduk), air laut, permukaan tanah yang lembab, rendaman jerami, dan di dalam tubuh makhluk hidup lain atau di dalam jasad yang mati. Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengamati berbagai jenis protozoa air tawar, dan mengamati struktur dari protozoa. Maka protozoa yang diamati adalah menggunakan sampel tawar, yaitu: air kolam, air rendaman jerami, dan air kolam. Sampel air tawar diteteskan pada kaca preparat dan tutup dengan menggunakan cover glass kemudian diamati dibawah mikroskop. Organisme protozoa yang ditemukan diantaranya yaitu: Euglena sp., Paramecium sp., Amoeba sp., Arcella sp., dan Vorticella sp. Dari masing-masing spesies yang telah diidentifikasi meliputi alat gerak, struktur tubuh, dan habitat. dapat diketahui deskripsi dan klasifikasinya.

Kata Kunci : Protozoa, mikroskopis, pseudopodia, flagel, silia

PENDAHULUAN Protozoa merupakan hewan bersel tunggal, berinti sejati (eukariotik) dan tidak memiliki dinding sel. Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoon yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan pertama. Ukurannya antara 3 1000 mikron dan merupakan organisme mikroskopis bersifat heterotrof. (Suwignyo, 2005). Morfologi protozoa bervariasi, fisiologi dan metabolismenya disesuaikan dengan kebutuhan mereka; nutrisi adalah heterotrofik dalam bentuk parasit dan autotrofik yang hidup bebas, mereka memiliki siklus hidup yang lebih atau kurang kompleks, baik yang hidup bebas dan parasit, dan dalam banyak kasus, bentuk vegetatif (trophozoite) dan bentuk lain tahan (kista) (Giron, 2008). Bentuk dan ukuran protozoa sangat beragam. Beberapa berbentuk lonjong atau membola, ada yang memanjang, ada pula yang polimorfik (mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat tingkat yang berbeda dalam daur hidupnya). Beberapa protozoa berdiameter sekecil 1 nanometer; yang lain, seperti Amoeba proteus berukuran 600 nanometer atau lebih. Beberapa siliata yang umum mencapai ukuran 2.000 nanometer atau 2 mm, jadi dapat dilihat dengan mudah tanpa perbesaran (Pelczar, et el. 2010). Protozoa adalah penghuni tempat tempat basah dan berair yang kaya zat organik, seperti selokan, sawah, parit, sungai, waduk, laut, atau hidup parasit didalam tubuh organisme lain. Ditempat tempat yang tergenang air dan mengandung rumput kering juga sering didapatkan protozoa. Pada lingkungan yang tidak menguntungkan,protozoa dapat membungkus diri sebagai kista yang tersusun dari bahan kalsium karbonat (CaCO3). Menurut Irianto (2009), protozoa dalam pengambilan makanannya dilakukan dengan cara berikut: 1. Holozoik, yaitu mengambil makanannya dari mikroorganisme lain seperti bakteri atau ganggang (alga). 2. Saprofit, yaitu mengambil makanannya dari bahan bahan hancuran tumbuhan yang ada disekitarnya. 3. Saprozoik, yaitu mengambil makanannya dari hewan hewan yang telah mati. 4. Holozoik, yaitu dengan melakukan fotosintesis

Berdasarkan alat gerak yang dimilikinya protozoa dibedakan menjadi 4 kelompok, diantaranya (Suharto. 2004): 1. Rhizopoda Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Jenis yang paling mudah diamati adalah amoeba. Ektoamoeba adalah jenis amoeba yang hidup di luar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria. Entamoeba adalah jenis amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya Entamoeba histolityca, Entamoeba coli. 2. Flagellata (Mastigophora) Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan. Dan dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat berfotosintesis. Contohnya: Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator. b. Zooflagellata Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas). Contohnya: Trypanosoma gambiens, Leishmania. 3. Ciliata (Ciliophora) Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Contoh : Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella, Balantidium coli.

4.

Apicomplexa (Sporozoa) Tidak memiliki alat gerak khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Hidupnya parasit pada manusia dan hewan. Contoh: Plasmodium Gregarina. falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax.

Manfaat protozoa bagi ekosistem Protozoa dan alga juga sebagai penyumbang biomassa tanah pada pertanaman padi sawah. Peranan penting lain dari protozoa and algae adalah sebagai bioindikator perubahan lingkungan (Ainin, 2008). Protozoa yang hidup di air tawar dan air laut merupakan zooplankton yang merupakan makanan insekta air, udang, dan ikan kecil-kecil. Zooplankton merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan-hewan air, termasuk ikan. Sehingga protozoa menguntungkan manusia. Sebab ikan makan protozoa dan manusia makan ikan (Anam, 2010). Entamoeba coli yang hidup di dalam usus lembu menguntungkan, karena dapat membantu pencernaan lembu. Dengan demikian terjadi simbiosis mutualisme antara lembu dan Entamoeba. Lembu dibantu mencerna rumputrumput yang mengandung selulosa yang keras, sementara Entamoeba

memperoleh makanan dan perlindungan (Anam, 2010). Manfaat protozoa bagi manusia Adapun manfaat protozoa bagi manusia menurut Wardiatno (2009), diantaranya : 1. Zooplankton di ekosistem perairan sebagian besar adalah protista berklorofil yang berguna sebagai makanan ikan dan arthropoda air. 2. Entamoeba coli di dalam usus besar mamalia ikut berperan dalam proses pembusukan sisa makanan. 3. Foraminifera mempunyai kerangka luar dari zat kapur dan fosilnya dalam jumlah tertentu dapat membentuk endapan tanah globigerina yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya minyak bumi.

4. Radiolaria mempunyai kerangka dari zat kersik. Radiolaria yang mati akan meninggalkan cangkangnya dan membentuk tanah radiolaria yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok. 5. Paramecium dapat juga digunakan sebagai organisme indikator terjadinya pencemaran air oleh zat organik. 6. Chlorella selain berperan sebagai produsen di ekosistem perairan, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan protein sel tunggal. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati berbagai jenis protozoa air tawar, dan mengamati struktur dari protozoa.

METODE Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 5 Oktober 2011. Bertempat di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu air (rendaman jerami minimal 3 hari, air dasar kolam, air selokan), Amoeba sp., Paramecium sp., Vorticella sp., Arcella sp., dan Euglena sp. Alat yang digunakan yaitu mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes, botol selai dan kapas. Tahapan Praktikum Adapun tahapan praktikum sebagai berikut : Disiapkan 3 botol selai kecil dan diberi label A, B, dan C. Botol A diisi dengan air rendaman jerami minimal selama 3 hari, botol B diisi dengan air dasar kolam, dan botol C diisi dengan air selokan. Diambil setetes air menggunakan pipet dari botol A. Disimpan pada objek glass yang telah dibersihkan, lalu tutup dengan cover glass. Kemudian diamati di bawah mikroskop, mula-mula dengan pembesaran lemah (10x10), setelah itu dengan pembesaran kuat (10x14). Dengan

langkah kerja seperti sebelumnya kemudian pengamatan dilakukan pada air botol B dan botol C.

PEMBAHASAN Setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan air kolam, air rendaman jerami, dan air selokan ditemukan beberapa organisme protozoa diantaranya: Euglena sp., Paramecium sp., Amoeba sp., Arcella sp., dan Vorticella sp. Protozoa yang diamati di bawah mikroskop pada setiap sampel air menggunakan perbesaran 10x10. Pada sampel air kolam ditemukan 4 spesies dari protozoa lebih banyak dari sampel air rendaman jeramu dan sampel air selokan, diantaranya yaitu : Paramecium sp., Amoeba sp., Arcella sp., dan Vorticella sp. Ini disebabkan sampel air kolam adalah media pembiakan protozoa yang baik karena memiliki nutrisi yang dibutuhkan protozoa berupa alga (Ainin, 2008). Pada sampel air rendaman jerami ditemukan 2 spesies: Euglena sp., dan Paramecium sp. adanya protozoa ini disebabkan bahwa rendaman jerami yang sudah direndam lebih dari 3 hari memungkinkan hidupnya protozoa dalam rentang waktu itu. Sedangkan pada sampel air selokan hanya ditemukan satu spesies yaitu Paramecium sp. Berikut adalah deskripsi dan klasifikasi dari Euglena sp., Paramecium sp., Amoeba sp., Arcella sp., dan Vorticella sp.:

Euglena sp. Euglena adalah hewan bersel satu berwarna hijau, karena berklorofil, merupakan suatu marga dari hewan-hewan mastigophora. Hidup dalam kolam dan sering membuat lapisan permukaana air yang berwarna hijau. Euglena berbentuk seperti kumparan yang panjangnya bervariasi dari 25-100 mikron. Mempunyai sebuah flagellum pada ujung anterior yang dimulai dari kerongkongan. Kedalam kerongkongan itu bermuara pada suatu tempat penampungan (reservoir). Kedalam reservoir itu bermuara beberapa vakuola kontraktil kecil. Dekat reservoir tersebut terdapat srigma merah (dianggap sebagai mata) (Brotowijoyo, 1986).

Dalam tubuh hewan biasanya terdapat sejumlah besar kloroplastid. Dalam sitoplasma disimpan karobohidrat sebagai makanan cadangan berupa butir-butir paramilum. Inti tunggal dan di tengah-tengahnya terkumpul kromatin

(Brotowijoyo, 1986). Pada lapisan entoplasma terdapat butir hijau daun, sehingga hewan ini dapat menyelenggarakan proses fotosintesis dengan menghasilkan zat tepung (amilum). Hewan Euglena dapat bergerak maju ke depan secara spiral rotasi dengan menggunakan flagellumnya atau merayap pada suatu dasar tanpa menggunakan flagellumnya atau secara euglenoid. Euglenoid artinya bergerak dengan cara mengerutkan tubuh, kemudian agak membulat dan akhirnya memanjang lagi seperti semula (Kastawi, dkk. 2003). Sebagian besar hewan ini mendapatkan mekanannmya dari hasil fotosintesis, berarti mendapatkan makanan dengan cara holophitik. Tetapi bisa juga secara saprozoik, berarti menyerap makanan melalui seluruh permukaan tubuhnya, dan makanan ini berupa partikel-partikel hancuran makhluk yang telah mati. Hewan Euglena bergerak maju kedepan secara spiral rotasi dengan menggunakan flagellumnya atau secara euglenoid. Euglenoid artinya bergerak dengan cara mengkerutkan tubuh, kemudian agak membulat dan akhirnya memanjang lagi seperti posisi semula (Kastawi, dkk. 2003). Reproduksi Euglena secara aseksual yaitu dengan pembelahan

longitudinal dan dimulai pada ujung anterior. Euglena membuat makanan sendiri dari makanannya sendiri dari makanan yang larut di sekitarnya, jadi hewan tersebut bersifat autotrof. Kemampuan membuat maakanannya sendiri hanya berlangsung bila ada cahaya matahari (Brotowidjoyo, 1995). Euglena banyak dijumpai di kolam-kolam dan sering memberikan warna hijau pada air kolam. Hal ini disebabkan hewan tersebut memiliki kloroplas didalam tubuhnya. Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel oval memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena viridisz (Kastawi, dkk. 2003)

Gambar 1. Struktur tubuh Euglena sp. (Sumber : Hanarti, 2010) Klasifikasi Euglena sp. menurut Ehrenberg, 1830, adalah sebagai berikut: Domain Kingdom : Eukaryota : Protista

Superphylum : Discoba Phylum Class Order Family Genus Spesies : Euglenozoa : Euglenoidea : Euglenales : Euglenaceae : Euglena : Euglena sp.

Paramecium sp. Paramecium berukuran sekitar 50-350m. yang telah memiliki selubung inti (Eukariot). Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan

metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi. Sistem reproduksi pada protista yaitu

secara aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual (dengan konjugasi). Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak melayang-layang di dalam air. Cara menangkap makanannya adalah dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan (Jasin, 1984). Paramecium memiliki bentuk oval, sandal, bulat di bagian depan / atas dan menunjuk di belakang / bawah. Kulitnya tipis dan elastis. Adapun yang menutupi kulit tipis adalah rambut-rambut kecil banyak, yang disebut silia. Lubang bagian belakang disebut pori anal. Pada bagian luar Paramecium ditemukan vakuola kontraktil dan kanal. Dan bagian dalam Paramecium terdapat sitoplasma, trichocysts, kerongkongan, vakuola makanan, macronucleus dan mikronukleus itu sendiri. Paramecium sering disebut sepatu animalcules karena bentuknya seperti sepatu. Paramecia adalah organisme uniseluler biasanya kurang dari 0,25 mm (0,01 inci) panjang dan ditutupi dengan rambut yang disebut silia. Silia digunakan dalam gerak dan selama makan. Ketika bergerak melalui air, paramecia mengikuti jalan spiral sementara berputar pada sumbu panjang. Paramecium memiliki inti besar yang disebut macronucleus, dan satu atau dua inti kecil yang disebut micronuclei. Reproduksi aseksual biasanya oleh pembelahan biner melintang, kadang-kadang seksual dengan konjugasi, dan jarang oleh endomixis, proses nuklir yang melibatkan reorganisasi total DNA organisme individu. Macronuclear di Paramecium memiliki gen kepadatan tinggi sangat. macronucleus dapat berisi sampai 800 eksemplar dari setiap gen. Paramecia berlimpah-limpah di kolam air tawar di seluruh dunia; satu spesies hidup di perairan laut (Jasin, 1984). Paramecium menggunakan pemukulan silia pada saat berenang. Bergeraknya Paramecium oleh spiral melalui air pada sumbu yang tak terlihat. Paramecium bergerak mundur, para silia hanya mengalahkan maju di sudut. Jika Paramecium berjalan ke arah benda padat berubah silia dan memukul ke depan,

menyebabkan Paramecium untuk pergi ke belakang. Paramecium itu berbalik sedikit dan berjalan maju lagi (Jasin, 1984). Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan ragi. Paramecium menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama dengan air ke dalam mulut sel setelah jatuh ke dalam alur lisan. Makanan berjalan melalui mulut ke dalam tenggorokan dalam sel. Jika ada cukup makanan di dalamnya sehingga telah mencapai ukuran tertentu, melepaskan diri dan membentuk vakuola makanan. Vakuola makanan berjalan menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim dari sitoplasma masuk vakuola dan mencernanya. Makanan dicerna kemudian masuk ke dalam sitoplasma dan vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika vakuola mencapai pori anal limbah sisa belum dicernakan akan dihapus. Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts ketika mereka mendeteksi makanan, dalam rangka untuk lebih menangkap mangsanya. Trichocyts ini diisi dengan protiens. Trichocysts juga dapat digunakan sebagai metode pertahanan diri. Paramecium adalah heterotrophs. Bentuk umum mereka dari mangsanya adalah bakteri. Organisme tunggal memiliki kemampuan untuk makan sehari 5.000 bakteri. Mereka juga dikenal untuk makan ragi, alga, dan protozoa kecil ambil. Paramecium mangsanya melalui fagositosis (Jasin, 1984). Habitat dari Paramecium yaitu hidup di perairan, biasanya stagnan, air hangat. Spesies Paramecium bursaria bentuk hubungan simbiotik dengan ganggang hijau. Ganggang ini hidup di sitoplasma nya. fotosintesis ganggang menyediakan sumber makanan untuk Paramecium. Beberapa spesies membentuk hubungan dengan bakteri. Mereka tidak bisa tumbuh di luar organisme ini. Spesies ini mengakui sisi-shock perlawanan panas ketika terinfeksi obtusa Holospora, yang berkontribusi terhadap gerakan silia. Paramecium juga dikenal sebagai mangsa untuk Didinium (Jasin, 1984). Paramecia berperan dalam siklus karbon karena bakteri mereka makan sering ditemukan pada tanaman membusuk. Paramecium akan memakan materi tanaman membusuk di samping bakteri, lebih lanjut membantu dekomposisi (Jasin, 1984).

10

Gambar 2. Struktur tubuh Paramecium sp. (Sumber: http://www.biologycorner.com/Parameciumlab) Klasifkasi Paramecium .sp menurut Mller, 1773, sebagai berikut: Kingdom Filum Class Subkelas Ordo Subordo Family Genus Species : Protista : Ciliophora : Ciliatea : Rhabdophorina : Peniculida : Hymenostomatida : Parameciidae : Paramecium : Paramecium .sp

Amoeba sp. Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma yaitu pseudopodia. Proses penjuluran itu nampaknya adalah pencairan sementara bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). karena pencairan itu terjadi plasmosol. jika, kemudian plasmosol itu dikentalkan kembali, maka penjuluran protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya. Rhizopoda bergerak dan makan dengan menggunakan pseudopodia (kaki semu). Hewan-hewan kelas ini

11

Amoeboid, yaitu bentuk tubuhnya tidak tetap (selalu berubah-ubah). Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba proteous (Brotowidjoyo, 1995). Menurut Kastawi dkk (2003) Amoeba ada yang dibungkus cangkang atau tanpa selubung cangkang (telanjang). Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan Pelomyxa bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya Amoeba bercangkang memperlihatkan simetris bagian luarnya (cangkangnya). Sitoplasma terbagi dalam ekto dan endoplasma, pseudopodia ada yang tipe lobopodia (pada amoeba telanjang) atau tipe filopodia (pada amoeba bercangkang). Pada lobopodia, penjuluran lebih besar dan mengandung ekto dan endoplasma, sedang pada filopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari ektoplasma. Cangkang berasal dari sekresi sitoplasma berupa silica atau khitin, atau materi dari luar yang melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan perantara penjuluran protoplasma. Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk penjuluran sitoplasma, dan karenanya bentuk cangkang sering mirip helm/topi. Banyak jenis amoeba yang hidup mandiri, antara lain Amoeba proteus, namun ada yang hidup parasitis dan menyebabkan penyakit disentri pada manusia dan hewan (anjing dan kucing), yaitu Entamoeba histolityca. Ukuran amoeba berkisar antara 200-300 m, bentuknya selalu berubah-ubah. Sitoplasma dibagi menjadi dua bagian, yaitu ektoplasma yang jernih, dan endoplasma yang lebih keruh. Inti sebuah, pipih, bulat. Selalu ada satu vakuola kontraktil dan banyak vakuola makanan (Brotowijoyo, 1986). Amoeba bernapas dengan cara mengambil oksigen melalui permukaan tubuhnya dengan cara difusi. Sari makanan dioksidasikan dengan oksigen, yang akhirnya menghasilkan energi. Perkembangbiakan Amoeba dengan cara membelah diri, yaitu dimulai pembelahan inti, kemudian diikuti oleh sitoplasmanya. Pembiakan ini berlangsung jika keadaan memburuk akan membentuk kista. Pembentukan kista ini dimaksudkan agar terus dapat hidup meskipun keadaan memburuk. Keadaan hidup demikian disebut hidup latent (Kastawi, dkk. 2003). Amoeba banyak terdapat di lumpur-lumpur, dibagian dasar kolam, sawah, sungai, danau, atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisasisa organisme, misalnya Amoeba Proteus. Ada juga yang hidup sebagai parasit.

12

Amoeba yang hidup parasit di rongga mulut misalnya Entamoeba ginggivalis dan yang hidup parasit di dalam usus manusia misalnya Entamoeba dysentriae (Syamsyuri, 1997).

Gambar 3. Struktur tubuh Amoeba sp. (Sumber: Elisabeth, 2010) Klasifikasi Amoeba sp. menurut Kastawi, 2003, adalah sebagai berikut: Kingdom Philum Sub phylum Class Subclass Ordo Family Genus Species : Protista : Protozoa : Plasmoderma : Sarcodina : Rhizopoda : Amoebima : Amoebioae : Amoeba : Amoeba sp.

Arcella sp. Arcella terdiri dari protoplasma yang dibungkus membran sel

(plasmalemma) yang berfungsi sebagai dinding sel. Protoplasma terdiri dari dua komponen utama yaitu inti sel (nucleus) yaitu untuk mengatur aktivitas sel dan isi sel atau sitoplasma. Arcella mempunyai pseudopodum (kaki semu) sebagai alat

13

gerak, bentuk tidak tetap, membran sel sangat tipis dan bersifat elastis disebut plasmolema, vakuola makanan untuk mencerna makanan, vakuola kontraktil untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan osmoregulas serta mengatur kadar air dalam sel. Ukurannya mencapai 50-60m. Dengan menggunakan mikroskop akan terlihat bahwa sitoplasma terdiri atas dua bagian. Bagian terluar tanpak homogen dan jernih (hyaline) disebut ektoplasma, dan bagian dalam disebut endoplasma. Dalam endoplasma terlihat benda-benda seperti butir-butir kecil dan serabut benang halus yang ternyata adalah materi yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, garam mineral, serta organel. Arcella tidak memiliki organ sejati seperti alat pencernaan dan alat reproduksi. Akan tetapi Arcella yang berukuran mikroskopis dan terdiri dari satu sel mampu melakukan berbagai kegiatan biologis. Semua proses tersebut dilakukan oleh bagian didalam sel yang disebut organel. (Sugianti, dkk. 2005) Arcella bergerak dengan kaki semu (pseudopodia). Pseudopodia berasal dari penjuluran sitoplasma, dan bersifat sementara terutama untuk berpindah tempat atau makan. Gerakan tersebut timbul akibat dari kontraksi protoplasma memanjang dan memendek secara lambat. Pseudopodia dari Arcella ini bertipe lobopodia yaitu bentuk penjuluran tumpul seperti lidah atau jari, adakalanya bercabang, terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Arcella bersifat heterotrof dan dinding selnya terdiri dari membran tipis, mengambil makanannya dengan cara membungkus makanan kemudian menelannya ke dalam sitoplasma. Cara ini disebut fagositosis (Sugianti, dkk. 2005).

Gambar 4 . Arcella sp. (Sumber : http://micromagus.net/)

14

Klasifikasi Arcella sp. Sugianti, dkk. 2005, adalah sebagai berikut: Phylum Subphylum Superclass Class Ordo Family Genus Spesies : Protozoa : Sarcodina : Rhizopoda : Lobosa : Arcellinida : Arcellidae : Arcella : Arcella sp.

Vorticella sp. Vorticella merupakan genus dari protozoa Ciliata dengan rangka Peritrichida, silia sementara akan terbentuk di sekitar tubuh, bentuk tubuhnya seperti lonceng atau silinder dengan sebuah cincin mencolok mempunyai alat gerak berupa silia (proses mirip rambut) di ujung oral dan batang tidak bercabang dan di ujung aboral mempunyai kontraktil, silia biasanya tidak ditemukan antara ujung oral dan aboral. Silia terkonsentrasi sekitar akhir mulut organisme. Dalam hal ini Vorticella menjadi motil. Namun, setelah organisme telah berlabuh sendiri, silia tersebut akan hilang. Vorticella yang masih muda hidup berenang bebas. Dan ketika dewasa Vorticella melampirkan substrat dengan tangkai kontraktil. Tangkai ini berupa organel berfilamen yang disebut spasmoneme. Vorticella dewasa juga bisa berenang bebas jika batangnya dipotong. Mereka juga dapat melepaskan diri sendiri jika pasokan makanannya sudah habis dan mereka harus mencari tempat hidup baru. Spasmoneme memiliki tiga membran sel yaitu matriks, extracelluar, dan selubung luar. Kontraksi merupakan mekanisme pertahanan untuk melindungi dari bahaya lingkungan seperti air bergolak, kontraksi juga membantu menangkap makanan bagi Vorticella. Vorticella merupakan organisme individual, tetapi sering dapat ditemukan berkoloni. Akan tetapi pada saat berkoloni setiap individu mempertahankan tangkai sendiri Vorticella karenanya bebas untuk terpisah dari koloni setiap saat. Meskipun Vorticella sering ditemukan dalam berkoloni masing-masing tangkai

15

diikat secara independen. Tangkainya terdiri dari sebuah selubung eksternal yang berisi cairan dan benang spiral kontraktil. Ketika Vorticella dikontrak tangkai benang dipersingkat, dan selubung ini melingkar seperti sebuah pembuka botol. Vorticella yang organsime heterotrofik mereka memangsa bakteri. Vorticella

menggunakan silia mereka untuk menciptakan arus air (vortex) dengan cara mengarahkan makanan ke mulutnya. Vorticella bereproduksi dengan pembelahan biner. Organisme baru perpecahan dari induk dan berenang sampai ia dapat menemukan sesuatu yang untuk jangkar itu sendiri. Mereka juga mampu reproduksi seksual. Vorticella berkembang biak dengan pembelahan membujur. Salah satu dari dua sel anak mempertahankan tangkai asli, yang lain tumbuh karangan bunga sementara silia pada akhir aboral dan bermigrasi. Didorong oleh silia ini, migran akhirnya tumbuh menjadi tangkai, melekat pada substrat, dan kehilangan silia sementara. Dalam konjugasi satu migran khusus kecil (mikrokonjugan) menemukan sebuah (Dioni, 2003). Vorticella merupakan organisme air, sering ditemukan di habitat air tawar. Mereka melampirkan sendiri ke detritus tanaman, bebatuan, ganggang, atau hewan (terutama krustasea). Vorticella hidup pada makan yang sudah membusuk, di air tawar atau air garam yang melekat pada tanaman air, pada permukaan sampah, rendaman sisa-sisa organisme atau hewan air (Bramuci, 2004).

Gambar 5. Struktur tubuh Vorticella sp. (Sumber: http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Vorticella)

16

Klasifikasi dari Vorticella sp. menurut Hegner adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Superclass Class Order Genus Species : Protista : Protozoa : Ciliata : Peritrichea : Peritrichida : Vorticella : Vorticella sp.

Tabel hasil pengamatan air selokan, air kolam dan air rendaman jerami dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan

No. 1

Macam Air Air Kolam

Spesies Vorticella sp. Arcella sp. Paramecium sp. Amoeba sp.

Warna Bening keghijauan Bening kehijauan Kecoklatan Kecoklatan Bening kehijauan Kecoklatan Bening kecoklatan

Keterangan 10x10 10x10 10x10 10x10 10x10 10x10 10x10

2 3

Air rendaman jerami Air Selokan

Euglena sp. Paramecium sp. Paramecium sp.

KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pada masingmasing sampel air yang telah diamati terdapat organisme protozoa. Pada air kolam ditemukan 4 spesies protozoa diantaranya yaitu: Vorticella sp., Arcella sp., Paramecium sp. dan Amoeba sp. Sedangkan pada rendaman air jerami ditemukan

17

2 spesies yaitu Euglena sp. dan Paramecium sp. dan pada air selokan hanya ditemukan Paramecium sp. Protozoa yang hidup di air sampel berenang bebas dengan menggunakan alat geraknya. Ukuran tubuhnya mikroskopis dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran tertentu. Euglena sp. warna bening kehijauan bentuknya oval, alat gerak seperti benang, bergerak dengan flagel. Amoeba yang terlihat tidak mempunyai bentuk yang tetap dan bentuk selnya berubah-ubah dan warnanya kecoklatan, bergerak dan menangkap makanan dengan pseudopodia. Paramecium sp. bentuknya oval seperti sandal berwarna bening kecoklatan, dan bergerak dengan silia. Arcella sp. berbentuk asimetri berwarna bening kehijauan, alat geraknya berupa pseudopodia. Vorticella sp. berbentuk seperti lonceng berwarna bening kehijauan, alat gerak berupa silia.

DAFTAR PUSTAKA Ainin, Niswati, Dermiyati, Mas Achmad S A. 2008. Perubahan populasi protozoa dan alga dominan pada air genangan tanah padi sawah yang diberi bokashi berkelanjutan. Jurnal Ilmu Tanah, fakultas Pertanian universitas Lampung. Vol 13. (3) : 225 23) Anam, Saepul. S.Pd. 2010. Materi Tentang Ekosistem.

(http://smkpgrisgs.sch.id/FileMateri/Ekosistem%20kls%203%20sem%205 .pdf) (16 Oktober 2011 22:16 WIB) Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1995 & 1986. Zoologi dasar: Ilmu-ilmu Murni Protoplasma Hewan. Jakarta: Erlangga Bramucci MG, Nagarajan V. "Inhibition of Vorticella microstoma stalk formation by wheat germ agglutinin." Journal Eukaryot Microbiol. 2004 Jul Aug; 51 (4): 425-7. Dioni, Walter. 2003. The Reproduction Vorticella. Micscape Majalah. June 2003. Diakses 16 Oktober 2011 20:36 WIB. Elizabeth, Ineke. 2010. Protista. (http://images.inehuang.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TIzJeg ooCtoAAF-cuKs1/PROTISTA.pdf?key=inehuang:journal:148&mid=365248446) (16 Oktober 2011 13:12 WIB)

18

Giron, R. Martnez JG, Esteban, A. Ribas and L. Doganci. 2008. Protozoa in respiratory pathology: a review. European Respiratory Journal. Vol 32: 13541370 Hanarti, Sari. 2010. Protista-1. (http://princessary.webnode.com/) (15 Oktober 2011 20:27) http://www.biologycorner.com/Parameciumlab.htm (16 Oktober 2011 15:00) http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Vorticella (16 Oktober 2011 17:14) http://micromagus.net/Arcella (15 Oktober 2011 11:00) Irianto, kus. 2009. Parasitologi. Bandung: Yrama Widya. Jasin, Maskoeri. 1984. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya Kastawi, Yusuf., dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: UM Press Pelczar, Michael, J and Chan, E.C.S. 2010. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Suwignyo, Sugiarji, dkk. 2005. Avertebrata jilid I. Bogor: Penebar Swadaya. Yanto, Suharto. 2004. Protozoa. (http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-

DU.KU/edukasi.net/SMA/Biologi/Protozoa/materi2.html) (15 Oktober 2011 19:30 WIB) Wardiatno, Dr. Ir. Yusli, M.Sc. 2009. Materi Kuliah Avertebrata Air. (http://educorolla3.blogspot.com/2009/05/peranan-protista-bagikehidupan-manusia.htm) (15 Oktober 2011 19:42)

19

You might also like