You are on page 1of 6

MASTERY LEARNING A.

PENGERTIAN MASTERY LEARNING Belajar tuntas (mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach) Tujuan proses balajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai oleh siswa. Suryabroto (2002:96). Jadi belajar tuntas (mastery learning) adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh oleh siswa. Maksud utama belajar tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi dalam memotivasi siswa belajar, minat belajar, dan sikap yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Masalah yang sangat penting yang dihadapi oleh seorang guru adalah bagaimana usaha guru tersebut agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang di anggap esensial bagi perkembangannya. Pengertian yang lain menurut akhmad sudrajat pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pendekatan belajar tuntas adalah suatu proses belajar yang dilakukan dengan esensi semua siswa mampu memahami seluruh materi yang diajarkan. Dan sebelum siswa itu mampu menguasainya maka guru jangan terburu-buru untuk melanjutkan pada materi yang selanjutnya. Karena dikhawatirkan bagi siswa yang belum memahami materi yang awal, akan lebih sulit untuk belajar pada topik selanjutnya. Maka dalam hal ini guru mempunyai tanggung jawab yang besar untuk bisa mengajarkan materi kepada siswa dengan strategi dan metode terbaik, agar perbedaan rentan waktu ketercapaian materi antara siswa yang lebih cepat paham dengan yang sedikit lambat bisa diminimalisir sehingga waktu bukan menjadi batasan untuk menuntaskan semua topik materi yang diajarkan. Istilah belajar tuntas diangkat dari pengertian tentang apa yang disebut dengan situasi belajar. Dalam situasi belajar terdapat aneka ragam kecepatan individu sebagai peserta belajar. Ada murid yang cepat menguasai pelajaran sehingga ia dapat berpartisipasi penuh dalam proses interaksi kelas. Di samping itu ada pula murid - murid yang lamban sehingga tingkat partisipasinya rendah. Belajar dengan tuntas didasari oleh kondisi objektif bahwa setiap siswa dapat mencapai belajar dengan tuntas, namun biasanya membutuhkan waktu yang berbeda - beda. Dalam realitasnya ada siswa yang mampu menguasai 90 - 100 % bahan ajar yang disampaikan guru,namun sebahagianya hanya mampu menguasai 50 - 80 % bahkan ada yang baru menguasai lebih rendah dari rata - rata peringkat prestasi sekolah. Siswa yang mengalami percepatan yang sangat lambat, membutuhkan perhatian, pengulangan dan ekstra learning dari siguru.
13

14

Sebab kegagalan disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya : keadaan murid, lingkungan keluarga dan sosial. Dalam hal ini belajar tuntas itu berdasarkan asumsi bahwa sebahagian murid itu dapat mencapai suatu kemampuan belajar tingkat tinggi apabila belajar yang disajikan dalam pendekatan secara insentif dan dengan cara sistematis, apabila murid dapat dibantu oleh tidak adanya batasan ( kapan, dimana ) terdapat kesulitan belajar dan pemberian waktu yang cukup untuk menguasai suatu pokok pembahasan belajar, maka murid tersebut akan berupaya dan berhasil mencapai target kelulusan yang maksimal (tinggi) bentuk pengajaran dalam model belajar tuntas ini bisa dilaksanakan secara individual, tetapi dapat juga secara kelompok. Pengajaran individual dapat dilakukan dalam kelas, dalam arti perlakuan guru terhadap siswa tetap bersifat individual sesuai dengan kemajuan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing murid tersebut. Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASTERY LEARNING Model belajar tuntas (master learning), memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan model belajar yang lainnya, dan lebih memberikan banyak konstribusi yang berarti dalam peningkatan kualitas hasil belajar. Adapun keunggulan dari sistem belajar tuntas (mastery learning) diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Ketercapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran dalam hal ini kompetensi yang harus dicapainya akan lebih besar ketercapainnya, karena jelas yang diutamakan dalam hal ini adalah bagaimana caranya agar siswa mampu menguasi setiap topik materi yang diajarkan. 2. Mengakibatkan terjadinya pola belajar yang kompetitif, antara para siswa. Karena siswa yang lebih lambat akan merasakan kekurangnnya, sehingga ia akan lebih menambah porsi waktu belajarnya, dan ini adalah hal baik. Yang tentu diharapkan oleh semua pengajar. 3. Terciptanya hubungan personal yang harmonis antara siswa dengan guru, atau antara siswa dengan siswa lainnya. Karena ketika ada siswa yang tidak bisa maka guru akan langsung memerhatikannya, dan begitupun dengan teman yang lainnya juga akan memerhatikan temannya yang sedikit lambat dalam belajar yang akan memotivasi murid tersebut dalam belajar.. 4. Memperoleh hasil belajar yang mepunyai nilai obektivitas yang sangat tinggi. 5. Dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang sistematik dan terarah.
B.

Disamping itu selain keunggulannya belajar tuntas (mastery learning) juga memiliki kelemahaan. Kelemahan dari model belajar tuntas (mastery learning) diantaranya adalah: 1. Memungkinkan butuh banyak waktu untuk mencapai semua kompetensi secara merata 2. Guru yang tidak terbiasa, sedikit susah beradaptasi dengan konsep belajar tuntas 3. Guru diharuskan untuk menguasai meteri yang lebih luas dari yang telah diterapkan

15

4. 5.

Terkadang tidak sedikit guru yang kesulitan dalam menyusun perencanaan pelaksanaan belajar selama 1 (satu) semester. Mengharuskan dilaksanakan tes formatif disetiap pertengahan atau akhir semester untuk mengukur ketercapaian kumulatif siswa.

Walaupun demikian penerapan system belajar tuntas (mastery learning) dapat diterapkan dengan baik apabila seorang guru tersebut dengan bersungguh-sungguh menerapkan system belajar tuntas tersebut, karena dengan system belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Secara operasional perwujudannya adalah : Nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara siswa yang cepat dan lambat belajar menjadi semakin pendek. Dalam metoda belajar tuntas, siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi sebelumnya. C. KONSEP MASTERY LEARNING Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu Model of School Learning yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model tersebut lebih disempurnakan lagi. Menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu. Lalu kemudian Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai berikut : 1. Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti. 2. Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan yang essensial. Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block mencoba mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin kualitas pengajaran. Jadi pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa : 1. Waktu yang sebenarnya digunakan diusahakan dapat diperpanjang semaksimal mungkin. 2. Waktu yang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara memberikan pelayanan optimal dan tepat Benyamin S. Bloom (1968) di dalam kertas kerjanya learning for mastery theory and practice mengembangkan atau mengoperasionalkan model of school learning konsep John B Carroll (1963). Pengembangan itu berupa penyusunan suatu strategi belajar tuntas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Pada pokoknya strategi itu ialah jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlakukan secara tepat (appropriate treatment), maka mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran (obyektives) yang diharapkan.

16

Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning). 2. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan balik bagi siswa. 3. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam. 4. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan belajar. 5. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-kecil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran. 6. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu. 7. Dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien. 8. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan criteria referenced test bukannya norm referenced test. Bentuk pengajaran dalam model belajar tuntas ini bisa dilaksanakan secara individual, tetapi dapat juga secara kelompok. Pengajaran individual dapat dilakukan dalam kelas, dalam arti perlakuan guru terhadap siswa tetap bersifat individual sesuai dengan kemajuan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing - masing murid tersebut. Tentu saja strategi individual ini memerlukan adanya kelengkapan perangkat penunjang seperti modul, lap, ataupun teaching machine. Sistem belajar ini memiliki fase. Diantaranya adalah sebagai berikut: a) Fase orientasi Pada fase orientasi inilah disusun kerangka dasar pelajaran, perumusan harapan apa yang ingin dicapai, penjelasan dan perincian tugas - tugas belajar murid serta apa yang menjadi tanggung jawab murid. b) Fase penyajian atau persentasi Guru menjelaskan konsep - konsep baru dan keterampilan melalui demontrasi dan dibantu dengan berbagai usaha visual. c) Fase penstrukturan latihan prakteknya. Guru memperlihatkan kepada murid contoh memperaktekan sesuatu antara lain dengan bantuan visual, seperti penggunaan transparan OHP, LCD dan lain sebagainya. Latihan seperti ini bersifat kelompok. d) Fase praktek terbimbing Murid-murid diberikan kesempatan mempraktekan dengan caranya sendiri sementara guru tetap berada diantara mereka . Guru mempunyai kesempatan menilai penampilan setiap siswa. guru berfungsi memonitor keseluruhan dengan menggunakan teknik memuji, menganjurkan dan meninggalkan. e) Fase praktek bebas Fase ini merupakan fase terakhir dari semua fase, hal ini dilakukan pada murid apabila murid telah menyampaikan 85 - 95 % penguasaan akurasi kemampuan dalam fase keempat, praktek yang dilakukan murid dalam fase ini adalah praktek

17

yang dilakukan mereka menurut cara mereka sendiri tanpa bantuan guru, dengan memperlambat umpan balik. D. PERANAN PENERAPAN MASTERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Pendekatan pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah menggunakan Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Pendekatan ini mengacu pada ketuntasan individual siswa dan memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal dan mengupayakan agar siswa yang lamban menyerap kajian tidak merasa rendah diri, dan siswa yang cepat mengusai kajian tidak menjadi tinggi hati, juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) sangat baik dilakukan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar dan dapat menyerap pelajaran pada saat pembelajaran sedang berlangsung tetapi mereka menguasai mata pelajaran tersebut sampai sepanjang masa. Selain iu Pendekatan ini juga mengatasi kesenjangan antara murid yang pandai dengan murid yang kurang pandai dalam menguasai suatu kompetensi pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning), siswa-siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan mendapatkan pelajaran tambahan (remedial) agar mereka juga bisa sukses melewati kajian itu. Sedangkan bagi siswa yang berhasil tuntas menguasai kajian tersebut dapat diberikan program pengayaan (enrichment). Satu hal penting yang harus diingat dalam penerapan pendekatan belajar ini adalah: Penggunaan komunikasi yang tepat memegang peranan sangat penting. Ini berkaitan dengan upaya agar siswa yang lamban tidak merasa rendah diri, dan siswa yang cepat menguasai suatu kajian tidak menjadi tinggi hati. Juga, kemungkinan efek bahwa mengulang-ulang suatu kajian dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi ajar bagi siswa yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan belajar tuntas (mastery learning) justru harus dan dapat diarahkan oleh guru agar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Guru harus dapat meyakinkan bahwa semua siswa bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih keras.

18

Kebutuhan alokasi waktu yang berbeda-beda, dan upaya keras atau mudah yang diperlukan masing-masing siswa adalah suatu hal yang sangat alamiah dan lumrah.Rasa percaya diri yang besar akan muncul seiring penguasaan-penguasaan siswa lamban terhadap materi ajar. Jika ini dapat dipertahankan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maka motivasi belajar intrinsik akan muncul secara perlahan dan segera memberikan efek balik yang luar biasa bagi siswa lamban tersebut dan bahkan seluruh kelas. Hal lain yang harus diingat, dalam penggunaan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) guru harus lebih sering memberikan umpan balik (feed back) kepada seluruh anggota kelas. Ini akan memberikan informasi kepada siswa tentang kemajuan penguasaan mereka terhadap suatu kajian yang sedang dipelajari, juga titik-titik kelemahan mereka yang masih harus diperbaiki. Kejelasan informasi sedang berada di titik mana kemampuan siswa dibanding penguasaan materi ajar yang harus dituntaskan oleh siswa akan membantu siswa-siswa belajar dengan lebih efektif dan efisien. Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengan tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik). Maka dari itu penerapan pendekatan mastery learning juga berperan penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Pendekatan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Pendekatan ini mengacu pada ketuntasan individual siswa dan memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal walaupun dalam kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal).

You might also like