You are on page 1of 15

ILMU KEPERAWATAN Kumpulan Askep, Askeb, Makalah, KTI, Keperawatan

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Fraktur Cruris


I. PENGERTIAN Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000) II. JENIS FRAKTUR a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran. b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak. f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya. III. a. b. Gerakan c. Kontraksi d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma ETIOLOGI Trauma mendadak ekstem

pintir otot

V. MANIFESTASI KLINIS a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal VII. PENATALAKSANAAN a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula. b. Imobilisasi fraktur Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi ? Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan ? Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri ? Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau ? Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah VIII. KOMPLIKASI a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali IX. PENGKAJIAN 1. Pengkajian primer Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut 2. Pengkajian sekunder a.Aktivitas/istirahat ? kehilangan fungsi pada bagian yangterkena ? Keterbatasan mobilitas b. Sirkulasi ? Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas) ? Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah) ? Tachikardi ? Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera ? Cailary refil melambat ? Pucat pada bagian yang terkena ? Masa hematoma pada sisi cedera c. Neurosensori ? Kesemutan ? Deformitas, krepitasi, pemendekan ? kelemahan d. Kenyamanan ? nyeri tiba-tiba saat cidera

? spasme/ kram otot e. Keamanan ? laserasi kulit ? perdarahan ? perubahan warna ? pembengkakan lokal X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan Kriteria hasil: ? Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin ? Mempertahankan posisi fungsinal ? Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit ? Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas Intervensi: a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhanAwasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas g. Ubah psisi secara periodik h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan Kriteria hasil: ? Klien menyatajkan nyei berkurang ? Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat ? Tekanan darahnormal ? Tidak ada eningkatan nadi dan RR Intervensi: a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi e. Jelaskanprosedu sebelum memulai f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan h. Observasi tanda-tanda vital i. Kolaborasi : pemberian analgetik C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan

Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan Kriteria hasil: ? Penyembuhan luka sesuai waktu ? Tidak ada laserasi, integritas kulit baik Intervensi: a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae b. Monitor suhu tubuh c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi h. Kolaborasi emberian antibiotik. DAFTAR PUSTAKA 1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC 2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC 3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC 4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

Traksi

Februari 26, 2009 10:37 am Ditulis dalam Presentasi Kasus/Refrat

16 Votes

Pendahuluan Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusatpusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. TRAKSI Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan. Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hokum ketiga (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond, 1999).

Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon (Styrcula, 1994 a and Osmond, 1990) dan Hippocrates (350 BC) menulis tentang traksi manual dan tahanan ekstensi dan ekstensi yang berlawanan (Styrcula, 1994 a: 71). Pada tahun 1340 ahli bedah Perancis bernama Guy de Chauliac menulis tentang traksi

isotonic dengan berat yang ditahan pada kaki tempat tidur pasien, tetapi akibat pertimbangan praktek hal ini dilakukan hingga tahun 1829 ketika traksi berkesinambungan diaplikasikan secara luas (Peltier, 1968: 1603). Sekitar tahun 1848 Josiah Crosby seorang klinisi amerika merupakan orang yang pertama mempromosikan dan menunjukkan traksi kulit yang lebih efektif tidak hanya sebagai terapi dari fraktur melainkan juga untuk menanani deformitas panggul (Peltier, 1968: 1609). Hal ini meripakan aplikasi yang membuat perhatian Gurdon Buck yang pada tahun 1861 melalui pengetahuannya terhadap kerja Crosby mempunyai traksi kulit yang dinamakan nama dirinya sendiri. Hal ini tidak dilakukan hingga pada tahun 1921 seorang ahli bedah Australia Hamilton Russel meluaskan konsep traksi Buck dengan menggunakan doktrin Potts (1780) bahwa fraktur tungkai harus ditempatkan pada posisi pada otot yang relaksm dinamakan fleksi panggul dan lutut, dengan mengembangkan traksi Hamilton Russel (Peltier, 1968: 1612). 26 tahun sebelumnya, pada bulan desember 1895, seorang professor German bernama Rntgen mempublikasikan observasinya dengan tipe baru X-Ray dimana dimulai era baru dalam penelitian fraktur (Peltier, 1968:1613). Dengan menggunakan X-Ray untuk menilai terapi fraktur, dunia ortopedi berhadapan dengan kenyataan dimana terapi traksi Buck tidak memuaskan 100% pada semua kasus dan tahun 1907 Fritz Steinmann secara sukses mengembangkan traksi skeletal dengan menggunakan pin yang dimasukkan kedalam kondylus femur. (Peltier, 1968: 1615). Traksi telah menjadi sebuah ketetapan dalam management ortopedi hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin dan plate menjadi praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya pembedahan fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit yang lebih Penggunaan Traksi telah didokumentasikan melalui banyak literature : traksi digunakan untuk mempromosikan istirahat/imobilisasi, dimana membuat keurusan tulang dan jaringan lunak menyembuh (Taylor, 1987; Dave 1995 and Redemann, 2002). Hal ini menolong untuk mengistirahatkan inflamasi yang ada dan mengurangi nyeri (Taylor, 1987; Dave, 1995 and Osmond, 1999). Osmond (1999) Menyatakan bahwa hal ini mengurangi subluksasi atau dislokasi dari

sendi dan Styrcula (1994a) serta Rosen, Chen, Hiebert dan Koval (2001) memberikan kredit dalam penggunaan traksi dengan reduksi tahanan yang dibutuhkan ketika melakukanreduksi fraktur selama pembedahan. Akhirnya, traksi juga dikatakan untuk membantu pergerakan dan latihan (Dave, 1995 and Redemann, 2002). Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga tahanan yang dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan, diperlukan untuk keefektifan traksi, kontertraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja. Ada dua tipe dari mekanik untuk traksi, dimana menggunakan Kontertraksi dalam dua cara yang berbeda. Yang pertama dikenal dengan traksi keseimbangan, juga dikenal sebagai traksi luncur atau berlari. Disini traksi diaplikasikan melalui kulit pasien atau dnegan metode skeletal. Berat dan katrol digunakan untuk mengaplikasikan tahanan langsung sementara berat tubuh pasien dalam kombinasi dengan elevasi dari dorongan tempat tidur traksi untuk menyediakan kontertraksinya (Taylor, 1987, Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and Osmond, 1999). Traksi Buck akan menjadi contoh dari ha ini. Yang kedua dinamakan traksi fixed dan kontertraksi dimasukkan diantaran 2 point cocok yang tidak membutuhkan berat atau elevasi tempat tidur untuk mencapai traksi dan kontertraksi. Splibt Thomas merupakan contoh dari system traksi ini. (Taylor, 1987, Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and Osmond, 1999).
Komponen Mekanis dari system traksi, katrol (pulley), tahanan vector dan friksi, terkait dengan beberapa factor : cara dimana kontertraksi diaplikasikan dan sudut, arah, serta jumlah tahanan traksi yang diaplikasikan (Taylor, 1987: 3). Sudut dan arah dorongan traksi bergantung pada posisi katrol dan jumlah efek katrol sama dengan jumlah dorongan yang diaplikasikan. Ketika dua katrol segaris pada berat traksi yang sama maka disebut dengan block and tackle effect hamper menggandakan jumlah dari tahanan dorongan. Tahanan vector diciptakan dengan mengaplikasikan tahanan traksi pada dua yang berebda tetapi tidak berlawanan terhadap sisi tubuh yang sama. Hasil ini menghasilkan tahanan ganda untuk dorongan traksi yang actual. (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994a).

Friksi selalu ada dalam setiap system traksi. Friksi memberikan resistansi terhadap dorongan traksi mala mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan nantinya. (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994a). Kita dapat mnggunakan traksi : (1) untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau (2) untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau, (3) untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya diikuti dengan yang lain. Untuk mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk beberapa minggu jika diperlukan. Ada dua cara untuk melakukan hal tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit (traksi kulit). (2) dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau Kirschner wire melalui tulangnya (traksi tulang). Tali kemudian digunakan untuk mengikat pengikatnya, pin atau wire, ditaruh melalui katrol, dan dicocokkan dengan berat. Berat tersebut dapat mendorong pasien keluar dari tempat tidurnya, sehingga kita biasanya membutuhkan traksi yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari tempat tidurnya. Salah satu dari tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien untuk melatih ototnya dan menggerakkan sedinya, jadi pastikan bahwa pasien melakukan hal ini. Traksi membutuhkan waktu untuk diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah datur dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Dilengan hal ini masih kurang nyaman, tidak meyakinkan, sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk pasien. Untuk kesemua alasan ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan pengecualian yang lebih jauh. Mengelaborasikan Jenis dari traksi, seperti Hamilton dan Russel untuk kaki, membutuhkan peralatan yang tidak semuanya punya. Jadi, hanya dibahas alat-alat sederhana yang digunakan dimakalah ini. Klasifikasi Traksi didasari pada penahan tubuh yang dicapai : 1. Traksi Manual menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka. Dorongan ini harus constant dan gentle. Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan. Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secara temporal melepaskan berat traksi (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). 2. Traksi Sekeletal menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah dimasukkan kedalam tulang (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a dan Osmond, 1999). Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang (Styrcula, 1994a and Osmond, 1999).

3. Akhirnya traksi kulit menunjukkan dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui jaringan lunak (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Hal ini bisa dilakukan dalam cara yang bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive kulit, splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Dikarenakan traksi kulit diaplikasikan kekulit kurang aman, batasi kekuatan tahanan traksi. Dengan kata lain sejumlah berat dapat digunakan (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Berat harus tidak melebihi (3-4 kg) (Taylor, 1987; Osmond, 1999 dan Redemann, 2002). Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen temporer fraktur femur dan dislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Dave, 1995). Traksi Kulit versus Traksi Tulang Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anakanak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang. Indikasi untuk traksi kulit Anak-anak Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut Indikasi Traksi Skeletal Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi Kerusakan kulit membutuhkan dressings Jangka panjang Counter Traction Setiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi mendorong tungkai kedistal pasien akan meluncur turun melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadi efektif. Berikan tahanan yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari kasur pada blok tertentu. Dengan merubah tempat tidur pada arah berlainan tendensi untuk meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal sisi depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengan traksi Dunlop sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan elevasi. Sistem Katrol Multiple Dalam banyak keadaan katrol yang multioel digunakan, sehingga mengurangi berat amatlah diperlukan. Katrol multiple seringkali digunakan pada traksi pelvis dimana tahanan tinggi (biasanya lebih dari 40 kg) dapat diperlukan. Jika triple dan dobel blok dgunakan dalam gambar hanya 405 atau 8 kg, dibutuhkan

untuk dapat mencapai 40 kg. Penaikturun katrol diperlukan.


Traksi Kulit Ekstremitas Bawah Traksi kulit Bucks paling sering digunakan pada tungkai bawah untuk fraktur femur, nyeri belakang, fraktur acetabulum dan pinggang. Traksi kulit jarangkali mengurangi fraktur, tetapi mengurangi nyeri dan menjaga panjangnya fraktur. Bucks Traction: Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan dorongan pada satu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui perluasan kulit (Taylor, 1987; Styrcula, 1994; Osmond, 1999 and Redemann, 2002). Dinamakan setelah Gurdon Buck yang pada tahun 1861 mempublikasikan pengalamannya dengan trapi untuk dua puluh satu kasus dari fraktur (Peltier, 1968: 1610). Traksi Buck digunakan sebagai pengukuran jangka pendek dengan tahanan traksi yang dibutuhhkan untuk imobilisasi fraktur panggul sebelum pembedahan dan mengurangi spasme otot (Styrcula, 1994d and Redemann, 2002). Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi panggul, kontraktur panggul dan lutut, fraktur tidak berpindah asetabulum dan nyeri pinggang bawah bilateral (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994d) meskipun penggunaannya jarang terlihat pada akhir-akhir ini . Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi alami, dimana melalaikan abduksi (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994d). Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan traksi digunakan segaris dengan panjang aksis kaki melalui tali yang diikat di kaki dari perluasan melewati katrol pada akhir tempat tidur yang dihubungkan dengan pemberat (Taylor, 1987; Styrcula, 1994d and Osmond, 1999). Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan t=fraksi tetapi bertindak untuk merubah arah dorongan untuk bekerja dengan gravitasi (Taylor, 1987 and Osmond, 1999). Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada ketinggian tertentu untuk mencegah pasien terjatuh dar tempat tidur. Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang penting untuk mempunyai keseimbangan antara tahanan traksi dengan tahanan kontertraksi. Jika tempat tidur butuh untuk dielevasikan terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong dari tempat tidur maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau ulang (Dave, 1995 and Osmond, 1999). Hari ini Traksi Buck digunakan kebanyakan pada orang tua (Styrcula, 1994d: 61) dan kontroversinya timbul melebihi kefektifitasannya. Metode Kulit dipersiapkan dan dicukur- harus sampai kering. Balsem Friar dapat digunakan untuk meningkatkan adhesi. Pengikat yang tersedia secara komersil diaplikasikan kekulit dan luka dengan lapisan yang overlap. Perban harus tidak melebihi diatas tingg fraktur. Bahaya Traksi Kulit Distal Oedema Kerusakan vaskular Peroneal nerve palsy Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen Hindari timbulnya komplikasi dalam keinginan untuk mencoba meningkatkan adhesi dengan mengikat perban lebih ketat

Perfusi Jaringan yang Berubah, Bahaya untuk deep vein thrombosis (DVT) atau pulmonary embolism (PE) merupakan masalah yang sering is (Taylor, 1987; Styrcula, 1994d; Osmond, 1999; Rosen et al, 2001 dan Redemann, 2002). Pernafasan yang dalam dan latihan pompa siku sama halnya dengan penggunaan stocking dan terapi antikoagulan merupakan cara untuk mencegah hal ini terjadi (Taylor, 1987; Styrcula, 1994d; Rosen et al, 2001 and Redemann, 2002). Calves harus diinspeksi untuk kekakuan, hangat yang tidak biasa, dan kemerahan (Carroll, 1993 and Bright and Gorgi, 1994) dan setiap tanda dispnea dan tachypnea dapat mengindikasikan (Smeltzer and Bare, 1996 and Turpie, Chin and Gregory, 2002). Ada juga akan resiko tinggginya disfungsi perifer seperti sindrom kompartemen atau paralisis saraf. Periksa neurovascular dan penilaian gerakan harus dilakukan sebelum mengaplikasikan traksi kemudian setiap jam selama 24 jam pertama dan jika baik dilakukan 4 jam sekali (Taylor, 1987; Styrcula, 1994b and Kunkler, 1999). Meskipun traksi dikatakan untuk mengurangi nyeri danspasme otot hal in dapat menjadi tidak cukup dan management nyeri untuk itu merupakan bagian penting dalam perawatan. Nyeri dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10 (McCaffery and Pasero, 2001 and Redemann, 2002) dan pasien harus diminta untuk mengambil analgetik sebelum nyeri menjadi lebih parah. Edukasi untuk mencegah ketakutan dan resiko konstipasi sebaiknya juga dilakukan (Redemann, 2002:316). Sama dengan pasien yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak hanya menghasilkan imobilitas tetapi juga kombinasinya dengan ambilan analgetik dan untuk pasien traksi terutama tantangan dalam nyeri, ditambah dengan malunya mereka untuk membuka ususnya ditempat tidur (Taylor, 1987; Winney, 1998 and Redemann, 2002). Penggunaan dari alat fraktur, privasi, ambilan cairan yang tinggi, teratur dalam diet dapat menolong eliminasi untuk mencapai usus yang normal (Winney, 1998 and Redemann, 2002). Pertukaran gas yang terganggu merupakan kesulitan pada pasien dengan traksi pada resiko masalah respirasi. Posisi rekumben atai semirecumbent pasien ini diyakinkan untuk tidak diijinkan bergerak penuh pada diafragmanya yang bisa menyebabkan tidal kecul dan volume residu yang besar(Redemann, 2002:317). Untuk mencegah masalah in elevasi reposisi yang sering dari kepala tempat tidur kapanpun memungkinkan dikombinasikan dengan batuk dan latihan nafas yang dalam dan penggunaan spirometer kesemuanya dapat membantu untuk menjaga pertukaran gas yang adekuat. (Smeltzer and Bare, 1996 and Redemann, 2002). Tingginya resiko untuk terluka terutama relevansinya pada pasien traksi sebagai management yang tidak benar dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang harus dipertimbangkan (Taylor, 1987 and Redemann, 2002). Traksi harus diperiksa melalui perbagian untuk menjamin tidak ada yang dapat membahayakan pasien, garis dorongan dijaga, semua clamps ketat dan tidak ada tali yang rapuh atau knot yang tidak aman. Tali musti dibebaskan melalui katrol, gars traksi harus dijaga setiap saat. Baik pemberat ataupun tali harus disentuh oleh kasur. Bantal tidak ditaruh dibawah kaki yang sakit dan ketika menggerakkan pasien pemberat tidak boleh dipindahkan. Ketika melakukan perluasan sekali traksi manual harus diaplikasikan. Traksi Gallows Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur . Indikasi Traksi Gallows Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg Fraktur femur

Kulit harus intak Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat tidur Fraktur Femur Pada Anak yang lebih Besar Anak lebih besar dengan fraktur femur dapat ditangani dengan traksi kulit dengan splint tHomas. Tidak seperti orang dewasa lutut harus dijaga lurus pada splint Thomas. Cincin dari splint Thomas harus membuat pembersihan dua jari pada semua sisi- dicoba pada kaki yang sehat untuk dicocokkan sebelum diaplikasikan. Pengikatan kulit diaplikaskan dan splint Thomas dipasangkan. Tali dari pengikat di ikat hingga akhir dar splint tHomas. Yang paking kuar melewat jarak splint Thomas dan bagian dalam melaluinya. Hal ini merotasikan kaki secara internal. Tungkai diistirahatkan pada tiga strip falnnerl untuk menjaga keamanan pin. Sling Master merupakan strip flannel yang diarahkan kedistal fraktur. Slng ini bisa ditambahkan sehingga garis akhir fraktur pada ruang vertical. Traksi longitudinal membuthkan tambahan setiap haru pada minggu pertama. Simpul dari akhir splint Thomas dilonggarkan. Kualitas reduksi dikonfirmasikan dengan X ray. Splint Thomas ditahan dari Frame Balkan. Frame ini ditempelkan ke tempat tidur. Tungkai dengan splint Thomas ditahan dari puncak dengan maksut berat berlawanan. Traksi longitudinal menggunakan tekanan pada sudut dan berat yang lebih jauh ditempatkan melalui katrol dari frame Balkan. Hal ini segaris dengan panjang aksis tungkai di kaki dari tempat tidur. Perlawanan ini bertindak sebagai tahanan reaktif dari sudut yang digenerasikan oleh traksi kulit. Fraktur Femur Pada Orang Dewasa Hal ini membutuhkan pin skeletal. Pada beberapa rumah sakit, pn Denham merupakan pin yang paling sering digunakan, Ia mempunyai porsi tengah ulir yang dijaganya pada tibia. Untuk fraktur femur pin Denham melalui tibia proksimal, Selalu memasukkan dari lateral ke medial pada tibia proksimal, sebagaimana saraf peroneal tidak terkenda dan tempat keluarnya tidak bisa diprediksikan. Pada beberapa keadaan femur distal, atau bahkan kalkaneus dapat digunakan. Splint tHomas, (periksa apakah cocok dengan mencoba pada kaki yang sehat) diaplikasikan. Tiga sling flannel diamankan dengan keamanan pin dibawah paha. Satu dari splint master dibawah fraktur. Tekanan yang benar pada sling ini akan menggarisi fraktur pada sisi lateral. Lutut dapat difleksikan dengan menggunakan splint fleksi Pearson yang ditempelkan ke splint Thomas pada daerah lutut. Fleksi lutut yang diinginkan dapat dijaga dengan tali pada akhirnya dibawa dari splint tHimas ke Perlengketan Pearson. Tali dari pin Denham apakah harus diikat secara distal ke splnt tHomas (traksi statis) atau mereka dapat dinaikkan melalui katrol pada akhir dari frame Balkan (traksi dinamis). Pada semua kasus diawali dengan 7 kg (atau 10% berat badan) pada panjang aksis femur. Hal ini melawan trakian dari otot paha. Sebagaimana halnya dnegan anak-anak, traksi dbuat seimbang dengan sisitem katrol pada tungkai horizontal frma Balkan untuk membuat pasien dapat menggerakkan tungkainya. Garis Splint Thomas

Splint Thomas harus digariskan dengan menitikkan pada frma belakn searah dengan fragmen proksimal. Perpndahan-Fraktur Femur Proksimal Prox. Femur Flexion Prox. Femur Abduction Frame Garis Flexion & Abduction Fraktur mid shaft dijaga tetap relative sebagaimana otot proksimal dan distalnya seimbang Perpindahan Fraktur Femur Distal Angulasi Posterior dorongan dari gastrocnimeus Sousi fleksi lutut sejauh mungkin Block Tempat Tidur (bed block) Bed Blocks harus ditempatkan dibawah kaki dengan semua tipe traksi diatas. Meninggikan kaki dari tempat tidur beberapa sentimeter memberikan tahanan counter untuk mencegah pasien terdorong secara distal dari tempat tidur oleh traksi longitudinal. Traksi Servikal Halter Traction Traksi halter digunakan untuk traksi servikal jangka pendek. Penggunaannya meliputi cedera leher minor tanpa kejelasan adanya fraktur contoh spasme otot leher, terapi conservative dari lesi di diskus servikal. Anak dengan fraktur servikal juga dapat ditangani dtanpa pin skeletal sebagaimana tulang mereka terlalu rapuh terhadap pin. . Masalah dengan Traksi Halter Tidak nyaman Nyeri di Tempero-mandibular Kontraoindikasi pada fraktur mandibula Sulit untuk mengontrol fleksi dan ekstensi Fleksi Extensi X Ray Cervical Jika pasien mempunyai x-ray cervical yang normal, tetapi mempunyai spasme otot leher, gambaran fleksi ekstensi dapat diperlukan untuk menyingkirkan instabilitas yang serius dari tulang servikal. Traksi Halter merupakan cara yang baik untuk meredakan spasme sebelum X-Ray dapat dilakukan. Pasien yang dimasukkan dan ditempatkan dalam traksi Halter hingga leher bebas dari spasme otot. Pasien harus tidak mempunyai rasa nyeri ketika leher difelksikan ataupun diekstensikan. Jika gejala neurologis seperti paraesthesia timbul maka X-Ray tidak perlu dilakukan. Traksi Skeletal Pada cedera servikal yang lebih serius, penjepit tulang kepala seperti caliper Cones diinndikasikan. Indikasi termasuk terapi konservatif dari fraktur servik dan dislokasi. Aplikasi Caliper Cones Cukur rambut dibawah area telinga Anastesi Lokal Hindari Masseter Hindari arteri temporal

Insisi kecil dibawah telinga segars dengan meatus auditorius Kaitkan pada pin hingga perforasi dari tulang luarl Ikat pada tali Arah dan Berat Tahanan 2.5 kg untuk kepala dan 12 kg untuk setiap vertebra Arah netral segars dengan meatus auditorius Diperlukan Fleksi tinggikan katrol Dperlukan Ekstensi gunakan matras dobel yang berakhir pada bahu Komplikasi dari Traksi Cervical Perdarahan arteri temporalis Tekanan sangat sakit pada tulang Sepsis dari kulit ke abses subdural Perburukan status neurologis Mata juling dari jatuhnya nervus kranialis ke 6 Kontraindikasi Penjepit tulang kepala Anak-anak Sepsis Lokal Fraktur tulang kepala Metode dobel matras merupakan cara yang efektif untuk memperluas leher. Jangan pernah menempatkan katrol kepala terlalu rendah sebagaimana tekanan dapat dihasilkan pada occciput, terutama pada pasien yang tdiak sadar. Reduksi dari Dislokasi Facet Traksi skeletal terhadap tulang tengkorak dapat digunakan untuk mengurangi dislokasi faset servikal. Berat biasanya ditambahkan secara serial sementara leher diposisikan fleksi. Setelah setiap penambahan 2,5 kg berat, X-Ray lateral diambil untuk membedakan reduksinya. Dokter yang ada harus memeriksa tanda neurologis. Jika ada perubahan neurologis, berat tersebut dpindahkan hingga 20 kg. Traksi dapat digunakan dalam hal ini hanya untuk beberapa jam. Setelah reduksi, leher dalam keadaan ekstensi dan berat maintenance kemudian digunakan. Metode Traksi Lain Traksi Dunlop Penggunaan utama dari Traksi Dunlop adalah untuk maintenance reduksi fraktur supracondylus humerus pada anak. Traksi Dunlop Fraktur supracondylar pada anak Membuat Siku bengkak menjadi tenang kembali Dikontraindikasikan [ada fraktur terbuka dan defek kulit. Traksi kulit ditempatkan pada lengan bawah dan frame khusus digunakan pada sisi tempat tidur. Traksi ditempatkan disepanjang aksis lengan bawah sebagaimana sudut kanan dari humerus dengan sling ditempatkan disekitar lengan atas. Bed blocks dibutuhkan untuk sisi lateral (fraktur ditinggikan) dari tempat tidur. Jika fraktur supracondylar tidak dapat dikurangi hingga dibawah 90 derajat fleksi siku, metode traksi in merupakan alternative terhadap metode invasive seperti percutaneous K-

wires. Hal ini membuat pembengkakan sisi sebelahnya. Jangan bergantung pada metode ini untuk mengurangi fraktur supracondylar, sebuah manipulasi bagaimanapun tetap akan diperlukan Traksi Pelvis untuk Nyeri Pinggang Pad skiatik dan penyembuhan pinggang lain dari nyeri dapat dicapai dengan maksud traksi pelvis. Traksi diaplikasikan ke pengikat pelvis dengan berat melebihi akhir tempat tidur. Dengan maksud bantal dibawah lutut, pinggul difleksikan mendekati sudut 90 derajat, sebagaimana halnya dengan lutut. Hal ini memperpendek nervus skiatika dan meredakan nyeri. Traksi Asetabulum Pada terapi konservatif dari fraktur acetabulum, traksi longitudinal pada panjang aksis tungkai seringkali digunakan. Sebagai tambahan dari kepala femur dapat mempengaruhi acetabulum (dislokasi fraktur sentral) dengan maksud manipulasi dibawah anastesi. Reduksi ini dapat dijaga dengan membuat traksi lateral dari pin yang ditempatkan pada wilayah intertrochanter. DAFTAR PUSTAKA 1) Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.2005 2) Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI. 3) Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma. Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill Livingstone, 1989. 4) Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians & Wilkins, 1983. 5) Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990

You might also like