You are on page 1of 2

Identifikasi dan Verifikasi Warga Rawan Miskin

1.

Program kegiatan Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu

umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. Jumlah keluarga miskin di Kota Semarang saat ini tercatat 120.811 kepala keluarga (KK). Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kota Semarang, mengatakan, dari 16 kecamatan di Kota Semarang, tiga daerah dengan jumlah keluarga miskin terbesar terdapat di Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Utara, dan Kecamatan Tembalang. Kecamatan Semarang Barat terdapat 14.931 KK miskin, Semarang Utara masih ada 14.107 KK miskin, dan di Kecamatan Tembalang ada 11.757 KK miskin. Sementara kecamatan dengan jumlah keluarga miskin terendah terdapat di Kecamatan Gajah Mungkur (3.420 KK) dan Kecamatan Semarang Selatan (3.880 KK). Kami menggunakan kategori kepala keluarga, karena dapat menjadi ukuran bahwa di kepala keluarga miskin, terdapat keluarga yakni anak yang juga miskin misalnya putus sekolah. Survei warga miskin merupakan program diluar kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dalam arti diluar program yang telah ditentukan oleh IKIP PGRI Semarang, melainkan oleh BAPEDA Kota Semarang yang bekerja sama dengan IKIP PGRI Semarang dan Kelurahan Srondol Kulon.

2.

Kegiatan Pelaksanaan Program Program Identifikasi dan Verifikasi warga rawan miskin dilaksanakan dalam

kurun waktu satu minggu yang dimulai tanggal 16 23 Maret 2011. Dalam program tersebut sasarannya yaitu masyarakat yang terdaftar sebagai warga rawan miskin di kelurahan Srondol Kulon kecamatan Banyumanik. Dalam proses Identifikasi dan Verifikasi warga rawan miskin yang dilakukan oleh 33 mahasiswa KKN IKIP PGRI Semarang tahun 2011 di kelurahan Srondol Kulon yang terdiri dari 11 RW dan 63 RT. Dalam pelaksanaan program Identifikasi dan Verifikasi warga rawan miskin terlebih dahulu mahasiswa KKN IKIP PGRI Semarang berkoordinasi dengan ketua RW dan ketua RT setempat untuk memohon izin akan melaksanakan survei pada warga yang ada di RW dan RT tersebut. Setelah mendapatkan izin dari ketua RW dan RT, kemudian mahasisiwa KKN IKIP PGRI Semarang melaksanakan survei ke rumah warga yang telah terdaftar sebagai warga rawan miskin.
3.

Hasil Berdasarkan hasil survei Identifikasi dan Verifikasi warga rawan miskin yang

telah dilaksanakan oleh mahasiswa KKN IKIP PGRI Semarang diperoleh data bahwa di Kelurahan Srondol Kulon yang terdiri dari 11 RW dan 63 RT terdapat 339 warga rawan miskin. Hasil survei yang diperoleh ternyata mengalami peningkatan dari data yang telah ada sebelumnya yang didapat dari BAPEDA Kota Semarang. 4. Hambatan Proses pelaksanaan program Identifikasi dan Verifikasi warga rawan miskin ada banyak hambatan yang dialami oleh mahasiswa KKN IKIP PGRI Semarang. Hambatan tersebut diantaranya keadaan jalan wilayah tersebut yang naik turun dan berliku - liku karena terletak pada dataran tinggi. Warganya sulit ditemui pada jam jam tertentu. Adapun warga yang sulit untuk dimintai keterangan dan keterangan yang disampaikan ada yang tidak sesuai dengan kenyataan. Selain itu letak rumah warga yang di data sulit dilalui karena masuk jalan yang terlalu sempit dan rusak. 5. Cara Mengatasi Hambatan Untuk mengatasi bebagai hambatan tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan survei kerumah warga pada waktu sore dan malam hari. Survei dilakukan dengan mengendarai sepeda motor, itu dikarenakan rumah warga yang terlalu jauh dan sulit dijangkau. Sebelum melakukan pendataan, mahasiswa KKN IKIP PGRI Semarang meminta keterangan kepada ketua RW dan RT setempat mengenai warga yang akan didata.

You might also like