You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Sektor usaha perikanan budidaya di Kabupaten Magetan telah berkembang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir. Budidaya ikan saat ini tidak hanya sekedar sebuah hobi ataupun sebagai penghias rumah. Namun, masyarakat telah menjadikan ikan menjadi salah satu mata pencaharian utama melalui budidaya perikanan. Berbagai jenis ikan telah dikembangkan di masyarakat yang meliputi ikan nila, lele, gurami, tombro, patin, dan bawal. Potensi yang besar untuk pengembangan perikanan di Kabupaten Magetan didukung oleh letak geografis, dimana mencakup dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah dataran tinggi dengan suplai air mengalir sepanjang tahun didominasi budidaya ikan nila dan tombro, sedangkan wilayah dataran rendah didominasi budidaya ikan lele, gurami, bawal, patin yang tidak terlalu membutuhkan air mengalir sepanjang waktu. Selain itu di Kabupaten Magetan terdapat wilayah perairan umum yang luas dalam hal ini berupa waduk, embung dan telaga. Meskipun budidaya ikan telah banyak dilakukan dan potensi daerah yang cukup besar, namun semua itu belum bisa dikembangkan secara optimal terutama dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produk ikan yang dihasilkan. Investasi yang ditanamkan di bidang perikanan masih sangat kecil dibandingkan sektor lain seperti pertanian dan peternakan. Dalam upaya mendorong semangat masyarakat pembudidaya di Kabupaten Magetan untuk meningkatkan jumlah produksi dan peningkatan kualitas ikan yang dihasilkan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magetan Bidang Pengembangan Perikanan telah melaksanakan berbagai program seperti penyaluran kredit bergulir yang bekerjasama dengan pihak perbankan, pemberian bantuan selisih harga benih ikan dan pemberian bantuan sosial pengembangan usaha kecil perikanan budidaya. Selain itu juga memberikan pembinaan pada kelompok dan pendampingan dalam usaha untuk memberikan dorongan semangat pada pembudidaya ikan.

Upaya pemerintah dalam kegiatan pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan tahun 2009 diwujudkan dalam bentuk pembinaan budidaya ikan nila. Hal ini berikaitan dengan program pemberian bantuan sosial pengembangan usaha kecil perikanan budidaya tahun 2008. 2. Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan ini adalah tercapainya program pendampingan pada kelompok pembudidaya ikan tahun 2009. Sedangkan tujuannya adalah meningkatnya keterampilan dan pengetahuan masyarakan tentang budidaya ikan nila. 3. Sasaran Kegiatan ini dilaksanakan pada kelompok pembudidaya ikan penerima bantuan sosial pengembangan usaha kecil perikanan budidaya tahun 2008.

BAB II IKAN NILA Ikan nila (Oreochromis niloticus) sudah lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai ikan konsumsi, mengandung nutrisi yang hampir sama dengan jenis ikan air tawar lainnya. Pada mulanya, ikan ini berasal dari sungai Nil di Mesir dan masih kerabat dekat dengan ikan mujair yang telah lama dikenal di Indonesia. Tingkah laku ikan ini sama ikan mujair (Oreochromis mossambica). Hanya saja bentuknya yang lebih besar karena pertumbuhannya memang pesat. Sebagai perbandingan, dalam masa pemeliharaan yang sama dengan ikan mujair, ikan nila sudah mencapai berat badan 3 kali lipat dari ikan mujair. Karena itu memelihara ikan nila sangat mudah dan menguntungkan. Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8- 11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman

atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak. Sifat yang menonjol dari ikan nila yaitu daging berwarna putih, enak dan tidak berduri banyak; mudah berkembang biak dan induknya menjaga anaknya sehingga daya kelangsungan hidupnya tinggi; toleransi terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, kadar garam, kadar oksigen serta kandungan bahan organik; pemakan plankton namun juga menyukai makanan buatan lainnya seperti sisa dapur dan pakan buatan (pellet), tahan terhadap hama dan penyakit. Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikanfillet. Ikan nila dan mujair merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya mudah, dan banyak dijual di pasar baik sebagai ikan segar maupun bentuk olahan. Budidaya dilakukan di kolam- kolam atau tangki pembesaran. Pada budidaya intensif, nila dan mujair tidak dianjurkan dicampur dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.

BAB III KONTRUKSI KOLAM Kolam adalah tempat yang sengaja dibuat atau terjadi dengan sendirinya dimana dapat dilakukan pengisian air dan bisa dikuras sampai kering. Kontruksi kolam sangat berperan penting dalam budidaya ikan. Pertumbuhan ikan sangat bergantung pada lokasi budidaya selain

ikan itu sendiri, pakan dan lingkungan. Kontruksi kolam yang baik dan benar akan membuat ikan nyaman dan tidak mudah stres. Kolam dibedakan dalam beberapa jenis berdasarkan bahan pembuatan, sumber air dan fungsinya. 1. Jenis kolam berdasar bahan pembuatan a. Kolam Permanen Kolam yang dibuat dengan kontruksi kuat dan digunakan dalam waktu jangka panjang. Contoh : kolam beton b. Kolam non Permanen Kolam yang dibuat dengan kontruksi sederhana dan hanya dapat pendek. Contoh : kolam terpal 2. Jenis kolam berdasar sumber air a. Kolam Air Mengalir Kolam yang dibuat dengan sumber air yang digunakan bisa mengalir sepanjang waktu dan tidak tergantung pada pengairan teknis Contoh : Kolam yang ada di dataran tinggi dengan sumber air dari mata air b. Kolam Air Tenang Kolam yang dibuat dengan sumber air yang digunakan tidak bisa mengalir sepanjang waktu dan tergantung pada pengairan teknis. Contoh : Kolam yang ada di dataran rendah dengan sumber air dari mesin pompa 3. Jenis kolam berdasarkan fungsinya Yaitu kolam yang dibuat dengan ukuran dan tujuan tertentu sesuai dengan kegunaannya Contoh : Kolam pembenihan, pemijahan, pendederan, pembesaran, penampungan. BAB IV HAMA DAN PENYAKIT 1. Hama Hama yaitu organisme makroskopis (yang tampak oleh mata) yang keberadaannya di sekitar hewan peliharaan dan mengganggu kelangsungan hidupnya. Bebeasan (Notonecta) digunakan dalam jangka

Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi. Ucrit (Larva cybister) Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam. Kodok Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup. Ular Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam. Lingsang Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun. Burung Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang. Ikan Karnivora Berbahaya karena memakan ikan yang dipelihara Contoh : ikan lele yang ada di kolam ikan nila Pengendalian : membersihkan kolam dari ikan yang tidak Dipelihara. Manusia berbahaya karena sifat dan perikunya yang tidak benar seperti mencuri, meracuni kolam Pengendalian : pemagaran kolam, sosialisasi kehidupan. 2. Penyakit Penyakit adalah organisme mikroskopis (yang tidak tampak oleh mata) dan hidup bersama-sama dengan hewan peliharaan dan keberaannya parasit serta mengganggu.

Penyakit pada kulit Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.Pengendali an: (1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 3060 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. (2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %. Penyakit pada insang Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian: sama dengan di atas. Penyakit pada organ dalam Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan di atas. Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan nila: a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen. b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit. c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas. d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air. e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. f) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar. g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman. BAB V PERSIAPAN BUDIDAYA NILA 1. Sarana Budidaya a) Secara teknis pemilihan lahan sebaiknya dekat dengan sumber air dan bukan daerah banjir, air berkualitas baik dan tidak tercemar limbah industri, ketersediaan air kontinyu, tanahnya subur.

b) Secara sosial kelestarian alam dapat dijaga, Sumberdaya alam dapat digunakan, berdampak positip bagi masyarakat sekitar, keamanan lokasi dapat dijaga. c) Secara ekonomis lokasi dekat dengan daerak pemasaran, sarana produksi mudah didapat dan harganya murah, lokasi ada prasarana jalan yang baik dan mudah dijangkau, sarana perhubungan lancar 2. Lahan Budidaya a) Pemilihan Lahan Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/ lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat, menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/ dinding kolam. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 5 % untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (0 500m dpl). b) Kualitas Air

BAB VI PEMBERIAN PAKAN Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per hari. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, timbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.

BAB VII PEMANENAN Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/ petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.

BAB VIII PEMASARAN IKAN Permasalahan yang sering muncul pada masa menjelang panen adalah pemasaran ikan hasil budidaya. Pada prinsipnya suatu usaha dilakukan dengan pertimbangan untung rugi dengan memperhatikan peluang dan kemampuan sehingga produk yang dihasilkan dalam hal ini ikan dapat terserap pasar dengan harga yang baik dan menguntungkan. Dinas Peternakan dan Perikanan sebagai lembaga pemerintah dalam hal ini berperan sebagai fasilitator untuk mencarikan jalan keluar atas permasalahan tersebut. Upaya yang dilakukan adalah menghubungkan pembudidaya dengan pembeli. Namun tidak tertutup kemungkinan adanya pembudidaya yang menjual langsung kepada konsumen, hal ini mengingat kebutuhan ikan segar di Kabupaten Magetan sangat besar terutama di daerah wisata seperti Sarangan dan rumah makan yang saat ini banyak menyajikan produk olahan ikan. BAB IX ANALISA USAHA Luas Kolam : 100 m2 Masa pemeliharaan : 4-6 bulan Kebutuhan benih Benih ukuran : 3-5 cm Padat tebar : 25 ekor/ m2

Kebutuhan benih : 2500 Biaya Benih : Rp. 375.000,Pakan Target SR : 90 % Berat panen rata-rata : 0,25 kg Berat total : 562.5 kg Target FCR : 1 Kebutuhan pakan : 562.5 kg Harga pakan : Rp. 7.000/ kg Biaya pakan : Rp. 3.937.500,Obat-obatan : Rp. 100.000,Lain-lain : Rp. 200.000,Biaya Perbaikan 10 % : Rp. 461.250,- + Total biaya produksi : Rp. 4.987.500,Hasil penjualan : 562.5 kg x Rp. 10.000,- : Rp. 5.625.000,Keuntungan : Rp. 637.500,Catatan : Analisa usaha berdasarkan perhitungan maksimal biaya produksi sehingga keuntungan yang diperoleh adalah keuntungan minimal. Nilai keuntungan dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi pada waktu budidaya.

BAB X PENUTUP Demikian buku ini disusun dalam Kegiatan Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Tahun 2009 dengan sasaran kelompok pembudidaya ikan penerima bantuan sosial pengembangan usaha kecil perikanan budidaya tahun 2008. Semoga banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini dan kedepan bisa menumbuhkan usaha budidaya perikanan sebagai upaya mengangkat produk daerah menjadi produk unggulan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

You might also like