You are on page 1of 20

LAJU RESPIRASI DAN ALAT PERNAPASAN

Laporan Praktikum Hasil Kegiatan Laju Respirasi Dan Alat Pernapasan

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKABUMI

SMA NEGERI 1 CIBADAK


RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Jln. Perintis Kemerdekaan No. 72 Telp. (0266) 531001 Fax. (0266) 535431 CIBADAK-SUKABUMI 43155 Email : sman1cibadak@yahoo.co.id Website : www.sman1cibadak.sch.id 2010/2011

LAJU RESPIRASI DAN ALAT PERNAPASAN

Laporan Praktikum Hasil Kegiatan Laju Respirasi Dan Alat Pernapasan

Kelompok : 1. Kinanti Aprilia Kurnia 2. Nur Laily Putri 3. Nurul Fauzia 4. Risda Aditya

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKABUMI

SMA NEGERI 1 CIBADAK


RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Jln. Perintis Kemerdekaan No. 72 Telp. (0266) 531001 Fax. (0266) 535431 CIBADAK-SUKABUMI 43155 Email : sman1cibadak@yahoo.co.id Website : www.sman1cibadak.sch.id 2010/2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul Laju Respirasi Dan Alat Pernapasan. Laporan praktikum ini diajukan guna memenuhi tugas pelajaran Biologi. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan praktikum ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan praktikum ini. Semoga laporan praktikum ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Sukabumi, Februari 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i Daftar Isi.............................................................................................................. ii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................. C. Tujuan ................................................................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ BAB III. METODOLOGI A. Alat dan Bahan ...................................................................................... B. Langkah-langkah Kegiatan ................................................................... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... BAB V. KESIMPULAN ..................................................................................... Daftar Pustaka ..................................................................................................... Lampiran

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi

respirasi.Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Bagaimana proses reproduksi pada manusia? Bagaimana proses reproduksi pada hewan vertebrata dan invertebrata? Apa saja Ganguan yang terjadi pada sistem Reproduksi Manusia? Upaya apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga organ reproduksi?

C. Tujuan Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penjelasan materi mengenai Sistem reproduksi pada hewan adalah : 1. Siswa dapat memahami proses reproduksi pada manusia.

2. 3.

Siswa dapat memahami proses reproduksi pada hewan. Memberikan gambaran pada siswa mengenai reproduksi pada manusia dan hewan agar siswa dapat berpikir kreatif dalam rangka membuat penelitian dan membuat teknologi baru agar dapat melestarikan jenisjenis hewan yang ada.

4.

Agar bterciptanya kesadaran pada diri siswa untuk dapat menjaga kesehatan dirinya masing-masing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Respirasi Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi

respirasi.Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi. Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen

yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. 2. Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mngedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur. B. Kecoa Kecoa atau cockroach merupakan salah satu serangga yang sering mengganggu kehidupan manusia, hewan ini tersebar hampir di seluruh belahan dunia, kecuali di daerah kutub karena kecoa menyukai hidup di tempat yang hangat . Kecoa merupakan salah satu hewan tertua yang telah menghuni bumi hampir sejak 300 Juta tahun silam. Spesies kecoa terdiri dari kurang lebih 3500 spesies, yang paling sering kita temukan di Indonesia ialah kecoa amerika (Periplaneta Americana), di Indonesia juga terdapat jenis

kecoa terbesar di dunia yang ditemukan di daerah hutan belantara Kalimantan Timur pada tahun 2004, ukuran kecoa ini dapat mencapai 8 cm. Kecoa dapat hidup di rumah, restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor bahkan di hutan sekalipun, serangga ini memiliki kehidupan yang cukup dekat dengan manusia. Kecoa menyukai tempat yang gelap, lembab dan hangat serta terdapat banyak makanan maka tidak mengherankan bila kita dapat melihat kecoa didapur, kamar mandi ataupun didalam lemari. Kecoa merupakan hewan yang memiliki katahanan hidup yang sangat tinggi, dia mampu beradaptasi pada beberapa kondisi lingkungan yang ekstrim. Kecoa dewasa dapat hidup dalam jangka waktu yang sangat lama, dapat mencapai dua tahun atau lebih tergantung pada suhu dan kelembapan, selain itu produksi telur kecoa juga tergolong tinggi, kedua hal ini menyebabkan disarang kecoa dapat dijumpai ratusan hingga ribuan kecoa. Kecoa hidup bergerombol di suatu tempat berupa ruang atau rongga yang sempit, lembab, tertutup dan gelap. Pada waktu kecoa bergerak mencari makan, ia berkeliaran sendirian, lebih sering dengan cara merangkak daripada terbang, kecoa menyukai tempat-tempat yang kotor yang merupakan tempat makanan yang disukainya misalnya kotoran manusia tetapi kadang dijumpai juga pada makanan manusia yang bersih. Karena cara hidupnya yang yang kotor inilah maka kecoa dikatakan sebagai salah satu serangga pengganggu yang dapat menularkan penyakit. Karena dapat bertindak sebagai vector makanik bagi beberapa

mikroorganisme pathogen, inang antara beberapa spesies cacing dan dapat menyebabkan beberapa reaksi alergi seperti gatal-gatal. Penyebaran penyakit secara mekanik dapat terjadi karena hewan ini hidup berdekatan dengan manusia, microorganisme yang bersifat pathogen yang terdapat di sampah, kotoran atau sisa makanan akan terbawa oleh kecoa kemudian mengkontaminasi makanan atau benda-benda yang berada disekitar manusia sehingga dapat menginfeksi manusia, beberapa penyakit yang sering ditularkan antara lain ialah Disentri, Diare, Cholera, Virus Hepatitis A, Polio

pada anak-anak. Selain itu kecoa juga dapat berperan sebagai inang anatara cacing Hymenolepis diminuta (harwood dan James, 1979; Service, 1996) Pencegahan terhadap serangga ini dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan menjaga kebersihan rumah, hal ini sangat diperlukan karena seperti yang dijelaskan tadi, bahwa kecoa menyukai tempat-tempat yang kotor, adanya kecoa dirumah anda menunjukkan bahwa kebersihan rumah anda masih kurang, selain itu untuk mencegah penularan penyakit dari kecoa, kita mesti menjaga makanan yang kita konsumsi, hendaknya makanan selalu di tempatkan ditempat yang aman dan tertutup agar terhindar dari kecoa. Pemberantasan parasit ini dapat dilakukan dengan pengendalian populasi kecoa yang dapat dilakukan secara fisik maupun kimia, secara fisik kita dapat melakukan pemberantasan kecoa yaitu dengan membunuh langsung menggunakan alat, menyiram sarang dengan menggunakan air panas, dan menutup celah-celah dinding yang ada dirumah. Secara Kimia dapat di lakukan dengan menggunakan bahan kimia (insektisida) dalam bentuk aerosol (semproton), bubuk, pengasapan atau dengan bait (umpan). C. Ikan Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), serta ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.

Keanekaragaman tempat hidup mempengaruhi ikan penghuninya. Banyak variasi yang tak terhitung jumlahnya pada ikan yang menyangkut masalah struktur, bentuk, sirip dan sebagainya, merupakan modifikasi yang dikembangkan ikan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan tertentu. Sungai yang deras dan sungai yang tenang memiliki arus yang berbeda sehingga mempengaruhi kehidupan ikan. Danau yang dangkal dan yang dalam mempunyai berbagai pola perubahan suhu secara musiman. Kedalaman samudra menyajikan kemungkinan untuk pegkhususan yang lain. Lingkungan perairan samudra yang tampak sama di berbagai daerah di dunia ini sebetulnya sama sekali berbeda dalam hal sifat kimiawi airnya, tipe dasarnya dan perubahan musimnya. Ikan menyesuaikan diri terhadap segala kondisi tersebut. Suatu spesies akan dipengaruhi oleh anggota-anggota spesies lain dalam suatu habitat tertentu, bila niche ekologi kedua spesies sama. Bila ada dua spesies yang kebutuhannya akan pangan dan atau faktor-faktor ekologi lainnya sama, maka akan terjadi persaingan (kompetisi). Selanjutnya dinyatakan secara umum kompetisi yang terjadi dalam suatu habitat bertindak sebagai pengatur, misalnya dalam mengatur kepadatan populasi suatu spesies terhadap kepadatan populasi spesies lain yang hidup dalam niche ekologi yang sama. Jenis ikan yang mempunyai luas relung yang luas, berarti jenis ikan tersebut mempunyai peran yang besar dalam memanfaatkan pakan yang tersedia dan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan diri terhadap fluktuasi kesedian pakan, serta mempunyai daya reproduksi secara individual sangat besar. Jadi berdasarkan luas relung, jenis ikan mempunyai potensi yang paling besar untuk berkembang menjadi induk populasi di dalam ekosistem perairan dimana ikan tersebut hidup. Habitat-habitat ikan: 1. Air Tawar Habitat air tawar dapat dibagi menjadi 2, yaitu : a. Air tergenang, atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti tenang) : danau, kolam, rawa atau pasir terapung

b. Air mengalir, atau habitat lotik (berasal dari lotus yang berarti tercuci) : mata air, aliran air (brook-creek) atau sungai. 2. Air Laut Kedalaman lautan dibagi menjadi 3 lapisan zona, yaitu : a. Permukaan laut pada waktu air surut sampai kedalaman 100 meter yang disebut epipelagik. Sampai kedalaman 100 meter itu masih ada fotosintesis oleh flora laut, dan dihuni oleh ikan-ikan eufotik. b. Kedalaman 100 m sampai 2000 m dan disebut mesopelagik, dihuni oleh ikan-ikan bentik. Ikan-ikan mesopelagik cenderung berwarna abu-abu keperakan atau hitam kelam. Sebaliknya, invertebrata mesopelagik berwarna ungu atau merah cerah. c. Kedalaman 2000 m sampai 4000 m disebut batialpelagik, dihuni oleh ikan-ikan batial. Organisme yang hidup di zona ini tidak berwarna atau berwarna putih kotor dan tampak tidak berpigmen khususnya hewan-hewan bentik. Tetapi ikan penghuni zona ini berwarna hitam kelam. 3. Air Payau Air payau (estuarin) adalah badan-badan air dimana air tawar dari sungai bercampur dengan air asin dari laut. Estuarin itu terbentuk bila sungai mengalir masuk ke dalam laut. Karena estuarin merupakan zona transisi antara 2 macam lingkungan, yaitu : lingkungan air tawar dan lingkungan laut, maka merupakan ekoton. Ekoton berarti rumah atau tempat tinggal yang mempunyai hubungan harmonis dengan rumah atau tempat tinggal lainnya sehingga masing-masing berfungsi baik. Salinitas air estuarin berfluktuasi, dipengaruhi oleh musim, bahkan air pasang surut. Tanah di estuarin itu berlapis-lapis sesuai dengan tinggi rendahnya batas pasang surut, dan di daerah itu terdapat bermacam-macam fauna. Ikan-ikan diadrom berada dalam estuarin pada bulan-bulan tertentu, baik ikan air tawar maupun ikan laut. Baik ikan-ikan yang hidup di estuarin maupun ikan-ikan pendatang (anadrom dan katadrom) sangat toleran terhadap perubahan salinitas dan lain-lain faktor (temperatur, pH, dan

sebagainya). Ikan-ikan yang memang hidupnya di lingkungan estuarin antara lain : hering, karper, minaus. D. Trakea Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hyoid (Davies, 1997). Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakelmen punyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.

Gambar 2.1. Trakea pada serangga

Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata. Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut : Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya COZ keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya 02 masuk ke trakea. Sistem trakea berfungsi mengangkut OZ dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-

cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea. E. Insang Ikan bernapas dengan Insang (branchia) yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Fungsi Insang dan Labirin: Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai : 1. 2. 3. 4. Alat ekskresi garam-garam Penyaring makanan Alat pertukaran ion Osmoregulator Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan ronggarongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.

Bagian-bagian Insang : Insang ikan tersusun atas bagian-bagian berikut ini : 1. Tulang Lengkung Insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf 2. Tutup Insang (Operkulum), hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operkulum berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur

mekanisme aliran air sewaktu bernapas. 3. Membran Brankiostega (selaput tipis di tepi operkulum), berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut. 4. 5. 6. Lengkung Insang (Arkus Brankialis). Lembaran (Filamen) Insang (Holobrankialis), bewarna kemerahan. Saringan Insang (Tapis Insang), berfungsi untuk menjaga agar tak ada benda asing yang masuk ke dalam rongga insang. 7. 8. 9. Mulut Ikan. Labirin. Pulmonis.

10. Duktus pnemautikus. Anatomi Insang ikan Insang/teleostei terdiri dari dua rangkaian yang tersusun atas empat lengkungan tulang rawan dan tulang keras (holobrankhia) yang menyusun sisi-sisi faring. Masing-masing holobrankhia memiliki dua hemibrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang. Hemibrankhia terdiri dari dua baris filamen tipis yang disebut lamellae primer. Lamellae primer permukaannya mengalami perluasan oleh adanya lamellae sekunder yang merupakan lipatan semilunar yang menutupi permukaaan dorsal dan ventral. Insang juga dilengkapi dengan lapisan sel-sel penghasil mukus dan sel-sel yang mengekskresikan amonia dan kelebihan garam.

Pada bagian tepian tengah anterior dilengkapi suatu struktur (gill rakers) yang berperan menyaring partikel-partikel pakan. Letak insang, struktur dan mekanisme kontak dengan lingkungan menjadikan insang sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan serta menjadi tempat yang tepat bagi berlangsungnya infeksi oleh agensia patogenik. Lamellae tersusun atas sel-sel epidermis tipis dan sel-sel pendukung berbentuk batang (sel tiang; pillar cells) yang mendukung aliran darah ke insang. Ketebalan lamellae bervariasi tergantung spesies dan aktivitasnya. Pertukaran gas berlangsung pada lamellae sekunder yang merupakan lipatan sel-sel epitel biasanya berupa satu lapis sel yang didukung dan dipisahkan oleh sel-sel tiang (pillar cells). Selapisan tipis pembuluh darah berada diantara sel-sel tiang dan epidermis menjadi tempat pertukaran gas, pembuangan sisa metabolit yang bersifat nitrogenus dan pertukaran beberapa elektrolit. Pertukaran gas ini juga difasilitasi oleh mekanisme buku-tutup rongga mulut dan celah insang. Pertukaran ion pada lamellae dapat mentransfer 60-80 % oksigen dari air masuk kedalam darah. Pseudobrankhia terdapat pada bagian bawah operkulum atas. Organ ini berupa lengkung insang dengan satu deret filamen-filamen. Fungsi pseudobrankhia belum diketahui, tetapi diduga merupakan struktur yang memasok darah kaya oksigen ke khoroid optika dan retina dan kemungkinan berperan dalam fungsi-fungsi baroreseptor dan termoregulasi. Insang dilengkapi dengan sejumlah glandula yang dikenal sebagai glandula brankhial, yaitu sel-sel epitel insang yang mengalami spesialisasi. Glandula tersebut adalah glandula mukosa dan glandula asidofilik (sel-sel khlorida). Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel tunggal berbentuk buah pear atau oval dan menghasilkan mukus dan terdapat baik pada lengkung insang, filamen insang maupun lamellae sekunder. Mukus merupakan glikoprotein yang bersifat basa atau netral dengan fungsi : 1. 2. Perlindungan atau proteksi Menurunkan terjadinya friksi atau gesekan

3. 4. 5.

Antipatogen Membantu pertukaran ion dan Membantu pertukaran gas dan air. Adapun sel-sel khlorida merupakan glandula yang mengandung

granula-granula yang menyerap zat warna asam sehingga dikenal pula sebagai glandula asidofilik. Sel-sel tersebut memiliki mitokondria yang banyak dan berperan dalam membantu pengaturan ion pada ikan-ikan euryhaline dan stenohaline. Menurut Kumar dan Tembhre (1996) sejumlah spesies ikan memiliki stuktur tambahan pada insang yang membantu pernafasan diluar air, yaitu: 1. Insang tertutup oleh mukus tebal yang membantu difusi gas, misalnya pada Mastacembalus 2. Permukaan dalam rongga insang dan operkulum terlipat dan kaya pembuluh darah, misalnya pada ikan glodok (Periopthalmus) 3. Divertikula mulut dan rongga faring yang berkembang baik, misalnya pada Chana, Clarias, Saccobranchus dan Anabas. Divertikula

dihubungkan dengan membran respiratori yang terlipat yang memperoleh pasokan darah yang sangat mencukupi. 4. Lambung dengan dinding yang tipis untuk membantu respirasi, dijumpai pada Loricariidae. 5. Bagian tengah dan posterior intestinum berperan dalam pencernaan dan membantu pernapasan. Fungsi pernapasan tersebut mengikuti musim, misalnya pada ikan loaches (Misgurnus fossilis) hanya berlangsung selama musim panas. 6. Organ pernapasan neomorfik yang berfungsi untuk memanfaatkan oksigen atmosferik. Organ semacam ini dijumpai pada ikan-ikan seperti: Anabas, Osphronemus nobilis, Colisa fasciatus, Clarias batrachus, Chana punctatus, Chana striatus, Monopterus albus, Periopthalmodon dan Boleophthalmus. 7. Modifikasi epitel celah insang dalam bentuk kantung sub-silindrik yang memanjang kearah belakang, terdapat diantara lengkung insang kedua

dan ketiga. Dilengkapi dengan pembesaran insang (arborized) yang ditumpu oleh tulang rawan insang kedua dan keempat, misalnya pada Clarias. Struktur dinding insang semacam ini membantu dalam resoirasi udara dan menerima aliran darah dari cabang arteri. Adapun pada Anabas, terdapat struktur yang bercabang-cabang yang disebut labirin yang terbentuk dari lengkung insang pertama dan terletak pada celah lekukan dibagian sisi atas belakang kepala dekat dengan operkulum dan dilapisi epitel respirasi. Dengan alat bantu tersebut memungkinkan ikan-ikan tersebut mampu hidup diluar air hingga waktu yang cukup lama. Gelembung renang merupakan karakter spesifik dari ikan dan sangat berkembang pada ikan teleostei dari kelompok Acanthopterygii. Pada dasarnya gelembung renang merupakan organ alat bantu repirasi, menghasilkan dan menerima suara, penyimpan lemak (misalnya pada ikan gonostomatid) dan organ hidrostatik yang tersusun dari glandula-glandula gas yang dikelilingi pembuluhpembuluh darah. Pada sejumlah teleoestei, gelembung renang sama sekali tidak ada, misalnya pada Echeneiformes, Symbranchiformes, Sacchopharyngiformes dan Gobeisocioformes. Jika gelembung renang ada, maka bentuknya oval, fusiform dan berbentuk seperti jantung, tapal kuda atau lonceng. Pada Cyprinidae, gelembung renang terdapat pada rongga perut atau melekat pada columna vertebralis oleh keberadaan jaringan fibrosa. Gelembung renang tersebut terdiri dari dua ruang yang berhubungan satu denagn yang lainnya. Pada ikan-ikan anggota Sparidae, Notopteridae dan Scombridae, gelembung renang berbentuk seperti usus buntu atau kantung (coecum) yang meluas kearah ekor. Adapun pada sejumlah ikan, misalnya Clarias batrachus, gelembung renang sangat tereduksi dan tertutup tulang. Pada ikan Gadus, dari gelembung renang muncul bentukan seperti sepasang caeca yang meluas ke arah kepala.

Mekanisme pernapasan Ikan Mekanisme pernapasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup insang, terdiri atas 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada Fase Inspirasi, saat tutup insang mengembang, membran brankiostega menempel rapat pada tubuh, sehingga air masuk melalui mulut dan terdorong ke arah daerah insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya membasahi filamen insang yang penuhi kapiler darah. Oksigen dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang. Hemoglobin darah di dalam pembuluh mengikat oksigen dan membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh. Dalam jaringan tubuh, darah akan melepaskan oksigen dan mengikat karbon dioksida. Sebaliknya pada Fase Ekspirasi, jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit, dan membran brankiotega melonggar sehingga karbon dioksida yang dibawa oleh darah dari jaringan akan keluar dari tubuh ke air secara difusi bersama air melalui celah dari tutup insang. Hal-hal yang berkaitan dg sistem pernafasan : 1. 2. Perairan harus mengandung O2 cukup banyak Bila perairan kurang O2, ikan akan antara lain : a. b. c. 3. Menuju permukaan Menuju tempat pemasukkan air Menuju tempat air yg berarus

Daun insang harus dalam keadaan lembab Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2:

1.

Ukuran dan umur (stadia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan O2 lebih besar

2. 3. 4.

Aktivitas ikan : yang aktif berenang membutuhkan O2 lebih besar Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan O2 lebih besar Stadia reproduksi : ikan yang bereproduksi membutuhkan O2 lebih besar

You might also like